• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asas Kepentingan Nasional Dalam Perdagangan Luar Negeri Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Berkaitan Dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asas Kepentingan Nasional Dalam Perdagangan Luar Negeri Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Berkaitan Dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP PERDAGANGAN BEBAS BARANG DALAM MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

A. Masyarakat Ekonomi Asean 2015

The Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) adalah asosiasi

perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang didirikan pada tanggal 8

Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, yang di tanda tangani dengan

penandatanganan deklarasi ASEAN oleh para pendiri ASEAN, yakni Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Kemudian Brunei Darussalam

bergabung pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1995, Laos dan Myanmar pada

tahun 1997, dan Kamboja pada tahun 1998. Dengan visi bersama ASEAN sebagai

gabungan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang bepandangan terbuka, hidup dalam

perdamaian, stabilitas dan kemakmuran, terikat bersama dalam kemitraan dalam

pembangunan yang dinamis dalam masyarakat yang peduli. Para pemimpin

ASEAN memutuskan untuk membentuk suatu “masyarakat ASEAN” pada tahun

2020.22

22Dirjen Kerja Sama Internasional, Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Informasi

Umum:Masyarakat Ekonomi ASEAN. (Jakarta, Dirjen Kerja Sama Internasional Kemendag RI,

2011), hlm. 3

Pada awal di bentuknya ASEAN secara intensif menyepakati berbagai

kesepakatan dalam bidang ekonomi. Diawali dengan kesepakatan Prefential Tariff

Arrangement (PTA) pada tahun 1977, kemudian pada tahun 1992 disepakati

Common Effective Preferential Tariff – ASEANFree Trade Area (CEPT-AFTA),

(2)

jasa dengan di tandatanganinya ASEANFramework Agreement on Service

(AFAS). Selanjutnya pada tahun 1998 di sepakati pula kerjasama dalam bidang

investasi ASEANInvestment Area (AIA).23

Upaya pencapaian masing-masing kerangka tersebut dilakukan melalui

berbagai elemen dan strategi yang tercakup di dalamnya.Pencapaian MEA melalui

penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, ditujukan sebagai upaya

perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai skala ekonomis yang

optimal. Langkah-langkah integrasi tersebut (Proses liberalisasi dan penguatan

internal ASEAN) menjadi strategi mencapai daya saing yang tangguh dan disisi

lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan

maupun individual negera anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC)

merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord

II (Bali Concord II), Bali, Oktober 2003. MEA adalah salah satu pilar perwujudan

ASEAN vision, bersama-sama dengan ASEAN Security Community (ASC) dan

ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). MEA adalah tujuan akhir integrasi

ekonomi seperti dicanangkam dalam ASEAN Vision 2020. Pembentukan MEA

dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu:

1. Pencapaian pasar tunggal dan basis produksi,

2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi,

3. Kawasan pengembangan ekonomi yang merata, dan

4. Kawasan yang secara penuh terintegrasi dengan perekonomian global.

23 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Economic Community

2015,Ditjen Perdagangan Republik Indonesia. (Jakarta, Departemen Perdagangan Repbulik

(3)

ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi internasional, baik dalam

merespons meningkatnya kecenderungan kerja sama regional, maupun dalam

posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti China, Korea, Jepang,

Australia-Selandia Baru, dan India.Melalui proses integrasi ekonomi maka

ASEAN secara bertahap menjadi kawasan yang membebaskan perdagangan

barang dan jasa sarta aliran faktor produksi (modal dan tenaga kerja), sekaligus

harmonisasi peraturan-peraturan terkait lainnya. Beberapa pertimbangan yang

mendasari percepatan pembentukan MEA adalah:

1. Potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20 persen untuk

barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi.

2. Meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan

praktik internasional.

Langkah percepatan integrasi ASEAN menjadi penting untuk memanfaatkan

semua potensi yang ada.24Pada tahun 2007, para kepala negara sepakat untuk

mempecepaat pencapaian MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015 ini diperkuat

dengan di tandatanganinya Cebu Declaration on the Acceleration of

Establishment of an ASEAN community by 2015. Guna memperkuat langkah

percepatan integrasi ekonomi tersebut ASEAN melakukan kerja sama ekonomi

dengan meletakkan sebuah kerangka hukum yang menjadi basis komitmen negara

ASEAN melalui penandatanganan Piagam ASEAN (ASEAN Charter) dan AEC

Blueprint (cetak biru MEA).25

24Aida S. Budiman, Rizal A. Djaafara dan Sjamsul Arifin. Masyarakat Ekonomi ASEAN

2015. (Jakarta, PT. ElexMedia Komputindo, 2008), hlm. 9-12

25Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Op.cit, hlm. 4

Bersamaan dengan penandatanganan piagam

(4)

waktu dan pencapaian dari masing-masing pilar. Penandatanganan Piagam

ASEAN menjadi prasasti hasil evolusi dari kerja sama yang bersifat

“persaudaraan” menjadi organisasi yang berlandaskan rule based framework.

