• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2004"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2004

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

Menimbang:a. bahwa sumber daya hut an sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai peranan pent ing sebagai sist em penyangga kehidupan dan pembangunan yang berkelanj ut an unt uk mewuj udkan kesej aht eraan masyarakat ;

b. bahwa agar sumber daya hut an pada kawasan hut an produksi, hut an lindung

dan t aman hut an raya dapat dimanf aat kan secara opt imal unt uk

kesej aht eraan masyarakat , maka pengelolaannya perlu dil akukan secara adil dan lest ari melalui pendekat an ekologis dan sosial budaya dengan

memberikan peran yang besar kepada komunit as sosial set empat melalui pola hut an kemasyarakat an;

c. bahwa pola hut an kemasyarakat an sebagai suat u pola pengelol aan hut an yang

mengedepankan peranan komunit as sosial set empat dalam pengelolaan hut an dan sebagai penerima manf aat ut ama dari sumberdaya hut an, dalam

pelaksanaannya perlu diat ur dan dikendalikan agar memat uhi kaidah-kaidah pengelol aan hut an dan mencapai t uj uan yang dit et apkan;

d. bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud dal am huruf a, b

dan c, perlu membent uk Perat uran Daerah t ent ang Pedoman Penyelenggaraan Hut an Kemasyarakat an di Provinsi Nusa Tenggara Barat .

Mengingat :1. Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 t ent ang Pembent ukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Perat uran Dasar Pokok-pokok

Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2034);

3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran Negara

Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046);

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Kit ab Undang-undang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayat i dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengel olaan Lindungan Hidup

(Lembar an Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah

(Lembar an Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

(2)

Pemerint ah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

10.Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara

Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881);

11.Perat uran Pemerint ah Nomor 22 Tahun 1982 t ent ang Tat a Pengat uran Air

(Lembar an Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);

12.Perat uran Pemerint ah Nomor 23 Tahun 1982 t ent ang Irigasi (Lembaran Negara

Tahun 1982 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3226);

13.Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 1991 t ent ang Sungai (Lembaran

Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3446);

14.Perat uran Pemerint ah Nomor 13 Tahun 1994 t ent ang Perburuan Sat wa Liar

(Lembar an Negara Tahun 1994 Nomor 1);

15.Perat uran Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1994 t ent ang Pengusahaan Pariwisat a

Alam (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3550);

16.Perat uran Pemerint ah Nomor 68 Tahun 1998 t ent ang Kawasan Suaka Alam dan

Kawasan Pel est arian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776);

17.Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1999 t ent ang Pengawet an Jenis

Tumbuhan dan Sat wa (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4024);

18.Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah

dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

19.Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 2000 t ent ang Penyedia Jasa

Penyelesaian Konf lik Lingkungan Hidup (Lembar an Negara Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);

20.Perat uran Pemerint ah Nomor 20 Tahun 2001 t ent ang Pembinaan dan

Pengawasan At as Penyelenggaraan Pemerint ahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 4090);

21.Perat uran Pemerint ahan Nomor 34 Tahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan

Penyusunan Rencana Pengelol aan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66);

22.Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan

Lindung;

23.Keput usan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 t ent ang Teknik Penyusunan

Perat uran Perundang-undangan dan Bent uk Rancangan Undang-undang, Rancangan Perat uran Pemerint ah dan Rancangan Keput usan Presiden (Lembar an Negara Tahun 1999 Nomor 70);

24.Keput usan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 t ent ang Tat a Cara Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerint ahan Daerah;

25.Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 5

Tahun 1984 t ent ang Tat a Pengat uran Air (Lembaran Daerah Tahun 1986 Nomor 6);

26.Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 6

Tahun 1984 t ent ang Irigasi (Lembaran Daerah Tahun 1985 Nomor 8);

27.Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 9

Tahun 1989 t ent ang Kawasan Pengembangan Pariwisat a (Lembaran Daerah Tahun 1990 Nomor 3).

M E M U T U S K A N :

Menet apkan

:

PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN
(3)

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perat uran Daerah ini, yang dimaksud dengan : a. Daerah adal ah Provinsi Nusa Tenggara Barat . b. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat .

c. Kabupat en/ Kot a adal ah Kabupat en/ Kot a se-Nusa Tenggara Barat . d. Bupat i/ walikot a adal ah Kabupat en/ Kot a se-Nusa Tenggara Barat .

e. Dinas Kehut anan Provinsi adal ah Dinas Kehut anan Provinsi Nusa Tenggara Barat . f . Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a adal ah Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a se Provinsi

Nusa Tenggara Barat .

g. Hut an adal ah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan l ahan berisi sumberdaya alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam l ingkungannya, yang sat u dengan l ainnya t idak dapat dipisahkan.

h. Kawasan hut an adal ah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh Pemerint ah unt uk dipert ahankaan keberadaannya sebagai hut an t et ap.

i. Hut an negara adal ah hut an yang berada pada t anah yang t idak dibebani hak at as t anah.

j . Hut an hak adalah hut an yang berada pada t anah yang dibebani hak at as t anah. k. Hut an adat adalah hut an negara yang berada dal am wilayah masyarakat hukum adat . l . Hut an produksi adal ah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi

hasil hut an.

