SA’D BIN ABI> WAQQA>S{ SANG PEMANAH KEBANGGAAN RASULULLAH SAW
(Biografi, Perjuangan, Dan Keteladanan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
Umar Abdul Aziz
(A02211074)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sang pemanah kebanggaan Rasulullah SAW. Permasalahan yang dibahas yaitu meliputi; (1) Bagaimana
biografi Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sang pemanah; (2) Bagaimana perjuangan Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ dalam beberapa event perang; (3) Bagaimana sikap keteladanan dari
Sa‟ad bin Abi Waqqash sang pemanah.
Data penelitian diperoleh dari sumber tertulis berupa buku. Selanjutnya untuk menjawab permasalahan tersebut dalam penelitian ini saya menggunakan metode penelitian sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah pendekatan historis. Sedangkan data yang dipaparkan, dianalisis dengan menggunakan teori kepemimpinan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ adalah seorang putra dari Abi Waqqas, itulah nama dari keturunan Sa‟d yang berasal dari kabilah Bani Zuhrah dari suku Quraisy. Beliau lahir di Makkah, ia sangat benci
pada agama dan cara hidup yang dianut masyarakat disana. Ia membenci praktik penyembahan berhala yang membudaya di Makkah saat itu. Sa‟d termasuk dari salah satu dari sepuluh sahabat yang pertama masuk Islam (As-Sabiqunal
Awwalun). Sa‟d wafat di daerah Aqiq pada tahun 55 Hijriyah; (2) Perjuangan Sa‟d
di perang Badar terjadi pada tahun 2 H, perang Uhud terjadi pada tahun 3 H dan
perang Qadisyiyah dan perang Mada‟in pada tahun 15 H dengan ini Sa‟d menunjukkan keahliannya sebagai sang pemanah. (3) Sikap keteladanan yang dimiliki Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ adalah kecintaan terhadap Allah SWT dan
ABSTRACT
This thesis titled “Sa’d bin Abi>Waqqa>s{ sang pemanah kebanggaan Rasulullah
SAW”. The problems discussed are included; (1) How Sa'd bin Abi> Waqqa>s{ of bowman biography; (2) How struggle of Sa'd bin Abi> Waqqa>s{ in the event of war; (3) How the exemplary attitude of Sa'd bin Abi> Waqqa>s{ as the bowman.
Data were obtained from written sources such as books. Furthermore, to answers these problems in this study I use the method of historical research. The approach that used in this scientific writing is historical approach. While the data that presented, analyzed using theories of leadership.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
[image:7.595.110.511.235.679.2]PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv
TABEL TRANSLITERASI... v
MOTTO... vi
PERSEMBAHAN………vii
ABSTRAK...viii
KATA PENGANTAR...x
DAFTAR ISI...xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….1
B. Rumusan Masalah………..4
C. Tujuan Penelitian………...5
D. Pendekatan dan Kerangka Teoritik………5
E. Penelitian Terdahulu………..7
F. Metode Penelitian………..8
G. Sistematika Bahasan……….11
BAB II : BIOGRAFI SA’D BIN ABI>WAQQA>S{ SANG PEMANAH A. Genealogi……….13
C. Akhir Riwayat Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{.……….…..26
BAB III :PERJUANGAN SA’D BIN ABI>WAQQA>S{{ DALAM BEBERAPA EVENT PERANG A. Perang Badar………30
B. Perang Uhud……….34
C. Perang Qadisiyah....……….39
D. Perang Mada‟in………47
BAB IV : SIKAP KETELADANAN DARI SA’D BIN ABI>>WAQQA>S{ SANG PEMANAH A. Kecintaan Sa‟d Kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW...52
B. Do‟a yang Mudah Terkabulkan………...55
C. Kelembutan Hati……….59
D. Semangat Tempur………60
E. Kedermawanan………62
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan………..64
B. Saran-Saran………..66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Para sahabat Nabi memiliki kebaikan hati, kesungguhan iman,
kedalaman ilmu, kelurusan perilaku, dan keberanian. Karenanya, Allah
memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya dan sekaligus menegakkan
agama-Nya. Menjadikan para sahabat suri tauladan sebagai pokok
mendasar bagi kaum muslimin. Demikian ini dititahkan dalam Islam
sebagai ajaran mulia. Selayaknya kita bersemangat mengenal pribadi
mereka.1 Salah satu di antaranya adalah Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{
Radhiyallahu„anhu.
Masuknya Sa‟d ke dalam islam terjadi pada awal-awal munculnya
Islam. Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ adalah orang ketiga yang paling dulu masuk Islam. Dia mengenal dengan baik Rasulullah, serta mengetahui kejujuran
dan sifat amanah beliau. Nabi sudah sering bertemu dengannya sebelum
beliau diutus menjadi rasul. Sa‟d menjadi terkenal di antara para sahabat dengan doanya, bagaikan sebuah panah yang tajam. Ia menyadari dirinya,
dan oleh karena itu ia tidak mengutuk seseorang kecuali dengan
menyerahkan urusanya kepada Allah SWT. Rasulullah mengetahui betapa
1
Muhammad Hadi, “Sa‟ad bin Abi WaqqasRadiallahuanhu”, dalam
2
besar kecintaan Sa‟d untuk berperang dan juga keberaniannya.2 Nabi
shallallahu „alaihi wasallam begitu bangga pada Sa‟d, sebagaimana dalam ungkapannya: "Ini adalah pamanku, maka siapa yang mau
mempertaruhkan pamannya? Tentunya, Rasulullah tidak akan
membanggakan Sa‟d kecuali karena dia termasuk pahlawan pilih tanding yang memang berhak untuk itu.3 Di saat perang Badar, seorang yang
berhasil menumpahkan darah musuh pertama dari anak panahnya dan
orang pertama yang terkena olehnya adalah Sa‟ad bin Abi Waqqas.
Setelah berhasil menumpahkan darah musuh pertamanya, Sa‟d berhijrah ke Madinah bersama saudaranya yang bernama Umair bin Abi
Waqqash yang berusia tiga belas tahun. Sa‟d pun segera keluar dengan membawa pedang dan panahnya.
Di Perang Uhud, para pasukan pemanah tidak mematuhi ucapan
Rasulullah, pasukan meninggalkan tempat-tempat mereka. Melihat
keadaan itu, pasukan musyrikin menyerang kaum muslimin hingga
akhirnya sampai ke Rasulullah. Saat itu hanya terdapat sedikit dari sahabat
saja, diantaranya Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{. Meskipun hanya terdapat sedikit sahabat, Sa‟d pun langsung mengeluarkan anak panah dan meluncurkankan anak panah itu ke arah salah seorang kaum musyrikin
hingga tewas dan dengan anak panah itu Sa‟d membunuh kaum musyrikin
lainnya. Sa‟d adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah
2
Khalid Muhammad Khalid, Para Sahabat Yang Akrab Dalam Kehidupan Rasul (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2000), 114-115.
3
Ahmed Ibn Abdul Rahman, “Kehidupan Sa‟ad bin Abi Waqqas”, dalam
3
dengan jaminan kedua orang tuanya. Dalam Perang Uhud, Rasulullah
bersabda, “Panahlah, wahai Sa‟d ! Ayah dan Ibuku menjadi jaminan
bagimu.”4
Di Perang Qadisiyah, Sa‟d menjadi pemimpin dalam pertempuran
tersebut, pasukan yang dimiliki oleh Sa‟d hanya berjumlah 32.000 pasukan dan pasukan Persia berjumlah sangat banyak yaitu 240.000
pasukan. Di perang Qadisiyah ini Sa‟d dan para pasukannya mengalami kekalahan dan kemenangan. Kekalahan terjadi pada hari pertama dan
kedua, dan kemenangan terjadi pada hari ketiga dan keempat.5
Mujahid muslim hanya di lengkapi dengan senjata tombak dan
panah, tetapi seluruh pasukan mujahid muslim sudah memiliki semangat
keimanan, kekuatan, kerinduan terhadap mati dan syahid.6
Sa‟d mengetahui bahwa khalifah Umar di Madinah, dan khalifah Umar tidak pernah memutuskan masalah sendiri, akan tetapi berkonsultasi
dengan para sahabat yang lain. Kirim mengirim surat antara Sa‟d dan khalifah Umar berlangsung lama, akhirnya Sa‟d mengirim beberapa sahabat untuk menyeru Rustum, pemimpin Persia, untuk mengikuti Islam
dan jalan Allah dengan cara berperang.