Dengan kejelasan visi, tujuan, perbaikan struktur organisasi, pengambilan

keputusan dan mekanisme dispute settlement serta peningkatan peran dan mandat

Sekretariat ASEAN. Piagam ASEAN merumuskan secara detail tujuan dan

prinsip ASEAN. Tujuan yang ingin dicapai sejalan dengan tujuan MEA, yaitu:

1. Menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi;

2. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di antara negera

anggota melalui bantuan dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Perihal prinsip kerja sama, ASEAN tetap memegang teguh prinsip yang telah

dianut selama ini, yang intinya menghormati kedaulatan negara lain, tidak

melakukan intervensi kebijakan dalam negara lain, serta melakukan konsultasi

secara intensif atas berbagai permasalahan regional.26

B. Konsep Perdagangan Bebas Barang dalam MEA 2015

Pasar ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi memiliki lima

elemen utama yaitu:

1. Free Flow of Goods (Aliran bebas barang),27 2. Free Flow of Services (Aliran bebas jasa),28

26

Aida S. Budiman. Op.cit, hlm. 12-14

27Free Flow of Goods (Aliran bebas barang) adalah liberalisasi perdagangan barang antar

(5)

3. Free Flow of Investment (Aliran bebas investasi), 29 4. Free Flow of Capital (Aliran bebas modal),dan30

5. Free Flow of Skilled Labour (Aliran bebas tenaga kerja terampil).31

Aliran bebas barang merupakan salah satu elemen utama dalam cetak biru

MEA dalam mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN dengan kekuatan pasar

tunggal dan berbasis produksi yang akan mempermudah pengembangan jaringan

produksi di kawasan dan meningkatkan kapasitas ASEAN sebagai pusat produksi

global atau sebagai bagian dari mata rantai global.

Adapun yang termasuk jadwal aliran bebas barang dalam MEA adalah

sebagai berikut:

28

Free Flow of Services (Aliran bebas jasa) adalah liberalisasi perdagangan jasa antar

negara-negara di kawasan ASEAN yang dilakukan dengan cara menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan internasional yang berkaitan dengan akses pasar (market access) dan perlakuan nasional (national treatment). Contoh hambatan yang mempengaruhi akses pasar adalah penyedia jasa, volume transaksi, jumlah tenaga kerja, sedangkan contoh perlakukan nasional adalah kewarganegaraan, jangka waktu menetap, perizinan, kualifikasi, dan batasan kepemilikan properti dan lahan.

29Free Flow of Investment (Aliran bebas investasi) adalah liberalisasi investasi antar

negara-negara di kawasan ASEAN yang dilakukan dengan cara menjamin perlakuan yang sama antara investor domestik dan investor lokal, penghapusan hambatan investasi, membuka semua industri untuk investasi dengan beberapa pengecualian yang dinyatakan dalam Sensitif List (SL) dan

Temporary Exclusion List (TEL). Liberalisasi investasi di ASEAN untuk mewujudkan ASEAN

sebagai kawasan investasi yang menarik, kompetitif, terbuka dan bebas dalam rangka menarik dan meningkatkan arus Penanaman Modal Asing (PMA) baik dari luar maupun dari dalam kawasan ASEAN itu sendiri.

30Free Flow of Capital (Aliran bebas modal) adalah liberalisasi aliran modal di kawasan

ASEAN yang menurut jadwal strategisnya dilakukan dengan empat langkah utama, yaitu penghapusan hambatan bagi pembayaran dan transfer terkait dengan transaksi berjalan pada 2011 (Adopsi Artikel VIII IMF), liberalisasi ketentuan Foreign Direct Investment (FDI) pada 2008-2015, liberalisasi ketentuan investasi portofolio khususnya untuk surat utang dan saham pada 2009-2015, dan liberalisasi ketentuan jenis aliran modal lainnya. Aliran bebas modal bertujuan agar terciptanya alokasi sumber daya kapital yang lebih baik di kawasan ASEAN. Namun liberalisasi aliran modal akan menimbulkan resiko tersendiri bagi stablitas makroekonomi.

31Free Flow of Labour (Aliran bebas tenaga kerja terampil) adalah libralisasi aliran jasa pada

(6)

1. Penghapusan Tarif

Tarif menurut orang awam diartikan sebagai besar harga suatu barang, tetapi

beberapa sarjana Inggris, mengatakan bahwa bea masuk sebagai tarif. Jadi tarif

diartikan sebagai harga, dan besarnya pungutan negara atas barang yang diimpor.

32

Tarif sebagai instrument fiscal, digunakan untuk melindungi kepentingan dalam

negeri terutama akan bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi

barang-barang tertentu.Tarif digunakan sebagai alat untuk melindungi industri dalam

negeri dengan menetapkan hambatan tarif, berupa penerapan tarif yang tinggi atas

barang-barang yang berasal dari impor. Namun, dalam era perdagangan bebas

tarif proteksi ini perlahan di hapuskan.33

Masyarakat Ekonomi ASEAN, Penghapusan tarif diterapkan untuk seluruh

produk intra-ASEAN, kecuali produk yang masuk dalam kategori Sensitive

List(SL)34 dan Highly Sensitive List (HSL),35

32Ali purwito. Ekspor, Impor, Sistem Harmonisasi, Nilai Pabean dan Pajak dalam

Kepabeanan. (Jakarta, mitra wacana media, 2015), hlm.53

33Ibid, hlm.54

34Sensitive List (SL) adalah daftar yang memuat produk-produk yang sifatnya sensitif bagi

perekonomian negara-negara anggota, sehingga diberi waktu yang lebih panjang sebelum di liberalisasikan.

