• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT

TREATMENT UNTUK MENURUKAN SPASTISITAS DAN

KEMAMPUAN FUNGSIONAL JALAN PADA CEREBRAL

PALSY DI GRIYA FISIOTERAPI BUNDA NOVY

Naskah Publikasi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh:

RADEN RORO AYU BUDI PITARI J100120068

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

(2)

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Naskah Publikasi Ilmiah dengan judul Manfaat Metode Neuro Development

Treatment untuk Menurukan Spastisitas dan Kemampuan Fungsional

Jalan pada Cerebral Palsy di Griya Fisioterapi Bunda Novy

Naskah Publikasi Ilmiah ini Telah Disetujui oleh Pembimbing KTI untuk dipublikasikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh :

RADEN RORO AYU BUDI PITARI NIM : J100120068

Pembimbing

(Agus Widodo, S.St.FT.M.Fis)

Mengetahui,

Ka.Prodi Fisioterapi FIK UMS

(3)

BENEFITS OF TREATMENT METHOD OF NEURO DEVELOPMENT AND ABILITY TO DECREASE SPASTICITY OF CEREBRAL PALSY

FUNCTIONAL ROAD ON MOTHER IN GRIYA PHYSIOTHERAPY BUNDA NOVY

(Raden Roro Ayu Budi Pitari, 2015, 43 pages) ABSTRACT

Background of the Study : Cerebral palsy is a condition in infants / children

where the message of the muscles and the brain does not run smoothly so that this situation makes simple tasks that we give to children as a mild pick up objects become very difficult.

Purposes : To investigate the implementation of physiotherapy to the reduction of

spasticity and improvement of functional ability to walk.

Method : Neuro Development Treatment exercise therapy to reduce spasticity

and improve functional ability

Results: Examination of spasticity done Asworth scale for spasticity showed no

change and no potential occurrence of muscle contractures. On examination of the functional activity of the parameters GMFM results: (T1) Dimensions A lie down and roll over with a score of 29.41%, Dimension B sits with a score of 30%, Dimension C crawling and kneeling with a score of 26.19%, Dimension D stands with a score of 0 %, and Dimension E walking, running, and jumping with a score of 0%.

Conclusion : Using Neuro Development Treatment modalities results found no

reduction in spasticity and improvement of functional ability roads.

Keywords : Cerebral Palsy, Neuro Developmental Treatment (NDT), Gross

(4)

Manfaat Metode Neuro Development Treatment untuk Menurukan

Spastisitas dan Kemampuan Fungsional Jalan pada Cerebral Palsy di

Griya Fisioterapi Bunda Novy

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Cerebral Palsy adalah istilah yang luas yang mencakup beberapa gangguan

neurologis yang terjadi pada saat lahir atau pada masa awal bayi. CP mempengaruhi gerakan,otot, dan koordinasi (Bowyer dkk, 2019). Cerebral Palsy adalah suatu kelainan sikap dan gerak yang disebabkan karena kerusakan otak yang belum matur/matang, yang terjadi sejak dalam kandungan samapai usia balita (waspada, 2010). Cerebral Palsy dibagi menjadi lima klasifikasi utama untuk menggambarkan gangguan gerakan yang berbeda. Ada lima klasifikasi adalah spastic, ataxic, athetoid/dyskinetik, hipotonik, dan kombinasi. Tipe spastic di bagi lagi menjadi 3, yaitu: Hemiplegi, diplegia, quadriplegia. Salah satu contohnya Cerebral Palsy Quadriplegia adalah semua anggota gerak lemah/layu. (anisa, 2013). Salah satu penanganan yang tepat untuk gangguan di Cerebral

Palsy yaitu dengan terapi rutin di fisioterapi.

NDT atau Bobath yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997(Za, 2012). Adapun teknik-teknik yang akan digunakan pada kasus Cerebral palsy Spastic Quadriplegi pada metode NDT ini yaitu (1) inhibisi yaitu penurunan reflexsikap abnormal untuk memperoleh tonus otot yang lebih normal, (2) fasilitasi sikap normal untuk memelihara tonus otot setelah diinhibisi, (3) stimulasi yaitu upaya meningkatkan tonus dan pengaturan fungsi otot sehingga memudahkan pasien melakukan aktivitasnya (Soekarno, 2002).

Rumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi pada kondisi Cerebral PalsySpastik Quadriplegi sangatlah kompleks, maka penulis dalam hal ini mengambil pembatasan masalah

(5)

dengan rumusan permasalahan sebagai berikut: 1) Apakah metode terapi latihan NDT dapat berpengaruh dalam menurunkan spastisitas sisi yang lesi pada

Cerebral PalsySpastic Quadriplegi?, dan 2)Apakah terapi latihan metode NDT

dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fungsional berjalan pada penderita Cerebral PalsySpastik Quadriplegi?

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengaruh penatalaksanaan metode terapi latihan Neuro Development Treatment pada Cerebral Palsy Spastic quadriplegi di Griya Fisio Bunda Novy Yogyakarta Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah Untuk mengetahui manfaat terapi latihan metode NDT dalam menurunkan spastisitas sisi yang lesi pada kasus

Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi dan untuk mengetahui manfaat terapi latihan

metode NDT dalam meningkatkan aktifitas fungsional jalan pada penderita

Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi.

TINJAUAN PUSTAKA Definisi

Cerebral palsy adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu

kelainan atau gangguan gerak dan sikap yang disebabkan kerusakan otak dalam proses mutasi yang bersifat non-progresif (waspada, 2010).Cerebral palsy adalah kondisi pada bayi/anak dimana pesan dari otot-otot dan otak tidak berjalan mulus sehingga keadaan ini membuat tugas-tugas sederhana yang kita berikan pada anak seperti mengambil benda yang ringan sekalipun menjadi sangat sulit.

Patofisiologi

Kelumpuhan pada cerebral palsy tipe quadriplegi disebabkan adanya lesi cortex cerebri pada lobus frontalis area 6 tepatnya medial dan lateral. Bila derajat lesi pada sisi medial lebih besar,maka akan terjadi spastik yang lebih kuat pada kedua tungkai. Gyrus precentralis berfungsi sebagai area motorik, dengan penataan sarafnya secara somatotopik,berurutan dari medial ke lateral merupakan proyeksi pola gerak pada tungkai, trunk, lengan, dan wajah. Dan serabut-serabut

(6)

asosiasi pada white matter di otak yang mana secara normal berfungsi sebagai control inhibisi atau penghalusan suatu aktivitas (Chusid, 1993).

Etiologi

Cerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik ataupun faktor lainnya.

Apabila diketemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan besar disebabkan faktor genetik.

Tanda dan Gejala

Manifestasi dari gangguan motorik atau postur tubuh dapat berupa spastisitas, rigiditas, ataksia, tremor, hipotonik, tidak ada reflek primitif (pada fase awal) atau reflek primitif yang menetap (pada fase lanjut),diskinesia (sulit menggerakan gerakan volunter). Gejala-gejala tersebut dapat timbul sendiri-sendiri ataupun merupakan kombinasi dari gejala-gejala tersebut diatas (soetjiningsih, 1998). Pada Cerebral palsy Quadriplegia Spastikmemiliki beberapa pola spastisitas. Pola spastisitas pada anggota gerak atas adalah adduksi dan 14 internal rotasi bahu, fleksi siku, pronasi lengan bawah, fleksi dan ulnar deviasi wrist dan fleksi jari-jari. Sedangkan pada anggota gerak bawah adalah adduksi dan internal rotasi hip, fleksi knee, plantar fleksi dan inversi ankle serta fleksi jari-jari (Stephen, 1972).

Deskripsi Problematik Fisioterapi

Problematika fisioterapi yang terjadi pada anak dengan kondisi Cerebral palsy

Spastik Quadriplegi dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : spastisitas

dan fungsi motorik. Spastisitas adalah suatu kelainan motorik yang ditandai oleh peningkatan refleks perenggangan tonik yang terkait dengan perenggangan dan peningkatan refleks tendon,yang berasal dari eksibilitas berlebihan dari refleks regang(Setiawan 2009).Spastisitas pada kasus Cerebral palsy biasanya terdapat spastisitas pada lengan dan tungkai. Pada lengan dengan pola adduksi dan internal rotasi bahu, fleksi siku, pronasi lengan bawah, fleksi dan ulnar deviasi wrist dan fleksi jari-jari. Dan pada tungkai adduksi dan internal rotasi hip, fleksi lutut, plantar fleksi dan inversi ankle serta fleksi jari-jari. Spastisitas ini terjadi karena terdapat lesi pada area 6 yang disebut area premotor. Lesi pada area ini

