• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Pelajar SMA di Kota Medan (Studi Kasus di SMA Raksana)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Pelajar SMA di Kota Medan (Studi Kasus di SMA Raksana)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Fenomenologi

Fenomenologi merupakan suatu pemikiran yang tidak hanya memandang segala sesuatu dari luarnya saja tetapi berusaha untuk menggali makna apa yang ada dibalik gejala itu (Campbell dalam Wirawan, 2012 : 133). Teori fenomenologi berusaha mengkaji lebih dalam lagi akan fakta yang selama ini muncul di permukaan, dimana biasanya makna tersebut tersembunyi. Serupa dengan Campbell, Collins mengatakan bahwa fenomenologi sebagai proses penelitian yang menekankan pada “meaningfulness”, bukan hanya hendak melihat apa yang tampak di permukaan, namun lebih kepada pemahaman mengapa fakta sosial itu terjadi (Collins dalam Wirawan, 2012 : 133)

Dalam proses pemahaman terhadap tindakan, Max Weber memperkenalkan konsep pendekatan verstehen yang menganggap bahwa seseorang dalam bertindak tidak hanya sekedar melaksanakan tetapi juga menempatkan diri dalam lingkungan berpikir dan perilaku orang lain. Konsep pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang hendak dicapai atau in order to motive (Waters dalam Wirawan, 2012 : 134)

(2)

panjang dengan tingkat kemampuan pemahaman sendiri. Sebagai contoh, biasanya pelajar SMA mau melakukan hubungan seksual karena desakan dari pasangan mereka atau takut dikatakan tidak mencintai pasangannya.

Lebih lanjut, Schutz beranggapan bahwa dunia sosial keseharian senantiasa merupakan suatu yang intesubjektif dan pengalaman penuh dengan makna. Dengan demikian, fenomena yang ditampakkan oleh individu merupakan refleksi dari pengalaman transdental dan pemahaman tentang makna atau verstehen tersebut (Collins dalam Wirawan, 2012 : 134). Seperti pelajar SMA yang pernah mencoba perilaku seks pranikah akan terkonsep di kepalanya bahwa seks itu nikmat dan seks itu sudah menjadi kebutuhan. Maka olehnya ketika pelajar SMA tersebut memiliki pasangan, dia akan menerapkan konsep tersebut pada pasangannya.

(3)

kesulitan ekonomi, mereka mau disuruh oleh pasangannya untuk melakukan apapun termasuk pada melakukan hubungan seksual agar dapat diberi sejumlah uang.

2.2 Teori Interaksionisme Simbolik

Karakteristik dasar teori ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu.Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol–simbol yang mereka ciptakan.Realitas sosial merupakan serangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat.Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vokal, gerakan fisik, ekspresi tubuh yang semuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbol (Wirawan, 2012 : 109).

George Herbert Mead yang merupakan pelopor dari konsep interaksi simbolik sangat dipengaruhi oleh Teori Evolusi Darwin, yang pada intinya menyatakan bahwa organisme hidup secara berkelanjutan terlibat dalam usaha penyesuaian diri dengan lingkungannya, sehingga organisme itu mengalami perubahan yang terus–menerus. Dari dasar pemikiran semacam ini Mead melihat pikiran manusia, sebagai sesuatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah. Pemunculannya ini memungkinkan manusia untuk menyesuaikan diri secara lebih efektif dengan lingkungan alam dimana ia hidup (Wirawan, 2012 : 111).

(4)

rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response). Seperti dikatakan Mead “kita membayangkan stimulus sebagai sebuah kesempatan atau peluang untuk bertindak bukan sebagai paksaan atau perintah” (Ritzer, 2004 : 274).

Sementara tindakan hanya melibatkan satu orang, tindakan sosial melibatkan dua orang atau lebih. Menurut Mead, gerak atau sikap isyarat adalah mekanisme dasar dalam tindakan sosial dan dalam proses sosial yang lebih umum. Menurut definisi Mead, gesture adalah gerakan organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara sosial) yang tepat dari organisme kedua. Baik hewan maupun manusia, mampu membuat isyarat dalam arti bahwa tindakan seorang individu tanpa pikir dan secara otomatis mendapatkan reaksi dari individu lain (Mead dalam Ritzer, 2004 : 276)

Simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hanya dapat diciptakan manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol–simbol itu sama dengan jenis tanggapan (tetapi tak selalu sama) yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Fungsi bahasa atau simbol yang signifikan pada umumnya adalah menggerakkan tanggapan yang sama di pihak individu yang berbicara dan juga dipihak lainnya. Simbol signifikan juga memungkinkan interaksi simbolik.Artinya orang dapat saling berinteraksi tidak hanya melalui isyarat tetapi juga melalui simbol signifikan. Kemampuan ini jelas mempengaruhi kehidupan dan memungkinkan terwujudnya pola interaksi dan bentuk organisasi sosial yang jauh lebih rumit ketimbang melalui isyarat saja (Ritzer, 2004 : 278 – 280).

