• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi, banyak hal baru berkembang yang dengan pesat diakibatkan timbulnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. reformasi, banyak hal baru berkembang yang dengan pesat diakibatkan timbulnya"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan informasi sekarang ini, menuntut para media massa untuk selalu mengakses informasi terbaru secara terus-menerus. Baik dari media cetak, media elektronik, industri buku dan lain sebagainya. Apalagi sejalan dengan lahirnya era reformasi, banyak hal baru berkembang yang dengan pesat diakibatkan timbulnya keberanian dalam mengungkapkan hal-hal yang ingin disampaikan untuk pemenuhan kebutuhan informasi tersebut. Televisi sebagai media audiovisual mempunyai daya tarik tersendiri dengan gambar bergeraknya (moving picture). Televisi merupakan salah satu media massa yang efektif untuk penyampaian pesan kepada penontonnya. Oleh karena itu khalayak cenderung menggunakan televisi sebagai sarana hiburan, informasi maupun pengetahuan, sehingga membuat informasi yang disampaikan lebih menarik dan menyenangkan pemirsanya dibanding media lainnya. Berbicara tentang isi dari televisi, beragam acara pun mulai dihadirkan oleh televisi ke tengah keluarga.

Televisi sebagai produk teknologi maju, berkembang pesat sejalan dengan perkembangan jaman. Siaran-siaran yang ditampilkan menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat, karena televisi memiliki sifat medium, yaitu pesan-pesan yang disampaikan mempunyai daya rangsang yang cukup tinggi. Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indra kita.

Televisi merupakan salah satu media massa yang menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indra kita dan film yang menyajikan imajiner yang melintas ruang dan waktu (Rakhmat, 2005:224).

(2)

Televisi mempunyai fungsi sebagai alat informatif, persuasif, motivatif, yang mudah dan dapat dipahami bahkan televisi digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building ( Ardianto, 2004:136) melalui program-program acara yang diproduksi dari banyaknya saluran televisi.

Semaraknya acara televisi yang disiarkan bagi masyarakat ditandai dengan munculnya televisi-televisi swasta di Indonesia. Stasiun-stasiun televisi swasta itu adalah RCTI, SCTV, TPI, TV One, Trans TV, Metro TV, Global TV, ANTV, Indosiar, serta stasiun televisi lokal, seperti, Space Toon, Deli TV, dan lain-lain. Televisi-televisi swasta tersebut berlomba-lomba untuk menarik perhatian penonton, dengan cara menyajikan siaran-siaran yang menarik perhatian penonton. Bahkan sejak disahkannya Undang-Undang Penyiaran, TVRI sebagai televisi pemerintah juga harus berebut penonton, sebab dalam dunia broadcasting berlaku hukum, jumlah pemirsa berbanding lurus dengan tingkat pendapatan.

Ketatnya kompetisi memperebutkan pemirsa, memaksa para pekerja bisnis siaran harus bekerja ekstra keras. Akibat positifnya tayangan di televisi pun menjadi sangat beragam, mulai dari program acara berita, film, sinetron, talk show, kuis bahkan gosip pun dikemas menjadi suatu program hiburan. Keberhasilan suatu program dalam penyampaian pesan kepada penontonnya juga mencerminkan keberhasilan dari sejumlah pekerja di belakang layar tersebut. Kemampuan para pekerja dalam pekerjaan mereka sangatlah tergantung pada kelengkapan dari unsur-unsur adaptasi teknologi dan seni. Kombinasi keduanya berpeluang menghasilkan program yang berkualitas dan mampu bersaing dengan teknologi media dan seni lainnya.

Bahkan program acara dapat dipusatkan untuk anak-anak. Namun, program anak bukan hanya film kartun yang hanya bersifat menghibur. Akan tetapi banyak program anak yang menampilkan unsure pendidikan dengan tampilan yang menarik. Karena untuk memperoleh

(3)

pengetahuan, anak-anak tidak hanya terpatok di lingkungan sekolah. Dora the explorer, sesame street, Si Bolang, Laptop si Unyil dan lain sebagainya merupakan beberapa dari banyaknya program acara anak yang diproduksi di stasiun televisi.

