• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Desa Girilayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Desa Girilayu"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Desa Girilayu

a. Tinjauan Historis

Dalam penelitian dan penulisan yang bersangkutan dengan letak, situasi dan kondisi suatu daerah atau tempat tertentu tidak lepas dari pengetahuan tentang peta-peta lama atau topografi dan topomini. Dengan penemuan peta-peta lama akan sangat bermanfaat sebagai alat penerang (penjelas) bagi masalah atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Untuk menandai sesuatu maka orang akan memberi tanda yang mengandung ciri-ciri dari sesuatu tersebut, dan tanda tersebut disebut “nama”.

Pada dasarnya pemberian nama sesuatu pada masyarakat adalah berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya khususnya pada pemberian nama diri atau nama uatu tempat, termasuk pemberian nama desa.

Kapan munculnya desa-desa di Pulau Jawa termasuk didalamnya desa Girilayu, sampai saat ini belum diketahui secaraa pasti. Sampai sekarang ini belum ada penulisan sejarah yang mengungkapkan secara jelas kelahiran desa-desa tersebut.

Ada sebagian orang berpendapat bahwa desa-desa di Jawa, Bali dan Madura itu terbentuk oleh orang-orang Indonesia asli bukan terpengaruh oleh Hindu dan Budha. Jadi dapat dikatakan bahwa terbentuknya desa-desa di Jawa tidak selalu terpengaruh oleh kebudayaan India tetapi atas pengaruh kebudayaan Indonesia sendiri. Desa dalam pegertian komunitas kecil yang hidupnya tergantung kepada pertanian telah ada di Indonesia semenjak jaman

(2)

commit to user

prasejarah, yakni jaman Neolithikum, sebagaimana digambarkan dalam Soekomo (1992).

Apabila dilihat dari sejarah perkembangan desa ini pada mulanya merupakan tempat tinggal sekelompok manusia dengan mengusahakan penanaman (pertanian) bahan makanan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para anggotanya.

Dengan pertanian sebagai unsur yang penting, ini menandakan bahwa manusia telah memulai bertempat tinggal yang tetap dengan mengerjakan sawah dan lading sehingga manusia akan dapat memungut hasil yang lebih banyak dari tempat dimana mereka menetap. Yang paling penting juga bahwa suburnya tanah dan luas serta longgarnya lahan yang dapat dikerjakan akan berpengaruh terhadap besar jumlah kelompok masyarakat yang menetap.

Mula-mula tambahnya jumlah penduduk dapat diimbangi dengan memperluas lingkungan desa dan lingkungan tanah yang dikerjakan. Akan tetapi perluasan wilayah tersebut tidak dapat dilakukan terus-menerus. Akhirnya sebagian dari penduduk desa tersebut memisahkan diri dan mendirikan desa baru untuk tempat tinggal mereka sendiri. Proses ini terus berlanjut dan berkembang terus menerus dengan mendapatkan pengaruh dari kebudayaan lain.

Menurut para ahli, bahwa desa dari abad ke abad telah berkembang menjadi satu kesatuan hukum dimana kepentingan bersama dari penduduknya menurut hukum adat yang dilindungi dan dikembangkan. Hukum ini memuat dua hal penting yaitu hak untuk mengurus kepentingan daerahnya (hak otonomi) dan untuk memilih kepala desanya. Ternyata menurut kenyataan hak otonomi desa adalah cukup luas hampir semua hal masuk didalamnya seperti hukum famili, hukum warisan, hukum perdata, hukum pidana, dan lain sebagainya.

(3)

commit to user

Proses pertumbuhan dan perkembangan terbentuknya desa-desa di Pulau Jawa yang kemudian berkembang seperti keadaan sekarang ini, dengan pemberian nama yang berbeda-beda sesuai dengan nama yang diberikan tokoh masyarakat desa setempat.

Tradisi pemberian nama-nama baik untuk nama orang, nama jabatan dan nama tempat pada setiap masyarakat berbeda-beda sesuai dengan tradisi dan kebudayaan masing-masing. Di samping berdasarkan tradisi dan kebudayaan dalam pemberian nama desa, biasanya masyarakat juga dipengaruhi oleh cerita rakyat atau dongeng masyarakat setempat. Maksudnya cerita rakyat atau sering disebut dengan istilah “foklore” adalah karya budaya yang berwujud sastra lisan yang diwariskan turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, baik disampaikan dalam bentuk cerita lisan maupun dengan contoh-contoh yang disertai dengan gerakan isyarat atau alat bantu mengingat (James Danandjaya, 1986: 2).

Kesinambungan cerita rakyat dari satu generasi ke generasi yang berikutnya sampai sekarang ini berlangsung, dengan demikian isi dan jalan cerita sesuai dengan pembawa cerita. Oleh karena itu dapat dimaklumi apabila terdapat versi rakyat tentang asal mula desa tersebut ada sedikit perbedaan generasi pendahulunya dengan generasi berikutnya, misalnya generasi sekarang menceritakan lebih memberi gambaran yang logis sedang untuk generasi pendahulunya lebih menekankan pada hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib dan mistis. Walaupun demikian cerita atau alurnya masih tetap dipertahankan.

Menurut cerita masyarakat setempat daerah ini dulu merupakan tempat bersemedinya Pangeran Sambernyowo, tepatnya pada Bukit Mengadeg yang sekarang ini menjadi tempat makam beliau beserta kerabat Mangkunegaran. Pangeran Sambernyowo diasingkan oleh keluarga keraton yang waktu itu dikuasai oleh Hindia Belanda karena sering membangkang kepada pemerintah. Pangeran Sambernyowo dan pasukan bergerilya sanpai ke daerah

(4)

commit to user

Tawangmangu, Karanganyar. Kemudian bertemu dengan dua orang pertapa yang bernama Kyai Adi Roso dan Kyai Adi Sono di daerah Sumokaton. Oleh kedua pertapa itu, Pangeran Sambernyowo disuruh pergi berdiam diri di Gunung Mengadeg untuk bertapa dan momohon petunjuk dari sang pencipta Allah SWT.

b. Keadaan Wilayah

Desa Girilayu secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Jarak dari Kecamatan Matesih sekitar 5 km arah timur. Desa ini memiliki luas wilayah kurang lebih 311,366 hektar disebelah utara bukit Mengadeg yang terdiri dari 226,838 hektar tanah kering untuk pemukiman dan kebun masyarakat, 63,920 hektar tanah sawah / lahan pertanian dan sisanya 20,608 hektar masih belum dimanfaatkan warga, karena kondisi tanah yang tidak rata. (data monografi desa Girilayu bulan Juli 2012)

Desa Girilayu merupakan desa terluar di Kecamatan Matesih berbatasan langsung dengan Kecamatan Karangpandan dan Kecamatan Tawangmangu. Batas wilayah desa Girilayu di sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Gerdu Kecamatan Karangpandan, sebelah timur berbatasan langsung dengan Desa Plumbon Kecamatan Tawangmangu, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Koripan Kecamatan Matesih, dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Karangbangun Kecamatan Matesih.

Keseluruhan desa Girilayu secara geografis terletak pada sebuah bukit Mengadeg membujur ke utara dengan ketinggian 600 meter diatas permukaan laut. Dengan suhu udara yang dingin, sangat memungkinkan desa ini berkembang menjadi desa pertanian yang subur, apalagi desa Girilayu sudah didukung sistem pengairan yang cukup baik.

Jika dilihat dari sejarahnya, Girilayu merupakan daerah yang memiliki nilai lebih karena memiliki banyak peninggalan sejarah. Hal ini bisa dilihat

(5)

commit to user

dari adanya peninggalan berupa petilasan-petilasan, area, serta makam-makam Raja-raja Mangkunegaran.

Terlepas dari sejarahnya, potensi lain desa ini adalah kerajinan dari kayu dan batik tradisional Girilayu yang membuat desa ini sering dikunjungi masyarakat dari luar daerah Karanganyar, sehingga hal ini menciptakan potensi wisata yang baik untuk dikembangkan dan dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD).

c. Struktur Pemerintahan Desa

Pembagian wilayah administrasi Desa Girilayu terdiri dari 5 Dusun, 12 RW, dan 32 RT. Lima Dusun tersebut adalah Dusun Wetan Kali, Dusun Merakan, Dusun Girilayu, Dusun Seberan, dan Dusun Bati.

Pemerintah desa dipimpin oleh kepala desa (kades) yang dibantu oleh sekertaris desa (sekdes), lima kepala dusun (kadus), dan satu orang kepala urusan desa (kaur). Dalam menjalankan tugasnya antara kepala desa dan para stafnya terjalin hubungan kerjasama yang baik dan harmonis.

Dalam pelaksanaan pembangunan desa, khususnya dalam pembentukan kebijakan pemerintahan desa, kepala desa didampingi oleh Lembaga Musyawarah Desa (LMD). Lembaga ini merupakan satu wadah untuk menampung aspirasi masyarakat desa dan sekaligus juga sebagai kontrol dari pelaksanaan kebijakan pemerintah desa. Dengan demikian, maka terjalin hubungan timbal balik yang harmonis antara masyarakat desa dengan pemerintah desa.

Desa Girilayu merupakan salah satu Desa di Kecamatan Matesih berklasifikasi Desa Swa Sembada. Mengapa demikian karena desa ini mampu mengembangkan potensi yang ada secara optimal. Potensi tersebut antara lain, produktifitas kerajinan, pariwisata, perdagangan, pertanian, dan sarana prasarana yang lengkap dan modern.

