• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG

KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN

Oleh:

Wiwid Joni1), Muhammad Kholid1)

1)Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan

SARI

Pengukuran magnetotellurik telah dilakukan di daerah panas bumi Limbong pada tahun 2011.

Pem-bentukan sistem panas bumi di daerah ini tidak berkaitan dengan sistem vulkanis, namun dikontrol oleh

aktivitas vulkanik yaitu di kontrol oleh 3 (tiga ) sesar utama struktur yaitu; Sesar menganan berarah

baratlaut – tenggara, Sesar mengiri berarah barat – timur, Sesar normal berarah timurlaut baratdaya

yang merupakan sesar yang mengontrol manifestasi Kanandede.Pengukuran MT ini dilakukan pada 21

titik ukur yang tersebar dengan jarak antar titik ukur antara 600 m sampai dengan 1000 m. Pengukuran

MT ini bertujuan untuk mencitrakan keadaan bawah permukaan dan mendelineasi daerah prospek panas

bumi. Berdasarkan data hasil survei MT, nilai tahanan jenis rendah terdapat di bagian utara mata air

panas kanandede yang kemungkinan masih membuka kearah timurlaut daerah survei. Tahanan jenis

rendah ini diinterpretasikan sebagai batuan ubahan yang berfungsi sebagai batuan penudung dan tersebar

dari permukaan hingga kedalaman lebih dari 1500 meter. Reservoir panas bumi diperkirakan berada di

bawah batuan penudung ini dengan puncaknya berada pada kedalaman sekitar 1500 meter.

(2)

PENDAHULUAN

Daerah panas bumi Limbong secara admin-istratif berada pada Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1).Daerah panas bumi ini tidak berkaitan dengan system vulkanis, namun dikontrol oleh aktivitas vul-kanik, yang dikontrol oleh3 (tiga ) sesar utama struktur yaitu; Sesar menganan berarah barat-laut – tenggara, Sesar mengiri berarah barat – timur, Sesar normal berarah timurlaut barat-daya yang merupakan sesar yang mengontrol manifestasi Kanandede.

Survei MT ini merupakan rangkaian kegiatan survei panas bumi yang dilakukan oleh Badan Geologi. Survei ini dilaksanakan setelah dilaku-kan survei geosain terpadu pada tahun 2009 dan 2010 serta survei aliran panas (heat flow) pada tahun 2010 oleh Badan Geologi.

Survei MT ini dilakukan dengan tujuan untuk mencitrakan keadaan bawah permukaan, sehingga diperoleh informasi yang cukup aku-rat untuk mendelineasi daerah prospek panas bumi. Metode MT ini dipilih karena memiliki penetrasi yang cukup dalam (lebih dari 5 km) dan memiliki sensitifitas yang tinggi dalam mendeteksi lapisan konduktif diantara lapisan yang resistif (Ushijima, K., dkk., 2000)

GEOLOGI DAN GEOKIMIA

Hasil penyelidikan geologi daerah panas bumi Limbong di dapat bahwa jenis batuan di dae-rah survei ini dapat dikelompokkan ke dalam 16 satuan batuan yang dari tua ke muda terdiri

dari; Batuan Malihan (Km), Granit Tua (Togt), Granit Biotit (Togb), Granodiorit Biotit (Tmgd), Granit Porfir (Tmgp), Vulkanik Tak Terpisahkan (Tplv), Sienit (Tps), Granodiorit (Tpgd), Granit – Aplit (Tpga), Diorit (Qd), Aliran Lava Andesi-tik (Qla), Jatuhan PiroklasAndesi-tik (Qjp), Aliran Lava Dasitik (Qld), Aliran Piroklastik (Qap), Kubah Lava (Qkl), dan Aluvium (Qal)(Gambar 2).

Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, analisis citra Landsat dengan enhance method, analisis citra DEM (digital elevation mode) dan peta topografi, serta terhadap gejala-gejala struktur di permukaan seperti pemunculan mata air panas, kelurusan lembah dan pung-gungan, kekar-kekar, bidang sesar, dan zona hancuran batuan, maka di daerah penyelidikan teramati 3 sesar utama, yaitu ; (Gambar 3).

1. Sesar menganan berarah baratlaut – teng-gara

(3)

barat-timur yang memotong sesar ini.

2. Sesar mengiri berarah barat – timur

Struktur sesar ini berarah barat-timur dan merupakan sesar geser mengiri (sinistral). Sesar utamanya adalah sesar Rongkong membentuk sungai Salu Rongkong. Indikasi di lapangan tentang keberadaan sesar ini adalah adanya zona hancuran di blok bagian selatan yang berupa kekar-kekar tektonik serta gores garis yang membentuk sesar mikro, selain itu kelurusan lembah Sungai Salu Rongkong juga mendukung keberadaan struktur sesar ini.