Program acara anak ini di bentuk sedemikian rupa yang menggunakan kreativitas tinggi untuk membuat anak-anak tertarik melihatnya. Jika mereka tertarik, maka pesan dalam program acara tersebut dapat dengan mudah mereka dapatkan.

Salah satu program anak yang sekarang masih populer adalah Laptop Si Unyil. Unyil merupakan tokoh anak yang sudah dikenal cukup lama. Si Unyil adalah film seri televisi Indonesia produksi PPFN yang mengudara setiap hari Minggu pagi di stasiun TVRI dimulai pada tanggal 5 April 1981 sampai 1993 yang ditujukan untuk anak-anak. Si Unyil telah menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dari budaya populer di Indonesia, dan banyak orang tidak dapat melupakan berbagai unsur seri ini, mulai dari lagu temanya yang dimulai dengan kata-kata "Hom-pim-pah alaiyum gambreng!" sampai tokoh-tokoh seperti Pak Raden dan Pak Ogah. Film ini pernah dicoba diangkat lagi oleh PPFN dengan bantuan Helmy Yahya pada tahun 2001, dengan meninggalkan atribut lama dan memakai atribut baru agar sesuai dengan jamannya, akan tetapi usaha itu gagal. Pada tahun 2007, acara ini dihidupkan lagi dengan nama Laptop Si Unyil, digawangi oleh Trans7. Karakter, lagu pembuka, dan cerita tetap dipertahankan, kecuali beberapa yang diperbaharui seiring zaman (www.Wikipedia.com). Laptop Si Unyil, judul itu sengaja dipilih sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi yang sudah semakin maju.

(4)

Masih dengan tokoh–tokoh yang sama yaitu Unyil dengan karakternya yang pintar dan baik, Pak Raden yang galak, Pak Ogah yang pemalas, pengganggu dan kocak, Laptop Si Unyil alternatif yang mendidik khususnya bagi anak–anak. dapat dijadikan tontonan memberikan pendidikan kepada anak-anak tidak hanya melalui sekolah formal, melalui program Laptop Si Unyil hal-hal yang sebenarnya sulit dipahami dapat disampaikan dengan penjelasan yang sederhana, menarik dan lugas sehingga lebih mudah dipahami bahkan pertanyaan anak yang terkadang sulit dijawab oleh orang tua. Program ini menyajikan tayangan yang mencerdaskan dan menghibur untuk anak dan keluarga seperti perkenalan tentang benda, ensiklopedi, permainan daerah, kerajinan tangan dan uji ilmiah, bahkan dapat menjadi pembentukan perilaku anak ( www.trans7.com).

Abraham Maslow (Koswara, 1991:25) menyatakan bahwa perialku anak sebenarnya terbentuk dan berkembang melalui proses komunikasi. Namun, komunikasi tersebut bukan hanya melalui komunikasi antara orang tua dengan anak. Banyak media yang dapat membentuk perilaku anak, salah satunya dari media massa. Lingkungan di luar keluarga akan turut andil dalam pembentukan karakter anak. Anak-anak mudah sekali untuk mengadopsi dan meniru apa saja yang mereka lihat dan mereka dengar termasuk melalui acara Laptop Si Unyil. Dimana terdapat banyak pesan yang disampaikan. Pembentukan perilaku tidak terjadi dengan sendirinya. Pembentukannya senantiasa berlangsung selain dari interaksi manusia ternyata dapat berlangsung melalui hasil dari buah budaya seperti televisi, radio, dan lainnya.