Suaranya yang gagah dan penuh harapan telah memperkuat
keutuhan pasukan. Pasukan Persia berjatuhan mati dan berguguran pula
para penyembah api dan berhala. Setelah melihat kematian komandan dan
4
Yanuardi Syukur, Kisah Perjuangan Sahabat-Sahabat Nabi (Jakarta: Al-Maghfiroh, 2014),
218-219.
5
Rizem Aizid, Para Panglima Perang Islam (Yogyakarta: Saufa, 2015), 62.
6
4
prajurit mereka, pasukan Persia menyerah dan sisanya berhamburan
melarikan diri.
Pasukan muslim mengejar pasukan persia sampai Mada‟in, dan di
sinilah terjadi pertempuran terakhir yang dipimpin oleh Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ yaitu Perang Mada‟in. Di perang ini ada kejadian menarik yang
dilakukan oleh pasukan muslimin atas perintah Sa‟d, yaitu menyeberangi sungai Tigris dengan aliran sungai yang sangat deras, dan atas izin Allah
SWT pasukan muslimin dengan kuda-kudanya diberi kelancaran
seolah-olah berada di darat karena aman serta percaya kepada keadilan,
pertolongan, janji dan bantuan Allah.7
Berdasarkan uraian - uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti
proses perjuangan Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sebagai sang Pemanah dalam peperangan membela Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam
skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ Sang Pemanah?
2. Bagaimana perjuangan Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ dalam beberapa event
perang?
3. Bagaimana sikap keteladanan dari Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ Sang Pemanah?
7
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam karya tulis ini adalah:
1. Untuk mengetahui biografi Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ Sang Pemanah. 2. Untuk mengetahui perjuangan Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ dalam beberapa
event perang.
3. Untuk mengetahui sikap keteladanan dari Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ Sang Pemanah.
D. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Sesuai dengan judul diatas maka pendekatan yang digunakan
penulis dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan historis. Dengan
pendekatan historis penulis melacak prosesi peperangan Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sesuai dengan kesejarahan yang memiliki ciri khas tertentu,
Dengan adanya model diakronis, yaitu mengungkapkan sejarah yang
menawarkan bukan saja struktur, tetapi lebih mengedepankan
pengungkapan. Peristiwa-peristiwa dari waktu ke waktu dengan jelas
mengenai Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{.
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan penulisan teori
kepemimpian, dikarenakan Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ pernah memimpin menjadi panglima dan gubernur. Teori kepemimpinan yang dipakai adalah
teori kepemimpinan Max Weber. Berdasarkan teori dapat dibedakan tiga
jenis kepemimpinan menurut jenis otoritas yang disandangnya. Tiga jenis
otoritas tersebut yaitu:
6
2. Otoritas tradisional yang timbul sebagai warisan temurun,
misalnya raja.8
3. Otoritas legal rasional yaitu berdasarkan jabatan dan kemampuan.9
Menurut Nawawi, kepemimpinan secara etimologi berdasarkan
dari kata pimpin dengan mendapatkan awalan “me” menjadi memimpin yang berarti menuntun, menunjukkan, dan membimbing. Perkataan lain
yang disamakan pengertiannya adalah mengetahui atau mengepalai,
memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat
mengerjakan sendiri. Perkataan memimpin bermakna sebagai kegiatan,
sedangkan yang melaksanakannya disebut pemimpin.10
Dari tiga tipe kepemimpinan di atas penulis mengambil tipe
kepemimpinan Kharismatik. Dalam buku yang berjudul para sahabat yang
akrab dalam kehidupan rasul menjelaskan bahwa Sa‟d adalah pahlawan dari beberapa peperangan. Ia berdiri memberikan motivasi di hadapan
pasukannya, di salah satu perang yang paling besar dalam sejarah,
bagaikan prajurit biasa, tidak tertipu oleh kekuasaan dan tindakan
sombong yang disebabkan dari kepemimpinan.11 Sa‟d memiliki prilaku kepemimpinan yang kharismatik dengan mencabut dan menggulingkan
agama berhala yang ada di Persia. Kepemimpinan Sa‟d itu dapat menjadi
8
Rustam E Tamburaka. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah Dan IPTEK (Jakarta:
RinekaCipta, 1999), 94.
9
SartonoKartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta:
GramediaPustakaUtama, 1992), 150.
10
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1993), 28.
11
7
pengaruh yang sangat bermanfaat bagi rakyat Persia. Dalam buku yang
berjudul pemimpin dan kepemimpinan, Kartono berpendapat bahwa akibat
pemimpin Kharismatik ini memiliki daya tarik dan wibawa yang luar
biasa, sehingga ia punya pengikut yang jumlahnya sangat besar.12
Kepemimpinan kharismatik berdasarkan pada kualitas luar biasa yang
dimilki oleh seseorang sebagai pribadi.
Dengan teori ini penulis berupaya melacak kejadian-kejadian dan
situasi yang dialami oleh Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ berkaitan dengan latar belakang kehidupan, perjuangan, dan keteladanannya.
E. Penelitian Terdahulu
Beberapa karya yang membahas tentang Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ antara lain sebagai berikut:
1. “Kisah Perjuangan Sahabat-Sahabat Nabi” yang ditulis oleh Yanuardi Syukur, Jakarta: Al Maghfiroh, pada tahun 2014. Di buku ini
membahas tentang teladan-teladan mulia dari para sahabat yang telah
didik dengan baik oleh Rasulullah.
2. “Para Panglima Perang Islam” yang ditulis oleh Rizem Aizid, Yogyakarta: Saufa, pada tahun 2015. Buku ini mengungkap kisah
kepahlawanan, strategi perang, dan teladan hidup para panglima Islam
terhebat dan tertangguh sepanjang masa itu.
3. “Para Sahabat Yang Akrab Dalam Kehidupan Rasul” yang ditulis oleh Khalid Muhammad Khalid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, pada
12
8
tahun 2000. Buku ini menelusuri jejak-jejak tauladan kebesaran pribadi
enam puluh sahabat Rasul mulai dari keimanan, keteguhan,
kepahlawanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah SWT dan
RasulNya.
Setelah melakukan kajian terhadap penelitian terdahulu yang telah
ditemukan penulis, maka skripsi ini berbeda dengan judul-judul yang ada
diatas. Dalam skripsi yang akan penulis bahas, penulis lebih memfokuskan
kepada biografi Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sang pemanah, perjuangan panglima
Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ dalam beberapa event perang, dan sikap keteladanan
dari Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sang pemanah.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian sejarah, bagaimana diungkapkan oleh Dudung
mengutip perkataan Gilbert J. Grahan adalah seperangkat aturan dan
prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara
efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil
yang dicapai dalam bentuk tulisan.13 Penulisan sejarah adalah suatu
rekonstruksi masa lalu yang terikat pada prosedur ilmiah.14 Sebagaimana
kejadian sejarah yang berusaha merekonstruksi peristiwa masa lampau,
maka penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode
sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip-prinsip yang sistematis atau
mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara
13
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1994),
43-44.
14
9
kritis dan menyajikan sintesa dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk
tulisan.15
Berdasarkan paparan diatas penulis mengemukakan metode
penulisan sejarah, sebagaimana yang dikemukakan oleh Dudung
Abdurrahman yang meliputi beberapa tahap, diantaranya :
1. Pemilihan Topik
Topik yang dipilih penulis adalah tentang Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ Sang Pemanah Kebanggaan Rasulullah.