35Highly Sensitive List (HSL) adalah produk-produk pertanian yang sangat sensitif bagi

perekonomian negara-negara anggota, sehingga diberi waktu lebih lama lagi sebelum dimasukkan dalam Inclusion List (IL).

dilakukan sesuai jadwal dan

komitmen yang telah ditetapkan dalam persetujuan CEPT-AFTA dan digariskan

dalam the Roadmap for Integration of ASEAN (RIA) yaitu pada tahun 2010 untuk

ASEAN-6 dan tahun 2015 untuk CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan

(7)

negara anggota yang masuk kategori Inclusion List (IL),36 SL, HSL, Temporary Exclusion List (TEL),37 dan General Exceptions List (GEL)38

2. Penghapusan Hambatan Non Tarif.

pada tahun 2009.

Hambatan non-tarif adalah kebijakan perdagangan selain bea masuk/ tarif

yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi manfaat dari perdagangan

internasional.39Hambatan non-tarif, terdiri dari: 40

a. Certificate of Origin (CoO) adalah hambatan berupa sertifikasi untuk

memberikan kepastian jaminan atas reputasi dan kualitas suatu produk.

b. Import Licenses adalah hambatan dimana importir suatu komoditas tertentu

diminta memiliki izin untuk dapat melakukan pengapalan atas barang yang

akan diimpor.

c. Technical Barriers to Trade adalah hambatan berupa penerapan peraturan

teknis mengenai packaging, definisi produk, labelling dan lain-lain.

d. Voluntary Export Restraint (VER) adalah hambatan yang dilakukan dalam

bentuk kesepakatan di antara negara-negara pengekspor untuk membatasi

pengapalan komoditas mereka ke negara pengimpor.

36

Inclusion List (IL) adalah daftar yang memuat produk-produk yang harus segera

diliberalisasikan melalui penghapusan/penurunan tarif, penghapusan hambatan kuantitatif serta penghapusan hambatan non-tarif lainnya.

37Temporary Exclusion List (TEL) adalah daftar yang memuat produk-produk yang untuk

sementara masih ditunda liberalisasinya khusus dikarenakan oleh ketidaksiapan negara-negara anggota.

38General Exception List (GEL) adalah daftar yang memuat produk-produk yang secara

permanen dibebaskan dari kewajiban untuk dihapuskan hambatan tarif dan non-tarifnya.

39Anonim, “kebijakan impor, hambatan tarif, hambatan non-tarif, dan pelarangan

impor, (diakses pada tanggal 16 Juni 2016 pukul 02.16)

(8)

Salah satu bentuk hambatan impor bukan tarif adalah kuota. Kuota adalah

pembatasan secara langsung jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota

impor) dan keluar (kuota ekspor).

Perhatian utama ASEAN menuju integrasi tahun 2015 akan di titik beratkan

pada penghapusan hambatan non-tarif. Tindakan dalam penghapusan non-tarif,

antara lain:

a. Meningkatkan transparansi,

b. Mematuhi komitmen standstill and roll back41

c. Menghapuskan seluruh hambatan non-tarif.

atas hambatan non-tarif,

d. Meningkatkan transparansi langkah-langkah kebijakan non-tarif,

e. Sedapat mungkin, memiliki aturan-aturan regional dan kebijakan yang

konsisten dengan praktik-praktik internsional yang terbaik.42

3. Rules of Origin (ROO)

Rules of Origin (ROO) adalah penentuan asal barang (consigment criteria)

dan prosedur serta mengenai asal barang (origin criteria). Dalam penentuan asal

barang yang akan masuk kesuatu negara di sertakan dengan Surat Keterangan

Asal (SKA). Surat Keterangan Asal (SKA) adalah dokumen yang disertakan pada

saat ekspor barang ke suatu negara tertentu yang mana negara penerima barang

tersebut sudah menyepakati suatu perjanjian untuk memberikan kemudahan bagi

barang dari suatu negara memasuki negara lain. SKA juga digunakan sebagai

41Standstill dan roll back adalah komitmen saling pengertian mengenai penghentian dan

mengulang kembali pada hambatan non-tarif diantara negara-negara ASEAN.

(9)

dokumen yang menerangkan bahwa barang tersebut benar-benar berasal,

dihasilkan atau diolah di negara pengekspor.43

a. Secara terus menerus membenahi dan meningkatkan CEPT-ROO untuk

menanggapi perubahan-perubahan dalam proses produksi tugas regional. Rules Of Origin (ROO) ditetapkan agar dapat mengikuti dinamika perubahan

dalam proses produksi global sehingga mempermudah perdagangan dan investasi

antar-negara anggota ASEAN, memperluas jejaring produksi kawasan,

mendorong pengembangan usaha kecil dan menengah dan mempersempit

kesenjangan pembangunan. Tindakan dalam ROO, antara lain:

b. Menyederhanakan prosedur sertifikasi operasional untuk CEPT-ROO dan

memastikan peningkatannya yang berkesinambungan.

c. Meninjau kembali seluruh ROO yang telah diimplementasikan oleh

negaara-negara anggota ASEAN baik secara individual maupun kolektif.

Ketentuan asal barang adalah fasilitas yang diberikan dalam kerangka CEPT

hanya dapat dinikmati oleh produk-produk yang berasal dari negara anggota

ASEAN.44

4. Fasilitas Perdagangan

Upaya peningkatan daya saing ekspor dan mendorong integrasi ekonomi

ASEAN menuju pasar tunggal untuk barang, jasa dan investasi serta berbasis

produksi tunggal ASEAN, diperlukan mekanisme perdagangan dan kepabeanan,

proses, prosedur dan arus informasi terkait yang simpel, harmonis dan terstandar.

