• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis Penerapan Standar Perkebunan Besar Rakyat Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Teknis Penerapan Standar Perkebunan Besar Rakyat Berkelanjutan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN PASCAPANEN

DAN PEMBINAAN USAHA

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PEDOMAN TEKNIS

PENERAPAN STANDAR PERKEBUNAN

BESAR/RAKYAT BERKELANJUTAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat, hidayah serta karunia-Nya bahwa Pedoman Teknis Sosialisasi

Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) untu kebun Plasma dapat diselesaikan.

Pedoman teknis ini disusun sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan khususnya dalam melaksanakan Sosialisasi ISPO Plasma.

Secara garis besar Pedoman Teknis ini berisi judul kegiatan, latar belakang dilaksanakannya kegiatan, sasaran nasional, tujuan, simpul kritis,

prinsip pendekatan pelaksanaan kegiatan,

indikator kinerja, monitoring evaluasi dan pelaporan, pembiayaan dan penutup.

Pedoman Teknis ini merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk meningkatkan pembinaan

kepada petugas dinas provinsi yang membidangi perkebunan dan instansi pemerintah terkait lainnya di provinsi maupun di kabupaten/kota dan petugas perusahaan perkebunan kelapa sawit.

(3)

masukan yang konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan sebagai referensi pelaksanaan kegiatan.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

1.

2.

Monitoring dan Evaluasi Penerapan

Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia

Sosialisasi Pedoman ISPO Pada

Perkebunan Kelapa Sawit Pola Plasma

1

(5)

PEDOMAN TEKNIS

MONITORING DAN EVALUASI

PENERAPAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA

(INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan selama 2 (dua) dekade terakhir. Pada tahun 2011, tanaman kelapa sawit sudah dikembangkan di 21 provinsi di

Indonesia dengan pola pengusahaan

Perkebunan Besar Negara(PTPN),

Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan

Perkebunan Rakyat (PR).

Dalam melaksanakan pembangunan

perkebunan kelapa sawit, pelaku usaha masih banyak yang belum menerapkan sistem pembangunan berkelanjutan dengan

memperhatikan 3 aspek (3P), yaitu Profit

(ekonomi), People (sosial), dan Planet

(6)

Hal tersebut telah mendapat perhatian dan kritik dari berbagai pihak/masyarakat, baik

dalam negeri maupun internasional,

khususnya negara-negara maju seperti

Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, dan LSM dengan melakukan kampanye negatif minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia di pasar internasional.

Untuk itu pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dituntut untuk melakukan pengelolaan kebun secara berkelanjutan yang memenuhi beberapa persyaratan (prinsip dan kriteria).

Direktorat Jenderal Perkebunan telah

menyusun Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustanable Palm Oil /ISPO) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011 tanggal 29 Maret 2011.

Peraturan tersebut merupakan pedoman dan wajib (mandatory) bagi semua perusahaan

perkebunan kelapa sawit dalam

memproduksi minyak sawit dan paling lambat tanggal 31 Desember 2014 sudah mendapat sertifikat ISPO.

Sebagai tindak lanjut dari peraturan

tersebut, Menteri Pertanian telah

(7)

independen yang sudah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) di bidang

manajemen mutu dan manajemen

lingkungan. Komisi ISPO telah memberikan pengakuan terhadap 7 perusahaan LS untuk melakukan penilaian (assessment) sertifikasi ISPO, yaitu PT. Sucofindo, PT. Mutuagung

Perusahaan perkebunan kelapa sawit (kebun dan pabrik kelapa sawit/PKS) yang sudah mendapat Kelas I atau Kelas II atau Kelas III

berdasarkan hasil Penilaian Usaha

Perkebunan (PUP) dapat secara langsung mengajukan permohonan sertifikat ISPO kepada LS. Perusahaan LS akan memberikan

sertifikat ISPO kepada perusahaan

perkebunan kelapa sawit (pemohon) bila dinilai telah dapat memenuhi persyaratan ISPO (7 Prinsip dan Kriteria).

