LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
BABUL RAHMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Matakuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Oleh
BABUL RAHMAN E 281 16 278
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman
Tujuan : Mengetahui Jenis, Gejala Serangan dan
RINGKASAN
Serangga tergolong dalam phylum Arthropoda, sub-phylum Mandibulata, class Insecta. Serangga terbagi menjadi tiga bagian ruas yakni kepala (caput) (yang terdapat sepasang antena, sepasang mata majemuk, tiga buah ocelli, dan seperangkat alat mulut), tiga ruas membentuk toraks (yang masing-masing segmen terdapat tiga pasang tungkai, memiliki dua pasang sayap yang melekat pada segmen ke dua dan ketiga dari toraks yang berfungsi sebagai alat gerak), dan 11 ruas membentuk abdomen (yang itumbuhi oleh spirakel, timpanum, alat genitalia, dan dilengkapi dengan ovipositor).
Hama yang menyerang tanaman dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan dan juga ketidak normalan pada tanaman sehingga dapat menyebabkan kehilangan hasil tanaman. Kerugian pada budidaya tanaman seringkali diakibatkan oleh Organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlindungan tanaman dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT.
Penyimpanan hasil-hasil pertanian yang dilakukan dengan tidak benar akan mengakibatkan penurunan kualitas hasil pertanian tersebut. Penurunan hasil kualitas disebabkan oleh adanya serangan jamur, bakteri, dan hama. Jenis serangga hama yang menyerang hasil penyimpanan pertanian di dalam gudang yakni diantaranya dari ordo coleoptera atau sebangsa kumbang. Salah satu cara dalam pengendalian hama gudang adalah dengan mengetahui jenis hama apa yang menyerang dan bagaimana cara hama tesebut berkembang biak.
Salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian dari golongan jamur yang merupakan sekelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, namun tidak memiliki klorofil. Cendawan atau jamur tidak memiliki akar maupun batang dan daun, serta tidak memiliki sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.
Mikroorganisme tanah yang dapat merugikan tanaman dapat
mengakibatkan tanaman yang menjadi inang mikroba pengganggu tersebut seperti tanamantumbuh tidak normal, tanaman layu, menguning, kerdil dan sebagainya maka tanaman tersebut sudah dapat dipastikan bahwa tanaman tersebut mengalami gangguan baik biotik maupun abiotik.
Nematoda merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
laporan ini dengan judul “Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
mata kuliah Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Selama pelaksanaan praktikum ini penyusun banyak mendapatkan arahan,
bimbingan, saran serta dorongan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan
praktikum dan penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
Oleh karenanya, dengan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Burhanuddin Nasir, MP. selaku dosen penanggung jawab praktikummata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.
2. I Made Dwikarya Putra. Selaku koordinator asisten penanggung jawab
praktikum mata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.
3. Wulandari. selaku asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.
Akhir kata, Alhamdulillahi Rabbil Alamin semoga Allah SWT
Memberikan imbalan yang setimpal atas kebaikan dan jasa-jasa mereka, serta
tulisan ini mendapat ridho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak.
Palu, November 2017
KATA PENGANTAR
Ucapan rasa syukur dan puji tidak bosan-bosan selalu kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena setiap curahan rahmat serta anugerah-Nya, sehingga
kami mampu merampungkan laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Adapun penyusunan laporan percobaan ini adalah dengan maksud supaya
dapat mengetahui morfologi serangga, jenis-jenis ordo, jenis-jenis penyakit,
jamur, bakteri dan virus serta mengenal nematoda pada tanaman.
Lewat pencatatan pengamatan ini, beragam tantangan telah penulis
rasakan, oleh sebab itu, selesainya laporan pengamatan ini tentu saja bukan hanya
sekedar kerja keras dari penulis semata-mata. Tetapi karena bantuan dan
dukungan yang diberikan oleh segenap pihak yang terlibat.
Berkaitan dengan perihal ini, penulis disertai keikhlasan hati
menghaturkan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen
penanggungjawab dan para asisten praktikumyang telah selalu membina penulis
untuk penyelesaian laporan ini.
Terkait membuat laporan pengamatan ini, penulis benar benar menyadari
ditemukan banyak keterbatasan yang ada pada laporan ini. Dengan sebab itu,
penulis sungguh-sungguh meminta saran beserta kritik yang membangun dari
segenap pihak agar laporan pengamatan selanjutnya bisa lebih baik lagi dan dapat
2.1.2.5 Penggerek buah kakao
2.1.3.4Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)... 25
2.1.3.5 Penggerek buah kakao ... 25
2.3.1.4Kumbang kacang hijau ... 28
2.6.2 Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp. ... 48
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
4. Gejala Serangan Kepik Hijau(Nezara viridula ) Pada Tanaman Kacang
hijau(Phaseolus radiatus) ... 55
5. Morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta) ... 55
6. Gejala Serangan Walang Sangit(Leptocorixa acuta) padaDaun Jagung
(Zea mays) ... 56
7. Larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha Cramerella) ... 56
8. Gejala Serangan Larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha
Cramerella)pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) ... 56
9. Morfologi Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) ... 57
10. Gejala seranganulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) pada Daun
Bawang Merah (Allium oscolonicum) ... 57
11. Morfologi Kumbang Helem(Coccinella arcuta) ... 57
12. Morfologi Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros.) ... 58
13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros)pada Pohon
Kelapa(Cocos nucifera) ... 58
14. Morfologi Kutu Dauun (Alcurodicus destructor Mask.) ... 58
15. Gejala serangan Kutu Dauun (Alcurodicus destructor Mask) pada
Daun Cabai (Aphium graveolens). ... 59
16. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae). ... 62
17. Gejala Serangan Kubang Beras (Sitophilus oryzae) pada TanamanPadi
(Oriza sativa). ... 62
19. Gejala Serangan Kumbang Tepung (Triboliumsp) pada Tepung. ... 63
20. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) ... 63
21. Gejala serangan Kubang Jagung (Sitophilus oryzae) pada
TanamanPadi (Oriza sativa). ... 63
22. Morfologi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis). ... 64
23. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus
chinensis)pada Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) ... 64
23. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rifupes) ... 64
24. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia Rifupes) pada Biji Kopra 65
25. Buah Cabai (Capsicum annum) yang Diduga Terserang Penyakit
Busuk Buah Cabai yang Disebabkan oleh Jamur Colletotrichum
capsici ... 69
26. Roti Yang Terserang jamur Aspergilus Niger... 70
27. Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang diduga terserang penyatakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum ... 70
28. Pada Batang Tanaman Pisang (Musa sp.) yang diduga terserang penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum ... 70
29. Pada Daun Tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) yang
diduga terserang penyakit layu yang disebabkan oleh jamur
Alternaria porri ... 73
30. Buah dan Batang Pisang (Musa paradisiacal) yang Terserang
Penyakit Darah BDB (Blood Disease Bacterium) ... 73
31. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang terserang Layu Bakteri
yang Disebabkan Oleh P seudomonas solanacearum ... 74
32. Tanaman Kacang Tanah ( Arachi hypogeae L )yang Terserang PStV (Peanut Stripe Virus). ... 74
33. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L ) yang Terserang PStV
(Peanut Stripe Virus). ... 74
35. Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp ... 78
36. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di
bawah mikroskop ... 78
37. Morfologi Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga adalah binatang terbanyak di dunia. Serangga mempuyai nama
lain insekta dan hexapoda. Kata insekta atau insect berasal dari kata insecare.