m. Hut an l indung adal ah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai

perlindungan sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir, mengendalikan erosi, mencegah int rusi ai r laut dan memelihara kesuburan t anah. n. Hut an konservasi adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai

f ungsi pokok pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya. o. Taman Hut an Raya yang selanj ut nya disebut TAHURA adal ah kawasan pelest arian

alam unt uk t uj uan koleksi t umbuhan dan/ at au sat wa yang al ami at au buat an, j enis asl i dan at au bukan asli yang dimanf aat kan bagi kepent ingan penelit ian ilmu penget ahuan, pendidikan, penunj ang budidaya, pariwisat a, dan rekreasi.

p. Hut an alam adalah kawasan hut an yang t anamannya t umbuh dengan sendirinya t anpa campur t angan manusia.

q. Hut an Tanaman adal ah kawasan hut an yang t anamannya merupakan hasil budidaya manusia dengan j enis t ert ent u.

r. Tebang Pilih Tanam Indonesia yang selanj ut nya disebut TPTI adal ah suat u sist em silvikult ur yang menggunakan penebangan pohon berdiamet er 50 cm keat as dan permudaan hut an dengan penanaman perkayaan.

s. Hut an Kemasyarakat an selanj ut nya disebut HKm adal ah kawasan hut an yang dikelola oleh kel ompok usaha masyarakat set empat dan bert uj uan unt uk memberdayakan masyarakat set empat t anpa mengganggu f ungsi pokok hut an.

t . Wilayah Pengelolaan HKm adal ah kawasan hut an negara yang dit et apkan oleh Gubernur dan dikukuhkan oleh Ment eri unt uk kegiat an HKm.

u. Areal izin kegiat an HKm adalah bagian dari wilayah pengelolaan HKm yang dikelola oleh kel ompok usaha masyarakat set empat dengan izin yang syah.

v. Pengelolaan HKm adalah serangkaian kegiat an yang meliput i : penat aan hut an, perencanaan, pemanf aat an, rehabilit asi dan pemeliharaan, perl indungan hut an di areal izin kegiat an HKm sesuai dengan f ungsi hut an secara berkel anj ut an.

w. Forum Koordinasi Pengembangan Hut an Kemasyarakat an yang selanj ut nya disebut FKPHKm adal ah f orum at au wadah koordinasi ant ar inst ansi pemerint ah, perguruan t inggi, lembaga masyarakat , pakar dan pelaku hut an kemasyarakat an.

(4)

y. Masyarakat set empat adal ah kesat uan sosial yang t erdiri dari warga Negara Republik Indonesia yang t inggal di dalam dan at au sekit ar hut an, yang membent uk komunit as, yang didasarkan pada kesamaan mat a pencaharian yang berkait an dengan hut an, kesej aht eraan, ket erikat an t empat t inggal, sert a pengat uran t at a t ert ib kehidupan bersama.

z. Izin kegiat an HKm dal ah izin yang di berikan oleh Gubernur at au Bupat i/ Walikot a kepada masyarakat set empat unt uk mengelola HKm.

aa. Air permukaan adal ah air yang berada di permukaan t anah baik yang mengalir at au pun yang t idak.

bb. Air bawah t anah adal ah air yang berada di permukaan t anah baik yang mengal ir at au pun yang t idak.

cc. Rehabilit asi adalah segal a usaha unt uk memulihkan, mempert ahankan dan

meningkat kan f ungsi hut an dan lahan sehingga daya dukung, produkt ivit as lahan dan peranannya dalam mendukung sist em penyangga kehidupan t et ap t erj aga melal ui kegiat an penanaman, pengkayaan t anaman, pemeliharaan dan penerapan t eknik konservasi baik sipil t eknik maupun veget at if .

dd. Keput usan Desa, adalah perat uran Desa yang dibuat dalam musyawarah bersama Badan Perwakilan Desa dan Kepala Desa.

ee. Provisi Sumber Daya Hut an yang selanj ut nya disebut PSDH adalah pungut an yang dikenakan sebagai penggant i nilai inst rinsik dari hasil hut an yang dipungut dari hut an negara.

f f . Ret ribusi adal ah pembayaran at as pelayanan penyediaan j asa berupa pemberian pekerj aan ol eh pemerint ah Provinsi kepada pengusaha/ rekanan.

gg. Dana Reboisasi yang selanj ut nya disebut DR adalah dana yang dipungut dari pemegang izin usaha pemanf aat an hasil hut an dari hut an alam yang berupa kayu, digunakan dalam rangka reboisasi, rehabilit asi hut an sert a kegiat an pendukungnya.

BAB II

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

(1) Tuj uan penyelenggaraan HKm adal ah unt uk mewuj udkan keberdayaan dan kesej aht eraan masyarakat di dal am hut an dan disekit ar hut an melalui manf aat ekol ogi, ekonomi dan sosial- budaya dari hut an secara seimbang dan berkelanj ut an.

(2) Berdasarkan st at us f ungsi, kondisi dan pot ensi hut an, pengel olaan HKm mempunyai t uj uan khusus yait u :

a. Pemanf aat an kayu.

b. Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu. c. Pemanf aat an air.

d. Pemanf aat an j asa wisat a alam.

e. Pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi.

(3) Suat u wilayah pengelolaan HKm dapat dikelol a unt uk sat u at au lebih t uj uan khusus, apabila memenuhi seluruh krit eria kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

Pasal 3

(1) Ruang lingkup penyelenggaraan HKm meliput i : penet apan wilayah pengelolaan, penyiapan masyarakat , perizinan, pengelol aan hut an, pembinaan, pengendalian, dan sanksi.