Berdasarkan hasil PUP tahun 2009, ada sekitar 820 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah memenuhi prasyarat. Perusahaan tersebut tersebar di 21 provinsi. Pada tahun 2012 dan 2013 diharapkan sebanyak 400 perusahaan sudah mengajukan

permohonan sertifikat ISPO. Untuk

(8)

dan permasalahan yang dihadapi, maka pada

tahun 2013 pemerintah c.q. Ditjen

Perkebunan mengalokasikan dana APBN melalui kegiatan Tugas Pmbantuan kepada

Dinas Perovinsi yang membidangi

perkebunan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi penerapan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (ISPO).

B.Sasaran Nasional

- Terlaksananya monitoring dan evaluasi

penerapan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) di daerah penghasil minyak sawit;

- Tersedianya daftar perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang sudah

menerapkan ISPO, yang sudah

mengajukan permohonan sertifikat

ISPO dan sudah memenuhi pra syarat

untuk mengajukan permohonan

sertifikat ISPO;

- Meningkatnya produksi, produktivitas,

dan mutu hasil perkebunan kelapa sawit.

C.Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk :

1.Memantau dan mengevaluasi penerapan

(9)

sawit (PTPN dan PBS) sehingga dapat berjalan seperti yang diharapkan;

2.Mengumpulkan data dan informasi

tentang perkembangan perusahaan

perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang sudah mendapat sertifikat ISPO;

3.Mengumpulkan data dan informasi

tentang perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang sudah megajukan permohonan sertifikat ISPO;

4.Mengumpulkan data dan informasi

tentang perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang sudah memenuhi pra syarat untuk mengajukan permohonan sertifikat ISPO;

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A.Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1.Daerah sasaran kegiatan Monitoring

dan Evaluasi Penerapan ISPO adalah

provinsi-provinsi sentra produksi

tanaman kelapa sawit yang

mempunyai kebun Plasma;

2.Kelompok sasaran kegiatan Monitoring

dan Evaluasi Penerapan ISPO adalah :

- Pelaku usaha perkebunan kelapa

(10)

- Petugas dinas provinsi dan

kabupaten/kota yang membidangi perkebunan.

B.Materi

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi

Penerapan ISPO dilakukan dengan

menyusun Pedoman Teknis (Ditjen

Perkebunan) serta Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan (Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan).

III. PELAKSANAAN

A.Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO adalah sebagai berikut:

1.Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO

merupakan kegiatan yang dibiayai dengan APBN yang dialokasikan melalui kegiatan

Tugas Pembantuan (TP) Direktorat

Jenderal Perkebunan, Kementerian

Pertanian;

2.Dilaksanakan dalam bentuk koordinasi

dan kunjungan lapangan untuk memonitor dan mengevaluasi penerapan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/

OT.140/3/2011 tentang Pedoman

(11)

Oil/ISPO) oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS).

B.Pelaksana Kegiatan

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan

ISPO dilaksanakan oleh Direktorat

Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen

Perkebunan dan Dinas Provinsi yang

membidangi Perkebunan, dengan tugas masing-masing sebagai berikut:

1.Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen perkebunan

- Menyusun Pedoman Teknis;

- Melakukan koordinasi dengan Dinas

Provinsi yang membidangi perkebunan;

- Melakukan pengawalan monitoring dan

evaluasi penerapan ISPO oleh

perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS);

- Menyusun laporan akhir kegiatan.

2.Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan

- Menyusun Petunjuk Teknis Monitoring

dan Evaluasi Penerapan ISPO;

- Melakukan konsultasi/koordinasidengan

(12)

- Melakukan koordinasi dengan Dinas

Kabupaten/Kota yang membidangi

perkebunan dan instansi/lembaga

terkait di provinsi dan kabupaten/kota;

- Melakukan koordinasi dengan

perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) di provinsi dan kabupaten/kota;

- Melaksanakan kunjungan lapangan

untuk memonitor dan mengevaluasi perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang sudah mendapat sertifikat ISPO, sudah mengajukan permohonan sertifikat ISPO, dan yang sudah memenuhi pra syarat untuk

mengajukan permohonan sertifikat

ISPO;

- Menyusun laporan Monitoring dan

Evaluasi Penerapan ISPO dan

menyampaikannya ke Direktorat

Pascapanen, Ditjen Perkebunan.