Kata tersebut mengandung dua arti, yaitu in berarti “menjadi” dan secare berarti
“memotong” atau “membagi”. Jadi, insekta berarti binatang yang mempunyai
tubuh terbagi-bagi atau bersegmen-segmen. Sedangkan hexapoda terdiri dari dua
kata hexa dan poda. Hexa mempunyai arti “enam” dan poda mempunyai arti
“kaki” sehingga hexapoda berarti binatang berkaki enam. Golongan binatang
secara berurutan akan terdiri atas beberapa phyila, satu phyila terdiri atas
beberapa klas, demikian seterusnya yang berarti jumlahnya akan terus
meningkat dalam setiap kelompok. Kelompok spesies/ jenis terdiri atas
sekitar satu juta nama (Rahmawati, 2012).
Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme
pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman
dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. gangguan
yang disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan
diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman. Resiko ini
merupakan konsekuensi logis dari setiap perubahan ekosistem yang terjadi akibat
budidaya tanaman. Hama dari jenis serangga merupakan kendala yang dihadapi
oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya
Hama tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga dapat menurunkan
produkttifitas tanaman dan menurunkan nilai ekonomis dari hasil produksi
tanaman dan dapat menyebabkan tanaman akan layu dan bahkan mati
(Rahmawati, 2012).
Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan
kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan
hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis
serangga yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat
hama. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas
serangga (insecta ), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi
jenis-jenis serangga hama pengganggu tanaman. Hama gudang merupakan hama
yang sering menyerang bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam
penyimpanan dan gejala yang ditimbulkan sangat merugikan. Hama gudang
mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang
di lapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas
yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.Walaupun
hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang
terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya masing-masing
memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang
produk dalam gudang (Rahmawati, 2012).
Umumnya petani tidak dapat membedakan antara tanaman yang terserang
hama dan tanaman yang terserang penyakit. Secara biologi Penyakit tumbuhan
adalah proses fisiologi yang tidak normal dalam badan tumbuhan, yang dapat
dan kuantitas hasil. Penyakit yang menyerang tanaman biasanya menimbulkan
gejala-gejala atau ciri khas sehingga dapat memudahkan untuk mengetahui
penyakit yang menyerang tanaman. Penyakit tumbuhan salah satunya dapat
disebabkan oleh jamur. Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak,
berkembang biak dengan spora namun tidak memiliki klorofil, tumbuhnya berupa
thallus (belum ada defferensiasi menjadi akar, batang dan daun) serta tidak
mempunyai sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Agar
terhindarnya tanaman dari penyakit yang disebabkan oleh jamur, maka
pengetahuan lebih lanjut tentang jamur harus dikembangkan untuk mendapatkan
pengendalian peyakit yang efektif dan ramah lingkungan dengan eksploitasi agens
hayati (Tjahjadi, 2008).
Penyakit-penyakit yang diderita tanaman disebabkan oleh patogen bakteri
dan virus yang mneyerang tanaman. Adanya penyakit yang diderita tanaman
dapat menyebabkan tanaman tidak bisa memberikan hasil yang baik secara
kualitas dan kuantitas. Sehingga mengakibatkan kerugian hasil panen yang
diharapkan oleh orang yang membudidayakan tanaman tersebut. Bakteri adalah
mikroorganisme bersel satu dengan ukuran sangat kecil yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop. Bakteri berkembang biak dengan cara
membelah diri, serta mengambil bahan makanan secara parasitis dengan cara
menghisapnya melalui dinding sel. Bakteri diketahui memiliki empat bentuk,
diantaranya berbentuk batang (baksilus), bulat (kokkus), koma (vibrion), dan
spiral (spirilum). Virus merupakan organisme subselular yang berukuran sangat
mikroskop elektron dan hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup sehingga
virus disebut parasit yang biotroph. Gejala serangan penyakit virus sering tidak
dapat dibedakan dengan gejala kekurangan unsur hara, pengaruh faktor
lingkungan yang ekstrim ataupun pengaruh pencemaran bahan kimia. Yang
membedakan penyakit tanaman karena serangan virus dengan penyakit tanaman
Non-patogenik (yang bukan disebabkan oleh patogen) adalah bahwa penyakit
tanaman yang terserang virus dapat ditularkan pada tanaman yang sehat,
sedangkan tanaman Non-patogenik tidak dapat ditularkan. Agar terhindarnya
tanaman dari penyakit, maka pengetahuan lebih lanjut tentang bakteri dan virus
harus dikembangkan untuk mendapatkan pengendalian peyakit yang efektif
(Triharso, 2005).
Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh
mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan
mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis
tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya
penyakit pada tumbuhan seperti jamur, bakteri, virus dan nematoda. Nematoda
termasuk filum hewan, didalamnya termasuk nematoda parasit tanaman dan
hewan, serta spesies nematoda yang hidup bebas. Nematoda parasit tanaman
merupakan parasit obligat, mengambil nutrisi hanya dari sitoplasma sel tanaman
hidup.
Beberapa nematoda parasit tanaman adalah ektoparasit, hidup di luar
inangnya sehingga menyebabkan kerusakan berat pada akar dan dapat menjadi
vektor virus yang penting. Spesies lain, ada yang hidup di dalam akar, bersifat
juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang
tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit
karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman
(Ismawati, 2010).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengenalan Bagian-Bagian Morfologi Serangga
yaitu untuk mengetahui bagian-bagian morfologi serangga dan fungsinya
masing-masing. Kegunaan dari praktikum ini agar praktikan mengetahui bagian-bagian
morfologi serangga dan fungsinya masing-masing.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Ordo-Ordo Serangga yaitu untuk
mengetahui ordo-ordo dari setiap serangga dan morfologinya serta dapat
mengetahui gejala tanaman yang terserang serangga. Kegunaan dari praktikum ini
yaitu agar praktikan dapat mengetahui morfologi serangga dan gejala serangan
Yng ditimbulkan akibat hama dan agar memudahkan pengklasifikasikan serangga
hama tersebut.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Hama Gudang yaitu untuk mengetahui
jenis-jenis hama yang menyerang pada tempat-tempat penyimpanan hasil
pertanian. Kegunaan praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui
morfologi serangga dan gejala serangga yang ditimbulkan akibat hama gudang.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Penyakit Jamur yaitu untuk mengetahui
gejala-gejala penyakit pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur, dan cara
menginokulasi dan mengisolasi pada media PDA. Kegunaan dari prktikum ni agar
mengetahui bagaimana cara mengikolasi dan mengisolasi mikroorganisme
khususnya jamur pada media.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Penyakit Bakteri dan Virus yaitu untuk
mengetahui ciri morfologi tanaman yang terserang oleh bakteri dan virus pada
tanaman, serta mengetahui dan memahami cara isolasi mikroorganisme terutama
bakteri dan virus secara baik dan benar. Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar
praktikan dapat membedakan ciri morfologitanaman yang terserng oleh bakteri
dan virus, serta dapat melakukan bagaimana cara mengisolasi bakteri.
