PENYELIDIKAN PENDAHULUAN DAERAH PANAS BUMI P, SERAM, KABUPATEN
MALUKU TENGAH DAN KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT – MALUKU
Oleh :
Fredy N., Bangbang S., Arif M., Janes S dan Robertus S. L. S.
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
SARI
Lokasi penyelidikan termasuk kedalam dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Secara geografis terletak pada koordinat 128o 00’00” – 129o30’00” BT dan 2o48’25.90” – 3 o28’22.12” LS dengan luas sekitar 180 km X 75 km
Terdapat empat kelompok penyebaran manifestasi panas bumi di P.Seram, dari barat ke timur adalah kelompok manifeatasi panas bumi Kelapa Dua, Pohon Batu, Banda Baru dan Tehoru.
Daerah penyelidikan dibagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu : morfologi perbukitan terjal, perbukitan bergelombang dan morfologi pedataran.
Manifestasi panas bumi yang terdapat di Kelapa Dua, Pohon Batu, Banda Baru maupun Tehoru muncul di satuan batuan malihan yang berumur Perm – Trias dan Manifestasi panasbumi yang muncul dikontrol oleh sesar yang relatif mendatar mengiri.
Tipe air panas Kelapa Dua termasuk ke dalam tipe air klorida sedangkan mata airpanas Pohon Batu-Sanahu, Banda Baru – Amahai dan Tehoru termasuk ke dalam tipe air klorida – bikarbonat, lingkungan pemunculannya berada diantara batuan sedimen dan sedimen marine dan umumnya berada pada zona “partial equilibrium” dan sebagian berada pada perbatasan dengan “immature water”
Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah panas bumi Kelapa Dua , Pohon Batu, Banda Baru dan Tehoru sebesar 123-176oC menggunakan geotermometer SiO2 (conductive
cooling) sedangkan dengan geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar 173-240 oC dan termasuk kedalam entalpi sedang - tinggi (intermediate- high enthalphy).
PENDAHULUAN
Pemunculan manifestasi panas bumi di P.Seram umumnya melalui batuan non vulkanik yaitu melalui batuan malihan berumur Perm-Trias, sehingga sumber panasnya diduga berasal dari batuan intrusi yang tidak muncul ke permukaan. Manifestasi panasbumi yang muncul di permukaan dikontrol oleh sesar mendatar yang relatif bergerak mengiri.
Secara administratif daerah penyelidikan termasuk kedalam 2 (dua) kabupaten yaitu : Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat di P. Seram, sedangkan secara geografis terletak pada koordinat 128o 00’00” – 129o30’00” BT dan 2o48’25.90” – 3
o
28’22.12” LS dengan luas sekitar 180 km X 75 km *(Gambar 1).
Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui latar belakang pembentukan manifestasi panas bumi di P.Seram baik secara geologi maupun geokimia di daerah setempat, disamping untuk mengetahui potensi sumber daya panas bumi spekulatif. Hasil penyelidikan akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian lanjut yang lebih rinci dikemudian hari.
HASIL PENYELIDIKAN
KELOMPOK MANIFESTASI PANAS BUMI
KELAPA DUA-KAIRATU
Terdapat dua buah pemunculan mata air panas dengan temperatur terukur berkisar antara 58.0-60.4°C, temperatur udara
berkisar28.5-28.6°C; pH = netral (7.0-7.19); debit air =0.2 Liter/detik.
Kondisi geologi di daerah panas bumi Kelapa dua ini tersususun oleh dua satuan batuan yaitu satuan batuan malihan berumur Perm hingga Trias dan Endapan Aluvial berumur Resen (Gambar 2 ). Pemunculan manifestasi panas bumi di daerah ini dikontrol oleh sesar mendatar dengan pergerakan relatif mengiri.
Terdapat dua lokasi pemunculan mata air panas di daerah kelapa Dua ini, keduanya bertada di pinggir pantai. Temperatur air panas terukur antara 58,0 – 60,4°C, suhu udara 28,5-28,6°C, pH=7,0-7,19 dengan Debit air= 0,2 liter/detik.