C.Lokasi, Jenis dan Volume

1.Monitoring dan Evaluasi Penerapan

(13)

No. Provinsi

6 Sumatera Selatan

7 Bengkulu

8 Lampung

9 Bangka Belitung

10 Kalimantan Barat

11 Kalimantan Selatan

12 Kalimantan Tengah

13 Kalimantan Timur

14 Sulawesi Selatan

15 Sulawesi Barat

16 Sulawesi Tengah

17 Sulawesi Tenggara

18 Papua

provinsi terdiri atas:

- Belanja Bahan

(Kode Akun 521211);

- Belanja Bahan Non Operasional

Lainnya

(14)

- Belanja Jasa Lainnya (Kode Akun 521219); dan

- Belanja Perjalanan Lainnya

(Kode Akun 524119).

D.Simpul Kritis

Simpul kritis pada kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO di daerah adalah :

a. Koordinasi dilakukan antara Direktorat

Jenderal Perkebunan, Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota yang

membidangi Perkebunan, instansi

pemerintah terkait, perusahaan

perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS).

b. Direktorat Jenderal Perkebunan wajib

melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan anggaran dana Tugas Pembantuan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

c. Pengelola anggaran dana Tugas

Pembantuan pada Dinas Provinsi yang

membidangi perkebunan wajib

mengkoordinasikan perencanaan,

pengelolaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan dana Tugas Pembantuan di wilayahnya.

d. Direktorat Jenderal Perkebunan wajib

(15)

Pelaksanaan Kegiatan dalam rangka memberikan bimbingan administrasi, teknis operasional, dan pengendalian pelaksanaan di tingkat provinsi.

e. Dinas Provinsi yang membidangi

perkebunan wajib menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk

Teknis (Juknis) dalam rangka

memberikan bimbingan administrasi,

teknis operasional, pengendalian

pelaksanaan kegiatan, monitoring,

evaluasi, dan laporan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan.

f. Mekanisme pelaporan pelaksanaan dana

Tugas Pembantuan dilakukan secara berkala (bulanan, triwulan dan akhir) dan berjenjang, yaitu dari provinsi menyampaikan laporan ke pusat.

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

1.Pembinaan pelaku usaha perkebunan

kelapa sawit dilakukan secara

berkelanjutan sehingga mereka mampu menerapkan Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO).

2.Tanggung jawab teknis pelaksanaan

(16)

3.Tanggung jawab koordinasi pembinaan berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di tingkat Provinsi.

4.Tanggung jawab program dan kegiatan

berada pada Direktorat Pasacapanen dan Pembinaan Usaha, Direktorat Jenderal Perkebunan.

5.Pengendalian melalui jalur struktural

dilakukan oleh Bidang/Seksi yang

menangani pengelolaan perkebunan

kelapa sawit pada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

6.Pengendalian kegiatan dilakukan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

7.Pengawasan dilaksanakan sesuai

ketentuan yang berlaku agar

penyelenggaraan kegiatan dapat

menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel.

8.Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah

melalui aparat pengawas fungsional

(Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas

Daerah maupun Lembaga Pengawas

(17)

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

1.Kegiatan monitoring, evaluasi dan

pelaporan dilaksanakan dengan

memperhatikan SK Menteri Pertanian RI tentang SIMONEV serta harus dilakukan pada saat sebelum dimulai kegiatan (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post).

