KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Pusat Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto
dengan Pendekatan Arsitektur
High-Tech
Tugas Akhir
Diajukan sebagai syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Teknik
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
FIRDAUS ARIF RAHMAN
I 0208049
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JL.Ir.Sutami 36A Surakarta 57126; Telp. (0271)643666; Fax (0271)643666; E-mail arsitek@uns.ac.id Surakarta
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Pusat Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto
denganPendekatanArsitektur High-Tech
PENYUSUN : Firdaus Arif Rahman NIM : I 0208049
JURUSAN : ARSITEKTUR
TAHUN : 2013 NIP. 19630802 199103 1 001
Pembimbing II
Dr. Ir. MohamadMuqoffa, MT. NIP.19620610 199103 1 001
Ketua Program StudiArsitektur FakultasTeknik UNS
KaharSunoko, ST, MT. NIP. 19690320 199503 1 002
Pembantu Dekan 1 FakultasTeknik UNS
iii
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alha mdulilla hirobbil’ala miin Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Dalam penulisan ini, penyusun menghaturkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku ketua Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret.
2. Kahar Sunoko, ST, MT selaku ketua Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Arsitektur Sebelas Maret.
3. Ir. Agung Kumoro W, MT selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir. 4. Ir. Agus Sanyoto selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.
5. Ir. M Asrori, MT selaku Dosen Pembimbing Akademis.
6. YosafatWinarto, ST. MT, selaku Ketua Panitia Tugas Akhir Jurusan Arsitektur FT-UNS.
7. Tri Joko daryanto, ST, MT dan Ummul Mustaqiemah, ST, MT selaku
penguji Penelitian Tugas Akhir sekaligus Tugas Akhir Arsitektur.
iv Arsitektur FT-UNS atas segala ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang telah dibagikan selama ini.
9. Teman-teman angkatan 2008 Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Penyusun berharap semoga laporan ini dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua . Aamiin....
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Surakarta, Januari 2013
v
Thanks to
1. Allah SWT,
2. Rasulullah Muhammad SAW,
3. Kepada keluarga, Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan serta memberi dukungan yang tiada henti. Mb Nunung, kakak sekaligus teman sharing. Terima kasih sudah menjadi kakak yang baik, maaf kalo adik selalu merepotkan.
4. “10 Bro”, teman belajar kelompok dari semester 1, Jevi, Fie, Nana, Wendra, Sarah, Lia, Dika, Caca, Iqbal.
5. Teman-teman yang ikut lemburan TA bareng, Hidayat, Iwank, Aros, Jefri, Akbar, Wimba, Aziz, Eka, Amir.
6. Warga studio periode 128, Agi, Enk, Rara, Nuri, Cizma, Sendi, Besty, Umi, Rizka, mas Phijon, mas Halala, mas Rahman Aji.
7. Anak-anak arsi 2008, Bayu, Ichan, Vivi, Anton, Firman, Virus, Gandhes, Dhea, Melly, Hafidz, Cuya, Danu, Cepi, Adis, Rina, Luli, Dewi, Debby, Virus, Leo, dll yang selalu jadi teman berarsitektur. 8. Teman-teman yang sudah lulus duluan, Dimi, Indah, Poe, Farah,
Dandare, Nila, Boni, Cici, Temi, Emi, Echa, Tyo, Selvi, Tiwi, Yusnita, Tumpi, mb Winda, Apen, Azimah, Sari.
9. Keluarga besar Arsitektur angkatan 2006, 2007, 2009, 2010, 2011, 2012.
10.Teman satu kost, dari pertama kali masuk hingga saat ini yang entah sudah generasi ke sekian. mas Jarwo, mas Ayat, mas Luluk, mas Anggar, mas Cipop, mas Mbun, mas Ervan, mas Bimo, Gendud, mas Seno, mas Gustam, mas Ujek, mas Bayu, mas Yudha, Freta.
11....
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Pngertian Judul ... I-1
1.2 Latar Belakang... I-2
1.3 Permasalahan dan Persoalan ... I-6
1.3.1 Permasalahan ... I-6 1.3.1 Persoalan ... I-6 1.4 Tujuan dan Sasaran ... I-7
1.4.1 Tujuan ... I-7 1.4.2 Sasaran ... I-7 1.5 Batasan dan Lingkup Pembahasan ... I-8
1.5.1 Batasan ... I-8 1.5.2 Lingkup Pembahasan ... I-8 1.6 Metode Pembahasan ... I-9
1.6.1 Pengumpulan Data ... I-9 1.6.2 Pengolahan Data ... I-10 1.7 Tahap Pembahasan ... I-10
1.7.1 Pengungkapan Masalah ... I-10 1.7.2 Pemecahan Masalah ... I-11 1.8 Perumusan Konsep ... I-11
BAB II TINJAUAN PAMERAN, KONVENSI DAN ARSITEKTUR HIGH-TECH
2.1 Pameran dan Konvensi ... II-1
2.1.2.2 Konvensi ... II-10 2.1.2.2.1 Bentuk-bentuk Konvensi... II-10 2.1.2.2.2 Fungsi dan Peranan Wisata MICE ... II-10
2.1.2.2.3 Macam Kegiatan, Pelaku Kegiatan, Sarana dan
Prasarana ... II-12 2.1.3. Bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) ... II-16 2.1.4. Manfaat Bisnis Wisata MICE Bagi Penyelenggara ... II-17 2.1.5. Tinjauan Bangunan Exhibition and Convention Center ... II-20 2.2 Arsitektur High-Tech... II-22
BAB III TINJAUAN KOTA PURWOKERTO DAN POTENSI KEGIATAN PAMERAN
SERTA KONVENSI DI PURWOKERTO
3.1. Kondisi Fisik dan non Fisik Kota Purwokerto ... III-1
3.1.1 Kondisi Fisik ... III-1 3.1.1.1 Kedudukan Geografis ... III-1 3.1.1.2 Kondisi Topografi ... III-2 3.1.2 Kondisi non Fisik ... III-3 3.1.2.1 Kondisi Kependudukan ... III-3 3.2. Potensi Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto ... III-4
3.2.1. Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto ... III-9 3.2.2. Fasilitas Pameran dan Konvensi di Purwokerto ... III-10
BAB IV BANGUNAN PAMERAN DAN KONVENSI YANG DIRENCANAKAN
4.1. Struktur Organisasi Pengelolaan...IV-1
4.1.1 Tujuan ... IV-1 4.1.2 Sasaran ... IV-1 4.1.3 Misi ... IV-1 4.2 Struktur Organisasi Pengelolaan ... IV-2
4.3 Karakter Wadah ... IV-3
BAB V ANALISA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN EXHIBITION AND CONVENTION CENTER DI PURWOKERTO
5.1 Analisa Peruangan ... V-1
5.1.1 Analisa Dasar Peruangan dan Macam Kegiatan ... V-1 5.1.1.1 Analisa Dasar Peruangan ... V-1 5.1.1.2 Analisa Macam Kegiatan ... V-2 5.1.2 Analisa Kegiatan dan Peruangan ... V-4 5.1.2.1 Analisa Pendekatan Pola Kegiatan ... V-4 5.1.2.2 Analisa Pendekatan Kebutuhan Besaran Ruang ... V-6 5.1.2.3 Analisa Pendekatan Diagram dan Hubungan Ruang ... V-18 5.2 Analisa Lokasi dan Site... V-20
5.2.1 Analisa Penentuan Lokasi dan Site ... V-21 5.2.2 Analisa Pencapaian Site ... V-25 5.2.3 Analisa View dan Orientasi Bangunan ... V-27 5.2.4 Analisa Kebisingan Site untuk Orientasi Bangunan ... V-29 5.2.5 Analisa Sirkulasi Site ... V-31 5.2.6 Analisa Zoning Site ... V-33 5.3 Analisa Bangunan ... V-36
5.3.1 Analisa Tampilan Bangunan ... V-36 5.3.1.1 Analisa Bentuk Dasar Massa Bangunan ... V-36 5.3.1.2 Analisa Ekspresi Bangunan dengan Pendekatan
Arsitektur High-Tech ... V-38 5.3.1.3 Analisa Tampilan Bangunan dengan Pendekatan
5.3.3.1 Analisa Sistem Transportasi Vertikal ... V-45 5.3.3.2 Analisa Sistem Penyediaan Listrik ... V-46 5.3.3.3 Analisa Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran ... V-47 5.3.3.4 Analisa Sistem Penghawaan Buatan ... V-49 5.3.3.5 Analisa Sistem Komunikasi ... V-50 5.3.3.6 Analisa Sistem Penangkal Petir ... V-51 5.3.3.7 Analisa Sistem Air Bersih ... V-51 5.3.3.8 Analisa Sistem Air Kotor dan Air Hujan... V-52 5.3.3.9 Analisa Sistem Pengelolaan Sampah ... V-53
BAB VI KONSEP PERANCANGAN
6.1 Konsep Peruangan Kegiatan Pameran dan Konvensi ... VI-1
6.1.1 Pengelompokan Zona Ruang Kegiatan ... VI-1 6.1.2 Jenis dan Besaran Ruang ... VI-1 6.1.3 Konsep Organisasi Ruang ... VI-7 6.2 Konsep Site Kegiatan Pameran dan Konvensi ... VI-8
6.2.1 Konsep Pengolahan Site Eksisting ... VI-8 6.2.2 Konsep Penataan Massa pada Site ... VI-8 6.2.3 Konsep Sirkulasi ... VI-9 6.3 Konsep Ekspresi, Tampilan dan Struktur Bangunan ... VI-11
6.3.1 Konsep Bentuk Komunikatif ... VI-11 6.3.2 Konsep Penampilan Bangunan ... VI-11 6.3.3 Konsep Ekspresi Bangunan ... VI-12 6.3.4 Konsep Struktur Konstruksi Bangunan ... VI-14 6.3.5 Sistem Utilitaas Bangunan ... VI-15 LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN JUDUL
Ditinjau dari pengertian umum, maka arti dari Pusat Kegiatan Pameran
dan Konvensi di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech
(Purwokerto Exhibition and Convention Center) adalah sebagai berikut:
a. Purwokerto, merupakan ibukota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Dengan jumlah penduduk 249.705 jiwa pada tahun 2005. Berbagai julukan di sandang kota di jalur selatan Jawa Tengah ini dari Kota Wisata, Kota Kripik, Kota Pendidikan sampai kota Pensiunan karena begitu banyaknya
pejabat-pejabat negara yang pensiun dan akhirnya menetap di kota ini. (sumber: http://banyumaskab.go.id).