Tujuan dari prakatikum Pengenalan Nematoda yaitu untuk mengetahui ciri
morfologi, gejala serangan, teknik ekstraksi, dan tekniki pengendalian nematoda
pada tanaman. Kegunaan dari praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui ciri
morfologi, gejala serangan, teknik ekstraksi, dan tekniki pengendalian nematoda
pada tanaman.
1.3 Manfaat Praktikum
Untuk mengetahui jenis ordo-ordo serangga, hamam gudang serta gejala serangan dan pengendalian hama, penyakit, dan Nematoda pada beberapa jenis
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Morfologi
2.1.1 Caput
Caput merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk
pengumpulan tanaman dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan
syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sklerit.
Sklerit-sklerit ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura yang tampak sebagai alur.
Kutikula pada kepala mengalami penonjolan kearah dalam, membentuk rangka
kepala bagian dalam, yang disebut tentorium (Pracaya, 2007).
2.1.2 Thoraks
Dada (thoraks) terdiri atas tiga segmen yaitu prothoraks (anterior) adalah
bagian depan dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai
depan, mesothoraks (tengah) bagian tengah dari thoraks dan sebagai tempat atau
dudukan bagi sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan dan metathoraks
(posterior) bagian belakang bagi thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi
sepasang tungkai belakang dan sepasang sayap belakang. Karena pada torak
terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura
2.1.3 Abdomen
Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat
pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen serangga terdiri dari beberapa
ruas, rata-rata 9 sampai 10 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi
sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang
mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral disebut sternit, dan bagian
ventral berupa membran disebut pleura. Perkembangan evolusi serangga
menunjukkan adanya tanda-tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan
banyaknya ruas abdomen. Serangga betina dewasa yang tergolong apterygota,
seperti Thysanura, memiliki ovipositor yang primitive dimana bentuknya terdiri
dari dua pasang embelan yang terdapat pada bagian bawah ruas abdomen
kedelapan dan kesembilan. Sesungguhnya, terdapat sejumlah serangga yang tidak
memiliki ovipositor, dengan demikian serangga ini menggunakan cara lain untuk
meletakkan telurnya. Jenis serangga tersebut terdapat dalam ordo Thysanoptera,
Mecoptera, Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Serangga ini biasanya akan
menggunakan abdomennya sebagai ovipositor. Beberapa spesies serangga dapat
memanfaatkan abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan
2.2 Ordo Serangga
2.2.1 Pengenalan ordo secara Umum
2.2.1.1 Ordo orthoptera
Ordo orthoptera berasal dari kata orthos yang artinya ”lurus” dan pteron
artinya “sayap”. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang.
Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena
menebal/mengeras dan disebut Tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar
dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di
bawah sayap depan. Seringkali ini disebut juga belalang (Valanga nigricornis)
(Rioardi, 2009).
Pada ordo ini, alat-alat tambahan lain pada caput antara lain dua buah
(sepasang) mata facet, sepasang antena, serta tiga buah mata sederhana (occeli).
Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas)
pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut
Tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada
tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada
ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). beberapa jenis serangga anggota ordo
Orthoptera antara lain yaitu kecoa (P eriplaneta sp.), belalang sembah/mantis
(Otomantis sp.) dan belalang kayu (Valanga nigricornis). Ada mulutnya bertipe
penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang
mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus
2.2.1.2 Ordo hemiptera
Ordo hemiptera hemi artinya “setengah” danpteronartinya “sayap”. Ordo
Hemiptera atau bangsa kepik memiliki anggota yang besar dan sebagian besar
anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa atau imago),
namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator yang menghisap cairan
tubuh serangga lain, anggota ordo ini umumnya memiliki dua pasang sayap
(beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian
pangkal dan bagian ujung membranus yang disebut Hemelytra. Pada bagian
kepala dijumpai adanya mata facet dan occeli (Hansamunahito, 2006).
Golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap
depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal,
sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis. Metamorfose
bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia :
telur, menjadi nimfa, lalu menjadi dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang
belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut
pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat
pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo hemiptera, rostum tersebut
muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas
memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran,
2.2.1.3 Ordo coleoptera
Ordo coleoptera artinya coleos berarti “seludang” dan pteron berarti
“sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti
seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian
tubuh. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur kemudian larva lalu kepompong (pupa) dan menjadi dewasa
(imago). Alat mulut bertipe penggigit pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik (Rioardi, 2009).
Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat
ditemui pada bagian habitat subcortical (dibawah kulit kayu dan fungi). Anggota
ordo ini ada yang bertindak sebagai hama namun ada pula yang bertindak sebagai
predator bagi serangga lain termasuk hama, memiliki sayap depan yang menebal
serta tidak memiliki vena (Hartati, 2009).
2.2.1.4 Ordo lepidoptera
Ordo lepidoptera berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya
“sayap”. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada
imagonya bertipe mulut menghisap. Metamorfose bertipe sempurna
(Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia yaitu telur kemudian larva
lalu kepompong dan menjadi dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki
thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Tipe alat mulut
seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga
mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna
Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang
berwarna-warni. Pada kepala dijumpai alat mulut seranga bertipe pengisap,
sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa
tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya
mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe
sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia :
telur-larva-kepompong-dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun
abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain :
Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah
(Attacus atlas L), Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura) (Rioardi, 2009).
2.2.1.5 Ordo homoptera
Ordo homoptera homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap”
serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian
dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak
bersayap. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur menjadi nimfa dan menjadi dewasa. Baik nimfa maupun
dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Alat mulut juga bertipe
pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Ordo
Homoptera atau bangsa wereng dan kutu, anggota ini secara morfologi mirip
dengan anggota ordo hemiptera namun yang membedakannya yaitu pada bagian
sayap depan dan tempat pemuncuan rostumnya. Sayap depan ordo ini memiliki
sayap belakang bersifat membranus. Anggota ordo Homoptera memiliki
morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya
antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan
rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang
homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang
bersifat membranus (Rioardi, 2009).
