MAKAM GUS DUR DAN PERUBAHAN SOSIAL DI DESA
CUKIR KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Unversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos.) Dalam Bidang Sosiologi
Oleh :
RYAN JOHANANTO
B05210041
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Ryan Johananto, 2017.
Makam Gus Dur dan Perubahan Sosial Masyarakat Desa Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
. Skripsi Program Studi
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Kata Kunci
: Makam Gus Dur, Perubahan Sosial.
Penelitian ini berbicara tentang perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat
Tebuireng, setelah adanya makam K.H Abdurrahman Wahid atau biasa akrab dipanggil Gus
Dur. Dilihat dari latar belakangnya, perkampungan yang dulunya hanyalah deretan rumah
penduduk biasa, sekarang menjadi sebuah pasar yang cukup menguntungkan. Bukan hanya
pasar saja yang berkembang, tetapi mereka juga membangun penyewaan rumah-rumah sebagai
lapak berjualan maupun penginapan dengan harga rendah hingga hotel yang tersedia tepat di
depan pondok pesantren Tebuireng.
Ada dua persoalan yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu (1) 1.
Bagaimana
bentuk perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir, Kecamatan Diwek,
Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di makamkan di sana, (2) Bagaimanakah implikasi dari
perubahan sosial yang yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir, Kecamatan Diwek,
Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di makamkan di sana ?.
Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam
penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui metode
wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian disajikan secara
deskriptif dan dianalisis dengan teori Konstruksi Sosial Peter Ludwig Berger dan Thomas
Luckman.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI. ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ... iv
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI. ... v
ABSTRAK. ... vi
KATA PENGANTAR. ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL. ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN. ... 1
A.
Latar Belakang Masalah. ... 1
B.
Rumusan Masalah. ... 5
C.
Tujuan Penelitian. ... 6
D.
Manfaat Penelitian. ... 6
E.
Definisi Konsep ... 7
F.
Metode Penelitian. ... 11
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian. ... 11
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 12
3.
Subyek Penelitian. ... 12
4.
Tahap-tahap Penelitian. ... 13
5.
Teknik Pengumpulan Data. ... 15
6.
Teknik Analisis Data. ... 18
7.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. ... 20
G.
Sistematika Pembahasan. ... 20
H.
Jadwal Penelitian. ... 21
BAB II KAJIAN TEORI. ... 22
A.
Kajian Pustaka. ... 22
1.
Makam Gus Dur. ... 22
B.
Kerangka Teoretik. ... 29
C.
Penelitian Terdahulu yang Relevan. ... 32
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. ... 42
A.
Deskripsi Umum Lokasi Penelitain. ... 42
1.
Deskripsi Umum Desa Cukir. ... 42
2.
Kondisi Geografis Desa Cukir. ... 43
3.
Kondisi Demografi Desa Cukir. ... 46
4.
Potensi Sumber Daya Alam. ... 46
5.
Potensi Unggulan Desa. ... 47
B.
Deskripsi Hasil Penelitian. ... 47
1.
Sejarah Wisata Religi Makam Gus Dur. ... 47
2.
Kondisi Wisata Religi Makam Gus Dur ... 49
3.
Nilai Ekonomis Kegiatan Ziarah Makam Gus Dur. ... 51
Peran Wisata Religi Makam Gus Dur Dalam Membangun Kehidupan
Sosial Ekonomi Masyarakat. ... 57
Kehidupan Sosial Ekonomi Di Wisata Religi Makam Gus Dur Pondok
Pesantren Tebuireng Jombang ... 62
C.
Temuan. ... 66
D.
Relevansi dengan Teori konstruksi Sosial Peter L.Berger dan Thomas
Luckman. ... 69
BAB IV PENUTUP. ... 74
A.
Kesimpulan. ... 74
B.
Saran. ... 75
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Wawancara Dengan Ainun Remaja Setempat. . ... 59
Gambar 1.2 Wawancara Dengan Pak Waldi Penjual Buku (Pengurus Paguyuban
Pedagang Wilayah Makam Gus Dur)... 60
Gambar 1.3 Jasa Penitipan Motor Milik Bu Sulis... 61
Gambar 1.4 Pintu Gerbang Terminal dan Museum Makam Gus Dur ... 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan sosial masyarakat akan senantiasa mengalami
perubahan baik perubahan yang diinginkan maupun tidak diinginkan, yang
didisengaja maupun tidak disengaja. Seperti proses pertumbuhan manusia,
awal mula mereka dilahirkan sebagai seorang bayi sampai proses
pertumbuhan berkembang dengan baik, hingga manusia bisa tumbuh
dewasa sampai akhirnya meninggal dunia, semua itu melalui proses.
Proses perubahan tersebut tidak lepas dari kehidupan sosial, menyangkut
lingkungan, ekonomi, norma, aturan dan lain sebagainya.
Pada saat manusia hidup dan tumbuh dewasa hingga akhirnya
meninggal dunia pasti akan melibatkan kehidupan sosial di lingkungan
sekitar mereka. Ketika salah satu diantara mereka meninggal dunia, pasti
masyarakat disekitarnya akan turut berbela sungkawa dan ikut serta
bertakziah maupun mengantarkan jenazah sampai ke tempat peristirahatan
yang terakhir, atau yang biasa disebut makam atau sama halnya dengan
kubur1.
2
Menurut islam2 pengertian makam yaitu tempat untuk
memakamkan jenazah atau lubang dalam tanah yang digunakan sebagai
tempat untuk menyimpan atau menguburkan orang yang telah meninggal.
Ketika seseorang meninggal dunia semua urusan duniawai akan
ditinggalkan, seseorang tersebut tidak akan mengalami perubahan sosial
lagi. Karena semua makhluk hidup pasti mengalami perubahan, salah
satunya pasti akan meninggal dunia.
Perubahan bisa terjadi disebabkan oleh kepentingan-kepentingan
yang tidak terbatas. Perubahan akan nampak ketika tatanan dan kehidupan
masyarakat yang lama dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan
masyarakat yang baru. Perubahan yang terjadi dapat merupakan sebuah
kemajuan atau justru kemunduran.
Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi dengan
sendirinya. Pada umumnya, ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam
munculnya perubahan sosial. Faktor tersebut dapat digolongkan pada
faktor dari dalam dan faktor dari luar masyarakat3. Begitu juga dengan
perubahan yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir, Kecamatan Diwek,
Kabupaten Jombang.
Salah satu perubahan sosial terjadi di desa ini karena faktor dari
luar, yakni dimakamkannya tokoh nasional yang pernah menjadi salah satu
presiden RI yaitu K.H Abdurrahman Wahid, yang biasa dikenal sebagai
Gus Dur. Di desa ini hampir seluruh masyarakat mengenal nama beliau.
2 Partanto Barry, Kamus Ilmiah, (Surabaya: Arloka, 2003), hal. 77
JacobusRanjabar, Perubahan Sosial Dalam Teori Makro, (Bandung :Alfabeta, Tt), hal.
3
Selain sebagai presiden, beliau juga dikenang sampai penyusun dan
perombak sistem kenegaraan. Pada masa rezim Orde Baru, demokrasi
tidak berjalan dengan baik. Pemerintahan dikuasai oleh para elit dan
penguasa saat itu. Ketika Gus Dur menjadi Presiden RI ke 4, demokrasi
dibuka seluas-luasnya. Siapapun boleh menyuarakan aspirasi dan
pendapatnya masing-masing. Perbedaan menjadi suatu hal yang wajar.
