• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT TERPENCIL DI DESA SIPESO KECAMATAN SINDUE TOBATA KABUPATEN DONGGALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONDISI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT TERPENCIL DI DESA SIPESO KECAMATAN SINDUE TOBATA KABUPATEN DONGGALA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT TERPENCIL

DI DESA SIPESO KECAMATAN SINDUE TOBATA

KABUPATEN DONGGALA

Nirmala Sari1, Nurvita2, dan Ika Listiqowati2

Nirmalasari294@yahoo.com; vitamombine@gmail.com; ikalistiqowati@ymail.com

Mahasiswa Pendidikan Geografi1 Dosen Pendidikan Geografi2

Program Studi Penddikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kondisi tingkat pendidikan masyarakat terpencil di Desa Sipeso dan (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tingkat pendidikan masyarakat terpencil di Desa Sipeso. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan analisis deskriptif. Tehnik sampling menggunakan purposive sampling. Subyek penelitian adalah 19 orang yang terdiri dari kepala Desa dan 18 orang Kepala Keluarga. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Kondisi pendidikan masyarakat terpencil di Desa Sipeso masih sangat rendah, banyaknya masyarakat yang tidak memperoleh pendidikan dan ada juga yang hanya memperoleh pendidikan dasar (SD), tetapi mereka tidak melanjutkan lagi ke sekolah lanjutan. Jumlah masyarakat yang tidak tamat SD 21,05%, tamat SD 47,37%, tamat SLTP/Sederajat 21,05%, tamat SLTA/Sederajat 10,53%. (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat terpencil di Desa Sipeso yaitu faktor kesadaran pentingnya pendidikan masih rendah, dan faktor ekonomi yang rendah menghambat anak melanjutkan pendidikannya karena biaya pendidikan yang dirasakan sangat mahal. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor lingkungan dan aksesibilitas.

(2)

ABSTRACT

The objectives of this study are (1) To determine the condition of the education level of remote communities in Sipeso Village and (2) To determine the factors that influence the condition of the education level of remote communities in Sipeso Village. This research is a qualitative research using descriptive analysis. The sampling technique uses purposive sampling. The research subjects were 19 people consisting of village heads and 18 family heads. Data collection methods used are observation, interview, documentation. The results of the study show that (1) the education conditions of remote communities in Sipeso village are still very low, there are many people who do not receive education and some only receive primary education, but they do not continue to further education. The number of people who did not graduate from elementary school was 21.05%, graduated from elementary school 47.37%, graduated from junior high school / equivalent 21.05%, graduated high school / equivalent 10.53%. (2) Factors that influence the low level of education of remote communities in Sipeso village, namely the awareness of the importance of education is still low, and low economic factors prevent children from continuing their education because the cost of education is very expensive. Other factors that influence are environmental factors and accessibility.

Keywords: Education Level, Remote Society, Sipeso Village

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kemampuan berpikir logis, analistis, sistematis, kritis dan kreatif agar mampu bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Depdiknas, 2006:9). Sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak terelakan lagi bahwa saat ini pendidikan sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat. Meskipun kebutuhan akan pendidikan setiap orang tidak sama, baik jenjang maupun tempat pendidikannya. Pendidikan yang dilakukan oleh seseorang tidaklah terbatas oleh tempat dan waktu. Kegiatan pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Pada pasal 3 dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disampaikan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

(3)

bertanggungjawab. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan masa yang akan datang karena dengan pendidikan yang lebih baik dapat diharapkan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga mampu dalam mengembangkan taraf hidupnya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan merupakan sektor yang sangat penting dan harus diutamakan demi tercapainaya tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang tentunya akan diikuti oleh peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas menuju pembangunan nasional yang berkelanjutan (Hasbullah, 2009:4)

Pendidikan di Indonesia kini memang menjadi fokus yang utama selain bidang ekonomi. Kualitas pendidikan di Indonesia memang tidak tertinggal dibandingkan kualitas pendidikan di negara lain, hanya saja polanya dan tidak meratanya yang menjadi permasalahan. Untuk Desa-desa yang tertinggal dan jauh dari perkotaan dan pusat pemerintahan, kualitas pendidikannya memang belum sangat maju dibandingkan pendidikan diwilayah-wilayah perkotaan dan pusat pemerintahan. Selain fasilitas pendidikan yang masih kurang mendukung seperti kurangnya pusat pembelajaran

seperti sekolah, terkadang kurangnya tenaga pengajar pun menjadi salah satu kendala majunya kualitas pendidikan di Indonesia.