43

Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementrian Perdagangan. Analisis Aplikasi Rules of

Origin Untuk Meningkatkan Akses Produk Global Value Chain Indonesia di Dunia. (Jakarta,

Kementrian Perdagangan, 2014), hlm.14

(10)

Dengan adanya fasilitas perdagangan diharapkan akan terciptanya suatu

lingkungan yang konsisten, transparan dan dapat diprediksi bagi transaksi

pedagangangan ASEAN.45

a. Memberikan penilaian terhadap kondisi fasilitas perdagangan di ASEAN

Tindakan fasilitas perdagangan antara lain:

b. Mengembangkan dan mengimplementasikan program kerja fasilitas

perdagangan yang menyeluruh dengan tujuan menyederhanakan,

menyelaraskan dan mengstandarisasi prosedur, proses, dan arus informasi

yang terkait dengan kepabeanan dan perdagangan.

c. Meningkatkan transparansi dan visibilitas seluruh tindakan dan intervensi

yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam transaksi

perdagangan internasional.

d. Membentuk mekanisme kerja sama fasilitas perdagangan kawasan.

e. Membentuk ASEAN Trade Facilitation Repository

f. Mengembangkan upaya-upaya nasional untuk mendukung dan menjamin

implementasi secara efektif inisiatif-inisiatif tingkat kawasan.

g. Mengembangkan program peningkatan kapasitas yang komprehensif untuk

menjamin kelancaran implementasi program kerja.46

5. Integrasi kepabeanan

Rencana strategis pengembangan kepabeanan untuk periode 2005-2010

bertujuan untuk:

45Ibid, hlm.25

(11)

a. Mengintegrasikan struktur kepabeanan;

b. Memoderenisasi serta membentuk ASEAN e-Customs;

c. Memperlancar pengeluaran barang;

d. Memperkuat pengembangan SDM;

e. Meningkatkan kemitraan dengan organisasi internasional terkait;

f. Mempersempit kesenjangan pembangunan di bidang kepabeanan; dan

g. Menerapkan teknik manajemen resiko dan pengawasan berbasis audit untuk

fasilitas perdagangan.47

6. ASEAN Single Window (ASW)

ASEAN Single Window (ASW) merupakan implementasi upaya-upaya

penyederhanaan, penyelerasan, dan standarisasi proses dan prosedur kepabeanan

dan perdagangan, serta penerapan teknologi informasi dan komunikasi di semua

bidang yang terkait dengan fasilitas perdagangan.48

Kawasan ASEAN mengembangkan ASEAN Single Window (ASW) guna

meningkatkan fasilitas perdagangan dengan menyediakan sebuah platform yang

terintegrasi bagi National Single Window (NSW) dari 10 negara anggota

ASEAN.National Single Window (NSW) merupakan sistem elektronik yang

mengintegrasi informasi berkaitan dengan proses penanganan dokumen

kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin keamanan data dan

informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara

otomatis yang meliputi sistem kepabeanan, perjanjian,

kepelabuhan/kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait degan proses

(12)

penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang.49

Dengan ASW diharapkan negara-negara ASEAN dapat meningkatkan kinerja

pelayanan kepabeanan, mempersingkat proses dan prosedur kepabeanan dalam

rangka meningkatkan efisiensi perdagangan dan menekan biaya perdagangan di

kawasan Asia Tenggara.

National Single

Window memungkinkan pengambilan keputusan untuk pengurusan kargo yang

terpusat dan serentak yang bertujuan mempersingkat pengeluaran barang,

menurunkan biaya dan waktu transaksi.

50 Batas akhir berlakunya ASW bagi ASEAN6 (Brunei

Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina) adalah tahun 2008. Sementara untuk CLMV (Kamboja, Laos, M

yanmar

dan Vietnam) pada tahun 2012.51

7. Standar dan Hambatan Teknis Perdagangan

Menurut pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang

Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian, standar adalah persyaratan teknis atau

sesuatu yang dibekukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan

konsensus semua pihak/pemerintah/keputusan internasional yang terkait dengan

memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi, pengalaman, serta

perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang

sebesar-besarnya. Hambatan teknis perdagangan (techinical barriers to trade/

TBT) adalah tindakan atau kebijakan suatu negara yang bersifat teknis yang dapat

menghambat perdagangan internasional, dimana penerapannya dilakukan

sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu hambatan perdagangan. TBT

49Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Op.cit, hlm. 26 50Aida S. Budiman. Op.cit, hlm. 112

(13)

merupakan salah satu bagian perjanjian dalam General Agreement on Tariff and

Trade (GATT) yang mengatur hambatan dalam perdagangan yang terkait dengan

peraturan teknis (technical regulation), standar dan prosedur penilaian kesesuaian.