(5)

BAB III

PENETAPAN WILAYAH PENGELOLAAN Bagian Pert ama

Krit eria Pasal 4

(1) Krit eria kelayakan wil ayah pengel olaan HKm sebagai berikut :

a. Berst at us kawasan hut an negara dengan f ungsi hut an produksi, hut an lindung, at au TAHURA.

b. Hut an alam dan at au hut an t anaman dengan priorit as hut an rusak yang perlu direhabil it asi.

c. Terlet ak di dal am dan merupakan bagian dari sat u wilayah kesat uan pengel olaan hut an.

d. Menj adi sumber penghidupan l angsung bagi masyarakat sekit arnya.

e. Mempunyai kel ayakan unt uk dikelol a sebagai usaha bersama oleh masyarakat sekit arnya unt uk t uj uan t ersebut mencakup kelayakan t eknis, kelayakan ekol ogis, kelayakan pr oduksi lest ari dan kelayakan ekonomis.

f . Kawasan hut an yang t idak sedang dibebani izin at au hak bidang kehut anan yang syah at au ada rencana perunt ukan l ainnya oleh pemerint ah.

g. Terlet ak dalam sat u at au beberapa wilayah desa/ kehut anan dengan kepadat an agraris rat a-rat a > 200 j iwa/ km2 (lebih dari dua rat us j iwa per kilo met er persegi). (2) Krit eria kelayakan ekonomis HKm pada hut an alam unt uk produksi kayu adal ah sebagai

berikut :

a. St at us f ungsi hut an produksi.

b. Luas areal yang dapat dikelola maksimal 250 Ha (dua rat us lima puluh hekt ar). c. Dapat dit erapkan sist em sil vikult ur Tebang Habis dengan Permudaan Buat an (THPB)

unt uk hut an produksi t et ap dan dit erapkan syst em silvikult ur Tebang Pil ih Tanam Indonesia (TPTI) unt uk Hut an Produksi Terbat as (HPT).

d. Dapat dit erapkan pol a t anam t umpangsar i unt uk areal yang kemiringan lahannya di bawah 40% (empat puluh persen) dan pola t anam banj ar harian unt uk kemiringan areal di at as 40% (empat puluh persen) at au areal sempadan sungai, sempadan urang, sempadan mat a air, dan sempadan danau/ waduk.

(3) Krit eria kelayakan ekonomis HKm pada hut an alam unt uk produksi hasil hut an bukan kayu adal ah sebagai berikut :

a. St at us f ungsi hut an produksi dan at au hut an lindung.

(6)

c. Mengandung pot ensi produksi lest ari yang dapat dimanf aat kan set iap t ahun dan dapat memberikan nilai lebih unt uk membiayai seluruh kegiat an-kegiat an HKm t ersebut dan seluruh kewaj ibannya kepada Pemerint ah.

(4) Krit eri kelayakan ekonomis HKm unt uk pemanf aat an air adalah sebagai berikut : a. St at us hut an lindung dan at au hut an produksi.

b. Merupakan/ meliput i sat u daerah t angkapan air (cat chment area) dari suat u sungai at au anak sungai.

c. Terdapat mat a air dan at au sungai dengan debit 10 lit er/ det ik (sepuluh lit er per det ik) at au lebih.

d. Luas daerah t angkapan air maksimal 500 Ha (lima rat us hekt ar).

e. Mengandung pot ensi produksi air lest ari yang dapat dimanf aat kan dan dapat

memberikan nilai lebih unt uk membiayai seluruh kegiat an pengelolaan HKm t ersebut dan sel uruh kewaj ibannya kepada Pemerint ah.

f . Tidak bert ent angan dengan kepent ingan umum lainnya.

(5) Krit eri kelayakan ekonomis HKm unt uk pemanf aat an j asa wisat a al am adalah sebagai berikut :

a. St at us hut an lindung dan at au hut an produksi. b. Luas 50 - 100 Ha (lima puluh sampai serat us hekt ar).

c. Mengandung pot ensi wisat a alam berupa air t erj un, mat a air, pemandangan al am, udara sej uk dan bersih, peninggalan budaya/ sej arah, f lora dan f auna, f enomena alam dan lain-lain yang dapat dimanf aat kan dan dapat memberikan nilai l ebih unt uk membiayai seluruh kegiat an pengelolaan HKm t ersebut dan seluruh kewaj ibannya kepada Pemerint ah.

d. Tidak bert ent angan dengan kepent ingan umum lainnya. e. Terdapat akses rekreasi ke lokasi t ersebut .

f . Terdapat areal yang l ayak unt uk prasarana akomodasi wisat a seluas 5-10% (lima sampai sepul uh persen) dari luas seluruhnya berupa areal dengan kemiringan lahan maksimum 15% (lima bel as persen) dan t idak bert ent angan dengan kepent ingan konservasi pada areal int i obj ek wisat a alam t ersebut pada but ir c.

g. Tidak t ermasuk wilayah bahaya bencana alam permanen.

(6) Krit eria kelayakan ekonomis HKm unt uk penangkaran f lora dan f auna adal ah sebagai berikut :

a. St at us t aman hut an raya, hut an lindung at au hut an produksi.

(7)

c. Luas minimum 50 Ha (lima puluh hekt ar). d. Tidak bert ent angan dengan kepent ingan umum.

Bagian Kedua

Penet apan Wilayah Pengelolaan Pasal 5

Penet apan wilayah pengelolaan HKm dilakukan set elah melalui ident if ikasi dan invent arisasi calon wilayah pengelolaan HKm.

