• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penerapan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures untuk melatih kemampuan koneksi Matematika siswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penerapan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures untuk melatih kemampuan koneksi Matematika siswa."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK MELATIH KEMAMPUAN

KONEKSI MATEMATIKA SISWA

SKRIPSI Oleh :

ANA MUJIFATUL AFFIDAH NIM. D34212053

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

(2)
(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi oleh :

Nama : ANA MUJIFATUL AFFIDAH NIM : D34212053

Judul : EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMEBELAJARAN CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES (CUPs) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA

(4)
(5)
(6)

UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KONEKSI

MATEMATIKA SISWA

Oleh: Ana Mujifatul Affidah

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru mengelola pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), aktivitas siswa selama pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), kemampuan koneksi matematika siswa, dan respon siswa setelah diterapkan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs).

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan hasil-hasil perhitungan yang telah dilakukan serta menjawab pertanyaan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A1 MTs Nurul Huda Sedati tahun ajaran 2016/2017. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, soal tes koneksi matematika, dan angket respon siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,68 dan termasuk dalam kriteria sangat baik.; (2) Rata-rata aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran yaitu 3.78 dan tergolong kategori sangat aktif.; (3) Ketuntasan klasikal kemampuan koneksi matematika siswa tuntas karena mencapai persentase sebesar 81.8%, dan (4) Respon siswa dikatakan positif karena seluruh butir pernyataan termasuk dalam kategori sangat positif dan positif maka respon siswa dikatakan positif. Sehingga pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk melatih kemampuan koneksi matematika siswa dapat disimpulkan efektif.

(7)

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Penelitian ... 4

F. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs) ... 7

1. Konsep Dasar Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs) ... 7

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs) ... 10

3. Pengelolaan Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs) ... 14

4. Perangkat Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs) ... 15

5. Kriteria Perangkat Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs) ... 16

(8)

B. Koneksi Matematika dalam Pemecahan Masalah ... 18

1. Koneksi Matematika ... 18

2. Pemecahan Masalah Matematika ... 23

C. Efektivitas Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk Melatih Kemampuan Koneksi Matematika ... 26

1. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 28

2. Aktivitas Siswa ... 30

3. Tes Kemampuan Koneksi Matematika ... 32

4. Respon Siswa ... 33

5. Kriteria Keefektifan Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Subjek Penelitian ... 35

D. Rancangan Penelitian ... 35

E. Prosedur Penelitian ... 36

F. Perangkat Pembelajaran ... 38

G. Instrumen Penelitian ... 39

H. Teknik Pengumpulan Data... 42

I. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 49

2. Aktivitas Siswa ... 54

3. Kemampuan Koneksi Matematika ... 55

4. Respon Siswa ... 56

5. Keefektifan Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs) untuk Melatih Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ... 58

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 59

1. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 59

2. Aktivitas Siswa ... 61

3. Kemampuan Koneksi Matematika ... 62

(9)

xi

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran CUPs ... 12

Tabel 2.2 Indikator Koneksi Matematika ... 22

Tabel 2.3 Penilaian Hasil Belajar Keterampilan Abstrak ... 31

Tabel 3.1 Validator Instrumen Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Kategori Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 43

Tabel 3.3 Kategori Aktivitas Siswa ... 44

Tabel 3.4 Kualifikasi Kemampuan Koneksi Matematika ... 45

Tabel 3.5 Konversi Nilai Respon Siswa ... 46

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 49

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 54

Tabel 4.3 Data Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ... 55

(11)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk bisa mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan pada kurikulum. Begitu juga pada pembelajaran matematika, guru harus dapat mencapai standar kompetensi tertentu. Standar kompetensi yang dimaksud, bukanlah penguasaan matematika sebagai ilmu saja, tetapi juga mencakup penguasaan akan kecakapan matematika yang diperlukan untuk dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan.

Standar kompetensi yang harus dikuasai juga mencakup pemahaman konsep matematika, komunikasi matematika, koneksi matematika, penalaran, pemecahan masalah, serta sikap dan minat yang positif terhadap matematika. Model pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh kebanyakan guru matematika tidak maksimal dalam mencapai standar kompetensi tersebut.1 Kegiatan pembelajaran konvensional tidak maksimal dalam mengakomodasi pengembangan salah satu kemampuan siswa yaitu koneksi matematika. Akibatnya, kemampuan koneksi matematika siswa sangat lemah karena kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan hanya mendorong siswa untuk menggunakan konsep yang sudah ada tanpa mengetahui alasan konsep tersebut digunakan. Koneksi matematika tidak dapat dihindari kehadirannya disaat seseorang mempelajari matematika, dikarenakan matematika terbentuk dari konsep-konsep yang saling terkait dan saling menunjang, baik keterkaitan dengan berbagai ilmu pengetahuan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu pembelajaran yang mungkin dapat digunakan untuk melatih kemampuan koneksi matematika siswa adalah pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan pembelajaran yang terdiri atas serangkaian kegiatan pembelajaran dan bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman

1

(13)

konsep siswa.2 Pemahaman konsep tersebut berdasarkan keyakinan bahwa siswa membangun penguasaan konsep mereka sendiri dengan memodifikasi atau memperluas pengetahuan yang sudah ada. Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan pengembangan dari model pembelajaran kooperatif yang memilki aspek penting yaitu : membangun pemahaman siswa, menciptakan kepercayaan dalam kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan diskusi tidak hanya hasil yang diperhatikan tetapi juga proses, dan konsep yang dipelajari berasal dari pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam KTSP mengatakan bahwa kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu isi tujuan pembelajaran matematika yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurasi, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.3 Secara umum Coxford mengemukakan bahwa kemampuan koneksi matematika meliputi: (1) mengkoneksikan pengetahuan konseptual dan prosedural, (2) menggunakan matematika pada topik lain (other curriculum areas), (3) menggunakan matematika dalam aktivitas kehidupan, (4) melihat matematika sebagai satu kesatuan yang terintegrasi, (5) mengetahui koneksi diantara topik-topik dalam matematika, dan (6) mengenal berbagai representasi untuk konsep yang sama.4 Berdasarkan hal tersebut, kemampuan koneksi matematika yang harus dilatihkan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika di sekolah adalah kemampuan koneksi matematika melalui pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs).

Kemampuan koneksi matematika siswa menjadi sangat penting karena dari hasil beberapa penelitian terhadap kemampuan koneksi matematika siswa Indonesia masih

2

Gunstone, Dick., McKittrick, Brian., & Milhall, Pam. 2009. CUP - A Procedure for Developing Conceptual Understanding. Prosiding PEEL Conference. Australia: Monash University.