(6)

commit to user d. Keadaan Demografis

1) Keadaan Penduduk

Corak kehidupan masyarakat di desa dapat dikatakan masih homogen dan pola interaksinya horizontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan. Semua pasangan berinteraksi dianggap sebagai anggota keluarga. Serta hal yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosialnya adalah motif-motif sosial.Dari data monografi Desa Girilayu bulan Juli tahun 2012 jumlah penduduk Desa Girilayu sebanyak 4023 jiwa yang terdiri dari 1995 jiwa penduduk laki-laki dan 2028 jiwa penduduk perempuan. Desa ini memiliki kepadatan penduduk yang terkonsentrasi pada daerah dataran sebesar 1160 jiwa/km². Untuk lebih rinci dapat dilihat dalam tabel komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin berikut ini:

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Kelompok umur Jenis kelamin Jumlah Persentase L % P % 0 – 4 286 14,32 % 482 23,80 % 768 19,10 % 5 – 9 173 8,67 % 170 8,38 % 343 8,52 % 10 – 14 214 10,73 % 229 11,32 % 443 11,02 % 15 – 19 191 9,56 % 159 7,84 % 350 8,70 % 20 – 24 167 8,40 % 179 8,82 % 346 8,61 % 25 – 29 209 10,49 % 175 8,69 % 384 9,55 % 30 – 39 276 13,85 % 103 5,08 % 379 9,43 % 40 – 49 133 6,69 % 246 12,17 % 379 9,43 % 50 – 59 167 8,40 % 159 7,84 % 326 8,11 % 60 + 172 8,63 % 123 6,06 % 295 7,34 % Jumlah 1995 100 % 2028 100 % 4023 100 %

Sumber: Demografi Desa Girilayu Bulan Juli Tahun 2012 2) Kependidikan

(7)

commit to user

Tingkat pendidikan di desa Girilayu seperti di daerah pedesaan lainnya yang sudah beragam dari tingkat SD atau sederajat, SMP atau sederajat, SMA atau sederajat, dan Perguruan Tinggi. Penduduk desa Girilayu ada yang berpendidikan tinggi sampai di bangku Perguruan Tinggi, ada juga yang berpendidikan rendah yaitu hanya tamat Sekolah Dasar bahkan ada juga yang belum tamat Sekolah Dasar. Hal ini dapat kita lihat dalam tabel komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dibawah ini:

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tamat SD 2525 63,55 % 2 Tamat SMP 575 14,48 % 3 Tamat SMA 435 10,94 % 4 Tamat PT 47 1,19 % 5 Tamat PNF (Ponpes/PLB) 38 0,95 % 6 Belum Tamat SD 353 8,89 % Jumlah 3973 100 %

Sumber: Data UPT PUD NFI dan SD Kecamatan Matesih Tahun 2012 Berdasarkan data dari Unit Pembina Teknis Pendidikan Usia Dini Non Formal Informal dan Sekolah Dasar (UPT PUD NFI dan SD) Kecamatan Matesih di Desa Girilayu terdapat 3 SD Negeri, TK, PAUD dan POS PAUD. Dari data monografi desa per Juli 2012 lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2525 orang, lulusan SMP 575 orang, lulusan SMA 435, lulusan Perguruan Tinggi 47 orang, dan Pendidikan Non Formal 38 orang. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Desa Girilayu memiliki tingkat Pendidikan yang rendah, terlihat dari jumlah lulusan SD sebanyak 2525 orang. Apabila dibandingkan dengan desa-desa lainnya, kesadaran pendidikan penduduk desa Girilayu sudah cukup baik, meskipun belum banyak masyarakat yang menyekolahkan putra-putrinya sampai ke Perguruan Tinggi.

(8)

commit to user

Hal ini dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat tentang tidak perlunya sekolah tinggi-tinggi kalau kenyataannya tidak bisa jadi pegawai, banyak siswa-siswi yang memilih bersekolah di SMK (Sekolah Mengengah Kejuruan) dan setelah lulus langsung bekerja ke luar kota (Urbanisasi).

3) Penganut Agama

Agama merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan masyarakat desa Girilayu yang mayoritas beragama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel komposisi penduduk menurut Agama dibawah ini:

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 4010 98,93 % 2 Kristen 43 1,06 % 3 Katolik - - 4 Hindu - - 5 Budha - - Jumlah 4053 100 %

Sumber: Demografi Desa Girilayu Bulan Juli Tahun 2012

Agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Ada 2 agama yang di yakini masyarakat desa Girilayu, dua agama tersebut agama Islam dan agama Kristen. Agama Islam sebagai agama mayoritas masyarakat dengan jumlah penganut sebesar 4010 orang di desa Girilayu, sedangkan penganut agana Kristen sebesar 43 orang. Terlepas dari banyak dan tidaknya jumlah penganut agama di desa ini selayaknya masyarakat jawa pada umumnya memang sebagai penganut agama Islam.

Sinkretisme Islam di sini masih sangat kental dengan adat istiadat Jawa. Pengaruh Islam yang begitu besar di desa Girilayu, dan juga kuatnya

(9)

commit to user

masyarakat mempertahankan budaya Jawa (Mangkunegaran), mengharuskan keduanya melebur menjadi satu. Peleburan dan pencampuran yang merupakan ciri khas sinkretisme dua budaya itu berlangsung secara damai. Masyarakat desa Girilayu adalah masyarakat yang bercorak mistik dalam memandang kehidupan dunia. Oleh karena itu, di sini nuansa kepercayaan takhayul dan klenik masih sangat kental.

Masyarakat desa Girilayu mayoritas memeluk agama Islam, maka didalam pelapisan social masyarakat berdasarkan ketagwaan beragama diungkapkan khusus yang menganut agama Islam. Oleh karena itu masyarakat dapat dibedakan menjadi dua golongan, yauti golongan “santri” dan golongan

“abangan”. Golongan “santri” adalah masyarakat yang taat dan patuh

terhadap ajaran Islam secara murni. Golongan ini lebih dihormati karena berperan penting dalam masyarakat, terutama pada upacara-upacara

“selametan” dan hari-hari besar Islam untuk memimpin dalam berdo’a dan

membaca kitab suci Al-Quran. Sedangkan golongan “abangan” adalah masyarakat yang mengaku memeluk agama Islam tetapi dalam kehidupan sehari-hari masih melakukan kegiatan yang tidak diperintahkan dalam ajaran agama Islam, misalnya: mereka masih membakar kemenyan, membuat sesaji di tempat-tempat yang masih dianggap “angker”, membuat sesaji di rumah atau “pancenan”. Pancenan adalah bentuk sesaji berupa makanan yang dibuat menurut kesukaan leluhurnya sewaktu masih hidup dan diletakkan pada tempat dimana dulu sebagai tempat tidurnya. Pancenan dibuat pada waktu melakukan sedekah atau “punya gawe”. Sebagian masyarakat Girilayu banyak yang termasuk dalam golongan “abangan” dibandingkan dengan golongan

“santri”, hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang masih melakukan

ritual-ritual di luar ajaran Islam seperti: nyadran, pancenan, kondangan, membuat sesaji di makam leluhur mereka, dll.

Pelapisan sosial yang terjadi di desa Girilayu pada dasarnya tidak terlalu membatasi hubungan dan pergaulan antar individu berstatus rendah dengan yang berstatus tinggi. Adanya persatuan dan kesatuan serta saling

(10)

commit to user

kerja sama merupakan suatu bukti bahwa mereka merasa satu ikatan dalam masyarakat yang tidak dapat hidup sendiri-sendiri. Perasaan senasib sepenanggungan dalam menjalani kehidupan sehari-hari diwujudkan dalam bentuk gotong royong atau “sambatan” yang melibatkan berbagai lapisan sosial masyarakat.

4) Perekonomian

Sesuai dengan kondisi alam Desa Girilayu yang pegunungan, maka sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (petani sendiri dan buruh tani), Kemudian sebagai buruh industri / karyawan swasta, buruh bangunan dan pedagang. Perinciannya jumlah penduduk yang bekerja sebagai PNS 43 orang, TNI 1 orang, swasta 125 orang, wiraswasta 98 orang, petani 680 orang, pertukangan 185 orang, buruh tani 720 orang, pensiunan 6 orang, supir / jasa angkutan 21 orang, serta perangkat desa (kaur dan kades) sebanyak 11 orang.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 PNS 43 2,28 % 2 TNI 1 0,05 % 3 Swasta 125 6,62 % 4 Wiraswasta 98 5,19 % 5 Petani 680 35,98 % 6 Buruh Tani 720 38,10 % 7 Pertukangan 185 9,79 % 8 Pensiunan 6 0,32 % 9 Jasa Angkutan 21 1,12 % 10 Perangkat Desa 11 0,59 % Jumlah 1890 100 %

(11)

commit to user

Pada masyarakat desa Girilayu mata pencaharian bersifat homogen yang berada di sektor ekonomi primer, yaitu bertumpu pada bidang pertanian. Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian dan petrnakan. Jadi kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan mentah. Baik bahan kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lainnya untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia.