2.2.1.6 Ordo odonata
Odonata merupakan serangga purba yang dapat dijadikan model dalam
penelitian filogenetik yang mempelajari garis kekerabatan antara fosil dengan
serangga modern. Fosil serangga menyerupai Odonata yang sangat terkenal
adalah Meganeura yang hidup pada periode karbon yaitu kira-kira 300 juta tahun
yang lalu. Meganeura monyi merupakan serangga terbesar yang diketahui pernah
ada di bumi yaitu panjang bentangan sayapnya mencapai 75 cm (Rioardi, 2009).
Ordo odonata terdiri atas capung (Dragonflies) dan capung jarum
(Damselflies) yang terbagi menjadi tiga subordo yaitu Anisoptera (8 famili),
Zygoptera (17 famili), dan Anisozygoptera (1 famili; 10 famili telah punah).
Spesies Odonata di dunia yang telah terindetifikasi sekitar ± 7.000 spesies.
Banyaknya spesies serangga ini di bumi telah mengilhami para peneliti
melakukan berbagai research yang digunakan untuk kepentingan manusia dengan
model odonata (Rioardi, 2009).
Serangga anggota ordo diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,
pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu
pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat
keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai
adanya antene dan mata facet. Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang
perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak
berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun
ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe
coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat
predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.)
lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ) (Rioardi, 2009).
2.2.1.8 Ordo hymenoptera
Kata hymenoptera berasal dari bahasa yunani yaitu uman
atau hymen (kulit tipis, membrane) dan ptera (sayap) yang berarti sayap serangga
ini tipis seperti membrane yg halus, sayap depan lebih besar dari satap belakang.
Sebagian besar ordo ini merupakan pemakan serangga lain. Hymenoptera terbagi
menjadi dua subordo yaitu, chalastogastra dan clistogastra. Hymenoptera
Mengalami metamorfosis sempurna, tipe alat mulut mandibulata yang dilengkapi
flabellum sebagai alat pengisapnya. (Rioardi, 2009).
Dermaptera berasal dari bahasa yunani yaitu derma (kulit) dan ptera
(sayap). Kata dermaptera tersebut menunjukan tekstur dan tegmina (penutup
tubuh) dan dasar dari sayap. Dermaptera mudah dikenali dengan ciri ujung
belakangnya seperti sapit serta badannya datar, sempit dan berwarna coklat atau
hitam. Serangga ini banyak terdapat didaerah lembab seperti batang pisang atau
dibawah kulit tanaman yang telah mati. Spesies darmaptera banyak berfungsi
sebagai predator mereka menggunakan capit untuk menangkap lalu memakannya
(Hartati, 2009).
2.2.1.10 Ordo isoptera
Isoptera berasal dari kata isos (sama)dan pteron (sayap). Anai–anai atau
rayap adalah serangga-serangga sosial pemakan selolusa yang berukuran sedang
merupakan ordo Isoptera, secara relatif kelompok kecil dari serangga yang terdiri
kira-kira 1900 jenis di dunia. Mereka hidup dalam masyarakat-masyarakat dengan
organisasi yang tinggi dan terpadu, atau koloni–koloni, dengan individu–individu
yang secara morfologi dibedakan menjadi bentuk–bentuk berlainan atau
kasta-kasta yaitu reproduktif, pekerja, dan serdadu yang melakukan fungsi–fungsi
biologi yang berbeda. Rayap adalah serangga social yang hidup dalam suatu
komunitas yang disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup
lebih lama bila tidak berada dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah
efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing-masing kasta
mempunyai bentuk dan peran yang berada dalam kehidupannya.
Dibandingkan dengan serangga social lainnya dalam hal ini semut, rayap
menyebut rayap sebagai ”semut putih”. Namun demikian perbedaan antara
organisme tersebut sesungguhnya cukup banyak, bahkan semut merupakan salah
satu musuh utama rayap (Hartati, 2009).
2.2.1.11 Ordo neuroptera
Kata lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, yaitu lepidos (sisik) dan
ptera (sayap). Jadi, artinya sayap serangga yang bersisik. Ukuran serangga ini ada
yang kecil dan ada yang besar. Jumlah sayapnya ada empat buah dan tertutup
dengan sisik. Antenanya ada yang seperti sikat dan ada yang seperti benang.
Bagian mulutnya saling berhubungan membentuk tabung. Bagian mulutnya
dilengkapi alat untuk mengigit. Selain itu, serangga ini memiliki alat penghisap
yang berbentuk spiral (Pracaya, 2007).
Ordo lepidoptera mencakup ngengat (moth) dan kupu-kupu (butterfly).
Perbedaan kupu-kupu dan ngengat yaitu berdasarkan waktu aktifnya dan ciri
morfologinya. Umumnya, kupu-kupu aktif di siang hari (diurnal), sedangkan
ngengat aktif di malam hari (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap
dengan cara menegakkan sayapnya, sehingga tampak permukaan bawah dari
sayapnya. Ngengat hinggap dengan sayap terlipat horizontal diatas tubuh.
Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah dan cerah sedangkan ngengat
cenderung gelap (cokelat dan abu-abu).
Antena kupu-kupu berbentuk benang (filiform) dan membesar di
ujungnya, sedangkan hampir semua ngengat memiliki antena seperti bulu burung
2.2.2 Daur Hidup
2.2.2.1 Belalang pedang (Sexava sp.)
Telur berasal dari belalang betina, dan pada masa reproduksi belalang
jantan akan memasukkan spermathopore kedalam ovipositor belalang betina.
Sperma memasuki sel telur melalui saluran halus yang disebut micropyles.
Setelah dibuahi belalang betina akan meletakkan telurnya pada tanaman, mungkin
pada batang, daun, atau pada bunga. Atau ada juga lho belalang betina yang
menaruh telurnya di dalam tanah menggunakan ovipositor untuk memasukkan
telur sekitar 1 sampai 2 inci di bawah tanah. Dalam jangka waktu 3 sampai 4 hari
belalang betina akan mengeluarkan semua telurnya, selain itu pada masa bertelur
belalang betina mampu meletakkan ratusan butir telur. Telur-telur itu tersimpan di
dalam tanah sampai berbulan-bulan lamanya, dan akan menetas pada musim
panas. Dan setelah telur menetas menjadi nimfa belalang sudah tidak
memperdulikan anaknya (Rahmawati, 2012).
Tahapan selanjutnya adalah memasuki fase nimfa, yaitu menetas nya telur
belalang menjadi nimfa, dengan bentuk seperti belalang dewasa tetapi berukuran
kecil, belum memiliki sayap, dan alat reproduksi. Selain itu nimfa masih berwarna
putih, tetapi setelah terkena pancaran sinar matahari warnanya akan berubah
menjadi warna khas belalang (cokelat atau hijau). Masa hidup belalang menjadi
nimfa adalah 25 sampai 40 hari.
