• Tidak ada hasil yang ditemukan

23240 ID respon pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah capsicum annuum l varietas prab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "23240 ID respon pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah capsicum annuum l varietas prab"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

9

GROWTH AND YIELD RESPONSE OF RED CHILLIES (Capsicum annum L.) PRABU VARIETY TO A COMBINATION OF DOSES OF PHOSPHATE FERTILIZER AND BOKASHI OF WASTE

STRAW MUSHROOM

Netti Nurlenawati1), Asmanur Jannah1), Nimih1) 1)

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA)

ABSTARCT

The objective of the research was to provide the best combination of phosphorus fertilizer and bokashi of waste straw mushroom in increase the plant’s growth and yield of red chillies (Capsicum annum L.) Prabu variety. The experiment was conducted at screen house of Agricultural Faculty of Unsika, Karawang from July to October 2008. The experiment design used was Randomized Complete Block Design (RCBD) with 10 treatments and three replication. The treatments were (P0) not fertilizer (control), (P1) 10 ton/ ha bokashi, (P2) 20 ton/ha bokashi,( P3) 90 kg/ha P2O5, (P4) 90 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha bokashi, (P5) 90 kg/ha P2O5 + 20 ton/ha bokashi, (P6) 115,2 kg/ha P2O5, (P7) 115,2 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha bokashi, (P8) 115,2 kg/ha P2O5 + 20 ton/ha bokashi, (P9) 115,2 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha manure organic fertilizer (MOF) as local recommended dosage. The experiment result show (P7) 115,2 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha bokashi, (P8) 115,2 kg/ha P2O5 + 20 ton/ha bokashi, (P9) 115,2 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha MOF gave the best influence on the fruits weight per plant.

Key word: phosphorus, bokashi, red chillies

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk rganik bokashi jerami limbah jamur merang yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum annum L). Varietas Prabu. Percobaan dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Unsika, Karawang dari bulan Juli sampai Oktober 2008. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan jumlah perlakuan 10 taraf yang diulang 3 kali. Taraf perlakuan adalah P0 tanpa pupuk (kontrol), (P1) 10 ton/ ha bokashi, (P2) 20 ton/ha bokashi, (P3) 90 kg/ha P2O5, (P4) 90 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha bokashi, (P5) 90 kg/ha P2O5 + 20 ton/ha bokashi, (P6) 115,2 kg/ha P2O5, (P7) 115,2 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha bokashi, (P8) 115,2 kg/ha P2O5 + 20 ton/ha bokashi, (P9) 115,2 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha pupuk kandang sebagai rekomendasi lokal.

Hasil percobaan menunjukkan perlakuan P7 115,2 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha bokashi, P8 115,2 kg/ha P2O5 + 20 ton/ha bokashi, dan P9 115,2 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha pupuk kandang memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot buah per tanaman.

Kata kunci: fosfat, bokashi, cabai merah

PENDAHULUAN

Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura

penting yang dibudidayakan secara komersial, hal

ini disebabkan selain cabai memiliki kandungan

gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai

ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik

untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk

keperluan industri makanan.

Menurut Rans (2005) daerah sentra

penanaman cabai di Indonesia tersebar di

(2)

10 sampai Sulawesi Selatan. Produksi cabai merah

yang dihasilkan rata-rata 841,015 ton per tahun.

Pulau Jawa memasok cabai merah sebesar

484,36 ton sedangkan sisanya dari luar Jawa.

Secara skala nasional rata-rata hasil per hektar

masih tergolong rendah yaitu 48,93 kuintal per

hektar dengan luas panen sebesar 171,895 ha.

Cabai merah merupakan jenis tanaman

yang dapat ditanam dengan kisaran suhu antara

21oC – 27 oC (Setiadi, 2003), hal ini memung-kinkan untuk dibudidayakan di daerah dataran

rendah seperti di Kabupaten Karawang yang

memiliki suhu rata-rata 27 oC. Dengan usahatani cabai merah diharapkan petani di daerah ini

mempunyi peluang untuk meningkatkan

penda-patan selain dari hasil menanam padi.

Selama ini produksi tanaman cabai

merah yang dibudidayakan di Kabupaten

Karawang hanya mencapai 2 654 kuintal per

tahun. Hal ini selain disebabkan oleh

produkstivi-tasnya yang rendah yaitu 29,5 kuintal per hektar,

rendahnya produksi cabai merah ini disebabkan

dari 30 kecamatan di Kabupaten Karawang hanya

6 kecamatan penghasil cabai merah dengan luas

tanam 90 hektar. Umumnya petani di daerah

tersebut menggunakan pupuk anorganik tanpa

diimbangi dengan pupuk organik, demikian juga

aplikasi pemupukan sering tidak sesuai dengan

kebutuhan tanaman (Dinas Pertanian, Kehutanan

dan Perkebunan Kabupaten Karawang, 2005).

