• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5671); - Rancangan Peraturan Menteri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5671); - Rancangan Peraturan Menteri"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR ....… TAHUN ....… TENTANG

TATA CARA PENYAMPAIAN DATA INDUSTRI, DATA KAWASAN INDUSTRI, INFORMASI INDUSTRI, DAN DATA ATAU INFORMASI LAIN MELALUI

SISTEM INFORMASI INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Tata Cara Penyampaian Data Industri, Data Kawasan Industri, Informasi Industri dan Data atau Informasi Lain Melalui Sistem Informasi Industri Nasional;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5671); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2015 tentang

(2)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 tentang Izin Usaha Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 329, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5797);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 365, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5806);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6016);

7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

8. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 81/M-IND/ PER/10/ 2014 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri;

9. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 42/M-IND/ PER/6/2016 tentang Akun Sistem Informasi Industri Nasional;

MEMUTUSKAN:

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Sistem Informasi Industri Nasional adalah tatanan prosedur dan mekanisme kerja yang terintegrasi meliputi unsur institusi, sumber daya manusia, basis data, perangkat keras dan lunak, serta jaringan SIINas yang terkait satu sama lain dengan tujuan untuk penyampaian, pengelolaan, penyajian, pelayanan serta penyebarluasan data dan/atau informasi terkait industri.

2. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumberdaya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

3. Data Industri adalah fakta yang dicatat atau direkam dalam bentuk angka, huruf, gambar, peta, dan/atau sejenisnya yang menunjukkan keadaan sebenarnya untuk waktu tertentu, bersifat bebas nilai, dan belum diolah terkait dengan kegiatan Perusahaan Industri.

4. Data Kawasan Industri adalah fakta yang dicatat atau direkam dalam bentuk angka, huruf, gambar, peta, dan/atau sejenisnya yang menunjukkan keadaan sebenarnya untuk waktu tertentu, bersifat bebas nilai, dan belum diolah terkait dengan kegiatan Perusahaan Kawasan Industri.

(4)

6. Perusahaan Industri adalah setiap Orang yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang berkedudukan di Indonesia.

7. Izin Usaha Industri, yang selanjutnya disingkat IUI adalah izin yang diberikan kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan usaha Industri.

8. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan Kawasan Industri.

9. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.

10. Izin Usaha Kawasan Industri, yang selanjutnya disingkat IUKI adalah izin yang diberikan untuk melakukan pengembangan dan pengelolaan Kawasan Industri.

11. Izin Prinsip Kawasan Industri adalah izin yang diberikan kepada badan usaha yang berbentuk badan hukum untuk melakukan penyediaan lahan, pembangunan infrastruktur Kawasan Industri serta pemasangan/instalasi peralatan dan kesiapan lain yang diperlukan dalam rangka memulai pembangunan Kawasan Industri.

12. Informasi Industri adalah hasil pengolahan data industri dan data kawasan industri ke dalam bentuk tabel, grafik, kesimpulan atau narasi analisis yang memiliki arti atau makna tertentu yang bermanfaat bagi penggunanya.

(5)

14. Akun Sistem Informasi Industri Nasional, yang selanjutnya disebut Akun SIINas adalah akun yang digunakan untuk dapat mengakses SIINas.

15. Verifikasi adalah pemeriksaan kelengkapan data yang disampaikan oleh Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri.

16. Validasi adalah pemeriksaan keakuratan Data Industri dan Data Kawasan Industri yang disampaikan dalam SIINas.

17. Pengelola SIINas adalah satuan kerja yang membidangi data dan informasi pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

18. Direktorat Pembina adalah direktorat teknis di lingkup kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

BAB II

PENYAMPAIAN DATA INDUSTRI,

DATA KAWASAN INDUSTRI, DAN DATA LAIN Bagian Kesatu

Umum

Pasal 2

(1) Penyampaian Data Industri, Data Kawasan Industri, dan Data Lain dilakukan melalui Sistem Informasi Industri Nasional.

(6)

a. Akun SIINas tipe A kepada Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI;

b. Akun SIINas tipe B kepada Perusahaan Industri yang sedang mengajukan permohonan penerbitan IUI;

c. Akun SIINas tipe E kepada Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki IUKI; dan

d. Akun SIINas tipe F kepada Perusahaan Kawasan Industri yang sedang mengajukan permohonan penerbitan IUKI.

(3) Tata cara perolehan Akun SIINas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Menteri.

Bagian Kedua

Tata Cara Penyampaian Oleh Perusahaan Industri Paragraf Pertama

Perusahaan Industri Yang Memiliki IUI

Pasal 3

(1) Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI wajib menyampaikan Data Industri yang akurat, lengkap, dan tepat waktu kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota.