b. Exhibition (Pameran), merupakan suatu bentuk usaha jasa pertemuan yang mempertemukan antara produsen dan pembeli. Namun, pengertian pameran lebih jauh adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi atau pembeli. Adapun macam pameran itu adalah : show, exhibition, expo, pekan raya, fa ir, bazaar, pasar murah. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pameran).
c. Convention (Konvensi)
a) Pertemuan formal anggota, perwakilan, atau delegasi, sebagai partai
I-2 b) Tubuh orang yang menghadiri pertemuan semacam: disebut konvensi
untuk memesan.(sumber:http://www.thefreedictionary.com/Conventions) d. Center (Pusat)
Center: middle point of pa rt, place for pa rticula r a ctivity (pusat dari bagian tempat untuk aktivitas-aktivitas tertentu) (sumber: Oxford learner’s Dictionary)
e. Arsitektur High-Tech
Dalam arsitektur, high-tech diartikan sebagai suatu aliran arsitektur yang bermuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar-besarkan kesan struktur dan teknologi suatu bangunan. Karakteristik yang menjadi referensi arsitektur high-tech adalah bangunan yang terbuat dari material sintesis seperti logam, kaca, dan plastik. (sumber: buku High Tech Architecture, Colin Davis)
Jadi pengertian Pusat Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech adalah pusat aktivitas-aktivitas kegiatan konvensi dan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi yang berpusat di Kota Purwokerto dengan menerapkan desain Arsitektur High-Tech pada perancangannya.
1.2LATAR BELAKANG
I-3 on Visitor a rriva ls to Indonesia 2004–2006, yang menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara untuk pertemuan, insentif, konvensi dan pameran atau meeting, incentive, convention, exhibition (MICE) mencapai 41,23% sementara untuk wisatawan liburan 56,49% dan lainnya 2,28%. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa angka kunjungan wisata MICE di Indonesia cukup besar, mencapai 41%. Indonesia tak hanya kaya akan potensi wisata tapi juga potensi untuk dijadikan lahan bisnis komersial di bidang MICE. Hal ini akan menjadi peluang besar bagi pebisnis dan pemerintah Indonesia untuk menggarapnya menjadi
sumber pendapatan yang cukup menjanjikan.
Adanya globalisasi dan otonomi daerah memberi peluang dan tantangan bagi pengembangan wilayah. Setiap daerah diharuskan mengembangkan segala kemampuan dan daya tarik yang dimilikinya, baik yang bernilai compora tive
a dva nta ge (keunggulan berbanding) maupun competitive a dva nta ge (keunggulan bersaing). Adanya tantangan perdagangan bebas seperti AFTA dan juga usaha untuk meningkatkan penerimaan asli daerah agar dapat bertahan di era otonomi daerah, maka diperlukan strategi untuk menghadapinya. Berbagai macam strategi dilakukan dalam persaingan global, seperti meningkatkan kegiatan kepariwisataan, perdagangan, dan investasi, serta MICE (Meeting, Incentives,
Conferences, Exhibitions) sebagai sektor usaha.
I-4 Purwokerto belum mempunyai wadah kegiatan yang menunjang kegiatan di
bidang MICE ini.
Beberapa kegiatan pameran yang diadakan di wilayah Kabupaten Banyumas antara lain Banyumas Fair dan Pameran Pembangunan. Banyumas Fair merupakan rangkaian acara dalam menyambut hari jadi Kabupaten Banyumas. Waktu penyelenggaraannya pada bulan Maret-April karena hari jadi Kabupaten Banyumas jatuh pada tanggal 6 April. Sedangkan Pameran Pembangunan merupakan pameran yang diadakan untuk instansi-instansi yang ada di Kabupaten Banyumas, waktu penyelenggaraannya sekitar pada bulan November. Selain dua kegiatan besar tersebut, ada juga kegiatan pameran lain yang rutin diadakan setiap bulannya, antara lain pameran buku, komputer, maupun clothing distro.
Dengan adanya agenda kegiatan pameran yang diadakan di Kabupaten Banyumas, dibutuhkan fasilitas yang memadai. Seperti ruangan yang besar, nyaman dan perlengkapan audio visual yang memadai. Hal ini bisa disikapi dengan dibangunnya suatu Exhibition a nd Convention Center yang besar dan lengkap, seperti halnya Ja ka rta Convention Centre yang pada tahun 2007 lalu mampu memfasilitasi 441 event dalam satu tahun, dapat dibayangkan berapa besar dampak yang akan kita dapatkan sebagai pelaku bisnis apabila terdapat event dengan jumlah yang sama dengan event tersebut.
I-5 ruang sekretariat, panggung, ruang VIP, kafetaria, toko obat, klinik, dapur dan
sebagainya
Berikut beberapa daftar hotel yang menyediakan fasilitas
meeting/convention room yang ada Kabupaten Banyumas:
a. Astro Hotel b. Horisson Hotel c. Queen Garden Hotel d. Rosenda Hotel
e. Atrium Resort and Hotel
f. Moro Seneng Hotel g. Palapa Hotel h. Adi Kencana Hotel
i. Perhutani Alam Wisata Hotel j. Resort Prima Hotel
k. Aston Hotel
Fasilitas-fasilitas kegiatan MICE di Purwokerto memang sudah ada. Namun, fasilitas-fasilitas yang ada tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan kegiatan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain luasan bangunan yang belum memadai serta ketersediaaan lahan parkir yang kurang.
I-6 perancangan pusat kegiatan pameran dan konvensi di Kota Purwokerto sebagai perlambang bahwa Kota Purwokerto merupakan kota yang sedang berkembang.. Selain itu, Arsitektur High-Tech juga diharapkan mampu memberikan penampilan yang atraktif pada bangunan. Sehinggaa dapat menarik perhatian pengunjung.
1.3 PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
1.3.1. Permasalahan
Permasalahan yang muncul dari perencanaan dan perancangan Purwokerto Exhibition a nd Convention Center ini adalah bagaimana merencanakan dan merancang bangunan Exhibition a nd Convention Center yang mampu memberikan fungsinya sebagai bangunan publik yang dapat mewadahi berbagai kegiatan dengan menggunakan pendekatan Arsitektur High-Tech.
1.3.2. Persoalan
Beberapa persoalan terkait dengan perancangan sebuah bangunan
Exhibition a nd Convention Center antara lain:
a. Bagaimana perencanaan dan perancangan Exhibition a nd Convention
Center dengan pendekatan Arsitektur High-Tech.
b. Bagaimana perencanaan pengolahan site, gubahan massa, dan tampilan
fasad bangunan yang sesuai dengan Arsitektur High-Tech.
I-7 d. Bagaimana perencanaan sistem struktur dan konstruksi bangunan yang
kuat, efektif dan mendukung tampilan Arsitektur High-Tech.
e. Bagaimana perencanaan konsep dasar fasilitas bangunan yang sesuai
dengan kebutuhan penggunaan ruang.