2. Heuristik
Yaitu pengumpulan sumber. Suatu teknik, suatu seni dan bukan
suatu ilmu. Heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum.
Heuristik seringkali merupakan suatu keterampilan menemukan,
menangani dan memperinci bibliografi atau mengklasifikasi dan
merawat catatan catatan. Dan juga dapat diartikan suatu proses yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sember-sumber,
data-data atau jejak sejarah.16 Peneliti menggunakan sumber-sumber
tertulis, yaitu sumber yang didapat dari karya sejarah yang memiliki
keterkaitan dengan pembahasan yang diangkat oleh peneliti, sebagai
contoh penulis menemukan buku yang berjudul para panglima perang
Islam, di dalam buku ini terdapat kisah kepahlawanan, strategi perang
dan teladan baik Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{. Dalam hal ini peneliti hanya mendapatkan sumber sekunder, karena begitu sulitnya bahkan tidak
15
Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah 1(Surabaya: Fak. Adab IAIN Sunan Ampel, 2004), 16.
16
10
mungkin mendapatkan sumber primer seperti data sejarah yang
disampaikan oleh saksi mata atau wawancara langsung dengan saksi
mata.
3. Kritik sumber
Yaitu kegiatan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal
ini yang juga harus diuji adalah keabsahan tentang keaslihan sumber
(otentitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang
kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern.17
Untuk dapat menilai apakah sumber yang penulis peroleh memang
diperlukan atau tidak, maka yang penulis lakukan adalah validitas
eksternal, yaitu dengan melakukan perbandingan antara sumber satu
dengan sumber yang lain, agar dapat mendapatkan sumber yang
betul-betul sesuai dan diperlukan.18 Pada tahap ini, semua buku yang
dijadikan sumber dalam skripsi yang berjudul Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sang pemanah kebanggaan Rasulullah sudah otentik dan kredibilitas.
4. Interpretasi atau penafsiran
Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan
analisis sejarah. Analisis sejarah sendiri berarti menguraikan, dan
secara terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan.
Namun, analisis dan sintesis dipandang sebagai metode-metode utama
dalam interpretasi. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas
17
Abrurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 58-59.
18
11
sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan
bersama dengan teori-teori itu disusunlah fakta itu ke dalam
interpretasi yang menyeluruh.19 Penulis telah menganalisis beberapa
buku tentang sahabat Rasulullah (Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{) yang dijadikan sumber, dan setelah itu penulis mensintesis isi dari buku
tersebut.
5. Historiografi
Adalah menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta yang telah
tersusun yang telah didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap
sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis.20
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman penulisan skripsi ini, penulis
akan membagi menjadi lima bab, tentunya antara bab satu dengan bab
yang lainnya saling berkaitan.
Pada bab pertama berisi tentang Pendahuluan, yang didalamnya
meliputi: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian,
Pendekatan dan Kerangka teoririk, Penelitian terdahulu, Metode
penelitian, Sistematika pembahasan.
Setelah membahas pendahuluan, dalam bab kedua penulis
menguraikan biografi Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sang Pemanah, dengan menjelaskan geneologi, latar belakang keagamaan dan akhir riwayat Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{.
19
Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 59.
20
12
Selanjutnya dalam bab ketiga ini, penulis akan menjelaskan tentang
perjuangan Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ dalam beberapa event perang, meliputi
perang Badar, perang Uhud, perang Qadisiyah dan perang Mada‟in.
Sedangkan pada bab keempat, penulis akan menjelaskan tentang
sikap keteladanan dari Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sang Pemanah, yang meliputi Kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, Do‟a yang mudah terkabulkan, Kelembutan hati, Semangat Tempur, dan Kedermawanannya.
Setelah bab demi bab dibahas, yang terakhir penulis
mengemukakan kesimpulan dari uraian yang dijabarkan pada bab
terdahulu dan juga serangkaian saran sebagai sumbangan pemikiran dari
13
BAB II
BIOGRAFI SA’D BIN ABI>WAQQA>S{ SANG PEMANAH
A. Genealogi
Malik bin Uhaib Abu Ishaq Al-Qursyi Az-Zuhri Al Makki Al
Maddani adalah nama asli dari Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{.21 Sa‟ad dengan nasabnya yang mulia dari ayahnya Malik, berlanjut ke Malik bin Uhaib
bin „Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Lu‟ay bin Ghalibbin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma‟d bin Adnan, itulah nama dari keturunan Sa‟d yang berasal dari kabilah Bani Zuhrah dari suku Quraisy.22 Sa‟d adalah paman Rasulullah dari garis pihak ibu. Ibunya adalah Hamnah binti Sufyan bin Umaiyyah bin Abdu Syams bin
„Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murah bin Ka‟ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma‟d bin Adnan. Wuhaib bin Manaf adalah paman Sayyidah Aminah, ibunda dari
Rasulullah dan Manaf adalah Buyut dari Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{. Bapak dari
Sa‟d adalah Abi> Waqqa>s{. Beliau lahir di Makkah. Meski berasal dari Makkah, ia sangat benci pada agama dan cara hidup yang dianut
21
Shalahudin Mahmud As-Sa‟id, 10 Sahabat Yang Di Jamin Surga (Solo: Al-Qowam, 2012), 273.
22
A. Sattar Asy-Syaikh, 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga (Jakarta: Darus Sunnah, 2012),
14
masyarakat disana. Ia membenci praktik penyembahan berhala yang
membudaya di Makkah saat itu.23
Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ memiliki 36 anak, di antaranya Ibrahim,
„Amir, „Umair, Muhammad, Mus‟ab dan Aisyah.24
Salah satu putra Sa‟d yang bernama Umair bin Sa‟ad adalah salah satu dari putra Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ yang selalu datang ke masjid pada shaf pertama untuk mengejar
pahala orang-orang yang lebih dahulu dalam kebaikan. Ia pernah
membujuk ayahnya untuk melibatkan diri dalam peristiwa fitnah, namun
Sa‟d mencelanya. Maka ia pun melibatkan diri dalam peristiwa tersebut dan berpihak kepada keluarga Bani Umayyah. Umair juga berperan di
dalam medan jihad. Dialah Komandan pasukan yang membunuh Husain
bin Ali Radhiyallahu anhuma.25
Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abd bin Al-Harts bin
Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Luai26
adalah sahabat nabi
yang merupakan sepupu dari Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{, dan juga Abdurrahman bin Auf mendukung pemilihan Sa‟d bin Abi Waqqas sebagai pemimpin peperangan menghadapi Persia. Abdurrahman bin Auf
adalah orang kaya yang sangat dermawan.
23
Rizem Aizid, Para Panglima Perang Islam, (Yogyakarta: Saufa, 2015), 58.
24
Jumlah anak Sa‟ad bin Abi Waqqas yang berjumlah 36 anak tersebut adalah dari istri-istri Sa‟ad yang berjumlah 12 orang, yaitu :
Mawiyah binti Qais, Ummu Amir binti Amru, Zubaidah binti Al-Harits, Salma dari bani Taghlib,
Khaulah binti Amru, Ummu Tilal binti Rabi‟, Ummu Hakin binti Qarizh dari bani Kinanah, Salma binti Khashafah dari Teim Al-Lat, Thayyibah binti Amir, Ummu Hujair, Putri Syihab bin
Abdullah bin Al-Hatits bin Zuhrah, dan seorang wanita arab dari tawanan perang. Asy-Syaikh, 10
Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, 745.
25
Ibid., 935.