Dan selama masa pertumbuhan akan berganti kulit sekitar 4 sampai 6 kali
hingga menjadi belalang dewasa dan akan mendapat tambahan sayap fungsional.
yang terakhir setelah menjalani fase nimfa selama satu bulan. Setelah 14 hari
menjadi belalang bersayap, maka akan terbentuklah belalang dewasa yang mampu
bereproduksi, hal in dilakukan untuk melestarikan spesies nya agar tidak punah
(Rahmawati, 2012)
2.2.2.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)
Telur helopeltis diletakkan di dalam jaringan tanaman ,baik pada buah
maupun pada ujung-ujung ranting muda. Tetapi pada umumnya telur Helopeltis
diletakkan pada buah. Telur diletakkan dengan alat peletak telurnya (ovipositor)
ke dalam jaringan tanaman sedalam kira-kira 2 sampai 3 m. Pada setiap tempat
terdapat 2 sampai 3 telur. Tempat-tempat telur diletakkan berbekas noda coklat
tua ,dan selain itu juga di tandai dengan keluarnya sepasang benang halus
berwarna putih yang muncul dari setiap ujung telur. Masa inkubasi telur rata-rata
6,4 (6 sampai 7) hari. Setelah menetas, nimfa segera menghisap cairan tanaman
pada bagian tanaman yang masih lunak, misalnya buah, ujung ranting muda, dan
tunas-tunas muda (Rioardi, 2009).
Pada nimfa muda tidak diketemukan ciri khusus, yaitu beberapa tonjolan
yang tumbuh tegak lurus pada punggungnya. Ujung tonjolan tersebut
membengkak seperti gada. Beda antara serangan muda dan dewasa, selain
dicirikan oleh tonjolan, juga belum bersayap.
Gerakan nimfa lamban, dan jarang meninggalkan buah tempat mereka
makan. Rata-rata stadium nimfa berlangsung 11,7 (11 sampai 13) hari. Nimfa
mengalami lima kali pergantian kulit. Nimfa kurang menyukai cahaya matahari
tunas yang terlindung dan gelap. Pada Helopeltis dewasa ditandai dengan
keluaranya sayap, dan sebuah tonjolan tumpul yang tumbuh tegak lurus pada
pungunggnya. Seluruh tubuhnya berwarna hitam, hanya pada bagian abdomen
(ekor) belakang di sebelah bawah yang terdapat warna putih. Serangga terbang
seperti nyamuk. Serangga jantan lebih ramping sedangkan yang betina dicirikan
oleh abdomen yang gemuk. Lama hidup serangga betina rata-rata 17,6 (11 sampai
28) hari, yang jantan rata-rata 22,1 (11 sampai 40) hari. Seekor Helopeltis betina
dapat menghasilkan telur rata-rata 121,9 (67 sampai 229) butir. Lamanya periode
dari saat telur diletakkan sampai Helopeltis dewasa siap meletakkan telurnya
(siklus hidup) berlangsung 21 sampai 27 hari. Sebagaimana sifat mikung, indung
juga menghindari adanya cahaya matahari langsung (Rioardi, 2009).
2.2.2.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Siklus hidup kumbang kelapa bervariasi tergantung pada habitat dan
kondisi lingkungannya. Musim kemarau yang panjang dengan jumlah makanan
yang sedikit akan memperlambat perkembangan larva serta ukuran dewasa yang
lebih kecil dari ukuran normal. Satu siklus hidup hama ini dimulai dari telur
sampai dewasa sekitar 6 sampai 9 bulan. Stadia yang merusak adalah pada stadia
kumbang dengan ciri-ciri kumbang berwarna hitam dan bagian bawah dari badan
berwarna cokelat kemerahan.
Cula kumbang kelapa jantan lebih panjang dari betina. Selain pada
tanaman kelapa, kumbang kelapa juga menyerang tanaman kelapa sawit, pinang,
nibung sagu dan jenis tanaman palma lainya. Pada fase telur, jangka waktunya 8
jangka waktunya 12 sampai 21 hari, instar ketiga jangka waktunya 60 sampai 165
hari, purpura jangka waktunya 8 sampai 13 hari, pupa jangka waktunya 17 sampai
28 hari, dewasa betina 274 hari, dewasa jantan 192 hari dan totalnya 115 sampai
260 hari. Kumbang Kelapa betina akan meletakkan telur pada sisa-sisa bahan
organik yang telah melapuk. Kemudian larva tumbuh dan berkembang dengan
adanya sisa-sisa bahan organik tersebut. Salah satu tempat berkembang biaknya
adalah tumpukan batang kelapa, tanaman kelapa mati yang masih berdiri,
tumpukan kayu lapuk, limbah ternak dan limbah saw mill(Rahmawati, 2012).
2.2.2.4 Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Telur Oryctes rhinoceros berbentuk bulat dan berwarna putih. Stadia
telur lamanya 8 sampai 12 hari. Larva yang keluar berwarna putih dengan mulut
berwarna merah coklat, kepala berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki.
Larva Oryctes rhinoceros mengalami tiga instar (pergantian kulit) dan
membutuhkan waktu 2 sampai 4 bulan untuk perkembangannya. Variasi waktu
perkembangan larva dipengaruhi oleh jenis makanan dan iklim. Tempat
perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang masih tegak maupun telah mati,
timbunan kulit buah kopi/kakao, ampas tebu, timbunan limbah penggilingan padi,
timbunan pupuk kompos, pupuk kandang dan timbunan serbuk gergaji.
Larva instar terakhir masuk ke tanah sedalam ± 30 cm dan tidak aktif
selama 8 sampai 13 hari (masa prapupa). Pupa berwarna coklat dan terbungkus
kokon yang dibuat dari tanah ataun sisa-sisa serat tanaman. Lama stadia pupa 17
2.2.2.5 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Siklus hidupnya dimulai dari telur-telur berwarna kuning jingga
berbentuk lonjong pipih dan berukuran 0.5 mm x 0.3 mm, diletakkan satu
persatu oleh ngengat betina pada alur-alur permukaan buah. 6 sampai 7 hari
kemudian larva berwarna kekuningan yang panjangnya 1 mm keluar dari telur,
langsung menggerek ke dalam buah dan tetap tinggal di dalam buah sampai
menjelang berkepompong. Larva membuat liang gerekan di bawah kulit buah dan
di antara biji serta memakan daging buah (Harianto, 2009).
2.2.2.6 Ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua)
Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian
bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan
lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih
tembus pandang. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan
urat-urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang. Pada siang hari ulat bersembunyi
dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam
hari (Pracaya, 2007).
2.2.2.7 Kutu daun (Aphis sp.)
Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu
dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan.Tahapan pertama
nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen,
mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna
tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh
masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki
tampak lebih gelap daripada warna tubuh (Rioardi, 2009).