1.4 TUJUAN DAN SASARAN
1.4.1 Tujuan
Menyusun konsep perencanaan dan perancangan bangunan exhibition a nd convention center sehingga diharapkan mampu memberikan fungsinya sebagai bangunan publik yang dapat mewadahi berbagai kegiatan dengan menggunakan
pendekatan Arsitektur High-Tech
1.4.2 Sasaran
Sasaran yang akan dicapai dalam penyusunan konsep perencanaan dan perancangan ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sasaran non Fisik
1) Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Exhibition a nd Convention Center dengan pendekatan Arsitektur High-Tech. 2) Menentukan konsep dasar pengolahan site, gubahan massa, dan
tampilan fasad bangunan yang sesuai dengan Arsitektur High-Tech.
I-8 user sehingga tercipta suasana yang nyaman bagi user di dalamnya.
4) Menentukan konsep dasar pemilihan sistem struktur dan
konstruksi bangunan yang kuat, efektif dan mendukung tampilan Arsitektur High-Tech.
5) Menentukan konsep dasar fasilitas bangunan yang sesuai dengan kebutuhan penggunaan ruang.
b. Sasaran Fisik
1) Menciptakan suatu wadah yang mudah dalam hal pencapaian baik
bangunan maupun ruang yang ada di dalamnya.
2) Menentukam tata ruang yang nyaman dalam menunjang kegiatan yang berlangsung di dalamnya.
1.5BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN
1.5.1 Batasan
Batasan Exhibition and Convention Center sebagai sebuah fasilitas umum yang mewadahi segala aktivitas MICE. Pemilihan site berdasarkan masterplan Banyumas dan kriteria-kriteria yang mendukung keberadaan bangunan Exhibition
a nd Convention Center di Purwokerto
1.5.2 Lingkup Pembahasan
I-9 berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal di luar ilmu arsitektur yang mempengaruhi, melatarbelakangi dan mendasari faktor-faktor perencanan akan dibatasi, dipertimbangkan atau diasumsikan tanpa dibahas secara mendalam. Secara spatial, bangunan Exhibition and Convention Center ini terletak di dekat pusat kota Purwokerto.
1.6METODE PEMBAHASAN
Metode pembahasan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan meliputi metode pengumpulan data, metode pengolahan data yang terdiri dari tahap analisa dan sintesa, serta metode pembahasan dan
perumusan konsep.
1.6.1 Pengumpulan Data
a. Data Primer , Observasi dan survey meliputi :
1) Survey eksisting site
2) Survey mengenai perkembangan exhibition and convention center
3) Observasi bangunan exhibition a nd convention center di Purwokerto unuk mendapatkan data yang tidak terdapat di literatur buku serta untuk mengetahui fasilitas yang ada untuk menunjang
aktivitas didalamnya.
b. Data Sekunder , Studi Literatur meliputi :
1) Studi exhibition a nd convention center di Indonesia dan Purwokerto, studi ruang-ruang pada exhibition a nd convention
I-10 2) Studi kepustakaan mengenai peraturan dan tata ruang kota serta
rencana kawasan Purwokerto, studi hukum dan peraturan pembangunan.
3) Studi mengenai Arsitektur High-Tech, mengenai apa itu Arsitektur High-Tech maupun ciri-ciri Arsitektur High-Tech.
1.6.2 Pengolahan Data
a. Tahap Analisa
Tahap analisa ini, data-data yang didapatkan akan dipilih yang benar-benar sesuai dengan konsep. Adapun metode yang digunakan
adalah :
1) Induksi
Merupakan penarikan kesimpulan dari fakta-fakta yang ada
2) Komparasi
Menilai, membandingkan dengan melakukan penganalisaan dengan bahan yang diperoleh dari observasi, pengumpulan data
dan studi literatur.
b. Tahap Sintesa
Merupakan tahap perumusan konsep, dengan menggunakan metode deduksi, yaitu membuat perumusan hasil induksi
c. Studi Pendekatan Konsep
Setelah memperoleh penyelesaian masalah maka diadakan studi pendekatan konsep untuk menentukan konsep perancangan sebagai
I-11 1.7 TAHAPAN PEMBAHASAN
1.7.1 Pengungkapan Masalah
Pengungkapan masalah dilakukan berdasarkan hasil survey lapangan dan studi literatur yang dilakukan. Metode yang digunakan adalah metode observasi,
dimana permasalahan dan persoalan diuraikan secara teratur.
1.7.2 Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dilakukan dengan metode analisis dan sintesa, masalah dan persoalan dianalisis seperti pemrograman arsitektur kemudian
disintesa dan hasilnya berupa kesimpulan ditarik secara deduktif.
1.8 PERUMUSAN KONSEP
Penyusunan analisa dalam proses pembahasan ke dalam konsep perencanaan dan perancangan bangunan exhibition a nd convention center
meliputi :
Konsep peruangan kegiatan pameran dan konvensi
Konsep site kegiatan pameran dan konvensi
II-1 BAB II
TINJAUAN PAMERAN, KONVENSI DAN
ARSITEKTUR HIGH-TECH
2.1 PAMERAN DAN KONVENSI
2.1.1 Tinjauan Pameran dan Konvensi
Pameran merupakan suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi atau pembeli. Sedangkan Konvensi adalah pertemuan formal anggota, perwakilan, atau delegasi, sebagai partai politik, masyarakat persaudaraan, profesi, atau industri.
Sebagai salah satu strategi pemasaran kepada konsumen, pameran(expo) mempunyai beberapa keunggulan dan nilai strategis dalam menaikan jumlah angka penjualan suatu produk. Pertama; media pameran merupakan ajang pengenalan produk kepada masyarakat dan konsumen secara langsung dan nyata, dalam artian masyarakat dan konsumen secara langsung dapat merasakan dan menilai suatu produk, dalam posisi ini konsumen dapat memilih dan membandingkan beberapa produk yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi yang diinginkannya.
II-2 dihasilkan. Lebih lanjut dari kondisi ini adalah produsen dapat melakukan penelitian pasar secara langsung terhadap kebutuhan konsumen. Ketiga; merupakan wadah transaksi bisnis secara langsung antara produsen dengan konsumen tanpa melewati pihak ketiga. Keempat; merupakan wadah promosi dan informasi bagi pemerintah daerah terhadap potensi dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai sehingga dapat dijadikan tolak ukur perkembangan selanjutnya.
Dari beberapa jenis kegiatan MICE mempunyai tuntutan wadah yang bersifat resmi seperti Interna tional Congress, Association Convention da n
Compa ny Event, dimana pada kegiatan ini pesertanya merupakan anggota dari organisasi profesi yang bergerak pada bidang atau profesi tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah yang mampu mencerminkan sifat kegiatan-kegiatan konvensi yang bersifat resmi/formal.
2.1.2 Bentuk Kegiatan Pameran dan Konvensi
2.1.2.1 Pameran
Ditinjau dari sistem perencanaannya, pameran dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok pameran tetap
1) Pameran Perdagangan (Tra de Fa ir)
II-3 sehingga dapat disebut juga sebagai ‘test market’. Di sini terjadi hubungan langsung antara produsen dengan konsumen.
2) Bursa
Yaitu suatu tempat dimana terjadi kegiatan jual beli yang hanya memproduksi sekali dan penjualannyapun sekali saja pada bursa buku, bursa seni, dll.
3) Exposisi Nasional atau Internasional
Adalah tempat dimana berkumpulnya bermacam-macam stand yang mewakili daerah atau negaranya masing-masung baik untuk
perdagangan, perindustrian atau kebudayaan. 4) Window Displa y
Secara tidak langsung merupakan pameran untuk menstimulir/meningkatkan penjualan suatu toko atau restaurant. Karena benda yang dipamerkan sebagai contoh yang ada dipajang pada window displa y tersebut dapat dibeli oleh orang yang berminat. 5) Informa tion Center
Adalah tempat dimana seseorang mendapatkan penjelasan serta keterangn baik masalah perdagangan atau prindustrian. Sedang materi yang dipamerkan merupakan wakil dari keseluruhannya. b. Kelompok Pameran Keliling
1) Pameran Pertanian
II-4 Pameran ini direcanakan untuk meeyakinkan serta mempengaruhi pengunjung agar meu menerima kenyataan/keadaan yang biasanya bertentangan dengan kebiasaan.
c. Kelompok Pameran dengan kasus khusus
1) Showroom
Tempat/ruang untuk pameran yang bangunannya sendiri tidak mengalami perubahan karena pertimbangan ekonomis, hanya sistem display yang diubah.
2) Galeri
Merupakan tempat yang dapat menyelenggarakan suatu pameran baik sosial maupun kebudayaan. Pameran yang diselenggarakan pada suatu galeri dapat bersifat tetap, semi tetap atau berubah-ubah karena yang dipamerkan mengalami perkembangan.
3) Pameran di udara terbuka
Pameran di udara terbuka/di luar gedung biasanya disebut outdoor exhibition. Benda yang dipamerkan relatif tahan terhadap kondisi iklim/cuaca di luar, contohnya pameran konstruksi, pameran mesin-mesin pertanian. Pada beberapa objek yang rentan terhadap pengaruh lingkungan, maka digunakan bahan-bahan pengawet khusus untuk itu.