26
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, terj Fadhli Bahri (Jakarta: Darul Falah, 2007),
15
Sa‟d bin Abi Waqqas pada pembahasan di atas di kenal sebagai paman Rasulullah dari pihak ibu. Ketika Rasulullah melihatnya, beliau
merasa bangga kepadanya karena keberanian, kekuatan dan kesunguhan
imannya, maka beliau bersabda, “Ini adalah pamanku, Silahkan seseorang
memamerkan pamannya.”27
Allah menganugrahkan kepada Sa‟d kesempurnaan tubuh yang mengimbangi kepahlawanannya dalam memikul beban jihad dan
menantang musuh di medan perang. Putrinya Aisyah berkata, “Ayahku
adalah seorang laki-laki yang pendek, kekar, mempunyai tubuh yang
keras, kuat dengan otot yang besar. Memiliki kepala yang besar, dengan
jari-jari besar dan pendek dan memiliki banyak bulu.”28
B. Latar Belakang Keagamaan Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{
Sa‟d bin Abi Waqqas adalah manusia yang kemampuannya paling mulia, paling sebentar masanya. Ia bagi rakyatnya laksana seorang ibu
yang sangat baik, selalu beruntung, dan selalu dikaruniai keberuntungan.
Sa‟d termasuk dari salah satu dari sepuluh sahabat yang pertama masuk Islam (As-Sabiqunal Awwalun). Adapun orang yang mengajak Sa‟d untuk memeluk Islam adalah Abu Bakar. Dalam sepuluh sahabat itu, Sa‟d adalah orang ketiga yang masuk Islam.29
Suatu hari dalam hidupnya, ia didatangi sosok Abu Bakar yang
dikenal sebagai orang yang ramah. Ia mengajak Sa‟ad menemui Nabi
27
Aizid, Para Panglima Perang Islam, 58.
28
Asy-Syaikh, 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, 772-773.
29
16
Muhammad di sebuah perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu
mengesankan Sa‟ad yang saat itu baru berusia 17 tahun. Ia pun segera
menerima undangan Nabi Muhammad SAW untuk menjadi salah satu
penganut ajaran Islam yang dibawanya. Sa‟d kemudian menjadi (
As-Sabiqunal Awwalun) salah satu sahabat yang pertama masuk Islam.30
Sa‟d menceritakan sendiri awal keislamannya sebagai berikut:
“Tiga hari sebelum masuk Islam, saya bermimpi. Seolah-olah saya tenggelam dalam kegelapan yang pekat. Ketika saya berada di tengah
kedalaman air, tiba-tiba saya melihat cahaya bulan. Lalu saya mengikuti
cahaya itu, kemudian saya melihat beberapa orang sudah mendahului saya
ke arah cahaya tersebut. Saya melihat Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi
Thalib, dan Abu Bakar Shiddik… lalu saya bertanya kepada mereka, sejak
kapan mereka di situ? Mereka menjawab, belum lama.31
Sementara itu terbetik pula kabar bahwa Zaid bin Haritsah, Ali bin
Abi Thalib dan Abu Bakar Shiddiq telah masuk agama yang dibawa oleh
Muhammad. Mendengar hal ini, Sa‟d pun gembira. Ia gembira karena semakin jelaslah hubungan antara mimpi anehnya itu dengan agama baru
yang dibawa oleh Muhammad.32
Aku mendengar kabar bahwa Rasulullah menyeru manusia kepada
Islam secara sembunyi-sembunyi, lalu aku menemuinya di Syi‟ib Ajyad (jalan di bukit Ajyad). Saat itu beliau usai mendirikan shalat Ashar, lalu
aku berkata, “Kepada apa engkau seru?” Beliau menjawab, “Engkau
30
Aizid, Para Panglima Perang Islam, 59.
31
Subagdjo Aswara, Sa’ad bin Abi Waqqash (Bandung : PT Remaja Kosdakarya, 1986), 12.
32
17
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah
dan sesungguhnya aku utusan Allah. Dan Sa‟ad berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak diibadahi selain Allah, dan
sesungguhnya engkau Muhammad utusan Allah.33
Sa‟d termasuk seorang ksatria berkuda Arab dan sosok muslim yang paling berani dan pahlawan pemberani ini disebut prajurit berkuda
Islam.34 Sa‟d tumbuh dalam lingkungan para prajurit berkuda berpengalaman dengan berbagai peperangan. Ia menjadi prajurit berkuda
Rasulullah dan seorang pembela Islam dalam kondisi sekeras apapun.
Sa‟ad mengikuti perjalanan perjuangan Rasulullah dengan menunggangi kuda bersama para prajurit berkuda madrasah kenabian serta ikut terlibat
dalam berbagai sariyyah (bataliyon).35
Ibnu Katsir berkata, “Sa‟d adalah penunggang kuda pemberani. Ia merupakan salah satu panglima Rasulullah SAW. Pada masa Ash-Shiddiq,
ia diagungkan dan dimuliakan. Demikian juga pada era Umar bin Khattab.
Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim mengungsi ke
bukit jika hendak menunaikan shalat. Kaum Quraisy selalu menghalangi
mereka beribadah. Saat tengah shalat, sekelompok kaum Quraisy
mengganggu dengan saling melemparkan lelucon kasar. Karena kesal dan
tidak tahan, Sa‟d bin Abi Waqqas yang memukul salah satu orang Quraisy
33
Mahmud As-Sa‟id, 10 Sahabat yang Dijamin Surga, 274.
34
Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi (Jakarta: Ummul Qura, 2012), 123.
35
Sa‟ad berada dalam sebuah bataliyon yang jumlahnya terdiri dari 20 orang muhajir. Peristiwa ini terjadi di akhir bulan syawal tahun pertama hijrah. Ia juga ikut berperang berperang bersama
18
dengan tulang unta sehingga melukainya. Ini menjadi darah pertama yang
tumpah akibat konflik antara umat Islam dengan orang kafir. Konflik yang
kemudian semakin hebat dan menjadi batu ujian keimanan dan kesabaran
umat Islam.36
Setelah peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih
tenang dan bersabar menghadapi orang Quraisy, seperti yang difirmankan
Allah SWT :
”Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.”37 Cukup lama kaum Muslim menahan diri. Baru beberapa dekade kemudian, umat Islam
diperkenankan melakukan perlawanan fisik kepada para orang kafir.
Sa‟d mempunyai dua senjata yang sangat ampuh, yaitu panah dan doanya. Jika ia memanah musuh dalam peperangan, dapat dipastikan pasti
mengenai sasarannya, Rasulullah juga pernah bersabda,
”Siapa yang menembakkan panah sampai ke sasaran dalam jihad di jalan Allah, maka ia memperoleh satu derajat di surga.”38
Di arena generasi pertama, namanya bersinar dan dicatat dengan
huruf cemerlang, bahwa ia orang pemberani pertama yang melemparkan
36
Zarkasih, “Sa‟ad bin Abi Waqqas”, dalam https://nasirusunna.wordpress.com/kisah-inspiratif/kisah-kisah-sahabat-nabi/saad-bin-abi-waqqas (12Maret 2011)
37
al-Qur‟an, 73 (al-Muzzammil): 10.
38
19
dengan anak panah fi sabilillah.39Alangkah besarnya penghargaan yang
diletakkan di dada Sa‟ad, beliau juga memperoleh suatu keistimewaan
karena dia telah melihat dua lelaki berpakaian putih di samping kanan dan
kiri Rasulullah SAW yang ikut bertempur dengan sengit yang belum
pernah ia lihat seumur hidupnya, keduanya adalah Jibril dan Mikail.40
Sa‟ad mendapatkan derajat yang sangat tinggi dalam keimanan, sehingga ia terkenal dengan sebutan Mustajab Ad Dakwah (orang yang
doanya selalu di kabulkan). Doanya sangat ditakuti namun juga sangat di
harapkan oleh semua orang. Sebagai contoh ialah peristiwa yang
diriwayatkan oleh Amir bin Sa‟ad :
Ada seorang laki-laki memaki Ali, Thalhah, dan Zubair. Ketika
dilarang, lelaki itu tidak menghiraukannya. Lalu Sa‟ad berkata “Kalau begitu saya akan mendoakan kamu kepada Allah. ”Orang itu tidak
menghiraukan perkataan dari Sa‟ad, dan orang tersebut berkata “S
eolah-olah kamu seorang Nabi. ”Sa‟ad pun pergi berwudhu dan shalat dua
rakaat. Setelah itu Sa‟ad berdoa yang intinya Sa‟ad mengadukan bahwa
ada seorang lelaki yang memaki sahabat Rasulullah.41
Tidak lama dari itu tiba-tiba muncul seekor unta liar dan onta
masuk kedalam lingkungan orang-orang banyak yang seolah-olah mencari
39
Asy-Syaikh, 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, 799.