3. Sesar normal berarah timurlaut baratdaya

Sesar ini berada di bagian baratdaya daerah penyelidikan yang mempunyai arah timurlaut-baratdaya, diperkirakan berupa sesar normal, dengan pergerakan blok bagian baratlaut bergerak relatif menurun terhadap blok teng-gara. Bukti-bukti di lapangan yang dijumpai berupa zona hancuran batuan, kekar-kekar, kelurusan lembah sungai, kelurusan pegu-nungan, serta kelurusan pemunculan mata air panas Kanandede. Sesar ini merupakan sesar yang berperan dalam pemunculan manifestasi Kanandede.

Berdasarkan hasil diagram segitiga Cl-SO4

-HCO3, mata air panas di daerah Limbong

sebagian besar termasuk dalam tipe klorida-bikarbonat. Hanya air panas Tandung dan Kanan Bulo yang termasuk tipe air bikarbonat. Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga

Na/1000-K/100-√Mg menunjukkan mata air

panas Limbong umumnya berada pada zona

full equilibrium, dan perbatasan antara partial

equilibrium dan immature water. Hasil penge-plotan dalam diagram segitiga Cl-Li-B mata air panas Limbong pada umumnya berada diten-gah-tengah dan cenderung kearah Cl-B yang menunjukkan lingkungan pemunculan mata air panas pada umumnya berada diantara batuan sedimen dan vulkanik.

PENGUKURAN MT

Metode magnetotellurik merupakan metode eksplorasi elektromagnetik yang mengukur respon bumi dalam besaran medan listrik (E) dan medan magnet (H) terhadap medan elek-tromagnetik (EM) alam. Respon tersebut dapat berupa komponen horizontal medan magnet serta medan listrik bumi yang diukur pada per-mukaan bumi pada posisi tertentu.

Terdapat tiga jenis sumber medan EM alam yang menghasilkan medan magnetotellurik, yaitu :

Bersumber dari kilat atau petir, sinyal dari sumber ini memiliki frekuensi yang tinggi

Bersumber dari aktivitas ionosfir, sinyal dari sumber ini memiliki frekuensi sedang

Bersumber dari aktivitas sun-spot (bintik hitam) matahari, sinyal dari sumber ini memiliki frek-uensi rendah.

(4)

melakukan setting pengukuran. Setelah siap maka dilanjutkan dengan pengambilan data lapangan.

PETA TAHANAN JENIS

Pengukuran MT dilakukan sebanyak 36 titik ukur yang tersebar secara acak dengan jarak antar titik ukur antara 600 – 1000 m.

Hasil ini disajikan dalam bentuk peta tahanan jenis yang diambil dari hasil pemodelan 2D, dengan kedalaman 500 meter, 1000 meter, 1500 meter, 2000 meter, 2500 meter, dan 3000 meter. Keenam peta ini dapat memberikan gambaran keadaan bawah permukaan khususnya batas dari sistem panas bumi di daerah ini.

Pada peta tahanan jenis kedalaman 500, 100, 1500 meter, sebaran tahanan jenis rendah (<100 Ohm-m) makin mengecil berupa spot kecil terdapat di bagian utara mata air panas Kanandede dengan bertambahnya kedalaman. Nilai tahanan ini diperkirakan berinteraksi dengan batuan granit yang telah teralterasi hidrotermal. Namun pada peta tahanan jenis kedalaman 2000 meter, nilai tahanan jenis sudah tidak terlihat lagi dan nilainya meninggi dengan pola yang sama (Gambar 4, 5, 6)

Tahanan jenis sedang (100 hingga 400 Ohm-m) juga makin mengecil dengan bertambahnya kedalaman yang diperkirakan berasosiasi den-gan batuan terobosan berupa batuan granit yang agak masif, kecuali di bagian timur dae-rah survei yang dihuni oleh anomali rendah yang berupa spot kecil di bagian timurlaut dan

anomali tinggi dibagian tenggara. Nilai tahanan jenis tinggi (>400 Ohm-m) makin membesar di banding dengan bertambahnya kedalaman yang meluas ke arah barat dan masih membuka kearah selatan daerah survei dan diprediksi sebagai batuan terobosan granit yang sangat masif.

Sebaran tahanan jenis (<200 Ohm-m) pada kedalaman 1500 meter diperkirakan sebagai zona batasan antara batuan penudung dan res-ervoir, sehingga zona ini diperkirakan sebagai zona luasan reservoir.

MODEL TAHANAN JENIS 2D

Hasil pengukuran MT juga disajikan dalam bentuk model tahanan jenis 2D yang terdiri dari 4 lintasan, dimana lintasan 1 berarah barat – timur, lintasan 2 berarah baratdaya – timurlaut serta lintasan 3 dan 4 berarah baratlaut – teng-gara.