2.1.2.1.1 Tujuan Pameran
II-5 a. Informatif
Merupakan pameran yang menyampaikan pesan/mengabarkan suatu hasil penemuan yang mengandung laporan semata-mata, karena dengan adanya pameran tersebut dapat memberikan perbandingan dan akhirnya timbul persaingan.
b. Edukatif
Secara tidak langsung mendidik pengunjung untuk memberi tambahan ilmu pengetahuan.
c. Sugestif
Usaha untuk mempengaruhi pengunjung sehingga tertarik pada objek yang dipamerkan. Salah satu ciri yang menonjol adalah spesifikasi produk disajikan sampai pada hal yang mendetail, objek/produk dikemas dalam wadah yang menarik dan informatif.
Untuk menyelenggarakan suatu pameran/expo haruslah menyediakan fasilitas dan jasa yang mendukung usaha promosi tersebut. Sudah barang tentu lingkup kegiatan dari expo berkisar pada jasa penyelenggaraan pameran guna menunjang promosi dalam rangka memperkuat daya saing produk yang ditawarkan.
Lingkup kegiatan atau usaha dari Badan Penyelenggara Expo Centeer adalah bidang jasa dan penyediaan fasilitas pameran yang representatif, sehingga pameran/expo yang diadakan dapat memperbaiki citra produk barang dan jasa yang dipamerkan.
II-6 a. Kegiatan Utama
Sesuai dengan fungsi suatu expo center, kegiatan pameran merupakan kegiatan utama, baik itu bersifat pameran murni ataipun dengan promosi penjualan dengan titik berat pada produk yang ditampilkan adalah produk-produk yang mempunyai peluang besar dalam menembus pasar. Kegiatan pameran dan promosi penjualan biasanya ditampilkan pada gedung Exhibition Ha ll, landasan terbuka, maupun stand-stand yang disediakan.
b. Kegiatan Pengunjung
Untuk menambah dan memberikan bobot bagi penyelenggaraan suatu pameran, maka disediakan wadah aktifitas kegiatan yang dapat dimanfaatkan oleh peserta maupun pengunjung dalam menungkatkan nilai promosi perdagangan. Kegiatan penunjang terutama sekali untuk melengkapi kegiatan pameran tetap. Kegiatan ini meliputi:
1) Kegiatan Konsultasi 2) Kegiatan Perbankan 3) Kegiatan Transaksi
4) Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan, dll. c. Kegiatan Pelengkap
II-7 Gambar 2.1 Kegiatan pameran
Sumber: forumpengusahaindonesia.com 2.1.2.1.2 Pameran sebagai Sarana Promosi
Dalam situasi persaingan perdagangan dunia yang semakin ketat dan bebas, diperlukan terobosan-terobosan kreatif dan inovatif dalam mempromosikan produk kepada konsumen sebagai upaya untuk merebut pasar. Upaya ini akan berjalan lebih baik jika ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu strategi pemasaran yang banyak dipakai saat ini adalah pemasaran yang menerapkan bentuk persuassive communication yang dapat diartikan sebagai upaya penyampaian informasi sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi dan megubah cara berfikir konsumen untuk membelanjakan uangnya dengan senang hati. Terdapat 5 elemen penting yang berperan dalam suatu persua ssive communica tion, antara lain:
a. Komunikator
Merupakan pihak yang berkepentingan untuk memperkenalkan suatu produk yang dimilikinya.
II-8 Merupakan pihak yang dijadikan sasaran bagi pengenalan produk. c. Messege
Merupakan sejumlah informasi yang hendak disampaikan oleh pihak komunikator.
d. Produk atau jasa
Sebagai objek yang diperkenalkan. e. Media
Sarana untuk berkomunikasi
Suatu persuassive communication dapat terselenggara dengan baik jika pihak komunikator dapat mengembangkan informasi yang hendak disampaikan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi sikap dan perilaku pembeli agar berniat membeli produk yang ditawarkan. Untuk itu wadah promosi yang disediakan dikemas dalam suasana informa l, rekreatif dan comforta ble.
2.1.2.1.3 Pameran sebagai Sarana Rekreasi
Disamping sebagai wadah promosi, informasi dan niaga, kegiatan pameran mulai berkembang dan dikemas menjadi bisnis hiburan yang diminati masyarakat. Kondisi ini dimungkinkan karena adanya hubungan yang menguntungkan, dimana tujuan pameran adalah promosi kepada masyarakat luas. Dengan banyaknya
II-9 Gambar 2.2 Kegiatan pengunjung pameran
Sumber: flpjatim.wordpress.com
1. Bentuk dan Sifat Rekreasi
Rekreasi pada umumnya bersifat aktif dan pasif. a. Rekreasi aktif meliputi
1) Olaharaga rekreatif, yaitu melakukan olahraga sambil berekreasi, misalnya: bowling, renang, dll.
2) Hobby dinamis, yaitu dengan menggunakan gerakan tubuh
seperti kegiatan menari, menyanyi, dll.
3) Permainan, jenis permainan yang sifatnya mendidik atau memerlukan ketangkasan seperti bilyard, video game, dll b. Rekreasi pasif meliputi
1) Tontonan aktif, yaitu rekreasi yang dilakukan secara pasif, misalnya hiburan musik, theater, dll.
2) Rela xation, kegiatan rekreasi yang membutuhkan tenaga
minim seperti; makan, minum, jalan-jalan, dll.
3) Entertainment, melihat pertunjukan pasif seperti; melihat
II-10 2.1.2.2 Konvensi
2.1.2.2.1 Bentuk-bentuk konvensi
Dari segi karakteristik, bentuk-bentuk konvensi pada pelaksanaan/penyelenggaraan wisata MICE mempunyai perbedaan dalam susunan ruang, sifat pembicaraan dan peserta. Bentuk konvensi yang ada menurut perbedaan-perbedaan di atas dapat digolongkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Interna tional Congress 2. Associa tion Convention 3. Incentive Tra vel Programme 4. Compa ny (Corpora te Event) 5. Exhibition (Tra de Fa ir)
2.1.2.2.2 Fungsi dan Peranan Wisata MICE
Faktor utama yang menyebabkan permintaan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk mengadakan pertemuan adalah karena konvensi merupakan sarana komunikasi dalam hubungan antar personil, serta merupakan kesempatan bagi individu untuk memberikan penjelasan-penjelasan tentang permasalahannya, sehingga mereka dapat saling memecahkan masalah serta bertukar pikiran dan ilmu pengetahuan
Berikut beberapa fungsi kegiatan MICE ditinjau dari pihak peserta, pengunjung serta pengelola:
II-11 1) Sebagai wadah untuk memperkenalkan, memberikan informasi dan
mempromosikan produk yang dihasilkan kepada konsumen dan masyarakat luas lewat mwdia promosi pameran
2) Sebagai wadah komunikasi dua arah secara langsung dengan konsumen untuk mengetahui selera pasar, maupun dengan sesama peserta/pengusaha untuk bertukar pikiran untuk pengeembangan usaha.
3) Sebagai wadah pengembangan usaha dalam kaitannya dengan
pemasaran.
b. Ditinjau dari pihak pengunjung
1) Sebagai wadah untuk mendapatkan informasi mengenai barang atau komoditi produk-produk yang dihasilkan di pasaran serta informasi tentang pembangunan.
2) Sebagai wadah bagi masyarakat(konsumen) untuk mendapatkan
barang-barang dengan kualitas terbaik dan harga relatif lebih murah dari kondisi normal.
3) Sebagai wadah kontak langsung dengan produsen, dari sini dapat
diteruskan dengan bentuk-bentuk kerja sama yang lebih menguntungkan dalam bentuk kontrak dagang.
4) Sebagai wadah dan sarana rekreasi melalui hiburan dan fasilitas-fasilitas rekreasi yang disediakan.
c. Ditinjau dari pihak pengelola
1) Sebagai wadah untuk mempromosikan dan mengembangkan hasil
II-12 Gambar 2.3 Kegiatan International Congress
Sumber: iucr.org
2) Membantu mengusahakan pemasaran dalam rangka meningkatkan
daya saing produk masional terhadap pasar lokal maupun pasar internasional(eksport).
3) Meningkatkan dan mengembangkan potensi pariwisata daerah. 4) Mengadakan kerja sama dengan badan swasta, lembaga
pemerintahan maupun perorangan yang bergerak dalam bidang pembangunan, industri dan produksi dalam rangka pengembangan dan promosi pembangunan daerah.
5) Untuk mengakomodir kegiatan pameran dan konvensi di
Purwokerto yang berlangsung secara rutin.