(5)

yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Dunia nyata penuh dengan masalah dan fungsi pikiranlah untuk mencoba menyelesaikan masalah dan memungkinkan orang beroperasi lebih efektif dalam kehidupan (Ritzer, 2004 : 280).

Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek.Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek. Diri mensyaratkan proses sosial komunikasi antarmanusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial.Diri berhubungan secara dialektis dengan pikiran.Artinya di satu pihak Mead menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru menjadi diri bila pikiran telah berkembang. Di lain pihak, diri dan refleksitas adalah penting bagi perkembangan pikiran. Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksifitas atau kemampuan menempatkan diri secara tak sadar ke dalam tempat orang lain dan bertindak seperti mereka bertindak. Akibatnya orang mampu memeriksa diri sendiri sebagaimana orang lain memeriksa diri mereka sendiri (Ritzer, 2004 : 280 – 281).

2.3 Seks Pranikah

(6)

perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berciuman hingga melakukan hubungan seksual

Pengertian seks bebas menurut Kartono merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat.Sedangkan menurut Desmita pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual (nopanova1.blogspot.co.id).

Penyebab perilaku seks bebas sangat beragam.Pemicunya bisa karena pengaruh lingkungan, sosial budaya, penghayatan keagamaan, penerapan nilai-nilai, faktor psikologis hingga faktor ekonomi. Berikut faktor–faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual pranikah adalah:

1. Adanya dorongan biologis

(7)

2. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai-nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan melakukan seks pranikah karena mengingat ini merupakan dosa besar yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun keimanan ini dapat sirna dan tidak tersisa bila remaja dipengaruhi oleh obat-obat misalnya psikotropika. Obat ini akan mempengaruhi pikiran remaja sehingga pelanggaran terhadap nilai-nilai agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah.

3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan tentang reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberi gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi tabu dibicarakan dengan anak (remaja). Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangan kurang. 4. Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah

Faktor kesempatan melakukan hubungan seksual pra nikah sangat penting untuk dipertimbangkan karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu, maka hubungan seks pranikah tidak akan terjadi.

5. Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja.

(8)

6. Pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan.

Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel atau motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah.

7. Pergesaran nilai-nilai moral dan etika dimasyarakat dapat membuka peluang yang mendukung hubungan seksual pranikah pada remaja. Misalnya, dewasa ini pasangan remaja yang menginap di hotel atau motel adalah hal biasa. Sehingga tidak ditanyakan atau dipersyaratkan untuk menunjukkan akte nikah.

8. Kemiskinan.

Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan seks pranikah.Karena kemiskinan ini remaja putri terpaksa bekerja.Namun sering kali mereka tereksploitasi. Bekerja lebih dari 12 jam sehari atau bekerja diperumahan tanpa dibayar hanya diberi makan dan pakaian bahkan beberapa mengalami kekerasan seksual (dr-sparyanto.blogspot.com).

9. Teman sebaya (peers group)

(9)

yang dapat diterima, kedua, teman sebaya menyebabkan perilaku seksual satu sama lainnya secara langsung, baik melalui komunikasi diantara teman ataupun dengan pasangan seksualnya

10.Kencan yang lebih awal

Remaja yang memiliki kencan lebih awal atau cepat dari remaja yang seumurannya memiliki kemungkinan untuk bersikap permisif dalam hubungan seks bebas. Untuk menjadi lebih aktif secara seksual dan untuk memiliki hubungan dengan lebih banyak pasangan daripada mereka yang mulai pacaran pada usia yang lebih lanjut.

11.Usia saat menstruasi pertama

Makin muda saat usia menstruasi pertama, makin mungkin terjadinya hubungan seks pada remaja. Perubahan pada hormon yang terjadi seiring dengan menstruasi berkontribusi pada meningkatkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan dengan lawan jenis.