Bahkan, media asing pun bebas meliput keseharian dari Gus Dur.
Gus Dur adalah sosok yang sarat akan pembaharuan. Dia berani
mengukuhkan mekanisme pemikiran demokratis bagi Indonesia yang
mayoritas beragama Islam. Menurutnya mekanisme pemerintahan
demokratis akan menjadi satu peluang yang menguntungkan umat Islam
itu sendiri.4
Selain aktif di dunia politik, Gus Dur juga aktif dalam dunia
pesantren di Indonesia. Beliau merupakan penceramah kondang yang
sangat dihormati dan sangat dekat dengan masyarakat terutama warga
Nahdlatul Ulama (NU). Kakeknya adalah pendiri organisasi Islam terbesar
di Indonesia.
Ketika beliau wafat pada tahun 2009 akibat berbagai komplikasi
penyakit yang dideritanya sejak lama. Beliau di makamkan di pondok
pesantren Tebuireng Jombang yang terletak di Desa Cukir, Kecamatan
PuputNoerFitriHasanah, 2015, Melanjutkan Kembali Perjuangan Gus Dur
diakses pada tanggal 17 September 2015 dari http://santrigusdur.com/2015/06/melanjutkan-kembali-perjuangan-gus-dur/
4
Diwek, Kabupaten Jombang.5 Kharisma Gus Dur ternyata tidak hanya
terjadi ketika beliau masih hidup, tetapi sampai beliau meninggal dunia,
sejak dimakamkan sampai sekarang makam beliau tidak pernah sepi dari
peziarah baik dari Jombang maupun dari luar Jombang. Sehingga, suasana
Desa Cukir pun menjadi berubah.
Munculnya berbagai bentuk aspek perubahan yang terjadi
dimasyarakat sekitar salah satu bentuk perubahan yang mencolok adalah
kondisi perekonomian masyarakat sekitar pesantren Tebuireng. Semenjak
meninggalnya Gus Dur, perkampungan yang berada di sekitar makam
telah mengalami banyak sekali perkembangan yang pesat. Yang dulunya
hanyalah perkampungan biasa, berubah menjadi pasar yang sangat
menggerakkan roda perekonomian.
Perkampungan yang dulunya hanyalah deretan rumah penduduk
biasa, sekarang menjadi sebuah pasar yang cukup menguntungkan. Bukan
hanya pasar saja yang berkembang, tetapi mereka juga membangun
penyewaan rumah-rumah sebagai lapak berjualan maupun penginapan
dengan harga rendah hingga hotel yang tersedia tepat di depan pondok
pesantren Tebuireng.
Hal menarik yang dapat ditemui ialah peziarah yang memiliki
keyakinan yang berbeda. Inilah yang menjadi keunikan tersendiri.
Peziarah yang datang bukan hanya orang- orang biasa, akan tetapi pejabat
negara dan banyak kyai pondok lain-pun ikut berziarah ke makam beliau.
5
Bahkan, negara seperti Belanda, Thailand, dan Malaysia juga berziarah ke
makam beliau.
Dapat di ketahui bahwa memang peran Gus Dur di dalam
masyarakat pun memang sangat berpengaruh. Baik sebelum meninggal
maupun sesudah beliau meninggal. Sebelum meninggal beliau memiliki
banyak sekali peran yang memang sudah terbukti merubah banyak
masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Adapun peran beliau setelah
meninggal, yaitu status kesejahteraan warga setempat pun ikut meningkat
dengan adanya kawasan perdagangan di area makam gus Dur.
Dari deskripsi tentang perubahan social ekonomi masyarakat
sekitar makam Gus Dur yang berada di wilayah pondok pesantren
Tebuireng tersebut, peneliti kemudian merasa tertarik untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya bentuk perubahan sosial yang terjadi pada
masyarakat Desa Cukir. Apa implikasi dari perubahan sosial tersebut pada
masyarakat Desa Cukir.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan setting penelitian diatas, peneliti merumuskan
masalah dalam dua bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat
Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang setelah Gus Dur
6
2. Bagaimanakah implikasi dari perubahan sosial yang yang terjadi pada
masyarakat Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang
setelah Gus Dur di makamkan di sana ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan peneliti ini memiliki tujuan
dalam penelitiannya yakni sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bentuk perubahan sosial pada masyarakat Desa
Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di
makamkan di sana.
b. Untuk mengetahui implikasi perubahan sosial pada masyarakat Desa
Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang setelah Gus Dur di
makamkan di sana.
D. Manfaat Penelitian
Setelah adanya penelitian tentunya akan diperoleh manfaat atau
kegunaan dari penelitian itu sendiri baik secara teoritis dan praktis.
Penelitian ini akan bermanfaat secara teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan kajian
tentang perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat karena
7
b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan kontribusi
pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti bidang
kajian yang sama.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
pemimpin dan masyarakat Desa Cukir untuk bisa mengelola
perubahan sosial yang terjadi pada meraka dengan baik, sehingga
hal-hal negatif dari perubahan sosial tidak akan terjadi.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
masyarakat lainnya secara umum tentang perubahan-perubahan
sosial yang terjadi di Desa Cukir setelah dimakamkannya Gus Dur.
c. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini bisa menambah pengetahuan,
dan pengalaman baru mengenai perubahan-perubahan yang terjadi
di masyarakat, sehingga bisa menerapkan teori-teori yang relevan
dengan fenomena yang terjadi, sekaligus sebagai jalan untuk
memperoleh gelar sarjana soaial di bidang Sosiologi.
E. Definisi Konsep Makam Gus Dur
Makam merupakan tempat disemayamkannya jasad seorang
ketika sudah meninggal. Makam sering dikeramatkan dan dijadikan tempat
mencari berkah, terutama makam tokoh keagamaan dan makam leluhur
8
Dur. Makam Gus Dur terletak di daerah dusun Tebuireng Desa Cukir,
sekitar 10km dari pusat kota Jombang, lebih tepatnya di kawasan pendok
pesantren Tebuireng.
Di pondok pesantren ini terdapat makam keluarga keturunan
K.H.M. Hasyim Asy’ari. Selain K.H.M. Hasyim Asy’ari, di kompleks ini
juga terdapat makam putra dan cucu Beliau yaitu K.H.A. Wahid Hasyim
dan Gus Dur. Sebelum dimakamkannya Gus Dur, kompleks makam ini
dikunjungi oleh kaum kerabat saja, tetapi setelah Gus Dur dimakamkan,
kompleks makam ini menjadi selalu ramai dikunjungi para peziarah
terutama pada hari libur. Kekaguman dan kekuatan emosional terhadap
sosok Gus Dur, membuat masyarakat luar daerah Jombang maupun
masyarakat Jombang sendiri mengunjungi makam Beliau. Masyarakat
menjadikan makam ini sebagai salah satu destinasi wisata ziarah.
Perubahan Sosial
Setiap masyarakat manusia, selama hidup pasti mengalami
perubahan-perubahan yang dapat mencolok maupun yang biasa, yang
pengaruhnya terbatas maupun yang luas. Ada juga perubahan-perubahan
yang berjalan lambat, tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Tidak
ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada satu titik tertentu sepanjang
jaman.
Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang
9
antara keadaan dalam sistem tertentu pada waktu yang berlainan. Untuk itu
konsep dasar mengenai perubahan sosial menyangkut tiga hal, yaitu:
petama, studi mengenai perbedaan; kedua, studi harus dilakukan pada
waktu yang berbeda; dan ketiga, pengamatan pada system sosial yang
sama.6 Artinya bahwa untuk dapat melakukan studi perubahan sosial, kita
harus melihat adanya perbedaan atau perubahan kondisi objek yang
menjadi fokus studi. Kedua, studi perubahan harus dilihat dalam konteks
waktu yang berbeda, dengan kata lain kita harus melibatkan studi
komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda. Ketiga, objek yang
menjadi fokus studi komparasi tersebut haruslah objek yang sama.
Selo Soemardjan dan Soelaiman berpendapat bahwa perubahan
sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk kelompok-kelompok dalam masyarakat.7 Studi
perubahan sosial melibatkan dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang
menunjuk pada wilayah terjadinya perubahan sosial serta kondisi yang
mellingkupinya.Dimensi ini mencakup pula konteks historis yang terjadi
pada wilayah tersebut. Dimensi waktu dalam studi perubahan meliputi
konteks masa lalu (past), sekarang (present), dan masa depan (future).
Konteks waktu merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam
melakukan studi perubahan sosial.
6Nanang Martono, Sosiologi Suatu Pengantar, I (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada,
2012), hal 2-3
7Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial terjemahan Alimandan (Jakarta: Prenada,
10
Perubahan sosial adakalanya hanya terjadi pada sebagian ruang
lingkup, tanpa menimbulkan akibat besar terhadap unsur lain dari system
tersebut. Namun, perubahan mungkin juga mencakup keseluruhan atau
sekurang-kurangnya mencakup inti aspek sistem, dan menghasilkan
perubahan secara menyeluruh dan menciptakan sistem yang secara
mendasar.
Dalam hal ini, perubahan sosial yang dimaksud ialah mengenai
bagaimana perubahan sosial yang terjadi di masyarakat desa Cukir karena
adanya makam Gus Dur, yang dulunya hanya ada pondok pesantren
Tebuireng, dan sekarang ramai pengunjung karena adanya makam Gus
Dur di pondok pesantren Tebuireng.
Ada berbagai bentuk aspek perubahan yang terjadi dimasyarakat
Cukir tersebut, salah satu bentuk perubahan yang mencolok adalah kondisi
perekonomian masyarakat sekitar pondok pesantren Tebuireng. Semenjak
meninggalnya Gus Dur, perkampungan yang berada di sekitar makam
telah mengalami banyak sekali perkembangan yang pesat. Wilayah
tersebut dulunya hanyalah perkampungan biasa, namun saat ini berubah
menjadi pasar yang dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat
itu sendiri.
Perkampungan yang dulu hanyalah deretan rumah penduduk
biasa, sekarang menjadi sebuah pasar yang cukup menguntungkan. Tidak
11
rumah sebagai lapak berjualan maupun penginapan dengan harga rendah
hingga hotel yang tersedia tepat di depan pondok pesantren Tebuireng.
F. Metode Penelitian
Secara ringkas metode dapat diartikan cara, tahapan-tahapan
kegiatan yang dilakukan dalam memecahkan masalah yang akan diteliti.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini sebagai
berikut :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan dan jenis penelitian
kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
misalnya pelaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.8
Pendekatan metode kualitatif, dapat memberikan
gambaran kepada peneliti tentang fenomena-fenomena dan
fakta-fakta sosial yang berkaitan dengan makam Gus Dur dan perubahan
sosial masyarakat. Tentunya dengan menginterpretasikan
fakta-fakta yang diperoleh di lapangan dengan tepat.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,Edisi Revisi, (Bandung: PT
12
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi atau wilayah ini adalah desa Cukir, kecamatan
Diwek, kabupaten Jombang. Desa Cukir berbatasan dengan
beberapa wilayah, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan desa
Kwaron dan Jatirejo, di sebelah selatan berbatasan dengan desa
Kayangan dan Bendet, sedangkan sebelah barat berbatasan
dengan desa Grogol, lalu di sebelah timur berbatasan dengan
desa Keras. Luas wilayahnya adalah 1.115,09 Ha. Dengan
jumlah penduduk 6.714.9
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan dimulai pada
September-Januari 2016.
3. Pemilihan Subyek Penelitian
Dalam pemilihan subyek penelitian, peneliti menggunakan
metode purposive sampling karena sampel diambil sesuai dengan
kriteria tertentu untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh
tentang masalah dalam penelitian ini. Kriteria informan dalam
penelitian ini didasarkan pada :
a. Mengetahui sejak awal tentang adanya makam Gus Dur yang
berlokasi di pesantren Tebuireng di Desa Cukir
13
b. Masyarakat yang sudah tinggal lama di wilayah sekitar pesantren
Tebuireng
c. Pekerjaan atau mata pencaharian penduduk asli di desa ini
sebelum dan sesudah adanya makam Gus Dur.
Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah kepada
sebagian masyarakat Desa Cukir yang terdiri dari (laki-laki,
perempuan, yang berusia muda, dewasa, maupun tua), bapak
Sutomo selaku Kepala Desa, bapak Waldi selaku salah satu ketua
paguyuban makam Gus Dur, bapak Muzamil selaku sekertaris Desa
Cukir, bapak Syaifudin selaku Security pintu masuk makam Gus
Dur, bapak Jeta selaku Ketua RT di gang 5, saudari Ainun selaku
remaja setempat, bapak Yudi selaku pedagang tahu yang berasal dari
Kediri (pendatang), ibu Sulis selaku layanan jasa penitipan motor
(ibu RT di gang 3), saudara Ridwan selaku santri pondok pesantren
Tebu ireng, serta ibu Rini selaku penjual makanan (warung makan).
4. Tahap-tahap Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap pra lapangan, peneliti berusaha memahami
14
Dalam penelitian ini, masalah yang menarik menurut
peneliti adalah fenomena adanya makam Gus Dur di Desa Cukir
yang memberi perubahan sosial terhadap masyarakat sekitarnya.
Namun fokus penelitian ini adalah bagaimana bentuk perubahan
sosial terhadap masyarakat Desa Cukir dan apa implikasi dari
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Cukir.
b. Tahap Lapangan
Tahap ini merupakan tahap dari tahap sebelumnya yang
merupakan proses berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk
pada proses penelitian dan mengurusi hal-hal penting yang
berkaitan dengan penelitian. Pertama, peneliti harus mengurus
proses perizinan. Karena ini merupakan prosedur wajib sebagai
seorang peneliti. Setelah itu barulah peneliti melakukan pencarian
data yang sesuai dengan fokus penelitiannya. Berbagai data baik
data primer dan data sekunder peneliti peroleh dengan cara
observasi serta wawancara. Sebelum melakukan penelitian secara
mendalam, peneliti mengajukan perizinan penelitian ke pihak desa.
Khususnya, kepada kepala desa dan juga kepada masyarakat desa
yang akan menjadi informan. Setelah itu peneliti melakukan
penelitian secara mendalam dengan metode wawancara, observasi
dan dokumentasi.
15
Pada tahap ini, Peneliti telah mendapatkan data-data yang
diinginkan.Data-data yang terkumpul ini kemudian dipilih sesuai
dengan rumusan masalah penelitian. Karena dalam proses
pengumpulan data, tidak semuanya sesuai dengan fokus penelitian.
Setelah data yang sesuai terkumpul peneliti melakukan analisis
terhadap data di lapangan dan membandingkan-nya dengan teori
yang digunakan dalam penelitian.Kemudian peneliti
menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan.
d. Tahap Penulisan Laporan
Penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses
pelaksanaan penelitian. Setelah komponen-komponen terkait
dengan data dan hasil analisis data serta mencapai suatu
kesimpulan, peneliti mulai menulis laporan dalam konteks laporan
penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode
dalam penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan
peneliti terkait dengan kelengkapan data.