3

Depdiknas. 2006. Tujuan Pembelajaran dalam KTSP. Jakarta. 4

(14)

menunjukkan hasil yang rendah. Nurhayani melaporkan bahwa nilai rata-rata kemampuan koneksi matematika sekolah menengah di Indonesia adalah sekitar 22,2% untuk koneksi matematika antar materi matematika, 44,9% untuk koneksi matematika dengan mata pelajaran yang lain, 67,3% untuk koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari.5 Oleh karena itu kemampuan koneksi matematika harus dikembangkan dalam diri siswa. Apabila siswa mampu mengkaitkan konsep-konsep matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks selain matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari, Sehingga dalam pemecahan masalah matematika siswa dapat menyelesaikan tanpa mengalami kesulitan.

Berdasarkan ilustrasi diatas penulis berupaya untuk menerapkan pembelajaran dalam penelitian ini. Sehingga, dalam penelitian ini penulis memberikan judul, “Efektivitas Penerapan Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk Melatih Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah kemampuan guru mengelola pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk melatih kemampuan koneksi matematika siswa?

2. Bagaimanakah aktivitas siswa selama pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk melatih kemampuan koneksi matematika siswa berlangsung?

3. Bagaimanakah kemampuan koneksi matematika siswa setelah pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) berlangsung?

4. Bagaimanakah respon siswa setelah pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk

5

(15)

melatih kemampuan koneksi matematika siswa berlangsung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui kemampuan guru mengelola pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk melatih kemampuan koneksi matematika siswa.

2. Mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk melatih kemampuan koneksi matematika siswa berlangsung.

3. Mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa setelah pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) berlangsung.

4. Mengetahui respon siswa setelah pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk melatih kemampuan koneksi matematika siswa berlangsung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memeberikan informasi tentang pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk melatih kemampuan koneksi matematika siswa.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran di kelas saat mengajar.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau dikembangkan lebih lanjut serta sebagai referensi terhadap penelitian sejenis.

E. Batasan Penelitian

Agar penelitian ini lebih efektif dan terarah, maka perlu diberikan batasan sebagai berikut:

(16)

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan pengertian istilah-istilah dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan pengertian istilah-istilah sebagai berikut:

1. Efektivitas pembelajaran adalah keadaan yang dapat membantu siswa memperbaiki kemampuan sampai sesuai dengan tujuan yang dicapai. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini ditinjau dari empat aspek, yaitu kemampuan guru mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, tes kemampuan koneksi matematika siswa, dan respon siswa. 2. Pengelolaan pembelajaran adalah keterampilan guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) yang telah disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Aktivitas siswa adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa selama mengikuti pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

4. Tes kemampuan koneksi matematika siswa adalah tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengkoneksikan antar konsep matematika, konsep matematika dengan disiplin ilmu lain, dan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari dalam menyelesaikan masalah matematika.

5. Respon siswa adalah tanggapan yang diberikan siswa terhadap pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Respon tersebut dapat berupa tanggapan terhadap pembelajaran yang dilakukan, pemahaman materi, suasana pembelajaran, dan minat siswa.

(17)
(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

1. Konsep Dasar Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

Conceptual Understanding Procedures (CUPs) adalah prosedur pengajaran yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman konsep yang dirasa sulit untuk siswa dengan meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar, serta membangun pendekatan berdasarkan kepada keyakinan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri atas suatu konsep dengan mengembangkan pandangan yang ada1. Prosedur pengajaran dalam CUPs menguatkan nilai dari cooperative learning dan peran aktif individual siswa dalam belajar.

Pembelajaran CUPs pertama kali dikembangkan oleh Richard F. Gunstone dari Universitas Monash, Australia melalui Project For Enhancing Learning (PEEL). CUPs dikembangkan pada tahun 1996 oleh Davis Mills dan Susan Feteris (School of Physics and Materials Engineering at MonashUniversity) serta Pam Mulhall dan Brian Mckittrick (Faculty of Education). CUPs sendiri telah diperbaharui pada tahun 1999, 2001 dan 2007 oleh Pam Mulhall dan Brian Mckittrick.

Menurut David Mills, pembelajaran CUPs mengandung 4 prinsip, yaitu:

1) Dalam proses pembelajaran setiap siswa mengkonstruk pemahamannya sendiri.

2) Suasana kepercayaan mendukung pembelajaran yang baik.

1

(19)

3) Dalam pembelajaran aktif yang berlangsung orang yang bertanggung jawab lebih memfasilitasi diskusi dari pada menyediakan jawaban benar.

4) Suatu konsep paling mudah dipahami jika dipelajari dalam konteks kehidupan nyata2.

Pembelajaran CUPs menggunakan pendekatan konstruktivisme yang menilai bahwa siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Menurut teori konstruktivisme, suatu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Para ahli konstruktivisme dalam Erman Suherman mengatakan bahwa ketika siswa mencoba menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan matematika dikonstruksi secara aktif3. Dalam menyelesaikan tugas-tugas di kelas akan lebih mudah apabila diselesaikan secara diskusi dalam kelompok yang disebut sebagai pembelajaran kooperatif, dengan begitu maka pemikiran individu akan lebih berkembang.

Pembelajaran CUPs merupakan pengembangan dari model pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan belajar mereka khususnya dalam pemecahan masalah matematika. Beberapa aspek penting dalam model pembelajaran kooperatif dengan menerapkan pembelajaran CUPs, yaitu : membangun pemahaman siswa, menciptakan kepercayaan dalam kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan diskusi tidak hanya hasil yang diperhatikan tetapi juga proses, dan konsep yang dipelajari berasal dari pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2

David Mills,dkk., CUP-Cooperative Learning That Works, (Australia: 1999), h. 2.

3

(20)

Istilah Conceptual Understanding Procedures (CUPs) atau langkah-langkah pemahaman konsep dapat diartikan dari dua istilah yaitu Conceptual Understanding (Pemahaman Konsep) dan Procedures (langkah-langkah).

Seseorang dikatakan memahami suatu konsep matematika jika ia mampu melakukan beberapa hal dibawah ini, antara lain:

a. Menemukan kembali suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan dipahami sebelumnya.

b. Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara kalimat sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan atau gagasan konsep tersebut.

c. Mengidentifikasi hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara-cara yang tepat.

d. Memberikan contoh atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut4.