12.Pacar

Remaja yang memiliki pacar lebih mungkin untuk melakukan seks bebas daripada remaja yang belum memiliki pacar

13.Daya tarik seksual

Mereka yang merasa paling menarik secara seksual dan sosial ternyata memiliki tingkat yang paling tinggi dalam sikap permisif dalam melakukan seks bebas.

14.Standar orang tua vs standar teman

(10)

15.Kecenderungan pergaulan yang makin bebas

Di pihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.

16.Penyebaran informasi melalui media massa

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi yang semakin berkembang (video kaset, foto kopi, vcd, hp, internet) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa (http://kesehatan.kompasiana.com) Bentuk perilaku seksual adalah tingkat perilaku yang dilakukan pasangan dengan lawan jenis dan bentuk perilaku disusun berdasarkan adanya ukuran kepuasan seksual. Bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Sarwono, yang biasa dilakukan oleh pelajar adalah sebagai berikut:

a.

Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan rangsangan seksual.Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam/soul kiss

b.

Necking

(11)

c.

Petting

Petting merujuk pada ciuman, pelukan, belaian, dan meraba–raba tubuh yang terjadi antara pasangan.Petting juga merupakan pemanasan atau kegiatan yang mempersiapkan sepasang suami istri untuk melakukan hubungan seks. Selama petting, anak laki – laki akan meremas–remas buah dada dan genitalia anak perempuan, dan anak perempuan akan menggosok–gosok organ seks milik anak laki–laki (Wuryani, 2008: 257).

d.

Intercrouse

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual

Perilaku seks bebas pada remaja akan menimbulkan beberapa manifestasi khususnya di kalangan remaja itu sendiri. Dampak yang berkaitan dengan perilaku seks bebas ini menurut BKKBN meliputi :

1. Masalah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS

(12)

dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditafsir menjadi 270.000 orang.

HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Ketika virus ini masuk ke dalam tubuh, tidak timbul gejala sakit apa–apa sehingga orang yang terinfeksi tampak segar dan sehat, walaupun virus tersebut telah berpotensi menular kepada orang lain. Selama 5–10 tahun sejak terinfeksi, orang bersangkutan tampak sehat, tergantung dengan perilaku hidupnya. Ketika daya tahan tubuh mulai berkurang jumlahnya maka muncul gejala–gejala penyakit biasa seperti batuk, flu, diare, yang susah disembuhkan. Ketika daya tahan tubuh semakin merosot, banyak penyakit muncul yang pada akhirnya masukke dalam fase AIDS, yaitu munculnya beberapa gejala penyakit (sindrom) yang akan membawa kematian (Endah Lasmadiwa, 2005 : 14 – 15)

Penularan utama HIV adalah melalui 3 jalur yang melibatkan cairan tubuh tersebut, yaitu: jalur hubungan seksual (homoseksual/ heteroseksual), jalur pemindahan darah atau produk darah seperti jalur transplantasi alat tubuh, jalur transplasental (jalur dalam kandungan ibu hamil dengan infeksi HIV dan infeksi perinatal). Cara penularan yang paling nyata adalah melalui hubungan seksual.AIDS saat ini bisa memasuki kehidupan siapa saja, tanpa memandang umur, jenis kelamin, orientasi seksual, pekerjaan, atau gaya hidup. Yang membuat orang mempunyai resiko tinggi adalah perilakunya.Apa yang dilakukannya itu yang menentukan resiko tinggi terhadap penularan HIV, tidak peduli apapun kelompoknya (Dr. Soetomo, 2008: 234).

(13)

seseorang terinfeksi oleh HIV. Kegiatan seksual lain yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya infeksi HIV antara lain :

a. Anilungus: menginduksi hubungan intim di daerah anal dengan menggunakan lidah. b. Cunnilingus : menginduksi hubungan intim di daerah vagina/klitoris dengan menggu

nakan lidah (resiko lebih tinggi terutama saat menstruasi).

c. Fellatio: menginduksi hubungan intim di daerah genital pria dengan menggunakan lidah dan penghisapan (resiko lebih tinggi bila terjadi ejakulasi di dalam mulut ). d. Fisting: memasukkan atau meletakkan tangan, kepalan tangan, ataupun lengan

bawah kedalam rektum atau vagina.

e. Urolagnia: menginduk si hubungan intim dengan cara mengeluarkan urin ke kulit (lebih beresiko bila terdapat luka terbuka pada kulit, oral, vagina, atau rektum). f. Memakai benda-benda seks pada rektum dan/atau vagina: memasukkan sex toyspada

rektum/vagina dapat menyebabkan perobekan pada mukosa, dimana luka yang terjadi dapat merupakan jalan masuk bagi virus.