BAB IV

PENYIAPAN MASYARAKAT Pasal 6

(1) Penyiapan masyarakat unt uk kegiat an HKm dilakukan unt uk menyiapkan kemampuan, kemauan dan rasa t anggung j awab masyarakat dal am mengelola HKm, sebelum dit erbit kan izin.

(2) Krit eria kesiapan masyarakat meliput i :

a. Ket erampilan t eknis budidaya hut an dan pasca panen.

b. Ket ersediaan dan akses sumberdaya unt uk memulai kegiat an budidaya hut an. c. Ket erampilan/ manaj emen usaha.

d. Pemasaran.

e. Kelembagaan hut an kemasyarakat an.

(3) Indikat or kesiapan kelembagaan masyarakat meliput i:

a. Telah dit et apkan kesepakat an dan ef ekt i f nya at uran-at uran int ernal kelompok yang mengikat dal am pengambilan keput usan, penyelesaian masalah dan konf lik sert a pengelol aan organisasi.

b. Dimil iki dan dipahaminya perat uran perundang-undangan dan ket ent uan t eknis dalam kegiat an HKm sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku meliput i : penat aan areal kerj a, penyusunan rencana pengelol aan, pemanf aat an, rehabilit asi, perlindungan sert a hak dan kewaj iban.

c. Telah t erbent uk kel ompok usaha yang berj alan dengan baik dan meningkat pada 2 (dua) t ahun t erakhir, sert a t erkumpul nya sumberdaya yang cukup unt uk

melaksanakan kegiat an HKm pada t ahun I (pert ama).

(8)

e. Rencana l okasi dan luas areal kerj a sert a j angka wakt u kegiat an dibuat secara t ert ulis dan disusun secara part isipat if , sehingga dapat dipahami, dipat uhi dan dil aksanakan oleh seluruh anggot a kel ompok.

f . Telah dit erapkan pengel olaan lahan dengan baik pada lahan milik maupun kelompok, yang meliput i aspek : penggunaan l ahan sesuai dengan rencana t at a ruang wilayah dan kemampuan lahan sert a penerapan t eknik konservasi t anah dan air.

BAB V PERIZINAN Bagian Pert ama

Jenis dan Jangka Wakt u Berlakunya Izin Pasal 7

(1) Jenis izin Kegiat an HKm t erdiri dari : a. izin pemanf aat an kayu;

b. izin pemanf aat an hasil hut an bukan kayu; c. izin pemanf aat an air;

d. izin pemanf aat an j asa wisat a alam;

e. izin pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi.

(2) Jangka wakt u berlakunya izin kegiat an HKm sesuai dengan t uj uan pemanf aat an hut an yait u:

a. Pemanf aat an kayu selama 35 (t iga puluh lima) t ahun.

b. Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu selama 10 (sepuluh) t ahun. c. Pemanf aat an air selama 10 (sepuluh) t ahun.

d. Pemanf aat an j asa wisat a al am selama 10 (sepuluh) t ahun.

e. Pemanf aat an f lora dan f auna yang t i dak dilindungi selama 5 (lima) t ahun. (3) Jangka wakt u berlakunya izin sement ara kegiat an HKm yait u:

a. Pemanf aat an kayu selama 5 (lima) t ahun.

b. Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu selama 2 (dua) t ahun. c. Pemanf aat an air selama 2 (dua) t ahun.

d. Pemanf aat an j asa wisat a alam selama 2 (dua) t ahun.

e. Pemanf aat an f lora dan f auna yang t i dak dilindungi selama 2 (dua) t ahun. (4) Jangka wakt u berlakunya izin t et ap kegiat an HKm yait u:

a. Pemanf aat an kayu selama 30 (t iga puluh) t ahun.

(9)

c. Pemanf aat an air selama 8 (delapan) t ahun.

d. Pemanf aat an j asa wisat a alam selama 8 (delapan) t ahun.

e. Pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi selama 3 (t iga) t ahun. Pasal 8

(1) Izin t et ap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dapat diperpanj ang apabila t elah memenuhi kewaj iban dan t idak pernah mel anggar larangan dalam izin t et ap. (2) Izin kegiat an HKm bat al / hilang j ika :

a. habis masa berlakunya;

b. diserahkan kembali oleh pemegang izin; c. t erkena sanksi pencabut an izin;

d. dimanf aat kan unt uk kepent ingan negara/ umum

(3) Apabila dimanf aat kan unt uk kepent ingan negara/ umum, maka Pemerint ah waj ib: a. mencari areal penggant i;

b. memberi gant i rugi;

c. kebij akan l ain yang t i dak merugikan pemegang izin. Pasal 9

(1) Izin sement ara sebagaimana dimaksud dal am Pasal 7 ayat (3) hanya diberikan kepada kel ompok masyarakat yang memenuhi persyarat an sebagai berikut :

a. anggot a masyarakat desa di sekit ar hut an yang t ergabung dal am kel ompok t ani at au kel ompok usaha at au koperasi dengan j umlah anggot anya "minimal" 20 (dua pul uh) orang;

b. memenuhi krit eria kelayakan ekonomis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) dan ayat (6);

c. set iap kel ompok masyarakat hanya boleh mengelola sat u areal kerj a HKm dengan sat u at au lebih izin pemanf aat an hut an.