(7)

menyebabkan terjadinya gerakan yang kaku, tidak bertujuan dan kasar. Serta adanya gangguan keseimbangan, koordinasi pada saat duduk, berdiri dan berjalan. Pemeriksaan fungsi motorik dilakukan untuk menilai tingkat kemandirian anak. Pemeriksaan kemampuan motorik pada pasien dilakukan dengan menggunakan intrumen Gross Motor Function Measurement (GMFM). Teknik pelaksanaanya adalah semua persendian pada anggota gerak atas dan bawah diperiksa dengan digerakkan pada pemeriksaan GMFM, yang dinilai adalah gerak fungsional pada dimensi posisi terlentang dan tengkurap, duduk, merangkak.

Teknologi Intervensi Fisioterapi

Neuro Developmental Treatment atau Bobath yaitu suatu teknik yang

dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan system saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Agar lebih efektif, penanganan harus dimulai secepatnya, sebaiknya sebelum anak berusia 6 bulan. Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-reflek abnormal yang patologis menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan normal. Anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu yang dinamakan

Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk menghambat tonus otot

yang abnormal (Za, 2012).

Prinsip utama yang mendasari metode ini adalah: (1) normalisasi tonus otot, (2) fasilitasi pola gerakan normal dalam aktivitas keseharian. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukan penanganan antara lain abnormalitas pola gerakan yang disebabkan oleh pola patologis dan postur yang abnormal serta tonus otot yang berubah-ubah. Tetapi harus bersifat fungsional dan berhubungan dengan aktivitas keseharian, serta terapi harus bersifat multidisipliner (pendekatan tim) dan harus menyatu dengan keseharian anak dengan kondisi Cerebral palsy (Rood, 2000).

PENATALAKSANAAN STUDI KASUS Pengkajian Fisioterapi

Nama pasien R, berusia 2 tahun 8 bulan, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, beralamat di Denaung, Tridadi, Sleman, yogyakarta.

(8)

Keluhan utama

Anak dengan nama R berusia 2 tahun 8 bulan terdapat kaku pada bagian kaki dan tangan belum bisa merangka, dan berjalan.

Problematika Fisioterapi

Adanya hiperekstensi neck, adanya tahanan pada anggota gerak atas dan anggota gerak bawah, dan adanya spasme otot paravertebral.

Anak belum mampu merangka, kneeling, berdiri sendiri, dan berjalan secara mandiri.

Pada aktifitas sosialnya, anak mengalami kesulitan bermain bersama dengan teman sebayanya.

Tujuan Fisioterapi

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu dekat, yaitu: mengurangi hiperekstensi neck, menurunkan tahanan pada anggota gerak atas dan anggita gerak bawah, menurunkan spasme otot paravertebra, dan meningkatkan kemampuan fungsional merangka. Tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu panjang yaitu meningkatkan kemampuan fungsional untuk kneeling, berdiri sendiri, dan berjalan secara mandiri.

Pelaksanaan Fisioterapi

Terapi diberikan pada seorang anak laki-laki dengan diagnosa Cerebral Palsy usia 2 tahun 8 bulan. Pada pemeriksaan pertamakali didapatkan problematic berupa adanya adanya spastisitas. Yang juga terdapat gangguan kemampuan fungsional yang mana pasien saat ini belum bisa berjalan.

Evaluasi

Hasil Penilaian dan evaluasi Spastisitas skala Asworth T6 T5 T4 T3 T2 T1 Kanan Group otot T1 Kiri T2 T3 T4 T5 T6 1 1 1 1 1 1 Ekstensor shoulder 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 Fleksor shoulder 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 Fleksor elbow 2 2 2 2 2 2

(9)

2 2 2 2 2 2 Ekstensor elbow 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Fleksor wrist 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 Ekstensor wrist 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 Fleksor hip 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Ekstensor hip 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 Fleksor knee 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 Ekstensor knee 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Plantar fleksor ankle 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 Dorsal fleksor ankle 2 2 2 2 2 2

Hasil Evaluasi Kemmampuan Fungsional dengan GMFM

No DIMENSI T1 T2 T3 T4 T5 T6 1 2 3 4 5 A B C D E 29,41% 30% 26,19% 0% 0% 29,41% 30% 26,19% 0% 0% 29,41% 30% 26,19% 0% 0% 29,41% 30% 26,19% 0% 0% 29,41% 30% 26,19% 0% 0% 29,41% 30% 26,19% 0% 0% SCORE 17,12 % 17,12 % 17,12 % 17,12 % 17,12 % 17,12 % 17,12 % HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

