• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendampingan kelompok yasinan perempuan untuk ikut serta menciptakan kemandirian pertanian di Desa Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendampingan kelompok yasinan perempuan untuk ikut serta menciptakan kemandirian pertanian di Desa Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek."

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)

Oleh :

Ratri Wulanndari

NIM.B02213047

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ratri Wulanndari, B02213047, (2017): PENDAMPINGAN KELOMPOK

YASINAN PEREMPUAN UNTUK IKUT SERTA MENCIPTAKAN

KEMANDIRIAN PERTANIAN DI DESA WATUAGUNG KECAMATAN

WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

Skripsi ini membahas tentang pendampingan pada kelompok yasinan

perempuan untuk ikut serta dalam menciptakan kemandirian pertanian. Dengan

mengentas ketergantungan petani dari pembelian produk produk kimia untuk

pertanian yang cukup membebankan pengeluaran biaya. Mengalihkan kebiasaan

petani sekarang dengan mengajak kembali memanfaatkan hasil alam untuk

pertanian yang lebih ramah lingkungan dan juga murah.

Pendampingan ini menggunakan pendekatan berbasis aset / kekuatan atau

biasa dikenal ABCD

(Asset Based Community Development). ABCD merupakan

pendekatan pendampingan yang mengutamakan pemanfaatan potensi dan aset yang

dimiliki masyarakat. Modal terbesar dalam pengembangan masyarakat adalah

keinginan untuk kehidupan yang lebih baik, hal itu akan lebih baik jika muncul

dalam diri masyarakat itu sendiri. Optimalisasi aset menjadi sangat penting dalam

pemberdayaan masyarakat. Apapun aset dan potensi yang dimiliki akan sangat

berguna jika disadari dan dimanfaatkan dengan baik. Fasilitator melakukan

pendampingan dengan pendekatan berbasis aset berupaya untuk mengubah

paradigma kelompok yasinan perempuan untuk melakukan perubahan,

menciptakan kemandirian pertanian dengan memanfaatkan kekuatan, potensi, dan

aset yang mereka miliki.

Melalui program aksi perubahan seperti penanaman bibit cabai, uji coba

pembuatan pestisida secara mandiri, serta pelatihan pembuatan pupuk (MOL)

Micro Organisme Lokal

dan pestisida nabati bersama dengan ahli, menghasilkan

perubahan dalam pola pikir

(mindset)

kelompok bahwa sebenarnya mereka mampu

dalam menciptakan perubahan untuk kebaikan bersama, serta mampu

mengorganisir kelompok untuk bersama sama aktif dalam melakukan perubahan

kearah lebih baik guna menciptakan kemandirian pertanian dengan tidak

ketergantungan kembali membeli produk produk kimia untuk pertanian mereka.

Sehingga dapat meminimalisir pengeluaran biaya di bidang pertanian.

(7)

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR DIAGRAM ... xix

DAFTAR BAGAN ...xx

BAB I

PENDAHULUAN

✁ ✂✄☎✄✆✝✞✟ ✄✠ ✄✡ ☛ ✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁☞

✝✁ ✌✍✠✎ ✏✑✞ ✡✒✄✓✔ ✕✡ ☛✄✡ ✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ☞✖

✗ ✁ ✘✎✙✎✄✡✑✞ ✡✒✄✓✔ ✕✡ ☛✄✡ ✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁☞ ✚

✛✁ ✜☎✆✄☎✞ ☛✕✑✞ ✡✒✄✓✔✕✡ ☛✄✡✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ☞✢

✣✁ ✜✕✏☎✞✓✄☎✕✠✄✑✞✓✤ ✄✥✄✏✄✡ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁✁ ✁✁✁☞ ✦

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

(8)

✪ ✫ ✬✭✮✯✩✰✭✯ ✱ ✲✳✴✳ ✵✶✮ ✷✩✳ ✸✹✳✸✳✺✰✭ ✵✻✭ ✼✳✽✳ ✵✪ ✭✯ ✲✳ ✷✩✷

✾✭ ✼✱✳✽✳ ✵✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✿❀

❁✫ ✾✮✵✷ ✭❂ ✰✭ ✵✻ ✳✺❂✩✵❃✳ ✵✪✭✯✲✳✷✩✷❄✷✭✽ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫✫ ✫✫✫❅✿

✹ ✫ ✹✳ ✼❆✳✴✪✩✸

Hal Wujud Pemberdayaan ... 35

BAB III

METODOLOGI PENDAMPINGAN

A. Pendekatan Pendampingan ... 40

B. Prinsip Prinsip Pendekatan ABCD ... 46

C. Langkah Langkah Pendampingan Dengan

Pendekatan ABCD ... 55

D. Inkulturasi Sebagai Langkah Sebelum Memulai

Pendampingan ... 61

BAB IV

PROFIL ASET MASYARAKAT DESA WATUAGUNG

A. Aset Alam ... 74

B. Aset Manusia ... 82

C. Aset Sejarah Desa Watuagung ... 93

D. Aset Ekonomi Masyarakat ... 95

E. Aset Sosial dan Budaya ... 101

F. Aset Institusi ... 104

G. Aset Infrastuktur...106

(9)

❈ ❉ ❊❋●❍ ■❏ ❑▲ ❏❊❇●▼❇❊■◆ ■❖❋▼ ■❏

(Dream)

❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉PP P

◗❉ ❘❋❙❋❏❚■❏ ■■❏❯❱◆❇❘❋❙▲❍ ■❲■❏❳■❨■●❊❋❏ ❑❋●❍ ■❏ ❑❱■❏

❯◆ ❋❩❘❋❙❩ ■❏❇■❏❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉PP ❬

BAB VI

AKSI

PERUBAHAN

MENUJU

KEMANDIRIAN

PERTANIAN KELOMPOK YASINAN PEREMPUAN

❯❉ ❘❙❭◆ ❋◆ ❯❱◆❇ ❘❋❙▲❍■❲■ ❏ ❪❋❨❭●▼❭❱ ❫■◆❇❏ ■❏ ❘❋❙❋●▼ ▲■❏

(Destiny)

❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉PP ❴

P❉ ❊❋❏■❏ ■●❈❇❍❇❩◗■❍ ■❇ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉PP ❴

❵ ❉ ❛❜❇◗❭❍■❊❋●❍ ▲ ■❩❘❋◆❩❇◆❇❳■❊■❏❳❇ ❙❇ ❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉P ❵❬

❝❉ ❘❋❨■❩❇❲■❏❘❋●❍▲■❩ ■❏❊❞❡❳■❏❘❋◆❩❇◆❇❳■❢■❍■❩❇

❈ ❋❙◆ ■● ■❘❘❡ ❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉P ❵❣

■❉ ❘❙■❘❋❨■❱◆ ■❏■■❏❘❋❨■❩❇❲■❏❘❋●❍ ▲ ■❩ ■❏❘▲▼ ▲❱❊❞❡

❖■❏❘❋◆❩❇◆❇❳■❢■❍ ■❩❇ ❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉P❝❤

❍ ❉ ❘❙❭◆❋◆❘❋❨■❱◆ ■❏■■❏❘❋❨■❩❇❲■❏❘❋●❍ ▲ ■❩ ■❏❊❞❡

❖■❏❘❋◆❩❇◆❇❳■❢■❍ ■❩❇ ❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉P❝ ❝

BAB VII

CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET

KELOMPOK YASINAN PEREMPUAN

❯❉ ❘❋❙▲❍ ■❲■❏✐❋❜ ■❱❘❋❏❳■●▼❇❏❑■❏ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉P❬❝

P❉ ❘❋❙▲❍■❲■❏❊❇❏❳◆ ❋❩❪❋❨❭● ▼❭ ❱❫■◆❇❏■❏❘❋❙❋● ▼▲ ■❏

❖▲◆ ▲❏❪❙■❜■❏ ❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉❉❉ ❉❉P❬❝

❵ ❉ ❘❋❙▲❍■❲■❏❘❋❏ ❑❭ ❙❑ ■❏❇◆ ■◆❇■❏❳■❏❪■▼■◆❇❩ ■◆❪❋❨❭●▼❭❱

(10)

❧♠ ♥♦♣q rsts ✉✈❦✉s ✇❦①s②① ③ ✉③ ✇❦④♦ ⑤③✇⑥③①⑦s⑧❦✉s ✉⑨♦ ⑤s ⑤sq❦

⑩✉s ⑤❦⑧❦⑧❶♦s❷①

y

❸q❷① ♦❹ ♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠❺ ❻❼

❸♠ ⑨♦ ✉❷❦⑥❹s① s ✉④♦ ✇s ✉❽❦♣❦s ✉④♦ ⑤③✇⑥③①⑦s⑧❦✉s ✉

♥♦♣♦ ✇ ⑥q s ✉⑨♦ ⑤s ⑤q❦♥♦ ✉❽ ♦①s❹s ✉❸♦♣ rs⑧❦⑧⑩⑧ ♦❹ ♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠♠♠♠ ♠❺ ❾❿