Seseorang dikatakan memahami langkah-langkah atau prosedur terjadinya sesuatu bila ia telah dapat melakukan beberapa hal dibawah ini, antara lain:

a. Menyatakan urutan atau langkah kerja dalam melakukan hal tertentu secara logis dan sistematis. b. Mengenali proses terjadi atau berlangsungnya sesuatu

dan mengoreksinya bila ditemukan hal-hal yang tidak semestinya5.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CUPs adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk dapat membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajarinya dengan kalimat sendiri serta dapat

4

Suhendra,dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Jakarta:Universitas Terbuka, 2007, h. 721.

5

(21)

mengidentifikasi konsep dan memberikan contoh atau ilustrasi yang dapat menggambarkan contoh yang dilakukan dengan cara mempelajari konsep-konsep secara sistematis.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

Gustone lebih jauh mengemukakan tiga langkah penting dalam pelaksanaan Conceptual Understanding Procedures, yaitu: 6

a. Persiapan

Langkah awal dari pelaksanaan CUPs adalah perencanaan, yang terdiri dari beberapa hal, yaitu: 1) Sangat penting utuk memikirkan mengenai

kemungkinan respon awal siswa terhadap sesi-sesi dari CUPs itu sendiri.

2) Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan yang termasuk dalam perangkat keras.

3) Merencanakan pengorganisasian siswa dalam kelompok-kelompok kecil

b. Organisasi kelompok kecil

Kelompok dan anggota kelompok di dalamnya harus mengikuti aturan sebagai berikut: 1) Siswa harus dikelompokkan dengan kemampuan

akademis berbeda dan terdiri dari tiga orang siswa (triplet) yang dimaksudkan kemampuan berbeda adalah tiap kelompok terdiri atas satu orang yang berkemampuan tinggi, satu orang yang berkemampuan sedang dan satu orang yang berkemampuan rendah. Kemampuan akademis yang dimaksud biasa dilaksanakan sesuai dengan pertimbangan guru.

2) Jika siswa tidak dapat dibagi tiga orang dalam satu kelompok, akan lebih baik jika siswa membentuk kelompok terdiri dari 4 orang daripada siswa membentuk kelompok terdiri dari 2 orang.

6

(22)

c. Prosedur yang diketengahkan dalam prosedur CUPs, meliputi:

1) Pembelajaran individu 2) Diskusi kelompok, dan 3) Diskusi kelas

Prosedur yang diketengahkan meliputi pembelajaran individu, diskusi kelompok, dan diskusi kelas. Tahapan Conceptual Understanding Procedures (CUPs) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dihadapkan pada masalah matematika untuk dipecahkan secara individu.

2. Siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri dari beragam kemampuan berdasarkan kategori yang dibuat oleh guru. Jumlah siswa dalam setiap kelompok mulai dari 2 sampai 4 siswa. Setelah siswa dikelompokkan, setiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang sama dengan permasalahan yang harus dipecahkan secara individu.

Dalam pelaksanaan diskusi kelompok guru mengelilingi kelas untuk mengklarifikasi hal-hal yang berkenan dengan masalah bila diperlukan. Namun guru tidak terlibat lebih jauh dalam diskusi kelas. Dalam tahapan ini hasil kerja triplet ditempel atau dipajang di depan kelas, kemudian seluruh siswa diminta duduk di dekat pajangan membentuk lingkaran U, sehingga seluruh siswa dapat melihat semua jawaban secara jelas. Selanjutnya guru melihat persamaan dan perbedaan jawaban siswa. Mungkin terdapat beberapa jawaban yang sama.

(23)

dianggap sebagai hasil jawaban akhir siswa. Dalam tahapan ini guru belum menjelaskan jawaban yang sebenarnya. Selain itu pada proses ini siswa benar-benar dituntut untuk berpikir sehingga guru harus memperhatikan waktu tunggu sebelum memberikan pertanyaan lanjutan.

Di akhir diskusi guru harus dapat melihat bahwa setiap siswa benar-benar menyadari jawaban yang disetujui, dan bisa jadi siswa menuliskannya dalam kertas yang mereka pajang, tetapi tanpa komentar yang lebih lanjut. Bila siswa tidak dapat mencapai kesepakatan, maka guru bisa menyimpulkan hasil diskusi, serta meyakinkan siswa bahwa kesimpulan ini dapat diterima.

Tabel 2.1

(24)
(25)

3. Pengelolaan Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

Penerapan pembelajaran CUPs ini dilaksanakan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil siswa yang terdiri tiga siswa (triplet), namun dapat pula disesuaikan dengan jumlah siswa yang terdapat di dalam kelas. Pembagian siswa dalam kelompok tersebut haruslah secara heterogen yang berarti bahwa siswa dalam kelompok tersebut memiliki kemampuan yang berbeda-beda serta jenis kelamin yang berbeda pula. Idealnya pada satu grup minimal terdapat satu orang siswa laki-laki dan selama proses pembelajaran CUPs, siswa tersebut tetap dalam satu kelompok yang sama.

Berdasarkan sintaks pada Tabel 2.1 di atas dapat dilihat pada awal pembelajaran guru memberikan penjelasan dan arahan mengenai percobaan yang akan dilaksanakan oleh siswa. Selama proses pengarahan siswa memperhatikan dengan cermat hal yang dilaksanakan beserta penjelasan-penejlasan awal yang diberikan, selanjutnya siswa dibagikan lembar kerja individu untuk dikerjakan dan siswa diberi kebebasan untuk menuliskan pendapatnya sehingga didapatkan pengetahuan awal dari siswa.

(26)

Gambar 2.1

Pembagian Kelompok Triplet

Gambar 2.2

Bentuk Pemaparan Hasil Kerja Kelompok

4. Perangkat Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

(27)

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran agar dapat berjalan lancar, efektif dan efisien. Perangkat pembelajaran tersebut dapat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, media, alat evaluasi dan lain sebagainya.7 Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang diterapkan dibatasi pada RPP dan LKS.

5. Kriteria Perangkat Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

a. Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana yang berisi langkah-langkah kegiatan guru dan siswa yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran yakni, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi siswa, materi standar berfungsi memberi makna terhadap kompetensi dasar, indikator hasil pembelajaran berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi siswa, sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila standar kompetensi belum tercapai.

7Muti’

(28)

RPP memiliki komponen-komponen antara lain: tujuan pembelajaran, langkah-langkah yang memuat pendekatan atau strategi, waktu, kegiatan pembelajaran, metode sajian dan bahasa. Kegiatan pembelajaran mempunyai sub komponen yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran yang berisi langkah-langkah kerja dan berfungsi sebagai pembimbing siswa untuk dapat menemukan serta membangun pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dibahas. LKS yang baik akan dapat menuntun siswa dalam mengkontruksi fakta, konsep, prinsip atau prosedur-prosedur matematika sesuai dengan materi yang dipelajari. Dalam LKS disediakan pula tempat bagi siswa untuk menyelesaikan masalah atau soal. LKS disusun bertujuan untuk memberi kemudahan bagi guru dalam mengelola pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs).