40
Musthafa Murad, 30 Sahabat Nabi yang Dijamin Surga (Solo: Insan Kamil, 2011), 152.
41
20
seseorang. Tiba-tiba, Onta tadi menabrak, menginjak-injak dan
menyepaknya beberapa kali. Hingga akhirnya tewas menemui ajalnya.42
Kejadian di kuffah yang pada saat itu Sa‟ad bin Abi Waqqas difitnah. Jabir bin Samarah, berkata bahwa Sa‟ad tidak pernah bagus dalam shalatnya. Mendengar hal itu Sa‟ad membela diri dan berkata,”Aku shalat seperti shalatnya Rasulullah, aku memanjangkan bacaan pada rakaat
pertama dan kedua , dan aku memendekkan bacaan pada rakaat ketiga dan
keempat.”43
Umar mengetahui masalah ini, dan Umar langsung mengirim
beberapa orang untuk menginterview di masjid-masjid kota Kuffah. Setiap
kali pesuruh dari Umar datang ke sebuah masjid pasti para jamaahnya
memuji dan mengagungkan Sa‟ad. Ketika sampai di sebuah masjid Bani Abbas, Ada seorang laki-laki yang bernama Abu Sa‟adah, dia berkata,
“Dia tidak pernah berjalan melepas tentara, tidak pernah adil dalam
memutuskan perkara, dan tidak pernah rata dalam membagi harta
ghanimah. Maka Sa‟ad berkata, “Demi Allah, aku akan berdoa kepada Allah dengan tiga doa. Ya Allah, jika orang itu bohong dan dusta
kepadaku maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kekafirannya dan
hadapkan dia pada fitnah.”44
Jabir bin Samarah berkata, “Aku sendiri melihat orang tersebut,
beberapa tahun setelah kejadian itu. Bulu di pelipisnya sangat panjang
42
Syaikh Muhammad Sa‟id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), 26.
43
Mustofa Murad, 30 Nama Penghuni Surga (Jakarta: Amzah, 2003), 64-65.
44
21
hingga menutupi matanya dan dia sering menggangu anak-anak gadis dan
mengucapkan kata-kata kotor. ”Beberapa tahun setelah kejadian itu, apabila orang itu ditanya tentang sebab dari bencana yang menimpanya,
maka dia menjawab, “Aku adalah orang tua yang renta dan terhina yang
terkena doa Sa‟ad.”45
Kisah yang lain dari terkabulnya doa Sa‟ad adalah, bahwa seorang laki-laki dari kaum muslimin telah datang kepada Sa‟ad bin Abi Waqqas
Radhiyallahuanh dan berkata, “Apakah kita berperang sedangkan Sa‟ad
hanya duduk-duduk di pintu Qadisiyyah, banyak wanita telah kehilangan
suami-suami mereka, sedangkan istri-istri Sa‟ad tidak ada yang
menjanda.”46
Lalu perkataan itu sampai kepada Sa‟ad, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Ya Allah, tahan-lah mulut dan kedua tangannya sekehendak-Mu.” Maka pada saat peperangan Qadisiyyah, laki-laki itu terkena tembakan anak panah, sehingga lidah dan
kedua tangannya terpotong serta terbunuh.47
Kemuliaan dan keutamaan Sa‟ad yang lainnya adalah menghindar -kan diri dari perselisihan yang terjadi antara manusia, pasca terbunuhnya
Utsman bin Affan, semoga Allah memayunginya dengan awan keridhaan.
Bahkan ia berpesan kepada keluarganya untuk tidak mengabarkan apa pun
berita mengenai orang-orang hingga umat bersatu di bawah satu imam. Ia
berkata, “Aku tidak mengira bahwa aku dengan pakaian seperti ini berhak
45
Murad, 30 Sahabat Nabi yang Dijamin Surga . 148.
46
Ibid.
47
22
menjadi khalifah. Aku telah berjihad, sebab aku mengetahui jihad, dan aku
tidak menyiksa diriku kalau ada seseorang yang lebih baik daripadaku.
Aku tidak akan berperang hingga kalian membawakan untukku pedang
yang memiliki dua mata, lidah dan dua bibir, lalu mengatakan, “Ini
mukmin dan ini kafir.”48
Sa‟ad merupakan salah satu tokoh zuhud yang telah mengetahui makna qana‟ah (rasa puas). Karena itu, mereka berpaling dari dunia. Inilah ucapan Sa‟ad di waktu menasihati anaknya, Mush‟ab. Ia berkata, “Wahai
ananda! Apabila engkau menuntut sesuatu, tuntutlah dengan rasa puas.
Sebab, orang yang tidak memiliki rasa puas maka harta tidak akan
membuat kaya.49
Sa‟ad bin Abi Waqqas mempunyai banyak sifat mulia yang telah dibuktikannya. Ia tidak pernah dengan bangga menyebutkan sifat-sifat
mulianya itu kecuali dua hal yang istimewa. Pertama, Dia adalah orang
pertama yang melemparkan tombak di jalan Allah dan orang pertama pula
yang terkena olehnya. Kedua, Ia merupakan satu-satunya orang yang
dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau.50
Dalam Kitab Mughozi Al-Waqidi disebutkan :
ىمرو " يمأو يأ كادف مرا " :دعسل لوقي ملسو يلع ها ىلص ها لوسر لعجف
أف مهسب نابح
اه ع فشكناف ،ىحرجا يقست تناكو نمأ مأ ليذ باص
48
Mahmud As-Sa‟id, 10 Sahabat yang Dijamin Surga, 294.
49
Ibid., 295.
50
Khalid Muhammad Khalid, Para Sahabat Yang Akrab Dalam Kehidupan Rasul (Jakarta: PT
23
ملسو يلع ها ىلص ها لوسر ىلع كلذ قشف ،كحضلا ي ها ودع برغتساف
عقوف ،" ب مرا " :لاقف ، ل لصن ا ] امهس صاقو يأ نب [ دعس ىإ عفدف
ىلص ها لوسر كحضف ، تروع تدبو ايقلتسم عقوف ،نابح رح ةرغث ي مهسلا
ها
كتوعد ها باجأ دعس اه داقتسا " :لاق م ،ةذجاون تدب ىح ملسو يلع
كتيمر ددسو
51
".
Rasulullah SAW bersabda, “Panahlah, tebusanmu adalah ibu dan
bapakku!” Lalu aku mencabut sebuah anak panah yang tidak memiliki
mata, kemudian panahku mengenai wajah dari Hibban bin Al-Ariqah
hingga ia jatuh dan terbuka auratnya hingga Rasulullah SAW tertawa
sampai terlihat gigi gerahamnya, dan kemudian beliau berkata, “Sa‟ad telah berhasil menaklukannya, Allah telah mengabulkan, dan
mengarahkan bidikanmu.”52
Di dalam masalah kasih sayang, kepatuhan, dan ketaatan kepada
ibunya, Sa‟ad tidak perlu diragukan lagi. Rasa kasih sayang Sa‟ad kepada
ibunya, seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah
memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan
berbagai pengorbanan yang dilakukannya.53
Suatu hari Abu Bakar As-Shiddiq mendatangi Sa‟ad dengan membawa berita tentang diutusnya Muhammad sebagai Rasul Allah.