Untuk memudahkan perhubungan dengan pusat pemerintahan diperlukan sarana transportasi. Di desa Girilayu mempunyai sarana transportasi seperti: sepeda sebanyak 97 buah, sepeda motor 300 buah, mobil pribadi sebanyak 37 buah, angkutan desa sebanyak 8 buah, truk sebanyak 3 buah, dan ojek sebanyak 78 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel sarana transportasi di bawah ini.

Tabel 6. Sarana Transportasi

No Sarana Transportasi Jumlah Persentase

1 Sepeda 97 18,54 % 2 Sepeda Motor 300 57,37 % 3 Mobil Pribadi 37 7,08 % 4 Angkutan Desa 8 1,52 % 5 Truk 3 0,58 % 6 Ojek 78 14,91 % Jumlah 523 100 %

Sumber: Demografi Desa Girilayu Bulan Juli Tahun 2012

Jika dilihat dari data di atas dapat kita simpulkan bahwa pemilik sepeda motor, sepeda dan ojek lebih besar dibandingkan dengan sarana transportasi yang lainnya. Hal ini dikarenakan penduduk desa Girilayu menaggap sepeda motor, sepeda, dan ojek sebagai sarana transportasi utama, praktis, dan efisien dan sangat fleksibel dengan kontur desa yang

(12)

berbukit-commit to user

bukit. Disamping itu sepeda motor juga dimanfaatkan warga sebagai ojek, karena tidak semua jalan di desa Girilayu dilewati angkutan umum.

5) Tradisi Masyarakat

Masyarakat desa Girilayu adalah bagian dari masyarakat Jawa, yang kehidupannya masih diwarnai bermacam-macam tradisi yang diwariskan dari para pendahulunya. Tradisi yang ada pewarisnya diwujudkan dalam tindakan-tindakan tradisi yang bersifat religius dan nonreligius.

Tradisi yang bersifat religius biasanya pada upacara-upacara, seperti: upacara yang berhubungan dengan daur hidup manusia yaitu

Sejak dalam kandungan dengan upacara “mitoni” sewaktu kandungan berumur tujuh bulan untuk anak pertama.

Setelah bayi lahir berturut-turut dilaksanakan sepasaran, selapanan, setahunan, dan peringatan kelahiran “wetonan”.

Upacara setelah kematian berupa sedekah dan slametan. Sedekah kematian antara lain terdiri dari sedekah sutanah, sedekah telung dina, sedekah pitung dina, sedekah satus dina, sedekah pendak pisan, pendak pindo, dan pindak telu “enteke”.

Selain tradisi yang disebutkan di atas masyarakat desa Girilayu juga terdapat suatu tradisi religius khusus untuk menghormati dan memuja roh nenek moyang atau leluhur yang berkaitan dengan seorang tokoh Raja Mangkunegaran, yaitu Pangeran Sambernyowo yang merupakan rangkaian dari pelaksanaan ziarah. Pendukung pelaksanaan tradisi tidak hanya terbatas pada masyarakat setempat saja, tetapi jug banyak yang berasal dari luar daerah, terutama keluarga Mangkunegaran Surakarta. Mereka berkeyakinan dengan melaksanakan tradisi tersebut mereka akan mendapatkan berkah dan terkabul segala yang diinginkan.

(13)

commit to user

Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat desa Girilayu, ia menyebutkan tradisi yang bersifat nonreligius antara lain:

Gotong royong

Yaitu kegiatan untuk membangun atau membuat sarana umum seperti jalan, jembatan, saluran air, dan pembuatan gapura atau tugu.

Rewangan

Yaitu kegiatan membantu masyarakat yang sedang melakukan hajatan atau “punya gawe”, biasanya dilakukan oleh ibu-ibu karena di dalam rewangan yang dilakukan adalah memasak makanan dan biasanya ibu-ibu yang bertugas untuk memasak makanan. Kegiatan ini bersifat sukarela tapi biasanya setelah rewangan para ibu-ibu yang memasak diberi sedikit makanan yang dimasak tadi sebagai ucapan terima kasih karena telah membantu.

Sambatan

Yaitu kegiatan yang dilakukan bersama-sama untuk membangun atau membuat salah satu rumah warga. Kegiatan ini bersifat sukarela, namun si tuan rumah tetap menjamin kebutuhan makan para pekerja tersebut. Dalam sambatan biasanya tenaga ahli lebih sedikit dibandingkan dengan tenaga biasa. Tenaga ahli adalah orang yang tau seluk beluk pertukangan maupun perhitungan masalah teknis dalam pembuatan rumah. Sedangkan tenaga biasa sebagai orang-orang yang mempunyai keahlian yang tidak pokok (kalau tahu tentang pertukangan itu pun hanya sedikit) dalam pembuatan rumah atau bisa dikatakan mereka hanya dibutuhkan tenaganya saja. Tapi sekarang ini sambatan sudah mulai pudar atau hilang karena banyak masyarakat yang membangun rumah menggunakan tukang yang ahli atau borongan.

(14)

commit to user Tarub

Yaitu kegiatan mempersiapkan segala macam untuk keperluan acara pernikahan. Dalam tarub ini berbagai macam kegiatan dilakukan oleh kaum laki-laki. Hal ini disebabkan karena tarub membutuhkan tenaga yang lebih. Kegiatan yang ada di dalam tarub antara lain: memasang deklit, dekorasi, mempersiapkan bala pecah belah seperti piring, gelas, mangkuk dan berbagai kebutuhan untuk konsumsi, membuat kembar mayang dan hiasan lain unutk membuat suasana mewah dalam acara pernikahan.

2. Astana Mangadeg a. Tinjauan Historis

Berdasarkan Keputusan Rapat Badan Pimpinan Pleno Yayasan Mangadeg di Bogor pada tanggal 26 Desember 1969, yang antara lain memutuskan untuk melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan makam-makam leluhur cikal bakal Mangkunegaran. Maka pada tanggal 12 Oktober 1970 di Astana Mangadeg dimulai pelaksanaan pembangunan sebagai upaya pembangunan di bidang spiritual dan melaksanakan pembangunan makam-makam para leluhur cikal bakal Mangkunegaran.

Di dalam buku yang berjudul GIRI MULIA terbitan tahun 1971 yang ditulis oleh JAJASAN MANGADEG SURAKARTA dijelaskan bahwa pasareyan atau pemakaman para leluhur Mangkunegaran selalu di makamkan di atas. Maksudnya hampir semua makam-makam leluhur Mangkunegaran selalu dimakamkan di atas Gunung, di tengah-tengah alam bebas yang jernih udaranya dan hening suasananya, makanya di Desa Girilayu didirikan Astana Mangadeg Sebagai makam Raja-raja Mangkunegaran.

Para keluarga Mangkunegaran menganggap Gunung sebagai GIRI MULIA (Gunung yang mulia). Mengapa demikian, karena menurut mereka gunung – gunung tersebut ditakdirkan Tuhan YME untuk melaksanakan tugas

(15)

commit to user

mulia, memberikan tempat peristirahatan abadi kepada putera-putera Tanah Air yang berjasa. Dan pada akhir buku tersebut juga tertulis, “kelak apabila makam-makam tersebut selesai dibangun niscaya akan menjadi sasaran pariwisata yang cukup berharga”.

Tanggal 28 Desember 1795 R.M Said meninggal dunia, dan Pemerintah pun memberinya gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Bagaimana gelar Pangeran Sambernyowo itu diperoleh R.M Said? Taktik gerilya dari R.M Said cukup memusingkan Belanda. Ia sempat menghancurkan satu detasemen pasukan Belanda, bahkan Komandannya Kapten Van der Pol tewas dalam pertempuran ini. Kejadian ini sangat memalukan Belanda, bahkan tanggal 28 Oktober 1756 R.M Said berhasil memporak porandakan benteng Belanda di Yogyakarta. Karena kemampuannya dalam pertempuran yang banyak menimbulkan kerugian di pihak Belanda, ia mendapat julukan Pangeran Sambernyowo. Bila dilihat dari artinya "Sambernyowo" berarti menyambar nyawa. Ya, julukan adalah bukan kemauan seseorang. Jika julukan R.M Said adalah Pangeran Sambernyowo, maka itu merupakan penilaian orang lain terhadapnya karena kemampuan yang luar biasanya di medan pertempuran dalam menyambar nyawa musuh b. Kondisi Astana Mengadeg

Tanggal 12 Oktober 1970 awal mulai pembangunan Astana Mengadeg Girilayu yang merupakan proyek pembangunan bidang spiritual yayasan Mengadeg. Pembangunan berlangsung sekitar 9 bulan dan pada tanggal 8 Juli 1971 Astana Mengadeg Surakarta diresmikan. (sumber buku Noleh Yayah Rino Myang Leluhuripun, 2003: 33)

Sebelum masuk ke komplek utama makam Raja-raja Mangkunegaran peziarah harus berjalan menaiki bukit sejauh 200 meter. Terdapat 3 komplek bangunan di Astana Mengadeg. Pertama, komplek rumah Bupati Jurukunci Astana Mengadeg sekaligus sebagai tempat penerimaan tamu Astana Mengadeg yang akan berziarah. Di komplek ini terdapat beberapa bangunan

(16)

commit to user

antara lain, Gapura Adiroso sebagai pintu utama masuk ke area makam Astana Mengadeg. Setelah melewati Gapura Adiroso peziarah akan menemui sebuah Prasasti Susunan Pengurus Yayasan Mengadeg yang berdiri kokoh disamping kiri jalan setapak menuju makam. Ondo Wolulasan yang pertama membawa peziarah ke sebuah Masjid Kyai Kasannoeriman yang terletak persisi di depan rumah Bupati Jurukunci. Setelah itu terdapat lagi Ondo

Wolulasan yang kedua yang membawa peziarah ke komplek yang kedua, yaitu

komplek Monumen Tri Dharma.

