• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI MATERI GENETIK UNTUK MENDAPATKAN SENGON TAHAN KARAT TUMOR DI WILAYAH NABIRE - PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPLORASI MATERI GENETIK UNTUK MENDAPATKAN SENGON TAHAN KARAT TUMOR DI WILAYAH NABIRE - PAPUA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI MATERI GENETIK UNTUK MENDAPATKAN

SENGON TAHAN KARAT TUMOR DI WILAYAH NABIRE - PAPUA

Oleh : Gunawan

Balai Penelitian Kehutanan Ciamis

ABSTRAK

Minat masyarakat untuk menanam tanaman keras mengalami peningkatan. Adanya pemanasan global yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi, serta perubahan iklim secara ekstrem membuat masyarakat terdorong untuk memperbaiki lingkungan dengan cara menjaga serta memeliharanya. Salah satu jenis tanaman yang banyak di tanam adalah sengon. Pemilihan tanaman sengon didasarkan pada pertumbuhannya yang cepat, pemasaran yang mudah dan harganyapun sekarang cukup tinggi. Penanaman sengon secara monokultur dalam jumlah yang besar menimbulkan terjadinya penyebaran penyakit secara cepat dan mewabah. Salah satu penyakit tanaman sengon yang sekarang sedang mengancam adalah karat tumor. Tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor disebabkan oleh jenis jamur karat (Uromycladium tepperium)Sacc.)McAlp). Banyak cara dilakukan untuk menanggulangi penyakit karat tumor, namun belum ditemukannya cara paling efektif membuat penelitian diarahkan untuk mencari provenan sengon yang tahan terhadap karat tumor. Salah satu provenan sengon yang diduga tahan terhadap serangan karat tumor adalah dari provenan papua. Untuk menguji tanaman sengon provenan Papua maka dilakukan eksplorasi sengon ke wilayah Papua, salah satu wilayah yang diambil adalah Kabupaten Nabire.Eksplorasi sengon ke Kabupaten Nabire dilakukan mulai tanggal 26 Juli 2010 sampai 9 Agustus 2010. Hasil eksplorasi berupa benih sengon dari pohon induk yang tersebar di wilayah Distrik Makimi dan Teluk Kimi. Jumlah benih yang dihasilkan dari 20 pohon induk sebanyak 404,8gram. Jumlah tersebut relatif sedikit karena perkiraan masa pembuhan yang kurang pas, dimana masa pembuahan sudah lewat. Disamping itu dalam eksplorasi ini juga mengalami kesulitan dalam pengunduhan karena ketinggian pohon mencapai 30 meter serta susahnya mencari pemanjat.

Kata kunci: Sengon, Karat tumor, Eksplorasi, Uji resistensi

I. PENDAHULUAN

Pemanasan global yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi dan juga perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan timbulnya kesadaran masyarkat untuk lebih menjaga kondisi lingkungan di sekitarnya. Masyarakat mulai giat kembali dalam menanam tanaman keras yang termasuk tanaman kehutanan. Selain untuk memperbaiki kondisi lingkungan penanaman tanaman keras juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat karena harga kayu semakin tinggi. Faktor lain yang mampu meningkatkan minat masyarakat untuk menanam tanaman keras adalah dengan mulai banyaknya pabrik pengolahan kayu sehingga hasil panen sudah pasti akan ada yang menampung. Salah satu jenis tanaman keras yang paling populer ditanam oleh masyarakat adalah jenis sengon.

Tanaman sengon merupakan jenis yang banyak diusahakan pada hutan rakyat di pulau Jawa. Disamping tanaman sengon termasuk dalam kategori fast growing species adanya perusahaan-perusahaan kayu yang bisa menampung hasil panen kayu sengon memacu masyarakat untuk mengusahakan tanaman sengon pada lahan masing-masing. Selain itu tanaman sengon mulai dikembangkan dihutan rakyat karena dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang luas, tidak menuntut persyaratan tempat tumbuh yang tinggi dan mempunyai banyak manfaat (Rimbawanto, 2008).

Sebaran sengon alami berada di kawasan Maluku, Papua Nugini, Kep. Solomon dan Bismark. Sengon sangat cocok ditanam didaerah tropis, dapat tumbuh mulai pantai sampai 1600 mdpl, optimum 0 – 800 mdpl dengan curah hujan berkisar 200 – 2700

(2)

mm/tahun dengan bulan kering sampai 4 bulan. Kesuburan tanah tidak mutlak untuk pertumbuhan sengon, artinya tanah yang kurang suburpun dapat ditanami sengon dengan perlakuan pemupukan, asalkan drainasenya bagus.

