• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Polimorfisme Nukleotida Tunggal Gen Interleukin (IL-6) pada kejadian psoriasis vulgaris di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Polimorfisme Nukleotida Tunggal Gen Interleukin (IL-6) pada kejadian psoriasis vulgaris di Sumatera Utara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit bersifat kronis residif, dapat mengenai semua umur yang ditandai dengan plak kemerahan yang ditutupi oleh sisik yang tebal berwarna putih keperakan dan berbatas tegas. Umumnya lesi psoriasis terdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di daerah siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia .1-3

(2)

Psoriasis dikatakan sebagai penyakit multifaktorial dan multi sistem, karena melibatkan banyak sistem dan organ, semua faktor tersebut saling terkait. Pada kulit normal, sel basal di stratum basalis membelah diri, bergerak keatas secara teratur sampai menjadi stratum korneum sekitar 28 hari, kemudian lapisan keratin dipermukaan kulit dilepaskan serta digantikan yang baru. Namun pada psoriasis, proses tersebut hanya berlangsung beberapa hari sehingga terbentuk skuama tebal, berlapis-lapis serta berwarna keperakan.7 Penyebab yang pasti psoriasis belum diketahui dengan pasti, namun, banyak faktor predisposisi yang memegang peran penting seperti predisposisi genetik dan kelainan imunologis.8

Patogenesis psoriasis merupakan suatu mekanime kompleks dan sampai saat ini patogenesis utama dari psoriasis masih belum diketahui. Adapun ekspresi yang berlebihan dari pemeriksaan serum darah terhadap beberapa sitokin inflamasi kulit khususnya sitokin tipe 1 seperti interleukin (IL)-2, IL-6, IL-12, interferon (IFN)- dan tumor necrosis factor (TNF)-α, diduga bertanggung jawab dalam memulai, mempertahankan dan memunculkan kembali lesi kulit. Sebaliknya, didapati penurunan ekspresi dari sitokin anti inflamasi seperti IL-1, IL-4 dan IL-10 dapat mempengaruhi gangguan kemampuan regulasi dan bertolak belakang pada sistem imun dalam psoriasis. 9-11

(3)

Namun yang memiliki angka kerentanan yang tinggi hanya lokus PSORS 1.3 Kelainan faktor genetik pada psoriasis dapat dikaitkan dengan polimorfisme nukleotida tunggal yang merupakan salah satu bentuk variasi genetik yang menunjukkan perbedaan rangkaian basa nukleotida tunggal (Timin(T)- Guanin(G)- Arginin(A)- Citocyn(C)) pada susunan rangkaian basa DNA (Deoxyribonucleic acid) yang berkorelasi dengan penyakit.12

Psoriasis mengekspresikan berbagai macam sitokin proinflamasi seperti interleukin (IL), Tumor necrosis factor (TNF), dan interferon- (IFN- ).13 Interferon- sangat penting terutama pada fase awal psoriasis dihasilkan oleh sel Th1, meningkatkan migrasi sel radang dan meregulasi berbagai macam sitokin proinflamasi lain seperti IL-1, IL-6, IL-8, IL-12, IL-15, TNF, Sitokin ini juga memiliki fungsi menghambat apoptosis dan meningkatkan proliferasi keratinosit.14 Adapun salah satu ekspresi dari IL-6 dari pemeriksaan serum darah terlibat dalam patogenesis berbagai penyakit inflamasi kronis dan autoimun termasuk psoriasis. 15-17

Gen IL-6 rs 1800795 pada manusia berlokasi di lengan pendek kromosom 7. Pada regio promoter (urutan DNA) IL-6 terdapat empat polimorfisme yaitu pada posisi 597 (G/A), 572 (G/C), 373 (A/G) dan 174 (G/C). Polimorfisme -174 (G/C) berpengaruh pada produksi IL-6: G pada posisi -174 (transisi C ke G pada posisi – 174) menentukan peningkatan produksi IL-6, sedangkan C pada posisi 174 (transisi G ke C pada posisi – 174) akan menurunkan produksi IL-6. 18-20,22

(4)

populasi orang Turki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar serum TNF-

α, IFN- , IL-6, IL-8, IL-12, IL-17 dan IL-18 meningkat secara signifikan pada pasien psoriasis dibandingkan kontrol (sehat). Peningkatan kadar serum IFN- , IL-12 dan IL-18 secara klinis mempunyai hubungan yang signifikan dengan keparahan dan aktivitas penyakit psoriasis. 15