(2) Data Industri yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Data Industri pada tahap pembangunan paling sedikit memuat data:

1. identitas perusahaan;

2. nomor pokok wajib pajak;

3. jumlah tenaga kerja;

4. nilai investasi;

5. luas lahan lokasi industri;

6. kelompok Industri sesuai KBLI; dan

(7)

b. Data Industri pada tahap produksi paling sedikit memuat data:

1. identitas perusahaan;

2. nomor pokok wajib pajak;

3. jumlah tenaga kerja;

4. nilai investasi;

5. luas lahan lokasi industri;

6. kelompok Industri sesuai KBLI;

7. kapasitas produksi terpasang;

8. mesin dan peralatan;

9. bahan baku dan bahan penolong;

10. energi;

11. air baku;

12. produksi;

13. pemasaran; dan

(8)

Pasal 4

(1) Perusahaan Industri wajib menyampaikan Data Industri pada tahap pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a sebanyak 1 (satu) kali.

(2) Penyampaian Data Industri pada tahap pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah diperolehnya Akun SIINas tipe A.

(3) Data Industri pada tahap pembangunan yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan data pada saat diperolehnya Izin Usaha Industri.

Pasal 5

(1) Perusahaan Industri wajib menyampaikan Data Industri pada tahap pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) sesuai dengan data yang tertera pada Izin Usaha Industri yang dimiliki.

(2) Penyampaian Data Industri pada tahap pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan format sesuai dengan formulir PM-1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

Pasal 6

(1) Perusahaan Industri wajib menyampaikan Data Industri pada tahap produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b sebanyak 2 (dua) kali setiap tahun.

(9)

a. paling lambat pada tanggal 1 Februari atas data dalam periode Juli-Desember tahun lalu; dan b. paling lambat pada tanggal 1 Agustus atas data

dalam periode Januari-Juni tahun berjalan.

Pasal 7

(10)

Pasal 8

(1) Perusahaan Industri wajib menyampaikan Data Industri pada tahap produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) sesuai dengan kondisi faktual.

(2) Penyampaian Data Industri dalam tahap produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan format sesuai dengan formulir PM-2 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

Pasal 9

(1) Selain Data Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), berdasarkan permintaan Menteri, Perusahaan Industri wajib memberikan Data Lain yang terkait dengan:

a. data tambahan;

b. klarifikasi data; dan/atau

c. kejadian luar biasa di Perusahaan Industri.

(2) Permintaan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan melalui surat tertulis, surat elektronik, telepon, atau kunjungan ke lokasi Perusahaan Industri.

(3) Pemberian data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari setelah diterimanya permintaan Menteri.

Paragraf Kedua

Perusahaan Industri Yang Sedang Mengajukan Permohonan Penerbitan IUI

(11)

(1) Perusahaan Industri yang sedang mengajukan permohonan penerbitan IUI dapat menyampaikan data kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota.

(2) Data yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. identitas diri pemohon;

b. nomor pokok wajib pajak perusahaan;

c. akta pendirian perusahaan dan/atau perubahannya yang telah disahkan/ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;

d. izin lingkungan atau izin lingkungan Kawasan Industri; dan

e. dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Data yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus akurat dan lengkap.

Pasal 11

(1) Perusahaan Industri dapat menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) sebanyak 1 (satu) kali.

(2) Penyampaian data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah diperolehnya Akun SIINas tipe B.

(3) Data yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan data yang menjadi lampiran dalam pengajuan permohonan IUI.

Bagian Ketiga

Tata Cara Penyampaian Oleh Perusahaan Kawasan Industri

Paragraf Pertama

(12)

Pasal 12

(1) Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki IUKI wajib menyampaikan Data Kawasan Industri yang akurat, lengkap, dan tepat waktu kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota.

(2) Data Kawasan Industri yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Data Kawasan Industri pada tahap pembangunan paling sedikit memuat data:

1. identitas pemilik dan legalitas perusahaan; 2. investasi dan sumber pembiayaan;

3. lahan dan kaveling; dan 4. Sarana dan Prasarana.

b. Data Kawasan Industri pada tahap komersial paling sedikit memuat data:

1. identitas pemilik dan legalitas perusahaan; 2. investasi dan sumber pembiayaan;

3. lahan dan kaveling;

4. Sarana dan Prasarana; dan

(13)

Pasal 13

(1) Perusahaan Kawasan Industri wajib menyampaikan Data Kawasan Industri pada tahap pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a sebanyak 1 (satu) kali.

(2) Penyampaian Data Kawasan Industri pada tahap pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah diperolehnya Akun SIINas tipe E.