(10)

Grafik 1 Hasil Pengukuran Spastisitas Dextra

Hasil Pengukuran Spastisitas Sinistra

Grafik 2 Hasil Pengukuran Spastisitas Sinistra

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 T1 T3 T6 N ilai S p asti si tas Terapi

Dextra

ekstensor shoulder fleksor shoulder fleksor elbow ekstensor elbow fleksor wrist ekstensor wrist fleksor hip ekstensor hip fleksor knee ekstensor knee 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 T1 T3 T6 N ilai S p asti si tas Terapi

Sinistra

ekstensor shoulder fleksor shoulder fleksor elbow ekstensor elbow fleksor wrist ekstensor wrist fleksor hip ekstensor hip fleksor knee ekstensor knee

(11)

Hasil Pengukuran Fungsi Motorik

Grafik 3 Hasil Pengukuran Fungsi Motori

Pada pasien ini diberikan terapi latihan dengan pendekatan Neuro

developmenal treatment selama 6x terapi. Terapi latihan dengan neuro

developmental treatment yaitu berupa inhibisi terhadap aktifitas reflek postural

yang tidak normal dan fasilitasi terhadap pola-pola postural normal. Hasil yang diperoleh dari penatalaksanaan terapi latihan dengan pendekatan neuro

developmental treatment yaitu : (1) tidak ada penurunan spastisitas dari awal

pemeriksaan sampai akhir,dan (2) tidak didapatkan adanya peningkatan kemampuan fungsional pada semua dimensi diukur dengan gross motor

functional measurement (GMFM 88). Pembahasan Spastisitas 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% T1 T2 T3 T4 T5 T6 N ilai Terapi A B C D E

(12)

Derajat spasitas diukur dengan menggunakan skala asworth dengan pemberian terapi latihan yang meliputi: (1) inhibisi spastisitas (2) fasilitasi untuk meningkatkan kemampuan motorik, adapun data yang dapat dilihat pada protocol studikasus, yang telah mendapatkan 6 kali evaluasi pada pemeriksaan awal (T0) sampai dengan pemeriksaan akhir (T6) dalam rentang waktu 6 hari didapatkan nilai spastisitas dengan skala Asworth tidak ada perubahan dengan nilai spastisitas.

Fungsi Motorik (aktivitas fungsional)

Pada pemeriksaan aktifitas fungsional dengan parameter GMFM didapatkan hasil pada pemeriksaan awal antara lain: (T1) Dimensi A berbalik dan berguling dengan skor 29,41% , Dimensi B duduk dengan skor 30%, Dimensi C merangkak dan berlutut dengan skor 26,19%, Dimensi D berdiri dengan skor 0%, Dimensi E berjalan, berlari dan melompat dengan skor 0%. Pada akhir evaluasi T6 Dimensi A berbalik dan berguling dengan skor 29,41% , Dimensi B duduk dengan skor 30%, Dimensi C merangkak dan berlutut dengan skor 26,19%, Dimensi D berdiri dengan skor 0%, Dimensi E berjalan, berlari dan melompat dengan skor 0%. Dari awal sampai akhir terapi tidak mengalami peningktan. Perbaikan motorik yang dialami oleh anak tanpa terapi akan memakan waktu yang sangat lama penanganan secara dini dan intensif akan memberikan hasil yang optimal (Sunusi dan Nara, 2007).

PENUTUP` Kesimpulan

Seorang anak laki-laki dengan diagnosa medis cerebral palsy quadriplegi tipe fleksi dengan mental retardasi dan diagnosis fisioterapi adanya spastisitas pada semua otot-otot yang membuat pola pada pasien tersebut adduksi shoulder, endorotasi shoulder, fleksi elbow, fleksi wrist, adduksi hip,endorotasi hip, ekstensi hip, fleksi knee dan plantar fleksi ankle. Dapat disimpulkan bahwa tak ada peningkatan di aktifitas fungsional pasien mampu miring, tengkurap tapi pasien belum mampu duduk, berdiri, dan berjalan. Setelah dilakukan terapi didapatkan

(13)

hasil untuk spastisitas tidak mengalami perubahan dan tidak terjadinya potensial kontraktur otot, untuk kemampuan fungsional dan keseimbangan pasien tidak mengalami peningkatan dari pemeriksaan awal 17,12% menjadi 17,12 % pada evaluasi terakhir. Penerapan terapi latihan didapatkan hasil yang tidak begitu terlihat perubahannya. Faktor yang menyertai adalah waktu penanganan yang dilakukan penulis hanya selama 6 kali evaluasi dalam kurun waktu 14 hari sehingga belum didapat kemajuan yang berarti. Selain itu motivasi dari pasien juga sangat berpengaruh. Hasil terapi pada anak cerebral palsy tidak bisa dilihat dalam waktu yang singkat, tetapi membutuhkan waktu yang lama.