Kedua, komplek Monumen Tri Dharma yang berada di tengah-tengah

antara komplek makam Raja-raja Mangkunegaran dengan komplek rumah Bupati Jurukunci. Menumen ini dibangun untuk memperingati dan mengabadikan sejarah perjuangan yang gagah berani dari Pangeran Sambernyowo dan semua pembantunya yang setia meskipun dalam kesulitan dan penderitaan, tetapi karena dijiwai oleh falsafah Tri Dharma sebagai landasan perjuangan serta pengabdian kepada kepentingan umum, keadilan, dan kebenaran, akhirnya dapat mencapai keberhasilan. Adapun tujuan selanjutnya sebagai sumber inspirasi bagi generasi mas kini dan generasi mendatang dalam menunaikan dharma bhakti dan tugas-tugas nasional yang bersifat membangun kesejahteraan, kejayaan, dan keagungan Negara, nusa dan bangsa dibidang material maupun spiritual.

Tri Dharma berarti tiga dasar perjuangan Pangeran Sambernyowo, tiga dasar tersebut, yaitu : (a) “Rumangsa melu handarbeni” yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti “Merasa ikut memilikinya”. Maksudnya, setiap warga merasa dan sadar sedalam-dalamnya, bahwa ia bukannya seseorang yang hanya dalam Negara, tetapi bena-benar ikut memiliki negaranya sehingga dalam setiap perbuatan, sikap, dan hidupnya memiliki nasionalisme terhadap Indonesia yang kuat. (b) “Wajib melu hanggondeli (hangrungkebi)” yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti “Wajib ikut mempertahankannya”. Maksudnya, sebagai seorang warga negara yang baik harus merasa dirinya berkewajiban mempertahankan Negara tempat dia berada. Dalam arti luas

(17)

commit to user

termasuk mengisi, membina, memakmurkan, memajukan, menstabilkan, mempertahankan, terhadap serangan- serangan musuh baik dari dalam maupun dari luar. (c) “Mulat satria hangrasa wani” yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti “setelah mawas diri (introspeksi diri), harus berani berbuat”. Maksudnya, setelah kita mawas diri bahwa kita itu benar lahir dan batin, kita harus berani melangkah bertindak, dengan segala konsekuensinya, berani di sini dalam arti “benar dan baik”.

Di komplek Monumen terdapat Gapura Adisono sebagai pintu masuk ke lokasi Monumen Tri Dharma. Di sebelah barat monumen terdapat bangunan Wisma Kudonowarso sebagai tempat singgah dan menginap bagi tamu Mangkunegaran yang berziarah. Terdapat juga taman bunga yang bernama Taman Woro Rubiah berada disebelah timur monumen. Di sisi selatan terdapat dua tempat peristirahatan seperti sebuah gazebo yang bernama

Balai Pengangin-angin.

Ketiga, komplek utama makam Raja-raja Mangkunegaran yang berada pada puncak Gunung Mengadeg dengan ketinggian 888 meter di atas permukaan laut. Sebelum masuk ke komplek makam terdapat sebuah Gapura

Agung sebagai satu-satunya jalan masuk ke komplek makam. Sekitar 200

meter dari tugu itulah kompleks Astana Mangadeg berada. Sebelum memasuki kompleks, pengunjung menyerahkan surat izin kepada pengelola sambil 'meminjam' wadah bunga di ruang lesehan. Pengunjung perempuan diwajibkan mengenakan jarik, sedangkan yang pria bebas tapi sopan Setelah itu peziarah menuju Paseban Bawah tempat beristirahat. Selain itu juga digunakan sebagai tempat bermalam para petugas makam dan peziarah dari masyarakat umum yang melakukan “ndagan”. Paseban Atas juga sebagai tempat beristirahat, namum letaknya sejajar di dalam lokasi makam dan khusus untuk keluarga mangkunegaran.

Makam Pangeran Sambernyowo berada di sisi paling kiri, 'berselimut' kain putih. Di ruang terpisah sebelah kirinya terdapat makam istri-istrinya. Di

(18)

commit to user

sekitar makam utama terdapat makam-makam lain. Lokasi makam tergantung pangkatnya, mulai dari kerabat kraton hingga abdi dalem.

Bangunan utama terdiri dari Regol Pasarean S.P. Mangkunegoro I adalah pintu masuk ke Pendopo Kedaton I dari sini kita mulai berjalan jongkok menuju makam utama Pangeran Sambernyowo. Selain itu di dalam Pendopo terdapat juga Kedaton II dan Kedaton III. Di dalam Pendopo selain 3 kedaton yang merupakan makam Mangkunegoro I, II dan III diluar kedaton terdapat puluhan makam kerabat Mangkunegaran yang dimakamkan di lokasi tersebut.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Tradisi Ziarah Makam Pangeran Sambernyowo a. Pengertian dan Latar Belakang Munculnya Tradisi Ziarah

Adanya suatu tradisi yang bersifat religius dalam masyarakat karena terdapat kepercayaan yang kuat didalam masyarakat. Dalam arti budaya, kepercayaan ini berfungsi sebagai seperangkat system nilai dan gagasan yang merupakan perwujudan hasil upaya manusia dalam menanggapi tantangan lingkungan serta sejarahnya secara aktif, oleh sebab itu manusia mulai mengembangkan nilai-nilai tersebut melalui proses tertentu baik aktual maupun sosialisasi untuk mendapatkan cara yang paling efektif dalam mengatasi hidupnya (Hartati, Soetomo, 1988:32).

Sama halnya dengan masyarakat desa Girilayu dan sekitarnya yang masih melakukan tradisi ziarah ke makam Pangeran Sambernyowo. Didalam berziarah tersebut terdapat sarana khusus sebagai media perantaranya yaitu bunga mawar (biasanya yang berwarna putih), yang harus dilakukan yaitu menaburkan bunga mawar tersebut di makam Pangeran Sambernyowo. Oleh karena itu dalam tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo juga dikenal dengan Upacara Ndagan. Upacara ini diambil dari kisah Pangeran Sambernyowo ketika bersemedi di bukit Mangadeg ini. Kisah tersebut berawal ketika Pangeran Sambernyowo diasingkan oleh keluarga keraton yang

(19)

commit to user

waktu itu dikuasai oleh Hindia belanda karena sering membangkang kepada pemerintah. Pangeran Sambernyowo dan pasukan bergerilya sampai ke daerah Tawangmangu, Karanganyar. Kemudian bertemu dengan dua orang pertapa yang bernama Kyai Adi Roso dan Kyai Adi Sono di daerah Sumokaton. Oleh kedua pertapa itu, Pangeran Sambernyowo disuruh pergi berdiam diri di Gunung Mengadeg untuk bertapa dan momohon petunjuk dari sang pencipta Allah SWT. Dalam pertapaannya di gunung Mengadeg, Pangeran Sambernyowo mendapat barokah pusaka berupa samurai dan stambul. Seperti dikutip dalam wawancara dengan juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“Prosesi ndagan dilakukan biasanya selama tiga hari tiga malam kadang juga lebih. peziarah berpuasa dan berdoa memohon pentunjuk kepada Allah SWT agar keinginannya terkabul seperti yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyowo saat akan berperang melawan Belanda”

(wawancara dengan Sugiyanto juru kunci makam, tanggal 12 Desember 2012).

Dari kisah tersebut, kemudian muncul tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo dengan melakukan tabur bunga, berpuasa, dan berdoa memohon petunjuk. Dengan demikian pengertian Ndagan menunjukkan suatu tata cara berziarah yang menggunakan media bunga mawar putih dibarengi dengan puasa dan berdoa untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan seseorang, atau dengan kata lain berhasil dan tidaknya hajat yang dicita-citakan hanya bisa dilakukan dengan melakukan ziarah ke makam Pangeran Sambernyowo.

Tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo masih dilakukan sampai sekarang ini meskipun tradisi ziarah tersebut sudah mulai luntur karena perkembangan zaman dan kemajuan teknologi serta kemajuan tingkat pendidikan masyarakat desa Girilayu sehingga banyak penduduk yang sudah tidak melakukan tradisi tersebut, tetapi masyarakat luar desa Girilayu terutama kerabat Mangkunegaran masih melestarikan tradisi ziarah tersebut.