(2) Izin t et ap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) hanya diberikan kepada Pemegang Izin Sement ara kegiat an HKm yang memenuhi persyarat an sebagai berikut :

a. t elah memiliki izin sement ara pengelolaan HKm; b. berbent uk koperasi dan t elah memiliki badan hukum;

c. t elah memiliki Rencana Pengel olaan HKm (Rencana Kerj a Tahunan dan Rencana Kerj a Jangka Panj ang yang sah);

d. t elah memenuhi kewaj iban sebagai pemegang izin sement ara. Pasal 10

(10)

a. Unt uk Pulau Lombok maksimum sebesar j umlah anggot a kelompok dikalikan 1 (sat u) Ha, dengan l uas maksimum 250 Ha.

b. Unt uk Pul au Sumbawa maksimum sebesar j umlah anggot a kel ompok dikalikan 2 (dua) Ha, dengan l uas maksimum 500 Ha.

(2) Luas areal izin kegiat an HKm unt uk t uj uan pemanf aat an air, maksimum 500 Ha (lima rat us hekt ar) berada di sekeliling hut an dan merupakan areal t angkapan air (cat chment area) dari mat a air dan at au sungai t ersebut .

(3) Luas areal izin kegiat an HKm unt uk pemanf aat an j asa wisat a, maksimum sebesar j umlah anggot a kel ompok dikalikan 0, 25 Ha (seperempat hekt ar) areal pemanf aat an dit ambah dengan areal perlindungan yang luasnya 6 (enam) kal i areal pemanf aat an, dengan luas maksimum 150 Ha.

(4) Luas areal izin kegiat an HKm unt uk t uj uan penangkaran f lora dan f auna, maksimum sebesar j uml ah anggot a kelompok dikalikan 2, 00 Ha (dua hekt ar) dengan luas maksimum 100 Ha.

Bagian Ket iga Hak, Kewaj iban dan Larangan

Pasal 11 (1) Hak pemegang izin kegiat an HKm meliput i:

a. melakukan kegiat an HKm selama j angka wakt u berlakunya izin;

b. melakukan pemanf aat an dan memperoleh bagian hasil hut an, pemanf aat an j asa lingkungan dan hasil t umpangsari;

c. memperol eh pembinaan, penyuluhan dan f asilit asi dari Pemerint ah; d. perlindungan hukum at as lokasi/ areal izin;

e. melakukan kerj asama dengan pihak lain.

(2) Kewaj iban bagi pemegang izin kegiat an HKm meliput i: a. melaksanakan t at a bat as dan penat aan HKm; b. menyusun rencana pengelolaan HKm;

c. mengamankan hut an dan kawasan hut an dalam areal / l okasi izin;

d. melaksanakan rehabilit asi, peremaj aan, memelihara perlindungan hut an sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku;

e. memenuhi kewaj iban pembayaran pungut an yang sah kepada negara sesuai perat uran perundang-undangan yang berl aku;

(11)

g. membuat dan menyampaikan l aporan pengelolaan HKm kepada Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a secara berkala set iap 6 bul an.

(3) Larangan bagi pemegang izin kegiat an HKm meliput i:

a. mengalihkan hak/ izin at au mengont rakkan dan at au menyewakan areal izin kepada pihak l ain baik secara perorangan maupun kelompok;

b. melakukan kerj asama dan at au mengaj ak sert a pihak l ain t anpa izin;

c. melakukan t indakan di luar rencana pengelol aan HKm dan at au t indakan yang bert ent angan dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI PENGELOLAAN Bagian Pert ama

Penat aan Pasal 12

(1) Set iap areal/ l okasi izin kegiat an HKm di buat t at a bat as mel iput i bat as l okasi dan bl ok perunt ukan yang t erdiri dari blok budidaya/ pemanf aat an dan blok perlindungan. (2) Pembuat an t at a bat as areal dan t at a bat as perunt ukan l ahan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilaksanakan oleh pej abat yang berwenang.

(3) Apabila dalam sat u areal/ l okasi izin kegiat an HKm t erdapat kel ompok t ani lebih dari sat u, maka unt uk set iap sat u kelompok t ani dij adikan sat u pet ak dan dibuat t at a bat as pet aknya.

(4) Unt uk set iap anggot a kelompok t ani dapat dibuat bat as garapan.

(5) Pembuat an t at a bat as dan t at a bat as garapan sebagaimana dimaksud ayat (3 dan 4) dilaksanakan oleh pet ugas yang dit unj uk.

(6) Blok perlindungan t erdiri dari :

a. perlindungan t at a air pada areal dengan kemiringan l ahan lebih dari 40% (empat puluh persen);

b. sempadan danau/ waduk 500 M (lima rat us met er) dari t epi waduk/ danau; c. sempadan mat a air 200 M (dua rat us met er) dari t epi mat a air;

d. sempadan sungai 100 M (serat us met er) dari t epi anak sungai yang lebarnya ant ara 5 - 20 M (lima sampai dua pul uh met er);

e. sempadan j urang 2 (dua) kali kedalaman j urang dari t epi j urang yang kedalamannya lebih dari 10 M (sepul uh met er) dan l ereng lebih dari 100% (serat us persen);

(12)

g. perlindungan pl asma nut f ah sebagai perlindungan habit at f l ora dan f auna l angka asli (Indigenom) di wilayah it u.

(7) Di dalam bl ok perlindungan t idak boleh dilakukan penebangan pohon dan at au pengol ahan t anah dan at au membuat bangunan kecuali dal am rangka pemeliharaan hut an.

(8) Blok budidaya/ pemanf aat an merupakan areal yang dapat dilakukan unt uk kegiat an pengambilan manf aat hut an secara langsung sesuai dengan f ungsi hut annya.