(3) Data Kawasan Industri pada tahap pembangunan yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan data pada saat diperolehnya Izin Prinsip Kawasan Industri.

Pasal 14

(1) Perusahaan Kawasan Industri wajib menyampaikan Data Industri pada tahap pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) sesuai dengan data yang tertera pada Izin Prinsip Kawasan Industri yang dimiliki.

(2) Penyampaian Data Kawasan Industri pada tahap pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan format sesuai dengan formulir PM-3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini

Pasal 15

(14)

(2) Penyampaian Kawasan Industri pada tahap komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan:

c. paling lambat pada tanggal 1 Februari atas data dalam periode Juli-Desember tahun lalu; dan d. paling lambat pada tanggal 1 Agustus atas data

dalam periode Januari-Juni tahun berjalan.

Pasal 16

Penyampaian kali pertama Data Kawasan Industri pada tahap komersial dilakukan menurut batas waktu penyampaian dan atas data dalam periode saat diperolehnya Akun SIINas tipe E sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (2).

Pasal 17

(1) Perusahaan Kawasan Industri wajib menyampaikan Data Kawasan Industri pada tahap komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) sesuai dengan kondisi faktual.

(2) Penyampaian Data Kawasan Industri dalam tahap komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan format sesuai dengan formulir PM-4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

Pasal 18

(1)Selain Data Kawasan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), berdasarkan permintaan Menteri, Perusahaan Kawasan Industri wajib memberikan Data Lainyang terkait dengan: a. data tambahan;

b. klarifikasi data; dan/atau

(15)

(2) Permintaan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan melalui surat tertulis, surat elektronik, telepon, atau kunjungan ke lokasi Perusahaan Kawasan Industri.

(3) Pemberian data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari setelah diterimanya permintaan Menteri.

Paragraf Kedua

Perusahaan Kawasan Industri Yang Sedang Mengajukan Permohonan Penerbitan IUKI

Pasal 19

(1) Perusahaan Kawasan Industri yang sedang mengajukan permohonn penerbitan IUKI dapat menyampaikan data kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota.

(2) Data yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. identitas diri pemohon;

b. nomor pokok wajib pajak perusahaan;

c. akta pendirian perusahaan dan/atau perubahannya yang telah disahkan/ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;

d. izin lingkungan atau izin lingkungan Kawasan Industri; dan

e. dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Data yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus akurat, dan lengkap.

Pasal 20

(16)

(2) Penyampaian data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah diperolehnya Akun SIINas tipe F.

(3) Data yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan data yang menjadi lampiran dalam pengajuan permohonan IUKI.

Bagian Keempat

Verifikasi Terhadap Data Industri dan Data Kawasan Industri

Pasal 21

(1) Pengelola SIINas bersama-sama dengan Direktorat Pembina melakukan Verifikasi terhadap Data Industri dan Data Kawasan Industri periode Januari-Juni dan periode Juli-Desember.

(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan semenjak batas waktu penyampaian Data Industri dan Data Kawasan Industri masing-masing periode.

Pasal 22

(1) Dalam hal Pengelola SIINas menilai terdapat kekurangjelasan dan/atau kekurang-lengkapan dari Data Industri atau Data Kawasan Industri yang diterima, Perusahaan Industri atau Perusahaan Kawasan Industri wajib memberikan keterangan penjelasan dan/atau tambahan kelengkapan data yang diminta oleh pengelola SIINas.

(2) Pemberian tambahan kelengkapan dan/atau keterangan penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 5 (lima) hari setelah diterimanya permintaan.

(17)

Validasi Terhadap Data Industri dan Data Kawasan Industri

Pasal 23

(1) Validasi dilakukan oleh Pengelola SIINas terhadap hasil Verifikasi atas Data Industri dan Data Kawasan Industri.

(2) Validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap Data Industri dan Data Kawasan Industri periode Januari-Juni dan periode Juli-Desember hasil Verifikasi.

(3) Validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan semenjak batas waktu pelaksanaan Verifikasi terhadap Data Industri dan Data Kawasan Industri masing-masing periode.

Pasal 24

(1) Dalam hal Pengelola SIINas menilai terdapat ketidakakuratan Data Industri atau Data Kawasan Industri yang diterima, Perusahaan Industri atau Perusahaan Kawasan Industri wajib memberikan keterangan atas akurasi data yang diminta melalui SIINas.

(2) Pemberian keterangan atas akurasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 5 (lima) hari setelah diterimanya permintaan.

(3) Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan bersama-sama dengan Direktorat Pembina berdasarkan penugasan dari Pengelola SIINas.