➀ ♠ ⑨♦ ✉➁③ ♣➁ s ✉❦⑧❦♣⑨s⑧s ♣s①s❹

y

➂❦❽s①❶♦ ⑥s⑧❽ s♣❦

Hambatan

dan Tantangan ... 167

D. Dakwah Bil Hal Menciptakan Kemandirian ...170

E. Peran Fasilitator ...172

BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan ... 174

B. Rekomendasi ... 176

DAFTAR PUSTAKA ... 177

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Wilayah RT 10 Dan RT 11... 67

Gambar 3.2 Perangkat Desa (Kepala Dusun Dan Jogoboyo)

Menggambarkan Wilayah Dusun Krajan... 69

Gambar 3.3 Fasilitator Mengikuti Kegiatan Yasinan Masyarakat Dan

Fasilitator Memperkenalkan Diri... 72

Gambar 3.4 Inkulturasi Dengan BPP (Balai Penyuluh Pertanian)... 73

Gambar 4.1 Peta Desa Watuagung ... 76

Gambar 4.2 Peta Dusun Krajan... 77

Gambar 4.3 Aset Pertanian Jagung Masyarakat ... 79

Gambar 4.4 Suasana FGD Menggali Aset Aset Yang Telah Dimiliki

Masyarakat ... 86

Gambar 4.5 Aset Keterampilan Bertani Masyarakat ... 87

Gambar 4.6 Aset Keterampilan Membuat Reyek ... 89

Gambar 4.7 Masyarakat Menggendong Pakan Untuk Ternaknya ... 90

Gambar 4.8 Kegiatan Masyarakat Yang Memiliki Hajat... 91

Gambar 4.9 Potret Masuk Desa Watuagung Yang Memiliki Pemandang

Batu Besar... 94

Gambar 4.10 Aset Finansial Berupa Hasil Membuat Reyek ... 100

Gambar 4.11 Kegiatan Gotong Royong Masyarakat ... 103

(12)

Gambar 4.13 Aset Institusi Desa Watuagung ... 105

Gambar 5.1 Suasana FGD Yang Memutar Video Pemberdayaan ... 109

Gambar 5.2 Kegiatan FGD Bersama Anggota Kelompok Dalam

Membangun Mimpi ... 112

Gambar 6.1 Bibit Cabai Yang Telah di Beli... 120

Gambar 6.2 Anggota Kelompok Dan Masyarakat Saat Mengambil

Bibit Cabai Di Kediaman Bu Win ... 121

Gambar 6.3 Salah Satu Anggota Kelompok Yasinan Perempuan

Bersama Anaknya Serta Fasilitator Menanam Bibit Cabai

Dipekarangan Rumahnya... 123

Gambar 6.4 FGD Dan Menyaksikan Bersama Video Film Carita

Sukses Kelompok Perempuan Petani Yang Menginspirasi ... 125

Gambar 6.5 Kegiatan Akan Membuat Pestisida yang Mengalami Kendala

Listrik Padam ... 128

Gambar 6.6 Hasil Pestisida Dari Limbah Putung Rokok... 129

Gambar 6.7 Sambutan Kepala Dusun Dan Pembelajaran Dari PPL

(Penyuluh Pertanian Lapangan) Desa Watuagung... 134

Gambar 6.8 Proses Pengupasan Dan Mencincangan Bahan Pembuatan

MOL Dan Pestisida Nabati ... 136

Gambar 6.9 Salah Satu Anggota Kelompok Menyiapkan Dan Memasak

Air Leri... 137

Gambar 6.10 Anggota Kelompok Memasukkan Bahan Bahan Yang

(13)

Gambar 6.11 Anggota Kelompok Sedang Mengupas Dan Mencincang

Bonggol Pisang... 139

Gambar 6.12 Anggota Kelompok Memasukkan Campuran Air Leri Dan

Dedak Halus Yang Telah di Ambil Airnya Kedalam Jurigen .... 140

Gambar 6.13 Anggota Kelompok Menutup Jurigen Yang Telah Berisi

MOL dan Memasukkan Selang Kecil Kedalam Botol

Berisi Air... 141

Gambar 6.14 Foto Bersama Setelah Kegiatan Pelatiahan Membuat MOL

Dan Pestisida Nabati... 142

Gambar 7.1 Salah Satu Anggota Kelompok Menyampaikan Pendapat... 151

Gambar 7.2 Suasana Refleksi Program Aksi yang Telah Di laksanakan ... 154

Gambar 7.3 Hasil Pendapat Saat Refleksi Program Program Aksi Yang

Telah Di Laksanakan ... 155

Gambar 7.4 Hasil Pendapat Saat Refleksi Manfaat Program Aksi Yang

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Harga Bahan Produksi Kimia Masyarakat

Desa Watuagung... 9

Tabel 1.2 Biaya Lain Untuk Pengeluaran Produksi Pertanian Masyarakat

Desa Watuagung... 10

Tabel 4.1 Batas Batas Wilayah Desa Watuagung... 75

Tabel 4.2 Aset Tanaman Perkebunan Masyarakat Dusun Krajan... 80

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Watuagung... 83

Tabel 4.4 Aset Personal Anggota Kelompok Yasinan Perempuan... 84

Tabel 4.5 Tahap Tahap Menanam Jagung ... 88

Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 92

Tabel 4.7 Lembaga Pendidikan di Desa Watuagung ... 92

Tabel 4.8 Jenis Mata Pencaharaian Masyarakat Desa Watuagung

Kec. Watulimo Kab. Trenggalek... 96

Tabel 4.9 Aset Sosial di Desa Watuagung... 101

Tabel 4.10 Aset Sosial Per Dusun Di Desa Watuagung ... 101

Tabel 4.11 Aset Infrastruktur Kelompok Yasinan ... 106

Tabel 5.1 Rincian Pengeluaran Biaya Pertanian Yang Paling Sederhana ... 115

Tabel 5.2 Pengeluaran Biaya Keluarga KK Cipto ... 116

Tabel 5.3 Susunan Rencana Kegiatan Aksi Perubahan ... 117

Tabel 6.1 Alat dan Bahan Membuat Pestisida ... 126

(15)

Tabel 6.3 Alat dan Bahan Membuat MOL ... 132

Tabel 6.4 Pembagian Tugas Dalam Menyiapkan Alat Dan Bahan Untuk

Pelatihan Membuat Pupuk MOL Dan Pestisida Nabati ... 133

Tabel 7.1 Tingkat Partisipasi dan Perubahan ... 149

Tabel 7.2 Hasil Trend And Change... 153

Tabel 7.3 Hasil Refleksi Perubahan Dilihat Dari Sebelum Dan

(16)

DAFTAR DIAGRAM

(17)

DAFTAR BAGAN

(18)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan ragam sumber daya alam.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah jumlahnya, baik

keanekaragaman hayati di daratan dan di air. Potensi keragaman kekayaan hayati

di Indonesia sangat mencukupi untuk menjadi sumber makanan penduduk negeri

sendiri, apabila dikelola dengan baik. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan dapat

memasok kebutuhan bahan makanan bagi Negara lain di dunia.

1

Dimana ditemukan

bahwa masyarakat Indonesia bayak yang bekerja sebagai petani, baik di sawah,

kebun, pekarangan maupun di hutan. Ada kata yang indah untuk memaknainya

Petani Pemberi Makan Dunia . Semua tanaman yang kita makan adalah hasil kerja

keras petani dalam menanam sakaligus merawat tanaman.

Keragaman hayati yang melimpah di Negara Indonesia salah satunya ialah

tanaman padi yang tergolong dalam sektor pertanian. Mayoritas dalam segi

pertanian, tanaman yang banyak di tanam ialah tanaman padi. Selain padi ada

tanaman jenis lain yang juga banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia. Dari

berbagai jenis macam tanaman, namun tanaman padi lah menjadi tanaman yang

banyak di tanam karena tanaman padi merupakan tanaman pangan utama

masyarakat Indonesia. Menjadi tanaman pangan utama masyarakat, tidak

menjadikan masyarakat Indonesia hanya menanam tanaman padi untuk menjadi

1

Murdijanti Gardjito, dkk,

Pangan Nusantara (Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan

(19)

sumber pendapatan, khususnya para petani yang banyak menggantungkan hidup

dari hasil panen pertanian mereka. Ada berbagai jenis tanaman yang di tanam oleh

petani Indonesia, seperti jagung, singkong, tanaman sayuran, buah-buahan dan

berbagai macam tanaman perkebunan lainnya.

Seperti halnya di Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur, yang

merupakan daerah komoditas pertanian penghasil padi, jagung, singkong, dan

banyak lainnya. Dalam sektor pertanian, dari mulai pembibitan, perawatan, hingga

panen masyarakat biasa menggunakan pola pertanian yang sudah lama digeluti,

yaitu pola pertanian konvensial tepatnya pada masa pemerintahan Suharto, yang

artinya masyarakat di Trenggalek biasa menggunakan pola pertanian kimia sejak

saat itu. Dimana mulai dari bibit, pupuk, dan pestisida menggunakan bahan kimia

untuk diaplikasikan terhadap tanaman pertanian mereka.

Terlebih di Desa Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

yang merupakan daerah pegunungan, karena berada pada ketinggian 489 MDPL

(Meter Permukan Diatas Laut) dan terdapat banyak lahan dengan luas wilayah 1.