Dari hasil analisa air panas Kelapa dua yang diplot pada diagram segi tiga Cl-SO4
-HCO3 didapatkan bahwa tipe air panas di
daerah ini termasuk dalam tipe Klorida (Gambar 3), kemungkinan air panas terkontaminasi oleh air laut, ditunjang oleh data hasil analisis isotop Oksigen -18 dan Deuterium (Gambar 4)
Dengan menggunakan geothermometer
SIO2 ( Conductive Cooling ), maka
temperatur bawah permukaan di daerah kelapa Dua berkisar antara 123 – 135 °C.
antara 26,7 – 30,7 oC. dengankandungan unsur Hg tanah antara 86 -3840 ppb dimana kandungan Hg tinggi dijumpai disekitar manifestasi panas bumi Kelapa Dua sedangkan kandungan CO2 dalam
udara tanah antara 1.17 – 69.90 % dimana kandungan CO2 sangat tinggi berada
disekitar manifestasi Kelapa Dua dan terlihat pada peta sebaran Hg dan CO2 di
daerah Kelapa Dua (Gambar 4).
KELOMPOK MANIFESTASI PANAS BUMI
POHON BATU
Kondisi geologi tersusun oleh 3 satuan batuan yaitu satuan Batuan Malihan, Konglomerat dan satuan Endapan Batu Gamping Terumbu (Gambar 5).
Di daerah ini juga ditemukan dua pemunculan mata air panas, keduanya berada di dusun Sanahu Lama, Desa Sanahu. Temperatur air panas terukur antara 53,6-55,8°C dengan temperatur udara 26,8°C, pH= netral (7,19) dengan Debit air relatif kecil (=0,12 liter/detik). Berdasarkan hasil analisis kimia dari APPB-1 dan APPB-2 yang diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 memperlihatkan tipe
air panas klorida–bikarbonat (Gambar 6 dari Gb15 Laporan).
Dari kadar boron yang relatif besar (13,31 – 21,04 ppm) dan hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Cl-Li-B (Gambar 7 dari GB 16 Laporan), mata air panas Pohon Batu berada ditengah-tengah dan cenderung kearah Cl-B menunjukkan lingkungan pemunculan mata air panas pada
umumnya berada diantara batuan sedimen dan sedimen marin.
Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga
Na/1000-K/100-√Mg (Gambar 8 ) menunjukkan APPB-1 dan APPB-2 menunjukkan berada pada zona “partial
equilibrium”. Hal ini menggambarkan
kondisi air panas kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dengan temperatur cukup tinggi serta menunjukkan bahwa kondisi mata air panas relatif sedikit sekali oleh adanya pengaruh air permukaan atau pengenceran air meteorik.
Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah panas Pohon Batu sebesar 133 -155oC menggunakan geotermometer
SiO2 (conductive cooling) sedangkan
dengan geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar 236 - 240oC dan termasuk kedalam entalpi sedang - tinggi (intermediate- high enthalphy).
KELOMPOK MANIFESTASI PANAS BUMI
BANDA BARU
Manifestasi Banda Baru-1 (APBB-1) berada di wilayah kampung Banda Baru, desa Banda Baru, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah dan secara geografis terletak pada koordinat (UTM) X= 510054 mE, Y=9644662 mN dengan ketinggian 40 m dpl. Lokasi manifestasi berada di tengah hutan yang dapat dicapai dari kampung Banda Baru dengan berjalan kaki kurang lebih satu jam pada jarak sekitar 3 km. Manifestasi berupa bualan mata air panas yang muncul melalui celah batuan dan membentuk kolam air panas dengan hembusan uap disertai adanya endapan travertin dan oksida besi warna merah-kecoklatan .
Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 60.4 – 61.8 0C pada temperatur udara setempat 29.0 oC, pH terukur di lapangan adalah 7.12 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 4020 mhos dan debit yang cukup besar sekitar 0.5 liter/detik Mata air panas tersebut muncul melalui rekah-rekahan batuan dengan luas kenampakan sekitar 10 x 20 m2 .
Manifestasi Banda Baru-2 (APBB-2) berada di wilayah kampung Banda Baru, desa Banda Baru, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah dan secara geografis terletak pada koordinat (UTM) X= 509993 mE, Y=9644704 mN dengan ketinggian 40 m dpl. Lokasi manifestasi berada sekitar 50 m menuju arah timur dari lokasi manifestasi Banda Baru - 1 dimana
pemunculan manifestasi berupa bualan mata air panas yang muncul melalui celah batuan dan membentuk kolam air panas dengan hembusan uap dan bualan gas serta adanya endapan travertin dan oksida besi warna merah-kecoklatan.
Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 65.9 – 67.8 0C pada temperatur udara setempat 29.2 oC, pH terukur di lapangan adalah 7.10 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 4060 umhos dan debit yang cukup besar sekitar 0.2 liter/detik dengan luas kenampakan 4 x 5 m2. Kondisi fisik dari air panas sedikit keruh warna keputih-putihan, berbau belerang dan berasa kesat.
hasil penyelidikan di lapangan, batuan di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan ke dalam 2 satuan batuan diurut dari yang paling tua adalah Satuan Batuan Malihan dan Satuan Aluvial (Gambar 10).
Batuan malihan terdiri dari satuan batusabak, filit dan sekis dimana terlihat adanya perlapisan, diduga batuan asalnya merupakan batuan sedimen berupa perselingan antara batupasir dan batulempung. Hal ini didukung oleh analisis petrografi dari conto batuan di SRM-36, SRM-38, SRM-89 dan SRM-92
aluvial (Qa) yang berumur Holosen (Gambar.10 )
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemui adanya gejala struktur berupa cermin sesar, zona hancuran, milonitisasi dan kekar-kekar yang intensif yang mengindikasikan adanya sesar mendatar mengiri yang berarah relatif Timur Laut – Barat Daya dimana sesar ini yang mengontrol pemunculan manifestasi panas bumi di daerah Banda Baru.
Berdasarkan hasil analisis kimia dari APTR-1, APTR-2 dan APTR-3 yang kemudian diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO4
-HCO3 memperlihatkan tipe air panas klorida
– bikarbonat (Gambar 11)
KELOMPOK MANIFESTASI PANAS BUMI
TEHORU
Di daerah Tehoru terdapat 3 (tiga) buah manifestasi berupa mata air panas, yaitu :
Manifestasi Tehoru-1 (APTR-1) berada di wilayah dusun Tehoru, desa Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah dan secara geografis terletak pada koordinat (UTM) X= 559061 mE, Y=9625460 mN dengan ketinggian sekitar 30 m dpl. Sumber mata air panas ini muncul melalui rekahan batuan dan mengalir membentuk kolam-kolam yang menyebar dengan hembusan uap dan bualan gas cukup kuat.
Temperatur mata air panas terukur di lapangan relatif sangat tinggi mencapai 92.6 0C pada temperatur udara setempat
27.6 oC, pH terukur dilapangan adalah 6.67 dengan daya hantar listrik sekitar 4820 mhos dan debit sekitar 0.5 liter/detik Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih, sedikit berbau belerang, berasa kesat, dan adanya endapan air panas yang diperkirakan berupa sinter karbonat dan endapan oksida besi warna coklat kekuning-kuningan. Daerah manifestasi Tehoru-1 diperkirakan luasnya sekitar 10 x 20 m2.
Manifestasi Tehoru-2 (APTR-2) berada di wilayah dusun Tehoru, desa Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah dan secara geografis terletak pada koordinat (UTM) X= 559061 mE, Y=9625460 mN dengan ketinggian 30 m dpl. Sumber mata air panas ini berada tidak jauh dari lokasi manifestasi Tehoru-1 dan muncul melalui rekahan batuan dan mengalir membentuk kolam-kolam yang menjebar dan memanjang disertai hembusan uap dan bualan gas cukup kuat dan dijumpai adanya endapan oksida besi warna kecoklatan.
Di sekitar lokasi manifestasi Tehoru-2 dijumpai adanya tanah panas dengan temperatur terukur 80.6 0C serta batuan ubahan yang menjebar kearah sungai Tehoru
Manifestasi Tehoru-3 (APTR-3) berada di wilayah dusun Tehoru, desa Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah dan secara geografis terletak pada koordinat (UTM) X= 559061 mE, Y=9625460 mN dengan ketinggian 30 m dpl. Sumber mata air panas ini muncul melalui celah batuan yang menyebar cukup luas dan memanjang di pinggir sungai Tehoru disertai hembusan uap dan bualan gas dimana terlihat adanya endapan oksida besi warna merah kecoklatan.