(18)

PENYAMPAIAN INFORMASI INDUSTRI DAN INFORMASI LAIN

Pasal 25

(1) Penyampaian Informasi Industri dan Informasi Lain dilakukan melalui melalui Sistem Informasi Industri Nasional.

(2) Dalam rangka penyampaian Informasi Industri dan Informasi Lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengelola SIINas memberikan Akun SIINas tipe D kepada Gubernur, dan Bupati/Walikota.

(3) Tata cara pemberian Akun SIINas tipe D sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 26

(1) Gubernur dan Bupati/Walikota menyampaikan Informasi Industri di Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada Menteri.

(2) Informasi Industri yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi paling sedikit informasi mengenai:

a. produksi;

b. penggunaan bahan baku dan bahan penolong;

c. penggunaan energi; dan

d. penyerapan tenaga kerja.

(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan hasil pengolahan terhadap Data Industri dan Data Kawasan Industri hasil Validasi.

(19)

diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota yang bersangkutan.

Pasal 27

(1)Gubernur dan Bupati/Walikota menyampaikan Informasi Lain di Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada Menteri.

(2)Informasi Lain yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi paling sedikit informasi mengenai:

a. pertumbuhan Industri;

b. kontribusi sektor industri terhadap PDRB;

c. ekspor produk industri; dan

d. pelaksanaan program pembangunan dan pengembangan industri yang meliputi sumber daya industri, sarana dan prasarana industri, dan pemberdayaan industri.

(20)

Pasal 28

(1) Gubernur dan Bupati/Walikota menyampaikan Informasi Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sebanyak 1 (satu) kali setiap tahun.

(2) Penyampaian Informasi Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk laporan pelaksanaan Rencana pembangunan Industri Provinsi atau Kabupaten/Kota.

(3) Laporan pelaksanaan Rencana pembangunan Industri Provinsi atau Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29

(1)Satuan kerja perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian melaksanakan pengolahan Data Industri dan Data Kawasan Industri menjadi Informasi Industri sebagaimana dimaksud Pasal 28 ayat (3).

(21)

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal … MENTERI PERINDUSTRIAN

REPUBLIK INDONESIA, (tanda tangan)

(22)

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN … TENTANG

(23)

Formulir

PM-FORMULIR PENYAMPAIAN DATA PERUSAHAAN INDUSTRI PADA TAHAP PEMBANGUNAN

1. Akta Pendirian Perusahaan

a. Nomor : ……….………..…….

b. Tanggal : ……….…..……….

c. Notaris : ……….…………

2. Pengesahan Kementerian Hukum dan HAM

a. Nomor : ……….………

b. Tanggal : ……….………

3. Lokasi Proyek

a. Alamat : ……….………

b. Kawasan Industri : ……….……… b. Kabupaten/Kota : ……….………

c. Provinsi : ……….………

4. Rencana Jenis dan Kapasitas Produksi Terpasang

No. KBLI Jenis Produk Satuan

Standard

Kapasitas Terpasang per Tahun

Persentase Produksi yang Akan Diekspor

1. 2.

dst

5. Rencana Kebutuhan Bahan Baku No

Negeri Luar Negeri 1.

2.

Dst

6. Gambar proses pengolahan bahan baku menjadi produk akhir: (Upload)

7. Rencana Pelaksanaan Pembangunan :

Bulan ……… tahun ……. sampai dengan bulan ……… tahun ……. 8. Kurva Progres Pelaksanaan Proyek (S-Curve) (Upload)

9. Rencana Pelaksanaan Produksi Secara Komersial : Bulan ……….. tahun ………

(24)

10. Tenaga Kerja Pada Tahap Pembangunan/Konstruksi

Tetap Tidak Tetap

Warga Negara Indonesia Warga Negara Asing

11. Total Rencana Tenaga Kerja Pada Tahap Produksi : ……… Orang

12. Investasi Awal

a. Status :

PMDN

PMA

b. Negara Asal Investasi :

……….. c. Modal Tetap

- Pembelian dan pematangan tanah : Rp. / US$ ……… - Bangunan dan Gedung : Rp. / US$ ……… - Mesin dan Peralatan : Rp. / US$ ………

- Lain-lain : Rp. / US$ ………

d. Modal Kerja : Rp. / US$ ………

13. Penggunaan Lahan Proyek : ………... Ha 14. Mesin/Peralatan yang akan digunakan

No. Nama Mesin/ Peralatan

Merk dan

Tipe Teknologi

Negara Pembua

t

Tahun Pembuatan

Banyak-nya

1. 2.

dst

15. Rencana Kebutuhan Energi dan Air Baku Pada Tahap Produksi a. Listrik : ……….. kWh

b. Gas : ……….. MMBTU

(25)