Dalam penelitian ini, penuliasan laporan sudah mulai
dilakukan saat berada di lapangan.Penulisan laporan ini berasal
dari catatan lapangan, foto-foto maupun rekaman yang dihasilkan
dari wawancara, observasi, maupun dokumentasi yang berkaitan
dengan Makam Gus Dur dan Perubahan Sosial Masyarakat.
Kemudian penyempurnaan laporan ini dilakukan setelah penelitian
16
5. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen
pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidak suatu
penelitian.10 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode:
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya
dan panca indera yag lainnya.11 Aktivitas manusia merupakan
bentuk ekpresi dari apa yang ada di dalam dirinya yang
diaplikasikan ke dalam kehidupan dan direlevansikan dengan
kehidupan atau perilaku kesehariannya.
Untuk menyempurnakan aktivitas pengamatan
partisipatif ini, sebelumnya peneliti telah melakukan pengamatan
ke makam Gus Dur (ziarah) beberapa kali dibulan agustus.
Selain itu peneliti juga mengamati kehidupan keseharian
masyarakat sekitar makan Gus Dur.
b. Interview (Wawancara)
10Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press,
2001), hal.129.
11BurhanBungin, MetodePenelitianSosial, (Surabaya: UniversitasAirlangga Press, 2001),
17
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang
digunakan pada hampir semua penelitian kualitatif.12 Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu : pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberi
pertanyaan atas jawaban.13
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara semi struktur, dimana wawancara tersebut
bersifat bebas dalam arti peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara secara lengkap dengan jawabannya. Namun pedoman
wawancara yang digunakan hanya garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Kemudian garis-garis besar
tersebut dikembangkan sendiri oleh peneliti.
Wawancara dilakukan kepada sebagian masyarakat desa
Cukir yang terdiri dari masyarakat setempat, para peziarah yang
datang ke makam Gus Dur baik dari wilayah Jombang sendiri
maupun dari luar Jombang. Selain itu, para pedagang yang
datang dari luar wilayah Jombang dan sebagian santri pondok
pesantren serta seorang satpam yang sudah lama bekerja di
Tebuireng.
c. Dokumentasi
12HarisHerdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Sosial, (Jakarta:
SalembaHumanika, 2010), hal. 117.
13Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, EdisiRevisi, (Bandung: PT
18
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan
data kualitatif dengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subyek sendiri atau oleh orang lain
tentang subyek.14 Ada dua macam bentuk dokumentasi yang
dapat dijadikan bahan dalam penelitian, yaitu:15
Pertama adalah dokumen pribadi. Dokumen pribadi
adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang
tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Diantara macam
dokumen pribadi ialah: buku harian, surat pribadi dan
otobiografi.
Kedua adalah dokumen resmi. Dokumen resmi terbagi
atas dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal
berupa memo, pengumuman, intruksi, aturan suatu lembaga
masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangannya sendiri.
Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang
dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin,
pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
Teknik dan pengumpulan data dokumentasi adalah
pengumpulan data diperoleh dari dokumen-dokumen, data-data
yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung
data-data sekunder sedangkan data-data-data-data yang dikumpulkan dengan
14HarisHerdiansyah, MetodologiPenelitianKualitatifUntukIlmuSosial, (Jakarta:
SalembaHumanika, 2010), hal. 143.
15Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, EdisiRevisi, (Bandung: PT
19
observasi cenderung data primer atau data langsung dari pihak
pertama yang tentunya memberikan informasi mendukung dalam
penelitian ini. Sedangkan dokumentasi dalam penelitian ini
adalah dokumen berupa foto-foto pribadi yang peneliti dapat dari
hasil memfoto kegiatan-kegiatan yang ada.
Adapun kegiatan yang dapat didokumentasikan
diantaranya, kegiatan para peziarah yang sedang berkunjung ke
makam Gus Dur, kegiatan perekonomian yang terjadi di sekitar
makam Gus Dur, interaksi yang terjadi antara warga sekitar
dengan para peziarah dan santri pesantren Tebuireng.
6. Teknik Analisis Data
Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terdiri
secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan disimpulkan.
Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah
20
Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan secara terus
menerus sampai laporan tersusun secara benar dan lengkap, reduksi
data ini memilah data-data yang sesuai dengan rumusan masalah
penelitian. Data-data diperoleh melalui wawancara, observasi, serta
dokumentasi, yang melibatkan sebagian masyarakat desa Cukir.
Karena semua data yang diperoleh kemungkinan ada yang kurang
sesuai dengan fokus penelitian.
b. Penyajian Data
Alur kedua yang penting dalam kegiatan analisis dalam
penelitian kualitatif adalah penyajian data, yaitu sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data ini merupakan semua informasi tentang
bagaimana makam Gus Dur dan perubahan sosial masyarakat desa
Cukir. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, serta
dokumentasi kepada sebagian masyarakat desa Cukir. Dengan
terkumpulnya semua informasi yang terkait dengan fokus
penelitian, maka peneliti dapat memahami apa yang harus
dilakukan selanjutnya.
c. Menarik Kesimpulan
Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik kesimpulan.
21
kualitatif mulai mencari informasi, mengamati fenomena yang
terjadi, pola-pola, alur sebab akibat, dan proposisi.16
Menarik kesimpulan ini sudah dilakukan saat kegiatan
pengumpulan data, dengan mencari makna dan penjelasan
mengenai bagaimana makam Gus Dur dan perubahan sosial
masyarakat desa Cukir. Dengan melakukan wawancara, observasi,
dan dokumentasi kepada sebagian masyarakat desa Cukir.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data dan kebenaran data,
peneliti melakukan observasi partisipasi terus menerus, mencari data
yang bertentangan, memeriksa kembali catatan lapangan, dan diskusi
dengan dosen pembimbing.
G. SistematikaPembahasan
Bab pertama adalah pendahuluan yang merupakan deskripsi
penjelasan tentang objek penelitian, fokus penelitian, kegunaan penelitian
serta alasan penelitian ini dilakukan.
Pendahuluan menjelaskan gambaran umum mengenai latar
belakang peneliti mengambil tema penelitian ini, rumusan masalah, telaah
pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dari tema
penelitian ini, seperti apa perubahan sosial masyarakat terhadap adanya
16UlberSilalahi,MetodePenelitianSosial, (Bandung: PT RafikaAditama,
22
makam Gus Dur. Dan yang terakhir adalah metode penelitian yang
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Bab berikutnya tentang kajian teori. Kajian teori menjelaskan
tentang kajian kepustakaan, landasan teori dan penelitian lainnya yang
relevan dengan penelitian. Kajian pustaka menjelaskan pengertian dari
perubahan sosial masyarakat dan makam Gus Dur. Landasan teori yang
dipakai untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teori
konstruksi sosial dari Peter L. Berger dan Thomas Luckman.
Bab selanjutnya berisi penyajian dan analisis data. Penyajian dan
analisis data menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian.
Gambaran umum objek penelitian ini meliputi keadaan geografis,
demografi penduduk, sarana-prasarana desa, dan temuan-temuan yang
berkaitan dengan rumusan masalah yang didapatkan selama proses
penelitian.