Semakin hari peziarah dari luar desa Girilayu maupun dari luar daerah Surakarta masih ada saja yang berdatangan setiap harinya untuk berziarah dan

(20)

commit to user

memohon berkah di makam Pangeran Sambernyowo. Apalagi ketika perekonomian Indonesia yang tidak karuan, kebutuhan hidup yang semakin mahal dan lapangan pekerjaan yang sempit, maka banyak peziarah dari luar seperti dari Semarang, Surabaya, Klaten, Salatiga, Boyolali banyak berdatangan untuk memohon dan mendapatkan berkah supaya keluarga mereka mengalami peningkatan ekonomi serta keluarganya tidak mengalami kekurangan dari segi ekonomi di Indonesia. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Sugiyanto juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“tradisi ziarah makam Pangeran Sambernyowo sampai saat ini masih ramai pengunjung, ya meskipun kebanyakan dari luar daerah Surakarta dan kadang juga ada yang datang dari luar jawa, kalau warga sekitar sini mungkin karena sudah terbiasa malah lupa sama tradisinya karena perkembangan zaman yang sangat cepat. Namun mereka yang masih keluarga Mangkunegaran masih saja melakukan ziarah rutin di makam ini” (wawancara dengan Sugiyanto juru kunci

makam, tanggal 12 Desember 2012). b. Waktu Penyelenggaraan Tradisi Ziarah

Pada dasarnya pelaksanaan waktu ziarah bisa dilakukan kapan saja baik siang ataupun malam hari. Karena kepentingan antar peziarah tidak sama dan mempunyai keperluan yang tidak sama sifatnya ataupun mempunyai kriteria tentang kekeramatan hari. Kemudian pada umumnya tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo dilakukan pada malam Jumat Kliwon dan Selasa Pahing. Jika dilihat dari kuantitas jumlah peziarah yang datang pada malam jumat kliwon (berdasarkan perhitungan jawa setelah jam 6 sore sudah termasuk hari berikutnya) adalah hari favorit para peziarah. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Supri salah satu juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“ziarah makam Pangeran Sambernyowo bisa dilakukan kapan saja, mau siang atau malam selalu terbukan untuk para peziarah, tergantung dari kepercayaan peziarah zendiri mau berziarah kapan dan juga tidak terdapat peraturan khusus yang mengatur waktu berziarah. Tetapi paling rame kalau pas malam jumat, malam selasa pahing, dan hampir setiap hari di bulan suro” (wawancara dengan

(21)

commit to user

Khusus untuk “Kratonan” atau keluarga Mangkunegaran biasanya berziarah pada malam Selasa Pahing dan pada saat Bulan Muharam atau Bulan Suro. Karena pada bulan muharam menurut keluarga Mangkunegaran adalah bulan yang baik, mereka sering melakukan sedekah di makam Pangeran Sambernyowo pada Bulan Suro. Hal ini menyebabkan keluarga Mangkunegaran melestarikan makam Pangeran Sambernyowo sebagai tempat tirakatan karena lokasi tersebut dianggap paling tepat dan paling cepat untuk mendapatkan ketentraman batin. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Supri salah satu juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“pada bulan muharam, malam selasa kliwon, dan bulan ruwah atau menjelang puasa romadhon keluarga kratonan sering melakukan kegiatan berziarah dan sedekah di area makam Pangeran Sambernyowo” (wawancara dengan Supri juru kunci makam, tanggal

15 Desember 2012). c. Penyelenggaraan Tradisi Ziarah

Semula kegiatan ziarah di makam Pangeran Sambernyowo hanya dilakukan oleh kerabat Pangeran Sambernyowo dan keluarga besar Mangkunegaran saja atau dengan kata lain sebagai pelaksanaan ziarah yang bersifat pribadi. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya tidak perlu melibatkan orang banyak melainkan hanya perorangan saja. Meskipun hanya bersifat pribadi namun peranan juru kunci sebagai pemimpin atau penuntun dalam penyelenggaraan upacara ziarah makam Pangeran Sambernyowo sangat penting karena juru kunci sebagai pemimpin dan penuntun dalam berziarah dan juga sebagai media perantara hubungan komunikasi antara manusia dengan maklhuk gaib, selain itu juru kunci juga bertugas sebagai penjaga dan pemelihara makam Pangeran Sambernyowo. Yang menjadi juru kunci di makam Pangeran Sambernyowo dilakukan secara turun menurun yang artinya orang yang menjadi juru kunci makam Pangeran Sambernyowo masih keturunan abdi dalem Mangkunegaran dengan gelar “Mas Ngabehi”. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Supri salah satu juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

(22)

commit to user

“tugas saya disini ya banyak, disamping sebagai juru kunci, saya juga sebagai pemelihara makam ini, kadang ada beberapa peziarah yang baru datang pertama dan harus saya ajarkan dulu bagaimana cara-cara berziarah. Dan setiap 3 hari sekali saya berjaga di rumah bupati juru kunci untuk menerima tamu, mencatatnya di buku tamu, dan memberikan memo atau surat ijin kepada peziarah untuk naik ke atas ke makam Pangeran Sambernyowo. Kalau masalah pekerjaan ini saya terima secara turun menurun dari eyang saya, siapa dari keluarga yang mau menjadi juru kunci untuk menggantikan juru kunci yang lain karena sudah pensiun,nanti akan diberikan gelar Mas Ngabehi dan

bisa menjadi juru kunci makam Pangeran Sambernyowo

ini”(wawancara dengan Supri juru kunci makam, tanggal 15 Desember

2012).

d. Persiapan Tradisi Ziarah

Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa pezirah di makam Pangeran Sambernyowo sebelumnya telah membeli atau membawa peralatan berupa kemenyan, dupa dan bunga. Sementara itu dari pihak juru kunci makam telah menyediakan jarik, nampan untuk tempat bunga dan tempat membakar dupa dan kemenyan yang terletak disebelah selatan makam.

Juru kunci makam tidak memungut bayaran atas penyediaan jarik, nampan dan tempat membakar kemenyan, namun biasanya para peziarah memberikan sumbangan sukarela kepada pengurus makam di kotak yang disediakan pengurus atau juru kunci makam di Paseban Bawah sebagai tempat penerimaan tamu makam Pangeran Sambernyowo. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Supri salah satu juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“kami tidak menyediakan bunga, dupa dan kemenyan, mereka biasanya membeli ke pedagang di depan sana. Yang kami sediakan cuma jarik untuk dipakai saat berziarah, nampan untuk tempat bunga, dan tempat membakar kemenyan atau dupa yang sudah tersedia di dalam area makam Pangeran Sambernyowo itu pun kami sediakan dengan cuma-cuma” (wawancara dengan Supri juru kunci makam,

(23)

commit to user

Bunga dan kemenyan tersebut digunakan sebagai sarana untuk berkirim doa dengan maksud dan tujuan tertentu dalam ziarah tersebut tergantung dari keinginan dari peziarah tersebut . Seperti dikutip dalam wawancara dengan Sugiyanto salah satu juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“bunga dan kemenyan itu digunakan untuk berkirim doa dari peziarah, kalo doanya sendiri tergantung dari apa yang diinginkan peziarah” (wawancara dengan Sugiyanto juru kunci makam, tanggal

12 Desember 2012).

Bunga yang biasa disebut kembang telon, bunga tabur, dan ada juga yang menyebut dengan sebutan kembang setaman yaitu biasanya terdiri dari tiga jenis bunga yang berbeda yaitu bunga mawar, bunga melati dan bunga kanthil namun kadang-kadang ditambahi bunga kenanga sebagi pelengkap. Meskipun bunga tersebut digunakan permanen sebagai sarana berziarah makam, tetapi tidak adaa aturan mengenai jenis bunga apa saja yang digunakan dalam berziarah. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Supri salah satu juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“bunga yang dipakai biasanya bunga mawar, meskipun sebenarnya tidak ada peraturan khusus tentang bunga yang harus dibawa, cuman memang yang paling mudah didapatkan memang bunga mawar, hampir setiap hari ada yang menjualnya” (wawancara dengan Supri

juru kunci makam, tanggal 15 Desember 2012).

Dari ketiga bunga tersebut yaitu bunga mawar, melati dan kanthil memiliki arti dan lambang masing-masing. Bunga mawar mengandung maksud bahwa orang yang telah meninggal namanya akan tetap wangi dan harum (ngambar arum) sepanjang masa, bunga melati sebagai simbol kesucian, artinya semoga orang yang meninggal diampuni segala dosa-dosanya sampai bersih dan suci, sedangkan bunga kanthil yaitu “tansah

kumanthil marang kang gawe urip” yang artinya agar orang yang telah

meninggal bisa dekat dengan Tuhannya. Sementara kemenyan dimaksudkan sebagai sarana spiritual dan sebagai sarana komunikasi dengan roh halus untuk memohon berkah karena aroma yang ditimbulkan dari kemenyan akan

(24)

commit to user

memudahkan terjadinya komunikasi secara khusus dan spiritual. Secara umum memang juru kunci tidak mewajibkan para peziarah untuk membawa kembang, itu semua tergantung kepercayaan masing-masing peziarah karena pada intinya berziarah adalah mendoakan orang yang telah meninggal. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Supri salah satu juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“bunga yang dibawa peziarah itu memiliki arti sendiri-sendiri, bunga mawar, memiliki arti agar orang yang meninggal namanya tetap wangi, bunga melati sebagai simbol atau lambang kesucian artinya agar orang yang meninggal diampuni dosa-dosanya, bunga kanthil artinya biar kumanthil marang kang gawe urip. Kalau kemenyan itu untuk memudahkan hubungan dengan roh halus, tapi lepas dari arti-arti itu semuanya, juru kunci atau pengurus makam tidak mewajibkan para peziarah untuk membawa kembang, itu semua tergantung kepercayaan masing-masing peziarah, karena inti dari berziarah kan mendoakan orang yang telah meninggal” (wawancara dengan Supri

juru kunci makam, tanggal 15 Desember 2012). e. Jalannya Tradisi Ziarah

Pertama yang harus dilakukan peziarah adalah membeli sarana yang akan digunakan seperti kembang, kemenyan dan dupa yang banyak disediakan penjual di halaman parkir makam Pangeran Sambernyowo. Dalam membeli perlengkapan berziarah seperti kembang, biasanya sudah di sediakan dalam bentuk paketan dari mulai harga Rp.2.000,00 sampai Rp.5.000,00 tergantung banyak sedikitnya bunga dalam bungkusan tersebut. Kadang juga ada yang menjual bungan sesuai dengan seberapa besar nominal uang yang di inginkan peziarah. Seperti dikutip dalam wawancara dengan ibu Kuwiyatun peziarah yang membeli bunga:

“saya kalau membeli bunga biasanya dipatok harga dua ribu sampai lima ribu perkantongnya, namun bisa juga kita membeli sesuai dengan berapa nominal uang yang kita inginkan, contohnya kalo sendiri ya cukup membeli dua ribu saja, tapi kalo kesini dengan rombongan bisa beli sepuluh ribu atau lebih, tergantung peziarah masing-masing”

(wawancara dengan Ibu Kuwiyatun peziarah, tanggal 15 Desember 2012).