2.1.2.2.3 Macam Kegiatan, Pelaku Kegiatan, Sarana dan Prasarana
Berdasarkan karakteristik dalam memasarkan industri MICE ada lima segment pasar seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu:
1. Interna tional Congress
II-13 Merupakan pertemuan atau konvensi yang pesertanya sebagian besar atau seluruhnya anggota organisasi yaang bernaung di bawah PBB seperti: FAO, WHO, UNESCO, IMF, UNDP, ICAO, dan sebagainya. Sebuah kongres didefinisikan sebagai pertemuan untuk mendiskusikan beberapa masalah. Hal ini umumnya merupakan pembicaraaan formal bertukar informasi dan pandangan, topiknya berkisar pada perkembangan masalah-masalah sebelumnya. Kongres diadakan dengan waktu yang periodik. Aula kongres dibuat sebanyak pesrta/delegasi yang hadir, umumnya berbentuk auditorium dengan atau tanpa meja tepi sebelah
dinding.
Ruang pertemuan biasanya berbentuk setengah lingkaran (parlementer), persegi atau persgi panjang. Kadang-kadang disediakan kursi ganda dan meja untuk peserta advisornya.
2. Associa tion Convention
Pertemuan semacam ini biasanya diselenggarakan oleh asosiasi profesi, dengan tingkatan nasional, regional atau internasional, contohnya: a. Pertemuan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) di Jakarta
b. Pertemuan Ikatan Ahli Penyakit Dalam se-Asia Pasifik c. Pertemuan ahli ekonomi se-Asia Tenggara
II-14 profesinya, bersifat kurang formal tetapi didukung dengan jumlah peserta yang banyak agar dapat menyatakan suatu objek dan tujuan. Jumlah delegasi yang mengikuti kenferensi antara 30 sampai dengan 150 orang, tergantung tema pertemuan. Pengaturan furniture ruang (layout) berbentuk lingkaran atau cincin, model senat (setengah lingkaran atau persegi dengan ujung lancip).
3. Incentive Tra vel Programme
Pertemuan semacam ini diselenggarakan oleh suatu perusahaan besar. Pesertanya biasanya karyawan yang dianggap telah memajukan
perusahaan baik dalam penjualan maupun meningkatkan produktivitas perusahaan.
Perusahaan sengaja memberikan insentive/dorongan kepada para karyawannya agar lebih terpacu produktivitasnya dan akhirnya dapat memberikan keuntungan bagi perusahaannya. Pertemuan ini memiliki tipe workshop agar para pesertanya dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keahlian baru.
4. Compa ny (Corpora te Event)
Pertemuan yang umumnya berupa rapat direksi, sales seminar, divisiona l conferences. Termasuk di dalamnya adalah rapat kerja departemen-departemen pemerintah. Pada umumnya pertemuan semacam ini timbul karena seiringnya permasalahan yang timbul, kemudian di bawah bimbingan seorang atau lebih yang ahli di bidangnya, membahas tentang:
II-15 Gambar 2.4 Kegiatan exhibition
Sumber:
modernmarketingjapan.blogspot.com
b. Dari hasil rekonstruksi ditekankan dengan diskusi.
5. Exhibition (Tra de Fa ir)
Suatu pameran dapat diselenggarakan secara international, nasional, maupun regional. Umumnya kegiatan konvensi selalu dikaitkan dengan kegiatan wisata antara lain:
a. Akomodasi b. Transportasi c. Hiburan
d. Pre a nd Post Conference Tour
II-16 2.1.3. Bisnis MICE (Meeting, Incentives, Convention, Exhibition)
Istilah MICE di Indonesia dikenal juga dengan nama wisata konvensi, kegiatan wisata konvensi ini merupakan bagian dari kegiatan pariwisata, karena banyak sekali menggunakana fasilitas pariwisata dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan yang berkarakteristik padat karya, memberikan kontribusi baik dari sisi penyediaan tenaga kerja maupun dalam memberikan devisa negara.
Beberapa pengertian untuk kegiatan MICE dihubungkan dengan kegiatan pariwisata. Definisi juga diberikan untuk wisata kovensi, seperti yang diberikan oleh Pendit (1999): Usa ha ja sa konvensi, perja la na n insentive, dan pamera n merupaka n usa ha denga n kegia ta n memberi ja sa pela ya na n ba gi sua tu pertemuan sekelompok ora ng (nega ra wa n, usaha wa n, cendikia wa n, da n seba gainya ) untuk membaha s ma sa lah-ma sala h ya ng berka itan dengan kepentinga n bersa ma . Pa da umummnya kegia ta n kovensi berka ita n dengan usa ha
pariwisa ta la innya , seperti tra nsporta si, akomoda si hibura n (enterta iment), perjala na n pra- dan pa sca - konfrensi (pre- a nd post- conference tours).
II-17 Kegiatan bisnis MICE telah membuka lapangan kerja baru, tidak hanya menciptakan tenaga kerja musiman saja, tetapi juga telah menciptakan pekerjaan yang tetap bagi banyak masyarakat yang memiliki kemampuan tidak berbeda dengan bisnis pariwisata yang banyak diciptakan di negara-negara sedang berkembang. Kegiatan konfrensi dan bisnis MICE merupakan bisnis yang memiliki dampak negatif lebih kecil pada lingkungan daripada yang di lakukan
ma ss tourism, karena bisnis ini fokus pada jumlah peserta yang tidak terlalu banyak, sehingga kegunaan transportasi akan lebih berkurang sehingga akan mengurangi kemacetan serta polusi yang ditimbulkan (Rogers, 2003).
Kegiatan Industri MICE sebagai industri baru masa kini menunjukan bahwa MICE sebagi salah satu sektor dalam bisnis pariwisata, karena kegiatan MICE merupakan kegiatan bisnis wisata yang tujuan utama dari para delegasi atau peserta kegiatan MICE adalah melakukan perjalanan dan menghadiri suatu kegiatan atau event yang berhubungan dengan bisnisnya sambil menikmati kegiatan wisata secara bersama-sama.
2.1.4. Manfaat Bisnis Wisata Mice Bagi Penyelenggara
Dampak positif bagi negara penyelenggara konvensi atau disebut dengan
II-18 Walaupun rata-rata jumlah wisatawan konvensi lebih rendah dibandingkan dengan wisatawan biasa tetapi wisata konvensi memiliki High Yield dari segi pemasarannya dan kualitas yang tinggi pula. Ini disebabkan karena para peserta terdiri dari anggota masyarakat yang berpenghasilan di atas rata-rata yang dengan sendirinya memiliki daya beli yang tinggi.
Dengan adanya wisata konvvensi, negara penyelenggara dapat terjamin akan suplay devisa yang stabil, karena:
1. Pertemuan-pertemuan yang sifatnya bisnis, maka para peserta konvensi
biasanya membebankan seluruh biaya perjalanan kepada perusahaan yang diwakilinya, sehingga dapat membelanjakan uang sakunya guna memperoleh souvenir ataupun barang-barang yang diinginkan lainnya. 2. Para peserta sebagai unsur pasar, tidak akan goyah trhadap tekanan
ekonomi dunia. Seperti apa yang akan dialami banyak wisatawan mancanegara dewasa ini. Hal ini disebabkan karena peserta terdiri dari
golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi.
3. Dimungkinkan terjadi interaksi antara peserta tamu dengan paserta tuan rumah, dalam aktivitas sosial, busaya dan ekonomi, yang mencakup bidang seperti:
II-19 Interaksi semacam itu dalam jangka waktu tertentu akan menguntungkan pertumbuhan sosial-ekonomi dan perkembangan di bidang lainnya bagi negara penyelenggara konvensi.
4. Pengalaman mengatakan bahwa tidak kurang dari 30% dari peserta konvensi selalu mengajak istri bahkan anak-anaknya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa ibu-ibu pada umumnya bila melihat suatu barang yang berkenan di hati mereka, maka akan menjadi pembeli yang potensial. 5. Adanya hubungan timbal balik antara pertumbuhan industri MICE di
suatu negara dengan citra positif dari negara yang bersangkutan di luar
negeri. Maksudnya adalah peserta yang datang dari luar negeri umumnya orang-orang yang terpandang dan berkedudukan tinggi di masyarakat. Mereka selalu menceritakan tentang perjalanan dan pengalaman di negara-negara yang telah dikunjunginya.
Apabila yang dialaminya positif, maka akan menjadi semacam promosi gratis dan dapat mengangkat citra negara yang telah mengadakan konvensi tersebut.
Untuk segment pasar exhibition/tra de fa ir pertumbuhannya pesat sekali, baik dari segi jumlah event maupun jumlah peserta pameran(exhibitor).
Pada umumnya pameran diselenggarakan sehubungan dengan adanya konvensi asosiasi (Associa tion Convention) dan Interna tional Congress. Namun, event semacan ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pengusaha internasional maupun multi-nasional.