Bab yang terakhir berupa penutup. Penutup berisi kesimpulan dan
rekomendasi atau saran terhadap penelitian ini. Kesimpulan merupakan
jawaban dari rumusan masalah diantaranya adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan sosial masyarakat desa Cukir. Dan bab ini
BAB II
Makam Gus Dur dan Perubahan Sosial Masyarakat
A. Kajian Pustaka
1. Dalam kajian pustaka ini, peneliti akan menjelaskan tentang Makam Gus Dur
Ketika seseorang meninggal dunia, maka ada kewajiban yang harus dilaksanakan oleh keluarga yang ditinggalkan, yaitu pengurusan jenazah yang meninggal. Dalam islam1, pengurusan
jenazah dimulai dengan memandikan jenazah sampai bersih, mengafani jenazah dengan aturan yang telah ditetapkan, dan terakhir adalah dikuburkan dengan aturan yang juga telah ditetapakan. Tempat penguburan orang yang telah meninggal disebut kuburan atau makam.
Makam menurut kamus bahasa Indosnesia2 sama halnya dengan kubur. Menurut islam3 pengertian makam yaitu tempat untuk memakamkan jenazah atau lubang dalam tanah yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan atau menguburkan orang yang telah meninggal.
Dengan demikian pengertian makam menurut islam dan pengertian luasnya, maka merupakan tempat peristirahatan bagi
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, 2008, Tata Cara Mengurus Jenazah; Praktis dan Lengkap Sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW (Jakarta: QisthiPress), hal. 23
orang yang telah meninggal sampai ia nanti akan dibangkitkan kembali. Dibangkitkan untuk menghadap pengadilan Allah dalam menimbang setiap amalan yang telah dilakukan semasa hidupnya didunia, baik itu amal baik maupun amal buruk. Amal baik dan buruk akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Dalam islam, terdapat aturan dalam pemakaman, diantaranya adalah lubang untuk pemakaman harus dalam dan lebar. Harus dalam agar bau dari jenazah tidak menyebar keluar dan agar tidak dirusak oleh binatang buas. Posisi jenazah harus dihadapkan ke kiblat dan dianjurkan untuk membuat lubang khusus dalam makam tersebut, boleh meninggikan kuburan sedikit dari tanah agar dapat terlihat walaupun hanya satu jengkal saja, dan boleh memberikan cirri untuk makam walaupun hanya dengan batu atau pelepah. Hanya saja kita dilarang untuk memberikan penerangan dimakam dan tidak boleh membangun kuburan atau menjadikan kuburan sebagai tempat sujud.
makam dari ayahanda Gusdur, KH.Wahid Hasyim dan mantan pengasuh pondok Tebuireng KH.Yusuf Hasyim.4 Area pemakaman
keluarga Gus Dur ini berada di komplek Pondok Tebuireng Desa Cukir Kecamatan Diwek kabupaten Jombang..
Seperti halnya aturan yang ada dalam islam tentang makam. Makam Gus Dur pun terlihat biasa layaknya makam pada umumnya, pihak keluarga dan pengurus pondok pesantren Tebuireng tidak membangun ataupun memberi penerangan yang berlebihan pada makam tersebut. Walaupun makam Gus Dur terlihat biasa saja, namun makam beliau juga menjadi salah satu tujuan bagi para peziarah yang datang ke wilayah Jombang.
Para peziarah kirim doa kepada seluruh almarhum yang dimakamkan di tempat pemakaman keluarga tersebut. Hal ini lumrah, karena di lokasi makam ada makam KH. Hasyim Asy’ari maupun KH. Wahid Hasyim yang merupakan tokoh nasional. Namun, semenjak jenazah Gus Dur dimakamkan di kompleks pondok itu, lokasi makam itu semakin dipadati peziarah. Popularitas Gus Dur sebagai mantan Ketua Umum PBNU dan mantan Presiden, turut member sumbangan pada besarnya minat masyarakat untuk berziarah. Mereka datang dari berbagai macam daerah di Indonesia. Bahkan, peziarah bukan hanya dari kalangan
nahdliyin, tapi juga non-muslim maupun tokoh mancanegara juga tidak segan untuk berziarah ke makamnya.
Dari pengertian tersebut diatas dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang makam, khususnya makam Gus Dur. Makam bukan hanya tempat untuk memakamkan seseorang yang sudah meninggal, namun juga memberikan fungsi sebagai tempat berziarah bagi penduduk yang masih hidup, dan bagi masyarakat wilayah tersebut mempunyai fungsi tambahan yaitu merupakan salah satu fasilitas kota serta mempunyai nilai yang tinggi bagi kota, seperti destinasi wisata religi. Begitu pula dengan makam Gus Dur yang terletak di wilayah pondok pesantren Tebuireng Jombang.
2. Perubahan Sosial Masyarakat
Manusia tidak lepas dari perubahan sosial. Setiap manusia, masyarakat maupun individu pasti selalu mengalami perubahan. Perubahan sosial mengacu pada perubahan dalam tatanan sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial termasuk perubahan dalam lingkungan, lembaga-lembaga sosial, perilaku sosial, dan hubungan sosial.
mengetahui perubahan sosial ketika dia membandingkan kehidupan sosial di masa lampau dengan masa kini.
Pengertian perubahan sosial menurut beberapa ahli5, diantaranya:
a. Gillin: Pengertian perubahan sosial menurut Gillin adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubhan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun dengan difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
b. Mac Iver: Menurut Mac Iver, pengertian perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (ekuilibrium) hubungan sosial.
c. Kingsley Davis: Pengertian perubahan sosial menurut Kingsley Darvis adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
d. Menurut Selo Soemardjan, perubahan adalah segala perubahan yang terjadi pada berbagai lembaga masyarakat dalam suatu lingkungan masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai sosial, sikap, pola perilaku antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 132-133.
Bentuk perubahan sosial dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan direncanakan dan tidak direncanakan, dan perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil.6
a. Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi
Perubahan evolusi dan perubahan revolusi adalah bentuk perubahan sosial berdasarkan lama perubahan sosial tersebut. Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam waktu yang cukup lama dan terjadi karena dorongan dan usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan hidupnya.
Sedangkan perubahan revolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam waktu yang relatif cepat dan terjadi karena ada ketidakpuasan masyarakat terhadap suatu keadaan. Keduanya sama-sama tidak ada unsur kehendak atau perencanaan sebelumnya.
b. Perubahan Direncanakan dan Tidak Direncanakan
Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan adalah bentuk perubahan sosial berdasarkan ada tidaknya perencanaan dalam perubahan sosial tersebut. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 133-134.
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat.
Sedangkan perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak dikehendaki dan terjadi di luar jangkauan masyarakat. Perubahan yang tidak direncanakan biasanya diakibatkan karena bencana alam atau wabah penyakit.
c. Perubahan Berpengaruh Besar dan Berpengaruh Kecil
Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil adalah bentuk perubahan sosial berdasarkan besar pengaruhnya terhadap masyarakat. Suatu perubahan dikatakan berpengaruh
besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat.
Sedangkan perubahan berpengaruh kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan berpengaruh kecil biasanya berupa mode atau tren yang tidak semua masyarakat mengikutinya.
B. Kerangka Teoretik
Teori merupakan seperangkat pernyataan atau proposisi yang berhubungan secara logis, yang menerangkan fenomena tertentu.7
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Konstruksi Sosial.8 Tokoh besar dalam teori ini ialah Peter Ludwig Berger dan
Thomas Luckman.
Peneliti memilih pemikiran Peter L. Berger dan Thomas Lukman mengenai konstruksi sosial yang mempunyai tiga moment diaklektis yang simultan (sekaligus), yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi serta masalah legitimasi yang berdimensi kognitif dan normatif, inilah yang dinamakan realitas/kenyataan sosial.