(25)

commit to user

Peziarah yang membeli kembang disini antara Rp. 2.000,00 sampai Rp. 5.000,00. Seperti dikutip dalam wawancara dengan ibu Darmi penjual bunga:

“ada yang beli cuma dua ribu, tapi yang paling umum mereka beli bunga lima ribuan” (wawancara dengan ibu Darmi penjual bunga,

tanggal 15 Desember 2012)

Selanjutnya peziarah meminta ijin ke juru kunci atau pengurus yang bertugas sebagai penerima tamu di rumah Bupati Juru Kunci di dalam komplek pertama dari makam Pangeran Sambernyowo, setelah mendapatkan ijin dan mengisi buku tamu peziarah akan mendapatkan secarik kertas semacam surat ijin untuk melakukan ziarah, setelah itu biasanya peziarah memasukkan sejumlah uang ke dalam kotak yang telah disediakan petugas sebagai sumbangan sukarela.

Setelah mendapatkan surat ijin melakukan ziarah, peziarah harus berjalan kurang lebih 200 meter menaiki anak tangga untuk menuju komplek makam utama. Sebelum masuk ke komplek utama makam Pangeran Sambernyowo terdapat Gapura Agung di situ peziarah harus mengucapkan salam atau meminta ijin masuk di dalam hati sesuai dengan kepercayaan masing-masing peziarah, setelah melewati Gapura Agung peziarah menuju

Paseban Bawah untuk melapor kepada juru kunci yang bertugas bahwa telah

mendapatkan ijin masuk dengan menyerahkan surat ijin yang telah di dapat tadi. Disamping itu di Paseban Bawah ini juga merupakan tempat ruang tunggu peziarah menunggu giliran melakukan ziarah dan meminjam nampan dan jarik untuk digunakan dalam melakukan ziarah di makam Pangeran Sambernyowo. Setelah perlengkapan ziarah telah siap dan peziarah telah memakai jarik yang telah disediakan petugas, para peziarah akan di damping juru kunci memasuki komplek utama yang dinamakan Pendopo Kedaton. Para peziarah harus berjalan jongkok mengikuti langkah yang dicontohkan juru kunci makam menuju batu nisan Pangeran Sambernyowo. Selanjutnya peziarah duduk bersila menghadap nisan, membakar kemenyan di tempat yang

(26)

commit to user

telah disediakan dan membaca doa sesuai dengan keyakinan dan memohon berkah sesuai dengan keinginan masing-masing peziarah, bisa dilakukan sendiri atau meminta bantuan juru kunci memimpin doa, dan prosesi terakhir peziarah menaburkan bunga di tempat yang telah ditentukan oleh juru kunci makam yaitu di depan batu nisan bukan seperti tabur bunga yang dilakukan diatas cungkup makam dari utara keselatan sebanyak tiga kali.

Sesudah prosesi ziarah makam selesai biasanya peziarah kembali ke Paseban Bawah untuk sekedar beristirahat atau melakukan tirakatan dan bermalam selama tiga hari tiga malam biasa disebut “ndagan”. Ketika melakukan tirakatan atau ndagan biasanya peziarah berdoa memohon petunjuk, memohon berkah dan melakukan “puasa mutih” (hanya makan nasi putih saja tanpa lauk dan sayur selama tiga hari tiga malam) kalau tidak puasa ada juga yang “ngrowot” (memakan apa saja yang ada di sekitar, biasanya umbi-umbian) sesuai dengan kepercayaan masing-masing peziarah sebagai wujud keprihatinan untuk mencapi suatu keinginan. Seperti dikutip dalam wawancara dengan ibu Kuwiyatun peziarah yang kebetulan sedang melakukan prosesi ndagan:

“ndagan itu seperti tirakatan, kita berdoa, berprihatin, berpuasa, biasanya dilakukan selama tiga hari tiga malam, tergantung kemampuan peziarah masing-masing” (wawancara dengan Ibu

Kuwiyatun peziarah, tanggal 15 Desember 2012). f. Tata Tertib Berziarah

Adapun tata tertib dalam berziarah di makam Pangeran Sambernyowo adalah sebagai berikut:

1) Para tamu atau pengunjung wajib melaporkan diri kepada petugas Astana

2) Pakaian untuk ziarah atau nyekar  Bagi peziarah pria atau bapak

Pakaian kejawen lengkap Pakaian nasional

(27)

commit to user Pakaian seragam dinas

 Bagi peziarah wanita atau ibu Pakaian jawa nyamping Pakaian nasional

3) Lain-lain:

 Alas kaki mohon dilepas di paseban bawah

 Pembakaran kemenyan diperbolehkan di Gapura Mangkunegoro I  Pelaksanaan nyekar tidak bolek diatas maejan tetapi di tempat yang

telah di sediakan

 Paseban atas sebelah barat tidak diperbolehkan untuk umum  Tidak boleh memotret di dalam komplek Astana

 Para tamu atau pengunjung dimohon menjaga kelestarian lingkungan dan tata tertib Astana

(sumber: papan pengumuman tentang tata tertib berziarah di Astana Mengadeg Girilayu)

g. Larangan-larangan dalam Ziarah

Upacara ziarah tersebut hanya merupakan kegiatan “nyekar” sehingga tidak ada pantangan atau larangan yang ketat, tetapi peziarah hanya dimintai berlaku tertib dan sopan. Anjuran itu antara lain:

1) Bersikap dan bertingkah laku yang baik serta sopan, oleh peziarah ataupun petugas karena hal tersebut dianggap penghormatan arwah yang dimakamkan.

2) Pada waktu masuk ke dalam cungkup makam para peziarah diwajibkan untuk melepaskan alas kaki dan berjalan jongkok. Hal itu disebabkan karena Pangeran Sambernyowo adalah Mangkunegoro I yang disegani masyarakat sehingga sebagai penghormatan terhadap beliau diwajibkan berjalan jongkok layaknya seorang abdi yang akan menghadap rajanya.

(28)

commit to user

3) Tidak diperkenankan mengucap kata-kata kotor (tidak sopan) agar tidak menyinggung serta menganggu penghuni alam ghaib (makhluk halus), yang nantinya dikhawatirkan makhluk halus tersebut akan memasuki orang tersebut (kesurupan). Selain itu untuk menjaga kekeramatan makam Pangeran Sambernyowo.

4) Bagi wanita yang sedang berhalangan atau menstruasi dilarang mengikuti upacara ziarah ini atau nyekar dikarenakan orang yang sedang menstruasi dalam keadaan yang kotor atau tidak bersih. Sedangkan makam tersebut merupakan tempat yang disucikan dan dikeramatkan sehingga tidak boleh kotor oleh apapun baik kotor karena sampah maupun orang yang sedang kotor karena menstruasi. Selain itu orang yang sedang menstruasi dikhawatirkan bisa membangunkan roh penunggu makam.

5) Bagi peziarah yang dalam kondisi sakit dan ingin meminta kesembuhan disini harus didampingi keluarganya, hal ini dikarenakan peziarah harus menaiki bukit dengan berjalan kaki, itu sangat menguras tenaga kurang lebih 30-45 menit.

6) Apabila hendak mengadakan pemotretan dan merekam video di makam, haruslah meminta ijin dari juru kunci. Hal tersebut dikarenakan agar pada saat pengambilan gambar tidak ada penampakan makhluk halus di dalamnya. Oleh karena itu kamera yang akan digunakan untuk mengambil gambar harus di sterilisasi oleh juru kunci terlebih dahulu.

7) Tidak membawa minuman keras dan senjata tajam karena hal tersebut akan menganggu ketentraman dan kenyamanan peziarah lain.

Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Supri juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“tidak ada pantangan khusus bagi peziarah yang datang ke makam Pangeran Sambernyowo, namun yang paling penting adalah menjaga sopan santun baik dari kata-kata maupun perbuatannya, tidak membawa minuman keras dan senjata, apabila sedang sakit harus ada yang mendampingi,sebelum mengambil foto hendaknya ijin dulu kepada juru kunci, hal ini dikarenakan pada saat Pangeran Sambernyowo di foto oleh Belanda semasa hidupnya, wajah Pangeran

(29)

commit to user

Sambernyowo tidak Nampak dalam foto, maka sampai sekarang ini dalam silsilah Mangekunegaran tidak terdapat foto Pangeran Sambernyowo dan diganti dengan gambar mahkota” (wawancara

dengan Supri juru kunci makam, tanggal 15 Desember 2012).

h. Maksud dan Tujuan Ziarah

Tradisi ziarah yang penyelenggaraanya bersifat pribadi pada hakekatnya merupakan adat atau tradisi yang berkembang dengan pesat. Hubungannya dengan unsur-unsur religi dari suatu kehidupan kepercayaan sebagai wujud tingkah laku resmi untuk peristiwa-peristiwa tertentu yang tidak ditunjukkan pada kegiatan teknis sehari-hari melainkan suatu bentuk keyakinan adanya kekuatan lain diluar kekuatan manusia seutuhnya.