135 hektar.

2

Masyarakatnya biasa bertani di lahan milik sendiri (hutan rakyat) dan

hutan milik negara (hutan yang di kelola perhutani). Apabila ada masyarakat yang

menggunakan lahan perhutani untuk keperluannya maka akan dikenai bagi hasil

60:40, maksudnya ialah hasil panen 60% diperuntukkan bagi masyarakat yang

mengelolah tanah, sedang yang 40% diperuntukkan bagi perhutani.

3

Tetapi

kebanyakan masyarakat Desa Watuagung yang bertani tersebut, bertani di lahan

2

Kecamatan Watulimo dalam Angka 2015, (Trenggalek: Badan Pusat Statistik Kabupaten

Trenggaelek, 2015), hal 50

(20)

milik mereka sendiri, serta letak lahan mereka cukup jauh dari pemukiman tempat

tingal mereka yaitu berkisar ± 17 Km (dekat pantai popoh). Namun ada pula lahan

mereka cukup dekat dari permukiman masyarakat, hingga bisa ditempuh hanya

beberapa menit, karena cukup dekat. Karena lahan tersebut merupakan milik

masyarakat sendiri, sehingga mulai dari pembersihan lahan pasca panen,

pembibitan, perawatan, hingga panen masyarakat mengolahnya sendiri tanpa ada

bagi hasil untuk pemilik lahan.

Masyarakat Desa Watuagung mayoritas adalah petani, namun ada

beberapa jenis pekerjaan lain yang banyak di geluti oleh masyarakat desa tersebut.

Seperti hal nya pegawai, pedagang, PNS, dan lain sebagainya. Dalam hal ini

masyarakat Desa Watuagung berprofesi sebagai petani kebun. Berbagai jenis

tanaman perkebunan yang ditanam oleh masyarakat, diantaranya ialah jagung,

singkong

(kaspe),

cengkeh, cabai, pohon kelapa, pohon sirsak, pisang, pepaya,

kluwak,

empon empon,

cokelat dan lain lain.

(21)

kimia yang digunakan untuk tanaman pertanian mereka. Dengan harapan tanaman

yang ditanam dapat menghasilkan panen yang melimpah dan berkualitas baik.

Pola pertanian tersebut memang sudah lama digunakan oleh masyarakat.

Dalam bercocok tanam masyarakat Desa Watuagung tidak bisa terhindar untuk

tidak menggunakan bahan baku atau produk kimia, dari mulai bibit, pupuk, dan

pestisida untuk diberikan ke tanaman mereka, karena memang mereka beranggapan

bahwa dalam menjadikan tanaman mendapatkan hasil yang baik, hal tersebut hanya

bisa di lakukan dengan cara menggunakan pupuk dan pestisida kimia.

4

Anggapan

bahwa dari mulai benih yang akan di tanam, pupuk yang akan digunakan, serta

pestisida yang akan digunakan dan disemprotkan pada tanaman, yang terbaik

adalah menggunkan bahan kimia seperti yang telah lama masyarakat terapkan

dalam pola pertanian mereka.

Masyarakat Desa Watuagung dalam pola pertanian akhir

akhir ini

tepatnya dari munculnya program revolusi hijau, masyarakat menggunakan pupuk

dan pestisida kimia. Revolusi hijau sendiri merupakan program pemerintah yang

bertujuan agar meningkatkan ketahanan pangan nasional. Program revolusi hijau

mengacu pada perubahan dalam teknologi pertanian, ditujukan agar sumber daya

lahan dapat berproduksi sebanyak banyaknya, dengan jalan mengoptimalkan

ketersediaan hara dan air dalam tanah, serta melindungi tanaman dari gangguan

hama penyakit.

5

Begitu pula menurut Van Den Ban dan Hawkin dalam buku

Penyuluh Pertanian, sebagaimana dikutip oleh Zumiati Rahayu dan Dyah

4

Hasil wawancara dengan Winarsih (48 tahun), Tanggal 6 November 2016, Pukul 13.16 WIB.

5

Sumarmo: Teknologi Revolusi Hijau Lestari Untuk Ketahanan Pangan Masa Depan, Dalam

(22)

Kumalasari pada jurnal

The Green Revolution And Socio Economic Changes

Among Female Farmers Sleman Regency In 1970

1984,

yang mengatakan

pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan,

merangsang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan petani dan rakyat

desa serta mengusahakan pertanian yang berkelanjutan melalui program bantuan

pupuk kimia, benih dan pestisida. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia

tersebutlah yang merupakan karakteristik dari pertanian revolusi hijau.

6

Program revolusi hijau muncul sejak tahun 1970 pada masa pemerintahan

Suharto. Sejak saat itu pertanian di Indonesia menerapkan teknologi revolusi hijau,

dengan komponen utamanya adalah varietas unggul tipe baru, pupuk dan pestisida

sintetis.

7

Program tersebut di laksnakan di seluruh Indonesia, tidak terkecuali di

Desa Watuagung Kabupaten Trenggalek. Program tersebut dikenal oleh masyarakat

Watuagung dengan sebutan program Bimas (Bimbingan Masyarakat). Menurut

Ketua Balai Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan Watulimo, program Bimas

tersebut muncul kurang lebih pada sekitar tahun 1974 di wilayah Kecamatan

Watilimo. Awal kemunculan program tersebut di sebabkan oleh hasil produk

pertanian dahulu rendah, akhirnya pemerintah mengeluarkan pupuk kimia. Dengan

menggunakan pupuk kimia pada saat itu, akhirnya produk hasil pertanian petani

meningkat. Akhirnya pada tahun 1983 tercapailah swasembada pangan. Sejak saat

itu lah akhirnya kalau petani tidak menanam dengan produk kimia tidak berhasil.

8

6

Zuminati Rahayu dan Dyah Kumalasari: The Green Revolution And Socio Economic Changes

Among Female Farmers Sleman Regency In 1970 - 1984, hal 1.

7

Ibid, hal 2.

8

Wawancara dengan Palil (53 Tahun) selaku Ketua Balai Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan

(23)

Awal mula penerapan program Bimas di Desa Watuagung berawal dari

perangkat desa. Dahulu yang menggunakan pupuk kimia pertama kali adalah

perangkat desa, untuk diterapkan di sawah

bengkok

(lahan pertanian untuk

perangkat desa yang menjabat). Perangkat desa di beri wewenang untuk

menggunkan pupuk kimia dari pemerintah. Program Bimas tersebut dahulu di

kenalkan melalui penyuluhan kepada masyarakat dengan model mengumpulkan

masyarakat di desa. Sejak saat itu masyarakat menggunakan produk kimia yang

diperoleh dari perangkat desa. Kemudian seiring berkembangnya zaman program

Bimas tersebut ikut berkembang dengan terbentuknya kelompok kelompok tani

di sekitar tahun 1979, dan kemudian terus berkembang di Desa Watuagung yang

juga membentuk kelompok tani pada sekitar tahun 1983 dan 1984.

9

Hingga

akhirnya kelompok tani yang telah di bentuk, kemudian yang menampung pupuk

dan pestisida kimia dari pemerintah untuk di perjual belikan ke para petani yang

ada di desa. Hal tersebut sama dengan yang di ungkapkan oleh Kamidi (52 Tahun)

mengatakan bahwa petani mendapatkan pupuk dan pestisida tersebut dengan cara

membeli dari kelompok tani. Karena setiap desa di bentuk kelompok tani maupun

KUD.

10

Pada masa tersebut lah sedang gencar gencarnya di adakannya penerapan

perubahan teknologi pertanian dari tradisional (

organik

) menjadi pertanian kimia.

Masyarakat petani di Desa Watuagung saat itu juga menerapkan teknologi tersebut

dengan memberi pupuk dan pestisida kimia pada tanaman pertanian mereka. Seperti

9

Ibid.

(24)

yang di pahami oleh petani dahulu, penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang

diterapkan pada tanaman pertanian mereka bertujuan untuk meningkatkan hasil

panen. Sama seperti mula tujuan diadakannya program revolusi hijau atau Bimas

tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Sejak saat

itu pula petani Desa Watuagung menggunakan dan menerapkan produk produk

kimia untuk tanaman pertanian mereka hingga saat ini.

Dari hal tersebut diketahui beralihnya penerapan pertanian tradisional ke

kimia petani Desa Watuagung salah satunya dari kebijakan pemerintah yang terjadi

saat dahulu kala, yakni tepatnya pada tahun 1974an. Program atau kebijakan

pemerintah saat itu menjadi faktor perubahan peralihan pola pertanian tradisional

yang memanfaatkan sumber daya yang ada menjadi pertanian yang modern dengan

menggunakna teknologi teknologi kimia.