II. PENYAKIT KARAT TUMOR PADA TANAMAN SENGON

Pertanaman sengon pada hutan rakyat pada umumnya ditanam secara polykultur, namun ada juga masyarakat yang mengusakan tanaman sengon secara monokultur. Tanaman sengon secara monokultur memicu adanya serangan hama dan penyakit yang dapat menyebar dengan cepat. Karat tumor merupakan salah satu jenis penyakit pada sengon yang akhir-akhir ini menyerang hampir diseluruh wilayah di pulau Jawa. Penyakit karat tumor pada tanaman sengon di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun 1996 di pulau Seram, Maluku (Anggraeni, 2008). di Timor-Timur, pada tahun 1998 sampai dengan 2001, telah terjadi epidemi penyakit karat tumor pada hampir 90% tanaman sengon yang berfungsi sebagai penaung pada perkebunan kopi (Old dan Cristovao, 2003). Sementara itu di Sorowako, Sulawesi Selatan, pada awal tahun 2005 telah ditemukan penyakit karat tumor pada pertanaman sengon di likasi reboisasi bekas tambang timah (Kasno dan Hadi, 2005). Meskipun epidemi baru terjadi pada tahun 2005, namun diperkirakan penyakit ini telah ada sejak 4 atau 5 bulan sebelumnya, yaitu sekitar tahun 2001.

Tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor disebabkan oleh jenis jamur karat (Uromycladium tepperium)Sacc.)McAlp). (Brown, 1993, Braza, 1997;Old &cristovao, 2003; PROSEA, 2003; Rahayu dkk, 2005; Rahayu dan Lee, 2007). Dalam sekali siklus hidupnya inang yang dibutuhkan oleh jamur karat hanya 1, jamur juga hanya membentuk satu macam spora yang dinamakan teliospora saja. Teliospora ini mempunyai ukuran lebar 14 – 20 µm dan panjang 17 – 28 µm, sedangkan struktur dari teliospora strukturnya berjalur, bergerigi dan setiap satu tangkai terdiri dari 3 teliospora (Rahayu dan Lee, 2007). Hasil penelitian yang telah dilakukan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta mengindikasikan bahwa sengon umur 1 tahun yang berasal dari provenan dari papua relatif resisten terhadap serangan karat tumor (Ismail dan Charomaini, 2008). Untuk mengetahui mengetahui provenan dari mana saja yang resisten terhadap serangan karat tumor dilakukan penelitian uji resistensi sengon terhadap serangan karat tumor yang dilakukan oleh BBPBPTH Yogyakarta. Sengon yang akan dilakukan uji resistensi didapatkan dari hasil eksplorasi yang dilakukan di 5 provenan Papua. Salah satu provean diambil dari Kabupaten Nabire, yang dilakukan atas kerjasama BBPBPTH dengan BPK Ciamis.

III. KONDISI TEMPAT TUMBUH SENGON DI NABIRE

Nabire merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi Papua yang mempunyai luas 15.357,55 Km2, dan terletak diantara 134°,35’ - 136°,37’ Bujur Timur dan 2°,25 - 40°,15 Lintang Selatan. Topografi dan keadaan formasi geologisnya sangat bervariasi dan berpengaruh terhadap pembentukan dan jenis tanah. Pada daeraah rawa terdapat disekitar alirah sungai Wapoga, Kali Mangga dan Kali Bumi merupakan daerah-daerah deposit kuater yang menerima endapan sungai menutup batuan sedimen, tersier dan pleistosin. Tumbuhan khas dilokasi ini antara lain sagu dan species lainnya. Untuk daerah tanah kering, jenis tanah yang menonjol di dataran ini antara lain organosol dan alluvium yang sering ditemukan di dataran tinggi. Daerah pantai sekitar Nabire antara lain podzolik, pada dataran ini terdapat hutan tropis basah. Dataran tinggi, lereng dan bukit, bahan induk batuan sedimen tersier dan pleistosin tanah kapur. Jenis tanah yang terdapat antara lain : podzolik merah, hidromorf kelabu, merah sampai kuning.

Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian letak dimana setiap kenaikan 100 m dari permukaan air laut mengalami penurunan rata-rata 0,6°C. Akibat topografi yang bervariasi

(3)

di dataran tinggi maka suhu udara di Kabupaten Nabire berkisar antara 20°C - 32°C, dengan suhu maksimum 34°C. Wilayah ini beriklim tropis basah dengan curah hujan hampir merata sepanajang tahun.