Lintasan 2 diperlihatkan oleh Gambar 7. Pada model tersebut terlihat adanya sebaran tahanan jenis rendah (< 100 Ohm-m) dipermu-kaan hingga kedalam 500 meter terdapat di ujung bagian baratdaya dan ujung timurlaut. Tahanan jenis rendah ini terdapat dibawah titik ukur MTLB-18, MTLB-19 di baratdaya, dan MTLB-11 di timurlaut. Tahanan jenis rendah ini diperkirakan merupakan batuan yang ter-alterasi hidrotermal

(5)

rendah dibagian baratdaya dengan tahanan jenis di bagian timurlaut hingga kedalam tahanan jenis rendah dan dipertegas oleh kebaradaan struktur berarah baratlaut-tenggara di bawah titik MTLB-21 dan struktur berarah hampir barat-timur di bawah titik MTLB-11. Tahanan jenis sedang ini tersebar dengan kedalaman hingga 1500 meter diinterpretasikan sebagai respon dari batuan terobosan berupa batuan granit yang cukup kompak. Dibawah tahanan jenis sedang terdapat tahanan jenis tinggi (>400 Ohm-m) terdapat di sepanjang penampang.

Dibawah titik ukur MTLB-11 lapisan tahanan jenis rendah ini diperkirakan berasosiasi den-gan batuan ubahan yang berfungsi sebagai batuan penudung pada sistem panas bumi di daerah ini dengan ketebalan sekitar 1000 meter. Dibawah lapisan rendah ini terdapat lapisan tahanan jenis sedang diinterpretasikan sebagai reservoir panas bumi tersebut dengan ketebalan sekitar 1500 meter dan diperkira-kan puncaknya berada pada kedalaman sekitar 1000 meter.

Lintasan 3 (Gambar 8) memotong mata air panas Limbong dibagian baratlaut mata air panas Kanandede memperlihatkan adanya sebaran tahanan jenis rendah (< 100 Ohm-m) dibawah titik ukur MTLB-11 dengan ketebalan sampai 1000 meter, tahanan jenis ini diperkira-kan sebagai batuan penudung dalam sistem panas bumi didaerah ini. Di bagian bawah tahanan jenis rendah terdapat tahanan jenis sedang (100 – 400 Ohm-m) yang diperkirakan sebagai reservoir.

Tahanan jenis tinggi (>400 Ohm-m) terdapat pada kedalaman 2000 meter, terdapat dibawah

tahanan jenis sedang, diperkirakan merupakan respon dari batuan yang diperkirakan sebagai basemen.

Pada model ini juga diinterpretasikan terda-pat struktur yang terdaterda-pat dibagian baratlaut disekitar titik MTLB-11, struktur ini yang men-gontrol pemunculan mata air panas Kanandede.

DISKUSI

Berdasarkan hasil survei MT, sebaran tahanan jenis rendah yang diinterpretasikan sebagai respon dari batuan penudung berada dibagian utara mata air panas Kanandede yang kemung-kinan masih membuka kearah timurlaur daerah survei.

(6)

batuan penudung dan puncak zona reservoir. Tahanan jenis tinggi mulai terlihat pada elevasi -2000 asl semakin kedalam semakin meluas dan dinterpretasikan sebagai batuan sedimen yang yang merupakan basemen dari sistem panas bumi didaerah ini.

Hasil survei MT ini kemudian dikompilasikan dengan data geosain lainnya yang meliputi data geologi, geokimia, dan geofisika (gaya berat, geomagnet, dan tahanan jenis DC) mem-bentuk peta kompilasi geosain (Gambar 10). Berdasarkan peta kompilasi tersebut, daerah prospek panas bumi Limbong dibagi menjadi dua bagian, pertama berada dibagian timur yang berada pada kelas cadangan terduga dan kedua berada dibagian barat yang berada pada kelas hipotetis. Daerah prospek pada bagian timur didukung oleh hasil data geologi, geokimia, geofisika, dan aliran panas (heat flow) dengan luas area sekitar 3,5 km2. Sedangkan

daerah prospek pada bagian barat didukung oleh data geokimia (anomali sebaran Hg) dan data aliran panas (heat flow) dengan luas area sekitar 3 km2.

Hasil dari penghitungan ini kemudian dikonversi ke dalam satuan MWe. Dengan menggunakan metode volumetri dengan menggunakan

asumsi tebal reservoir = 1 km, recovery factor

= 25 %, faktor konversi = 10%, dan lifetime = 30

tahun. Dengan luas daerah prospek terduga = 3,5 km2 dan luas daerah prospek hipotetis =

3 km2, temperatur bawah permukaan 220oC

(Tim Survei Terpadu, 2009), dan temperatur cut-off yang digunakan 180oC, maka potensi

energi panas bumi di daerah Limbong setelah dilakukan pengukuran MT sekitar 13 MWe dan termasuk pada kelas cadangan terduga dan 11

MWe dan termasuk pada kelas sumber daya hipotetis (Tabel 1).