(4)

modern seperti saat ini masih ada sebagian masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan khususnya di daerah terpencil.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dan dilaksanakan

di Desa Sipeso Kecamatan Sindue Tobata Kabupaten Donggala. Subyek penelitian sebanyak 19 orang, dengan menggunakan teknik purposive sampling.Purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:85).

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

Menurut Miles dan Huberman (1992:16-19) untuk melakukan analisis secara kualitatif melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Sipeso merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Sindue Tobata Kabupaten Donggala. Desa Sipeso memiliki luas Wilayah 19,97 km2. terbagi dalam 3 Dusun. Keadaan topografi Desa Sipeso adalah dataran tinggi dan merupakan kawasan pedesaan yang bersifat agraris, dengan mata pencaharian dari sebagian besar penduduknya adalah bercocok tanam terutama sektor pertanian dan perkebunan, seperti tananam cengkeh, kelapa, kakao, lada, pala dan buah-buahan. Hal ini juga didukung dengan keadaan tanah yang subur dan ketersediaan air yang cukup.

Desa Sipeso merupakan Desa pemekaran dari Desa Oti. Kata Sipeso tidak memiliki arti tertentu hanya diambil dari nama nenek bapak Abdullah yang menjabat sebagai kepala Dusun pertama di Desa Sipeso alasannya agar namanya tidak dilupakan. Pada tahun 1981 Desa Sipeso merupakan sebuah dusun yang berada di Desa Oti, pada

tahun 2008 Dusun Sipeso diresmikan untuk dijadikan sebuah Desa dan yang terpilih kepala desa yang pertama adalah bapak Naim.

2. Kondisi Tingkat Pendidikan Masyarakat Terpencil Di Desa Sipeso

(5)

cita-cita tersebut. Terbukti bahwa seluruh bangsa yang berhasil mencapai tingkat kemajuan kebudayaan dan teknologi yang tinggi mesti disangga oleh kualitas pendidikan yang sangat kokoh. Pendidikan yang berkembang dari zaman ke zaman senantiasa memprihatinkan terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap pendidikan pada zamannya masing-masing.

Pendidikan bagi masyarakat adalah hal yang sangat penting, baik yang diraih melalui pendidikan formal maupun informal. Di zaman yang semakin maju sekarang ini kesuksesan seseorang tidak dapat dicapai tanpa melalui pendidikan secara formal maupun informal, sebab yang menjadi parameter atau ukuran untuk menilai seseorang adalah tingkat pendidikannya. Pendidikan juga memegang peranan yang sangat penting dalam sosialisasi anak yang senantiasa berinteraksi dengan kelompok sosial bahkan pendidikan dapat menjadi motor penggerak untuk menuju masyarakat yang maju dan dapat bersaing sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kenyataan yang ditemukan dilapangan bahwa banyak masyarakat yang hanya menempuh pendidikan dasar (SD) tidak melanjukan lagi pendidikannya ke jenjang selanjutnya, bahkan ada juga masyarakat yang tidak tamat SD. Jumlah masyarakat yang tidak tamat SD 21,05%, tamat SD 47,37%, tamat SLTP/sederajat 21,05%, tamat SMA/sederajat 10,53%. Data tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan bapak Abdu Lationo selaku Kepala Desa Sipeso, ia mengatakan bahwa kondisi tingkat

pendidikan masyarakat terpencil di Desa Sipeso Kecamatan Sindue Tobata Kabupaten Donggala masih sangat rendah karena banyaknya jumlah masyarakat yang hanya tamat SD dan tidak melanjutkan lagi kejenjang selanjutnya, bahkan ada juga masyarakat yang tidak tamat SD karena mereka lebih memilih bekerja mencari uang daripada melanjutkan sekolah, bagi mereka sudah bisa membaca dan menulis sudah cukup (Wawancara 07 November 2017). Pada dasarnya tidak seorangpun yang menginginkan masalah putus sekolah terjadi khususnya pada jenjang pendidikan rendah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengukuran tingkat pendidikan formal digolongkan menjadi empat yaitu:

1. Tingkat pendidikan sangat tinggi, yaitu minimal pernah menempuh pendidikan

tinggi.