2. Kehamilan yang Tidak Diinginkan

(14)

rahimibu. Dalam beberapa kasus, aborsi ini dilakukan dengan cara menyedot, dan cara lainnya dengan menggunakan tang (Sri Esti, 2008: 239)

Menurut BKKBN (2006), 21 persen dari 63 persen remaja yang telah pernah berhubungan seksual melakukan aborsi. Menurut WHO (2009)sekitar 16 juta perempuan berusia 15 - 19 tahun melahirkan tiap tahun, 95% kelahiran tersebut terjadi pada negara dengan pendapatan yang rendah dan menengah. Memiliki anak di luar nikah merupakan hal yang tidak biasa di banyak negara, sehingga bila terjadi kehamilan di luar nikah biasanya akan berakhir dengan tindakan aborsi. Sekitar 14% dari kejadian aborsi yang tidak aman pada negara dengan pendapatan yang rendah dan menengah dilakukan oleh remaja berusia 15-19 tahun, sekitar 2,5 juta remaja dilaporkan melakukan aborsi tiap tahun.

Kehamilan yang terjadi pada remaja berdampak berat pada remaja seperti dikucilkan oleh masyarakat, diberhentikan dari sekolah dan menjadi bahan pembicaraan yang tidak enak dalam masyarakat.Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mendatangkan upaya aborsi yang tidak aman oleh tenaga non profesional.Aborsi yang disengaja (induced abortion) seringkali beresiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada wanita yang lebih tua.Remaja cenderung menunggu lebih lama sebelum mencari bantuan karena tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan, atau bahkan mungkin mereka tidak sadar atau tahu bahwa mereka hamil.

(15)

abortion).Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian.Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.Secara psikologis seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, sertapenghinaan terhadap masyarakat. Menurut WHO (2003), kehamilan pada remaja memiliki resiko kematian lebih tinggi 2-4 kali

2.4 Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan.Penyimpangan sosial dapat terjadi dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation)adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (conformity)terhadap kehendak masyarakat. Definisi-definisi penyimpangan sosial:

a. James W. Van Der Zanden:

(16)

b. Robert M. Z. Lawang:

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.

c. Lemert:

Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk: 1. Penyimpangan Primer (Primary Deviation)

Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat.Contohnya: Menunggak iuran listrik dan telepon, melanggar rambu-rambu lalu lintas dan ngebut di jalanan.

2. Penyimpangan Sekunder (secondary deviation)

Penyimpangan yang berupa perbuatan yang dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai perilaku menyimpang.Pelaku didominasi oleh tindakan menyimpang tersebut, karena merupakan tindakan pengulangan dari penyimpangan sebelumnya.Penyimpangan ini tidak bisa ditolerir oleh masyarakat.Contohnya: Pemabuk, pengguna obat-obatan terlarang, pemerkosa, pelacuran, pembunuh, perampok dan penjudi.

Faktor-faktor penyimpangan sosial: 1. Longgar/tidaknya nilai dan norma.

(17)

normadan nilaisosial suatu masyarakat. Norma dan nilai sosial masyarakat yang satu berbeda dengan norma dan nilai sosial masyarakat yang lain. Misalnya: kumpul kebo di Indonesia dianggap penyimpangan, di masyarakat barat merupakan hal yang biasa dan wajar.

2. Sosialisasi yang tidak sempurna.

Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Contoh: di masyarakat seorang pemimpin idealnya bertindak sebagai panutan atau pedoman, menjadi teladan namun kadangkala terjadi pemimpin justru memberi contoh yang salah, seperti melakukan KKN. Karena masyarakat mentolerir tindakan tersebut maka terjadilah tindak perilaku menyimpang. 3. Sosialisasi sub kebudayaan yang menyimpang.

Perilaku menyimpang terjadi pada masyarakat yang memiliki nilai-nilai sub kebudayaan yang menyimpang, yaitu suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan pada umumnya. Contoh: Masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh, masalah etika dan estetika kurang diperhatikan, karena umumnya mereka sibuk dengan usaha memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (makan), sering cekcok, mengeluarkan kata-kata kotor, buang sampah sembarangan dan sebagainya. Hal itu oleh masyarakat umum dianggap perilaku menyimpang.