Kabupaten Nabire memiliki topografi yang bervariasi mulai dari rawa-rawa dan dataran rendah yang terletak sekitar pesisir pantai dengan ketinggian 0 – 5 mdpl, hingga dataran tinggi bergelombang, daerah perbukitan dan lembah dengan ketinggian antara 5 – 1.200 mdpl.

Gambar 1. Kondisi Hutan di Wilayah Kabupaten Nabire

Tanaman sengon di wilayah Kabupaten Nabire terdapat di semua wilayah baik di dataran rendah (Pantai) samai dataran tinggi (pegunungan). Secara fisik perbedaan antara tanaman sengon yang berada di daerah pantai dengan daerah pegunungan antara lain pada daerah pegunungan tanaman sengon mempunyai bentuk batang yang relatif lurus dengan ketinggian mencapai 30 – 40 meter sedangakan diwilayah pantai bentuk batang bengok dengan percabangan rendah tinggi mencapai 20 – 30 meter. Di samping itu tajuk yang terbentuk pada tanaman sengon di wilayah pegunungan lebih kecil dibandingkan dengan tajuk sengon yang berada di kawasan pantai. Tinggi bebas cabang pada tanaman pegunungan lebih tinggi bila dibandingan dengan tanaman sengon yang berada di kawasan pantai. Tanaman sengon di wilayah pantai dapat ditemui di Distrik Kimi dan juga Distrik Teluk Kimi. Sedangan pada daerah pegunungan tanaman sengon dapat ditemukan diwilayah Distrik Uwapa.

Gambar 2. Tegakan sengon yang tumbuh di wilayah Nabire : a) Dataran rendah (pantai) dan b) Dataran tinggi (gunung)

(4)

Tanaman sengon yang tersebar diwilayah Kabupaten Nabire relatif aman dari serangan hama dan penyakit. Didalam eksplorasi yang dilakukan di wilayah Kabupaten Nabire tidak ditemukan sama sekali tanaman yang terserang karat tumor. Tanaman sengon yang ada tidak menunjukan adanya serangan penyakit karat tumor. Dari populasi yang dieksplorasi tidak ada satupun tanaman sengon yang menunjukan adanya tanda maupun gejala serangan karat tumor.

IV. POLA SEBARAN POPULASI SENGON DI NABIRE

Papua merupakan wilayah sebaran alami tanaman sengon. Tanaman sengon di pulau Papua dapat dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Di wilayah Kabupaten Nabire tanaman sengon dapat di jumpai di distrik Makimi, Teluk Kimi, dan Uwapa. Daerah distrik Makimi maupun Teluk kimi merupakan wilayah dataran rendah yang berbatasan langsung dengan laut.

Wilayah yang termasuk dataran tinggi meliputi Distrik Uwapa, sengon di dataran tinggi tersebar di daerah-daerah dekat dengan jalan raya. Wilayah dataran tinggi yang berupa bukit dan pegunungan mengakibatkan eksplorasi pada wilayah dataran tinggi sedikit mengalami kesulitan, tim eksplorasi hanya mampu menjangkau wilayah-wilayah sekitar jalan raya yang menuju Kabupaten Enarotali. Tanaman sengon mulai dapat ditemukan pada km 7 sampai km 15, setelah itu tidak ditemukan lagi sengon sampai di kantor distrik uwapa.

Gambar 3. Sebaran pohon induk sengon yang telah diambil buahnya (Peta Papua dari Google

Maps)

IV. PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN

Periode pembungaan tanaman sengon mulai bulan Maret s/d Juni dan Oktober, jadi dalam satu tahun tanaman sengon berbunga dua kali (Hidayat, J., 2003). Dari informasi awal diperkirakan bahwa pembuahan tanaman sengon di wilayah Provinsi Papua terjadi bulan Mei s/d Agustus. Dari hasil eksplorasi didapatkan bahwa tanaman sengon yang berada didataran rendah masa berbuahnya sudah lewat dan jumlah buahnya hanya sedikit. Curah hujan yang cukup tinggi terjadi sepanjang tahun mempengaruhi proses pembuangaan dan pembuahan. Jumlah buah yang dihasilkan ternyata hanya sedikit walaupun bunganya banyak. Banyak bunga yang tidak mampu menjadi buah karena gugur terlebih dahulu. Buah pada tanaman sengon didataran rendah jumlahnya lebih sedikit dan sudah pecah, sehingga buah yang didapatkan dari hasil eksplorasi relatif sedikit. Pembungaan yang terjadi di dataran tinggi sedikit berbeda dengan di dataran rendah, pada tanaman sengon yang berada di dataran tinggi jumlah buah sengon lebih banyak dan masih banyak buah muda yang berwarna hijau.