LAMPIRAN II

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN … TENTANG

TATA CARA PENYAMPAIAN DATA INDUSTRI, DATA KAWASAN INDUSTRI, DAN INFORMASI INDUSTRI DI DAERAH Formulir

PM-FORMULIR PENYAMPAIAN DATA PERUSAHAAN INDUSTRI PADA TAHAP PRODUKSI

I. KETERANGAN UMUM

1. Nama Perusahaan Induk : ……….

II. KARAKTERISTIK PERUSAHAAN

2. Persentase Kepemilikan:

a. Pemerintah Pusat : …..… % c. Swasta Nasional : …..… % b. Pemerintah Daerah : …….. % d. Asing : …….. %

Negara Asal Investasi : ……….. 3. Nilai Investasi : Rp. / US$ ...

4. Banyaknya rata-rata pekerja/karyawan per hari kerja.

Produksi Lainnya

Tetap Tidak Tetap Tetap Tidak Tetap

Laki-laki Perempuan

5. Tingkat pendidikan pekerja/karyawan.

a. SD = ………. Orang

b. SMP = ………. Orang

c. SMA/SMK = ………. Orang d. D-I s.d. D-III = ………. Orang e. S-1/D-IV = ………. Orang

f. S-2 = ………. Orang

g. S-3 = ………. Orang

(26)

III. PENGELUARAN

6. Penggunaan Bahan Baku

No

Dalam Negeri Impor

Banyak-7. Penggunaan Bahan Penolong

No

Dalam Negeri Impor

Banyak-8. Penggunaan Air baku untuk proses produksi

Sumber Air Baku Banyaknya

Penggunaan (m3) Biaya (Rp)

Air permukaan (sungai, danau, mata air, dan laut) Air tanah

Perusahaan Penyedia Air

Air daur ulang dari proses di industri

9. Pengeluaran untuk pekerja/karyawan.

Jenis Pengeluaran Pekerja Produksi (Rp.) Pekerja Lainnya (Rp.) Upah/gaji

Lainnya

10. Penggunaan Bahan Bakar dan Pelumas

Jenis bahan bakar dan pelumas

Satuan Standar

Untuk Proses Produksi Untuk Pembangkit Tenaga Listrik Banyaknya Nilai (Rp) Banyaknya Nilai (Rp)

a. Bensin ltr

b. Solar/HSD/ADO ltr

c. Batubara Ton

d. Briket Batubara Ton

e. Gas dari PGN MMBTU

f. Gas bukan dari PGN MMBTU

g. CNG MMBTU

h. LPG kg

i. Pelumas ltr

(27)

Jenis bahan bakar dan pelumas

Satuan Standar

Untuk Proses Produksi Untuk Pembangkit Tenaga Listrik

j.

Batubara tercairkan (liquified coal) dan batubara tergaskan (gasified coal)

ltr

k.

Gas metana batubara (coalbed methane)

MMBTU

l. Angin kWh

m. Biomassa Ton

n. Tenaga Surya kWh

o. Tenaga Air kWh

p. Biofuel ltr

q. Refused Derive Fuel

(RDF) Ton

r. Sludge Ton

s. Lainnya ………….

11. Penggunaan tenaga listrik untuk produksi

Sumber Banyaknya

(kWh) Nilai (Rp)

PLN Non PLN

Pembangkit Sendiri

12. Pembangkit listrik yang dimiliki perusahaan:

a. Kapasitas Daya Terpasang = …….. kW b. Tenaga listrik yang dibangkitkan = …….. kW 13. Tenaga listrik yang dijual

Banyaknya = …….. kWh

Nilai = Rp. ………..

14. Pengeluaran untuk logistik atau distribusi = Rp. ……… 15. Pengeluaran untuk sewa atau kontrak

a. Tanah = Rp. ………

b. Gedung = Rp. ………

(28)

V. KAPASITAS PRODUKSI DAN PRODUKSI (BARANG YANG DIHASILKAN)

17. Kapasitas

No. KBLI Jenis Produk Satuan Kapasitas Terpasang per Tahun

1. 2.

dst

18. Mesin Produksi

a. Mesin Produksi Utama

No. Nama Mesin/ Peralatan

b. Peralatan/Perlengkapan Pendukung/Lainnya

No.

19. Produksi

No Jenis

Produk KBLI Kode HS Spesifikasi Satuan

Banyak-nya Nilai (Rp.)

Persentase

20. Nilai persediaan pada awal dan akhir semester

Jenis Persediaan Awal (Rp.) Akhir (Rp.)

a. Nilai persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan bakar, bahan pembungkus, dan lain-lain b

.