Temperatur mata air panas terukur di lapangan cukup tinggi sekitar 68.0 – 74.8
0
C pada temperatur udara setempat 28.4
o
C, pH terukur di lapangan adalah 6.37 dengan daya hantar listrik adalah 2590 mhos dan debit sekitar 0.5 liter/detik . Mata air panas tersebut mengalir masuk ke sungai Tehoru.
Kondisi fisik dari air panas tersebut relatif jernih, sedikit berbau belerang, berasa kesat serta dijumpai adanya endapan air panas yang diperkirakan berupa sinter karbonat dan endapan oksida besi warna coklat kekuning-kuningan. Daerah manifestasi Tehoru-3 diperkirakan luasnya mencapai sekitar 10 x 50 m2 .
Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, batuan di daerah panas bumi Tehoru mempunyai kemiripan dengan
daerah panas bumi Banda Baru yang dikelompokkan ke dalam 2 satuan batuan diurut dari yang paling tua adalah Satuan Batuan Malihan dan Satuan Aluvial (Gambar 12).
Batuan malihan terdiri dari satuan batusabak, filit dan sekis dimana terlihat adanya perlapisan, diduga batuan asalnya merupakan batuan sedimen berupa perselingan antara batupasir dan batulempung. Hal ini didukung oleh analisa petrografi dari conto batuan di SRM-76 dan SRM-81 (lampiran 2). Mengacu pada Geologi Regional (S.Tjokrosapoetra,dkk, 1993), kedua satuan ini dapat disebandingkan dengan Komplek Tehuru (PTRt) pada dimana umur satuan ini adalah Perm – Trias. Diatasnya diendapkan secara tak selaras endapan aluvial (Qa) yang berumur Holosen.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemui adanya gejala struktur berupa cermin sesar, zona hancuran, milonitisasi dan kekar-kekar yang intensif yang mengindikasikan adanya sesar mendatar mengiri yang berarah relatif Barat Laut – Tenggara dimana sesar ini yang mengontrol pemunculan manifestasi panas bumi di daerah Tehoru.
Berdasarkan hasil analisis kimia dari APTR-1, APTR-2 dan APTR-3 yang kemudian diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO4
-HCO3 memperlihatkan tipe air panas
klorida – bikarbonat (Gambar 13).
Kandungan silika yang relatif tinggi (94.01 – 124.76 ppm) pada manifestasi mata air panas Tehoru (APTR-1, APTR-2 dan APTR-3) dibandingkan dengan kadar silika pada mata air dingin Tehoru (11.38 ppm) dan temperatur mata air panas di permukaan sangat tinggi (74.8 -100.50C), hal ini diakibatkan oleh fluida panas bertemperatur tinggi yang berasosiasi dengan batuan di kedalaman dan mengalami suatu proses hidrotermal sehingga terjadi pengkayaan silika dalam larutan.
Dari kadar boron yang relatif besar (6,78 – 16,75 ppm) dan hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Cl-Li-B (Gambar 14), APTR-1, APTR-2 dan APTR-3 seluruhnya berada ditengah-tengah dan cenderung kearah Cl-B menunjukkan lingkungan pemunculan mata air panas pada umumnya berada diantara batuan sedimen dan sedimen marin.
Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga
Na/1000-K/100-√Mg (Gambar 15)
menunjukkan 1, 2 dan APTR-3 menunjukkan berada pada zona “partial
equilibrium”. Hal ini menggambarkan
kondisi air panas kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dengan temperatur cukup tinggi serta menunjukkan bahwa kondisi mata air panas relatif sedikit sekali oleh adanya pengaruh air
permukaan atau pengenceran air meteorik.
Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah manifestasi Tehoru sebesar 130 - 143oC menggunakan geotermometer
SiO2 (conductive cooling) sedangkan
dengan geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar 213 - 230oC dan termasuk kedalam entalpi sedang - tinggi (intermediate- high enthalphy).