Jenis- jenis penyimpangan

a. Penyimpangan Individual (Individual Deviation)

(18)

mapan.Penyimpangan ini disebabkan oleh kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku yang jahat/tindak kriminalitas. Yang termasuk kategoritindak penyimpangan individual antara lainsebagai berikut :

1. Penyalahgunaan narkoba

Merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai,normasosial, dan agama. Contoh: pemakaian obat terlarang/narkoba, alkoholisme

2. Proses sosialisasi yang tidak sempurna.

Apabila seseorang dalam kehidupannya mengalami sosialisasi yang tidak sempurna, maka akan muncul penyimpangan pada perilakunya. Contohnya: seseorang menjadi pencuri karena terbentuk oleh lingkungannya yang banyak melakukan tindak ketidakjujuran, pelanggaran, pencurian dan sebagainya.

3. Pelacuran

Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan menyerahkan diri kepada umum untuk dapat melakukan perbuatan seksual dengan mendapatkan upah.Pelacuran lebih disebabkan oleh tidak matangnya jiwa seseorang atau pola kepribadiannya yang tidak seimbang. Contoh: seseorang menjadi pelacur karena mengalami masalah (ekonomi, dan keluarga.)

4. Penyimpangan seksual

(19)

dimilikinya seperti kepandaian, kekuasaan, kekayaan, sikap eksentrik seperti laki-laki beranting di telinga, rambut gondrong)

b. Penyimpangan Kolektif(Group Deviation)

Penyimpangan kolektif yaitu: penyimpangan yang dilakukan secara bersama-sama atau secara berkelompok. Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang beraksi secara bersama-sama (kolektif). Mereka patuh pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan yang dilakukan kelompok, umumnya sebagai akibat pengaruh pergaulan/teman.Kesatuan dan persatuan dalam kelompok dapat memaksa seseorang ikut dalam kejahatan kelompok, supaya jangan disingkirkan dari kelompoknya.Penyimpangan yang dilakukan secara kelompok/kolektif antara lain: a. Kenakalan remaja

Remaja memiliki keinginan membuktikan keberanian dalam melakukan hal -hal yang dianggap bergengsi, sekelompok orang melakukan tindakan-tindakan menyerempet bahaya, misalnya kebut–kebutandan membentuk geng-geng yang membuat onar

b. Tawuran/perkelahian pelajar

(20)

c. Penyimpangan kebudayaan

Ketidakmampuan menyerap norma-norma kebudayaan kedalam kepribadian masing-masing individu dalam kelompok maka dapat terjadi pelanggaran terhadap norma-norma budayanya. Contoh: tradisi yang mewajibkan mas kawin yang tinggi dalam masyarakat tradisional banyak ditentang karena tidak lagi sesuai dengan tuntutan zama

2.5 Remaja

(21)

terjadi.Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-angsur

Perkembangan remaja dalam perjalananya dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase remaja awal,fase pertengahan, dan fase akhir:

1. Remaja awal (10-14 tahun)

Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan cepat.Pikiran difokuskan pada keberadaanya dan pada kelompok sebaya.Identitas terutama difokuskan pada perubahan fisik dan perhatian pada keadaan normal.Perilaku seksual remaja pada masa ini lebih bersifat menyelidiki, dan tidak membedakan.Sehingga kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Remaja pada masa ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Rasa penasaran yang tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan privasi.

2. Remaja pertengahan (15-17 tahun)

(22)

pertengahan untuk tidak bergantung, menguji batas kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai maksimal mengakibatkan berbagai permasalahan yang dengan orang tua, guru, maupun figur yang lain.

3. Remaja akhir (18-21 tahun )

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sikap masyarakat khususnya suami di Surabaya tentang pemberitaan “Ibu Baik-Baik Terancam Suamu Nakal” di Jawa Pos adalah respon yang diberikan oleh masyarakat

SLTP DAN PIK R/M TEGAR MODEL Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat TA 2014. - Syarat pencairan 14

[r]

2014 yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Nomor 5606/KT.005/J.3/2014 tanggal 8 September 2014, telah melakukan

No Nama Perusahaan Harga Penawaran Harga Terkoreksi.. HASIL

Instansi pemberi surat Suku Dinas Koperasi, Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Timur.. Kualifikasi

Selopuro Blitar, implementasi metode usmani melalui pembelajaran talaqqi,. dan implementasi metode usmani melalui pembelajaran