Budidaya cabai merah di Kabupaten

Karawang menghadapi tantang-an yang berat

karena lahan di daerah ini telah banyak

mengalami perubahan sebagai akibat

penggu-naan pupuk anorganik yang terus menerus tanpa

diimbangi oleh pemberian pupuk organik. Hal ini

menye-babkan rusaknya biota tanah, resistensi

hama dan penyakit serta dapat mengubah

kandungan vitamin dan mineral yang terdapat

dalam sayuran dan buah-buahan (Nasir, 2008).

Menurut Sutanto (2002) pupuk organik

merupakan bahan pembenah tanah yang lebih

baik daripada bahan pembenah buatan, walaupun

pada umumnya pupuk organik mempunyai

kandungan hara makro N, P dan K yang rendah

tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah

cukup yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan

tanaman. Pemberian bokashi yang

difermenta-sikan dengan EM-4 merupakan salah satu cara

untuk memperbaiki sifat fisik tanah, kimia dan

biologis tanah serta dapat menekan hama dan

penyakit serta meningkatkan mutu dan jumlah

produksi tanaman (Nasir, 2008). Menurut Tata

(2000) pupuk bokashi merupakan bahan-bahan

organik yang difermentasikan menggunakan EM-4

dapat meningkatkan tanah yang miskin akan unsur

hara menjadi tanah yang produktif melalui proses

alamiah. Sedangkan menurut Sutanto (2002)

mikroorganisme efektif (EM) merupakan kultur

campuran berbagai jenis mikroorganisme yang

bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam

laktat, ragi, actinomy-cetes dan jamur peragian) yang dapat diman-faatkan sebagai inokulan untuk

meningkatkan keragaman mikrobia tanah. Pupuk

organik bokashi dibuat dari bahan-bahan organik

seperti jerami, sampah organik, pupuk kandang,

sekam padi, rumput dan limbah jamur merang

yang telah difermentasikan oleh Effective Microor-ganisme (EM).

Sebagai daerah lumbung padi,

Kabupaten Karawang menghasilkan jerami cukup

tinggi. Salah satu pengelolaan jerami ini

digunakan sebagai media dalam budidaya jamur

(3)

11 jamur merang hingga kini belum dimanfaatkan

dengan baik. Alternatif pengelolaan limbah yang

mudah serta murah dalam pembuatannya antara

lain digunakan sebagai pupuk bokashi.

Hasil analisis Laboratorium Balai

Penelitian Tanah Bogor (2005) menunjukkan

bahwa bokashi limbah jamur merang mengandung

unsur hara: C-organik 7,14%; N-kdj 0,52%, P2O5 34%; K2O 0,78%; Na 0,07%; Ca 1,25%; Mg 0,16%; S 0,13%; Fe 4,24%; Al 7,35%; Mn 5,02%;

Cu 3% dan Zn 35%.

Menurut Murbandono (1990) kandungan

unsur hara dalam pupuk organik tersebut masih

relatif kecil sehingga dalam aplikasi

penggu-naannya masih perlu menggunakan pupuk

anorganik. Tanpa pemberian pupuk anorganik,

maka pemberian pupuk organik akan tidak efektif.

Pupuk fosfat dibutuhkan oleh tanaman

sayuran terutama jenis sayuran yang

dimanfaatkan buahnya termasuk tanaman cabai

merah, karena fosft merupakan unsur pokok pada

waktu generatif khususny untuk pembentukan

alnumin dan pembentukan bunga, buah dan biji.

Hal ini sejalan dengan penelitian Santoso (2000)

pada cabai merah, bahwa penggunaan unsur hara

fosfat pada tanaman cabai merah dapat

mendorong terbentuknya bunga dan buah. Unsur

fosfor sering terjadi kekurangan di dalam tanah

akibat jumlah unsur fosfor di dalam tanah sedikit,

sebagian besar tidak dapat diambil tanaman, dan

sering terjadi fiksasi oleh Al pada tanah masam

atau oleh Ca pada tanah alkalis (Hardjowigeno,

2003). Menurut Dinas Pertanian Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Karawang (2005) pupuk

kandang seharusnya diberikan dengan pupuk

anorganik dengan dosis 117 kg/ha N. 115,2 kg/ha

P2O5 dan 180 kg/ha K2O.

Penelitian ini bertujuan untuk

menda-patkan kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk

organik bokashi jerami limbah jamur merang yang

tepat dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman cabai merah (Capsicum annum L).

METODE PENELITIAN

Percobaan dilaksanakan pada bulan Juli

sampai dengan Oktober 2008 di rumah kasa

Fakultas Petanian Universitas Singaperbangsa

Karawang (Unsika).

Bahan-bahan yang digunakan dalam

percobaan ini adalah tanah dari Desa Tunggakjati

Kelurahan Tanjungmekar Kecamatan Karawang

Barat dengan tekstur liat; benih cabai merah

varietas Prabu, pupuk organik bokashi jerami

limbah jamur merang, pupuk N, pupuk SP 36 dan

pupuk KCl; Curracron 18 EC, Furadan 3G,

Rubigan 120 EC dan fungisida Derosol 60 WP.

Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah

polibag ukuran diameter 30 cm dan tinggi 75 cm;

ayakan tanah, baki semai ukuran 40 cm x 30 cm

dengan tinggi tanah 5 cm, neraca digital,

timbangan, timbangan, meteran, jangka sorong,

ajir bambu, emrat, handsprayer , label, dan alat

tulis.

Rancangan yang digunakan dalam

percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok

(RAK) dengan 10 macam perlakuan yang

masing-masing diulang 3 kali. Adapun perlakuan yng

diberikan adalah sebagai berikut: 1) tanpa pupuk

(4)

12 ton/ha bokashi; 10) 115,2 kg/ha P2O5 + 10 ton/ha pupuk kandang sebagai dosis rekomendsi lokal.

Tahapan-tahapan dalam pelaksana-an

percobaan meliputi: pesemaian benih, persiapan

tanah percobaan, penanaman, pemberian pupuk

anorganik, dan pemeliharaan selama pelaksanaan

percobaan.

Langkah-langkah dalam melakukan

perse-maian dalah sebagai berikut :

1. Persiapan media semai, media semai yang

akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

tanah 1.250 gram dan pupuk kandang sapi

750 gram pada setiap bak semai. Satu minggu

setelah semai bibit yang telah berkecambah di

pindahkan ke polybag berukuran 9 cm x 18 cm. setelah 10 hari kemudian tanah diberi 3

macam pupuk anorganik yaitu 0,26 g N, 0,32 g

P2O5 dan 0,3 g K2O setiap bak semai.

2. Tabur benih dilakukan setelah bibit direndam

air hangat bersuhu 32 oC selama 15 menit, dengan tujuan mempercepat perkecambahan

benih.

3. Penyimpanan saat persemaian dilaku-kan

setiap pagi dan sore hari dengan

menggu-nakan hand sprayer.

4. Pemindahan bibit ke tempat penanaman

dilakukan pada umur 3 minggu setelah sebar,

atau setelah bibit membentuk 4 atau 5 helai

daun, dalam setiap karung plastik ditanam 1

bibit.

Tanah yang digunakan berasal dari desa

Tunggakjati Kelurahan Tanjungmekar Kecamatan

Karawang Barat. Tanah di cangkul pada

keda-laman 0 – 20 cm dari permukaan tanah. Setelah

tanah di cangkul tanah tersebut digemburkan dan

diayak terlebih dahulu agar diperoleh tanah

dengan tingkat kesuburan yang seragam. Untuk

pencegahan serangan rayap pada tanah

menggu-nakan Furadan 3G dengan cara

mencampur-kannya kedalam tanah. Furadan 3G diaplikasikan

pada awal pengolahan tanah dengan dosis 2 – 4

gram/karung plastik. Karung plastik disusun sesuai

dengan perlakuan, masing-masing karung plastik

berisi tanah 30 kg per karung plastik.

Sebelum dimulai penanaman terlebih

dahulu diberikan pupuk organik bokashi dan pupuk

kandang sesuai perlakuan serta pupuk anorganik

sebagai pupuk dasar, kecuali perlakuan kontrol

kemudian diberi air sampai tanah terlihat cukup

air. Pupuk anorganik susulan sesuai N, P2O5 dan K2O diberikan 30 hari dan 60 hari setelah tanam. Analisis tanah dilakukan sebelum kegiatan

percobaan dilaksanakan, kegiatan analisis tanah

ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia

tanah yang terkandung di dalam tanah tersebut.

Penanaman dilakukan dengan

menggu-nakan bibit yang sehat yaitu tumbuh tegar, warna

daun hijau, tidak cacat dan tidak terkena hama

dan penyakit. Penanaman bibit dilakukan pada

sore hari, bibit cabai merah ditanam pada lahan

yang telah disiapkan dengan jumlah satu

bibit/karung plastik. Pupuk fosfor (P2O5) diberikan dalam jumlah sesuai dengan perlakuan yaitu

90kg/ha dan 115,2 kg/ha. Pupuk N, P2O5 dan K2O diberikan 3 kali yaitu pemupukan pertama pada

saat tanah dengan komposisi N sebanyak 0,15

gram/karung plastik, P2O5 sebanyak 1/3 dosis perlakuan, K2O sebanyak 1,5 gram/karung plastik. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 30 HST

dengan komposisi N sebanyak 0,15 gram/karung

plastik, P2O5 sebanyak 1/3 dosis perlakuan, K2O sebanyak 1,5 gram/karung plastik. Pemupukan

ketiga pada umur 60 HST dengan komposisi N

(5)

13 1/3 dosis perlakuan, K2O sebanyak 1,5 gram/karung plastik. Pupuk organik bokashi jerami

limbah jamur merang dan pupuk kandang

diberikan pada awal tanam sesuai perlakuan.