Saran

Dalam penanganan kasus cerebral palsy seorang fisioterapis disarankan untuk mempunyai pengetahuan tentang perkembangan aktifitas fungsional yang normal, mekanika reflek sikap dan gerakan normal pada anak normal. Pengaturan posisi pasien yang tepat saat melakukan aktifitas yaitu dengan melawan pola spastisitasnya supaya otot yang spastik dapat memanjang dan dapat mencegah terjadinya kontraktur. Koreksi sikap perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya problem sekunder atau deformitas. Kontrol dan pengawasan terhadap pasien perlu ditingkatkan, peran orang tua dan keluarga sangat mendukung keberhasilan terapi. Adapun juga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan terapi, yaitu dosis latihan, seberapa sering latihan tersebut dilakukan idealnya latihan dilakukan 2 kali sehari supaya mendapatkan hasil yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, 2013; Cerebral Palsy (CP), http://anisafisioterapi.blogspot.com/ 2013/01/cerebral-palsy.html?m=1

Bobath, K. 1972, The Motor Deficit in Pattient With Cerebral Palsy, England: The Lavenhamm Press LTD.

Bowyer, dkk. 2009; Pediatric Occupational Therapy; Edisi ke-2, United States Of

(14)

Chusid, J. G. 1993; Neuro Anatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional; Edisi Empat, Gajah Mada University Press, Yogjakarta

Fokriyati, M. 2013; Perkembangan Anak Usia Emas; Edisi ke-1, Laras Media Prima

Putriani, Intan. 2013. Pengertian Fisioterapi Menurut Organisasi Fisioterapi di

Seluruh Dunia. Diakses Tanggal 12/05/2015, dari http://intanputriani.

weblog.esaunggul.ac.id/2013/07/14/pengertian-fisioterapi-menurut-organisasi-fisioterapi-di-seluruh-dunia/

Retno. 2009; Makalah Pediatri Cerebral Palsy; Jurusan Fisioterapi, Surakarta Rood, M. 2000; Makalah Pelatihan Konsep Maju Fisioterapi pada Tumbuh

Kembang : NDT Treatment Concept; Sasana Husada Pro Fisio, Jakarta

Soetjiningsih. 1998; Tumbuh Kembang Anak; Edisi ke-1, Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga, Surabaya

Waspada, E. 2010; FT. Pediatri II; Edisi ke-2, Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Za, Na. 2012. Neuro Development Treatment (NDT). Diakses Tanggal 14/04/2015, dari http://zahstraces.blogspot.com/2012/08/neuro-development

Gambar

Grafik 1 Hasil Pengukuran Spastisitas Dextra
Grafik 3 Hasil Pengukuran Fungsi Motori

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu dokumen perencanaan pembangunan daerah Kota Ambon dimaksud menjadi dasar untuk penyusunan dokumen penganggaran daerah Kota Ambon, yaitu Rencana Kerja

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul: “Pengaruh Bauran Promosi Kartu Kredit

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Studi Al Qur,an – IAIN SGD Bandung Jabatan Akademik : Lektor Kepala dalam rumpun bidang ilmu : Bahasa Arab.. PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT BRI (Persero) Tbk Kantor Cabang Ngawi Jawa Timur).. Impact of Leadership Styles

Ada yang mengatakan ia (ibunya) sempat berjumpa dengan Nabi SAW, tapi kita tidak tahu adanya riwayat itu. Ia adalah orang pertama Bani Kilab yang dinikahi oleh orang

(2) Hubungan antar penyelenggara pelayanan publik dilaksanakan dengan menaati norma-norma kelembagaan, kesopanan, kesusilaan dan etika dengan berpedoman pada

Dari penelitian yang dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa LKS IPA Dari penelitian yang dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa LKS IPA Terpadu SMP kelas VIII