(9) Buku dan pet a hasil penat aan bat as dit andat angani oleh pemegang izin, pet ugas yang dit unj uk, diket ahui oleh Kepala Desa, dan disyahkan oleh Kepala dinas Kehut anan Kabupat en/ kot a.

Bagian Kedua Perencanaan

Pasal 13

(1) Set iap unit Izin Kegiat an HKm waj i b membuat r encana pengelol aan kegiat an HKm sebagai dasar pel aksanaan pengel ol aan hut an, yang t erdiri dari:

a. Rencana Kera j angka Panang (RKP) yang meliput i j angka wakt u berlakunya Izin Kegiat an HKm.

b. Rencana Kera t ahunan (RKT) unt uk j angka wakt u set ahun.

(2) Penilaian dan pengasahan Rencana Kerj a j angka Panj ang (RKP) dan Rencana Kera Tahunan (RKT) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. Rencana Kerj a Jangka Panj ang (RKJP) dinilai oleh FKPHKm Provinsi dan disahkan ol eh Kepal a Dinas Kehut anan.

b. Rencana Kera Tahunan (RKT) dinilai oleh FKPHKm Kabupat en/ Kot a dan disahkan ol eh Kepal a Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a.

(3) Rencana kerj a pengelolaan HKm memuat seluruh kegiat an yang meliput i : penat aan areal kerj a (blok perlindungan dan blok pemanf aat an), penyusunan rencana rehabilit asi, pemel iharaan, pengamanan, pemanf aat an dan perlindungan di areal izin kegiat an HKm sesuai dengan f ungsi hut an secara berkelanj ut an.

Bagian Ket iga Pemanf aat an

Pasal 14

(1) Pemanf aat an hut an dan hasil hut an dalam areal Izin Kegiat an HKm meliput i : produksi hasil hut an kayu dan bukan kayu, pengambilan/ pemanf aat an air permukaan dan air t anah, pengusahaan j asa wisat a al am dan penangkaran f lora-f auna yang t idak dilindungi sert a hasil t anaman t umpang sari.

(13)

(3) Set iap pemanf aat an hut an dan hasil hut an harus t ert uang dalam rencana kerj a pengelol aan HKm.

Pasal 15

(1) Produksi kayu pada kawasan hut an produksi t erbat as harus menggunakan sist em Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI).

(2) Produksi kayu pada kawasan hut an produksi t et ap yang berupa hut an t anaman dapat menggunakan sist em Tebang Habis Dengan Permudaan Buat an (THPB) at au sist em Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI).

(3) Luas penebangan hut an harus mempert imbangkan luas hut an produkt if , rot asi t ebang, kemampuan unt uk meremaj akan dan memelihara hut an sesuai RKT dan RKJP.

Pasal 16

Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu dapat dilakukan di seluruh areal Izin Kegiat an HKm, t anpa penebangan pohon dan t anpa mer usak t egakan hut an.

Pasal 17

(1) Pengambilan dan at au pemanf aat an air dal am kawasan hut an t idak boleh bert ent angan dengan kepent ingan umum dan at au mengganggu lingkungan hidup.

(2) Pembangunan dan at au penggunaan inst alasi penyaluran air di dal am areal izin kegiat an HKm harus mendapat izin.

(3) Dilarang membangun dan menggunakan inst al asi pemrosesan dan pengemasan air di dalam kawasan hut an.

Pasal 18

(1) Kegiat an j asa wisat a alam yang bol eh dilakukan di dal am areal izin kegiat an HKm meliput i : rekreasi, penj elaj ahan, arung j eram dan at au ol ah raga sej enis.

(2) Pembangunan prasarana j asa wisat a alam berupa gedung, arena bermain bagi anak-anak (pl ay ground), kolam renang, lapangan t enis dan j al an aspal hanya diperbolehkan di bl ok pemanf aat an dalam areal Izin Kegiat an HKm unt uk t uj uan wisat a alam.

(3) Pembangunan prasarana j asa wisat a alam dal am blok perlindungan hanya boleh berupa j alan set apak, j embat an set apak, lapangan t erbuka hij au, peneduh (shelt er) t idak permanen dan bangunan t oilet t idak permanen.

Pasal 19

(1) Pengambilan dan at au pengangkut an dan at au pengalihan hak at as f lora dan at au f auna hasil penangkaran dalam areal izin kegiat an HKm harus mendapat izin.

(14)

Bagian Keempat

Rehabilit asi dan Pemeliharaan Hut an Pasal 20

(1) Set iap penebangan pohon yang diizinkan dalam areal izin kegiat an HKm harus diikut i dengan peremaj aan unt uk melest arikan dan meningkat kan produkt ivit as hut an. (2) Areal t ak berhut an dan at au areal yang kondisi hut annya rusak harus dilakukan

rehabilit asi hut an mel alui penanaman kembal i dan at au pengkayaan t anaman hut an oleh pemegang izin kegiat an HKm.

(3) Apabila dalam rehabilit asi hut an dit erapkan t umpangsari harus disert ai dengan usaha konservasi t anah oleh pemegang izin kegiat an HKm.

(4) Set iap pemegang izin kegiat an HKm waj ib mel aksanakan pemeliharaan hut an di areal izinnya unt uk meningkat kan produkt ivit as hut an dan menj aga kelest arian ekosist em hut an.

(5) Pemeliharaan hut an meliput i : penyiangan, pendangiran, pemupukan, penj arangan dan pemangkasan cabang pohon, pembuangan t umbuhan pengganggu, pengendalian hama dan penyakit .