Padahal dahulu nenek moyang masyarakat menggunakan aset aset lokal

untuk dijadikan pupuk dan pestisida tanaman pertanian mereka. Masyarakat dahulu

menggunakan pupuk dan pestisida buatan mereka sendiri, yang berasal dari sumber

daya setempat, tepatnya sebelum adanya program revolusi hijau atau Bimas di Desa

Watuagung. Meski tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia nyatanya

masyarakat tetap bisa panen dan mendapatkan hasil yang baik dan dengan jumlah

yang banyak. Masyarakat petani desa Watuagung dahulu hasil panenya banyak

serta mendapatkan keuntungan, sehingga dari hasil keuntungan panen tersebut

petani dahulu dapat memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan pokok, kebutuhan sosial,

bahkan dapat memenuhi belanja baju, dan lain

lain.

11

Tetapi petani Desa

(25)

Watuagung sekarang hasil panen hanya dapat memenuhi kebutuhan pokok saja,

itupun jika hasil panennya baik, banyak, dan tidak terserang hama

petak

/ blereng.

12

Petak

sendiri merupakan bahasa lokal masyarakat Desa Watuagung yang

berarti putih. Hama

petak

atau blereng merupakan hama penyakit yang ditakuti oleh

masyarakat petani Desa Watuagung akhir akhir ini, yakni tepatnya selama kurun

waktu 2 tahun kebelang.

13

Hama petak atau blereng merupakan hama penyakit yang

menyerang tanaman jagung. Indikator tanaman jagung yang terserang hama adalah

perubahan warna putih pada seluruh komponen tanaman jagung, baik daun, batang,

dan hasil buah jagung yang tidak ada. Hama tersebut menjadi ancaman bagi petani

yang mengandalkan hasil panen jagung mereka. Satu batang tanaman jagung yang

terserang hama tersebut, secara otomatis tanaman jagung yang lain ikut terkena

hama. Tidak diketahui penyebabnya, namun ada masyarakat seperti Januri (46

Tahun) yang menduga hal tersebut diakibatkan dari berbagai faktor seperti salah

satunya adalah perubahan musim yang tidak dapat di prediksi.

14

Setelah petani menggunkan pupuk dan pestisida kimia dalam pertanian

mereka, petani mulai merasakan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan bahan

kimia tersebut, baik dari segi ekonomi, dan lingkungan. Pembelian bahan produksi

pertanian kimia tersebut biasa masyarakat dapatkan dari membeli ke kelompok tani

atau toko pertanian (toko eceran). Masyarakat membeli bahan-bahan baku tersebut

sesuai dengan kebutuhan mereka dengan melihat seberapa luas lahan mereka untuk

ditanami tanaman pertanian mereka, seperti jagung. Harga dari setiap bahan baku

12

Ibid,.

13

Ungkapan Marsam (51 Tahun) selaku Kepala Dusun Krajan, Tanggal 31 Oktober 2016, Pukul

11.03 WIB.

(26)

produk pertanian tersebut, yaitu pupuk, bibit, dan pestisida yang masyarakat beli

terbilang cukup mahal yaitu, lebih jelas dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 1.1

Daftar Harga Bahan Produksi Kimia Masyarakat Desa Watuagung

Daftar Harga Bahan Produksi Kimia

No.

Jenis Barang

Merk Barang

Harga

1.

Bibit jagung

NK @1 kg

Rp 70.000

Pioner @1 kg

Rp 70.000

Pertiwi @1 kg

Rp 50.000

Tongkol @1 kg

Rp 80.000

P1 @1 kg

Rp 70.000

P8 @1 kg

Rp 70.000

2.

Pupuk

Phonska @1 sak = 50

kg

Rp 125.000

MES/ Urea @1 sak=

50 kg

Rp 100.000

3.

Pestisida

Poradan @1 kg

Rp 20.000

Pastak @1 botol

Rp 10.000

Kalaris @1 kg

Rp 300.000

Rondap @1 liter

Rp 80.000

Sumber: FGD bersama masyarakat di Masjid RT 10 Dusun Krajan Desa Watuagung

(27)

Tabel 1.2

Biaya Lain Untuk Pengeluaran Produksi Pertanian Masyarakat Desa

Watuagung

Biaya Lain Untuk Pengeluaran Produksi

No.

Jenis pengeluaran

Besaran Biaya

1.

Buruh tenaga kerja @1 hari untuk 1 orang

Rp 65.000

2.

Sewa alat

Rp 10.000 (Atau hanya

dipinjamkan saja)

3.

Biaya angkut hasil panen @1x angkut

(hanya setiap kali panen saja)

Rp 200.000 Rp

300.000

Sumber: Wawancara dengan Katino (68 tahun) selaku petani yang memiliki tegalan di daerah

pantai popoh.

(28)

Di Dusun Krecek dan Dusun Krajan lahan

tegalan

masyarakat terbilang

cukup dekat dengan pemukiman mereka. Di Dusun Krecek lahan perhutani sangat

luas berada disana. Sehingga banyak masyarakatnya yang memanfaatkan dan

mengolah lahan perhutani untuk di olah dengan memproduksi tanaman jagung.

Tetapi ada peratuaran yang harus dijalani oleh masyarakat Dusun Krecek yaitu yang

memanfaatkan lahan perhutani harus ada system bagi hasil yaitu hasil panen 40%

di berikan untuk pihak perhutani. Sehingga setiap kali panen masyarakat Dusun

Krecek mengeluarkan uang sebesar Rp 50.000 untuk di berikan perhutani

pemajekan.

15

Namun sistem bagi hasil tersebut tidak semuanya dialami oleh

masyarakat Desa Watuagung yang lain, seperti halnya masyarakat Dusun Sambi,

Dusun Krajan, dan Dusun Suwur karena memang masyarakat menanam pertanian

mereka di lahan milik sendiri (hutan rakyat).

Di Dusun Krajan banyak masyarakatnya yang memiliki lahan pertanian

(

tegalan),

yang dekat dengan pemukiman masyarakatnya. Namun ada pula

masyarakat di Dusun Krajan yang juga memiliki lahan yang jauh, seperti yang telah

di bahas pada paragraf sebelum sebelumnya, yakni kurang lebih 17 Km letak

lahan mereka dari permukiman. Oleh sebab itu, pengeluaran biaya dibidang

pertanian mereka sudah cukup banyak, semakin bertambah dengan jauhnya letak

lahan

tegalan

mereka.

Desa Watuagung memiliki banyak potensi atau aset yang banyak di jumpai

di desa tersebut, salah satunya aset alam atau aset tanaman yang tumbuh disana,

15

Hasil wawancara denga Bu Mar (46 Tahun), Selaku Bu Rt 36 Setempat, di Ruang tamu, Tanggal

(29)

yaitu tanaman kluwek, pohon pisang, pohon sirsak, pohon kelapa, cokelat, bambu,

lamtoro, suruh, dan banyak lainnya. Banyaknya komoditas tanaman dengan jumlah

tanaman tersebut yang bisa dibilang cukup banyak merupakan salah satu cara untuk

mengoptimalkan aset masyarakat Desa Watuagung yang selama ini menghabiskan

banyak biaya untuk membeli kebutuhan produksi tanaman pertanian, dengan selalu

membeli bahan baku kimia. Selain mengurangi biaya pengeluaran belanja di bidang

pertanian, pengoptimalan aset tanaman masyarakat Desa Watuagung diharapkan

juga dapat mengurangi ketergantunangan masyarakat dalam menggunakan produk

bahan baku kimia yang jika terus menerus di kerjakan akan mengancam

kelangsungan hidup alam dan bahkan kesehatan masyarakat itu sendiri.

(30)

berkembang dalam menghadapi ketergantungan bahan baku kimia pada pertanian,

serta kesadaran beban pengeluaran biaya produksi di bidang pertanian mereka yang

cukup besar, akan secara tidak langsung masyarakat dapat berubah mandiri dan

berdaya. Dengan memanfaatkan potensi dan aset serta mengoptimalkanya dengan

baik dan benar, maka harapan masyarakat untuk mandiri dan berdaya dengan

meminimalisir pengeluaran biaya rumah tangga di bidang pertanian akan dapat

terwujud. serta ketergantungan menggunakan bahan baku kimia juga akan

terminimalisir.

B. Fokus Pendampingan

(31)

C. Tujuan Pendampingan

Tujuan dari pendampingan yang dilakukan adalah menciptakan

kemandirian di bidang pertanian kelompok

Yasinan

perempuan di Dusun Krajan

Desa Watuagung. Kemandirian pertanian yang dimaksud ialah mandirinya

kelompok dalam membuat bahan baku pertanian dan tidak membeli produk

produk kimia untuk pertanian mereka.

Hal tersebut terwujud dengan terminimalisirnya beban biaya produksi

pertanian yang dapat di

save

untuk keperluan lain (masa depan), serta mengurangi

ketergantungan masyarakat terhadap pembelian bahan baku atau produk pertanian

kimia yang jika terus menerus di aplikasikan pada pola pertanian mereka akan dapat

berdampak buruk bagi lingkungan maupun diri mereka sendiri.

(32)

mendapatkan tujuan tersebut tentu tidak mudah, diperlukan usaha yang keras

dengan terus belajar dan melakukan uji coba dalam membuat pupuk dan pestisida

nabati untuk diterapkan pada pertanian masyarakat.