KESIMPULAN

Batuan penudung yang merupakan batuan uba-han akibat adanya interaksi antara fluida panas dengan batuan ditunjukkan dengan respon tahanan jenis rendah.

Tahanan jenis rendah yang diinterpretasikan sebagai batuan penudung ini tersebar dari mulai permukaan hingga kedalaman sekitar 500 meter dengan ketebalan antara 500 meter hingga 1000 meter.

Reservoir panas bumi diperkirakan berada di bawah batuan penudung yang terdapat di bagian timur daerah survei dengan nilai tahanan jenis sedang.

Puncak dari reservoir ini berada pada kedala-man sekitar 1000 meter dan semakin mendalam ke arah utara mata air panas Kanandede yang dapat mencapai kedalaman sekitar 1500 meter.

Daerah prospek panas bumi diberada di bagian barat dengan luas 3 km2 dan di bagian timur

dengan luas sekitar 3,5 km2.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Penyelidikan Panas Bumi dan Pusat Sumber Daya Geologi yang telah memberi-kan ijin untuk menggunamemberi-kan data hasil survei MT dalam penulisan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota tim survei MT daerah panas bumi Tel-omoyo dan anggota tim geologi dan geokimia yang telah bersedia untuk banyak berdiskusi dengan penulis, khususnya Dikdik Rusdianto, Yuanno Rezky, dkk.

DAFTAR PUSTAKA

Bachri, S., dan Alzwar,M., (1975), Kegiatan Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas bumi di Daerah Sulawesi Selatan, Dinas Vulkanologi, Bandung.

Mahon K., Ellis, A.J., (1977), Chemistry and Geo-thermal system, Academic Press, Inc. Orlando.

Fournier, R.O., (1981), Application of Water Geo-chemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System: Principles and Case Histories”. John Willey & Sons, New York.

Giggenbach, W.F., (1988), Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na – K - Mg – Ca Geo Indi-cators, Geochemica Acta 52, 2749 – 2765.

Ratman,N. dkk. (1993),Geologi lembar Mamuju, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Simandjuntak, T.O., dkk. (1993), Geologi lem-bar Mamuju, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Tim Terpadu Panas Bumi (2002), Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Parrara, Kabu-paten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Pusat Sumber Daya Geologi.

Tim Terpadu Panas Bumi (2009), Survei Ter-padu (Geologi dan Geokimia) Daerah Panas Bumi Limbong, Kabupaten Luwu Utara, Sula-wesi Selatan, Pusat Sumber Daya Geologi.

Tim Terpadu Panas Bumi (2010), Survei Geo-fisika Terpadu Daerah Panas Bumi Limbong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Pusat Sumber Daya Geologi.

(8)

LAMPIRAN

Gambar 1. Lokasi daerah survei

(9)

Gambar 3. Analisis pola kelurusan dari citra landsat LE7 dengan enhance method

(10)

Gambar 5. Peta tahanan jenis kedalaman 1500 meter

(11)

Batuan Penudung

Reservoir

Gambar 7. Model Tahanan Jenis 2D Lintasan 2

Batuan Penudung

Reservoir

(12)
(13)

Gambar 10. Peta kompilasi daerah panas bumi Limbong

(14)

Gambar

Gambar 1. Lokasi daerah survei
Gambar 3. Analisis pola kelurusan dari citra landsat LE7 dengan enhance method
Gambar 5. Peta tahanan jenis kedalaman 1500 meter
Gambar 7. Model Tahanan Jenis 2D Lintasan 2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri ( industry

Dengan ini diumumkan, bahwa berdasarkan hasil evaluasi kelompok kerja pengadaan Barang Pada Dinas Peternakan Kabupaten Subang menetapkan Pemenang Pelelangan yaitu

Kinerja user umumnya diukur dalam jumlah kesalahan yang dilakukan dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas?.

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian menurut ketentuan- ketentuan yang berlaku dan berdasarkan Perpres RI No 54 Tahuin 2010 dan Perpres RI No 70/2012

Pokja Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang Kegiatan Dana Alokasi Khusus (DAK) akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Kepada peserta yang berkeberatan atas Pengumuman Pemenang Seleksi Sederhana diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak pengumuman

Pada hari ini Jumat tanggal Tiga puluh satu bulan Oktober tahun Dua Ribu Empat Belas kami yang bertanda tangan dibawah ini Pokja ULP berdasarkan Surat Keputusan

Pada umumnya, sistem pemesanan taksi terdiri dari dua proses bisnis besar, yaitu proses pemesanan itu sendiri dan proses penyebaran pesanan. Tabel 3.1 berisi daftar proses bisnis