6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

Kelebihan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) antara lain :

a. Siswa lebih memahamai konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut. b. Pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang

dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna. c. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab

masalah-masalah yang diselesaikan berkaitan dengan kehidupan nyata.

Kekurangan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) antara lain :

(29)

b. Mengubah kebiasaan siswa dari belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak menemukan konsep sendiri merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

B. Koneksi Matematika dalam Pemecahan Masalah 1. Koneksi Matematika

Mathematical connection adalah dua kata yang berasal dari bahasa Inggris, yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan koneksi matematika, yang dipopulerkan oleh NCTM dan kemudian dijadikan sebagai salah satu standar kurikulum pembelajaran matematika baik disekolah dasar maupun menengah. Kemampuan koneksi juga termuat dalam KTSP mengatakan bahwa kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu isi tujuan pembelajran matematika yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurasi, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah8. Dari hal tersebut diketahui bahwa kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran matematika yang harus diterapkan dalam pembelajaran.

NCTM mengatakan bahwa kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu dari lima proses standar yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Lima proses standar tersebut adalah pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (representation)9.

Dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Hal ini senada apa yang dikatakan Bruner Suherman menyatakan bahwa tidak ada konsep atau

8

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi kelulusan. Jakarta. Depdiknas

9

(30)

operasi dalam matematika yang tidak terkoneksi dengan konsep atau operasi lain dalam suatu sistem, karena materi yang satu mungkin menjadi prasyarat bagi materi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan utuk menjelaskan konsep lainnya. Keterkaitan antar konsep didalam matematika disebut dengan koneksi matematika10. Koneksi matematika dapat diartikan sebagai hubungan atau pengaitan ide-ide matematika baik dengan topik di dalam matematika sendiri maupun dengan topik pada bidang lain. Sumarmo menyatakan bahwa koneksi matematika merupakan kegiatan yang meliputi: 1. Mencari hubungan atara berbagai representasi konsep dan prosedur. 2. Memahami hubungan atar topik matematika, 3. Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari, 4. Mencari koneksi satu prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen, dan 5. Menggunakan koneksi antar topik matematika dan antar topik matematika dengan topik lain.

Kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu aspek kemampuan matematika yang harus dicapai melalui kegiatan belajar matematika, sebab dengan mengetahui hubungan-hubungan secara sistematis, siswa akan lebih memahami matematika dan juga memberikan mereka daya matematis lebih besar. Berhubungan dengan kegiatan mangaitkan konsep tertentu dengan konsep lain dalam pembelajaran, Ruspiani juga mengatakan bahwa jika suatu topik diberikn secara tersendiri, maka pembelajaran akan kehilangan satu momen yang sangat berharga dalam usaha meningkatkan prestasi siswa dalam belajar matematika secara umum11.

10

Suherman. 2000. 45 11

(31)

NCTM menyebutkan pentingnya koneksi matematika bagi siswa yaitu12

“... to help student broaden their perspektive, to view mathematics as an integrated whole rather than as an isolated set of topics and to acknowledge its relevance and usefulness both in and

out of school”.

Koneksi matematika digunakan untuk membantu siswa memperluas perspektif mereka, untuk melihat matematika sebagai sutu keseluruhan yang utuh bukan sebagai serangkaian topik yang terpisah dan mengakui relevansi dan kegunaan baik dalam dan luar sekolah. Apabila siswa dapat menghubungkan konsep-konsep matematika, maka pemahaman mereka akan lebih mendalam dan lebih bertahan lama. Pemahaman siswa akan lebih mendalam jika siswa dapat mengaitkan antar konsep yang telah diketahui dengan konsep baru yang akan dipelajari siswa, tanpa koneksi para siswa harus mempelajari dan mengingat terlalu banyak konsep. Dengan pemahaman para siswa dapat membangun pemahaman baru berdasarkan pada pengetahuan sebelumnya. Melalui konsep matematika siswa diajarkan konsep dan keterampilan memecahkan masalah dari berbagai bidang yang relevansi, baik dengan bidang matematika itu sendiri maupun dengan bidang diluar matematika secara umum.

Kemampuan koneksi siswa terbentuk melalui pengalaman dari proses belajarnya. Hubungan suatu konsep dan kemampuan yang harus dikuasai dari suatu bagian matematika dengan bagian lain yang akan membantu siswa memahami prinsip-prinsip umum dalam matematika. Selama siswa melakukan kegiatan koneksi matematika bukan sebuah rangkaian kemampuan dan konsep yang terpisah-pisah dan siswa dapat menggunakan

12

(32)

pembelajarannya di satu konsep matematika untuk memahami konsep matematika lainnya. Disamiping itu juga membuat koneksi antara pengetahuan matematika yang siswa pelajari dengan aplikasinya dalam kehidupan nyata mereka akan lebih membantu siswa melihat dan memahami kegunaan dan relevansi matematika di luar kelas.

Menurut NCTM koneksi matematika dapat dibagi ke dalam tiga aspek kelompok koneksi, yaitu: 13

a. Aspek koneksi antarkonsep matematika

Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan saling terkait antar satu topik dengan topik lainnya. Bruner menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.

b. Aspek koneksi dengan disiplin ilmu lain

Matematika sebagai disiplin ilmu, selain dapat berguna untuk pengembangan disiplin ilmu yang lain, banyak ilmu-ilmu lain yang penemuan dan pengembangannya bergantung pada matematika, antara lain ilmu fisika, kimia, biologi, teknik, pertanian, sosial, ekonomi, psikologi, dan filsafat. c. Aspek koneksi dengan kehidupan sehari-hari

Matematika merupakan pendekatan yang logis dan dapat diterapkan di berbagai lapangan, oleh karena matematika merupakan ilmu yang menyajikan dan menelaah hal-hal abstrak, sehingga seolah-olah tak ada hubungannya dengan kehidupan nyata. Padahal, hakikatnya matematika telah berakar dalam setiap kegiatan manusia, dan hal yang sederhana sampai pada penelitian lanjut oleh para ahli dalam

13

(33)

berbagai ilmu. Persoalan dalam kehidupan sehari-hari biasanya dikenal dengan nama soal cerita.