Pemeliharaan meliputi penyiraman,

pengendalian hama, penyakit dan gulma,

perempelan, penyulaman serta pemberian ajir.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan

dengan menggunakan pestisida. Untuk

mengen-dalikan Kutu daun menggunakan pestisida

Curracron 18 EC dengan konsentrasi 1,5-3 ml/liter

dan Bercak daun menggunakan pestisida Derosol

60 WP dengan dosis 2-3 gram/liter, aplikasi

pestisida Curracron 18 EC dan Derosol 60 WP

dilakukan selang 1 minggu sejak umur 20 HST

sampai dengan 60 HST. Pengendalian gulma

atau penyiangan yaitu membuang semua jenis

tanaman pengganggu (gulma) yang hidup disekitar

pertanaman. Perempelan dilakukan dengan cara

membuang tunas-tunas baru yang tumbuh pada

batang utama atau disetiap ketiak daun dan

membuang bunga pemula. Penyulaman dilakukan

pada tanaman berumur satu minggu setelah

tanam. Pengajiran dilakukan dengan tujuan

me-nopang tanaman agar tidak mudah roboh/rebah.

Pemanenan cabai merah dilakukan saat

buah cabai menunjukkan buah merah merata.

Panen pertama dilakukan pada 80-90 hari setelah

tanam. Waktu panen cabai merah yang baik

adalah pagi hari, buah cabai dipanen dengan cara

dipetik dengan tangkai buahnya agar buah tidak

mengalami busuk layu setelah itu dimasukan ke

wadah plastik.

Untuk memperoleh data partumbuhan dan

hasil tanaman pengamatan dilakukan terhadap

tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, jumlah

cabang per tanaman, diameter buah, panjang

buah, bobot buah per tanaman. Untuk

menge-tahui signifikansi pengaruh perlakuan digunakan

uji F pada taraf 5%. Sedangkan untuk mengetahui

perlakuan terbaik maka dilakukan uji lanjut dengan

Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple

Range Test / DMRT).

Selain pengamatan utama dilaku-kan juga

pengamatan penunjang meliputi analisis tanah

sebelum percobaan, keadaan ruangan atau suhu

ruangan selama percobaan, gejala hama penyakit

selama percobaan dilakukan. Untuk data

penun-jang tidak dilakukan analisis statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Penunjang

Pengamatan penunjang yang dilakukan

pada percobaan ini meliputi analisa tanah, analisa

unsur hara nokashi limbah jamur merang, keadaan

ruangan (suhu ruang) selama percobaan,

kelembaban ruangan selama percobaan, serta

serangan hama penyakit.

Dari hasil analisa tanah yang dilakukan di

laboratorium Balai Besar Padi Sukamandi

menunjukan bahwa tanah percobaan memiliki pH

H2O sebesar 6,20 tergolong agak asam, jenis tanah alluvial, tekstur liat dengan kandungan sifat

fisik tanah sebagai berikut : pasir 16,99 %, debu

22,79 %, liat 60,28 %. Tanaman cabai merah akan

tumbuh baik pada tanah yang bertekstur remah,

tanah pada percobaan ini kurang mendukung

tetapi dengan ditambahkan pupuk organik bokashi

jerami limbah jamur merang yang mampu

memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, tanah

tersebut dapat digunakan untuk budidaya cabai

merah.

Tanah yang digunakan untuk percobaan

(6)

14 rendah/kurang subur, hal ini dapat ditunjukan

dengan kandungan Nitrogen 0,072 % termasuk

kategori rendah, sedangkan KTK yang terkandung

pada tanah percobaan yaitu 34,61 mg/100g

tergolong tinggi, hal ini sesuai pendapat

Hardjowigeno (2003) bahwa tanah dengan

kandungan kadar liat tinggi mempunyai Kapasitas

Tukar Kation (KTK) tinggi.

Selama percobaan di bulan Juli sampai

bulan Oktober 2008 suhu udara rumah kasa pada

siang hari rata-rata 30 oC sampai 31,5 oC, sedangkan kelembaban udara rata-rata 55 %.

Cabai membutuhkan temperatur udara selama

pertumbuhan berkisar antara 18 oC sampai 31 oC dengan kelembaban udara 60 % hingga 70 %

(Nur’tjahjadi 1991); karena penanaman cabai

merah ini di lakukan di rumah kasa, sehingga

temperatur dan kelembaban kurang mendukung

untuk pertumbuhan dan hasil cabai merah varietas

Prabu.

Tanaman cabai lebih rentan terhadap

hama maupun penyakit, pada umur 65 HST

tanaman terserang hama Kutu Daun (Aphids)

dengan gejala serangan ditandai adanya daun

mengkeriput, pertumbuhan jaringan daun

terhambat, lalu layu dan mati, penyebabnya

adalah serangga Myzus persicae. Kutu daun merusak dengan cara menusuk jaringan daun dan

menghisap cairan sel daun sehingga daun tumbuh

tidak normal (Abdjad, 2003). Mengingat

penularannya sangat cepat maka dilakukan

pengendalian secara kimiawi dengan

menggunakan insektisida Rubigan 120 EC dengan

konsentrasi 0,3-0,6 ml/liter air, aplikasi dilakukan

selang 1 minggu sejak umur 65 HST sampai

dengan 75 HST.