II-20 Gambar 2.5 Gedung Jogja Expo Center
Sumber:
www.jogjaexpocenter.com
1. Sebagian dari pameran-pameran itu diselenggarakan pada saat low
sea sonnya wisata di sektor lain, sehingga menciptakan iklim yang sangat baik bagi industri pariwisata dalam negeri. Di satu pihak, tingkat hunian kamar hotel negara yang bersangkutan akan dapat ditingkatkan sedangkan di lain pihak para peserta pameran mendapatkan keringanan dalam biaya akomodasinya.
2. Suatu negara yang secara berkelanjutan dalam menyelenggarakan pameran, dalam jangka waktu panjang akan menjadi pusat kegiatan usaha atau “a center of business a ctivity”, hal ini akan memberikan dampak
yang positif bagi negara yang bersangkutan.
3. Di dalam pameran, para pengusaha akan berlomba-lomba memamerkan hasil kreasinya yang terbaru kepada masyarakat luas karena masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan produk terbaru suatu barang tidak perlu mengeluarkan uang terlalu banyak. Dalam mengikuti suatu pameran memang membutuhkan biaya yang sangat mahal tetapi apabila pameran tersebut diselenggarakan secara baik dan optimal,maka biaya pengeluaran tersebut akan menjadi efisien.
2.1.5. Tinjauan Bangunan Exhibition and Convention Center
II-21 Gambar 2.6 Gedung Shanghai Exhibition Center
Sumber: 2010shanghai.eu
Jogja Expo Center (JEC), adalah sebuah bangunan terpadu dengan luas satu hektar yang dibangun oleh pemerintah Yogyakarta, dilengkapi dengan prasarana modern untuk memfasilitasi kegiatan MICE hanya dalam satu wadah. Luas total JEC meliputi 14 Ha meliputi beberapa bangunan untuk mendukung kegiatan MICE seperti Hotel, Mall, Restoran Internasional dan gudang untuk mendukung misi JEC sebagai pusat perdagangan internasional dan bisnis layanan berikutnya. Kompleks JEC dekat dengan bandara (15 menit) dan dapat dicapai dengan mudah dari seluruh wilayah kota. Sejak pembukaan resmi oleh
Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri, tempat tersebut telah digunakan untuk acara-acara nasional dan internasional. Berdasarkan data statistik, peristiwa-peristiwa produktif memperoleh pengunjung harian 5000 sampai dengan 10000 orang. Para pengunjung tidak hanya dari Jogja tetapi juga dari provinsi lain di Indonesia dan bahkan dari negara asing. Jogja Expo Center disiapkan dengan area parkir yang luas termasuk landasan helikopter dan 40 kaki kontainer-ruang untuk total dua puluh truk.
II-22 Shanghai Exhibition Center (SEC) menawarkan sebuah konferensi dan pameran dalam skala besar, untuk kegiatan politik, ekonomi, ilmu pengetahuan & teknologi dan budaya. Tempat ini didirikan dengan persetujuan Pemerintah Kota Shanghai. Shanghai Exhibition Center (SEC) total luas lantai 80.000 m2, yang 22.000 m2 digunakan untuk tujuan pameran. Bangunan ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas modern, jaringan dan sistem penghawaan. Di sana terdapat ruang konferensi, restoran, kedai kopi dan fasilitas parkir yang luas. SEC dibagi menjadi dua bangunan, bangunan utara dan selatan. Di
bagian utara terdapat, Centra l Ha ll, Aula Timur 1, Aula Barat 1 dan Aula Barat 2. Bagian Selatan membentuk area pameran. SEC adalah tempat yang sempurna untuk acara konferensi dan pameran dalam skala besar di Shanghai.
2.2 ARSITEKTUR HIGH-TECH
Arsitektur high-tech adalah sebuah gaya arsitektur yang muncul pada 1970-an, juga dikenal sebagai Modernisme Akhir atau Ekspresionisme Struktural. menggabungkan elemen-elemen dari high-tech industri dan teknologi ke dalam desain bangunan.
II-23 fabrikasi ditonjolkan baik pada ruang dalam maupun luar, sehingga bahan, struktur, system dan sub system struktur, konstruksi dan dekorasi secara integral menampilkan bentuk arsitektur yang berkarakter khusus. Yang dapat dilihat karena exposed dan menjadi bagian dari dekorasi, tidak saja elemen-elemen konstruksi tetapi juga semua elemen bangunan seperti tangga, koridor, mekanikal, dll
Menurut Colin Davies, dalam bukunya High Tech Architecture, pengertian
high-tech dalam arsitektur berbeda dengan pengertian high tech dalam industri. Bila dalam industri pengertian high-tech diartikan sebagai teknologi canggih seperti elektronik, komputer, robot, silikon chips, mobil sport dan sejenisnya. Sedangkan dalam arsitektur, high-tech diartikan sebagai suatu aliran arsitektur yang bermuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar-besarkan kesan struktur dan teknologi suatu bangunan. Karakteristik yang menjadi referensi arsitektur high-tech adalah bangunan yang terbuat dari material sintesis seperti logam, kaca, dan plastik.
II-24 Gambar 2.7 Sainsbury Center, fasade bangunan menggunakan
material kaca
Sumber: www.greatbuildings.com-Maret 2007
Charles Jenks menyebutkan ada 6 hal penting yang menjadi ciri dari arsitektur hi-tech, yaitu:
a.) Inside-out (penampakan bagian luar-dalam)
Pada bangunan hi-tech, struktur, area servis dan utilitas dari suatu bangunan hampir selalu ditonjolkan pada eksteriornya baik dalam bentuk
ornament ataupun sculpture.
b.) Terdapat simbolisasi hi-tech
Memberi suatu bentuk semacam sclupture yang menggambarkan konsep hi-tech.
c.) Tra nspa ra nt ma ss
Karakter dari bangunan hi-tech dapat dilihat pada penggunaan yang lebih luas material kaca (transparan dan tembus cahaya).
II-25 Gambar 2.8 TEN Arquitectos
Sumber: www.arcspace.com. April 2007
Gambar 2.9 Hongkong and Shanghai Bank
Sumber: www.greatbuildings.com.
Warna cerah yang digunakan dalam bangunan hi-tech memiliki makna asosiatif, di samping dari segi fungsionalnya untuk membedakan jenis struktur dan utilitas bangunan. Warna kuning, merah, biru yang cerah merupakan warna dari mesin-mesin industri, mobil, kapal, traktor, dan benda-benda teknologi masa sekarang. Warna-warna ini kemudian diasosiasikan sebagai suatu elemen yang membatasi masa sekarang dan masa depan terhadap masa lalu.
e.) Steel structure a nd ca ble structure
II-26 f.) Inova tion planning
Penggunaan hi-tech merupakan harapan di masa yang akan datang, meliputi penggunaan material, warna dan penemuan-penemuan / inovasi baru lainnya.
Jadi dapat disimpulkan high-tech a rchitecture memiliki karakter-karakter sebagai berikut : Berestetika mesin, Dominasi material logam ataupun material penemuan baru, Penekanan pada ekspresi bangunan, bukan fungsi bangunan, dan penggunaan teknologi hampir diseluruh bagian bangunan.
High-tech a rchitecture tidak akan lepas dari kesan futuristik, yang berkarakter : Konsep bangunan bervisi ke depan, estetika mesin yang mencerminkan era industrialisasi, penggunanan bahan prefabrikasi dan bahan-bahan baru lainnya, dan bentuk yang tidak konvensional lagi.
2.3. Referensi Bangunan-bangunan High-Tech
Berikut adalah beberapa contoh bangunan High-Tech karya arsitektur dunia yang dapat dijadikan referensi :
a. Pompidou centre
II-27 Gambar 2.11 Inside out Pompidou
Sumber : www.emporis.com
Pompidou Centre yang berada di jantung kota Paris, Perancis ini didesain oleh Rogers dan Piano dengan menggabungkan seni desain teknik dan industri. Bangunan ini mempunyai empat fungsi utama yaitu sebagai museum seni modern , perpustakaan referensi, pusat desain industri dan pusat penelitian musik, akustik dan audio visual.
Pompidou Centre dapat dikatakan sebagai bangunan yang bergaya Arsitektur Modern High-Tech karena bangunan tersebut dapat memenuhi 4 dari 6 kriteria bangunan High-Tech menurut versi Charles Jenks, yaitu :
1). Inside Out
II-28 Gambar 2.13 Struktur baja Pompidou
Sumber : www.emporis.com Gambar 2.12
material kaca pompidou Sumber : www.emporis.com
2). Menggunakan material kaca
Hampir seluruh dinding bagian luar bangunan merupakan kaca, sehingga bangunan ini sangat maksimal menerima daylight dan dapat mengekspos interiornya.
3). Menggunakan warna-warna cerah atau monokrom
Bangunan transparan ini dihiasi warna-warna cerah dari pipa-pipa yang berwarna putih dan kuning, dan tangga yang berwarna merah yang memberi kesan ceria pada bangunan.