51
Abu „Abdillah Muhammad bin Umar bin Waqid Al-Waqidi, Mughozhi Al-Waqidi, (Beirut:
Alam Kutub, 207 H), 241.
52
Asy-Syaikh, 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, 805.
53
24
Seruan ini mengetuk kalbu Sa‟ad menemui Rasulullah, untuk
mengucapkan dua kalimat syahadat.54
Ketika masuk Islam, beliau sempat ditentang oleh ibunya. Dengan
mengetahui bahwa anak yang dicintainya telah masuk agama Islam, maka
ibunya sangat marah dengan keislaman Sa‟ad. “Wahai Sa‟ad apakah kamu rela meninggalkan agamamu dan agama bapakmu, untuk mengikuti agama
baru itu?, Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau
meninggalkan agama barumu itu.” ancam sang ibu. Sa‟ad menjawab
“Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku!”55
Sang ibu sangat paham bahwa Sa‟ad sangat mencintai ibunya dan
sang ibu terus mengancam Sa‟ad untuk mogok makan. Esok harinya ia tampak letih dan payah. Malam berikutnya masih tidak makan dan minum,
dan esok harinya bertambah letih dan payah. Sa‟ad berkata kepada ibunya, „Wahai Ibunda, tahukah engkau, demi Allah, seandainya engkau memiliki
tujuh puluh nyawa, kemudian keluar satu demi satu, aku tetap tidak akan
meninggalkan agamaku karena sesuatu. Terserah Ibunda, mau makan atau
tidak makan.” Saat melihat hal ini ibunya pun kembali makan. Ternyata, Sa‟ad lebih mencintai Allah dan Rasulnya.56
Allah mengekalkan peristiwa yang dialami Sa‟ad dalam ayat
Al-Qur‟an, yang berbunyi :
54
Syukur, Kisah Perjuangan Sahabat-Sahabat Nabi, 213-214.
55
Ibid., 214.
56
25
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah- tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.57
Dan ada lagi ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang orang tua
dan anaknya,
57
26
“Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”58
Kepatuhan dan ketaatan Sa‟ad kepada ibunya cukup pada hal-hal yang baik. Adapun dalam hal-hal yang tidak baik Sa‟ad tidak mengikutinya.59
C. Akhir Riwayat Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{
Saat memimpin perang Qadisyiyah, Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ sedang sakit. Sekujur tubuhnya dipenuhi bisul yang sangat menyiksa, yang
berpecahan setiap kali tubuhnya terhentak di atas kudanya. Namun,
meskipun sekujur tubuhnya berlumuran darah akibat bisul-bisul yang
berpecahan, Sa‟d tetap bersemangat memimpin pasukannya. Meski sakit menderanya, dia tetap meneriakkan aba-aba dan takbir penggugah
semangat dengan lantang sehingga pasukannya terus bertempur dengan
semangat juang yang gigih, Ayo „Abdullah, serang bagian sayap kiri. Engkau Al-Haris‟ masuk ke jantung pertahanan musuh. Engkau Fulan, ke arah sana. Ayo kita sambut surga Allahu akbar!”60
Kehidupan Sa‟d bin Abi Waqqas merupakan kehidupan pekerjaan yang terus-menerus dalam keridhan Allah „Azza wa Jalla, sampai dengan
58
al-Qur‟an, 29 (al-Ankabut): 8.
59
Syukur, Kisah Perjuangan Sahabat-Sahabat Nabi, 216.
60
Gunawan, “Singa yang Menyembunyikan Kukunya (bagian kedua)”, dalam
27
cahaya Allah. Hidup bahagia dan lurus di bawah bayangan Khulafa‟ur
Rasyidun, dan kehidupannya membentang hingga kekhilafahan era
Mu‟awiyyah.
Masalah-masalah sebelum kewafatan Sa‟d adalah Sa‟ad bin Abi Waqqas diangkat sebagai Amir (gubernur) wilayah Iraq, ia mulai
membangun dan merekonstruksi sumber daya manusia. Ia melukis kota
Kuffah dan hukum Islam diumumkan serta dilaksanakan di daerah yang
luas itu.61
Suatu hari, ada fitnah yang diucapkan tabiat pemberontak kepada
Sa‟d, yaitu “Saad tidak pernah shalat dengan benar.” Fitnah tersebut dianggap masalah yang besar oleh Sa‟d. Setelah terjadinya fitnah besar
yang dihadapi Sa‟d, ia memencilkan diri. Bahkan, ia memerintahkan kepada seluruh keluarga dan anak-anaknya agar tidak memberitahukan
tentang apa yang terjadi saat itu.62
Adapun kisah kewafatan Sa‟ad bin Abi Waqqas, menurut riwayat yang shahih pada tahun 55 H, maka usianya pada saat wafat tepatnya
adalah usia 88 tahun.63
Pada saat itu, ia berada di rumahnya di daerah Aqiq untuk
menghadapi detik-detik akhir kembali kepada Allah Ta‟ala dan Mush‟ab
bin Sa‟ad putranya yang memangku kepala Sa‟ad bin Abi Waqqas sampai meninggal. Mush‟ab bin Sa‟ad menangis dan Sa‟ad berkata, “Mengapa
61
Khalid Muhammad Khalid, Para Sahabat Yang Akrab Dalam Kehidupan Rasul (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2000), 126.
62
Ibid.
63
28
kamu menangis, wahai anakku?” Sungguh, Allah tidak akan menyiksaku selamanya dan aku termasuk salah seorang penduduk surga.64
Sa‟ad memberi isyarat ke arah peti simpanannya, yang ketika di
buka, peti tersebut berisi sehelai kain yang telah usang dan lapuk. Ia
menyuruh keluarganya agar mengkafani mayatnya nanti dengan kain itu.
Ketika itu ia berkata, “Aku telah menghadapi orang-orang musyrik di waktu perang Badar dengan memakai kain itu dan telah kusimpan kain itu
untuk keperluan pada hari ini.” Memang, kain usang yang telah lapuk itu tidak bisa dianggap kain biasa. Sa‟ad adalah seorang sahabat Rasulullah yang tulus dan beriman serta gagah berani.65
Dan pada saat perang Badar, Sa‟ad berkata : ”Kita akan bertemu
dengan musuh besok. Kita akan menjadi syahid besok. Maka janganlah
kalian mencuci darah kami dan janganlah kami dikafani, kecuali dengan
pakaian yang kami pakai.66
Sa‟ad bin Abi Waqqas kehilangan penglihatan di akhir hayatnya, ajal yang telah ditentukan pun tiba.
Sosok tubuh yang meninggal terakhir diantara orang-orang
muhajirin ini dipikul di atas pundak orang-orang yang membawanya ke
Madinah, di antara para sahabat yang telah mendahuluinya menemui
Allah, dan di kubur di tanah Baqi‟ Madinah.
64
Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi, 137.
65
Ibid.
66
Yusuf Al-Kandhlawy, Kehidupan Para Sahabat Rasulullah 2 (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2012),
29
BAB III
PERJUANGAN SA’D BIN ABI>WAQQA>S{ SANG PEMANAH DALAM
BEBERAPA EVENT PERANG
A. Perang Badar
Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ mengikuti seluruh peperangan, dan sikap-sikap
kepahlawanannya sangat banyak. Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ ikut serta dalam perang Badar, yang terjadi pada 17 Maret624 Masehi atau 17 Ramadan 2
Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur
menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang.
Badar adalah nama sebuah sumur dan sekarang telah menjadi sebuah kota
yang ramai, berjarak 150 km dari Madinah. Perang Badar ini menjadi
pertempuran pertama dan terbesar antara orang mukmin dan
orang-orang musyrik. Dalam perang ini, Sa‟d menunjukkan kepahlawanannya yang luar biasa.67
Dilaksanakan upacara pemberangkatan lasykar Islam ke medan
perang Badar. Diikuti oleh kurang lebih tiga ratus orang lasykar yang
terdiri atas pasukan berkuda, barisan penunggang unta dan infanteri.