Sebagai upaya untuk mecegah terlalu banyaknya ragam standar, perjanjian TBT

mendorong negara anggota untuk mengharmonisasikan standarnya dengan

standar-standar internasional. Namun anggota tidak di cegah untuk mengambil

tindakan yang diperlukan agar standar nasionalnya terpenuhi. 52

Negara anggota ASEAN diharapkan dapat menetapkan dan menerapkan

ketentuan-ketentuan mengenai standar, peraturan teknis dan prosedur penilaian

kesesuaian.53 Sistem standar, jaminan mutu, akreditasi, dan pengukuran

merupakan hal penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya

produksi dalam ekspor/impor intra-kawasan.54

Negara anggota diberikan hak dan kewajiban untuk menerapkan kebijakan

pemullihan perdagangan antara lain berupa anti-dumping, bea imbalan( terkait

dengan subsidi) dan safeguard.55

C. Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri

Masuknya Indonesia sebagai anggota perdagangan dunia melalui ratifikasi

terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement

on Establisshing The World Trade Organization/WTO (Pesetujuan Pembentukan

52Anonim, “Mengenal Standarisasi Bidang Perdagangan di

Indonesia, (diakses pada tanggal 16 Juni 2016 pukul 04.28)

53Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Op.cit, hlm. 29 54ASEAN Economic Community blueprint, artikel 19

(14)

Organisasi Perdagangan Dunia) membawa konsekuensi baik eksternal maupun

internal. Konsekuensi eksternal, Indonesia harus melakukan harmonisasi

peraturan perundang-undangan nasional dengan ketentuan hasil kesepakatan

WTO, artinya dalam melakukan harmonisasi, Indonesia harus tetap memikirkan

kepentingan nasional namun tidak melanggar rambu-rambu ketentuan WTO.56

Dengan terlaksananya perdagangan bebas hampir di seluruh dunia membuat

beberapa negara menerapkan tindakan pengamanan. Peraturan perdagangan

internasional dalam WTO juga mempekenankan setiap negara untuk

menggunakan tindakan pengamanan perdagangan untuk melindungi produsen

domestik dari barang impor pada kondisi tertentu.57Tindakan pengamanan adalah

tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius atau

mencegah ancaman kerugian serius yang di derita oleh industri dalam negeri

sebagai akibat dari lonjakan jumlah barang impor baik secara absolut maupun

relatif terhadap barang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing.58

Tindakan pengamanan juga dilakukan pemerintah sebab dalam proses persaingan

bebas antar pelaku ekonomi mau tidak mau akan mendorong tindakan persaingan

curang baik dalam bentuk harga maupun bukan harga.59

56Muhammad Sood. Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada,

2011), hlm. 13-14

57

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Analisis Kebijakan Pengamanan

Perdagangan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor, (Jakarta, Kementrian Perdagangan, 2013),

hlm.1

58

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 Angka 3

59

Sukarmi, Regulasi Antidumping, (Jakarta, Sinar Grafika, 2002), hlm. ix

Tindakan pengamanan

(15)

1. Anti Dumping

Dumpingmerupakan istilah yang dipergunakan delam perdagangan

internasional adalah praktik dagang yang dilakukan oleh pengekspor dengan

menjual komoditi di pasar internasional dengan harga yang kurang dari nilai wajar

(Less Than Fair Value/LTFV) atau lebih rendah dari harga jual (Less Than

Normal Value/ LTNV) kepada negara pada umumnya, praktik ini dinilai tidak adil

karena dapet merusak pasaran dan merugikan produsen pesaing di negara

pengimpor. Dumping adalah suatau kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau

pengekspor yang melaksanakan penjualan barang/ komoditi di luar negeri atau

negara lain dengan harga yang lebih rendah dari harga yang lebih rendah dari

harga barang sejenis baik didalam negeri pengekspor maupun di negara

pengimpor, sehingga mengakibatkan kerugian bagi negara pengimpor.60

a. Kerugian materil yang telah terjadi terhadap industri dalam negeri

Kerugian

dalam tindakan antidumping antara lain dapat berupa:

b. Ancaman terjadinya kerugian materil terhadap industri dalam negeri; atau

c. Terhalangnya pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri. 61

Pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional adalah

suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah

perusahaan atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih

rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut.62

60Muhammad Sood. Op.cit, hlm. 115-116 61

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 Angka 14

62

Muhammad Sood. Op.cit, hlm. 116-117

(16)

barang dumping adalah barang yang diimpor dengan tingkat harga ekspor yang

lebih rendah dari nilai nominalnya di negara pengekspor.63

Dalam praktik perdagangan internasional dumping ada beberapa jenis, dan

oleh para ahli dapat diklasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu:64

a. Sporadic Dumping (Dumping yang bersifat sporadis)

Dumping yang dilakukan dengan menjual barang pada pasar luar negeri

(pasar ekspor) pad jangka waktu yang pendek dengan harga dibawah harga

dalam negeri negara pengekspor atau biaya produksi barang tersebut.

Produsen melakukan ini biasanya bertujuan untuk menghapuskan barang

yang tidak dinginkan, dumping jenis ini biasanya mengganggu pasar

domestik negara pengekspor karena adanya ketidakpastian dikarenakan

permintaan luar negeri berubah secara tiba-tiba. Dumping jenis ini

merupakan diskriminasi harga yang dilakukan oleh produsen yang

mempunyai keuntungan karena terjadi over produksi, untuk mencegah

penumpukan barang di pasar domestik produsen menjual kelebihan kepada

pembeli luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari harga didalam

negeri.

b. Persistent Dumping(Diskriminasi harga internasional)

Penjualan barang pada pasar luar negeri dengan harga di bawah ahrag

domestik atau biaya produksi yang dilakukan secara menetap dan teus

menerus yang merupakan kelanjutan dari penjualan barang yang dilakukan

63Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan

Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 Angka 4

64Dewa Gede Pradnya Yustiawan. perlindungan indusri dalam negeri dari praktik

(17)

sebelumnya. Penjualan tersebut dilakukan oleh produsen yang mempunyai

pasar monopolistik di dalam negeri dengan tujuan untuk memaksimalkan

total keuntungan dengan menjual barang tersebut dengan harga yang lebih

tinggi dalam pasar domestiknya. Hal ini biasanya sejalan dengan suatu

posisi monopoli di pasar dalam negeri yang bersangkutan.

c. Predatory Dumping

Predatory dumping terjadi apabila perusahaan untuk sementara waktu

membuat diskriminasi harga tertentu sehubungan dengan adanya para

pembeli hasil, diskriminasi itu untuk menghilangkan pesaing-pesaingnya

dan kemudian menaikkan lagi harga barangnya setelah persaingan tidak ada.