(6)

4. Tingkat pendidikan rendah, yaitu pendidikan SD/sederajat.

Berdasarkan Undang-undang tersebut dapat diketahui bahwa kondisi tingkat pendidikan masyarakat terpencil di Desa Sipeso Kecamatan Sindue Tobata Kabupaten Donggala masih dalam kategori rendah dengan jumlah tingkat pendidikan masyarakat terbanyak yaitu tamat SD yang berjumlah 47,37%.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Tingkat Pendidikan

Masyarakat Terpencil Di Desa Sipeso

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sipeso, kondisi tingkat pendidikan masyarakat terpencil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor kesadaran akan pentingnya pendidikan, faktor ekonomi, faktor lingkungan dan aksesibilitas.

a. Faktor Kesadaran Tentang Pentingnya Pendidikan

Kesadaran diri individu tentang pentingnya pendidikan, bagaimana cara mereka membangun semangat yang ada pada diri masing-masing untuk menempuh pendidikan tanpa ada paksaan dari siapapun. Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan informan, bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah ada tetapi masih rendah karena masyarakat menganggap pentingnya pendidikan diperoleh hanya semata untuk belajar membaca dan menulis saja jika mereka sudah bisa membaca dan menulis maka

mereka tidak melanjutkan lagi kejenjang berikutnya karena ingin bekerja agar menghasilkan uang. Masyarakat kurang berminat untuk sekolah hingga jenjang Perguruan Tinggi, mereka lebih banyak memilih bekerja dan membantu orang tua. Bagi masyarakat sekolah hanya untuk belajar membaca dan menulis, itu sudah cukup untuk bekal hidup, adapula anggapan bahwa percuma sekolah sampai ke jenjang yang tinggi (Perguruan Tinggi) jika nantinya akan kembali jadi petani juga.

b. Faktor Ekonomi

(7)

jenjang pendidikan maka semakin besar pula biayanya, oleh karena itu kondisi ekonomi keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan.

Berdasarkan hasil wawancara secara langsung terhadap informan, faktor ekonomi merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi pendidikan masyarakat terpencil di Desa Sipeso. Masyarakat Desa Sipeso yang sebagian besar bekerja sebagai petani pendapatannya tergantung pada lahan yang diolah. Hasil panen yang diperoleh kadang tidak sesuai dengan pengeluaran selama perawatan.

Minimnya pendapatan dan mahalnya biaya pendidikan dirasakan sangat sulit menyekolahkan anak sampai ke jenjang SMA/Perguruan Tinggi. Dengan pendapatan yang demikian tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan keluarga apalagi bagi yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak, maka secara langsung kebutuhan ekonomi akan besar pula. Dengan keadaan seperti ini akan sangat sulit bagi mereka untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Dengan alasan ini anak-anak harus berhenti sekolah untuk membantu orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dapat di simpulkan bahwa faktor ekonomi dalam penelitian ini yakni dikaji dari segi mahalnya biaya pendidikan dengan pekerjaan sebagai petani yang memiliki penghasilan minim dirasakan tidak mampu untuk menyekolahkan anak setinggi mungkin.

c. Faktor Lingkungan

(8)

terhadap pola tingkahlaku, cara berfikir/pandangan serta kebiasaan seseorang terhadap sesuatu.

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga informan dan lingkungan masyarakat yang meliputi interaksi antar anggota keluarga dan interaksi dengan anggota masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan secara langsung terhadap informan, bahwa masyarakat terpencil di Desa Sipeso menganggap pendidikan tidak terlalu penting dan tidak menjadi hal yang diutamakan mereka lebih memilih bekerja. Sementara komunikasi antara orang tua dan anak tentang pendidikan tidak terjalin dengan baik, orang tua kurang memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan untuk diperoleh kepada anak sehingga anak kurang termotivasi dalam menempuh pendidikan. Anak yang tidak ingin sekolah hanya dibiarkan saja dengan alasan mengikuti keinginan anak karena jika di paksakan akan merugikan orang tua jika mereka tidak bersungguh-sungguh sehingga membuat anak semakin acuh terhadap pendidikannya. Masyarakat terpencil di Desa Sipeso hanya berfikir bagaimana cara mendapatkan uang dan mengajarkan anak untuk ikut dalam membantu perekonomian keluarga akibatnya anak tidak memperhatikan pendidikannya dan selalu memikirkan pekerjaan agar dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa meminta kepada orang tua sehingga banyak anak yang putus sekolah dan memilih bekerja.