Untuk itu, peneliti tertarik mengambil sampel pelajar SMP kelas VII dan VIII Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah ( YPSA ). Karena anak SMP termasuk

(5)

dalam golongan remaja awal. Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak bergantung dengan orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebanyanya (Agustiani, 2006:29 ). Selain itu, pengetahuannya yang bertambah luas menyebabkan timbulnya cita-cita dan angan-angan yang menjulang tinggi. Sikap kritis dan mempertanyakan kebenaran dari apa yang dihadapi akan mendorong atau mendesak fantasi agar tercapai pikiran yang realistis ( Gunarsa, 2000:22 ).

Dalam pemilihan sekolah, Shafiyyatul Amaliyyah dikenal sebagai sekolah high class. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat apakah sekolah kelas atas ini dalam membentuk perilaku mereka masih melihat dari tayangan seperti Laptop Si Unyil. Walaupun dari judul tayangan sudah mengikuti perkembangan zaman, namun penyajian dari peran Unyil tersebut masih tradisional jika dibandingkan dengan kondisi gaya hidup mereka yang sudah semakin maju.

Walaupun isi dari tayangan Laptop Si Unyil sangat bermanfaat dan mendidik, tetapi apabila disejajarkan dengan perkembangan teknologi sekarang, pelajar seperti mereka ini kemungkinan besar lebih memilih hasil buah budaya baru.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Bagaimanakah tanggapan Pelajar SMP Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah kelas VII dan VIII terhadap tayangan Laptop Si Unyil di Trans7 dalam pembentukan perilaku anak?”

(6)

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

a. Penelitian bersifat deskriptif, yang mana hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

b. Penelitian hanya terbatas pada tayangan Laptop Si Unyil yang ditayangkan di Trans7 setiap hari pukul 13.00 WIB.

c. Penelitian hanya terbatas pada tanggapan penonton terhadap tayangan Laptop Si Unyil.

d. Objek penelitian terbatas pada pelajar SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengungkap persepsi masyarakat tentang tayangan Laptop Si Unyil yang ditayangkan di televisi swasta Trans7.

b. Menelaah pesan edukatif yang terdapat dalam setiap episode Laptop Si Unyil untuk membantu pembentukan perilaku anak.

(7)

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, hasil kajian ini diharapkan bermanfaat kepada pembacanya yang ingin mengetahui penerapan konsep komunikasi massa melalui pesan-pesan yang disampaikan pada film kartun di berbagai media televisi.

b. Secara Akademis, hasil kajian ini diharapkan bermanfaat bagi para akademisi lain yang ingin melakukan kajian lanjutan tentang sebuah tayangan, sehingga pesan-pesan yang disampaikan dalam setiap tayangan memberi sumbangan berarti bagi pembentukan perlaku penontonnya.

1.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai dasar menjelaskan berbagai fenomena-fenomena yang penting dalam bidang yang diteliti. Kerlinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi,2001:39).

(8)

1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering dipakai sebagai asal – usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata – kata latin yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005:41).

Menurut Carl Hovland dalam karyanya yang berjudul Social Communication muncul istilah science of communication yang didefenisikan sebagai suatu upaya yang sitematis untuk merumuskan dengan cara setepat – tepatnya asas – asas pentransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap (Effendy, 2003:13).

Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk membertihau atau merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media.

Tujuan utama mempelajari komunikasi adalah untuk mengetahui bagaimana efek komunikasi terhadap seseorang, yaitu kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.

Dalam setiap peristiwa komunikasi, meliputi lima unsur di dalamnya, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendy, 2006:10). Dalam buku Ardianto (2004:7), Rakhmat merangkum defenisi – defenisi komunikasi massa, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak tersebar, heterogen, anonim, melalui media cetak maupun elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat.

(9)

(media cetak dan media elektronik). Ada beberapa bentuk komunikasi massa, antara lain: televisi, radio, majalah, koran, buku, dan film (Nurudin, 2003:2)

Menurut Wright (1959), dalam Severin dan Tankard (2007:4), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang memiliki ciri:

a. Komunikasi massa yang diarahkan kepada audience yang relatif besar, heterogen, dan anonim.

b. Pesan – pesan yang disebarkan secara umum sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audience secara serempak dan sifatnya sementara.

c. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

1.5.2. Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response, ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, konasi. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.