Pengamatan Utama Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam menunjukkan tidak

terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan

kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk organik

bokashi jerami limbah jamur merang terhadap

tinggi tanaman pada 20 dan 40 HST, sedangkan

pada umur 60 terdapat perbedaan nyata antara

perlakuan terhadap tinggi tanaman. Hasil uji jarak

Duncan di sajikan pada Tabel 1.

Umur 60 HST tinggi tanaman pada perlakuan (P1) Bokashi jerami limbah jamur merang 10 ton/ha

yaitu 84.67 cm berbeda nyata dengan perlakuan

(P0) Tanpa Pupuk tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, hal ini membuktikan

unsur hara pada tanah yang digunakan tidak dapat

memenuhi kebutuhan unsur hara untuk tanaman.

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Lingga dan

Marsono (2003) bahwa pupuk organik dan

anorganik dapat menambah unsur hara dalam

tanah yang akan meningkatkan pertumbuhan

(7)

15

Tabel 1. Pengaruh kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk organik bokashi jerami limbah jamur merang terhadap tinggi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L) varietas Prabu.

Perlakuan Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman (cm)

20 HST 40 HST 60 HST

P0 Tanpa Pupuk 7.67a 25.00a 58.33b

P1

Bokashi jerami limbah jamur merang

10 ton/ha 11.33a 43.33a 84.67a

P2

Bokashi jerami limbah jamur merang

20 ton/ha 10.67a 40.67a 79.33a

P3 P2O5 90 kg/ha 10.67a 39.00a 82.00a

P4

P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah

jamur merang 10 ton/ha 11.00a 40.00a 84.00a

P5 P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah

jamur merang 20 ton/ha 9.33a 37.00a 83.00a

P6 P2O5 115,2 kg/ha 9.67a 36.33a 83.67a

P7

P2O5 Pupuk Fosfor 115,2 kg/ha + Bokashi

jerami limbah jamur merang 10 ton/ha 9.00a 35.33a 74.33a

P8

P2O5 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah

jamur merang 20 ton/ha 11.67a 45.83a 80.67a

P9

P2O5 115,2 kg/ha +Pupuk Kandang 10

ton/ha 9.00a 36.33a 80.33a

Koefisien keragaman (%) 16.50 17.50 6.5

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Jumlah Daun

Data hasil analisis ragam menun-jukan

terdapat perbedaan nyata antara perlakuan

kombinasi dosis pupuk P2O5 dan bokashi limbah jamur merang terhadap jumlah daun pada umur 40

HST, 60 HS. Sedangkan pada umur 20 tidak

terdapat perubahan nyata antara perlakuan

pemupukan terhadap jumlah daun dapat (Tabel 2).

Hal ini menunjukan bahwa pada umur 20

HST pupuk P2O5 dan pupuk kandang belum terurai dan belum bekerja dengan baik, sehingga belum

meningkat-kan lingkungan perakaran yang baik,

akibatnya serapan hara tanaman belum optimal

diserap oleh tanaman.

Dari Tabel 2 tampak bahwa pada umur 40

HST jumlah daun terbanyak diperoleh perlakuan

(P8) Pupuk P2O5 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 20 ton/ha yaitu 69.67 helai

tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan yang

diberikan pupuk organik dan anorganik tetapi

berbeda nyata dengan perlakuan (P0) Tanpa Pupuk, demikian juga pada umur 60 HST. Hal ini

dikarenakan bokashi, Pupuk P2O5 dan pupuk organik memberikan unsur hara lebih baik

dibandingkan tanpa pupuk, sebagaimana pendapat

Lingga (1999) bahwa pemberian pupuk organik

dan anorganik dapat meningkatkan partum-buhan

tanaman.

Jumlah Cabang

Data hasil analisis ragam pengaruh

kombinasi dosis pupuk P2O5 dan bokashi jerami limbah jamur merang terhadap jumlah cabang

yang diamati pada umur 85 HST dapat dilihat pada

Tabel 3.

Pada Tabel 3 menunjukan perlaku-an (P2) Bokashi jerami limbah jamur merang 20 ton/ha

(8)

16 berbeda nyata dengan perlakuan (P0) Tanpa Pupuk tetapi tidak berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya (P1, P3, P4, P5, P6, P7, P8 dan P9).

Seluruh perlakuan kombinasi dosis pupuk

P2O5 dan bokashi jerami limbah jamur merang menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata

terhadap jumlah cabang cabai merah varietas

Prabu pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan

dibandingkan kontrol kebiasaan petani (P3) maupun kontrol rekomendasi Distanhutbun (P9) kecuali dengan kontrol tanpa pupuk. Hal ini

menunjukkan bahwa perlakuan pupuk P2O5 yang dikombinasikan dengan bokashi memberikan unsur

hara tersedia sehingga dapat meningkatkan

pertumbuhan. Jumlah cabang yang sedikit pada

perlakuan tanpa pupuk (P0) disebabkan oleh kurangnya unsur fosfor yang tersedia bagi

tanaman sehingga pertumbuhan terganggu hal ini

sejalan dengan Sarwono Hardjowigeno (1992)

yang menyatakan bahwa kekurangan unsur hara

fosfor dapat mengakibatkan gangguan pada

metabolisme dan perkembangan tanaman,

diantaranya menghambat pertumbuhan,

kekurang-an unsur hara fosfor pada tkekurang-anamkekurang-an dapat dicirikkekurang-an

dengan pertumbuhan terhambat seperti tidak

bertambahnya jumlah cabang.