2.Monitoring, evaluasi dan pelaporan

dilakukan secara berjenjang dan

dilaporkan ke Pusat, mencakup:

- Perkembangan pelaksanaan kegiatan

sesuai indikator kinerja;

- Perkembangan pelaksanaan kegiatan

(realisasi fisik dan keuangan);

- Permasalahan yang dihadapai dan

upaya penyelesaian yang dilakukan;

- Format pelaporan menggunakan format

yang telah disepakati dan dituangkan dalam Petunjuk Teknis.

VI. PEMBIAYAAN

(18)

VII.PENUTUP

Penyusunan Pedoman Teknis Monitoring dan Evaluasi Penerapan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) Tahun Anggaran 2013 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua

pihak yang terkait dalam kegiatan

Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO.

(19)

PEDOMAN TEKNIS

SOSIALISASI PEDOMAN ISPO PADA PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT POLA PLASMA

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan selama 2 (dua) dekade terakhir. Pada tahun 2011, tanaman kelapa sawit sudah dikembangkan di 21 provinsi di

Indonesia dengan pola pengusahaan

Perkebunan Besar Negara (PTPN),

Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan

Perkebunan Rakyat (PR). Pada pola

kemitraan, perusahaan perkebunan kelapa sawit, selain membangun kebun Inti juga membangun kebun Plasma. Ada berbagai pola pembangunan kebun plasma, antara lain Perkebunan Inti Rakyat (BUN), PIR-TRANS, PIR-TRANS KKPA, Revitalisasi, dan

Kebun Masyarakat (20%) yang wajib

dibangun oleh perusahaan yang mempunyai Izin Perusahaan Perkebunan (IUP) setelah tahun 2007.

Dalam melaksanakan pembangunan

perkebunan kelapa sawit, pelaku usaha

(20)

pembangunan yang ramah lingkungan, seperti penanaman kelapa sawit pada areal yang terjal dan daerah aliran sungai (DAS), pembabatan hutan lindung, penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida), pembukaan lahan dengan pembakaran, dan lain-lain yang bisa berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan hidup.

Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit cenderung hanya mempertimbangkan aspek ekonomi, sedangkan aspek sosial dan lingkungan belum berjalan seperti yang diharapkan.

Hal tersebut telah mendapat perhatian dan kritik dari berbagai pihak/masyarakat baik

dalam negeri maupun internasional

khususnya negara-negara maju seperti Uni Eropa dan LSM. Hal tersebut juga digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan kampanye negatif minyak sawit (CPO) di pasar internasional.

Untuk mencegah dampak negatif tersebut, maka pelaku usaha perkebunan kelapa sawit

dituntut untuk melakukan pengelolaan

kebun dengan cara yang ramah lingkungan agar tercapai perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang memenuhi beberapa persyaratan (prinsip dan kriteria) yang dituangkan dalam Pedoman Perkebunan

Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia

(21)

Direktorat Jenderal Perkebunan telah menyusun Pedoman ISPO untuk perusahaan besar perkebunan kelapa sawit dan sudah

ditetapkan melalui Peraturan Menteri

Pertanian No. 19/Permentan/OT.140/

3/2011 tanggal 29 Maret 2011. Peraturan

tersebut wajib dilaksanakan oleh

perusahaan dan paling lambat tanggal 31

Desember 2014, seluruh perusahaan

perkebunan kelapa sawit sudah menerapkan iSPO.

Perusahaan yang sudah mendapat Kelas I atau Kelas II atau Kelas III berdasarkan hasil penilaian usaha perkebunan (PUP) dapat mengajukan permohonan sertifikat ISPO kepada Lembaga Sertifikasi yang sudah

terakreditasi oleh Komite Akreditasi

Nasional (KAN) dan mendapat pengakuan

(approval) dari Komisi ISPO. Kepada

perusahaan perkebunan kelapa sawit

(pemohon) yang berdasarkan hasil penilaian (assessment) dapat memenuhi prinsip dan kriteria ISPO diberikan sertifikat ISPO.