Adapun indikator yang dikembangkan untuk melihat kemampuan koneksi matematika dalam penelitian ini yaitu kemampuan koneksi matemtika siswa dalam memecahkan masalah matematika. Indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2:

Tabel 2.2

2. Menghubungkan antar konsep matematika dengan masalah

(34)

2. Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah matematika merupakan upaya penyelesaian masalah matematika. Menurut Bell, pemecahan masalah adalah proses penemuan suatu respon yang tepat terhadap situasi yang benar-benar unik dan baru bagi siswa. Menurut Hudojo, pemecahan masalah merupakan strategi belajar-mengajar di sekolah yang bertujuan untuk mendorong siswa agar kreatif dalam menyelesaikan soal. Sedangkan menurut Polya, pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi, yakni proses psikologi belajar yang melibatkan tidak hanya sekedar aplikasi dalil-dalil atau teorema-teorema yang dipelajari akan tetapi harus didasarkan atas adanya struktur kognitif yang dimiliki siswa.14 Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan masalah, siswa memerlukan daya nalar yang

tinggi dengan melibatkan keterkaitan konsep-konsep dalam membuat langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh suatu penyelesaian.

Ruseffendi menyatakan bahwa ada beberapa sebab soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada siswa yaitu:151) Dapat menimbulkan keinginan tahu dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif, 2) Disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung, dan lain-lain), diisyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pertanyaan yang benar, 3) Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, dan dapat

14

Herman Hudojo. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.(Japan International Cooperation Agency: Universitas Pendidikan Indonesia, 2000), 96.

15

Hidayatun Ni’mah. Skripsi.Analisis Kesalahan Siswa Kelas V dalam Menyelesaikan Soal

Cerita yang Melibatkan Pecahan Di SD Negeri Kedondong I. (Surabaya: IAIN Sunan

(35)

menambah pengetahuan baru, 4) Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya, 5) Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya, 6) Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi tetapi (bila diperlukan) banyak bidang studi, malahan dapat melibatkan pelajaran lain di luar pelajaran sekolah untuk merangsang siswa menggunakan segala kemampuan.

Menurut George Polya, dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu:16

1. Memahami Masalah (Understanding the Problem) Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Langkah ini dimulai dengan pengenalan akan apa yang diketahui atau apa yang ingin didapatkan. Selanjutnya pemahaman apa yang diketahui serta data apa yang tersedia, kemudian melihat apakah data serta kondisi yang tersedia mencukupi untuk menentukan apa yang ingin didapatkan.

2. Merencanakan Penyelesaian (Devising Plan)

Dalam menyusun rencana pemecahan masalah diperlukan kemampuan untuk melihat hubungan antara data serta kondisi apa yang tersedia dengan data apa yang diketahui atau dicari. Selanjutnya menyusun sebuah rencana pemecahan masalah dengan memperhatikan atau mengingat kembali pengalaman sebelumnya tentang masalah-masalah yang berhubungan. Pada langkah ini siswa diharapkan dapat membuat suatu model matematika

16

(36)

untuk selanjutnya dapat diselesaikan dengan menggunakan aturan-aturan matematika yang ada. 3. Menyelesaikan Masalah (Carrying Out The Plan)

Rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya, kemudian dilaksanakan secara cermat pada setiap langkah. Dalam melaksanakan rencana atau menyelesaikan model matematika yang telah dibuat pada langkah sebelumnya, siswa diharapkan memperhatikan prinsi-prinsip atau aturan-aturan pengerjaan yang ada untuk mendapatkan hasil penyelesaian model yang benar. Kesalahan jawaban model dapat mengakibatkan kesalahan dalam menjawab permasalahan soal. Untuk itu, pengecekan pada setiap langkah penyelesaian harus selalu dilakukan untuk memastikan kebenaran jawaban model tersebut.

4. Memeriksa Kembali (Looking Back)

Hasil penyelesaian yang didapat harus diperiksa kembali untuk memastikan apakah penyelesaian tersebut sesuai dengan yang diinginkan dalam soal. Apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diminta, maka perlu pemeriksaan kembali atas setiap langkah yang telah dilakukan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan masalahnya, dan melihat kemungkinan lain yang

dapat dilakukan untuk menyelesaikan soal tersebut. Dari pemeriksaan tersebut maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan soal yang diberikan.

Sedangkan yang dimaksud dengan langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami masalah

Pada langkah ini siswa memahami soal dengan menuliskan:

a. Apa yang diketahui? b. Apa yang ditanyakan?

(37)

d. Keterkaitan yang diketahui dengan yang ditanyakan

2. Merencanakan Penyelesaian

Pada langkah ini siswa merancang srategi yang sesuai dengan masalah yang diberikan, yakni menghubungkan masalah tersebut dengan pengalaman sebelumnya, mencoba mengenali polanya atau menggunakan analogi. Pada langkah ini siswa ditekankan untuk membuat model matematika yang sesuai dengan masalah yang diberikan.

3. Melaksanakan Rencana

Pada langkah ini siswa melakukan rencana penyelesaian masalah yang telah direncanakan. Dalam hal ini siswa menyelesaikan model (kalimat) matematika yang telah dibuat sebelumnya. Pada langkah ini siswa juga menafsirkan solusi dari masalah yang sebenarnya.

4. Memeriksa Kembali

Penyelesaian yang sudah diperoleh itu harus diteliti kembali dengan memperhatikan apakah hasil yang diperoleh itu sudah benar atau belum. Apakah penyelesaian yang diperoleh sudah sesuai dengan soal yang diberikan atau belum.

C. Efektivitas Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk Melatih Kemampuan Koneksi Matematika siswa

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (offline), sesuatu dikatan efektif apabila sesuatu itu dapat membawa hasil, berkesan, berpengaruh atau berakibat. Sedangkan efektivitas atau keefektifan yaitu suatu keadaan yang menimbulkan pengaruh tertentu. Dalam hal ini, efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan khusus yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini, efektivitas merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari tujuan yang dicapai.

(38)

dicapai. Sedangkan Jihad dan Suyanto menyatakan pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari 2 hal, yaitu: (1) Adanya kegiatan analisis kebutuhan belajar siswa dengan mengamati hubungan antara kemampuan dan harapan siswa dari proses pembelajarannya; (2) Adanya gambaran tentang sistem ujian yang digunakan sesuai kebutuhan belajar siswa.17

Empat aspek untuk menentukan efektivitas pembelajaran yaitu:

1. Kualitas pembelajaran, yaitu ukuran penyajian informasi oleh guru dan keterampilan guru dalam membantu siswa mempelajari materi dengan mudah.

2. Kesesuaian tingkat pembelajaran, yaitu ukuran kemampuan guru dalam memastikan bahwa siswa siap mempelajari materi baru dengan mengaitkan pada materi yang berkaitan.