d. Aksesibilitas

(9)

melanjutkan pendidikannya. Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa aksesibilitas yang mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat terpencil di Desa Sipeso yaitu jarak antara rumah dan sekolah yang jauh dan kurangnya sarana pendidikan yang berada di Desa Sipeso.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi pendidikan masyarakat terpencil di Desa Sipeso masih sangat rendah,

banyaknya masyarakat yang tidak memperoleh pendidikan dan ada juga yang hanya memperoleh pendidikan dasar (SD), tetapi mereka tidak melanjutkan lagi ke sekolah lanjutan. Jumlah masyarakat yang tidak tamat SD 21,05%, tamat SD 47,37%, tamat SLTP/Sederajat 21,05%, tamat SLTA/Sederajat 10,53%.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

terpencil di Desa Sipeso yaitu faktor kesadaran pentingnya pendidikan masih rendah, dan faktor ekonomi yang rendah menghambat anak melanjutkan pendidikannya karena biaya pendidikan yang dirasakan sangat mahal. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor lingkungan dan aksesibilitas.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dikemukakan beberapa saran sabagai berikut: 1. Bagi Masyarakat

Diharapka kepada Bapak dan Ibu khususnya masyarakat Desa Sipeso yang mempunyai anak usia sekolah agar selalu diberikan pemahaman akan pentingnya suatu pendidikan. Motivasi dari orang tua sangat diperlukan untuk merubah cara berfikir anak yang menganggap pendidikan tidak penting. Sebagai orang tua harus selalu memberikan motivasi baik berupa dorongan moril dan materil agar bisa menempuh pendidikan bahkan sampai pada perguruan tinggi.

(10)

Diharapkan kepada pemerintah baik di kecamatan, kabupaten bahkan pemerintah pusat, kiranya perlu memperhatikan secara saksama tentang keadaan kehidupan masyarakat ekonomi menengah kebawah, khususnya dalam menetapkan kebijakan yang tidak menyusahkan masyarakat banyak. Disamping itu pemerintah juga memperhatikan keadaan sarana dan prasarana di Desa Sipeso seperti keadaan jalan yang rusak.

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional.

Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Miles. MB dan Hubermen. AM. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sugiyono, (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1999 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Mekanisme GCG Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Energi Dan Pertambangan Yang Tercatat

Hasil kedelai varietas Dena 1, Dena 2 dan Burangrang yang ditanam pada sistem tanam tumpangsari dengan jagung manis dengan jarak tanam jagung antarbaris 80-120 cm dan jarak dalam

ini berbeda antara ball's melody satu dan ball's melody lainnya. 24) mengemukakan bahwa "perkembangan motorik merupakan suatu proses yang terjadi sejalan dengan

Sumber data dalam penelitian ini adalah telepon seluler mahasiswa angkatan 2013 yang berisi komunikasi mahasiswa kepada dosen, sedangkan data penelitian ini adalah

Untuk mengatasi permasalahan di atas penulis merancang sistem yang terkomputerisasi dengan baik yang diharapkan dapat membantu petugas dalam menyajikan

Nama butter (mentega) hanya diperbolehkan untuk mentega yang mengandung lebih dari 95% lemak, dan boleh diberi keterangan ‘ salted ’ (asin) dan ‘ unsalted ’ (tawar) sesuai

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis intensitas gangguan simpai berdasarkan ruang aktivitas, jenis tanaman, waktu aktivitas dan menganalisis upaya mitigasi gangguan

Namun, jika seseorang menghambakan dirinya kepada selain Allah, maka status kemanusiaannya akan jatuh di bawah apa saja yang disembahnya, karena manusia merupakan ciptaan yang