Berdasarkan data hasil isotop 18O dan Deuterium yang diperoleh dari sampel APTR-1, setelah diplot kedalam diagram hubungan antara Oksigen-18 dan Deuterium dimana pada umumnya cenderung menjauhi garis air meteorik (Meteoric Water Line) (gambar 30) yang mengindikasikan telah terjadinya pengkayaan 18O karena adanya interaksi fluida panas dengan batuan di kedalaman, hal ini mencerminkan bahwa mata air panas daerah P.Seram kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dan kemungkinan pengenceran oleh air meteorik adalah sangat kecil.
PEMBAHASAN
Daerah Panas Bumi Kelapa Dua
intrusi yang tidak muncul di permukaan. Struktur yang mengontrol kemunculan manifestasi panas bumi adalah sesar yang relatif mendatar mengiri yang berarah Timur Laut – Barat Daya. Di sekitar mata air panas umumnya terdapat sedikit endapan sinter karbonat (travertin), hal ini menunjukkan adanya interaksi fluida hidrotermal yang bertipe klorida dengan batuan sedimen karbonatan, sehingga selama perjalanan air tersebut berinteraksi dan muncul di permukaan membentuk sinter karbonat.
Dari analisa geokimia, tipe air panas dari manifestasi Kelapa Dua adalah tipe air klorida dengan lingkungan berada pada batuan sedimen/sedimen marin dan sangat dipengaruhi oleh air laut karena posisinya yang berada di pantai, terlihat dalam analisa isotop Oksigen -18 dan Deuteurium.
Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah panas bumi Kelapa Dua sebesar 123 - 139oC menggunakan geotermometer SiO2 (conductive cooling)
sedangkan dengan geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar 180 - 182oC dan termasuk kedalam entalpi sedang - tinggi (intermediate- high enthalphy).
Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah, pH tanah relatif netral, terdapat anomali Hg dan CO2 yang
tinggi di sekitar manifestasi dimana temperatur tanah juga relatif lebih tinggi sehingga diperkirakan bahwa tedapat zona-zona lemah di bawah permukaan akibat
dari sesar yang memungkinkan munculnya manifestasi panas bumi di daerah ini.
Berdasarkan luas daerah prospek, temperatur fluida bawah permukaan yang diperoleh, maka dilakukan penghitungan potensi sumber daya spekulatif dengan cara sebagai berikut:
Hel = A x Qel (SNI 13-6171-1999).
dibangkitkan per satuan luas (MWe/km2) Potensi sumberdaya spekulatif untuk manifestasi Kelapa Dua, dengan luas daerah prospek sekitar 2,5 km2 dan temperatur fluida bawah permukaan sebesar 123 - 139oC, termasuk ke dalam entalpi sedang, maka potensi sumberdaya spekulatifnya adalah 25 MWe.
Daerah Panas Bumi Pohon Batu
bertipe klorida-bikarbonat dengan batuan sedimen karbonatan, sehingga selama perjalanan air tersebut berinteraksi dan muncul di permukaan membentuk sinter karbonat.
Dari analisa geokimia, tipe air panas dari manifestasi Pohon Batu adalah tipe air klorida - bikarbonat dengan lingkungan berada pada batuan sedimen/sedimen marin. Konsentrasi kimiawi yang cukup tinggi merupakan indikasi bahwa fluida panas yang berasal dari kedalaman pada temperatur tinggi dan tekanan yang membawa senyawa kimia terlarut sebagai hasil interaksi fluida panas dengan batuan di kedalaman. Mata air panas Pohon Batu berada pada zona “partial equilibrium”, hal ini menggambarkan kondisi air panas kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dengan temperatur cukup tinggi serta menunjukkan bahwa kondisi mata air panas relatif sedikit sekali terpengaruh air permukaan atau pengenceran air meteorik. Hal ini didukung oleh data isotop dari mata air panas dimana cenderung menjauhi garis air meteorik
(Meteoric Water Line) yang
mengindikasikan telah terjadinya pengkayaan 18O karena adanya interaksi fluida panas dengan batuan di kedalaman.
Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah panas Pohon Batu sebesar 133 -155oC menggunakan geotermometer
SiO2 (conductive cooling) sedangkan
dengan geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar 236 - 240oC dan termasuk kedalam entalpi sedang - tinggi (intermediate- high enthalphy).
Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah, pH tanah relatif netral, terdapat anomali Hg dan CO2 yang
tinggi di sekitar manifestasi dimana temperatur tanah juga relatif lebih tinggi sehingga diperkirakan bahwa tedapat zona-zona lemah di bawah permukaan akibat dari sesar yang memungkinkan munculnya manifestasi panas bumi di daerah ini.
Berdasarkan penghitungan potensi yang sama dengan daerah Kelapa Dua maka Potensi sumberdaya spekulatif untuk manifestasi Pohon Batu, dengan luas daerah prospek sekitar 5 km2 dan temperatur fluida bawah permukaan sebesar 133 -155oC, termasuk ke dalam entalpi sedang, maka potensi sumberdaya spekulatifnya adalah 50 MWe.
Daerah Panas Bumi Banda Baru
sehingga selama perjalanan air tersebut berinteraksi dan muncul di permukaan membentuk sinter karbonat.
Dari analisa geokimia, tipe air panas dari manifestasi Banda Baru adalah tipe air klorida - bikarbonat dengan lingkungan berada pada batuan sedimen/sedimen marin. Konsentrasi kimiawi yang cukup tinggi merupakan indikasi bahwa fluida panas yang berasal dari kedalaman pada temperatur tinggi dan tekanan yang membawa senyawa kimia terlarut sebagai hasil interaksi fluida panas dengan batuan di kedalaman. Mata air panas Banda Baru berada pada zona “partial equilibrium”, hal ini menggambarkan kondisi air panas kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dengan temperatur cukup tinggi serta menunjukkan bahwa kondisi mata air panas relatif sedikit sekali terpengaruh air permukaan atau pengenceran air meteorik. Hal ini didukung oleh data isotop dari mata air panas dimana cenderung menjauhi garis air meteorik
(Meteoric Water Line) yang
mengindikasikan telah terjadinya pengkayaan 18O karena adanya interaksi fluida panas dengan batuan di kedalaman.
Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah manifestasi Banda Baru sebesar 156 - 159oC menggunakan geotermometer SiO2 (conductive cooling)
sedangkan dengan geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar 173 - 174oC dan termasuk kedalam entalpi sedang - tinggi (intermediate- high enthalphy).
Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah, pH tanah relatif netral, terdapat anomali Hg dan CO2 yang
tinggi di sekitar manifestasi dimana temperatur tanah juga relatif lebih tinggi sehingga diperkirakan bahwa tedapat zona-zona lemah di bawah permukaan akibat dari sesar yang memungkinkan munculnya manifestasi panas bumi di daerah ini.
Berdasarkan penghitungan potensi yang sama dengan daerah Kelapa Dua maka Potensi sumberdaya spekulatif untuk manifestasi Banda Baru, dengan luas daerah prospek sekitar 5 km2 dan temperatur fluida bawah permukaan sebesar 156 - 159oC, termasuk ke dalam entalpi sedang, maka potensi sumberdaya spekulatifnya adalah 50 MWe.
Daerah Panas Bumi Tehoru
tersebut berinteraksi dan muncul di permukaan membentuk sinter karbonat.
Dari analisa geokimia, tipe air panas dari manifestasi Tehoru adalah tipe air klorida - bikarbonat dengan lingkungan berada pada batuan sedimen/sedimen marin. Konsentrasi kimiawi yang cukup tinggi merupakan indikasi bahwa fluida panas yang berasal dari kedalaman pada temperatur tinggi dan tekanan yang membawa senyawa kimia terlarut sebagai hasil interaksi fluida panas dengan batuan di kedalaman. Mata air panas Tehoru berada pada zona “partial equilibrium”, hal ini menggambarkan kondisi air panas kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dengan temperatur cukup tinggi serta menunjukkan bahwa kondisi mata air panas relatif sedikit sekali terpengaruh air permukaan atau pengenceran air meteorik. Hal ini didukung oleh data isotop dari mata air panas dimana cenderung menjauhi garis air meteorik
(Meteoric Water Line) yang
mengindikasikan telah terjadinya pengkayaan 18O karena adanya interaksi fluida panas dengan batuan di kedalaman.
Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah manifestasi Tehoru sebesar 130 - 143oCmenggunakan geotermometer
SiO2 (conductive cooling) sedangkan
dengan geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar 213 - 230oC dan termasuk kedalam entalpi sedang - tinggi (intermediate- high enthalphy).
Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah, pH tanah relatif
netral, terdapat anomali Hg dan CO2 yang
tinggi di sekitar manifestasi dimana temperatur tanah juga relatif lebih tinggi sehingga diperkirakan bahwa tedapat zona-zona lemah di bawah permukaan akibat dari sesar yang memungkinkan munculnya manifestasi panas bumi di daerah ini.
Berdasarkan penghitungan potensi yang sama dengan daerah Kelapa Dua maka Potensi sumberdaya spekulatif untuk manifestasi Banda Baru, dengan luas daerah prospek sekitar 7,5 km2 dan temperatur fluida bawah permukaan sebesar 130o – 143oC, termasuk ke dalam entalpi sedang, maka potensi sumberdaya spekulatifnya adalah 75 MWe.
Dengan demikian, potensi sumber daya panas bumi spekulatif di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah adalah sebesar 225 MWe.
KESIMPULAN
¾ Tipe air panas (diagram segitiga Cl-SO4-HCO3) Kelapa Dua termasuk
¾ Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah panas bumi Kelapa Dua , Pohon Batu, Banda Baru dan Tehoru sebesar 123o-176oC menggunakan geotermometer SiO2 (conductive
cooling) sedangkan dengan
geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar 173-240 oC dan termasuk kedalam entalpi sedang - tinggi
(intermediate- high enthalphy).
¾ Potensi sumberdaya spekulatif untuk manifestasi Kelapa Dua sebesar 25 Mwe, . manifestasi Pohon Batu sebesar 50 Mwe, manifestasi Banda Baru sebesar 75 Mwe, dan proseki Tehoru sebesar 75 MWe. Dengan demikian, potensi sumber daya panas bumi spekulatif di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah adalah sebesar 225 MWe.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kami ucapkan kepada rekan-rean yang telah memberi masukan-masukan dan saran-saran yang baik untuk penyempurnaan dari isi makalah ini. Demikian juga untuk Tim etor atas sran-sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
M.Chazin.,M, 1977. Laporan Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi di daerah Pulau Haruku, Saparua,
Nusalaut dan Seram, Maluku Tengah.
Fournier, R.O., 1981. Application of Water
Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System: Principles and Case Histories”. John Willey & Sons. New York.
Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg – Ca Geo- Indicators. Geochemica Acta 52. pp. 2749 – 2765.
Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta. Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and
Geothermal System. Academic Press Inc. Orlando.
Martin,K. 1897 ‘’ Journey in the mollucas Ambon,Seram and Buru. EJ,Brile,Leiden’’. Sekala : 100.000 S.Gafoer dkk,. (1994) ‘’ Geologi Lembar
Bula Watubela, Maluku, sekala 1 : 250.000’’
S.Tjokrosapoetro dkk,. (1993) ‘’ Geologi Lembar Ambon, Maluku, sekala 1 : 250.000’’
S.Tjokrosapoetro dkk,. (1993) ‘’ Geologi Lembar Masohi, Maluku, sekala 1 : 250.000’’
Telford, W.M. et al, 1982. Applied Geophysics. Cambridge University Press. Cambridge.
Daerah Penyelidikan
Kelapa Dua Kelapa Dua Kelapa DuaKelapa DuaKelapa DuaKelapa DuaKelapa DuaKelapa DuaKelapa Dua
100
432000 mE 432500 mE 431500 mE Kelapa DuaKelapa DuaKelapa DuaKelapa DuaKelapa DuaKelapa DuaKelapa Dua
100
432000 mE 432500 mE 431500 mE
1000 s.d 2000 ppb > 2000 ppb
Gambar 3. Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 Daerah
Gambar 6. Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 Daerah Pohon Batu
Gambar 7. Diagram segitiga Cl-Li-B Daerah Pohon B t
Gambar 9.Grafik isotop Daerah panas bumi Pohon B t
Gambar 11. Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 Daerah Banda Baru
Gambar 14. Diagram Segi Tiga Cl-Li-B Daerah Tehoru
Gambar 15. Diagram segi Tiga Na-K-Mg Daerah Tehoru Gambar 13. Diagram segi Tiga Cl-SO4-HCO3