2.2.2.8 Lalat buah pada cabe (Bactrocera sp.)
Siklus hidup lalat buah sekitar 20-28 hari, dan selama hidupnya kawin
dan bertelur dapat menghasilkan 1200 butir Kehidupan dan perkembangan lalat
buah dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya suhu, kelembaban dan
ketersediaan inang. Ketiga faktor tersebut cukup terpenuhi di wilayah tropis
seperti Indonesia sehingga sangat mendukung perkembangan populasi lalat buah.
Di daerah tropis lalat buah hanya mendapat gangguan iklim lebih kecil
dibandingkan di wilayah lain. misalnya daerah sedang dan dingin. Selain itu, ketersediaan makanan di wilayah tropis lebih besar oleh karena itu serangga
termasuk lalat buah selalu mendapat pakan yang cukup. Di musim hujan, populasi
lalat buah mencapai puncaknya (Rioardi, 2009).
2.2.2.9 Capung (Neurothemis sp.)
Capung melakukan proses perkawinan di udara dalam kondisi terbang dan
membutuhkan waktu berjam-jam lamanya. Setelah melakukan perkawinan maka
pada tumbuhan yang ada di air dan memastikan bahwa wilayah tersebut bebas
dari polusi. Serta terdapat banyak mikroorganisme air yang dapat dijadikan
sebagai sumber makanan larva capung. Induk capung dapat menghasilkan telur
sekitar 100.000 butir telur. Telur capung diselimuti dengan lendir, dan akan terasa
licin jika di pegang, selain itu telur-telur ini akan menetas dalam waktu dua hari
hingga tujuh hari atau tergantung pada iklim suatu tempat, semakin dingin maka
akan memakan waktu yang lebih lama untuk menetas. Telur yang telah menetas
dan menjadi larva akan berkembang dan hidup di wilayah dasar perairan.
Larva menggunakan insang internal untuk bernafas. Meskipun merupakan
makhluk air, larva capung dapat hidup di darat walaupun di pindahkan
berjam-jam lamanya. larva capung akan sering berganti kulit sampai mengalami
metamorfosis menjadi nimfa (Harianto, 2009).
Nimfa capung hidup sebagai karnivora yang ganas, tubuhnya berukuran
besar dan biasa memakan berudu, anak ikan atau bahkan memangsa sesamanya.
Nimfa capung bernafas menggunakan insang yang ada di dalam rektum nya di
ujung perut. Selain itu nimfa capung akan mengalami beberapa kali pergantian
kulit (ekdisis). Tiap tahapan diantara pergantian kulit disebut instar. Tergantung
dari jenis spesies nya, pergantian kulit bisa terjadi 8 sampai 12 kali.
Umur nimfa juga dapat mencapai empat minggu sampai beberapa tahun.
Tetapi sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, bisa
hingga 4 tahun lamanya. Ketika sudah benar-benar berkembang dalam kondisi
lingkungan dan cuaca yang mendukung, nimfa akan menyelesaikan tahap
metamorfosis nya menjadi capung dewasa dan merayap keluar dari air
nimfa ini disebut dengan exuvia. Pada tahap ini capung sangatlah tidak berdaya
dan sering menjadi mangsa untuk aves dan insektivora lainnya. Capung muda ini
memiliki sayap yang belum berkembang dan memiliki kepala dan thoraks yang
telah terlihat pembagiannya, tubuh yang masih lunak dan warna tubuh yang belum
sempurna. Selanjutnya capung muda tersebut hidup di daratan dengan
bergerak menggunakan sayapnya. Setelah dewasa biasanya capung dewasa aka
hidup selama dua bulan sampai empat bulan (Harianto, 2009)
2.2.3 Gejala Serangan
2.2.3.1 Belalang pedang (Sexava sp.)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh belalang pedang (Sexava sp.)
yaitu memakan daun kelapa, dan daun tanaman lainnya, hingga daun kelapa
menjadi berlubang-lubang (Anonim, 2009).
2.2.3.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)
Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao
yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih
berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding
buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan
rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK
disebabkan oleh enzim heksokinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase
and malic enzyme polymorphisms yang disekresi-kan oleh PBK (Suparno, 2009).
Gejala yang ditimbulkan oleh larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
yaitu pada batang yang telah ditebang dan sudah lama diatas tanah, maka terlihat
batang tersebut sangat rapuh atau lapuk dan sangat lembab dan jika batang yang
lapuk tersebut dipotong, maka akan terlihat banyaknya larva yang berada pada
batang tersebut dan ditempat tersebut akan sangat lembab, karena pada habitatnya
larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ini hidupnya ditempat yang sangat
lembab dan dipohon kelapa yang telah ditebang (Sosromarsono, 2005).
2.2.3.4 Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang kelapa
(Oryctes rhinoceros) adalah ujung daun kelapa menjadi patah. Gejala serangan
yang ditimbulkan yaitu menyebabkan Pucuk kelapa menjadi rusak, daun yang
mudah menjadi patah, pelepah kelapa menjadi tumbang dan penyerangan dalam
jumlah besar kadang apucuk tanaman akan abusuk dan tanaman kelapa akan mati
(Sosromarsono, 2005).
2.2.3.5 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao
yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih
berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding
rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK
disebabkan oleh enzim hek-so-kinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase
and malic enzyme polymorphisms yang disekresikan oleh PBK (Suparno, 2009).
2.2.3.6 Ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua)
Gejala-gejala serangan yang ditimbulkan oleh ulat bawang
(Spodoptera exigua) adalah ditandai dengan adanya lubang pada daun bawang
yang pada akhirnya daun akan patah dan habis. Namun serangan dalam skala
besar akan mengakibatkan gundulnya daun pada semua populasi tanaman. Dan
bagian yang diserang akan berwarna pucat dan kering (Anonim, 2009).
2.2.3.7 Kutu daun (Aphis sp.)
Kutu daun ini merusak penampilan buah tanaman. Kutu muda hidup dan
menghisap cairan kelopak bunga, tunas, atau buah muda. Kutu dewasa
mengeluarkan semacam tepung putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Pada
fase dewasa, kutu daun mengeluarkan sejenis cairan gula yang biasanya cairan
gula tersebut akan didatangi oleh semut hitam. Pengaruh kutu daun, jelaga hitam
dan semut ini membuat penampilan buah jelek walaupun sebenarnya rasa buah
tidak terlalu dipengaruhi. Warna hitam pada daun & tangkai adalah suatu zat yang
dihasilkan oleh hama tersebut. Kalau sudah terlalu hitam akan menutup daun
untuk melakukan fotosintesis, mengakibatkan pohon akan tumbuh menjadi kerdil,
kelopak daun mengecil, sulit untuk berbunga berbuah dan lama kelamaan pohon
2.2.3.8 Lalat buah pada cabe (Bactrocera. sp)
Gejala serangan yang ditimbulkan pada buah cabai mengalami
pembusukan namun pada buah cabai tidak mengalami pengeringan buah cabai
membusuk namun lembek. Lalat buah (Dacus sp.) banyak dijumpai di berbagai
buah, permukaan tanah dekat tanaman buah-buahan. Lalat sering ditemukan
istrahat pada daun-daun dan bunga-bunga di terik matahari. Secara umum
bertindak sebagai hama yang cukup penting pada buah-buahan seperti jeruk,
jambu, nangka, apel, dll (Anonim, 2009).