Secara teknis kebun kelapa sawit Plasma tidak berbeda dengan kebun Inti karena dibangun oleh perusahaan mitra (PTPN dan PBS). Namun demikian kondisi kebun Plasma dapat berubah, terutama setelah alih kredit

(konversi). Hal tersebut mengingat

(22)

kebun yang diterapkan oleh perusahaan mitra (pola mitra usaha mandiri).

Mengingat Kebun Plasma juga merupakan

pemasok bahan baku (tandan buah

segar/TBS) ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada kebun inti/mitra, maka kebun Plasma perlu dikelola secara berkelanjutan.

Pedoman ISPO untuk Kebun Plasma telah disusun oleh Ditjen Perkebunan. Pedoman

tersebut sudah disesuaikan dengan

kemampuan dan keterampilan petani serta pendampingan yang dapat diberikan oleh perusahaan mitra.

Dalam rangka penerapan ISPO untuk kebun- kebun plasma maka perlu terlebih dahulu dilakukan Sosialisasi Pedoman ISPO Plasma

untuk memberi pemahaman kepada

stakeholder terkait khususnya petugas dinas

provinsi dan kabupaten/kota yang

membidangi perkebunan, petugas

lembaga/instansi pemerintah terkait,

petugas perusahaan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang mempunyai kebun Plasma,

petani/kelompok tani peserta Plasma,

(23)

B.Sasaran Nasional

- Terlaksananya sosialisasi Pedoman

Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) untuk kebun plasma kepada stakeholder perkelapasawitan;

- Tersedianya daftar stakeholder

perkebunan kelapa sawit yang sudah mengikuti sosialisasi ISPO Plasma;

- Tersampaikannya pemahaman yang

jelas oleh stakeholder tentang

Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) Plasma;

- Meningkatnya produksi, produktivitas,

dan mutu hasil perkebunan kelapa sawit khususnya kebun plasma.

C.Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk :

1.Memberikan pemahaman yang jelas bagi

stakeholder tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) untuk kebun plasma;

2.Melakukan pembinaan kepada petugas

Dinas yang membidangi perkebunan di

(24)

perusahaan yang memiliki kebun plasma/mitra dan kelompok tani/koperasi yang beranggotakan petani plasma;

3.Meningkatkan kesadaran pelaku usaha

perkebunan kelapa sawit dalam

menerapkan pengelolaan perkebunan

kelapa sawit berkelanjutan sesuai

peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia.

II.PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Daerah sasaran kegiatan Sosialisasi

Pedoman ISPO Plasma adalah

provinsi-provinsi sentra produksi tanaman

kelapa sawit yang mempunyai kebun plasma. Sosialisasi dilaksanakan setelah

petugas dinas yang membidangi

perkebunan di provinsi mengikuti

pertemuan Sosialisasi ISPO di pusat.

2. Kelompok sasaran kegiatan Sosialisasi

Pedoman ISPO Plasma adalah :

- Pelaku usaha perkebunan kelapa

sawit (PTPN dan PBS) yang memiliki kebun plasma;

- Petugas dinas provinsi dan

(25)

- Kelompok tani/koperasi yang

menaungi petani plasma;

- Petugas dari instansi terkait,

seperti Biro Pembangunan

(Pemerintah Provinsi), Dinas

Kehutanan, Kanwil Badan

Pertanahan Nasional (BPN), Badan Lingkungan Hidup (BLH), Kanwil Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, Perguruan Tinggi, LSM, dan lain-lain.

B. Materi

Kegiatan Sosialisasi Pedoman ISPO Plasma

dilakukan dengan melaksanakan

sosialisasi Pedoman ISPO untuk kebun plasma/mitra yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

Materi sosialisasi ISPO Plasma meliputi:

1.Kebijakan Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (ISPO);

2.Persyaratan dan Mekanisme Sertifikasi

ISPO untuk kebun plasma/mitra;

(26)

III. PELAKSANAAN

A.Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan Sosialisasi ISPO Plasma adalah sebagai berikut:

1.Sosialisasi ISPO Plasma merupakan

kegiatan yang dibiayai dengan APBN yang

dialokasikan melalui kegiatan Tugas

Pembantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian;

2.Dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi

Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (Indonesian

Sustainable Palm Oil/ISPO) untuk kebun

plasma/mitra kepada stakeholder

perkelapasawitan di daerah.