Tabel 2. Pengaruh kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk organik bokashi jerami limbah jamur merang terhadap jumlah daun tanaman cabai merah (Capsicum annuum L) varietas Prabu.

Perlakuan Perlakuan Rata-rata jumlah daun (helai)

20 HST 40 HST 60 HST

P0 Tanpa Pupuk 7.67a 22.67b 100.00b

P1

Bokashi jerami limbah jamur merang

10 ton/ha 11.00a 63.00a 210.00a

P2

Bokashi jerami limbah jamur merang

20 ton/ha 10.33a 55.33a 238.33a

P3 P2O5 90 kg/ha 9.33a 47.00ab 231.00a

P4 P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah

jamur merang 10 ton/ha 9.33a 51.33a 214.00a

P5

P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah

jamur merang 20 ton/ha 9.00a 43.33ab 220.67a

P6 P2O5 115,2 kg/ha 8.67a 45.00ab 232.00a

P7

P2O5 Pupuk Fosfor 115,2 kg/ha + Bokashi

jerami limbah jamur merang 10 ton/ha 9.00a 49.67a 173.67a

P8 P2O5 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah

jamur merang 20 ton/ha 11.33a 69.67a 211.67a

P9

P2O5 115,2 kg/ha +Pupuk Kandang 10

ton/ha 8.33a 44.33ab 211.67a

Koefisien keragaman (%) 16.4 27.8 17

(9)

17

Tabel 3. Pengaruh kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk organik bokashi jerami limbah jamur merang terhadap jumlah cabang tanaman cabai merah (Capsicum annuum L) varietas Prabu.

Kode Perlakuan Rata-rata jumlah cabang

(buah)

P0 Tanpa Pupuk 12.00b

P1 Bokashi jerami limbah jamur merang 10 ton/ha 24.33a P2 Bokashi jerami limbah jamur merang 20 ton/ha 26.67a

P3 P2O5 90 kg/ha 20.67a

P4 P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 10

ton/ha 22.00a

P5

P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 20

ton/ha 20.67a

P6 P2O5 115,2 kg/ha 20.00a

P7

P2O5 Pupuk Fosfor 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah

jamur merang 10 ton/ha 23.33a

P8

P2O5 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 20

ton/ha 21.33a

P9 P2O5 115,2 kg/ha +Pupuk Kandang 10 ton/ha 20.33a

Koefisien keragaman (%) 16.1

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Jumlah Buah per Tanaman

Pengaruh kombinasi dosis P2O5 dan bokashi jerami limbah jamur merang terhadap

jumlah buah dari beberapa kali panen yang

dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.

Jumlah buah terbanyak diperoleh pada

perlakuan (P8) P2O5 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 20 ton/ha berbeda nyata

dengan perlakuan (P0) tanpa pupuk dan (P3) P2O5 90 kg/ha. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan

pupuk organik dan anorganik mempengaruhi

potensi hasil tanaman. Selain itu menunjukan

pupuk organik sangat diperlukan bagi tanaman

sayuran untuk meningkatkan hasil tanaman.

Diameter Buah

Pada Tabel 4 juga menunjukan tidak

terdapat perbedaan nyata pada semua perlakuan,

namun secara statistik diameter terbesar dimiliki

oleh (P7) P2O5 Pupuk Fosfor 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 10 ton/ha yaitu 1,07

cm dan terkecil 0,83 oleh perlakuan (P0) Tanpa Pupuk. Hal ini dikarenakan diameter buah lebih

dipengaruhi oleh faktor genetik dibandingkan

dengan faktor lingkungan.

Panjang Buah

Pada Tabel 4 tampak bahwa (P9) P2O5 115,2 kg/ha +Pupuk Kandang 10 ton/ha memiliki buah cabai terpanjang yaitu 10,53 cm

berbeda nyata dengan (P0) Tanpa Pupuk tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal

ini dikarenakan panjang buah faktor genetik lebih

berpengaruh dibandingkan dengan faktor

lingkungan. Walaupun demikian tetap

menunjuk-kan bahwa kombinasi dari kedua jenis pupuk yaitu

pupuk anorganik dan organik dapat meningkatkan

(10)

18

Tabel 4. Pengaruh kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk organik bokashi jerami limbah jamur merang terhadap komponen hasil tanaman cabai merah (Capsicum annuum L) varietas Prabu.