II-29 b. Lloyds Building
Lloyds Building dinobatkan sebagai bangunan High-Tech yang paling ideal oleh Charless Jencks karena bangunan ini memenuhi ke-6 kriteria High-Tech, yaitu :
1). Inside Out
Rogers mengekspos area servis pada eksterior bangunan,lift,
escala tor dan pipa saluran utilitas bangunannya dimanfaatkan sebagai ornamen bangunan.
Gambar 2.14 Lloyds Buildings Sumber : www.greatbuildings.com
II-30 2). Terdapat Simbolisasi High-Tech
Sebuah tra velling cra ne berwarna biru diletakkan pada puncak Lloyds buildings , sekilas memang tampak seperti layaknya sclupture yang hanya mempercantik suatu bangunan dan tidak berfungsi sama sekali , tetapi sebenarnya crane ini berfungsi sebagai lift pembersih jendela.
3). Menggunakan material kaca
Pada Llodys Building, Rogers menggunakan kaca bening Saint-Gobain yang dapat memkasimalkan daylight ke dalam bangunan dan dapat mengekspos alat-alat pelayanan
4). Menggunakan struktur baja atau kabel baja sebagai struktur utama bangunan dan atap
Lloyds building menggunakan struktur baja sebagai struktur utama bangunan yang sengaja diekspos dengan warna abu-abu.
II-31 5). Menggunakan warna-warna cerah atau monokrom
6). Memasukkan satu hal yang inovatif pada konsep perancangan.
Rogers menyatukan sistem lapisan kaca dengan kerai yang diinovasikan untuk mengontrol radiasi matahari secara komputerisasi.
c. 88 Wood Street
Desain Rogers untuk 88 Wood Street mirip dengan Llyods Building tetapi bagunan ini lebih berkesan ringan ( a iry structure ).
Gambar 2.18 Airy structure pada bangunan
88 Wood Street Sumber
www.greatbuildings.com Gambar 2.17 Penggunaan struktur baja ekspos
II-32 Bangunan juga bisa dikatakan ideal karena telah memenuhi seluruh kriteria sebagai bangunan High-Tech menurut Charless Jencks, yaitu :
1). Inside Out
Rogers mengekspos lift, pipa-pipa utilitas dan eskalator sehingga alat-alat pelayanan ini juga berfungsi sebgai ornamen bangunan.
2). Terdapat Simbolisasi High-Tech
Pada bagian bawah bangunan terdapat cerobong berwarna merah dan biru yang berfungsi sebagai sclupture, dan saluran ventilasi. Cerobong biru digunakan sebagai ventilasi udara segar dan cerobong merah berfungsi sebagai exhauser.
Gambar 2.19 ekspos pipa utilitas
Sumber : www.greatbuildings.com
Gambar 2.20
Cerobong ventilasi udara sekaligus sebagai sculpture Sumber
II-33 3). Menggunakan material kaca
Sama seperti Lloyds Building, 88 Wood Street juga menggunkan kaca Saint Gobain sebagai salah satu elemen utama bangunan yang juga berfungsi sebagai da ylighting pada bangunan.
4). Menggunakan warna-warna cerah atau warna Monokrom
Tampak pada bagian bawah bangunan adanya perpaduan warna merah , biru dan kuning pada cerobong ventilasi udara dan kolom-koolm struktur bangunan memberi kesan dinamis.
Gambar 2.21 material kaca sebagai salah satu elelmen utama pada bangunan
Sumber : www.greatbuildings.com
Gambar 2.22 Perpaduan warna cerah memberi kesan dinamis pada bangunan
II-34 5). Menggunakan struktur baja dan kabel baja sebagai struktur utama
pada bangunan.
6). Memasukkan satu hal yang inovatif pada konsep perancangan, yaitu menyatukan sistem lapisan kaca dengan kerai di dalamnya diatur secara komputerisasi untuk mengontrol radiasi sinar matahari yang masuk.
Gambar 2.23
Penggunan struktur baja dan kabel sebagai struktur utama pada bangunan
Sumber : www.greatbuildings.com
Gambar 2.24
Airy structure pada 88 Woodstreet dan kaca inter layer sebagai inovasi baru
III-1
BAB III
TINJAUAN KOTA PURWOKERTO
3.1 KONDISI FISIK DAN NON FISIK KOTA PURWOKERTO
3.1.1 Kondisi Fisik
3.1.1.1Kedudukan Geografis
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah propinsi Jawa Tengah yang terletak diantara:
- 108 0 ‘ 17 ” - 109 0 27’15” Bujur Timur da n - 7 0 15 ‘05” – 7 0 37 ‘10” Lintang Selatan
Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 kecamatan dan berbatasan dengan Wilayah beberapa Kabupaten yaitu:
III-2 Utara : Tegal dan Pemalang
Timur : Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen
Selatan : Cilacap
Barat : Cilacap dan Brebes
Jarak Kabupaten Banyumas dengan kota-kota disekitarnya sebagai berikut :
Ke Tegal = 114 Km
Ke Pemalang = 144 Km
Ke Brebes = 127 Km
Ke Purbalingga = 20 Km
Ke Banjarnegara = 65 Km
Ke Kebumen = 85 Km Ke Cilacap = 53 Km
Ke Semarang = 211 Km
3.1.1.2Kondisi Topogrfi
Wilayah Kabupaten Banyumas lebih dari 45% merupakan daerah dataran yang tersebar di bagian tengah dan selatan serta membujur dari barat ke timur.
Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran 25-100 M dpl yaitu seluas 42.310,3Ha dan 100-500 M dpl yaitu seluas 40.385,3Ha. Berdasarkan kemiringan wilayah, Kabupaten Banyumas mempunyai kemiringan yang terbagi dalam 4 kategori yaitu:
III-3 2) 20-150 meliputi areal seluas 21.294,3Ha atau 16,04% yaitu sekitar
Gunung Slamet.
3) 150-400 meliputi areal seluas 35.141,3Ha atau seluas 26,47% yaitu
daerah lereng Gunung Slamet.
4) Lebih dari 450 meliputi areal seluas 32.446,3Ha atau seluas 24,44% yaitu daerah Gunung Slamet.
3.1.2 KONDISI NON FISIK
3.1.2.1 Kondisi Kependudukan
Penduduk Kabupaten Banyumas pada akhir 2003 tercatat sebesar 1.524.901 jiwa atau naik sebesar 15.534 jiwa. Dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduknya pertahun (2002-2003) sebesar 1,03%, yang berarti mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 0,28% dari kurun waktu sebelumnya (2001-2002). Laju pertumbuhan terlihat cukup bervariasi, tertinggi ada pada Kecamatan Rawalo sebesar 8,78% dan yang terendah pada Kecamatan Banyumas yakni sebesar 0,18%.
Rasio jenis kelaminnya pada akhir 2003 sebesar 99,66; yang berarti pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 99 penduduk laki-laki. Jumlah rumah tangga pada akhir tahun 2003 sebesar 397.755 atau naik sebesar 8.810 rumah tangga (2,27%) daari tahun sebelumnya. Rata-rata jiwa perumah tangga sekitar 4 jiwa. Dengan yang terendah pada Kecamatan Lumbir sekitar 3 jiwa dan tertinggi pada Kecamatan Purwokerto Utara sekitar 5 jiwa.
III-4 Dengan kepadatan tertinggi ada di Kecamatan Purwokerto Timur sebesar 7.575 jiwa/km2 dan yang terendah di Kecamatan Lumbir sebesar 442 jiwa/km2.
3.2 POTENSI KEGIATAN PAMERAN DAN KONVENSI DI
PURWOKERTO
Investasi di Kabupaten Banyumas mempunyai prospek yang menguntungkan karena faktor lokasi yang cukup strategis, lahan yang relatif masih murah, layanan birokrasi yang cepat dan familiar, serta infrastruktur yang telah tersedia cukup lengkap. Selain itu, wilayah Banyumas dengan ibukota Purwokerto, merupakan daerah berlatar sejarah lama dan kota tua yang sedang bangkit memasuki dunia baru, era global.
a. Sektor Pertambangan
Bidang usaha yang ditawarkan adalah industri klinker (bahan semen portland). Sumber daya alam yang tersedia meliputi batu kapur
yang telah teruji kualitasnya dan memiliki deposit yang cukup besar yaitu mencapai 483.201.637,85 ton belum termasuk yang tereka. Untuk memberikan kemudahan kepada investor, akan didukung rekomendasi fasilitas investasi serta insentif investasi daerah antara lain : pemberian ijin usaha dalam satu paket (ijin pertambangan, ijin industri), keringanan biaya ijin H.O., ijin lokasi dan IMB.