Ditinjau dari sudut keagamaan ziarah memiliki dua maksud dan tujuan, yaitu:

1) Untuk Penghormatan dan Mendoakan

Maksud dan tujuan ziarah yang pertama yaitu untuk memberikan penghormatan dan mendoakan arwah leluhur yang dalam hal ini adalah arwah Pangeran Sambernyowo agar mendapatkan tempat yang layak disisi Tuhan Yang Maha Esa. Seperti dikutip dari wawancara dengan bapak Supri juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“umumnya mereka datang untuk mendoakan dan melakukan

penghormatan terhadap jasa-jasa beliau semasa hidupnya”

(wawancara dengan Supri juru kunci makam, tanggal 15 Desember 2012).

2) Sarana Spiritual

Maksud dan tujuan ziarah yang kedua yaitu sebagai sarana spiritual, maksudnya untuk memohon berkah kepada Yang Maha Kuasa melalui kegiatan ziarah di makam Pangeran Sambernyowo ini.dengan melakukan

(30)

commit to user

beberapa tahapan seperti membakar dupa atau kemenyan menaburkan bunga, dan melakukan tirakatan atau keprihatinan dengan berpuasa. Setelah peziarah pulang dari sini mereka secara sugesti yakin bahwa permohonan berkah mereka secara cepat atau lambat pasti akan terkabul. Seperti dikutip dalam wawancara dengan ibu Kuwiyatun peziarah:

“setelah berziarah dan melakukan tirakatan disini, saya yang ingin mendapatkan keberkahan berupa kecukupan dalam kehidupan baik ekonomi maupun batin, Alhamdulillah saya mendapatkan apa yang saya inginkan, makanya saya sering dan bahkan rutin datang kesini untuk menenangkan diri” (wawancara dengan Ibu Kuwiyatun

peziarah, tanggal 15 Desember 2012).

Permohonan peziarah bermacam-macam antara lain: menginginkan naik jabatan, agar bisa diterima menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), ingin mendapatkan jodoh, bagi para pedagang ingin dagangannya laris, bagi petani ingin hasil panen mereka melimpah dan dijauhkan dari gagal panen, bagi yang belum dikaruniai anak mengiginkan diberikan momongan, ada juga para remaja meminta doa agar lulus ujian, bahkan ada juga beberapa orang yang ingin berburu benda ghaib dan kekuatan supranatural disini, dan lain-lain. Seperti dikutip dari wawancara dengan beberapa peziarah di makam Pangeran Sambernyowo antara lain peziarah bernama Arfi:

“saya meminta dan memohon keberkahan agar segera mendapatkan pekerjaan” (wawancara dengan Arfi peziarah, tanggal 13 Desember

2012)

Selain itu ada wawancara dengan bapak Hadi Suprapto, dia mengatakan:

“biar dagangan yang saya jual laris dan hasil panen saya melimpah”

(wawancara dengan bapak Hadi Suprapto, tanggal 20 Desember 2012)

Wawancara dengan Eko Wibowo, Siswa di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Karanganyar:

(31)

commit to user

“saya memohon supaya dapat mengaerjakan UN (Ujian Nasional) dengan nilai yang baik” (wawancara dengan Eko Wibowo, tanggal

20 Desember 2012)

Oleh sebab itu pelaksanaan tradisi ziarah sesungguhnya merupakansuatu perwujudan tingkah laku manusia yang mengakui kebesaran Tuhan dan mensyukuri segala rahmatnya, juga dalam kesempatan tersebut menjadikan media permohonan berkah kepada Pangeran Sambernyowo.

i. Pandangan Masyarakat terhadap Makam Pangeran Sambernyowo

Pandangan masyarakat desa Girilayu terhadap mengenai makam Pangeran Sambernyowo berbeda satu sama lain, ada yang menganggap bahwa makam Pangeran Sambernyowo tersebut merupakan makam dari eyang atau leluhur dari masyarakat Girilayu dan makam dari orang yang berjasa di Mangkunegaran sehingga wajib untuk dihormati dan didoakan pada hari tertentu (tempat berziarah). Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Supri juru kunci makam Pangeran Sambernyowo:

“bagi saya makam Pangeran Sambernyowo merupakan makam leluhur masyarakat Girilayu, meskipun bukan orang asli Gririlayu namun jasa-jasa beliau membela masyarakat Indonesia dengan berhasil mengalahkan Belanda wajib untuk dihormati dan didoakan, bangsa Indonesia saja menghormati dengan memberikan gelar kepahlawanan terhadap Pangeran Sambernyowo” (wawancara

dengan bapak Supri, tanggal 15 Desember 2012).

Tetapi ada juga sebagian masyarakat yang berpandangan makam dari Pangeran Sambernyowo adalah tempat untuk melalukan tirakatan agar harapan dan keinginan seseorang dapat terkabul. Seperti dikutip dari wawancara dengan bapak Ragimin penduduk desa Girilayu:

“bagi saya makam Pangeran Sambernyowo merupakan tempat untuk melakukan tirakatan, nyepi dan sejenisnya, bagi mereka yang mempunyai keinginan dan harapan” (wawancara dengan bapak

(32)

commit to user

Ada juga yang memandang makam Pangeran Sambernyowo sebagai tempat yang keramat. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Tukino penduduk asli desa Girilayu.

“bagi saya makam Pangeran Sambernyowo itu tempat yang keramat dan angker” (wawancara dengan bapak Tukino, tanggal 20 Desember

2012).

Bahkan ada juga yang menganggap makam Pangeran Sambernyowo sebagai tempat untuk mencari rejeki atau menambah pendapatan karena banyak pengunjung yang datang ke makam Pangeran Sambernyowo baik peziarah atau pelancong (turis) yang hanya ingin melihat-lihat saja atau berkumpul dan berbincang-bincang dengan teman-temannya sehingga mereka bisa membuka usaha di sekitar makam Pangeran Sambernyowo tersebut. Seperti dikutip dalam wawancara dengan ibu Khasan Nikromo penduduk desa Girilayu:

“bagi saya, makam Pangeran Sambernyowo merupakan ladang rejeki yang bisa menambah pendapatan keluarga saya dan meningkatkan kehidupan keluarga pokoknya kesejahteraan keluarga saya meningkat, dan semua kebutuhan hidup keluarga Alhamdulillah dapat terpenuhi”

(wawancara dengan ibu Khasan Nikromo, tanggal 15 Desember 2012). Tapi ada juga masyarakat desa Girilayu yang menganggap makam Pangeran Sambernyowo adalah makam yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dan makam yang membawa perubahan ekonomi bagi masyarakat, sehingga perlu dilestarikan keberadaanya oleh semua pihak. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Ratih Priyanti mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi di Solo:

“bagi saya makam Pangeran Sambernyowo memiliki nilai sejarah yang tinggi dan dapat memberikan perubahan ekonomi bagi masyarakat, sehingga perlu dilestarikan keberadaannya oleh semua pihak” (wawancara dengan Ratih Priyanti, 12 Desember 2012)

(33)

commit to user

Setiap ada keramaian pada suatu obyek wisata pasti membawa peningkatan pendapatan rumah tangga pada masyarakat sekitarnya, karena dengan banyaknya pengunjung yang datang ke tempat tersebut dapat memberikan peluarng kerja bagi masyarakat sekitar makam. Dengan cara membuka usaha untuk menambah pendapatan dan meningkatan kesejahteraan hidupnya termasuk peningkatan pendapatan rumah tangga yang terjadi pada masyarakat sekitar makam Pangeran Sambernyowo di Desa Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar.

Manfaat ekonomi yang tampak dari pelaksanaan tradisi ziarah yang dilakukan di makam Pangeran Sambernyowo di desa Girilayu yaitu bagi masyarakat Jawa khususnya, sesuatu yang bernilai keramat pasti akan menarik nilai kereligiusannya untuk dikunjungi, oleh karena itu tidak mengherankan apabila komplek makam Pangeran Sambernyowo banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah seperti: Surakarta, Semarang, Jakarta, Surabaya, dan lain-lain. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menciptakan situasi dan kondisi tertentu bagi lingkungan masyarakat di desa Girilayu. Terlebih lagi dalam berziarah di makam Pangeran Sambernyowo ini, para peziarah melakukan semacam prosesi sederhana yang membutuhkan alat dan perlengkapan seperti bunga atau kembang, dupa, dan kemenyan.

Dengan adanya tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo tidak hanya menciptakan suasana ramai tetapi juga bisa memberi peluang kerja sebagai pengembangan ekonomi masyarakat yang telah memberi tambahan pendapatan bagi kehidupan masyarakat setempat, khususnya bagi masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha yang kuat. Dengan adanya tradisi ziarah yang dilakukan setiap harinya dengan jumlah peziarah yang cukup banyak menyebabkan suasana lingkungan makam Pangeran Sambernyowo ramai oleh para pengunjung baik para peziarah maupun para pengunjung yang hanya sekedar berwisata alam dan sejarah.