D. Startegi Pendampingan

Aset Based Community Development

(ABCD) dianggap cocok dalam

membangun kemandirian kelompok. Dengan diupayakan tidak bergantungnya

masyarakat, karena dalam ABCD membangun kemandirian dapat di dasari dari

potensi dan aset yang telah di miliki oleh setiap orang. Potensi dan aset tersebut

yakni berupa apa yang ada (pengetahuan) di masyarakat, dan apa yang bisa

dilakukan (keterampilan) oleh masyarakat. Setiap manusia pasti memiliki

pengetahuan, begitu juga dengan masyarakat Desa Watuagung yang telah memiliki

pengetahun pengetahuan di berbagai bidang. Serta keterampilan yang mereka

miliki, potensi dalam diri mereka salah satunya yang paling dapat terlihat adalah

keterampilan dalam bertani, beternak, dan keterampilan lain dalam berbagai aspek.

Adapun strategi atau tahapan dalam pelaksanaan pendampingan ini ialah

dengan pendekatan berbasis aset. Dimana tahapan ini terbagi menjadi beberapa

tahapan, tahapan tersebut ialah:

1. Mempelajari dan Mengatur Skenario

(33)

untuk mengenal orang orang, dan tempat yang akan dilakukan perubahan.

Serta menentukan fokus program.

2. Mengungkap Masa Lalu (

Discovery

)

Mengungkap masa lalu, merupakan pencarian yang luas bersama sama

dengan masyarakat untuk memahami apa yang terbaik saat ini dan apa yang

pernah menjadi yang terbaik (masa lalu). Menggali kisah sukses dan kekuatan

menjadi langkah awal dalam bergerak melakukan perubahan.

Setalah fokus pendampingan yang di pilih oleh fasilitator, yaitu

pendampingan kelompok

Yasinan

perempuan, langkah selanjutnya ialah

mengungkap atau menggali masa lalu

discovery.

Pada langkah ini yang di

lakukan oleh fasilitator untuk mengungkap masa lalu warga ialah dengan

kembali mengikuti kegiatan

Yasinan

perempuan yang rutin di laksanakan.

3. Memimpikan Masa Depan (

Dream

)

Memimpikan masa depan atau pengembangan visi adalah kekuatan positif,

yang luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas

atau masyarkat menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif

tentang masa depan yang ingin mereka capai. Tahap ini adalah saat komunitas

atau kelompok secara kolektif menggali harapan dan mimipi untuk komunitas,

kelompok, dan keluarga mereka.

(34)

dilakukan oleh fasilitator saat melakukan kumpulan bersama dengan anggota

kelompok pada 26 November 2016 di masjid RT.

Beberapa pertanyaan diajukan oleh fasilitator untuk mengajak anggota

kelompok dalam memimpikan masa depan dan menyatukan tujuan yang ingin

dicapai. Pertanyaan pertanyan yang bersifat positif di ajukan oleh fasilitator

saat kegiatan tersebut. adapun pertanyaan pertanyaan yang diajukan ialah

sebagai berikut: (1) apakah keinginan yang anda capai? (2) siapa yang akan

mencapai keinginan tersebut? (3) apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan

tersebut? (4) apakah kerja sama sangat membantu tercapainya tujuan tersebut?

(5) bagaimana cara melakukan kerja sama tersebut?

4. Memetakan Aset

Aset adalah sesuatu yang berharga yang dapat digunakan untuk

meningkatkan harkat atau kesejahteraan. Kata aset dengan sengaja digunakan

guna meningkatkan kesadaran komunitas yang sebenarnya telah memiliki aset

atau memiliki kekuatan yang ada saat ini dan dapat dimanfaatkan lebih baik.

Tujuan pemetaan aset ini adalah agar komunitas yang telah memiliki kekuatan

lebih dapat dimanfaatkannya dengan baik.

(35)

5. Perencanaan Aksi

Pada tahap ini komunitas atau masyarakat yang telah meningkatkan

kekuatan dan memetakan aset yang telah dimiliki, secara partisipatif langkah

selanjutnya ialah perencanaan aksi. Perencanaan aksi ini terwujud dari adanya

keinginan, mimpi, atau harapan yang ingin dicapai.

Pada tahap perencanaan aksi ini juga di lakukan secara partisipatif bersama

dengan anggota kelompok. Pada tahapan ini yang menjadi fokus adalah

penguatan aset dan potensi anggota kelompok dalam menggapai keingin

bersama melalui perencanaan aksi. Penguatan aset dan potensi tersebut

berdasarkan atas apa yang telah di miliki dan disadari oleh anggota kelompok.

6. Refleksi dan Evaluasi

Tahap ini di lakukan setelah proses pendampingan yang telah dilakukan.

Proses refleksi dan evaluasi ini di lakukan oleh fasilitator dalam 1 kali pertemuan

dengan kelompok, serta mengunjungi kediaman beberapa anggota kelompok

untuk melakukan evaluasi keberhasilan program aksi perubahan yang telah di

lakukan.

E. Sistematika Pembahasan

(36)

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini fasilitator menguraikan berdasarkan realitas yang ada di

Desa Watuagung Kabupaten Trenggalek, dari latar belakang, fokus

dan tujuan pendampingan, serta sistematika pembahasan untuk

membantu mempermudah pembaca dalam memahami pembahasan

secara ringkas mengenai isi dari skripsi ini, dari per BAB nya.

Bab II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi penjelaskan tentang pembahasan prespektif teoritis

dan konsep yang merupakan acuan pendampingan. Penulis dalam

BAB ini memaparkan teori yang berkaitan dengan tema

pendampingan yang telah dilakukan, yakni teori kontruksi sosial

dalam pendampingan berbasis aset, teori perubahan sosial dalam

pendekatan berbasis aset, konsep pendampingan berbasis aset,

serta dakwah bil sebagai wujud pemberdayaan.

Bab III: METODOLOGI PENDAMPINGAN

BAB ini berisi tentang metode apa yang akan digunakan untuk

melakukan pendampingan. Membahas tentang pendekatan yang

digunakan, prinsip

prinsip pendekatan, langkah

langkah

pendampingan, serta inkulturasi sebagai langkah sebelum memulai

pendampingan.

Bab IV: PROFIL ASET DESA WATUAGUNG

(37)

Watuagung. Hal tersebut dapat berfungsi untuk mendukung tema

yang diangkat, serta melihat gambaran realitas yang terjadi di

dalam obyek pendmapingan.

Bab V : PROSES PENDAMPINGAN KELOMPOK

YASINAN

PEREMPUAN YANG IKUT ANDIL MENGEMBANGKAN

PERTANIAN

Bab ini memaparkan tentang proses

proses pengorganisiran

pendampingan masyarakat yang telah dilakukan, mulai dari,

Mengungkap masa lalu (

discovery),

memimpikan masa depan

(dream),

memetakan aset dan potensi masyarakat Desa

Watuagung, perancanaan aksi Perubahan, serta Proses aksi

perubahan (

destiny

)

Bab VI: AKSI PERUBAHAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

KELOMPOK

YASINAN

PEREMPUAN

SEJAK

PENDAMPINGAN

Bab ini berisi tentang aksi pendampingan yang di lakukan oleh

fasilitator berserta kelompok

Yasinan

perempuan RT 10 dan RT 11

Dusun Krajan Desa Watuagung.

(38)

yang telah dijalankan dari mulai awal hingga akhir dari proses

pendampingan, dengan dikaitkan dengan teori.

Bab VIII: PENUTUP

(39)

A

A

A

Pendampingan yang dilakukan tetap melihat kaidah yang ada, walaupun

kejadian yang ada di lapangan tidak dapat di prediksi. Pendampingan ini

menggunakan teori

teori yang mendasari ABCD

(

sset

➚ ➪➶ ➹

d

omm

unity

evelopment)

. Teori yang mendasari ABCD ini mengutamakan pemanfaatan aset

dan potensi yang telah ada dan dimiliki oleh masyarakat, yang selanjutnya dijadikan

bahan yang memberdayakan sebuah masyarakat.

A.

➲➷➬➮ ➱✃❐❒❮➼➷❒❮ ❰Ï

D

❰Ï❰Ð➺Ñ➬Ò ❰Ð Ó❮➬Ô ❰➬

B

Ñ ➱Õ ❰❒❮ ❒➵❒Ñ➮

Teori kontruksi sosial menurut Peter Berger dan Thomas Luckmann

mengemukakan bahwa komunikasi antar manusia adalah proses utama dalam

membuat, memelihara atau mengembangkan, dan mengubah realitas untuk masa

depan.

16

Dalam proses pendampingan ABCD yang menjadi awal pendampingan

adalah melakukan komunikasi dengan masyarakat yang mengarah kepada hal hal

yang positif. Sebagaimana pada dasarnya pendekatan ABCD dilakukan pertama

kali dengan memberikan pertanyan

pertanyan yang bersifat positif, seperti

mengenai kekuatan, keberhasilan, nilai nilai, harapan, dan mimpi yang dapat di

raih dan dirubah oleh masyarakat itu sendiri. Pemberian pertanyaan tersebut

merupakan langkah dari

appreciative in

quiry

, yang merupakan metode dalam

pendekatan ABCD.