Predatory dumpingadalah dumping yang paling buruk.

Selain jenis dumping tersebut dalam perkembangan muncul istilah Diversity

Dumping dan Downstream Dumping. Diversity dumping adalah dumping yang

dilakukan oleh produsen luar negeri yang menjual barang ke dalam pasar negara

ketiga dengaan harga dibawah yang adil dan barang tersebut nantinya diproses

dan dikapalkan untuk dijual ke pasar negara lain, sedangkan Downstream

dumping adalah dumping yang dilakukan apabila produsen luar negeri menjual

produknya dengan harga di bawah harga normal kepada produsen yang lain di

dalam pasar dalam negerinya dan produk tersebut lebih jauh dan dikapalkan untuk

dijual kembali ke pasar negera lain.

Menurut Robert Wilig ada 5 (lima) tipe dumping yang dilihat dari tujuan

(18)

a. Market Expansion Dumping

Perusahaan pengekpor bisa meraih untung dengan menetapkan “mark-up”

yang lebih rendah di pasar import karena menghadapi elastisitas permintaan

yang lebih besar selama harga yang ditawarkan rendah.

b. Cylical Dumping

Dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal yang luar biasa

rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai

kondisi dari kelebihan kapasitas produksi yang terpisah dari pembuatan

produk terkait.

c. State Trading Dumping

Latar belakangnya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya, tetapi

yang menonjol adalah akuisis moneternya.

d. Strategic Dumping

Istilah ini untuk menggambarkan ekspor yang merugikan perusahaan

saingan di negara pengimpor melalu strategis keseluruhan negara

pengekspor, baik dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan

pembatasan masuknya produk yang sama ke pasar negara pengekspor. Jika

bagian dari porsi pasar domestik tiap eksportir independen cukup besar

dalam tolak ukut skala ekonomi, maka memperoleh keuntungan dari

besarnya biaya yang harus di keluarkan oleh pesaing asing.

e. Predatory Dumping

Predatory dumping merupakan ekspor dengan harga rendah dengan tujuan

(19)

di pasar negara pengekspor. Akibat buruk dari dumping jenis ini adalah

matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis.65

Untuk mengantisipasi adanya praktik dumping diperlukan suatu tindakan

yang disebut dengan antidumping adalah suatu tindakan balasan yang diberikan

oleh negara pengekspor yang melakukan dumping, biasanya tindakan balasan

berupa pengenaan bea masuk antidumping. Pengenaan bea masuk antidumping

adalah pungutan yang dikenakan terhadap barang yang dumping menyebabkan

kerugian. Secara Internasional, ketentuan antidumping diatur dalam Aritcel VI

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947, dan sebagai upaya untuk

mencegah praktik dumping, maka tanggal 30 Juni 1967 telah ditandatangani

“Antidumping Code” oleh sekitar 25 peserta GATT termasuk Amerika Serikat.

Kemudian dengan disepakati hasil perundingan Uruguay Round Tahun 1994,

Antidumping Code(1979) diganti dengan Antidumping Code (1994) yang berjudul

Agreement on Implementation of Article IV 1994.Antidumping Code (1994)

sebenarnya merupakan salah satu dari MultirateralTreade Agreementyang

ditandatangani bersama dengan Agreement Establishing The World Trade

Organization (WTO). Kedudukan Antidumping Code (1994) tidak lagi merupakan

perjanjian tambahan dari GATT seperti halnya Antidumping Code (1979)

melainkan merupakan bagian integral dari Agreement Establishing WTO itu

sendiri. 66

65Ibid.

66Muhammad Sood. Op.cit, hlm. 117-118

Sebagai salah satu negara yang merupakan bagian dari oerganisasi

(20)

hukum antidumping, baik berupa peraturan perundang-undangan maupun komite

antidumping. Beberapa peraturan mengenai antidumping adalah sebagai berikut:

a. Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

b. Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang –

Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

c. Perturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk

Antidumping dan Bea Masuk Imbalan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Pengamanan

Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan.

e. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 76/M-DAG/PER/12/2012.

Menurut pasal 18 Undang-Undang Kepabeanan Nomor 10 Tahun 1995

bahwa bea masuk antidumping dikenakan terhadap barang impor dalam hal:

a. Harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya, dan

b. Impor barang tersebut:

1) Menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi

barang sejenis dengan barang tersebut.

2) Mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang

memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; atau

3) Menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.67

Menentukan ada atau tidaknya praktik dumping di perlukan suatu pembuktian

bahwa suatu barang adalah barang dumping. pembuktian dilakukan oleh Komite

Anti Dumping Indonesia (KADI) dengan dilakukannya penyelidikan dengan

67

(21)

meminta penjelasan terhadap eksportir dan/atau eksportir produsen secara

langsung atau melalui pemerintah negara pengekspor, industri dalam negeri dan

importir. Penjelasan dapat bersifat rahasia dan tidak rahasia serta dapat disertai

dengan dokumen.68 Apabila dalam masa penyelidikan menemukan bukti

permulaan adanya barang dumping yang menyebabkan kerugian, KADI dapat

menyampaikan laporan sementara hasil penyelidikan dan merekomendasikan

kepada menteri untuk mengenakan tindakan sementara.69 Tindakan sementara

adalah tindakan yang diambil dalam mencegah berlanjutnya kerugian dalam masa

penyelidikan berupa pengenaan bea masuk antidumping sementara.70 Bea masuk

antidumping sementara adalah pengutan negara yang dikenakan pada masa

penyelidikan terhadap barang dumping yang menyebabkan kerugian berdasarkan

bukti permulaan yang cukup.71Pemberhentian tindakan sementara dilakukan oleh

menteri apabila laporan akhir hasil penyelidikan tidak terbukti adanya barang

dumping.72

68Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan

Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 11

69

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 18 ayat (1)

70

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 angka 19

71Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan

Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 angka 22

72Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan

Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 21

Menurut pasal 19 ayat (1) Undang- Undang Kepabeanan Nomor 10

Tahun 1995 bahwa bea masuk antidumping dikenakan terhadap barang impor

adalah setinggi-tingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan dengan harga

ekspor dari barang tersebut. Bea mauk antidumping tersebut merupakan tambahan

(22)

dari tarif impor (bea masuk) berdasarkan tarif setinggi-tingginya 40% dari nilai

pabean. Dengan demikian, bea masuk antidumping adalah bea masuk yang

dijatuhkan terhadap barang yang telah terbukti di ekspor dengan harga yang lebih

rendah dari harga normal. Nilai normal dalam arti harga untuk produk yang sama

dengan produk yang dijual di negara sendiri atau dipasar pengekspor.73

2. Subsidi

Subsidi diartikan sebagai bantuan atau insentif yang diberikan oleh

pemerintah atau suatu negara kepada para pelaku ekonomi di negaranya. Bantuan

tersebut dapat berupa;

a. Keringanan dalam perpajakan dalam bentuk penangguhan pembebasan

pembayaran pajak,

b. Pembatasan bea masuk atau impor

c. Keringanan bunga kredit perbankan

d. Bantuan ‘in natura’ seperti pemberian bonus uang kepada produsen ekspor

untuk setiap volume produksi yang berhasil di ekspor yang dikenal dengan

sebutan subsidi ekspor (export subsidy),

e. Biaya riset dan pengembangan terknologi.74

Tujuan diberikannya subsidi agar mendorong pertumbuhan produksi dan

menggalakkan ekspor dan mengurangi impor. Subsidi pada prinsipnya tidak

dilarang, akan tetapi perlu adanya pembatasan agar mencegah timbulnya penyalah

gunaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi negara lain. Dalam perdagangan

internasional subsidi merupakan suatu perbuatan yang tidak fair (unfair practices)

73Muhammad Sood. Op.cit, hlm. 148 74

(23)

yang dapat merugikanpihak-pihak yang terkena perbuatan praktik subsidi.Praktik

subsidi mengeleminasi persaingan yang wajar dalam mekanismepasar sehingga

dapat melumpuhkan iklim usaha yang kompetitif yangmengakibatkan rusaknya

tatanan hubungan dagang yang fair.75

a. Kontribusi finansial yang berasal dari pemerintah seperti, hibah, pinjaman,

penyertaan modal, pengalihan kewajiban atau modal, pengalihan pemasukan

kas negara, penghapusan pajak,

Kriteria subsidi yang masuk dalam pengawasan WTO, diatur dalam Article 1

Agreement on Subsidies and Countervailing MeasuresGATT/WTO 1994, adalah

sebagai berikut:

b. Khusus bidang pertanian, subsidi dianggap jika terdapat apa yang disebut

price support atau income support,

c. Subsidi harus menimbulkan keuntungan bagi pihak yang menerima,

d. Subsidi tersebut harus bersifat spesifik, artinya subsidi itu memang

diberikan pemerintah hanya kepada sebuah perusahaan atau industri, atau

sekelompok perusahaan atau sekelompok industri.76

Menurut Agreement on Subsidies and Countervailing Measures (Article

3-Article 8), Jenis jenis subsidi, antara lain;

a. Subsidi yang terlarang (prohibitet subsidies),

1) Kelompok subsidi yang diberikan kepada pelaksana ekspor (berhubungan

dengan kinerja ekspor). Larangan subsidi ekspor ini tidak berlaku untuk

negara yang tergolong sangat terbelakang, dan untuk negara berkembang

75Dewa gede pradnya yustiawan. Op.cit, hlm. 94 76

(24)

dalam jangka waktu 8 tahun terhitung sejak berlakunya persetujuan WTO

mengenai subsidi.

2) Kelompok subsidi yang diberikan untuk pemakaian produk lokal

(penggunaan barang dalam negeri). Larangan subsidi ini tidak berlaku bagi

negara berkembang dalam jangka waktu 5 tahun, dan negara terbelakang

selama jangka waktu 8 tahun sejak berlakunya persetujuan WTO.

b. Subsidi yang dapat terkena tindakan (actionable subsidies)

Kelompok subsidi jenis ini ada kemungkinan terkena sanksi apabila:

1) Mengakibatkan kerugian (injury dan thereat of injury) industri dalam

negeri dari negara yang mengimpor produk yang di subsidi.