3. Usaha memotivasi, yaitu ukuran kemampuan guru memberikan dorongan untuk memahami materi yang diajarkan dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. 4. Waktu, yaitu kemampuan guru dalam mengalokasikan

waktu kepada siswa untuk mempelajari materi atau mengerjakan tugas yang diberikan dengan tepat waktu18.

Menurut Eggen dan Kauchak, pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penemuan informasi19. Sudjana menyatakan bahwa penilain hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui keefektifan suatu pembelajaran dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Dengan demikian, dari beberapa uraian didepan dapat diketahui bahwa Slavin menekankan efektivitas pembelajaran pada pengelolaan pembelajaran oleh guru, eggen dan Kauchak menekankan efektivitas pembelajaran pada aktivitas siswa, dan Sudjana menekankan efektivitas pembelajaran pada hasil belajar siswa.

17

Jihad, Asep dan Suyanto. 2013. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo

18

Slavin, E. Robert. 2009. Educational Psychology: Theory and Practice. New Jersey: Pearson Education Inc. hl263

19

(39)

Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran adalah keadaan yang dapat membantu siswa memperbaiki kemampuan sampai sesuai dengan tujuan yang dicapai. Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dikatakan efektif ditinjau dari empat aspek, yaitu kemampuan pembelajaran oleh guru, aktivitas siswa, tes kemampuan koneksi matematika siswa dan respon siswa. berikut penjelasan mengenai keempat aspek dalam pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk melatih kemampuan koneksi matematika siswa:

1. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Guru berperan membimbing perkembangan siswa dalam aspek kepribadian maupun sosial. Untuk mencapai kebermaknaan pembelajaran, guru perlu mengetahui apa yang diterima siswa saat pembelajaran, bukan hanya tercapainya hasil belajar yang sesuai. Siswa perlu mengetahui hasil pekerjaan yang telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja yang telah baik dan mengurangi kinerja yang tidak benar. Menurut Suprihatiningrum, guru bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar. Guru menempati posisi sentral karena bertanggungjawab langsung dalam proses pembelajaran di kelas20. Dengan demikian, agar proses pembelajaran dan bimbingan yang dilakukan guru dapat terarah dan mencapai tujuan yang ditetapkan maka guru harus menguasai kompetensi-kompetensi pedagogi, kepribadian, profesional, dan kompetensi sosial.

Hal ini berarti penelitian-penelitian tentang efektivitas guru menemukan keterkaitan yang sangat kuat antara perilaku siswa dan perilaku guru. Lebih rincinya, saat kelas yang efektif dibandingkan dengan kelas yang tidak efektif, maka perilaku guru yang diamati yaitu: (1) Pengelola pembelajaran yang efektif mengkondisikan pendapat/pertanyaan siswa, partisipasi dan aktivitas, penyusunan tugas, dan kegiatan yang dilakukan selama

20

(40)

waktu luang; (2) Aktivitas berkelompok siswa dalam pengelolaan pembelajaran yang efektif berjalan lancar dan efisien, perintah telah dilakukan, dan kesulitan siswa teratasi dengan cepat; (3) Pengelola pembelajaran yang efektif menjelaskan tata cara menyelesaikan tugas untuk siswa dan mengawasi kemajuan siswa dengan berhati-hati; dan (4) pengelola pembelajaran yang efektif memberikan penjelasan dan penampilan yang jelas dan arah tentang penulisan catatan yang jelas.

Dalam penelitian ini kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas meliputi keterampilan guru melaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) antara lain sebagai berikut:

a. Pendahuluan

(1) Penyampaian tujuan pembelajaran (2) Penyampaian apersepsi

(3) Penyampaian motivasi pada siswa b. Kegiatan Inti

Fase 1 : Individual

(1) Penyampaian stimulus sesuai materi kepada siswa (2) Membimbing siswa untuk berpikir terbuka (3) Penyampaian tugas

Fase 2 : Triplet

(4) Membimbing kelompok belajar dalam mengerjakan tugas

(5) Memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan

Fase 3 : Diskusi interpelatif

(6) Meminta perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok (7) Menanggapi diskusi dalam presentasi

(8) Membimbing siswa dalam proses penarikan kesimpulan.

c. Penutup

(1) Memberikan umpan balik tentang materi yang dipelajari

(41)

2. Aktivitas Siswa

Selain input dari guru, perlu diperhatikan pula proses pada siswa bukan hanya output. Bentuk aktivitas dalam belajar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu aktivitas yang dapat diamati (konkret) dan sulit diamati (abstrak) 21. Kegiatan yang dapat diamati misalnya mendengar, menulis, membaca, manyanyi, menggambar, dan berlatih. Sementara kegiatan yang sulit diamati berupa kegiatan psikis seperti menggunakan khasanah pengetahuan untuk memecahkan masalah, membandingkan konsep, menyimpulkan hasil pengamatan, berpikir tingkat tinggi.

Terdapat beberapa kriteria yang ditentukan untuk mengetahui efektivitas dari aktivitas siswa pada saat pembelajaran menurut Manoy. Berikut disajikan kriteria yang dimaksud:22

a. Memperhatikan penjelasan guru dan teman, b. Membaca lembar materi atau buku ajar, c. Berkumpul dengan kelompok belajar, d. Berdiskusi dengan anggota kelompok, e. Mengajukan pertanyaan,

f. Mengutarakan pendapat,

g. Menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru, h. Membuat catatan tentang materi yang telah

dipelajari,

i. Perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar.

Sementara itu, aktivitas siswa yang mengacu pada scientific approach (pendekatan ilmiah) sejalan dengan Permendikbud No. 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar khususnya pada keterampilan abstrak seperti dalam mata pelajaran matematika meliputi 5 hal yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

21

Ibid 22

(42)

Tabel 2.3

Penilaian Hasil Belajar Keterampilan Abstrak Kemampuan

Belajar Deskripsi

Mengamati Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu

tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah

pertanyaan yang diajukan siswa (peserta faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) Mengumpulkan

Informasi /Mencoba

Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi atau validitas informasi yang dikumpulkan, dan

instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

Menalar/ Mengasosiasi

(43)

D

alam penelitian ini aktivitas siswa di kelas meliputi aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dikategorikan sebagai berikut:

a. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru b. Membaca dan memahami masalah yang ada dalam

LKS

c. Melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya d. Menyelesaikan masalah/menemukan jawaban dari

masalah yang ada dalam LKS

e. Melakukan aktivitas yang ada dalam Lembar Kerja Siswa (LKS)

f. Mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas

3. Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

Kemampuan koneksi matematika siswa perubahan siswa setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan koneksi matematika dalam penelitian ini yaitu nilai yang didapatkan siswa setelah mereka mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Dalam penelitian ini yang dinilai hanya pada ranah pengetahuan yang didapat dari tes koneksi matematika. Ketuntasan klasikal tercapai jika minimal 75% siswa memiliki kemampuan koneksi matematika dalam kategori baik atau sangat baik secara individu23.