16

Diana Whitney dan Amanda Trosten-Bloom,

The Power Of Appreciative Inquiry: A Practical

(40)

Menurut Diana Whitney dan Amanda Trosten-Bloom dalam buku The

Power Of Appreciative Inquiry, mengakatakan:

Appreciative Inquiry is the study of what gives life to human

systems when they function at their best.

This approach to personal change

is based on the assumption that questions and dialogue about strengths,

successes, values, hopes, and dreams are themselves transformational.

17

Maksud dari pengertian tersebut Appreciative Inquiry adalah

pembelajaran yang mengajarkan kehidupan kepada manusia untuk memfungsikan

sistem mereka berfungsi sebaik mungkin. Pendekatan ini adalah pendekatan

perubahan individu dan perubahan kelompok yang didasari asumsi pertanyaan dan

dialog mengenai kekuatan, keberhasilan, nilai nilai, harapan dan mimpi dapat

berubah oleh diri mereka sendiri.

Menurut Agung Suprapto Dwi Cahyono dan Koentjoro dalam jurnal

Gadjah Mada Journal Of Professional Psychology, Appreciative Inquiry

menekankan kepada penumbuhan visi baru yang berupaya memperluas

pengetahuan mengenai kondisi ideal yang lebih baik, mereduksi munculnya sikap

defensive, dan mengembangkan kepercayaan diri untuk melakukan tindakan

positif.

18

Sebagaimana menurut Christopher Dureau dalam buku Pembaru dan

Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, appreciative inquiry adalah sebuah proses

yang mendorong perubahan positif (alam organisasi atau komunitas) dengan fokus

pada pengalaman puncak keberhasilan masa lalu. Metodologi ini mengandalkan

wawancara dan bertutur cerita yang memancing memori positif, serta analisis

17

Ibid, hal 1.

18

Agung Suprapto Dwi Cahyono dan Koentjoro, Appreciative Inquiry Coacing Untuk

(41)

kolektif terhadap berbagai kesuksesan yang ada. Analisis ini kemudian menjadi titik

referansi untuk merancang perubahan organisasi atau aksi komunitas di masa

mendatang.

19

Appreciative inquiry melibatkan seni dan praktik bertanya memperkuat

kapasitas sebuah sistem untuk memahami, mengantisipasi, dan meningkatkan

potensi positif yang ada. Proses pencarian terus menerus di lakukan melalui

penciptaan pertanyaan yang positif dan tak bersayarat, yang biasa melibatkan

ratusan bahkan ribuan orang. Appreciative inquiry terfokus pada kecepatan

berimajinasi dan berinovasi, bukan pada kenegatifan, kritik, dan diagnosis berbelit

yang biasa digunakan dalam organisasi.

20

Appreciative inquiry sendiri memiliki delapan prinsip prinsip dasar. Di

dalam prinsip tersebut memiliki beberapa prinsip penting yang relevan dalam

pendampingan yang telah dilakukan oleh fasilitator saat dilapangan. Prinsip

prinsip dasar yang relevan tersebut ialah:

21

1. Prinsip Konstruksionis (The Constructionist Principle)

Word creates world, artinya adalah kata

kata mencipta dunia. Makna

mencipta ialah diciptakan secara sosial melalui bahasa dan percakapan.

Sehingga apa apa yang di bicarakan ke individu atau kelompok dapat

mempengaruhi mereka. Hal ini yang dimaksud ialah segala sesuatu yang

dibicarakan kepada individu atau kelompok merupakan hal yang positif,

19

Chirstopher Dureau,

Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan,

Terj. Dani W.

Nugroho, (Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme, 2013),

hal 97.

20

Ibid, hal 93.

21

Diana Witney dan Amanda Trosten-Bloom,

The Power Of Appreciative Inquiry: A Practical

(42)

sehingga hal

hal positif tersebut dapat mempengaruhi mereka untuk

melakukan perubahan melalui pembicaran yang positif tersebut.

2. Prinsip simultan (The Simultanety Principle)

Inquiry creates change, artinya adalah proses bertanya akan menciptakan

perubahan. Begitu saat kita mengajukan pertanyaan, kita telah mulai

menciptakan perubahan. Prinsip simultan ini merupakan prinsip yang

menjadi stimulus atau pancingan kepada individu atau kelompok untuk

bergerak menuju perubahan. Menstimulus kelompok pertama kali yaitu

dengan memberikan pertanyaan pertanyaan yang tentunya bersifat positif,

sehingga dari proses pemberian pertanyaan

pertanyaan positif tersebut

maka individu atau kelompok akan memikirkan jawaban yang tentunya juga

bersifat positif. Sehingga dalam prinsip ini saat mengajukan pertanyaan

pertanyaan kita telah menciptakan perubahan dalam individu atau kelompok.

3. Prinsip puitis (The Poetic Principle)

We can choose what we study, artinya adalah kita dapat memilih apa yang

ingin kita pelajari. Kelompok bagaikan buku yang terbuka, yang menjadi

sumber informasi dan pembelajaran yang tak ada habisnya. Prinsip ini

menganggap bahwa kelompok atau masyarakat merupakan sumber informasi

dan pembelajaran untuk bergerak secara kolektif melakukan perubahan.

4. Prinsip Antisipasi (The Anticipatory Principle)

(43)

yang dimiliki tentang dirinya. Prinsip ini memiliki inti bahwa dalam

mencipatakan perubahan dapat melalui gambaran gambaran positif yang

telah masyarakat fikirkan. Gambaran

gambaran tersebut merupakan

gambaran masa depan postif yang ingin di wujudkan.

5. Prinsip positif (The Positive Principle)

Positive questions lead to positive change, maksudnya adalah pertanyaan

positif dapat menghasilkan perubahan positif. Jika kita mengubah dialog

internal (segala sesuatu yang dibicarakan dalam sebuah kelompok berbicara

hal yang postif), maka kita telah melakukan sebuah perubahan. Hal hal yang

telah dibicaran kepada kelompok sangat mempengaruhi kelompok itu sendiri.

Dalam pemberdayaan berbasis aset ini memiliki dasar dimana yang

dikerjakan senantiasa bersifat positif, sehingga dialog yang dilakukan

bersama kelompok yang bersifat positif dapat mempengaruhi kelompok itu

sendiri untuk juga berfikir postif.

6. Prinsip Keutuhan (The Wholeness Principle)

(44)

7. Prinsip Bertindak (The Enactment Principle)

Acting as if is self fulfilling, maksudnya adalah untuk benar

benar

membuat perubahan, kita harus menjadi perubahan yang ingin kita lihat .

Dalam proses melakukan perubahan yang memiliki peran penting adalah

kelompok masyarakat itu sendiri. Merekalah yang bertindak dalam

melakukan proses perubahan tersebut. Mereka yang merasakan disetiap

proses bergerak melakukan perubahan yang mereka inginkan.

8. Prinsip Bebas Memilih (The Free Choice Principle)

Free choice liberates power, maksudnya adalah setiap individu akan bekerja

lebih baik dan lebih berkomitmen ketika mereka mempunyai kebebasan

untuk memilih bagaimana dan apa yang ingin mereka kontribusikan.

Memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk memilih apa yang

dapat mereka kontribusikan kepada anggota kelompok lain dapat

meningkatkan hal dapat mereka emban untuk menjalani setiap proses

perubahan yang mereka ingin wujudkan bersama.

B.

Ö×Ø ÙÚÛ× ÙÜÝÞ ßÞ àáØ â ÚÞ ã

D

ÞãÞ äÛ×àå×æÞ çÞà

B

× ÙÝÞâ Úâè×æÜÞçÞ à

Teori perubahan adalah sebuah dalil atau pernyataan yang

mendeskripsikan usulan langkah langkah mencapai hasil yang diinginkan.

22

Teori

perubahan memberi alasan mengapa kita terlibat dalam sejumlah kegiatan untuk

mencapai hasil akhir yang diinginkan. Sebuah teori umumnya menyatakan

22

Chiristoper Derau,

Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan,

Terj. Dani W. Nugroho,

(45)

menyatakan bahwa saat seseorang atau kelompok terlibat dalam sejumlah kegiatan

maka hasil akhirnya bisa diperkirakan atau apa yang kita yakinkan akan terjadi.

23

Perubahan sosial yang dikemukakan oleh August Comte membagi dalam

dua konsep penting yaitu

Social Static

(bangunan structural) dan

Social Dynamics

(dinamika structural). Bangunan struktural merupakan hal-hal yang mapan, berupa

stuktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai

struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi dan menunjang orde, tertib

dan kestabilan masyarakat. Bangunan struktural merupakan konsep perubahan

sosial yang dimana, perubahan sosial tersebut dapat terwujud dari adanya struktur

sosial yang ada di dalam masyarakat.

24

Seperti halnya yang dapat dikatakan sebagai

struktur sosial salah satunya adalah pemerintahan desa (kepala desa). Kepala desa

merupakan struktur sosial yang ada di masyarakat. Khususnya sebuah desa. Peran

kepala desa ini merupakan peran yang penting dalam mendorong terjadinya suatu

perubahan sosial yang telah diinginkan. Bangunan struktural seperti peran kepala

desa yang ada di sebuah masyarakat diyakini dapat menunjang terjadinya

perubahan sosial, dengan memiliki kekuatan sebagai kepala desa. Kepala desa

dapat menertibkan dan menstabilkan sebuah masyarakat.