Nilai persediaan barang produksi setengah jadi (dinilai sesuai dengan nilai bahan baku ditambah nilai pekerjaan yang dilakukan)

c. Nilai persediaan barang jadi yang dihasilkan

VI. PENDAPATAN LAIN

21. Pendapatan dari jasa industri (makloon) = Rp. ……….

22. Pendapatan Lainnya = Rp. ……….

(29)

23. Nilai taksiran seluruh barang modal tetap dan penambahan/ pengurangan/perbaikan besar barang modal tetap dan penyusutan

Jenis barang modal

Pembelian/

VIII. PENGELOLAAN LINGKUNGAN

24. Pengelolaan Limbah Padat No

. Jenis Limbah Padat Industri Jumlah (Ton) 1.

2.

dst

25. Pengelolaan Limbah B3

No

Bentuk Pengelolaan Limbah B3 Dikumpulkan

di TPS Limbah B3

Dikerjasamakan dengan pihak lain yang telah berizin

Dimanfaatkan untuk internal industri

1. 2.

dst

26. Pengelolaan Limbah Cair No

.

Parameter Banyaknya

1. Debit limbah cair di Inlet ………. m3

2. Debit limbah cair di Outlet …..…………. m3

3. COD pada saluran Inlet (sebelum diolah di IPAL) ………. mg/liter 4. COD pada saluran Outlet (titik penaatan) ………. mg/liter

(30)

LAMPIRAN III

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN … TENTANG

TATA CARA PENYAMPAIAN DATA INDUSTRI, DATA KAWASAN INDUSTRI, DAN INFORMASI INDUSTRI DI DAERAH Formulir

PM-FORMULIR PENYAMPAIAN DATA PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI PADA TAHAP PEMBANGUNAN

I. KETERANGAN UMUM

1. Nama Perusahaan : ... 2. Nama Kawasan Industri : ... 3. Status Investasi :

PMDN

PMA

II. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI

1. Lahan Kawasan Industri

a. Luas Lahan Kawasan Industri sesuai izin lokasi : ... Ha b. Rencana Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Luas

1) Kaveling Industri ... Ha

2) Kaveling Untuk Bangunan Pabrik Siap Pakai ... Ha 3) Luas Lahan untuk Infrastruktur Dasar dan

Infrastruktur Penunjang ... Ha

4) Luas Lahan untuk Sarana Penunjang ... Ha

5) Luas Ruang Terbuka Hijau ... Ha

2. Pembebasan Tanah dan Pembentukan Muka Tanah (cut & fill)

a. Realisasi pembebasan tanah : ... Ha b. Pembentukan muka tanah (cut & fill) : ... Ha 3. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Industri

Infrastruktur Industri

1. Jaringan transmisi tenaga listrik ke Kawasan Industri Ada / belum 2. Jaringan pipa air baku ke Kawasan Industri Ada / belum 3. Saluran air hujan pembuangan akhir dari Kawasan

Industri

Ada / belum

4. Jalan akses ke Kawasan Industri Ada / belum

(31)

4. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Dasar di dalam Kawasan Industri

Infrastruktur Dasar Rencana Realisasi

a. Jaringan Jalan 1) Jalan Utama 2) Jalan Lingkungan

b. Saluran Buangan Air Hujan c. Saluran Buangan Air Kotor d. Instalasi Penyediaan Air Baku e. Jaringan Distribusi Air Baku f. Kantor Pengelola

g. Instalasi Pengolahan Air Limbah h. Jaringan Pengumpul Air Limbah

Industri

i. Penampungan Sementara Limbah Padat B3

j. Penampungan Sementara Limbah Padat Non B3

k. Instalasi Penerangan Jalan Kawasan Industri

l. Pagar Kawasan Industri

... km

5. Ketersediaan Infrastruktur Penunjang

Infrastruktur Penunjang Rencana Realisasi

a. Fasilitas Perumahan ... unit ... m2

…... unit ... m2

b. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan ... m2 ... m2

... orang ... orang ... kelas ... kelas c. Fasilitas Penelitian dan

Pengembangan

... m2 ... m2

d. Fasilitas Kesehatan ... m2 ... m2

... orang ….… orang e. Fasilitas Pemadam Kebakaran ... m2 ... m2

f. Fasilitas Tempat Pembuangan Sampah

... m2

... m3/hari

... m2

... m3/hari

6. Ketersediaan Sarana Penunjang

Sarana Penunjang Rencana Realisasi

a. Hotel dan Restoran ... m2 ... m2

III. RENCANA KEBUTUHAN ENERGI DAN AIR BAKU

(32)

1. Energi: a. Listrik b. Gas

... kWh ... MMBTU

2. Air Baku ... m3/detik

IV. REALISASI INVESTASI

No. Uraian Nilai

1. Pembelian lahan dan Pematangan Lahan Rp. ... 2. Infrastruktur Dasar Rp. ... 3. Infrastruktur Penunjang, dan Sarana Penunjang Rp. ...