B.Pelaksana Kegiatan

Kegiatan Sosialisasi ISPO Plasma

dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen Perkebunan

dan Dinas Provinsi yang Membidangi

Perkebunan, dengan tugas masing-masing sebagai berikut:

1. Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen perkebunan

- Menyusun Pedoman Teknis;

- Melakukan koordinasi dengan Dinas

(27)

- Menyiapkan materi sosialisasi;

- Menunjuk nara sumber pada sosialisasi;

- Melakukan pengawalan, monitoring dan

evaluasi pelaksanaan sosialisasi;

- Menyusun laporan akhir kegiatan.

2. Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan

- Menyusun Petunjuk Teknis Sosialisasi

ISPO Plasma;

- Membentuk Panitia Pelaksana

Pertemuan Sosialisasi ISPO Plasma;

- Melakukan konsultasi/koordinasi

dengan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen Perkebunan;

- Menyiapkan/mengadakan perlengkapan

pertemuan, akomodasi dan konsumsi;

- Memperbanyak materi sosialisasi;

- Melakukan koordinasi dengan Dinas

Kabupaten/Kota yang membidangi

perkebunan dan instansi/lembaga

terkait di provinsi;

- Mengundang peserta pertemuan

Sosialisasi ISPO Plasma;

- Menunjuk moderator pada pertemuan

(28)

- Mengundang nara sumber Pertemuan Sosialisasi ISPO Plasma;

- Melaksanakan pertemuan Sosialisasi

ISPO bagi petugas Dinas Provinsi dan

Kabupaten/Kota yang membidangi

perkebunan serta instansi terkait di tingkat provinsi, petugas perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memiliki

kebun plasma, dan kelompok

tani/koperasi yang menaungi petani plasma;

- Melakukan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan Sosialisasi ISPO Plasma;

- Menyusun laporan pelaksanaan

Sosialisasi ISPO Plasma dan

menyampaikannya ke Direktorat

Pascapanen, Ditjen Perkebunan.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

(29)

No. Provinsi Jumlah

provinsi terdiri atas:

- Belanja Bahan

(Kode Akun 521211);

- Belanja Bahan Non Operasional

Lainnya

(Kode Akun 521219);

- Belanja Jasa Profesi

(30)

- Honor Yang Terkait Dengan Output Kegiatan

(Kode Akun 521213);

- Belanja Jasa Lainnya

(Kode Akun 521219); dan

- Belanja Perjalanan Lainnya

(Kode Akun 524119).

D.Simpul Kritis

Simpul kritis pada kegiatan Sosialisasi Pedoman ISPO Plasma adalah:

a. Direktorat Jenderal Perkebunan

melakukan koordinasi dengan Dinas

Provinsi dan Kabupaten/Kota yang

membidangi Perkebunan, lembaga/

instansi pemerintah terkait, perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang mepunyai kebun Plasma, asosiasi petani kelapa sawit, petani/kelompok tani peserta Plasma, dan LSM.

b. Direktorat Jenderal Perkebunan wajib

melakukan monitoring dan evaluasi

terhadap pelaksanaan kegiatan dan

anggaran dana Tugas Pembantuan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

c. Pengelola anggaran dana Tugas

Pembantuan pada Dinas Provinsi yang

membidangi perkebunan wajib

(31)

pengelolaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan dana Tugas Pembantuan di wilayahnya.

d. Direktorat Jenderal Perkebunan wajib

menyusun Pedoman Umum (Pedum)

Pelaksanaan Kegiatan dalam rangka

memberikan bimbingan administrasi,

teknis operasional, dan pengendalian pelaksanaan di tingkat provinsi.