Perlakuan Perlakuan

Komponen Hasil Jumlah

Buah/ Tanaman

(buah)

Diameter Buah

(cm)

Panjang Buah

(cm)

Bobot Buah/ Tanaman

(gr)

P0 Tanpa Pupuk 7.33c 0.83a 8.68b

P1

Bokashi jerami limbah jamur merang

10 ton/ha 38.33ab 1.01a 9.29a 594.95b

P2 Bokashi jerami limbah jamur merang

20 ton/ha 39.00ab 0.92a 9.13a 615.24b

P3 P2O5 90 kg/ha 35.00b 1.01a 9.73a 551.89b

P4

P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah

jamur merang 10 ton/ha 39.33ab 1.04a 9.17a 628.89b

P5

P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah

jamur merang 20 ton/ha 42.00ab 0.98a 9.39a 665.28b

P6 P2O5 115,2 kg/ha 41.67ab 0.92a 9.94a 664.20b

P7

P2O5 Pupuk Fosfor 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 10 ton/ha

54.33a 1.07a 9.04a 866.50a

P8

P2O5 115,2 kg/ha + Bokashi jerami

limbah jamur merang 20 ton/ha 60.33a 0.93a 9.58a 979.48a

P9

P2O5 115,2 kg/ha +Pupuk Kandang 10

ton/ha 60.00a 0.98a 10.35a 955.28a

Koefisien keragaman (%) 12.2 20 8.6 11.8

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Bobot Buah per Tanaman

Pada Tabel 4 menunjukan

perlakuan (P8) P2O5 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 20 ton/ha

menghasilkan bobot buah terberat yaitu 979,48

gram per tanaman berbeda nyata dengan

perlakuan (P0) Tanpa Pupuk, (P1) Bokashi jerami limbah jamur merang 10 ton/ha, (P2) Bokashi jerami limbah jamur merang 20 ton/ha,

(P3) P2O5 90 kg/ha, (P4) P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 10 ton/ha

dan (P5) P2O5 90 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 20 ton/ha, (P6) P2O5 115,2 kg/ha, tetapi tidak berbeda nyata dengan (P7) P2O5 Pupuk Fosfor 115,2 kg/ha + Bokashi jerami

limbah jamur merang 10 ton/ha, (P9) P2O5 115,2

kg/ha +Pupuk Kandang 10 ton/ha. Sedangkan

bobot terendah dihasilkan oleh perlakuan (P0) Tanpa Pupuk yaitu sebanyak 116,95 gram per

tanaman.

Perlakuan kombinasi antara pupuk P2O5 dan bokashi jerami limbah jamur merang

menunjukan hasil tertinggi jika di bandingkan

dengan semua perlakuan termasuk dengan

rekomendasi dinas Pertanian Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Karawang walaupun

tidak signifikan, serta secara signifikan berbeda

dengan kebiasaan petani. Hal ini menunjukan

bahwa pemberian bokashi pada tanaman cabai

lebih dapat memberikan hasil yang tinggi,

karena pada bokashi selain dapat menambah

(11)

19 tanah sehingga sirkulasi udara dalam tanah

terjadi dengan baik dan penyerapan unsur hara

oleh tanaman diserap secara optimal.

Bokashi jerami limbah jamur merang

disamping mengandung unsur hara makro, juga

banyak mengandung unsur hara mikro yang

dibutuhkan tanaman (Balai Penelitian Tanah,

2005). Semakin besar takaran pupuk organik

tersebut yang diberikan ke dalam tanah,

semakin banyak jumlah dan macam unsur hara

tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan akan

semakin banyak pula jumlah pupuk anorganik

yang dapat disubstitusi.

Diduga pemberian kombinasi dosis

fosfat (P2O5) dan bokashi limbah jamur merang di dalam tanah terjadi suatu proses saling

melengkapi satu sama lain, sehingga

menyebabkan kesuburan fisik, kimia dan biologi

tanah menjadi lebih baik. Sebagaimana

pendapat Sarief (1980), produksi tanaman yang

diharapkan dapat dicapai apabila jumlah dan

macam unsur hara di dalam tanah bgi

pertumbuhan tanaman berada dalam keadaan

cukup, seimbang, dan tersedia sesuai

kebutuhan tanaman.

Menurut Abdurahman dkk (2000)

peranan bahan organik yang paling besar

adalah dalam kaitannya dengan perbaikan sifat

fisik tanah, sedangkan peranan terhadap suplai

unsur hara bagi tanaman kurang mendapat

perhatian karena jumlah unsur haranya relatif

kecil dan lambat tersedia. Hal ini disebabkan

proses dekomposisi maupun mineralisasi bahan

organik membutuhkan waktu yang lama.

Dengan demikian pemberian bokashi

limbah jamur merang ke dalam tanah tidak

hanya ditujukan untuk meningkatkan produksi

dalam jangka pendek, melainkan lebih bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas lahan dalam

jangka panjang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberian kombinasi dosis P2O5 dan bokashi jerami limbah jamur merang

berpengaruh terhadap tinggi tanaman (20 HST,

40 HST, 80 HST), jumlah daun (20 HST, 40

HST), lebar daun (20 HST, 40 HST, 60 HST)

dan panjang daun (20 HST).