Elemen-elemen dari model ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organism), efek (response). Model S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

(10)

response stimulus

Gambar 1 Model S-O-R

Proses diatas mengambarkan perubahan sikap dan bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau dapat ditolak. Jika pada proses selanjutnya terhenti. Ini berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka tidak ada perhatian (attention) dari organisme.

Jika stimulus diterima oleh organisme berarti adanya komunikasi dan perhatian dari organisme, dalam hal ini stimulus efektif dan ada reaksi. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, kemampuan dari organisme inilah yang dapat melanjutkan proses berikutnya. Pada langkah berikutnya adalah organisme dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan dalam mengubah sikap.

Dalam perubahan sikap dapat dilihat bahwa sikap dapat berubah hanya jika rangsangan yang diberikan melebihi rangsangan semula. Perubahan berarti bahwa stimulus yang diberikan dapat meyakinkan organisme, dan akhirnya secara efektif dapat merubah sikap.

Organism : - Perhatian - Pengertian - penerimaan

(11)

Hovland beranggapan bahwa perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan (Effendy,2003:255).

1.5.3. Televisi

Everet M. Roger, dalam bukunya Diffusion of Innovation menyatakan bahwa tekhnologi dirancang untuk “instrumental action” (gerak peralatan) guna mengurangi ketidak pastian dalam hubungan sebab akibat, termasuk di dalamnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam bukunya yang lain (Communication Technology: The new media in society), Roger menulis bahwa tekhnologi biasanya memiliki dua aspek, yaitu aspek perangkat keras dan aspek perangkat lunak. Aspek perangkat keras bersifat objek materi, sedangkan aspek perangkat lunak adalah dasar informasi untuk perangkat keras.

Menurut J.B Wahyudi, pada dasarnya perkembangan tekhnologi tidak dapa lepas dari proses berfikir ilmiah manusia itu sendiri. Maka perkembangan teknologi abad 20 bukanlah monopoli perorangan atau ahli saja, tetapi merupakan karya dari banyak ahli yang berkesinambungan.

Dalam teknologi informasi, media saluran televisi menempati posisi terdepan dalam hal popularitas dan pengaruh. Kemampuan media massa televisi memadukan informasi dalam bentuk audio dan visual membuatnya begitu dipuja.

Kemampuan itu pula yang membuat daya tembusnya dalam pikiran pemirsa, bisa begitu dalam yang pada akhirnya meninggalkan bekas mendalam. Fungsi televisi hampir sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni

(12)

sebagai alat informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Fungsi menghibur lebih dominant pada media televisi.

Sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2004 : 128).

Media massa televisi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan media massa lainnya yaitu :

a. Audiovisual

b. Berpikir dalam gambar

c. Pengoperasian lebih kompleks 1.5.4. Perilaku

Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia. perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing.

Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.

(13)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114).

Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.

Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139).

(14)

Awal dari teori ini adalah teori belajar social kognitif. Penelitian awalnya berfokus pada pembelajaran pengamatan-pembelajaran yang terjadi melalui pengamatan terhadap apa yang dilakukan orang lain. Dalam pembelajaran pengamatan, orang secara kognitif mewakili perilaku orang lain dan kemudian terkadang menerima oerilaku ini untuk mereka sendiri.

Teori social kognitif menrupakan teori tentang perilaku yang memper imbangkan pikiran seseorang. Teori ini menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan orang/kognisi merupakan factor penting dalam perkembangan. Orang/kognisi mengacu pada karakteristik pribadi ( contohnya introvert dan extrovert dan percaya bahwa seseorang dapat mengendalikan pengalaman dari secara efektif ) dan pada proses kognitif yang menengahi hubungan antara lingkungan dan perilaku.

1.6. Kerangka Konsep

Menurut kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Rakhmat, 2004:12). Bungin mengartika konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan semua fenomena yang sama (Krisyantono, 2006:17).

Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Rakhmat, 2004:12). Konsep merupakan abstraksi tentang fenomena sosial yang dirumuskan melalui generalisasi dari jumlah karkteristik peristiwa atau keadaan fenomena sosial tertentu yang ditarik dari intisari melalui ide-ide dan gambar fenomena sosial (Silalahi, 2009:112).

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variable. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tayangan Laptop Si Unyil dan tanggapan penonton televisi.

(15)

1.7. Model Teoritis

Berdasarkan variabel yang telah ditetapkan apabila telah dikaitkan dengan variabel lainnya, maka terbentuklah model teoritis sebagai berikut:

Gambar 2

1.8. Operasional Konsep

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian diperlukan suatu operasional variabel terkait yaitu sebagai berikut:

Tayangan Laptop Si Unyil Pembentukan Perilaku Anak

(16)

Tabel 1 Konsep Operasional

Konsep Operasional Operasionalisasi Konsep

Tayangan Laptop Si Unyil di Trans7

a. Frekuensi Penayangan b. Waktu Penayangan c. Durasi Penayangan d. Host

e. Penyajian/dramatisasi f. Kejalasan Isi Pesan g. Format Acara h. Materi Acara

Tanggapan Pelajar SMP Yayasan Pendidikan Safiyyatul Amaliyyah terhadap Pembentukan Perilaku Anak

a. Perhatian b. Pengetahuan c. Penerimaan

d. frekuensi menonton e. Motif menonton f. Manfaat yang diterima Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

(17)

1.9. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional merupakan defenisi yang menyatakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris (Silalahi, 2009:120). Maka variabel-variabel dalam operasionalisasi penelitian ini didefenisikan sebagai berikut:

1. Tayangan Laptop Si Unyil, terdiri dari:

a. Frekuensi penayangan, merupakan penjelasan seberapa sering suatu acara ditayangkan dalam waktu satu minggu. Tayangan Laptop Si Unyil ditayangkan setiap hari.

b. Waktu Penayangan, merupakan penjelasan jadwal penayangan suatu acara di suatu hari tertentu. Waktu penayangan tayangan Laptop Si Unyil yakni setiap hari pukul 13.00 WIB.

c. Durasi penayangan, merupakan penjelasan tentang berapa lama penayangan suatu acara dalam satuan menit. Durasi penayangan tayangan Laptop Si Unyil adalah sepanjang 30 menit.

d. Host, merupakan salah satu elemen penting karena sebagai acara, seorang host harus mampu menarik perhatian penonton.

e. Penyajian / dramatisasi, penyajian dari tayangan Laptop Si Unyil di Trans7 melalui cerita-cerita pengantar yang diikuti cerita selanjutnya.

f. Kejelasan isi pesan, merupakan penjelasan tentang jelas atau tidaknya makna pesan yang ingin disampaikan pengemas acara melalui acara tersebut.

(18)

Jelas atau tidaknya pesan tayangan Laptop Si Unyil sehingga dapat dipahami/dimengerti oleh responden.

g. Format acara, merupakan penjelasan tentang bentuk dan format yang digunakan dalam penayangan suatu acara, bisa dalam bentuk segmen-segmen.

h. Materi acara, menjelaskan tentang tema acara yang ditayangkan dalam setiap episodenya.

2. Tanggapan Pelajar SMP Yayasan Pendidikan Safiyyatul Amaliyyah terhadap pembentukan karakter anak, terdiri dari:

a. Perhatian

- Minat menonoton, yaitu adanya keinginan untuk menonton tayangan Laptop Si Unyil.

- Rasa suka, adanya rasa suka atau tertarik untuk menonton tayangan Laptop Si Unyil.

b. Pengertian

- Pengetahuan, yaitu responden mengetahui isi dari tayangan tersebut

- Pemahaman, yaitu responden mengerti dan memahami jalan cerita dari tayangan Laptop Si Unyil tersebut.

c. Penerimaan, merupakan respon dari responden apakah mereka menerima atau tidak menerima tayangan Laptop Si Unyil sebagai pembentuk perilaku anak.

d. Motif menonton yaitu alasan komunikan menyaksikan suatu tayangan televisi. Dalam hal ini adalah motif pelajar SMP Yayasan Pendidikan Safiyyatul Amaliyyah menyaksikan tayangan Laptop Si Unyil di Trans7.