Pada populasi di Indonesia, alel G merupakan bagian terbesar dari populasi. Transisi alel C lebih banyak dibandingkan G, pada IL-6 promoter (174) menggambarkan tingkat produksi IL- 6 serum yang tinggi. Berdasarkan prevalensi alel varian tersebut diasumsikan bahwa sebagian besar populasi Indonesia umumnya high producers untuk IL-6 dan low producers untuk IL-10, IL-1r dan TNF-α. Fenomena ini berhubungan dengan kelainan klinis yang terjadi dimana pada varian Asia, psoriasis sering muncul sebagai small plaque psoriasis dan pada varian Eropa sebagai large plaque psoriasis. Namun demikian penyebab fenomena ini belum diketahui secara pasti.21

Baran et al. dalam penelitiannya membandingkan polimorfisme gen IL-6 dan IL-10 dengan psoriasis vulgaris pada populasi Polandia menemukan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan.22

Balding et al. mempublikasikan penelitiannya yang berkaitan dengan polimorfisme gen untuk beberapa sitokin, yang salah satunya adalah IL-6 dan tidak menemukan perbedaan yang signifikan pada polimorfisme sitokin IL-6 pada pasien psoriasis artritis.23

(5)

psoriasis. 24

Polimorfisme gen sitokin IL-6 rs 1800795 dari aksis IL23/Th17 dihubungkan dengan penyakit psoriasis yang menekankan keterlibatan Th17, merupakan bagian dari sel T-helper.24 IL-6 menyebabkan aktivitas sel Treg menurun hal ini menunjukkan bahwa lesi psoriasis dipengaruhi oleh IL-6.25 Salah satu sub populasi sel CD4+ adalah Th17 yang terbukti berperan penting dalam psoriasis, diferensiasi dari sel ini mengubah faktor pertumbuhan dan IL-6.26

Settin et al.dalam penelitiannya terhadap ras Egypt menyebutkan bahwa IL-6 memiliki peran yang penting dalam patofisiologi psoriasis. Sebuah polimorfisme gen IL-6 pada region 5’ terletak pada kromosom 7 posisi-174 dilaporkan bahwa terjadi peningkatan serum dan berhubungan dengan gangguan imunitas tubuh dan proses peradangan.27

Dari paparan diatas maka disimpulkan penelitian mengenai peran polimorfisme nukleotida tunggal gen IL-6 pada kejadian psoriasis vulgaris belum menunjukkan hasil yang konsisten. Penelitian biologi molekuler mengenai peran polimorfisme nukleotida tunggal gen IL-6 pada kejadian psoriasis vulgaris belum pernah dilakukan di Indonesia, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian.

1.2. Rumusan Masalah

(6)

1.3. Hipotesis

Dijumpai peran polimorfisme nukleotida tunggal gen IL-6 pada kejadian psoriasis vulgaris dibandingkan kontrol.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Menganalisis peran polimorfisme nukleotida tunggal gen IL-6 pada kejadian psoriasis vulgaris.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi polimorfisme nukleotida tunggal gen IL-6 pada psoriasis vulgaris.

2. Mengetahui distribusi polimorfisme nukleotida tunggal gen IL-6 pada kontrol.

1.5 . Manfaat Penelitian

1.5.1. Bidang Akademik atau Ilmiah

Menambah pemahaman peran polimorfisme nukleotida tunggal gen IL- pada kejadian psoriasis vulgaris.

1.5.2. Pengembangan Penelitian

Sebagai masukan teori bagi penelitian psoriasis vulgaris selanjutnya khususnya dalam bidang genetik.

1.5.3. Pelayanan Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah pengkajian pengaruh aditif urea dan HMTA pada proses gelasi total uranium dalam medium NH 4 OH terhadap sifat kimia gel poli (uranat-vinil alkohol)

Penelitian pengaruh ekstrak buah papaya (Carica papaya L.) terhadap kadar catalase (CAT) dan glutathione (GSH) pada hati tikus jantan yang diinduksi lead acetate

Perbaikan dilakukan pada produksi kapur tulis dengan menggunakan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control) yang merupakan suatu metode perbaikan yang

Nama Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah ” Festival Anak Muslim (FAM) RA/BA/TA dan MI Tingkat Propinsi Jawa Timur Dalam Rangka Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2012

[r]

6.1.Silahkan clk daftar nama Guru PAI (khusus untuk Guru PAI yang blrtugas di slkolah), apakah nama-nama tlrslbut sudah slsuai dlngan data

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM.

Penelitian ini memiliki titik temu yakni sama-sama meneliti dalam ruang lingkup sebagian Panti Asuhan di Ponorogo, Adapun perbedaannya penelitian ini adalah