(6) Unt uk mencegah erosi, t anah longsor dan gangguan t at a air, dalam pemeliharaan hut an di areal sempadan waduk/ danau, sempadan mat a air, sempadan sungai dan sempadan j urang dilarang melakukan penebangan, penj arangan dan pembersihan lant ai hut an.

Bagian Kelima Perlindungan Hut an

Pasal 21

(1) Set iap pemegang Izin Kegiat an HKm waj ib mel aksanakan perlindungan hut an di areal kerj anya unt uk menj aga keut uhan kawasan hut an, kelangsungan manf aat dan f ungsi hut an secara maksimal.

(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliput i seluruh upaya pencegahan, penanggul angan dan pembat asan kerusakan hut an, kawasan hut an dan hasil hut an oleh manusia, hewan, hama, penyakit dan bencana alam.

(3) Set iap orang dil ar ang mel akukan pembakaran hut an.

(4) Set iap orang dilar ang perburuan, pengambilan, pengangkut an dan j ual beli sat wa liar at au t umbuhan liar yang dilindungi dan at au bagian-bagiannya baik hidup maupun mat i di areal izin kegiat an HKm, kecuali hasil penangkaran.

Bagian Keenam Pungut an dan Pembagian Hasil

Pasal 22

(15)

(2) Tat a cara pemungut an, penyet oran dan pembagian penerimaan ret ribusi dan leges sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3) Penerimaan PSDH, DR, ret ribusi dan leges merupakan penerimaan negara/ daerah Sub Sekt or Kehut anan.

(4) Pemerint ah Daerah mengenakan ret ribusi dan leges at as pel ayanan proses perizinan, pengesahan rencana dan t at a usaha hasil hut an sebagai Pendapat an Asli Daerah (PAD) sesuai dengan Perat uran Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 23

(1) Semua hasil bersih dari kegiat an HKm meliput i hasil : produksi kayu, bukan kayu, pengambilan/ pemanf aat an air, pengusahaan wisat a al am, penangkaran f lora dan f auna yang t idak dilindungi sert a hasil t anaman t umpang sari dibagi unt uk Pemerint aah Provinsi, Pemerint ah Kabupat en/ Kot a, Pemerint ah Desa dan unt uk pemegang izin kegiat an HKm.

(2) Pembagian hasil didasarkan pada kesepakat an ant ara pemegang izin kegiat an HKm dengan pemberi izin kegiat an HKm yang dit uangkan dalam Surat Perj anj ian Kerj a sebagai lampiran dari Surat Keput usan Pemberian Izin Kegiat an HKm.

(3) Bagian Pemerint ah di bagi menj adi :

a. Bagian Pemerint ah Provinsi 20% (dua pul uh) persen) dari bagian penerimaan bersih. b. Bagian Pemerint ah Kabupat en/ Kot a penghasil 45% (empat pul uh lima) persen dari

penerimaan bersih.

c. Bagian Pemerint ah Desa 35% (t iga puluh lima persen) dari penerimaan bersih.

(4) Pemungut an, penyaluran dan pengelolaan bagian Pemerint ah Daerah dan Desa t ersebut dilaksanakan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(5) Bagian penerimaan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), (2) dan (3) merupakan Pendapat an Asli Daerah (PAD) dari Sub Sekt or Kehut anan.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN Bagian Pert ama

Mekanisme Pembinaan dan Pengendalian

Pasal 24

(1) Pemerint ah Desa bekerj asama dengan Badan Perwakil an Desa, lembaga kemasyarakat an dan wakil dari pemegang izin kegiat an HKm melakukan koordinasi, pembinaan,

pengawasan dan pengamanan pengelol aan HKm.

(2) Pemerint ah Daerah bekerj asama dengan lembaga t erkait dal am menyelenggarakan penyiapan masyarakat , pelayanan perizinan, pelayanan t at a usaha hasil hut an,

(16)

(3) Pemerint ah Provinsi menyelenggarakan pengembangan dan kaj ian t eknologi, kebij akan, pengendalian perizinan, pemant auan dan evaluasi penyelenggaraan HKm.

(4) Pada akhir masa berlakunya izin sement ara dan at au saat pengaj uan izin t et ap kegiat an HKm dil akukan evaluasi t erhadap keberhasilan pemenuhan sel uruh kewaj iban, dampak sosial dan ekonomi sert a ekologi dari pelaksanaan HKm.

(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menj adi dasar pemberian izin t et ap kegiat an HKm, perpanj angan izin dan pemut usan izin kegiat an HKm.

Bagian Kedua Tugas dan Fungsi

Pasal 25

FKPHKm mempunyai t ugas dan f ungsi memberi masukan kepada Daerah dalam:

a. menyiapkan kebij akan oper asinal dan program HKm;

b. perencanaan pembent ukan wilayah kegiat an HKm dan l okasi/ areal HKm; c. seleksi pesert a penyiapan masyarakat dan penil ai an kesiapan masyarakat ; d. pemant auan, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiat an HKm; e. t elaahan dan kaj ian t erhadap penyelenggaraan HKm.

Bagian Ket iga Pembent ukan

Pasal 26

(1) FKPHKm dibent uk pada t ingkat Provinsi, t ingkat Kabupat en/ Kot a, t ingkat kecamat an, dan t ingkat Desa/ Kelurahan.