23

Asih, Siti Surya. 2013. Efektivitas Strategi Quick On The Draw pada Materi Tabung dan Kerucut di Kelas IX SMP Negeri 31 Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Mengkomuni-kasikan

Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan grafis, media

(44)

4. Respon Siswa

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (offline), respon adalah tanggapan, reaksi, atau jawaban dari suatu perlakuan/ pernyataan/ pertanyaan. Menurut Hamalik guru perlu mengenal minat siswa dalam memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman-pengalaman belajar, menuntun dalam pemerolehan pengetahuan, dan untuk mendorong motivasi siswa24. Selanjutnya, Sardiman berpendapat bahwa seseorang akan berhasil dalam belajar apabila pada dirinya sendiri memiliki keinginan atau minat untuk belajar. Salah satu jalan untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru yaitu dengan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran tersebut. Apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih giat dalam belajar, membuat makna sendiri dari pembelajaran dan memperoleh hasil belajar lebih baik, serta siswa belajar dalam keadaan menyenangkan maka pembelajaran dikatakan efektif. Respon siswa dapat diketahui melauli pengamatan dan hasil pengisian angket dengan pernyataan-pernyataan dengan jawaban tertutup.

5. Kriteria Keefektifan Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dikatakan efektif jika memenuhi 4 aspek berikut:

1. Pengelolaan pembelajaran guru minimal termasuk dalam kategori baik

2. Aktivitas siswa termasuk dalam minimal termasuk dalam kategori aktif

3. Kemampuan koneksi matematika siswa memiliki prosentase dengan rentang baik atau sangat baik minimal sebesar 75%

4. Respon siswa dalam angket selama pembelajaran dari pertemuan pertama hingga terhakhir termasuk dalam kategori positif

24

(45)
(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif karena dalam penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan efektivitas penerapan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) kelas VIII A1 MTs. Nurul Huda Kalanganyar Sedati Sidoarjo yang meliputi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa selama pembelajaran, kemampuan koneksi matematika siswa, dan respon siswa setelah pembelajaran.

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan hasil-hasil perhitungan yang telah dilakukan serta menjawab pertanyaan penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 di MTs Nurul Huda yang beralamat di Jl. Raya Kalanganyar Barat No.53 Kalanganyar Sedati Sidoarjo.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII A1 MTs Nurul Huda Sedati. Siswa kelas VIII A1 sebagai subjek pengamatan aktivitas siswa, penilaian tes kemampuan koneksi matematika, dan subjek pengisian angket respon. Dalam penelitian ini, peneliti juga bertindak sebagai guru yang sekaligus sebagai subjek pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu “One Shot

(47)

X O Ket :

X : Perlakuan, yaitu pelaksanaan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Pada saat pelaksanaan dilakukan pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), aktivitas siswa selama pembelajaran, kemampuan koneksi matematika siswa, dan respon siswa setelah pembelajaran.

O : Hasil setelah perlakuan yang meliputi pendeskripsian tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), aktivitas siswa selama pembelajaran, kemampuan koneksi matematika siswa, dan respon siswa terhadap pembelajaran.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian. Rangkaian prosedur dalam penelitian ini terdapat empat tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap penyusunan laporan. Berikut uraian dari keempat tahap berikut: a. Tahap persiapan

1. Menyusun proposal penelitian dan memilih materi yang digunakan

2. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Ketja Siswa (LKS)

3. Menyiapkan instrumen penelitian yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing diantaranya meliputi lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, soal tes kemampuan koneksi matematika, dan lembar angket respon siswa

(48)

b. Tahap pelaksanaan

Dalam penelitian ini, pada saat pembelajaran siswa diberikan perlakuan pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), kemudian dilakukan pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa sesuai dengan lembar observasi yang telah disusun. Pada akhir pembelajaran diberikan tes koneksi matematika dan lembar angket respon siswa. Kemudian, dilakukan pengumpulan data hasil tes dan angket respon siswa. Pembelajaran dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2×40 menit. Penjelasan dari tahap pelaksanaan tersebut disajikan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Siswa diberikan LKS yang pada awalnya siswa diberi waktu untuk mengerjakan secara individu kemudian dikelompok ke dalam kelompok triplet yang terdiri dari 3-4 siswa dengan kemampuan heterogen. Guru memberikan umpan balik berupa tanggapan terhadap pertanyaan atau pernyataan siswa selama pembelajaran. Setelah selesai mendiskusikan dengan anggota kelompok masing-masing hasil pekerjaan siswa ditempel di depan kelas untuk dipresentasikan.

(49)

3. Pemberian Angket Respon Siswa

Angket respon siswa diberikan pada pertemuan ketiga setelah siswa mengikuti pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

c. Tahap Analisis Data

Melakukan analisis data terhadap terhadap semua data yang telah terkumpul. Data tersebut meliputi data kemampuan guru mengelola pembelajaran, data aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran, data hasil tes kemampuan koneksi matematika siswa, dan data respon siswa setelah pembelajaran pada pertemuan terakhir dilakukan.

d. Tahap Penyusunan Laporan

Menyusun laporan penelitian yang diperoleh dari persiapan penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan dari data-data yang telah dianalisis untuk menjawab rumusan masalah.

F. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun oleh peneliti sebagai salah satu penunjang kelancaran dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, RPP disusun untuk dua pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

1. RPP pada pertemuan pertama tentang menemukan Teorema Phytagoras (Lampiran A1)

2. RPP pada pertemuan kedua tentang menemukan sisi-sisi segitiga yang termasuk Tripel Phytagoras (lampiran A2)

(50)

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa merupakan lembar kerja sebagai tugas untuk siswa dalam memperluas pengetahuannya tentang koneksi matematika. LKS disusun oleh peneliti sesuai dengan pembelajaran dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing serta guru mata pelajaran matematika. LKS disusun untuk dua pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

1. LKS pada pertemuan pertama tentang menemukan Teorema Phytagoras (Lampiran A6)

2. LKS pada pertemuan kedua tentang menemukan sisi-sisi segitiga yang termasuk Tripel Phytagoras (lampiran A7)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Selama pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) pada materi Teorema Phytagoras, dilakukan pengamatan mengenai kemampuan guru mengelola pembelajaran. Lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran (lampiran A3 dan A4) disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran berisi kemampuan guru yang diamati selama pembelajaran berlangsung. Kemampuan tersebut meliputi kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP. Berikut disajikan kemampuan yang dimaksud: a. Pendahuluan

(1) Penyampaian tujuan pembelajaran (2) Penyampaian apersepsi

(3) Penyampaian motivasi pada siswa b. Kegiatan Inti

Fase 1 : Individual

(1) Penyampaian stimulus sesuai materi kepada siswa

(51)

(3) Penyampaian tugas Fase 2 : Triplet

(4) Membimbing kelompok belajar dalam mengerjakan tugas

(5) Memberikan bantuan apabila siswa mengalamai kesulitan

Fase 3 : Diskusi interpelatif

(6) Meminta perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok (7) Menanggapi diskusi dalam presentasi

(8) Membimbing siswa dalam proses penarika kesimpulan.

c. Penutup

(1) Memberikan umpan balik tentang materi yang dipelajari

(2) Memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa (lampiran A5) digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Lembar observasi ini disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Pengamat hanya perlu mengisi kolom dengan nilai sesuai keaktifan yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tersebut. Dalam penelitian ini terdapat beberapa indikator aktivitas yang ditentukan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung yaitu:

a. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru b. Membaca dan memahami masalah yang ada dalam

LKS

c. Melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya d. Menyelesaikan masalah/menemukan jawaban dari

masalah yang ada dalam LKS

e. Melakukan aktivitas yang ada dalam Lembar Kerja Siswa (LKS)

(52)

3. Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematika

Tes kemampuan koneksi matematika (lampiran A8) ini berupa soal penyelesaian masalah matematika yang harus dikerjakan oleh siswa dalam rentang waktu tertentu untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa setelah proses pembelajaran.

Tes kemampuan koneksi matematika diberikan setelah diterapkannya pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Soal tes yang dibuat berupa soal esai yang terdiri dari satu soal tentang penerapan teorema phytagoras.

4. Angket Respon Siswa

Lembar angket respon siswa (lampiran A9) diberikan setelah proses pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) telah selesai dilaksanakan. Lembar angket disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Lembar angket ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Angket tersebut berbentuk check-list yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai respon siswa dan pilihan alternatif jawaban.

Instrumen-instrumen tersebut telah divalidasi oleh:

Tabel 3.1

Validator Instrumen Penelitian

Nama Validator Jabatan

M. Hafiyussholeh, M.Si Dosen Matematika di UIN Sunan Ampel Surabaya Fanny Adibah, M.Si Dosen Matematika di UIN

Sunan Ampel Surabaya Eny Sulistyawati, S.Pd Guru Mata Pelajaran

(53)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi, metode tes, dan metode angket.

1. Metode observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan selama proses pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Observasi dilakukan oleh pengamat untuk mengamati kemampuan guru mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengamat adalah rekan mahasiswa pendidikan matematika UIN Sunan Ampel Surabaya yang bernama Agustin Eka Cahyani dan sebelumnya telah berdiskusi dengan peneliti mengenai tata cara pengisisan lembar observasi.

2. Metode Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematika siswa setelah mengikuti pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Pada penelitian ini tes yang diberikan merupakan tes kemampuan koneksi matematika berupa soal esai yang dikerjakan secara individu. Tes diberikan pada siswa pada pertemuan ketiga.

3. Metode Angket

(54)

I. Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut:

1. Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Dari hasil observasi diperoleh data kemampuan guru mengelola pembelajaran yang dianalisis dengan menghitung rata-rata skor setiap aspek pada setiap pertemuan. Tahap-tahap yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

a. Menghitung skor rata-rata gabungan kemampuan guru mengelola pembelajaran dari pertemuan pertama dan kedua untuk tiap aspek.

b. Menghitung skor rata-rata total untuk semua aspek dengan menggunakan rumus yang diadaptasi dari Masriyah(2006) sebagai berikut:

=

c. Menginterpretasikan rata-rata kemampuan guru mengelola pembelajaran pada setiap item pernyataan dengan menggunakan kategori skor dan kategori penialaian yang diadaptasi dari Masriyah yaitu :1

Tabel 3.2

Kategori Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Skor Rata-rata Total Kategori

Tidak Baik

Kurang Baik

Baik

Sangat Baik

d. Menentukan kategori kemampuan guru mengelola pembelajaran secara keseluruhan.

1

(55)

2. Analisis Data Aktivitas Siswa

Dari hasil observasi diperoleh data aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang dianalisis dengan menghitung rata-rata skor setiap kategori aktivitas pada setiap pertemuan. Tahap-tahap yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

a. Menghitung skor rata-rata gabungan aktivitas siswa yang diamati dari pertemuan pertama dan kedua untuk tiap aspek.

b. Menghitung skor rata-rata total untuk semua aspek dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

=

c. Menginterpretasikan rata-rata aktivitas siswa pada setiap item pernyataan dengan menggunakan skor dan kategori penilaian yang diadaptasi dari Masriyah yaitu:

Tabel 3.3 Kategori Aktivitas Siswa

d. Menentukan kategori aktivitas siswa secara keseluruhan.

3. Analisis Data Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

Tes kemampuan koneksi matematika dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan koneksi matematika siswa dalam penyelesaian masalah matematika. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis hasil tes tersebut adalah sebagai berikut:

Skor Rata-rata Total Kategori

Tidak Aktif

Kurang Aktif

Aktif

Gambar

Gambar 2.1  Pembagian Kelompok Triplet ........................................... 15 Gambar 2.2  Bentuk Pemaparan Hasil Kerja Kelompok ......................
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Pembagian Kelompok Triplet
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode CUPs (Conceptual Understanding Procedures) atau yang dikenal dengan langkah- langkah pemahaman konsep, adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk

Metode pembelajaran pada penelitian ini adalah metode Conceptual Understanding Prosedures (CUPs) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) Berbantuan Multimedia Pembelajaran

siswa tentang materi gerak lurus berubah beraturan, (2) Melihat efektivitas metode pembelajaran Metode Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dalam

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu diharapkan dengan adanya model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) menjadi salah satu model pembelajaran

Penelitian yang dilakukan oleh Faury Hidayati mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) Terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada

Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk membantu pengembangan pemahaman konsep yang dianggap sulit

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui “ Pengaruh Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) terhadap Pemahaman Matematika Siswa Pada Materi