(19)

e. Manfaat yang diterima yaitu manfaat yang dirasakan komunikan setelah menyaksikan suatu tayangan televisi. Dalam hal ini adalah manfaat yang diterima pelajar SMP Yayasan Pendidikan Safiyyatul Amaliyyah setelah menonton tayangan Laptop Si Unyil di Trans7.

3. Karakteristik Responden, terdiri dari:

a. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau perempuan. b. Usia, yaitu usia responden

1.10. Sistematika Penulisan

Sebagai suatu karya ilmiah, tulisan ini disusun secara sistematis, logis, dan konsisten. Secara eksplisit, skripsi ini dikembangkan penulisannya atas 5 bab, dan detail masing-masing bab dibahas pada sub bab. Akhir pada tulisan ini dilengkapi daftar pustaka sebagai bahan pendukung yang memperkuat teori-teori yang dimajukan serta turut dilampirkan beberapa lampiran yang mendukung.

Selengkapnya susunan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I, diberi judul PENDAHULUAN, penjelasan bab ini dirinci atas sub bab : Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Model Teoritis, Variabel Operasional, Defenisi Variabel Operasional, dan Sistematika Penulisan.

Bab II, diberi judul URAIAN TEORITIS, isi bab ini adalah penjelasan dan konsep di sekitar Analisa Tayangan Laptop Si Unyil. Perluasan dan pedalaman uraian dirinci dengan sub bab : pengertian Komunikasi dan Komunikasi Massa, Teori S-O-R, Teori Televisi, dan Teori

Bab III, diberi judul METODOLOGI PENELITIAN, uraian bab ini terdiri dari sub bab: Deskripsi Lokasi Penelitian, Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik

(20)

Penarikan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data

Bab IV, memaparkan tentang HASIL DAN PEMBAHASAN, yang terdiri dari sub bab : Analisa Tabel Tunggal

Bab V, merupakan bab PENUTUP yang berisikan Kesimpulan dan Saran dari hasil penelitian yang dilakukan.

Setelah BAB V, Sistematika Penulisan dilanjutkan dengan DAFTAR PUSTAKA dan dilengkapi dengan LAMPIRAN.

Gambar

Tabel 1    Konsep Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual

Dalam kehidupan nyata apabila seseorang memiliki ketiga karakter ini kemungkinan besar orang tersebut memiliki potensi kuat menjadi kontributor seperti yang

Diharapkan tersedia sistem pakar yang yang dapat mendiagnosa penyakit kulit pada manusia sebagai pendamping pasien sebelum dirujuk kepada dokter sehingga akan ada print out

ruang heterotopia yang terdapat pada layanan-layanan Corner Perpustakaan UMY. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data di atas maka diperoleh hubungan yang rendah antara ketersediaan koneksi WiFi dengan minat hubungan ketersediaan koneksi

1.1 Muatan Kampanye melalui Media Cetak untuk Terlaksananya Penggunaan Air dan Daya Air sebagai Materi dengan Memperhatikan Prinsip Penghematan Penggunaan dan

لولأا بابلا ةمدقم ثحبلا ةيفلخ :لولأا لصفلا وأ يوفش لكش في ءاوس ناسنلإا رهاظم نم رهظم يه ةيبدلأا لامعلأا وك ةغللا مدختسي بوتكم س ق الهو ةمدقم ةلي ىرخأ ةرابعبو .ةنميهم

Indikator penilaian tentang kreativitas yakni: (1) memiliki gagasan /ide original dalam mengungkapkan unsur gerak tari (tenaga dan tempo); (2) mengembangkan gagasan