(2) Pembent ukan FKPHKm sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan dengan Keput usan:

a. Gubernur, bagi FKPHKm Tingkat Provinsi.

b. Bupat i/ Walikot a, bagi FKPHKm Tingkat Kabupat en/ Kot a. c. Camat , bagi FKPHKm Tingkat Kecamat an.

d. Kepala Desa, bagi FKPHKm Tingkat Desa. Pasal 27

(1) Prosedur kerj a FKPHKm dit et apkan dengan Surat Keput usan Ket ua FKPHKm. (2) Ket ua FKPHKm dapat membent uk Tim Kerj a unt uk menangani t ugas-t ugas t ert ent u. (3) Set iap t ahun FKPHKm menyusun Rencana Kerj a, melaksanakan kegiat an sesuai rencana

(17)

BAB VIII PENYIDIKAN

Pasal 28

(1) Pej abat Pegawai Negeri Sipil t ert ent u di lingkungan Pemerint ah Daerah diberikan wewenang khusus sebagai Penyidik unt uk melakukan Penyidikan t indak pidana di bidang Pengelolaan HKm sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan menelit i ket erangan at au laporan berkenaan dengan t indak pidana Pengelolaan HKm agar ket erangan at au l aporan t ersebut menj adi lebih lengkap dan j elas;

b. menelit i, mencari dan mengumpulkan ket erangan mengenai kebenaran perbuat an yang dilakukan orang pribadi at au badan sehubungan dengan t indak pidana dalam Pengelolaan HKm;

c. memint a ket erangan bahan bukt i dari orang pribadi at au badan sehubungan dengan t indak pidana dalam Pengelolaan HKm;

d. memeriksa buku-buku, cat at an-cat at an dan dokumen lain sehubungan dengan t indak pidana dalam Pengeloaan HKm;

e. melakukan penggel edahan unt uk mendapat kan bahan bukt i pembukuan, pencat at an dan dokumen-dokumen l ain sert a melakukan penyit aan t erhadap barang bukt i t ersebut ;

f . memint a bant uan t enaga ahli dalam rangka pel aksanaan t ugas penyidikan t indak pidana Pengelolaan HKm;

g. menyuruh berhent i dan at au melarang seseorang meninggalkan ruangan at au t empat pada saat pemeriksaan sej ak berlangsungnya dan memeriksa ident it as seseorang at au dokumen yang dibawa sebagaimana yang dimaksud huruf c;

h. memot ret seseorang yang berkait an t indak pidana Pengelol aan HKm unt uk didokument asikan;

i. memanggil orang unt uk didengar ket erangan dan diperiksa sebagai t ersangka at au saksi;

j . menghent ikan penyidikan.

(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberit ahukan dimulainya

penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penunt ut umum sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana.

BAB IX KETENTUAN SANKSI

(18)

(1) Set iap pemegang izin kegiat an HKm yang melanggar Pasal 11 ayat (3) dikenakan sanksi berupa t eguran, peringaran dan penghent ian sement ara.

(2) Set iap pemegang izin kegiat an HKm yang melanggar Pasal 17 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4) Pasal 21 ayat (1) dikenakan sanksi pemut usan/ pencabut an izin.

Pasal 30

(1) Set iap pemegang izin kegiat an HKm yang melanggar Pasal 11 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bul an dan at au denda paling banyak Rp. 5. 000. 000 (lima ut a rupiah).

(2) Set iap orang yang melanggar Pasal 17 ayat (3), Pasal 19 ayat (2), Pasal 20 ayat (6), Pasal 21 ayat (3) dipidana dengan pdana kurungan paling l ama 6 (enam) bulan dan at au denda paling banyak Rp. 5. 000. 000 (lima j ut a rupiah).

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) adal ah pel anggaran. BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 31

Dengan berlakunya Perat uran Daerah ini, maka izin kegiat an HKm yang t elah dikeluarkan masih t et ap berlaku sampai dengan berakhir masa berlakunya izin.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 32

Hal-hal yang mengat ur t ent ang t eknis pelaksanaan Perat uran Daerah ini dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.

Pasal 33

Agar set iap orang menget ahuinya memerint ahkan pengundangan Perat uran Daerah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat .

Disahkan di Mat aram pada t anggal 10 Jul i 2004

(19)

H. LALU SERINATA Diundangkan di Mat aram

pada t anggal 17 Juli 2004 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Tt d.

NANANG SAMODRA KA.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2004 NOMOR 15

Referensi

Dokumen terkait

Similarly, a thesis written in Arabic should have its abstract in Bahasa Melayu (without title), followed by abstract in Arabic (without title) and the other in English

Mataram I pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tegal akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara elektronik

2015 I nt ernat ional Conference on Space Science and Com m unicat ion ( I conSpace) , Langkawi,

02.A2/BA-PMB.BI/PL/PEDU-PDT/VIII/2012 tanggal 16 Agustus 2012, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satuan Kerja Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha di Lingkungan

More specifically, chapter IV outlines some of the ways in which States are increasingly censoring information online, namely through: arbitrary blocking or filtering of content;

Pekauman Kota Tegal Tahun Anggaran 2017 dalam waktu 3 (tiga) hari setelah pengumuman pemenang, terhitung mulai hari Sabtu tanggal 17 Juni 2017 sampai dengan hari Senin tanggal 19

Berdasarkan surat penetapan pelelangan gagal Kegiatan Operasional BLUD, Pekerjaan Pembangunan Gedung CATHLAB RSUD Kardinah Tahun Anggaran 2017 nomor : 005 / ULP-PKCAT /VI

[r]