Sementara dinamika sosial merupakan hal-hal yang berubah dari suatu

waktu ke-waktu yang lain, yang dibahas adalah dinamika sosial dari struktur yang

berubah dari waktu kewaktu. Dinamika sosial adalah daya gerak dari sejarah

tersebut, yang pada setiap tahapan evolusi manusia mendorong ke masa (generasi)

23

Ibid.

24

Agus Salim ,

Perubahan Sosial sketsa teori dan refleksi metodologi kasus Indonesia,

(46)

ke masa berikutnya. Struktur dapat digambarkan sebagai hierarchy masyaraakat

yang memuat pengelompokaan masyarakat berdasarkan kelas-kelas tertentu (elite,

middle,

dan

lower class). Sedangkan dinamika sosial adalah proses perubahan

kelas-kelas masyarakat itu dari satu masa kemasa yang lain. Inti dari dinamika

sosial adalah suatu proses perubahan kelas atau tingkatan masyarakat dari satu masa

kemasa yang lain. Dalam hal ini adalah sejarah perubahan sosial merupakan

dinamika proses perubahan tersebut. Pada jaman dahulu dan sekarang apakah

Nampak perubahan perubahan sosil masyarakat dari waktu ke waktu. Proses

perubahan tersebut dapat tergambarkan dari adanya kelas kelas masyarakat seperti

kelas elit, menengah, dan kelas bawah. Dimana seberapa namapak kelas kelas

tersebut melakukan perubahan jumlah dan tingkat perubahan yang lainnya dari

waktu ke waktu.

Perubahan sosial (social change) memiliki ciri yaitu berlangsung terus

menerus dari waktu kewaktu, apakah dirncanakan atau tidak yang terus terjadi tak

tertahankan. Perubahan adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala sesuatu

yang ada di dunia ini akan selalu berubah. Perubahan akan mencakup suatu sistem

sosial, dalam bentuk organisasi sosial yang ada di masyarakat. Perubahan dapat

terjadi dengan lambat, sedang atau keras itu tergantung situasi (fisik, buatan, atau

sosial) yang dapat mempengaruhinya.

25

Perubahan sosial yang ada di dalam

masyarakat sudah pasti adanya, namun kecepatan perubahan sosial yang terjadi

dalam sebuah komunitas atau masyarakat tersebut biasa cenderung lambat,

dikarenakan kurang adanya keinginan atau kemauan, serta inovasi ingin melakukan

(47)

perubahan yang lebih baik. Kurang adanya hal tersebut didasari dari masyarakat

minim mendapatkan pengetahuan dari pihak

pihak yang semestinya dapat

membantu mereka. Seperti halnya pemerintahan seharusnya dapat melakukan

pedekatan

pendekatan terhadap suatu komunitas atau masyarakat, guna

membantu masyarakat itu sendiri melakukan perubahan yang lebih baik.

Masyarakat cenderung sudah biasa dalam keadaan tidak maju atau tidak

berkembang karena sudah terbiasa dalam kondisi tersebut. Kondisi tersebut biasa

terjadi sudah lama dan terus menerus dipertahankan masyarakat, karena minimnya

pengetahuan tersebut.

Mayarakat cenderung pasrah dengan keadaan dan kondisi yang tengah

dialami dalam sebuah komunitas atau masyrakat. Mereka bersikap seperti tidak

tahu apa yang mereka lakukan. Padahal dalam diri masyarakat itu sendiri adalah

salah satu penentu terjadi atau tidaknya perubahan sosial yang lebih baik itu

terwujud. Oleh karena itu perubahan sosial kearah yang lebih baik dapat terus

menurus berlangsung dengan adanya keinginan komunitas atau masyarakat itu

sendiri.

(48)

dengan harus mengeluarkan biaya untuk membeli produk produk kimia tersebut,

yang semula petani dahulu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk

dan pestisida untuk pertanian. Meski petani dahulu yang merupakan nenek moyang

petani sekarang tidak menggunakan pupuk dan pestisda kimia mereka dapat

menghasilkan panen yang baik dan berlimpah. Sementara pada pertanian yang di

lakukan petani sekarang, pertanian mereka menjadi rentan terserang hama dan

terancam gagal panen. Semua keadaan tersebut dapat terjadi ketika petani tidak

mampu menghadapi perubahan

perubahan yang terjadi, serta kurangnya

pengetahuan yang dimiliki oleh petani menjadikan perubahan tersebut terjadi.

Setiap komunitas atau masyarakat tentu mempunyai impian dan harapan

yang diinginkan untuk kehidupan mereka kedepannya. Karena bayangan tentang

masa depan akan mengarahkan jalannya perubahan dalam masyarakat itu.

26

Hal

tersebut juga merupakan dasar dari Image teori, dalam buku The Power of

Appreciative Inquiry,

image

yang ada pada masyarakat akan mempengaruhi

masyarakat. Sehingga gambaran masa depan yang dibangun masyarakat dengan

fasilitator akan mempengaruhui masyarakat itu sendiri.

27

Dalam arti positif

gambaran tentang masa depan yang diinginkan yaitu impian yang lebih baik, dapat

berfungsi mengarahkan tindakan yang perlu dilakukan untuk direncakan oleh

masyarakat. Dengan adanya impian tersebut masyarakat memahami apa yang

mereka inginkan maupun butuhkan.

26

Robert H. Lauer,

Prespektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), hal

268.

27

Diana Whitney dan Amanda Trosten-Bloom,

The Power Of Appreciative Inquiry : A Practical

(49)

C.

éêëì íîïíë ðñòî óë ô ñë

B

íõö ñì óì÷ì íø

Pendampingan masyarakat dengan berbasis asset ini merupakan suatu hal

yang memiliki daya tarik tersendiri dalam upaya memberdayakan masyarakat.

Memiliki daya tarik tersendiri maksudnya ialah membuat masyarakat menjadi

memiliki rasa kebanggaan dengan apa yang dimiliki. Masyarakat dapat berdaya

dengan menemu kenali asset dan memanfaatkan asset dengan baik dan tepat,

melalui kekuatan kekuatan yang ada pada diri masyarakat itu sendiri. Adapun

sumber daya dikaji dalam lima dimensi yang biasa disebut

Pentagonal Aset,

yaitu

sebagai berikut:

Diagram 2.1

5 Dimensi Pentagonal Aset

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa sumberdaya yang dikaji dalam

pendampingan masyarakat berbasis aset ialah dikaji dalam lima dimensi

(Pentagonal Aset) yang dapat lebih jelas diketahui sebagai berikut:

Aset Fisik

Aset Ekonomi

Aset Lingkungan

(50)

1. Aset fisik merupakan sumberdaya yang bersifat fisik, yang biasa di kenal

dengan sumberdaya alam SDA. Kaitannya dengan keadaan Desa

Watuagung khususnya Dusun Krajan memiliki sumberdaya alam yang

dikatakan subur dengan indikator terdapat banyaknya tanaman komoditas

yang tumbuh di alam atau tanah di Dusun Krajan. Serta masyarakat dusun

memiliki lahan

tegalan

milik mayarakat sendiri.

2. Aset ekonomi merupakan segala apa saja yang berupa kepemilikan

masyarakat terkait dengan keuangan dan pembiayaan, atau apapun lainnya

yang merupakan milik masyarakat terkait dengan kelangsungan hidup dan

penghidupannya. Dalam hal ini kegiatan atau pekerjaan yang digeluti oleh

masyarakat adalah sebagai petani, dimana hal tersebut termasuk atau

tergolong dakam aset ekonomi, karena dari pekerjaan tersebut masyarakat

dapat memenuhi kebutuhannya.

Aset tersebut ini harus dikembangkan dengan baik agar terwujud keinginan

dan harapan yang ingin dicapai oleh masyarakat.

3. Aset lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar dan

melingkupi masyarakat yang bersifat fisik maupun non fisik. Dalam aset

lingkungan ini dapat dilihat dari segi aspek fisiknya, Desa Watuagung

khususnya Dusun Krajan memiliki potensi dan aset banyaknya tanaman

komoditas yang tumbuh subur dengan kuantitas yang cukup berlimpah.

4. Aset manusia merupakan aset atau potensi yang terdapat dalam diri manusia

(51)

(tangan). Tiga unsur potensi ini diartikan sebagai kemampuan, ketrampilan,

pengetahuan, dan kesabaran hati, merupakan aset manusia.

5. Aset sosial merupakan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan kehidupan

bersama masyarakat, baik potensi potensi yang terkait dengan proses

social maupun realitas yang ada. Masyarakat atau petani di Dusun Krajan

merupakan keatuan sosial yang secara tidak langsung belum terorganisir

dengan baik dalam hal pengembangan potensi mereka. Belum adanya

pengorganisiran ini lah yang menjadikan masyarakat tidak mendapatkan

pengetahuan, dan ketrampilan yang baik dan benar dalam mengolah

pertanian mereka. Oleh sebab itu, maka diperluakannya pengembangan

potensi yang dimiliki yaitu berupa kekuatan kekuatan untuk lebih berdaya

dan berkembang, apabila kekuatan yang ada dikembangkan dengan baik.