2) Menghilangkan atau merusak keuntungan baik secara langsung maupun

tidak langsung.

c. Subsidi yang tidak terkena tindakan (non-actionable subsidies)

Kelompok subsidi jenis ini, antara lain:

1) Subsidi yang tidak spesifik dalam arti Articel 2 Agreement on Subsidies

and Countervailing Measures GATT/WTO 1994.

2) Subsidi berupa bantuan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan,

universitas, lembaga penelitan sepanjang besarnya bantuan tidak lebih

75% dari biaya penelitian industri.77

3. Tindakan Pengamanan (Safeguard)

Tindakan pengamanan (safeguard) merupakan salah satu instrumen kebijakan

perdagangan yang di atur dalam WTO sama halnya dengan kebijakan

77

(25)

antidumping. Berdasarkan pesetujuan tentang Tindakan Pengamanan (Agreement

of Safeguard) Article XIX of GATT 1994 bahwa tindakan pengamanan adalah

tindakan yang diambil oleh pemerintah negara pengimpor untuk memulihkan

kerugian serius dan/atau mencegah ancaman kerugian serius terhadap industri

dalam negeri sebagai akibat lonjakan impor barang sejenis atau barang yang

secara langsung bersaing. Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 37/M-Dag/Per/9/2008, bahwa “Tindakan Pengamanan (Safeguard) adalah

tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan/atau

mencegah ancaman kerugian serius dari industri dalam negeri sebagai akibat dari

lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan

saingan hasil inflasi dalam negeri dengan tujuan agar industri dalam negeri yang

mengalami ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian

struktural. Tindakan ini digunakan oleh negara anggota WTO untuk melindungi

industri dalam negeri dan bersifat nondiskriminatif. Dengan demikian safeguard

bertujuan untuk melakukan perlindungan/proteksi terhadap produk dalam negeri

dari lonjakan produk impor yang merugikan.78

Tindakan safeguard harus diterapkan hanya sejauh yang diperlukan untuk

mencegah atau memulihkan kerugian serius dan untuk memfasilitasi penyesuaian.

Jika nantinya direkomendasikan untuk dikenakan pembatasan kuota impor, maka

jumlah kuota yang ditetapkan tidak boleh kurang jumlah rata-rata selama tiga

tahun terakhir, kecuali dengan pembenaran yang jelas untuk di tetapkan pada

tingkat yang berbeda dalam rangka mencegah atau memperbaiki kerugian yang

78

(26)

serius. Perjanjian GATT mengatur waktu untuk semua langkah-langkah

safeguard, secara umum durasi tindakan pengamanan tidak boleh lebih dari empat

tahun meskipun bisa diperpanjang hingga maskimal 8 tahun. Tindakan safeguard

juga dapat di kenakan kembali untuk produk yang pernah dikenakan safeguard

sebelumnya setelah setengah dari durasi pengenaan safeguard sebelumnya

setidaknya dua tahun.79

a. Keadaan kritis,

Persyaratan penerapan tindakan safeguard sementara

(provisional safeguard measure), yaitu:

b. Ada bukti awal bahwa peningkatan impor menyebabkan kerugian serius

atau ancaman akan terjadinya kerugian serius,

c. Berlaku tidak melebihi 200 hari,

d. Bentuk tarif (cash board),

e. Penerapan atas dasar MFN (non dokumentasi),

f. Apabila hasil penyelidikan ternyata tidak ada bukti kuat, maka bea masuk

safeguard sementara yang telah dibayar harus dikembalikan.

Untuk tindakan safeguard tetap, akan dilakukan apabila:

a. Terdapat bukti bahwa kenaikan impor barang terselidik menyebabkan

kerugian serius atau ancaman kerugian serius industri dalam negeri.

b. Komite (dalam hal ini komite pengamanan perdagangan Indonesia (KPPI))

menetapkan rekomendasi tindakan pengamanan tetap.

c. Komite (KPPI) menyampaikan rekomendasi tindakan pengamanan tetap

kepada menteri perdagangan.

79

(27)

d. Tindakan pengamanan tetap dapat ditetapkan dalam bentuk bea masuk oleh

menteri keuangan atau kuota oleh menteri perdagangan. 80

Adanya kesepakatan safeguard WTO tersebut maka semua industri dalam

negeri dan para eksportir mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum yang

jelas atas tindakan safeguard.

80

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak —Pengukuran distribusi suhu bawah permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan metode non contact seperti remote sensing dan pencitraan satelit lainnya, dan metode

Berdasarkan data pada Tabel 3.16 (lihat lampiran 7) dapat dijelaskan bahwa hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan bantuan SPSS for windows dengan uji spearman

Astawan (2008) menyatakan bahwa pada tempe, selain terdapat ketiga jenis isoflavon tersebut, terdapat juga antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai

PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) TERHADAP KADAR LIPID DARAH MENCIT (Mus musculus) JANTAN HIPERLIPIDEMIAA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Permasalahan yang penulis ajukan pada penelitian ini yaitu mengenai gaya belajar mahasiswa atlet terhadap pencapaian prestasi akademik dan kelulusan. Banyak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dan pada level berapa asap cair kusambi mampu memberikan hasil yang terbaik terhadap kandungan nutrisi

Anda tidak perlu khawatir lagi dengan kejadian gagal menetas pada saat menggunakan mesin produk Mitra Ternak Malang ini sebagai mitra kerja anda yang setia dan kami berani

So, th use of code mixing here also as a tactic or strategy to boost workers motivation to learn Bossmn ’ s native language and Malaysian.