4. Lain-lain Rp. ...

V.TENAGA KERJA PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI

1

. Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Laki-laki ... orang Wanita ... orang 2

(33)

LAMPIRAN IV

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TENTANG

TATA CARA PENYAMPAIAN DATA INDUSTRI, DATA KAWASAN INDUSTRI, DAN INFORMASI INDUSTRI DI DAERAH Formulir

PM-FORMAT PENYAMPAIAN DATA PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI PADA TAHAP KOMERSIAL

I. KETERANGAN UMUM

Nama Perusahaan : ... Nama Kawasan Industri : ... Status Investasi :

PMDN

PMA

II. KONDISI FISIK KAWASAN INDUSTRI

1. Lahan Kawasan Industri

a. Luas Lahan Kawasan Industri : ... Ha b. Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Luas

1) Kaveling Industri ... Ha

2) Kaveling Untuk Bangunan Pabrik Siap Pakai ... Ha 3) Luas Lahan untuk Infrastruktur Dasar dan

Infrastruktur Penunjang

... Ha

4) Luas Lahan untuk Sarana Penunjang ... Ha

5) Luas Ruang Terbuka Hijau ... Ha

2. Ketersediaan Infrastruktur Industri Infrastruktur Industri

a. Jaringan transmisi tenaga listrik ke Kawasan

Industri ... km

b. Jaringan pipa air baku ke Kawasan Indust ... km c. Saluran air hujan pembuangan akhir dari Kawasan

Industri

... km

d. Jalan akses ke Kawasan Industri ... km

(34)

Infrastruktur Dasar Kapasitas a. Jaringan Jalan

3) Jalan Utama 4) Jalan Lingkungan

... km ... km

b. Saluran Buangan Air Hujan ... m3/jam

c. Saluran Buangan Air Kotor ... m3/jam

d. Instalasi Penyediaan Air Baku ... m3/jam

e. Jaringan Distribusi Air Air Baku ... km

f. Kantor Pengelola ... unit

g. Instalasi Pengolahan Air Limbah ... m3/jam

h. Jaringan Pengumpul Air Limbah Industri ... km i. Penampungan Sementara Limbah Padat B3 ... m3

j. Penampungan Sementara Limbah Padat Non B3 ... m3

k. Instalasi Penerangan Jalan Kawasan Industri ... unit

l. Pagar Kawasan Industri ... km

m. Jaringan Gas ... MMBTU

4. Ketersediaan Infrastruktur Penunjang

Infrastruktur Penunjang Kapasitas

g. Fasilitas Perumahan

Landed House Milik/Landes House Sewa/Rusunawa/ Rusunami

……… m2

... unit h. Fasilitas Penelitian dan Pengembangan ... m2

i. Fasilitas Kesehatan ... m2

... orang

j. Fasilitas Pemadam Kebakaran ... m2

k. Fasilitas Tempat Pembuangan Sampah ... m2

... m3/hari

f. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan ... orang ... kelas 5. Ketersediaan Sarana Penunjang

Sarana Penunjang Luas

f. Hotel dan Restoran ... m2

... kamar

g. Sarana Ibadah ... m2

h. Sarana Olahraga ... m2

i. Sarana Perbankan ... m2

j. Kantor Pos ... m2

(35)

V. KEBUTUHAN ENERGI DAN AIR BAKU

No. Uraian

1. Energi: a. Listrik b. Gas

... kWh ... MMBTU

2. Air Baku ... m3/detik

VI. REALISASI INVESTASI

No. Uraian Nilai

1. Pembelian lahan dan Pematangan Lahan Rp. ... 2. Infrastruktur Dasar Rp. ... 3. Infrastruktur Penunjang, dan Sarana Penunjang Rp. ...

4. Lain-lain Rp. ...

VI. PEMASARAN

1. Penjualan/Penyewaan Kaveling Industri Siap Bangun :

Jumlah Kaveling Industri Jumlah Luas Yang telah disiapkan ………. Unit ... Ha Yang telah terjual ………. Unit ... Ha Yang telah tersewa/HPL ………. Unit ... Ha

2. Penjualan/Penyewaan Bangunan Pabrik Siap Pakai:

Jumlah Kaveling Industri Jumlah Luas

Yang telah disiapkan ………. Unit ... Ha Yang telah terjual ………. Unit ... Ha Yang telah tersewa/HPL ………. Unit ... Ha