(52)

untuk terlibat sebagai actor dan oleh karenanya memiliki inisiatif dalam segala

upaya perbaikan.

28

D. D

ùú

wah Bil Hal Wujud Pemberdayaan

Dakwah adalah serangkaian upaya guna dapat mewujudkan kesejahteraan

masyarakat baik di dunia maupun di akhiratkelak. Dakwah seharusnya dipahami

dengan suatu aktivitas yang melibatkan proses

tahawwul wa al taghyyur

(transformasi dan perubahan), yang berarti sangat terkait dengan upaya

taghyirul

ijtima iyah

(rekayasa sosial). Sasaran utama dakwah adalah terciptanya suatu

tatanan sosial yang di dalamnya hidup sekelompok manusia dengan penuh

kedamaian, keadilan, keharmonisan, di antara keragaman yang ada, yang

mencerminkan sisi Islam sebagai

rahmatan li al-ialamin.

29

Dakwah bil hal merupakan metode dakwah dengan menggunakan

perbuatan atau keteladanan pesannya. Dakwah bi hal bisa disebut dkwah alamiah,

yang artinya dakwah tersebut menggunakan pesan dalam wujud perbuatan nyata.

Dalam pendekatan ABCD yang merupakan pendektan pemberdayaan

masyarakat berbasis aset juga termasuk dalam dakwah bil hal. Karena dalam

pendekatan ABCD yang memanfaatkan potensi dan aset, untuk melakukan

perubahan di butuhkan aksi nyata dalam mewujudkan pemberdayaan tersebut.

seperti sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur an surat Arrum ayat 30:

28

Nadhir Salahuddin, dkk,

Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya (Aset Based

Community driven Development),

(Surabaya: LP2M UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), hal 14.

29

Soetandyo Wignyosoebroto,

Dakwh Pemberdayaan Masyarakat,

(Surabaya: Pustaka Pesantren,

(53)

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

(Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama

yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Arrum:

30).

30

Menurut tafsiran Salim Bahreisy dan Said Bahreisy dalam buku terjemah

singkat tafsir ibnu katsir, dalam ayat tersebut Allah berfirman, bahwa hadapkanlah

wajahmu dengan lurus kepada agama Allah yang telah disyari atkannya untukmu

dari agama Ibrahum yang ditunjukkannya kepadamu dan telah disempurnakannya

sesempurna sesempurnanya, sedang engkau tetap di atas fitrah yang Allah telah

ciptakannya bagi manusia dan sekali kali tidak ada perubahan pada fitrah itu, ialah

yang mendasari dan menjiwai agama Islam yang lurus, akan tetapi kebanyakan

manusia tidak mengetahui.

31

Adapun penjelasan dari makna ayat diatas, menjelaskan bahwa umat

manusia telah memiliki fitrahnya masing masing seperti potensi yang ada pada

diri mereka. Manusia memiliki fitrahnya yaitu mempunyai potensi dalam diri untuk

berdaya. Dengan senantiasa berpegang teguh pada agama Islam yang dapat

menpurnakan manusia itu sendiri. Sama dengan dalam ayat Al Qur an berikut,

30

Departemen Agama RI,

Al Qur an dan Trerjemahannya, (Bandung: Syaamil Qur an, 2007),

Hal 798.

31

Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir jilid 6, (Surabaya: PT

(54)

yang juga menjelaskan mengenai pemanfaatan aset dan potensi yang telah di miliki.

Adapun ayat Al Qur an tersebut dapat di lihat sebagai berikut:

Artinya: Dan jagnganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak

mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,

penglihatan, dan hati, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.

(QS Al Israa: 36).

32

Makna yang terkandung pada ayat tersebut ialah janganlah kamu (sebagai

umat manusia) mengatakan bahwa kamu melihatnya, padahal kamu tidak

melihatnya, atau kamu katakan kamu mendengarnya padahal kamu tidak

mendengarnya, atau kamu katakan bahwa kamu mengetahuinya padahal tidak

mengetahuinya. Karena sesungguhnya Allah kelak akan meminta pertanggung

jawaban darimu tentang hal itu secara keseluruhan.

33

Inti dari ayat ini adalah bagaimana kita (umat manusia) mengolah potensi

yang terdapat dalam ayat ini dengan sebaik baiknya karena ketika kita (umat

manusia) menggunakan potensi ini, maka cara kita menggunakannya akan

mendapat pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Ayat tersebut juga dipertegas dengan ayat dalam Al Qur an surat Ar

Ra d 11 Sebagai berikut:

32

Departemen Agama RI,

Al Qur an dan Trerjemahannya, (Bandung: Syaamil Qur an, 2007),

Hal 54.

(55)

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu

kaum. Sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,

maka tidak ada yang dapat menolaknya dan sekali

kali tidak ada

pelindung bagi mereka selain Dia. (QS Ar Ra d 11)

34

Allah SWT berfirman bahwa Dia tidak mengubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hakim dari Ibrahim yang berkata, Allah Telah

mewahyukan firmanNya kepada seorang diantara nabi

nabi bani israil,

katakanlah kepada kaummu bahwa tidak ada penduduk suatu desa atau penghuni

suatu rumah yang taat beribadah kepada Allah, kemudian mengubah keadaannya

dan bermaksiat, melainkan diubahlah oleh Allah keadaan mereka suka dan senang

menjadi keadaan yang tidak disenangi.

35

Maksud dari ayat diatas adalah kita sebagai umat manusia yang hidup

bergerombol (komunitas atau masyarakat) akan mendapatkan kemudahan yakni

suatu keadaan yang baik dan sejahtera jika kita sebagai manusia yang merubah

keadaan keadaan tersebut. dengan kata lain untuk mendapatkan keadaan yang

baik dan sejahtera, kita sendirilah yang berjuang dan berusaha untuk mendapatkan

34

Departemen Agama RI,

Al Qur an dan Trerjemahannya, (Bandung: Syaamil Qur an, 2007),

Hal 465.

(56)
(57)

M

ODOLOGI

DAM

I GA

A.

ÿ

e

de

a

a

✁ÿ

e

da

☎ ✆

i

ga

✝✞✟ ✠✡☛ ☞✌✟ ✍✡✟ ✎✡✟✍ ✠✌ ✏✡✑ ✒✑✡✟ ☞✡ ✠✡ ✡✟ ✍ ✍✓✔✡ ✑ ✞✏ ✓☛☞✓✑ ✕✖ ✗ ✘✙✖ ✙

☞✞✚✞☛ ☞ ✒✡✟ ✠✌ ✛✒✜✒✟ ✢✚✡✣✡✟ ✛✞✜✡ ✤✡✔ ✒✡✍✒✟✍ ✌✟ ✌ ☛ ✞✟ ✍ ✍✒✟ ✡✑ ✡✟ ☞✞ ✟ ✠✞✑✡✔✡✟

✥✦✧★✛✩ ✪ ✗✗ ✫✬ ✭✖✗✫✮ ✯ ✰✱✱✲ ✙ ✘✬✳ ✴ ✫✵ ✫✶✰✷✱ ✫✙ ✬✸ ✠✌☛ ✡✟✡

☞✞✟ ✠✡☛ ☞✌✟✍✡✟ ✠✡✏✡☛

☞✞✟ ✠✞✑✡✔✡✟✌✟ ✌☛✞✟✍✒✔✡☛ ✡✑✡✟☞✞☛ ✡✟✹✡✡✔✡✟☞✓✔✞✟✜✌✠✡✟✡✜✞✔✎✡✟✍✔✞✏✡✺☛✡✜✎✡✚ ✡✑✡✔

☛ ✌✏✌✑✌ ✻✝✞✟✠✡☛☞✌✟✍✡✟✼✞✚ ✼✡✜✌✜✡✜✞✔☛✞✟✍✞ ✠✞ ☞✡✟✑ ✡✟✑ ✞✑ ✒✡✔✡✟✠✡✟

Gambar

   Gambar 3.1
   Gambar 3.2
   Gambar 3.3
Gambar 3.4Inkulturasi Dengan BPP (Balai Penyuluh Pertania)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis terhadap variabel isi pesan, struktur pesan, format pesan dan sumber pesan berpengaruh sebesar 0,496 (R 2 ) atau sebesar 49,6% secara bersama terhadap

1) Yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum Islam yakni muslim, aqil dan baligh. 33 Undang-Undang Kompilasa Hukum Islam...hlm.. 1)

Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa di kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol, yang berarti bahwa model problem

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Penerapan metode pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih dapat meningkatkan

a) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitan ini antara model threshold paling baik yang digunakan untuk identifikasi daerah bekas terbakar dari citra Landsat 8

Kemudian penetapan nilai ambang batas curah hujan terhadap kejadian kebakaran dengan mengambil tingkat kepercayaan minimal 80% didapatkan rentang sebagai berikut: nilai

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber, diantaranya pengelola observatorium Teungku Chiek Kuta Karang dari Kantor Wilayah