III-5 terbuka peluang partnership (Joint Venture) berupa kemitraan dengan pengusaha industri kapur tohor. Selain batu kapur, wilayah Kabupaten Banyumas juga menyimpan potensi bahan galian lainnya.
b. Sektor Industri
Industri Bidang usaha yang paling berpeluang untuk investasi
adalah pembangunan kawasan industri. Bidang usaha ini diberi prioritas untuk mendapatkan intensif khusus karena Pemerintah Kabupaten Banyumas menyadari, pengembangan kawasan industri dapat menjadi icon industrialisasi, mengingat karakteristik dunia usaha industri seperti cluster industri, dan konglomerasi (group) pelaku bisnis. Disamping itu, kawasan industri akan memberi daya saing komparatif berupa penciptaan iklim industrialisasi baik regional maupun internasional. Suatu otoritas akan diberikan kepada investor yang akan membangun Kawasan Industri (Industria l Esta te) atas area lahan tertentu sehingga tersedia lahan siap bangun. Arah karakteristik industri yang berlokasi dalam kawasan ini adalah : industri hilir (bukan industri dasar), tidak terkena wajib AMDAL, dan berskala besaran investasi (tidak termasuk tanah dan bangunan) < 2 milyar rupiah.
c. Sektor Perdagangan
III-6 Di Kota Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas sudah terdapat 1 buah pasar besar, 11 buah superma rket/depa rtment store.
d. Sektor Pertanian
Komoditas yang telah dikembangkan meliputi padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, cabai, kacang tanah, dan
kacang panjang. Dalam dua tahun terakhir (2001 - 2002) produksi komoditi pertanian di Kabupaten Banyumas menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan.
e. Sektor Perkebunan
III-7 investasi adalah pembangunan industri plywood/veener dan industri minyak nilam dengan pola inti plasma. Guna menarik minat investor, Pemerintah Kabupaten Banyumas akan memfasilitasi adanya kemitraan inti-plasma, serta memberikan insentif berupa deregulasi perijinan. Selain itu tersedia juga faktor pendukung yang dapat memperlancar kegiatan investasi. Untuk pembangunan industri plywood/veener, tersedia faktor pendukung berupa produksi kayu albasia sebesar 350.000 m3/tahun dan 60 unit industri kecil sawmill. Sedangkan untuk pembangunan industri minyak nilam dengan pola inti plasma, tersedia
faktor pendukung berupa kebun nilam seluas 1.500 Ha yang merupakan milik petani dan milik pemerintah yang siap dimanfaatkan, serta indutri penyulingan atsiri tradisional sebanyak 22 unit.
f. Sektor Pariwisata
III-8 Faktor Pendukung Pengembangan Pariwisata:
a. Baturaden
1) Spesifikasi/karateristik obyek :
Tempat peristirahatan / panorama di lereng Gunung Slamet pada ketinggian 1.000 m dpi.
2) Kegiatan wisatawan :
a) Menikmati panorama alam berupa hutan, sawah, pedesaan,
taman
b) Melihat air terjun (jeram), penyelam anak-anak pedesaan dibawah jeram, mandi di kejernihan air sungai
c) Cengkerama di taman rekreasi, kolam renang, menyusuri
hutan wisata
d) Mandi air panas alami untuk kesehatan
e) Kemah dan hiking
f) Belanja tanaman hias
g) Konvensi
h) Akomodasi:
i. Hotel berbintang : 2 bh
ii. Hotel melati : 81 bh
b. Taman Nirwana Manggala Cipendok
III-9 Tempat panorama hutan dan jeram pada ketinggian 1.000 M.
2) Kegiatan wisatawan :
a) Menikmati panorama alam berupa hutan, sawah, pedesaan,
b) Melihat air terjun (jeram) dan telaga
c) Kemah dan hiking
c. Bendung Gerak Serayu & Kalibacin
1) Spesifikasi / karateristik obyek :
Tempat panorama Bendung Gerak Serayu, mandi air mineral untuk kesehatan.
2) Kegiatan wisatawan :
a) Menikmati panorama alam berupa bukit, sawah, pedesaan,
hutan b) Memancing
c) Mandi air panas alami untuk kesehatan
3.2.1 Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto
III-10 Gambar 3.2 Gedung Graha Widyatama
Sumber: Dokumen pribadi
Kabupaten Banyumas. Selain 2 acara tersebut, juga terdapat pameran-pameeran lain, seperti pameran komputer, pameran buku, pameran clothing distro, dll.
3.2.2 Fasilitas Pameran dan Konvensi di Purwokerto
a. Gedung serba guna Unsoed
III-11 Gambar 3.3 GOR Satria Purwokerto
Sumber: Dokumen pribadi b. GOR Satria Purwokerto
GOR Satria merupakan komplek olahraga di Purwokerto. Di sini terdapat stadion sepak bola, gedung serba guna yang bisa digunakan untuk bermain basket maupun bulutangkis. Di tempat ini biasanya diadakan acara Banyumas Fair, yaitu acara pameran dalam rangka untuk memperingati hari jadi Kabupaten Banyumas. GOR Satri juga dapat menampung penyelenggaraan konser musik yang diadakn di Kota Purwokerto.
c. Gedung Pascalis Hall
IV-1 BAB IV
BANGUNAN PAMERAN DAN KONVENSI
YANG DIRENCANAKAN
4.1 TUJUAN, SASARAN DAN MISI
4.1.1 Tujuan
Sebagai wadah untuk menampung kegiatan informasi, promosi dan pemasaran dalam bentuk konvensi dan pameran yang pada intinya mewadahi aktivitas pertemuan/rapat serta pameran dalam satu objek bangunan dalam rangka:
1. Memberikan suatu fasilitas baru yang memungkinkan berlangsungnya suatu
kegiatan konvensi-pameran yang lebih lengkap dan khusus, serta daya tampung lebih besar di kota Purwokerto.
2. Mengembangkan wisata MICE dalam lingkup lokal maupun nasional dengan
lokasi di kota Purwokerto.
4.1.2 Sasaran
Memaksimalkan potensi konvensi dan pameran bagi pelaku bisnis di segala bidang melalui promosi, sekaligus mendorong perkembangan industri konvensi-pameran di wilayah kota Purwokerto pada khususnya dan Kabupaten Banyumas pada umumnya.
4.1.3 Misi
IV-2 4.2STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN
4.2.1 Organisasi Pengelolaan
Dapat dilakukan oleh pihak swasta maupun pihak pemerintah sendiri. Sistem pengelolaaan Pusat Konvensi dan Pameran ini merupakan sistem pengelolaan independent/mandiri. Dalam pengelolaan dipimpin oleh seorang direktur dibantu sekretaris, yang membawahi Kepala Bagian Administrasi Umum, Operasional dan Perlengkapan, serta masing-masing Kabag membawahi bidang khusus yaitu Humas, Personalia, Keuangan, Pemasaran, Pameran/Promosi serta Perlengkapan umum, Perlengkapan teknis, keamanan beserta staffnya.
Untuk lebih jelasnya digambarkan melalui bagan sistem organisasi pengelolaan di
bawah ini: Pemerintah Yayasan
Kabag. Operasional
IV-3 Skema 4.2 Skema sistem pengelolaan
Sumber: Analisa pribadi 4.2.2 Sistem Pengelolaan
Sistem pengelolaan dapat dilakukan oleh pihak swasta maupun pihak pemerintah sendiri. Sistem pengelolaan Exhibition a nd Convention Center ini merupakan sistem pengelolaan independent/mandiri. Dalam pengelolaan dipimpin oleh seorang Direktur dibantu Sekretaris, kemudian dibantu oleh Kepala Bagian Administrasi Umum dan Personalia, serta Kabag. lainnya yaitu informasi, Promosi, Pemasaran, Pelayanan Jasa dan fasilitas bangunan beserta staffnya. Untuk lebih jelasnya digambarkan melalui bagan sistem pengelolaan di bawah ini:
4.3 KARAKTER WADAH
Sebagai suatu wadah informasi, promosi, pemasaran serta memenuhi kebutuhan akan sarana pertemuan yang ideal, bangunan ini memuat juga fungsi komersial yang di dalamnya
Direktur dam Wakil
Kabag. Administrasi Umum & Personalia
Sekretaris
Staff
Kabag Informasi Kabag. Promosi dan Pemasaran
Kabag. Pelayanan Jasa
Kabag. Fasilitas Bangunan
IV-4 mempunyai tujuan menarik minat pengunjung/konsumen sebanyak-banyaknya, memanfaatkan fasilitas pertemuan dan pameran, maka Pusat Konvensi dan Pameran di kota Purwokerto ini memiliki karakter sebagai berikut:
1. Formal-Komunikatif, dengan maksud bangunan ini nantinya memberikan kesan formal sebagai wadah bisnis dan kemudahan akses informasi bagi pengunjung. 2. Atraktif-Rekreatif, agar mampu menarik dan memberikan suasana yang nyaman,
menghibur kepada para pengunjung, serta mempunyai konsep dasar sebagai bangunan komersial.