Pidato pengarahan dilakukan oleh panglima perang yaitu Rasulullah SAW
yang berlangsung dengan khidmat dan penuh semangat.68
67
Mahmud As-Sa‟id, 10 Sahabat yang Dijamin Surga, 279.
68
30
Dengan diam-diam, adik kandung dari Sa‟ad bin Abi Waqqas yaitu Umair bin Abi Waqqas menyelinap masuk ke tengah-tengah barisan.
Dalam hati anak remaja yang kurang lebih berusia 13 tahun itu sedang
berkobar semangat ingin turut serta ke medan perang. Rasulullah
mengetahui langkah Umair yang masuk ke tengah-tengah barisan pasukan
perang dan Rasulullah berkata, “Bukan aku melarangmu untuk ikut berperang karena dalam hal ini engkau pun mempunyai hak. Tetapi jangan
sekarang, nanti saja jika engkau sudah dewasa,” kata Rasulullah.69
Sa‟ad pun turut menasehati dan membujuk Umair, Namun Umair
tetap bersikeras untuk ikut berperang sambil menangis, demikianlah yang
terjadi. Rasulullah dan Sa‟ad bin Abi Waqqas akhirnya mengizinkan Umair untuk ikut berperang.70
Ketika sampai di Badar, Rasulullah SAW mengirim Sa‟ad dalam suatu misi pengintaian yang akan ditemani oleh Ali bin Abu Thalib dan
Zubair bin Awwam. Mereka ditugaskan mencari tahu tentang kekuatan
Quraisy. Mereka berhasil menangkap dua orang remaja yang mengambil
air untuk orang-orang Quraisy, dan membawa mereka ke hadapan
Rasulullah SAW. Dari mereka berdua, berhasil dikorek keterangan
bahwasanya Quraisy telah keluar dengan seluruh kekuatannya, dan saat itu
telah berkemah di Udhwatul Qushwa di dekat sumur Badar.71
69
Aswara, Sa’ad bin Abi Waqqash, 20.
70
Ibid., 20-21.
71
31
Akhirnya orang-orang mukmin berhadapan langsung dengan
orang-orang kafir. Kedua barisan telah bertemu dan kedua pasukan saling
bertempur. Para pahlawan saling berjibaku dan peperangan semakin
memanas. Sa‟ad pun melaju menenggelamkan tangannya di tengah-tengah
musuh, dan selayaknya seorang kesatria pemanah dan terkadang layaknya
seorang prajurit pejalan kaki. Ia pun berhasil memberikan kontribusi yang
hebat disana.72
Di perang Badar, Sa‟ad memperlihatkan kreasinya dalam kecermatan memanah. Ia banyak memanah para pembesar (Quraisy)
hingga banyak yang kena. Diriwayatkan bahwa Sa‟ad RA berkata, “Pada
Perang Badar, aku memanah Suhail bin Amru, hingga urat pahanya putus,
selanjutnya Suhail masuk Islam. Kemudian aku mengikuti jejak darahnya
hingga kutemukan ia sudah berada ditangan Malik bin Ad-Dakhsyam.
Malik Ad-Dakhsyam sudah menggores ubun-ubunnya. Lantas kami
mengadukan masalah ini kepada Rasulullah SAW. Maka beliau pun
mengambil Malik bin Ad-Dakhsyam dari kami.73
Pada perang Badar, Sa‟ad berperang menggunakan pedangnya dan sebagai prajurit berkuda di tengah-tengah pasukan infanteri, dan pada
pertempuran ini ia berhasil menggiring dua orang tawanan. Abdullah bin
Mas‟ud RA menerangkan, “Dalam Perang Badar ini, aku bersama Sa‟ad dan Ammar ikut serta dalam pembagian harta rampasan yang kami
72
Asy-Syaikh, 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, 802.
73
32
peroleh. Sa‟ad membawa dua orang tawanan, sementara aku dan Ammar tidak membawa apapun.74
Pada saat berkecamuknya perang, Allah memuliakan tentaranya
dengan menurunkan rasa kantuk kepada mereka, dan Allah SWT
berfirman,
“Ingatlah, ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman dari pada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari
kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan
memperteguh dengannya telapak kaki(mu).”75
Pasukan berkuda kaum muslimin terus menyerbu, kemudian
disusul oleh pasukan penunggang unta. Sedangkan pasukan infanteri atau
pejalan kaki bersiap-siap di belakang, di tempat yang agak tinggi. Sa‟ad dan Umair berdiri berdampingan di tempat yang agak tinggi itu. Kemudian
meluncurlah anak-anak panah mereka yang ditujukan kepada orang-orang
Quraisy yang berada pada posisi terdepan. Tak lama kemudian perlawanan
kafir Quraisy mulai melemah. Sebaliknya lasykar Islam semakin menekan
74
Mahmud As‟Sa‟id, 10 Sahabat yang Dijamin Surga, 280-281.
75
33
musuhnya. Tetapi, tiba-tiba datang bantuan dari kaum kafir Quraisy, dan
pasukan lasykar Islam mengalami kepanikan menyaksikan banyaknya bala
bantuan kaum kafir.76
Sa‟ad dan Umair juga selalu dikepung oleh musuhnya. Tetapi, dengan kemahirannya memainkan panah dan pedangnya mereka berhasil
melukai banyak musuhnya dan menewaskan beberapa kaum kafir Quraisy.
Sa‟ad dan Umair terpaksa berpisah karena mereka sendiri-sendiri menghadapi kepungan dari musuhnya.77
Seusai peperangan, Sa‟ad bin Abi Waqqas kembali ke Madinah dengan kemenangan. Namun, Adiknya, Umair terbunuh dalam perang
Badar dalam usia enam belas tahun. Ia dibunuh oleh Amru bin Abdu
Wadd, dan di makam di bumi Badar bersama para syuhada‟ lainnya. Sa‟ad merelakan adiknya kembali ke pangkuan Allah dengan mengharap pahala
darinya.78
B. Perang Uhud
Perang Uhud adalah peperangan yang pecah antara kaum muslimin
dan kaum kafir Quraisy pada tanggal 7 Syawal 3 H (22 Maret 625 M).
Perang ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Perang
Badar. Tentara Islam berjumlah 700 orang, sedangkan tentara kafir
berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah
76
Aswara, Sa’ad bin Abi Waqqash, 22.
77
Ibid.