Menurut peneliti, pemikiran Berger dan Luckman tentang konstruksi sosial dianggap lebih cocok dan relevan dibandingkan dengan teori lainnya. Pemikiran Berger dan Luckman peneliti anggap sangat relevan membantu peneliti dalam mengkaji serta menganalisis fenomena sosial yang terjadi di masyarakat sesuai teori yang ada. Dalam hal ini khususnya, menjawab rumusan masalah dari penelitian yang berjudul “Makam Gus Dur dan Perubahan Sosial Masyarakat”.
Peter Ludwig Berger, dilahirkan di Trieste, Italia pada 17 Maret 1929, dan tumbuh dewasa di Wina. Setelah perang dunia ke-2 berakhir, Berger berimigrasi ke Amerika Serikat dan akhirnya dikenal
7 Robert H Lauler, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 35.
sebagai ahli sosiologi pengetahuan. Sekitar tahun 1962, hasil kerja sama dengan Thomas Luckman, Peter Berger berhasil menulis buku berjudul Social Construction of Reality; A Treatise in The Sociology of
Knowledge, yang banyak didinspirasi oleh filsafat dan biologi. Di dalam buku tersebut, Berger dan Luckman dengan jelas menunjukkan peran sentral sosiologi pengetahuan sebagai instrumen penting dalam membangun teori sosiologi ke depan.
Teori konstruksi sosial Berger merupakan teori sosiologi kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan. Teori ini menyatakan bahwa kenyataan di bangun secara sosial. Konstruksi sosial berpandangan bahwa nilai, ideologi dan institusi sosial merupakan buatan manusia. Konstruksi sosial juga merupakan pernyataan keyakinan dan juga sudut pandang bahwa kandungan dari kesadaran itu di ajarkan oleh kebudayaan dan masyarakat.
Seperti yang di ungkapkan oleh Berger bahwa realitas memiliki dimensi subyektif dan dimensi obyektif. Menurutnya manusialah yang menciptakan realitas sosial yang obyektif melalui proses eksternalisasi. Sebagaimana ia mempengaruhinya melalui proses internalisasi
sedemikian sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.
Macam-macam unsur dari dunia yang diobjektivasikan akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil masyarakat. Bagi Berger masyarakat adalah suatu fenomena dialektis yang artinya masyarakat merupakan produk manusia yang akan selalu memberi timbal balik pada produsennya.
Proses dialektis itu terdiri dari eksternalisasi, obyektivasi, dan
internalisasi.9
a. Eksternalisasi adalah pencurahan kedirian manusia secara terus menerus ke dalam dunia berupa aktivitas fisik maupun mental. Manusia menciptakan dunianya, seperti menciptakan bahasa, dimana manusia melalui bahasa melakukan interaksi dengan menciptakan simbol-simbol.
b. Obyektivasi dimana produk-produk yang di hasilkan dari aktivitas manusia menjadi sebuah fakta di luar diri manusia. Fakta ini bersifat ekternal terhadap produsennya sendiri dan mempunyai suatu eksistensi tersendiri. Sekali fakta ini tercipta maka tidak dapat begitu saja di abaikan oleh manusia.
c. Internalisasi adalah penyerapan atau pengambilan kembali realitas atau fakta yang sudah terbentuk sebelumnya kedalam diri manusia atau kedalam kesadaran subyektif manusia.
Dunia kehidupan sehari-hari tidak hanya nyata tetapi juga bermakna secara subyektif. Dunia kehidupan sehari-hari berasal dari pikiran dan tindakan manusia. Dan di pelihara sebagai yang nyata dalam pikiran dan tindakan. Menurut Berger kenyataan hidup sehari-hari sebagai kenyataan yang tertib dan tertata yang di pakai sebagai sarana objektivasi yang membuat tatanan menjadi bermakana.
Dan jika menginginkan suatu perubahan akan ada konsekuensinya. Seperti yang dinyatakan oleh Berger bahwa pengalaman terpenting orang-orang berlangsung dalam situasi tatap muka, sebagai proses interaksi sosial. Interaksi tersebut bersifat subyektif sekaligus obyektif. Subyektif bagi yang berbicara dan obyektif bagi yang mendengarnya, begitu juga sebaliknya.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berjudul “Fenomena Barakah (Studi
Konstruksi Masyarakat Dalam Memaknai Ziarah di Makam KH.
Fenomenologis”, karya Suis10 menjadi rujukan pertaman dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian adalah untuk menelaah kegiatan para Peziarah di Makam K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Tebuireng Jombang, kaitannya dengan pemahaman mereka atas ngalap barakah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan tentang keyakinan bahwa nilai-nilai keberkahan ada dalam makam Gus Dur sehingga patut dijadikan obyek ziarah. Namun, keyakinan ini juga berbeda-beda sesuai dengan latar belakangnya. Kalangan Santri memaknai barakah sebagai ziyadatul al-amal untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga barakah dikalangan santri disebut sebagai barakah al-kalamiyah.
Sedangkan kalangan awam menaknai barakah sebagai sebagai wasilah untuk medapatkan keuntungan praktis, sehingga barakah ini dapat disebut sebagai barakah al‘amliyah, barakah ini terbagi berdasarkan tipologi orang awam yaitu latar belakang petani, pedagang, kalangan pelajar atau siswa dan kalangan non
muslim. Kalangan petani berharap barakah agar cocok tanamnya tumbuh subur dan mendapatkan keuntungan berlimpah, pada konteks ini barakah disebut barakah al-mazra’iyah. Kalangan pedagang berharap barakah agar dagangannya laris dan mendapatkan keuntungan berlimpah, pada konteks ini barakah disebut barakah al-tijariyah, dan di kalangan pelajar atau siswa berharap barakah dapat ujiannya berjalan lancar dan mendapatkan nilai maksimal yang mengantarkan dirinya lulus, pada konteks ini barakah disebut barakah al-najahiyah.
Kalangan non muslim menziarah makam Gus Dur untuk menghormati pribadinya semasa hidupnya, pada konteks ini barakah disebut barakah al-takrimiyah.Dikalangan politisi barakah dilihat dari dua latar belakang berbeda yaitu politisi dari kalangan Tradisional dan politisi dari kalangan non-tradisional. Dari kalangan tradisional pemaknaan barakah tidak jauh berbeda dengan kalangan santri, namun terdapat sisipan pencitraan didalam ziarahnya, pada konteks ini barakah disebut sebagai barakah al-kalamiyahdan barakah al-martabatiyahatau wasilatu al-taswir. Sedangkan kalangan non-tradisional barakah dengan menziarahi makam Gus Dur hanya dimaknai sebagai pencitraan belaka, pada konteks ini barakah disebut sebagai barakah al-martabatiyahatau wasilatu al-taswir
terjadinya perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar pondok pesantren Tebuireng. Serta mencari tahu bagaimana hubungan interaksi sosial antara masyarakat sekitar dengan pihak pondok pesantren terkait perubahan tersebut, setelah adanya makam Gus Dur.
Penelitian yang berjudul “Peran Wisata Religi Makam Gus
Dur Dalam Membangun Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di
Sekitar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang”, Oleh Sela Kholidiani11, menjadi rujukan kedua dalam penelitian ini. Sela
menjelaskan latar belakang kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar Pondok Pesantren Tebuireng tidak dapat dipisahkan dari peran wisata religi makam Gus Dur yang dimana sejak Gus Dur dimakamkan di area pondok menjadikan perekonomian dan kondisi sosial masyarakat berkembang pesat.
