• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Tidur pada Anak di SDN 10 Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Tidur pada Anak di SDN 10 Samosir"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2010). Menurut Centers for Disease Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik, malnutrisi ringan, malnutrisi sedang, malnutrisi berat, overweight, dan obesitas

Secara nasional prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11.2 persen, prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2,3%) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (7,8%). Masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%) (Riskesdas, 2013).

Gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan, energi, berpikir, beraktivitas fisik, dan daya tahan tubuh. Anak yang menderita kekurangan gizi akan mengakibatkan daya tangkapnya berkurang, penurunan konsentrasi belajar, pertumbuhan fisik tidak optimal cenderung postur tubuh anak pendek. Anak tidak aktif bergerak, lemah daya tahan tubuhnya sehingga mudah terkena penyakit dan berpengaruh terhadap kapasitas kerja pada saat dewasa. Kondisi gizi yang tidak seimbang, baik kekurangan atau kelebihan gizi akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya (Siagian, 2012). Selain kondisi gizi yang baik , Smith (1982) dalam Sibarani (2014) menyatakan istirahat dan tidur yang adekuat merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan anak dan kesembuhan dari sakit.

Beberapa ahli mencoba mendefinisikan tidur sebagai keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang bersifat reversibel dan berlangsung cepat. Walaupun fungsi tidur selalu membuat para ahli kagum, namun pertanyaan dasar mengapa kita tidur tetap belum terjawab (Conny, 2004).

(2)

2

Dawson (2004) dalam Christine Natalita dkk (2011) menyatakan pola tidur berkembang sesuai usia. Bayi baru lahir akan tidur hampir sepanjang waktu, tetapi setelah usia 6 bulan bayi tidur sekitar 13 jam per hari. Anak usia 2 tahun memerlukan tidur 12 jam termasuk tidur siang, usia 4 tahun selama 10-12 jam, dan usia remaja sekitar 9 jam per hari.

Pada anak, tidur merupakan kebutuhan vital karena pada saat tidur akan dikeluarkan hormon pertumbuhan yang penting untuk pertumbuhan. Gangguan tidur pada anak dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik, kemampuan sosial, maturasi sosial, maturasi emosional, kemampuan bahasa dan penalaran serta keinginan belajar. Prevalensi gangguan tidur cukup tinggi di seluruh dunia. Diperkirakan 10-50% anak usia sekolah memiliki gangguan tidur, dinyatakan oleh Liu J et al (2012) dalam Cheng (2014).

Salah satu faktor yang dikaitkan dengan tidur adalah faktor nutrisi. Nutrisi dan tidur memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Gangguan tidur dapat menyebabkan gangguan nutrisi karena berhubungan dengan fungsi endokrin, traktus gastrointestinal, dan fungsi sirkadian (Cheng, 2014). Beberapa nutrisi yang dikaitkan mempengaruhi tidur adalah makronutrien berupa karbohidrat dan protein. Asupan karbohidrat dan protein dihubungkan dengan kondisi status gizi yang kemudian juga banyak diduga berhubungan dengan gangguan tidur (Zadeh, 2012)

Oleh karena pentingnya status gizi dengan pertumbuhan anak serta prevalensi anak yang mengalami gangguan tidur cukup tinggi, peneliti berkeinginan untuk mengetahui prevalensi anak usia 5-13 tahun yang mengalami gangguan tidur di SD N 10 Samosir dan mengetahi sebaran status gizi, kemudian melihat hubungannya dengan gangguan tidur.

(3)

3

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana gambaran status gizi pada anak di SD N 10 Samosir.

1.2.2 Apakah status gizi memengaruhi gangguan tidur pada anak di SD N 10 Samosir.

1.3Hipotesa

Ada hubungan status gizi dengan gangguan tidur.

1.4Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan status gizi dengan gangguan tidur pada anak di SD N 10 Samosir

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1) Mengetahui gambaran status gizi pada anak di SD N 10 Samosir. 2) Mengetahui status gangguan tidur pada anak di SD N 10 Samosir

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1) Menambah kemampuan dalam mengerjakan KTI bagi peneliti.

2) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh status gizi terhadap gangguan tidur

3) Sebagai sumber bacaan bagi penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Antibiotika digunakan dalam terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh. bakteri dengan tujuan sbb: • Terapi empirik infeksi • Terapi definitif infeksi • Profilaksis non-Bedah

5) Perusahaan, dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam (3) atau (4), atau

kembali OAT harus dengan cara “ drug challenging ” dengan maksud untuk menentukan obat mana yang merupakan penyebab dari efek samping tersebut. Untuk maksud tersebut,

Periode 6(Enam) Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 30 Juni 2010 Dan 2009 (Dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain).. (Perusahaan) didirikan dengan nama PT Perdana Karya Kaltim

Anak 5 – 11 tahun Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan bronkodilator saja : 40 mcg sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan kortikosteroid

CATATAN ATAS LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2010 dan 2009 Dalam Rupiah.. Pendirian Dan

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan memberikan kuesioner kepada 25 orang karyawan BPR Restu Artha Makmur dan 5 orang nasabah serta memberikan kuesioner

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember.. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III