e. Dinas Provinsi yang membidangi

perkebunan wajib menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis

(Juknis) dalam rangka memberikan

bimbingan administrasi, teknis

operasional, pengendalian pelaksanaan

kegiatan, monitoring, evaluasi, dan

laporan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan.

f. Mekanisme pelaporan pelaksanaan dana

Tugas Pembantuan dilakukan secara berkala (bulanan, triwulan dan akhir) dan

berjenjang, yaitu dari provinsi

(32)

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

1. Pembinaan pelaku usaha perkebunan

kelapa sawit dilakukan secara

berkelanjutan sehingga mereka mampu menerapkan Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) khususnya untuk kebun plasma.

2. Tanggung jawab teknis pelaksanaan

berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di Kabupaten/Kota.

3. Tanggung jawab koordinasi pembinaan

berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di tingkat Provinsi.

4. Tanggung jawab program dan kegiatan

berada pada Direktorat Pasacapanen dan Pembinaan Usaha, Direktorat Jenderal Perkebunan.

5. Pengendalian melalui jalur struktural

dilakukan oleh Bidang/Seksi yang

menangani pengelolaan perkebunan

kelapa sawit pada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

6. Pengawasan dilaksanakan sesuai

(33)

penyelenggaraan kegiatan dapat menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel. Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah melalui aparat

pengawas fungsional (Inspektorat

Jenderal, Badan Pengawas Daerah

maupun Lembaga Pengawas lainnya) dan oleh masyarakat.

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

1.Kegiatan monitoring, evaluasi dan

pelaporan dilaksanakan dengan

memperhatikan SK Menteri Pertanian RI tentang SIMONEV serta harus dilakukan pada saat sebelum dimulai kegiatan (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post).

2.Monitoring, evaluasi dan pelaporan

dilakukan secara berjenjang dan

dilaporkan ke Pusat, mencakup:

- Perkembangan pelaksanaan kegiatan

sesuai indikator kinerja;

- Perkembangan pelaksanaan kegiatan

(realisasi fisik dan keuangan);

- Permasalahan yang dihadapai dan

upaya penyelesaian yang dilakukan;

- Format pelaporan menggunakan format

(34)

VI. PEMBIAYAAN

Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN (Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian) yang dialokasikan pada DIPA Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan Tahun Anggaran 2013.

VII.PENUTUP

Penyusunan Pedoman Teknis Sosialisasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) Plasma Tahun Anggaran 2013 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan Sosialisasi ISPO Plasma.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 7 variabel kunci untuk mencapai kondisi kebun plasma kelapa sawit berkelanjutan yaitu : luas lahan, status lahan, teknologi. pengelolaan, modal, SDM, kelembagaan dan

Ketentuan ini merupakan serangkaian persyaratan yang terdiri dari prinsip dan kriteria, dan panduan yang dipersyaratkan untuk pengelolaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan

Pembinaan terhadap usaha perkebunan dan sosialisasi legalitas dan peraturan perizinan usaha perkebunan berupa kegiatan teknis dengan pembinaan dan bimbingan teknis

komoditas perkebunan yaitu kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, kakao, jambu mete, cengkeh, lada, tebu, teh, tembakau, nilam dan kapas pada tahun 2012 berdasarkan

Dalam rangka menjamin pelaksanaan Inpres Nomor 6 Tahun 2019 tentang RAN KSB, kebijakan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan diinternalisasikan ke dalam program kegiatan rencana

19/Permentan/OT/140/3/201 tentang pedoman perkebunan kelapa sawit bekelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainability Palm Oil-ISPO) dengan menerapkan prinsip pembangunan

Model pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan pada lahan gambut di Provinsi Riau membutuhkan data-data tentang lahan dan sosial-ekonomi yang terpadu. Penelitian

9 Edisi 2 Juli s/d Desember 2022 1 ANALISIS CAPAIAN STANDAR INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL ISPO PEKEBUN KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KABUPATEN KAMPAR ANALYSIS OF ACHIEVEMENTS OF