3. Penjualan/Penyewaan Lahan atau Bangunan lain (diluar untuk kegiatan-kegiatan Industri) :

Jenis Penggunaan Lahan/Bangunan Jumlah Luas

………. Unit ... Ha ………. Unit ... Ha dst

VII. TENAGA KERJA PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI

1

(36)

2

. Penyerapan Tenaga Kerja Asing Laki-laki ... orang Wanita ... orang

VIII. PERUSAHAAN YANG BERLOKASI DI DALAM KAWASAN INDUSTRI

a. Kaveling Industri

No Nama

Asal Luas Kaveling

Status

b. Bangunan Pabrik Siap Pakai

No Nama

Asal Luas Kaveling

Status

(37)

LAMPIRAN V

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TENTANG

TATA CARA PENYAMPAIAN DATA INDUSTRI, DATA KAWASAN INDUSTRI, DAN INFORMASI INDUSTRI DI DAERAH Formulir

PM-FORMAT PELAPORAN INFORMASI INDUSTRI KABUPATEN/KOTA/PROVINSI

I. PERWILAYAHAN

1. Luas wilayah prov/kab/kota : ________________ km2

2. Luas kawasan peruntukan industri : ________________ km2

3. Denah RTRW : (Harap dilampirkan)

4. Sentra industri No

. Nama Sentra Alamat Jenis Produk Jumlah Industri 1.

2.

dst

II. SARANA DAN PRASARANA

1. Panjang jalan : ……… km

2. Panjang jalan tol : ……… km

3. Pelabuhan : ……….

4. Bandara : ……….

5. Stasiun KA untuk bongkar muat : ………. 6. Kapasitas pergudangan : ……… m3

7. Ketersediaan listrik : ……… MW

III. SUBER DAYA INDUSTRI

1. Produk industri unggulan

No. Komoditi Perusahaan Jumlah

1. 2.

dst

2. Tenaga kerja usia produktif Usia

(tahun)

SLTP SLTA D3/D4 S1 S2/S3

(38)

3. Hasil pertanian No

. Komoditi Jumlah Produksi

1. 2.

dst

4. Hasil perkebunan No

. Komoditi Jumlah Produksi

1. 2.

dst

5. Hasil kehutanan No

. Komoditi Jumlah Produksi

1. 2.

dst

6. Hasil peternakan No

. Komoditi Jumlah Produksi

1. 2.

dst

7. Hasil pertambangan No

. Komoditi Jumlah Produksi

1. 2.

dst

8. Hasil laut No

. Komoditi Jumlah Produksi

1. 2.

dst

IV. KEBIJAKAN DAN FASILITAS

1. UMP/UMK : Rp ………. /bulan

2. Daftar Peraturan Daerah yang terkait dengan industri No

. Peraturan Lingkup pengaturan

1. 2.

dst

3. Fasilitas Non-Fiskal yang diberikan kepada perusahaan industri

a. Perizinan cepat : Ya

(39)
(40)

V. INVESTASI

1. Investasi saat ini No

. Sektor Industri Nilai investasi (Rp) PMDN (%) PMA (%) 1.

2.

dst

2. Rencana investasi tahun depan No

. Sektor Industri Nilai investasi (Rp) PMDN (%) PMA (%) 1.

2.

dst

VI. PERMASALAHAN

Permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah dalam mengembangkan industri:

Referensi

Dokumen terkait

5-. Pen#uuran Ke&e*atan.. Ke"epatan biasanya diukur se"ara tidak langsung melalui pengukuran selisih antara tekanan stagnasi dengan tekanan aliran bebas,

Penggunaan media gambar pada model induktif kata bergambar dapat mempermudah anak tunarungu terampil dalam menulis kalimat dasar yang berpola SPOK.. Sebelum menyusun

Setelah guru Bimbingan dan Konseling mengetahui permasalahan yang dialami oleh peserta didiknya guru Bimbingan dan Konseling mengambil tindakan dalam membantu

Oleh karena itu bagian yang akan dihilangkan tersebut tidak disimpan dalam databse, namun akan dihitung dari data dalam database jika suatu laporan diperlukan.. Perhitungan ini

Ketiadaan respon otoritas yang baik dalam menghadapi kendala-kendala yang terjadi inilah yang menyebabkan kerja sama yang dilakukan antara Indonesia dengan CITES tidak berjalan

Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat di sebut sebagai genangan air yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh : (1) Perubahan tata guna lahan di Daerah

Penelitian yang dilakukan dengan penerapan model pembelajaran moral reasoning pada kelas eksperimen dan model pembelajaran value clarification technique pada kelas

Hal ini disebabkan oleh panas yang dijalarkan terus berkurang jika lapisan tanah dalam, sampai pada suatu kedalaman tertentu, panas yang dijalarkan dari permukaan bumi