2.3 Pengenalan Hama Gudang
2.3.1 Pengenalan Hama Gudang secara Umum
2.3.1.1 Kumbang beras(Sitophilus oryzae)
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan
bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat
enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai
segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas.
Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang
tubuh kumbang dewasa ± 3,5 sampai 5 mm, tergantung dari tempat hidup
larvanya. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika
bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang
2.3.1.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)
Kumbang tepung diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum
Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Tenebrionidae, genus
Tribollium, dan spesies Tribollium sp. Kumbang dewasa berbentuk pipih,
berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih
agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan
panjang ± 5 sampai 6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5
mm (Wagianto, 2008).
2.3.1.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
Kumbang jagung diklasifikasikan dalam kingdom Animalia,
filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, family Curculionidae, genus
Sitophilus, dan spesies Sitophilus zeamays. Kumbang dewasa berwarna coklat
kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di
bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau
kekuning-kuningan.
Panjangnya 2,5 sampai 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang.
Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku). Larvanya putih gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Nonadita, 2008).
2.3.1.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
Kumbang kacang hijau diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum
Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Bruchidae, genus
Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative
kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh kumbang kacang
Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya
berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian
kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak
gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan dan
memiliki ukuran tubuh sekitar 5 sampai 6 mm (Borror, 2009).
2.1.3.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Kumbang kopra diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum
Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Cleridae, genus Necrobia, dan
spesies Necrobia rufipes. Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili
Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang, berwarna cemerlang,
pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antena Clubbed atau kadang
Serrate atau Pectinate. Perbedaan kumbang jantan dan betina dewasa terletak
pada ukuran tubuh, kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dari
betinanya. Pada kumbang betina memiliki embelan ovipositor, memiliki sepasang
ovari, ruas abdomen 8 atau 9, satu sistem saluran telur yang dijalurkan keluar bila
mana hendak bertelur. Sedangkan kumbang jantan, pada ruas abdomen ke 10
memiliki alat kelamin berupa penis, memiliki organ penjepit bagian luar dan
organ penusuk bagian median (Abumutsanna, 2008).
2.3.2 Daur Hidup
Kumbang betina dapat mencapai umur 3 sampai 5 bulan dan dapat
menghasilkan telur sampai 300 sampai 400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir
beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut
sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan
bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur
berlangsung selama ± 7 hari. Larva yang telah menetas akan langsung menggerek
butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan
tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di
dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28 sampai 90 hari,
tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini
tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis
produk yang diserang (Naynienay, 2008).
2.3.2.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)
Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus
hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang
merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang
kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6 sampai 11 kali,
tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6 sampai 7 kali,
ukuran larva dewasa dapat mencapai 8 sampai 11 mm. Menjelang terbentuknya
imago akan kembali masuk ke material. Seklus hidup dari kumbang ± 35- sampai
42 hari (Wagianto, 2008).
2.3.2.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
Kumbang betina akan mengunyah lubang kecil di dalam inti biji,
kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya. Kumbang betina dapat bertelur
300 hingga 400 telur selama lebih dari satu bulan. Telur akan menetas dalam
beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Kemudian
menjadi kepompong, selanjutnya menjadi kumbang dewasa. Seluruh siklus hidup
berlangsung dari empat hingga tujuh minggu (Nonadita, 2008).
2.3.2.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada
permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3
sampai 5 hari.
Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur
yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur
diletakkan. Lama stadia larva adalah 4 sampai 6 hari. Produk yang diserang akan
tampak berlubang (Borror, 2009).
2.3.2.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Kumbang betina bertelur hingga 30 telur per harinya di dalam retakan
atau celah yang terluka. Telur membutuhkan antara empat dan enam hari untuk
menetas. Larva akan tumbuh selama 30 hingga 140 hari, menjadi kurang aktif dan
bervariasi antara 6 dan 21 hari. Kumbang dewasa akan segera kawin setelah
tumbuh dari tahapan kepompongnya dan dapat hidup hingga 14 bulan
(Abumutsanna, 2008).
2.3.3 Gejala Serangan
2.3.3.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang tepung
(Tribolium sp.) adalah pada tepung yang sudah terserang dalam waktu lama
tepung akan menjadi menggumpal dan berwarna agak kekuning-kuningan
(Wagianto, 2008).
2.3.3.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang tepung
(Tribolium sp.) adalah pada tepung yang sudah terserang dalam waktu lama
tepung akan menjadi menggumpal dan berwarna agak kekuning-kuningan
(Wagianto, 2008).
2.3.3.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) menyerang jagung yang
disimpan. Butir jagung yang diserang berlubang-lubang hingga hancur menjadi
bubuk. Serangga ini juga menyerang bahan lain seperti kopra, gandum, beras,
sorgum dan biji-bijian lain (Maulana, 2009).
Gejala serangan kumbang kacang hijau yaitu pada biji kacang hijau
dikenali dengan adanya lubang-lubang pada butiran kedelai. Biji kedelai yang
terserang kumbang ini juga merupakan tempat berlindung serangga.
Kadang-kadang tampak serangga keluar dari dalam lubang gerekan (Abumutsanna, 2008).
2.3.3.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Telur diletakkan di celah-celah bahan yang tersembunyi. Setelah
menetas, larva membuat liang gerek yang berkelok-kelok pada bahan. Saat
menjelang menjadi kepompong,
larva membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran air
liurnya dan sisa gerekan. Mereka bersifat merusak, baik dalam tahap larva
maupun dewasa, meski demikian tahap larva adalah yang paling merusak
(Abumutsanna, 2008).
2.4 Pengenalan Penyakit yang diSebabkan oleh Jamur
2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi
2.4.1.1 Alternaria porri
Alternaria porri yang menyerang bawang merah (Allium ascolonicum)
diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, divisi Eumycota, ordo Hypales, family
Dematiaceae, genus Alternaria, dan spesies Alternaria porri. Morfologi
terbalik dengan ukuran 145 sampai 370 mm dan mempunyai sekat yang
membujur dan melintang (Hanudin, 2006).
2.4.1.2 Colletotrichum capsici
Colletotrichum capsici diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, divisio
Ascomycota, kelas Sodariomycetes, ordo Phyllachorales, famili Phyllachoraceae,
genus Colletotrichum, dan spesies Colletotrichum capsici. Jamur C. capsici ini
mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya
sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai
keseluruh bagian tumbuhan (Budi, 2012).