Perlakuan yang memberikan hasil

tertinggi adalah (P7) P2O5 Pupuk Fosfor 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 10

ton/ha, (P8) P2O5 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 20 ton/ha dan (P9) P2O5 115,2 kg/ha +Pupuk Kandang 10 ton/ha

berbeda nyata dengan (P0) Tanpa Pupuk. Untuk memperoleh pertumbuhan dan

hasil tanaman cabai merah yang baik di

sarankan menggunakan Pupuk P2O5 115,2 kg/ha + Bokashi jerami limbah jamur merang 10

ton/ha karena lebih efisien dibandingkan

dengan penggunaan Bokashi jerami limbah

jamur merang 20 ton/ha.

Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

varietas Prabu di berbagai agroekosistem.

DAFTAR RUJUKAN

Agromedia. 2008. Budidaya dan Bisnis Cabai. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

(12)

20 Adhi, S. 1999. Agribisnis Cabai. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Karawang. 2005. Laporan Akhir Tanaman. CV. Limaya Consulting Engineers. Bandung.

Bailey, L. H. and E. Z. Bailey. 1976. Hortus Third. A Concise of Plant Cultivated in The State and Canada. macMillan Publishing Co. Inc Collier macMillan. Publisher. New York. Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Hasil Analisis Contoh Pupuk. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karawang. 2005. Rekomendasi Pupuk N P K terhadap tanaman cabai merah. Karawang. East West Seed Indonesia. 2007. Deskripsi

Beberapa Varietas Cabai Merah. PT. East West Seed Indonesia. Purwakarta.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo. Jakarta.

Hardiyanto. 1999. Penggunaan Bokashi pada Tanaman Kentang Varietas Granola. Mojokerto.

Juliardi, I, dan B. Suprihanto. 1995. Pengaruh Pemberian Berbagai Bahan Organik dan Takaran Nitrogen Terhadap Hasil Padi Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian. Universitas Isalam Sumatera Utara.

Lingga, P dan Marsono. 2003. Membuat Kompos. Cetakan Ke Enam. PT. Swadaya. Jakarta.

Nasir. 2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi pada Pertumbuhan dan Produksi Palawija dan Sayuran.

www.Disperternakpandeglang.go.id/artikel

Nawangsih, A.A. 2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurhayati dkk. 1986. Pengaruh berbagai Penempatan Pupuk Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Umbi. Universitas Gajah Mada.

Nyapka Yusup M, Lubis M. A Pulung Anwar Mamat, Amrah Ghaffar A, Munawar Ali, Hong Ban Go, Hakim Nurhajati 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Palembang.

Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Kanisius. Yogyakarta.

PT. Petrokimia Gresik. 2008. Penggunaan Dosis Urea, ZA, SP 36. Gresik Jawa Timur. Rans. 2005. Cabai (Capsicum spp).

http://warintek.progressio.com

Sarief, S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Setiadi. 1996. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumarni, N. 1996. Teknologi Produksi Cabai Merah. Balitsa. Bandung.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.

Tata, I. 2000. Menggugat Revolusi Hijau Generasi Pertama. Yayasan Tirta Karangsari. Pestisida Action Network (PAN-Indonesia) dan Yayasan Kehati.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk organik bokashi jerami limbah jamur merang terhadap tinggi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L) varietas Prabu
Tabel 2. Pengaruh kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk organik bokashi jerami limbah jamur merang terhadap jumlah daun tanaman cabai merah (Capsicum annuum L) varietas Prabu
Tabel 3. Pengaruh kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk organik bokashi jerami limbah jamur merang terhadap jumlah cabang tanaman cabai merah (Capsicum annuum L) varietas Prabu
Tabel 4. Pengaruh kombinasi dosis pupuk fosfor dan pupuk organik bokashi jerami limbah jamur merang terhadap komponen hasil tanaman cabai merah (Capsicum annuum L) varietas Prabu

Referensi

Dokumen terkait

TUJUAN: Untuk mengetahui hubungan antara sensibilitas kornea dengan kadar HbA1c pada pasien diabetes melitus di RSUP Dr. METODE: Penelitian ini merupakan penelitian analitik

Hasil dari pendampingan yang telah dilakukan pendamping dilapangan dengan memanfaatkan aset alam yaitu pisang yang dijadikan keripik pisang yang bernilai jual tinggi,

Dengan melihat berbagai permasalahan desa baik dari aspek administrasi pemerintahan maupun tata kelola keuangan terutama dalam meningkatkan kapasitas aparatur

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan menunjukan bahwa dalam proses informasi lowongan pekerjaan harus menggunakan sistem

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Polonsky dan Rosenberger (2001), “konsumen biasanya hanya mau membayar sedikit lebih daripada produk sebelumnya”. Selain itu,

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan Kota Banda Aceh masih tergolong rendah dan kurang aktifnya siswa dalam berdasarkan kepada nilai-nilai

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa jawaban responden terbanyak adalah memilih obat saat pertama kali nyeri kepala berlangsung dengan hasil 63%. 5.3.5.6 Pengalaman

Apabila pengeluaran pemerintah sektor industri pengolahan meningkat 1 persen (semula Rp 60.062 juta menjadi Rp 60.662 juta), pembentukan modal tetap sektor industri