78
34
SAW, sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Disebut Perang
Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid
Nabawi dan bukit Uhud ini mempunyai ketinggian 1000 kaki dari
permukaan tanah dengan panjang 5 mil.79
Orang-orang Quraisy bertekad untuk membersihkan rasa malu atas
kekalahan yang diderita sebelumnya. Pada perang ini, Sa‟d mencatatkan kontribusi dan kiprah yang tersimpan dalam lembaran kisah hidupnya
yang abadi. Di perang Uhud ini Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ tegar bersama Rasulullah SAW. Orang-orang musyrik mengepung nabi dengan
pengepungan yang kuat dan kaum muslimin berpaling atau tercerai berai
dari titik pertempuran Uhud yang berkobar dengan hebatnya. Sa‟ad RA membawa satu dari tiga panji kaum Muhajirin dan juga ikut serta dalam
berbagai peristiwa bersama Rasulullah SAW di perang Uhud tersebut. Ia
termasuk pemanah yang dijadikan perumpamaan dalam kekuatan
memanah dan ketepatan sasaran serta kecermatan dalam memanah.80
Peperangan telah pecah. Pembawa panji pasukan musyrik, Sa‟ad bin Abu Thalhah bangkit dan berkata, “Siapa yang akan berduel denganku?”, Sa‟ad menerima tantangannya. Ia pun menyerang, menebas dengan pedangnya, dan memutuskan tangan kanannya. Ia pun memegang
panji dengan tangan kiri. Sa‟ad kembali menyerang dan memotong tangan
kiri tersebut. Ia kemudian memangku panji tersebut di dadanya. Maka
79
Dede Komarudin, “Deskripsi Perang Badar dan Perang Uhud”, dalam
http:/www.academia.edu/8844322/Deskripsi_Perang_Badar_dan_Perang_Uhud
80
35
Sa‟ad mengambil busurnya, dan menusukkan di antara baju besi dan pelindung kepala musuhnya.81
Pada perang Uhud, Ia memiliki peristiwa yang membuat kaum
musyrikin kepayahan, dan membakar mereka dengan anak panah yang
tepat sehingga menjadikan mereka terbunuh. Imam Muslim meriwayatkan
dalam shahih-nya dari Sa‟ad Radhiyallahu ‟anhumh berkata, “Seorang musyrik membakar kaum muslimin, lantas Rasulullah SAW bersabda,
‟Panahlah, bapak dan ibuku menjadi tebusanmu!‟ Lalu aku mencabut sebuah anak panahku mengenai wajahnya hingga ia jatuh dan tersingkap
auratnya hingga Rasulullah tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya.”82
Dan tertawanya Rasulullah SAW adalah karena gembira akan terbunuhnya
musuh, bukan karena aurat yang tersingkap.83
Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Aku tidak pernah mendengar
Rasulullah SAW mengumpulkan kedua orang tuanya sebagai tebusan
untuk seseorang selain untuk Sa‟ad bin Abi Waqqas. Karena sesungguhnya pada perang Uhud aku mendengar Rasulullah bersabda,
„Panahlah, bapak dan ibuku menjadi tebusanmu!‟.”84
Sa‟ad meriwayatkan bahwa malaikat yang mulia telah
membantunya dalam perang Uhud. Saad berkata, “Aku melihat diriku
dilempar anak panah pada perang Uhud, kemudian anak panah itu
81
Asy-Syaikh, 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, 804.
82
Mahmud As-Sa‟id, 10 Sahabat yang Dijamin Surga, 282.
83
Ibid.
84
36
ditangkis oleh seseorang berwajah tampan yang tidak kukenal sampai
peristiwa itu berlalu. Aku pun mengira bahwa ia adalah malaikat.”85
ارثكأ دق ةقرعلا نب نابحو و و يمشجا ةماسأ يأ وخأ ر ز نب كلام ناكو
نم جرخ ىح ، يع باصأ مهسب اكلام دعس ىمرف ،لب لاب لتقلا نملسما ي
لتقو افق
.
86Maksud dari hadist di atas, begitu juga dengan Malik bin Zuhair
yang merupakan salah seorang pemanah ulung yang dimiliki Quraisy, ia
telah banyak merepotkan dan melukai kaum muslimin. Maka Sa‟ad pun membidik Malik yang saat itu berlindung dibalik sebuah karang. Sa‟ad
pun terus menunggu kesempatan untuk melepaskan panahnya. Dan begitu
ia melongokkan kepalanya untuk kembali memanah kaum muslimin,
Sa‟ad segera melepaskan panahnnya, dan tepat mengenai matanya hingga
tembus ke bagian belakang kepalanya. Malik segera melompat karena rasa
sakit dari panah tersebut, dan kemudian terjatuh mati tak bergerak.87
Namun pertempuran tidak berlangsung sebagaimana awalnya,
dimana kaum muslimin telah berhasil melukai pasukan musyrikin, dan
Allah SWT menurunkan kemenangan bagi tentara-Nya. Pasukan muslimin
merasa tenang dan mereka segera meninggalkan gunung dan turun untuk
ikut mengumpulkan harta rampasan perang. Dengan demikian mereka
85
Mahmud As-Sa‟id, 10 Sahabat yang dijamin Surga, 283.
86
Abu „Abdillah Muhammad bin Umar bin Waqid Al-Waqidi, Mughozhi Al-Waqidi, (Beirut: 'AlimulKitab, 207 H), 241.
87
37
telah melanggar perintah Rasulullah SAW untuk tidak meninggalkan
tempat mereka.88
Pasukan musyrikin pada saat itu segera berbalik dan membunuh
pasukan pemanah yang masih tersisa. Pasukan muslimin pun kalang kabut
meninggalkan Rasulullah SAW. Adapun Sa‟ad bin Abi Waqqas, dia bertahan tanpa sedikitpun bergeser dari tempatnya, seolah-olah ia telah
menancapkan kakinya di bumi Uhud. Ia meneruskan pertempuran seperti
pada awal peperangan, dan ia merupakan salah satu darimereka yang
beruntung bersama Rasulullah SAW. Asy-Syaikhani meriwayatkan dari
Abu Utsman An-Nahdi, ia berkata, ”Tidak ada yang tersisa di sebagian hari-hari dimana Rasulullah SAW berperang, selain Thalhah dan Sa‟ad,
sebagai mana yang mereka katakan.”89
Pada perang ini, Sa‟ad menerima beberapa lencana penghargaan tertinggi yaitu mahkota yang diberikan Rasulullah SAW kepada Sa‟ad
ketika beliau menebusnya dengan kedua orang tuanya, karena kagum akan
kepahlawanannya, dan pengakuan atas pengorbanannya yang
mengagumkan, juga sebagai penghargaan atas peranannya yang besar
dalam membela Islam dan melindungi Nabinya Shallallahu Alaihi wa
Sallam. Bahkan Rasulullah SAW memecahkan tempat anak panahnya dan
menyerahkan panah-panah tersebut kepada Sa‟ad agar di inginkan olehnya.90
88
Asy-Syaikh, 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, 808-809.
89
Ibid.
90
38
C. Perang Qadisyiyah
Khalifah Umar bin Khattab Al Faruq bertekad menyerang kerajaan
Persia yang terkenal gagah perkasa. Ia ingin menggulingkan pemerintahan
Persia dan menumpas agama berhala sampai ke akar-akarnya di
permukaan bumi. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Umar
memerintahkan kepada gubernur dari setiap wilayah supaya mengirim
orang yang memiliki senjata, kuda, atau orang yang memiliki kelebihan,
seperti pemikiran yang tajam, pintar berpidato yang dapat mengobarkan
semangat perang. Setelah khalifah Umar berunding dengan para sahabat,
akhirnya Sa‟d bin Abi Waqqas, sang singa yang menyembunyikan kukunya itu terpilih menjadi panglima perang dalam perang Qadisyiyah.91
Sebelum angkatan perang yang besar itu berangkat, khalifah Umar
berpidato memberikan amanat, “Wahai Sa‟ad, janganlah kamu bangga dikarenakan kamu paman Rasulullah dan pernah menjadi sahabat beliau.
Sesungguhnya Allah tidak menghapus suatu kejahatan dengan kejahatan.
Tetapi Allah menghapus kejahatan dengan kebaikan, sesungguhnya Allah
tidak memandang kepada nasab seseorang. Yang termulia di sisi-Nya
adalah orang yang paling taat kepada-Nya. Dan peganglah teguh-teguh
agama ini sebab ia adalah pangkal kebahagiaan. Ini adalah amanatku
kepadamu, sedikitpun jangan kamu remehkan ia agar kamu tidak menjadi
orang-orang yang rugi” 92
91
Syukur, Kisah Perjuangan Sahabat-Sahabat Nabi, 220.
92
39
Umar Radhiyallahu 'Anhu menulis surat kepada Sa‟ad agar para pemimpin pasukan bertempur bersama pasukannya. Di dalam setiap
pasukan terdapat 10 senior yang berpengalaman. Dan agar mereka segera
berangkat menuju Qadisyiyah. Sa‟ad menunjuk Khalid bin Urfuthah sebagai wakilnya, pasukan terdepan dipimpin oleh Zuhrah bin
Al-Hawiyyah. Pasukan bagian belakang