Jenis pendekatan yang digunakan kualitatif, menggunakan teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, studi documenter dan triangulasi. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan peran wisata religi makam Gus Dur dalam membangun kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar Pondok Pesantren Tebuireng. Serta menganalisis kehidupan sosial ekonomi
11 Sela Kholidiani, Peran Wisata Religi Makam Gus Dur Dalam Membangun
di wisata religi makam Gus Dur Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa, dalam membangun kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada sektor wirausaha terhadap potensi peziarah yang terus berdatangan ke makam Gus Dur untuk berziarah, sehingga masyarakat mempunyai peluang besar untuk berwirausaha dengan membuka stand-stand dagang yang berada di wilayah makam Gus Dur.
Kehidupan sosial ekonomi di sekitar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang meningkat, hal ini dapat dilihat semakain banyaknya masyarakat sekitar yang membuka bermacam-macam usaha barang maupun jasa dan kehidupan sosial ekonomi mereka pun ikut terbangun dengan adanya interaksi sosial antara pedagang dengan pedagang lainnya serta pedagang dengan pembeli.
Penelitian Sela hampir sama dengan penelitian kali, namun penelitian Sela lebih fokus pada kegiatan sosial ekonomi yang ada di makam Gus Dur wialayah sekitar Pondok Pesantren Tebuireng. Sedangkan penelitian saya, tujuan penelitiannnya pada perubahan sosial yang ada di di makam Gus Dur beserta masyarakat sekitarnya.
Penelitian yang berjudul “Perubahan Sosial dan Ekonomi
Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya”, karya Cahyo Andrianto12, menjadi rujukan ketiga dalam penelitian ini. Cahyo
menjelaskan tentang bagaimana perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya paska penutupan lokalisasi Dolly di Kelurahan Putat Jaya kecamatan Sawahan Surabaya. Namun dari satu rumusan masalah tersebut terdapat sebuah sub pembahasan didalamnya, antara lain pembahasan mengenai konflik yang terjadi antara pemerintah yang memiliki kebijakan dengan masyarakat yang dulunya berketergantungan dengan adanya lokalisasi Dolly.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian tentang perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya Pasca penutupan Lokalisasi Dolly sangat terlihat. Adapun perubahan sosial dapat diamati sebagai berikut:
1. Dalam bidang kesehatan, pascapenutupan Dollymasyarakat sangat memperhatikan kesehatannya karena takut terkena penyakit HIV / AID.
2. Dalam bidang kebersihan, pasca penutupan Dolly masyarakat lebih kompak dalam membersihkan lingkungan, sehingga kawasan ini terlihat lebih bersih pasca penutupan Dolly.
3. Pola pikir masyarakatpun lebih baik yang dapat dilihat dari adanya kegiatan pengajian.
4. Pada bidang budaya, masyarakat mengalami gaya berpakaian yang sopan sudah tidak lagi adanya berpakaian minim.
5. Sistem kemasyarakatan masyarakat putat jaya juga terlihat dari menurunya jumlah penduduk sehingga peraturan / norma kampung berubah.
6. Dalam bidang keagamaan masyarakat mengalami perubahan kearah yang lebih baik, sehingga terlihat ketika saat sholat jama’ah masjid mengalami peningkatan jama’ah.
7. Kegiatan prostitusi di kawasan ini mengalami sebuah perubahan menuju e-prostitusi. Yang menawarkan wanita / PSK memalui handphone sang makelar.
Sedangkan perubahan sosial ekonomi, dapat dilihat dari:
1. Perubahan dari segi mata pencaharian, banyak masyarakat yang gulung tikar atas usaha yang telah dirintisnya selama berpuluh tahun tersebut.
3. Wisma-wisma dikawasan ini dialih fungsikan menjadi tempat usaha mandiri yang lebih halal dan tidak emlanggar norma-norma dalam masyarakat.
Penelitian Cahyo memang berbeda dengan penelitian kali ini, namun mempunyai persamaan yakni sama-sama meneliti perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat setempat. Penelitian Cahyo memfokuskan tujuan penelitian terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya pasca penutupan lokalisasi Dolly serta adanya konflik yang terjadi dalam perubahan tersebut. Sedangkan penelitian saya bertujuan untuk menegtahui perubahan sosial yang terjadi di wilayah makam Gus Dur dan sekitarnya.
Perbedaan antara ketiga penelitian diatas:
2. Penelitian kedua, sama halnya dengan penelitian yang pertama. penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi serta dokumentasi. Penelitian sebelumnya lebih menekankan pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada di sekitar Pondok Pesantren Tebuieng saja, setelah danya makam Gus Dur. Sedangkan penelitian kali ini tidak hanya fokus pada sosial ekonominya saja namun juga pada perubahan sosial lainnya, misalnya interaksi sosial antar warga setempat dengan para pedagang atau para peziarah, pihak pesantren dengan para pedagang, serta pendidikan di wilayah tersebut.
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wisata religi makam Gus Dur dan
sekitarnya yang berada di kawasan Pondok Pesantren Tebuireng yang
terletak di wilayah administratif Desa Cukir. Secara umum karakteristik
wilayah Desa Cukir dapat dilihat dari aspek fisik yang meliputi letak, luas,
topologi dan kondisi iklim.1
2. Kondisi Geografi Desa Cukir
a. Letak
Kawasan Pondok Pesantren Tebuireng yang terletak di wilayah
administratif Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang,
berada pada kilometer 8 dari kota Jombang ke arah selatan. Desa Cukir
terletak ±3,20 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Diwek, dan
terletak 10 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Jombang. Secara
administrasi batas-batas desa Cukir adalah sebagai berikut : sebelah
utara berbatasan dengan Desa Kwaron, disebelah selatan berbatasan
dengan Desa Kayangan, kemudian disebelah barat berbatasan dengan
1 Rencana Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Desa Cukir Kecamatan Diwek
Desa Grogol dan Desa Bendet, dan disebelah timur berbatasan dengan
Desa Keras.
Desa Cukir terdiri dari 4 dusun 12 RW (Rukun Warga) dari 27
RT. (Rukun Tetangga)
b. Luas
Luas wilayah desa Cukir adalah 339,6350 Ha. Menurut jenis
[image:55.612.155.505.226.492.2]penggunaan tanahnya, luasan tersebut terinci sebagai berikut :
Tabel 2.1 Luas tanah menurut penggunaan
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 Sawah Tegal/ladang Pemukiman Pekarangan Perkebunan Tanah Kas Desa Fasilitas Umum 91,5100 2,9100 83,5600 35,5000 35,5000 13,7700 76,8850
Dari jenis penggunaan tanah di Desa Cukir sebagian besar
wilayahnya adalah tanah pertanian atau sawah. Ada beberapa komoditi
yang banyak diusahakan oleh para petani di Desa Cukir yang dianggap
sesuai dengan kondisi lahan yang ada, diantaranya yang mendominasi
adalah tanaman padi dan tebu, selain itu para petani juga menanam
alpokat sebagai jenis komodisi yang lain.
3. Kondisi Demografi Desa Cukir
Sumber daya manusia yang tersedia bisa dilihat dari data jumlah
pencaharian. Jumlah penduduk di Desa Cukir pada tahun 2015 adalah
sebanyak 8,451 orang, yang terdiri dari laki-laki 4.288 orang dan
perempuan 4.613 orang.
a. Penduduk menurut golongan umur
Data ini bermanfaat untuk mengetahui laju pertumbuhan
penduduk dan mengetahui jumlah angkatan kerja yang ada. Dari 3.095
jumalah penduduk, tercatat 1647 laki-laki dan 1368 perempuan.