(34)

commit to user

Ada beberapa usaha baik di bidang perdagangan maupun jasa yang ditawarkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan para peziarah, baik untuk keperluan makan dan minum, sarana berziarah seperti kembang, dupa dan kemenyan, juga ada jasa parkir bagi para peziarah yang membawa kendaraan bermotor, selain itu juga ada beberapa orang yang dipekerjakan Yayasan Mengadeg Surakarta sekitar 20 orang guide yang siap menghantarkan dan menuntun para tamu yang datang untuk berziarah. Beberapa usaha yang dilakukan masyarakat akan diuraikan masing-masing, antara lain:

a. Pedagang

Di sekitar makam Pangeran Sambernyowo telah tumbuh berbagai macam usaha yang dilakukan oleh masyarakat desa Girilayu untuk berdagang (seperti berdagang bunga, berdagang tasbih, tongkat, dan hasil kerajinan masyarakat lainnya), membuka warung makan (seperti angkringan, bakso, soto, mie ayam, restoran, dan lain sebagainya) atau usaha lainnya.

Masyarakat yang membuka usaha di sekitar makam Pangeran Sambernyowo menganggap pekerjaan tersebut sebagai usaha tetap atau pokok dan ada juga sebagai pekerjaan sambilan (sampingan) saja karena kebanyakan masyarakat yang membuka usaha tersebut juga telah memiliki kerjaan lain.

Terdapat beberapa kategori pedagang yang berjualan di sekitar makam maupun didalam komplek makam Pangeran Sambernyowo, antara lain:

1) Kategori Pedagang Menurut Waktu Berdagang  Pedagang Tetap

Pedagang tetap di makam Pangeran Sambernyowo artinya mereka (masyarakat) yang berjualan atau berdagang memang menetap dan membangun warung permanen di sekitar makam Pangeran Sambernyowo. Pedangang yang menetap biasanya berjualan sembako, mendirikan warung

(35)

commit to user

makan seperti, angkringan, warung soto, mie ayam, bakso, ayam goreng dll.

Terdapat 10 pedagang tetap yang membangun warung atau took permanen di pekarangan rumah yang kebetulan berada tepat di depan makam dan di sebelah utara dan timur makam Pangeran Sambernyowo. Mereka terdiri dari 6 warung makan, 1 restoran, 3 toko sembako (kelontong).

Selain itu ada juga penyedia jasa bengkel sepeda motor dan warung bensin yang memanfaatkan keramaian jalan raya di depan komplek makam Pangeran Sambernyowo.

 Pedagang Musiman

Pedagang musiman di makam Pangeran Sambernyowo merupakan julukan bagi para pedagang yang tidak setiap hari berjualan, mereka memiliki pekerjaan utama lain selain berdagang memanfaatkan keramaian makam Pangeran Sambernyowo. Para pedagang musiman tersebut biasanya memiliki pekerjaan utama sebagai petani ataupun buruh tani. Mereka biasa berjualan dengan menggelar daganganya dengan tikar dan ada juga yang berkeliling menghampiri para peziarah dengan membawa barang dangannya.

Seperti bapak Suhedi yang memiliki pekerjaan utama sebagai petani, ketika sedang tidak menggarap sawah maka bapak Suhedi memanfaatkan keramaian di makam Pangeran Sambernyowo sebagai tempat mencari rejeki dengan berjualan makanan di tempat tersebut, meskipun uang yang didapatkan tidak begitu besar sekitar Rp.100.000,00 sampai Rp.200.000,00 tapi bisa setidaknya bisa menambah pendapatan mereka dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Suhedi penduduk desa Girilayu:

“bagi saya usaha berdagang disini sebagai kerjaan sambilan dari pada nganggur selagi menunggu waktu panen padi tiba lebih baik

(36)

commit to user

saya membuka usaha di sekitar makam Pangeran Sambernyowo untuk menambah penghasilan keluarga saya dan meningkatkan kesejahteraan keluarga saya walaupun hasilnya tidak seberapa, tapi lumayan lah” (wawancara dengan bapak Suhedi, tanggal 20

Desember 2012).

2) Kategori Pedagang Menurut Jenis Barang yang Dijual  Pedagang Makanan dan Minuman

Suatu keramaian dan lokasi wisata tidak terlepas dengan penjual makanan dan minuman, dimana ada tempat wisata pasti disitu banyak penjual makanan dan minuman. Seperti halnya di makam Pangeran Sambernyowo terdapat puluhan pedagang yang menjual makanan dan minuman. Jenis makanan yang ditawarkan pun bermacam-macam, mulai dari makanan tradisional (sego jangan), mie ayam, bakso, soto, seafood, berbagi jenis olahan ayam, dll. Berdasarkan dari hasil pengamatan, juga terdapat banyak penjual cemilan atau makanan ringan mulai dari gorengan, kue tradisional, keripik, dan berbagai snack yang banyak dijual di pasaran.

Keramaian makam Pangeran Sambernyowo memberikan omset pedagang yang dapat membantu perekonomian keluarga, karena bukan hanya peziarah makam saja yang membeli makanan mereka, karena banyak orang yang lewat jalan di depan makam Pangeran Sambernyowo yang merupakan jalur alternatif menuju Tawangmangu mampir untuk sekedar jajan mengisi perut.

 Pedagang Keperluan Berziarah

Sarana berziarah di makam Pangeran Sambernyowo berupa bunga dan biasanya ditambah dengan dupa dan kemenyan maka ada sekitar 5 pedagang yang menjual berbagai keperluan ziarah makam mulai dari bunga, dupa dan kemenyan.

(37)

commit to user

Meskipun cuma berjualan bunga sebagai dagangan utama mereka, omset yang mereka dapat cukup besar, hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan di sini agak mahal dibandingkan harga bunga dipasar, namun fenomena demikian bisa dimaklumi para peziarah karena ini kan lokasi wisata. Harga bunga yang ditawarkan biasanya Rp.5.000,00 per kantong plastik, apabila dalam satu hari laku 10 bungkus pedagang sudah dapat omset Rp.50.000,00 per hari. Seperti dikutip dalam wawancara yaitu dengan ibu Sapto Wiyarso, pedagang bunga di makam Pangeran Sambernyowo:

“kalau pas lagi rame peziarah ya lumayan pendapatan sehari sekitar lima puluh ribu rupiah” (wawancara dengan ibu Sapto

Wiyarso, tanggal 20 Desember 2012)

 Pedagang Souvenir (Hasil Kerajinan)

Suatu tempat pariwisata identik dengan hasil kerajinan tradisional dari tempat tersebut. Souvenir maupun hasil kerajinan yang ditawarkan bermacam-macam, mulai dari kaos bergambar Astana Mengadeg dan hasil kerajinan kayu masyarakat berupa tongkat dan tasbih.

Khusus untuk kaos yang dijual pedagang merupakan hasil produksi masyarakat di luar Desa Girilayu, mereka biasa menitipkan produk kaos kepada pedagang souvenir di sini. Harga yang ditawarkan bervariasi untuk kaos anak-anak mulai dari Rp.15.000,00 sampai Rp.30.000,00, untuk kaos dewasa mulai dari Rp.25.000,00 sampai Rp.50.000,00. Sedangkan hasil kerajinan kayu yang dijual mulai dari harga Rp.50.000,00 untuk tasbih dan Rp.100.000,00 untuk tongkat ukiran kayu. Hasil kerajinan ini biasanya tidak dijual langsung oleh pembuatnya, mereka biasanya menjualnya kepada penjual souvenir dan ada juga yang menitipkannya kepada pengurus makam untuk di pajang di tempat-tempat dimana banyak para peziarah beristirahat.

Gambar

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin  Kelompok  umur  Jenis kelamin  Jumlah  Persentase  L % P %  0 – 4  286  14,32 %  482  23,80 %  768  19,10 %  5 – 9  173  8,67 %  170  8,38 %  343  8,52 %  10 – 14  214  10,73 %  229  11,32 %  443
Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Agama
Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
+2

Referensi

Dokumen terkait

pemodelan lebih kompleks. 7) Membagi siswa dalam kelompok besar, skor 3 dengan komponen yang tampak: membagi siswa dalam kelompok berdasarkan kemampuan. 8) Membimbing siswa dalam

1) Semangat dari anak-anak dan masyarakat, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ibu Amalia Zulfana bahwa faktor pendorong dalam menjalankan kegiatan yaitu ketika

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Suciemilia (2015) bahwa pendidikan orang tua merupakan domain yang sangat penting karena semakin tinggi jenjang

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Noviatri (2015), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara berat lahir bayi dengan kejadian ruptur perineum pada

Metode yang dipakai pada pemakaian arahan agama di Majelis Mukhlisah telah sesuai dengan teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Berdasarkan teori yang didapat

“ menurut ibu Badi, sebagai masyarakat Desa Tanjung Lalak, tentang bagaimana persepsi masyarakat terhadap kegiatan Majelis taklim Al-Kautsar, beliau tidak pernah

Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 menunjukkan distribusi data hasil belajar peserta didik Kelas Think Pair Share. Dapat diketahui bahwa Kelas Think Pair Share

Berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 1999 Bab IV Pasal 8 Ayat 1,2, dan 3 dan keputusan Walikota Mkassar Nomor : 23/S.Kep/030/2000 tentang pemisahan sebagaian barang milik