(5)

Gambar 3. Kondisi pembuahan pada pohon induk sengon

Setelah dilakukan pengunduhan, buah/polong sengon yang diperoleh jumlahnya relatif sedikit. Dengan kondisi tersebut diperlukan proses penanganan benih (ekstraksi) yang hati-hati sehingga benih yang diperoleh tidak banyak terbuang atau rusak. Ekstraksi benih sengon dilakukan dengan cara menjemur polong selama 1-2 hari, Setelah itu, polong akan membuka dan menampakan benih di dalamnya. Benih dibersihkan dan dipisahkan dari kotorannya dengan ditampi. Seleksi dan sortasi benih dapat dilakukan dengan menggunakan seed gravity table (Sudrajat dkk., 2002). Dalam eksplorasi ini polong yang diperoleh sudah sangat tua, bahkan sudah terbuka polongya dan tinggal memisahkan antara kulit polong dengan bijinya, penjemuran dilakukan untuk mengurangi kadar airnya. Pengunduhan buah dilakukan pada pagi hari karena pada saat siang hari biji sengon yang berada pada kulit polong akan terbang ketika dilakukan pengunduhan. Seleksi dan sortasi dilakukan secara manual langsung dilapangan.

Penyimpanan benih sengon dilakukan pada kadar air rendah (5-8%). Benih disimpan dalam DCS (Dry Cold Strorage) pada suhu 4oC pada wadah kedap (plastik dimasukan dalam kaleng). Penyimpanan juga dapat dilakukan pada ruang kamar dengan menggunakan wadah kain katun (Sudrajat dkk., 2002). Penyimpanan benih yang dilakukan dalam eksplorasi ini setelah dilakukan seleksi serta sortasi benih dijemur hingga kadar air mencapai (5-8%) setelah itu benih berdasarkan nomer pohon induknya dipisahkan dan dimasukkan kedalam plastik dan diberikan label sesuai dengan nomer pohon induknya. Plastik – plastik yang sudah berisi benih kemudian dimasukkan tas tersendiri dan untuk menjaga kelembaban dimasukkan silica gel ke dalam tas. Berikut hasil yang diperoleh dalam kegiatan eksplorasi selengkapnya dicantumkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kondisi pohon induk dan materi genetik (benih) sengon hasil eksplorasi

Tinggi Diameter No

Pohon TBC (m) Total (m) Batang (cm) Tajuk (cm)

Jumlah Biji

(gram) Kelimpahan Biji

101 20 35 150 20 16 Kurang 102 25 35 130 15 15 Kurang 103 28 37 100 14 16 Kurang 104 30 32 80 18 16 Kurang 105 25 37 130 20 17 Kurang 106 22 31 110 15 17,6 Kurang 107 15 29 120 20 16,5 Kurang 108 20 33 98 15 24 Kurang 109 10 24 80 10 16,4 Kurang

(6)

110 18 30 102 10 16 Kurang 111 23 35 90 15 11,8 Kurang 112 20 30 87 12 40 Kurang 113 18 33 130 15 54 Kurang 114 18 28 122 10 17,6 Kurang 115 30 38 133 21 14,5 Kurang 116 25 34 110 18 16 Kurang 117 26 33 151 15 30,2 Kurang 118 22 30 145 24 19 Kurang 119 20 30 105 22 15 Kurang 120 18 31 120 20 16,2 Kurang V. PENUTUP

Dari hasil eksplorasi di wilayah Kabupaten Nabire dapat disimpulkan bahwa tanaman sengon belum dimanfaatkan sama sekali. Disamping karena sifat dan kualitas kayunya yang rendah, masih banyaknya jenis-jenis tanaman keras yang mempunyai sifat dan kualitas kayu yang lebihi bagus seperti kayu merbau, kayu merah dan lain-lain. Perkiraan waktu yang kurang tepat mengakibatkan jumlah benih sengon yang dihasilkan dari eksplorasi relatif sedikit. Hambatan lain dari eksplorasi ini adalah sulitnya pengunduhan buah dikeranakan ketinggian pohon mencapai 30 meter serta sulitnya mencari pemanjat. Untuk eksplorasi kedepan dibutuhkan informasi yang akurat masa pembuahan sehingga dalam eksplorasi akan dapat hasil yang maksimal serta efisien dalam hal waktu dan biaya. Sulitnya pengunduhan buah karena ketinggian pohon mencapai 30 meter perlu diantisipasi dengan mencari pemanjat terlebih dahulu agar dalam eksplorasi tidak dilakukan penebangan pohon induk.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, I. 2008. Pengendalian Karat Tumor pad Sengon. Workshop Penyakit Karat Tumor pada Sengon, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, 19 Nopember 2008.