Data penduduk menurut golongan umur di desa Cukir golongan
usia balita 0 bln - 4 thn terdapat + 283 jiwa, usia anak-anak mulai 5 thn
- 15 thn terdapat 881 jiwa, usia remaja mulai 16 thn-21 thn terdapat +
821 jiwa, usia dewasa mulai 22 thn - 59 thn terdapat + 737 jiwa, dan
usia tua/manula usia 60 thn keatas terdapat + 123 jiwa.
b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan berpengaruh pada kualitas sumber daya
manusia. Prows pembangunan desa akan berjalan dengan lancar
apabila masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.
Dan jumlah penduduk 3.095 jiwa, tercatat.35 jiwa pendidikan
play group/TK/RA, 258 jiwa pendidikan SD, lalu 247 jiwa pendidikan
SLTP, selanjutnya 204 jiwa berpendidikan SMA/sederajat, kemudian
38 jiwa yang berpendidikan perguruan tinggi, 16 jiwa yang buta huruf,
dan 2.307 jiwa penduduk belum bersekolah (balita) dan yang tidak
bersekolah (dewasa/manula).
Banyak sedikitnya penduduk miskin merupakan salah satu
indikator kesejahteraan suatu masyarakat, namun ini juga bukan
merupakan suatu hal yang mutlak. Berdasarkan klasifikasi BKKBN di
desa Cukir terdapat 171 keluarga yang tergolong prasejahtra, 192
keluarga kategori sejahtera I, sejahtera II sebanyak 197 keluarga, 291
keluarga kategori sejahtera III dan 33 keluarga kategori sejahtera III +.
d. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di desa Cukir sebagian besar
masih di sektor pertanian. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian
memegang peranan penting dalam bidang ekonomi masyarakat. Data
[image:57.612.154.510.250.626.2]mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 2.2 Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
1 Petani 116
2 Buruh Tani 33
3 Pegawai Negeri 99
4 Pedagang Barang klontong 345
5 Angkutan 34
6 TNI/POLRI 14
7 Guru Swata 168
8 Pedagang Keliling 147
9 Pensiunan 68
10 Karyawan perusahaan swasta 1,218
11 Buruh harian lepas 25
12 Buruh usaha jasa transportasi 47 13 Pemilik usaha warung makanan dan restoran 129
14 Sopir 17
15 Karyawan honorer 3
16 Lain-lain 5848
Sumber Data : Data Potensi Sosial Ekonomi Desa/Kelurahan RPJM Desa Tahun 2011-20152
2Rencana Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Desa Cukir Kecamatan Diwek
4. Potensi Sumber Daya Alam
Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan. Topografi
desa Cukir adalah wilayah datar. Iklim adalah nilai rata-rata dari keadaan
alam di udara pada suatu tempat dalam waktu yang cukup lama. Iklim
merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan di bumi.
Sebagai contoh dalarn bidang pertanian, iklim mempunyai pengaruh yang
cukup besar, misalnya untuk penentuan masa tanam. Desa Cukir secara
umum beriklim tropis dengan ketinggian ±25 m dpi, serta suhu berkisar
antara 26°- 32° Celcius. Curah hujan di desa Cukir dinilai cukup baik. Hal
ini terbukti dari turunya hujan tiap tahun di masa tanam. Walaupun tidak
dapat dipungkiri juga ketika musim kemarau tiba, para petani di Cukir
memilih mengeluarkan biaya sendiri untuk mengairi sawahnya.
5. Potensi Unggulan Desa
Desa Cukir merupakan salah satu desa yang memiliki letak cukup
strategis. Demikian juga dengan kondisi tanah yang sebagian relatif datar
dan subur dapat menunjang produktivitas pertanian.
Transportasi antar daerah di desa Cukir juga relatif lancar dengan
demikian keberadaan desa Cukir dapat dijangkau oleh angkutan umum
sehingga mobilitas warga Cukir cukup tinggi. Hal tersebut sangat
memudahkan aktivitas masyarakat desa Cukir karena dapat menjangkau
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Profil Gus Dur
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 bulan ke-8 kalender
islam tahun 1940 di Denanyar Jombang Jawa Timur, dari pasangan KH.
Wahid Hasyim dan Solichah. Beliau lahir dengan nama Abdurrahman
Addakhil. “Addakhil” berarti “sang penakluk”. Kata “Addakhil” tidak
cukup dikenal dan diganti nama “Wahid”, dan kemudian dikenal dengan
panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren
kepada seorang anak kyai yang berarti Abang atau Mas.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Gus Dur lahir
dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa
Timur. Kakek dari Ayahnya adalah, KH. Hasyim Asyari, pendiri
Nahdlatul Ulama’ (NU), sementara kakek dari pihak ibu KH. Bisri
Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada
perempuan. Ayah Gus Dur, KH. Wahid Hasyim terlibat dalam Gerakan
Nasionalis dan menjadi mentri agama tahun 1949. Ibunya, Ny HJ.
Sholichah adalah pitri pendiri pondok pesantren Denanyar Jombang Jawa
Timur.
a. Pendidikan Gus Dur
1966-1970 : Universitas Baghdad, Irak, Fakultas Adab jurusan
Sastra Arab
1964-1966 : Al-Azhar University, Kairo, Mesir, Fakultas Syariah (
1959-1963 : Pesantren Tambak Beras Jombang Jawa Timur Indonesia
1957-1959 : Pesantren Tegal Rejo, Magelang Jawa Tengah
Indonesia
b. Pengalaman Jabatan
1999-2001 : Presiden Republik Indonesia
1989-1993 : Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI
1987-1992 : Ketua Majelis Ulama’ Indonesia
1984-2000 : Ketua Dewan Tanfidz PBNU
1980-1984 : Katib Awwal PBNU
1974-1980 : Sekertaris Umum Pesantren Tebuireng
1972-1974 : Dekan dan Dosen Fakultas Ushuludin Universitas
Hasyim Asyari
2. Sejarah Makam Gus Dur
KH. Abdurrahman Wahid yang sering dikenal dengan sebutan
nama Gusdur, mantan presiden ke empat Republik Indonesia yang juga
kyai yang sangat disegani di Indonesia. Tokoh pemuka agama Indonesia
dan juga pejuang Nahdlatul Ulama' (NU) ini banyak menorehkan kiprah
yang sangat bagus untuk politik Indonesia semasanya.3
Wejangan-wejangannya (nasehat) yang ditujukan untuk semua
kalangan ini juga banyak yang menyentuh hati. Begitu pula peran
pentingnya dalam keagaman, tentu sangat pantaslah jika beliau patut
dihormati oleh setiap kalangan, khususnya para santri Pondok Tebuireng.
Gusdur wafat pada tanggal 30 Desember 2009, dan kemudian
beliau dimakamkan di kompleks Pondok Tebuireng, bersebelahan dengan
makam kakeknya KH. Hasyim Asy’ari. Makam yang berada di tengah
pondok Tebuireng ini juga terdapat makam dari ayahanda Gusdur, KH.
Wahid hasyim dan mantan pengasuh pondok Tebuireng KH. Yusuf
Hasyim.4
Hampir setiap hari ribuan orang silih berganti berziarah di area
makam Gusdur. Kebanyakan para peziarah adalah rombongan Wali Songo
yang datang