2.4.2.3 Aspergilus niger
Aspergilus niger dikalasifikasikan dalam kingdom Myceteae, divisi
Amatigomycota, kelas Ascomycetes, ordo Eurotiales, genus Aspergillus, spesies
Aspergilus niger. Aspergilus niger ini mempunyai morfologi bulu dasar warna
putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai
hitam. Hifa bersekat dan memiliki banyak inti (multiseluler), kelapa konidia bulat,
berwarna hitam, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar
dengan bertambahnya umur. Konidispora memiliki dinding yang halus, hialin
tetapi juga berwarna coklat (Pracaya, 2007).
2.4.2.4 Fusarium oxyporum
Fusarium oxyporum diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, filum
Fusarium, dan spesies F usarium oxyporum. F. oxysporum , jamur ini mempunyai
ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat parasitoit pada organism
lain serta didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah yang
rendah sekali Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman
yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan
meristem pada ujung akar (Pracaya, 2007).
2.4.2 Daur Hidup
2.4.2.1 Alternaria porri
Daur penyakit dimulai dengan bercak keungu-unguan terdapat pada daun,
konidiofor konidiofor dibentuk satu persatu atau secara berkelompok, konidia
multiseluler dibentuk pada ujung ujung konidiofor. Setiap sel konidium mampu
berkecambah, penyakit disebarkan melalui udara dan perkecambahan maksimum
terjadi pada pukul 8 pagi sampai 2 siang. Perkembangan penyakit sangat
dipengaruhi oleh angin, curah hujan, pengairan dan penyemprotan. Sporulasi
terjadi pada malam hari dengan kelembaban relatif tinggi. Ketika jaringan bawang
rentan, spora jamur berkecambah, tabung kecambah menembus stomata dan
secara langsung bergerak terus sampai ke epidermis (Semangun, 2006).
2.4.2.2 Colletotrichum capsici
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada
tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu jamur pada buah masuk ke dalam ruang
biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji
buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang
tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah
hijau jamur ini menyerang daun dan batang.
Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit,
seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi jamur C. capsici hanya terjadi
melalui luka–luka (Suryanto, 2010).
2.4.2.3 Aspergilus niger
Aspergilus niger secara alamiah ada dimana-mana, terutama pada
makanan, sayuran yang telah basi, pada sampah daun atau tumpukan kompos dan
juga ada di roti yang sudah kadaluwarsa. Konidia biasanya terdapat di udara baik
di dalam maupun di luar ruangan dan sepanjang tahun. Penyebaran melalui
inhalasi konidia yang ada diudara (Laila, 2006).
2.4.2.4 Fusarium oxyporum
Daur hidup jamur Fusarium oxyporum pada tanaman tomat (Solanum
lycopersicum) yaitu jamur mengadakan penginfeksi pada bagian tanah. Tanah
yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. jamur menginfeksi
pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan
berkembang di berkas pembuluh (Semangun, 2006).
Daur hidup dari jamur F. oxysporum yang ada pada tanaman Pisang yaitu
bersumber dari tanah yang berbentuk miselium yaitu berupa benang-benang halus
atau dalam semua bentuk konidiumnya dan memiliki tiga macam spora yakni
2.4.3 Gejala Serangan
2.4.3.1 Alternaria porri
Gejala serangan dari cendawan Alternaria porri yakni pada daun
terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Ukuran bercak bervariasi
tergantung pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut, bercak-bercak tampak
menyerupai cincin dengan warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan
atau keunguan yang dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang dapat meluas
kebagian atas atau bawah bercak, dan ujung daun mengering. Permukaan bercak
bisa juga berwarna coklat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab
(Pracaya, 2007).
2.4.3.2 Collectotrichum capsici
Gejala serangan awal dari Collectotrichum capsici, yaitu gejala serangan
awal berupa bercak cokelat kehitaman pada permukaan buah, kemudian meluas
dan akhirnya menjadi busuk dan lunak. Pada pusat bercak akan terlihat titik-titik
hitam yang merupakan kelompok seta dan kodium. Pada serangan berat
menyebabkan buah menjadi kering, mengerut, dan berwarna seperti jerami padi.
Pada buah cabai yang terserang Collectotricum caprici gejala yang di timbulkan
yaitu pada kulit buah terdap bercak-bercak hitam, dan pada bagian tengah terdapat
2.4.3.3 Aspergilus niger
Gejala serangan Aspergilus niger yaitu yang sangat jelas terlihat yaitu
pada roti yang telah kadaluwarsa, saat kita mendapatkan roti yang kadaluawarsa,
maka kita akan mendapatkan seperti serabut-serabut atau juga semacam spora
yang berwarna hijau tua pada roti itulah yang dinamakan Aspergilus niger roti
sehingga roti tidak dapat lagi dikonsumsi (Laila, 2006).
2.4.3.4 Fusarium oxysporum
Gejala serangan Fusarium oxyporum yang mana awalnya tulang-tulang
daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi
layu. Layu total dapat terjadi antara 2 sampai 3 minggu setelah terinfeksi.
Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna
menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka
waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin
pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang
tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini (Irzayanti, 2008).
2.5 Pengenalan Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri dan Virus
2.5.1 Blood Disease Bacterium (BDB)
Ralstonia solanacearum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk
batang dengan ukuran 0,5 sampai 0,7 x 1,5 sampai 2,5 μm, berflagela, bersifat
aerobik, tidak berkapsula, serta membentuk koloni berlendir berwarna putih
2.5.2 Pseudomonas solanacearum
Sifat morfologi P. solanacearum berukuran 0,5–0,7 x 1,5–2,5 mikron,
berbentuk batang dengan ujung membualat, tidak membentuk kapsul,
tanpa spora, motil dengan satu flagela polar, isolat yang virulen umumnya
flagelnya pendek dan pergerakan lambat (Fahri, 2008).
2.5.3 PMoV (Peanut Mottle Virus)
PMoV termasuk dalam kelompok Potyvirus, dengan ukuran lebar 12 nm
dan panjang 750 nm, mempunyai benang RNA tunggal yang tersusun atas 9500
nukleotida. Dalam sitoplasma sel-sel daging daun (Mesofil) terdapat badan
inklusi berbentuk cakra (Pinwheel inclusion), melingkar, berkeping-keping dan di
dekatnya terdapat zarah-zarah virus tersebut (Hidayat, 2009).
2.5.4 PStV (Peanut Strippe Virus)
Virus PStV mempunyai zarah-zarah berbentuk batang lentur, mempunyai
panjang 700-750 nm, bertahan terhadap keasaman antar PH 4 sampai 8.
Sedangkan bilur pada daun kacang tanah disebabkan oleh Virus Bilur Kacang
Tanah atau PStV (Peanut Stripe Virus). Zarah virus PStV berbentuk batang lentur
yang panjangnya ± 750 nm, didalam sel tanaman sakit terdapat badan inklusi yang