Braza, R. D. 1997. Karat tumor disease of Paraserianthes falcataria in the Philippines. Forest, Farm, and Community Tree Research Reports 1997. Vol. 2.

Brown, B. 1993. Current and Potential Diseases of Fast Growing Industrial Timber Plantation Trees. Mandala Agriculture Development Corporation (MADECOR). Jakarta. Indonesia.

Kasno dan S. Hadi. 2005. Pest nd diseases of forest trees and general impression on the implementation of reforestation in the post mined area of PT INCO, Sorowaku, South Sulawesi. Department of Silviculture Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University.

Old, K. M. dan C. D. S. Cristovao. 2003. A rust epidemic of the coffee shade tree (Paraserianthes falcataria) in East Timor. In: Agriculture: New Directions for New Nation – East Timor (Timor-Leste). Eds. H. Costa., C. Piggin., C. J. Cruz. and J. J. Fox. ACIAR Proceedings No. 113, Canberra, Australia.

PROSEA (Plant Resourches of South-East Asia) 5. 1994. Paraserianthes Nielsen. In : Soerianegara, I and Lemmens, R.H.M.J. (eds.).(1) Timber trees: Major commercial timbers. Bogor. Indonesia.

(7)

Rahayu, S., Lee, S.S., Nor Aini, A.S. 2005. Karat tumor disease in Falcataria moluccana (Miq) Barneby & Grimes at Brumas, Tawau-Sabah. In: Sahibin, A. R., Ramlan, O., Kee, A. A. A. and Ng. Y. F. Second regional symposium on environment and natural resourches, 22-23 March 2005. UKM and Ministry of Natural Resources and Environmental, Malaysia. Kuala Lumpur, Malaysia.

Rahayu, S. 2007. Karat tumor disease of Falcataria moluccana on Tawau, Sabah, Malaysia, PhD. Thesis. Universiti Putra Malaysia, Malaysia. Tidak dipublikasikan. Rahayu, S. 2008. Penyakit Karat Tumor pada Sengon (Falcataria moluccana (Miq.)

Barneby & J.W. Grimes). Workshop Penyakit Karat Tumor pada Sengon, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, 19 Nopember 2008.

Sudrajat, D.J, D.F. Jam`an dan N. Widyani. 2002. Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid II. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

http://www.ekopras.com/2010/03/04/cara-praktis-menanggulangi-hama-dan-penyakit-sengon/

Ismail, B. dan Charomaini. 2008. Indikasi Awal Ketahanan Sengon (Falcataria Moluccana) Provenan Papua Terhadap Jamur (Uromycladium tepperianum) Penyebab Penyakit Karat Tumor (Gall rust). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 2 No. 2 September 2008. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2. Tegakan sengon yang tumbuh di wilayah Nabire : a) Dataran rendah (pantai) dan b)  Dataran tinggi (gunung)
Gambar 3. Sebaran pohon induk sengon yang telah diambil buahnya (Peta Papua dari Google  Maps)
Gambar 3.  Kondisi pembuahan pada pohon induk sengon

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga responden di Desa Seunebok Simpang yang pada awal program 80 persen termasuk dalam katagori sangat miskin, 13 persen diantaranya telah meningkat

Another interest technology is proposed by Bak et al. [133], which is person re- identification. Person re-identification is the task to find the same individual across a network

007 Jumlah Rekomendasi Pembangunan Peternakan dan Veteriner, Kerjasama, Diseminasi, Publikasi Hasil Penelitian dan Koordinasi Dengan Stakeholders. 008 Dukungan Penelitian

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian,

bagian login terdapat username dan password setelah masuk maka akan berada di halaman menu utama admin, yang mana ada beberapa menu yang di peruntukan untuk

Pengaruh pemberian kulit umbi kayu (Manihot utilissima pohl) yang difermentasi dengan kapang Penicillium sp dalam ransum terhadap performa broiler..

Pengaruh pemupukan P sangat dipengaruhi oleh inokulasi FMA, terlihat bahwa perlakuan pemupukan pada tanaman yang diinokulasi FMA menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding

Manfaat bisnis TI (IT business value) [1][2][3] didefinisikan sebagai manfaat atau hasil yang diperoleh dari suatu investasi TI yang dapat meningkatkan kinerja