• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) ANDROMONOECIOUS DI AGROEKOLOGI DATARAN MENENGAH MALIK AL RASYID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) ANDROMONOECIOUS DI AGROEKOLOGI DATARAN MENENGAH MALIK AL RASYID"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JARAK

PAGAR (Jatropha curcas L.) ANDROMONOECIOUS DI

AGROEKOLOGI DATARAN MENENGAH

MALIK AL’RASYID

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Andromonoecious di Agroekologi Dataran Menengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2017 Malik Al’Rasyid

NIM G34130017

(4)

ABSTRAK

MALIK AL’RASYID. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Andromonoecious di Agroekologi Dataran Menengah. Dibimbing oleh TRIADIATI dan DASUMIATI.

Jarak pagar pada umumnya merupakan tanaman monoecious yang memiliki bunga betina dan bunga jantan dalam infloresen yang sama. selain itu telah ditemukan tanaman andromonoecious yang memiliki bunga jantan dan bunga hermaprodit dalam satu infloresen. Bunga betina pada jarak pagar monoecious mekar lebih awal dibandingkan bunga jantan, sehingga proses penyerbukan membutuhkan agen penyerbuk. Bunga hermaprodit pada jarak pagar andromonoecious berpeluang terjadinya penyerbukan sendiri, namun belum ada penelitian tentang pertumbuhan jarak pagar andromonoecious di agroekologi dataran menengah. Penelitian ini bertujuan mengukur pertumbuhan dan produksi jarak pagar beberapa genotipe andromonoecious dan monoecious yang ditanam di Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi. Penelitian ini menggunakan tanaman jarak pagar andromonoecious genotipe G1, G2, dan G3 serta tanaman jarak pagar monoecious genotipe IP-3P. Peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang, lebar kanopi, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder dan jumlah bunga per infloresen, jumlah infloresen per tanaman, jumlah buah, serta jumlah biji. Tinggi tanaman dan diameter batang jarak pagar genotipe IP-3P lebih besar dari tanaman andromonoecious, namun untuk lebar kanopi, jumlah cabang primer dan sekunder lebih besar tanaman jarak pagar andromonoecious (genotipe G1, G2, dan G3). Tanaman jarak pagar genotipe G1 dan G2 menghasilkan jumlah infloresen bunga, jumlah bunga fertil dan jumlah buah yang lebih banyak dibandingkan genotipe G3 dan IP-3P. Tanaman jarak pagar genotipe G1, G2, dan IP-3P dapat tumbuh di agroekologi dataran menengah seperti di Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi dengan hasil produksinya yang lebih banyak dibandingkan dengan genotipe G3.

Kata kunci : monoecious, bunga hermaprodit, lebar kanopi, genotipe G1, genotipe G2, genotipe G3

(5)

ABSTRACT

MALIK AL’RASYID. Growth and Production of Jatropha curcas L. Andromonoecious in The Middleland Agroecology. Supervised by TRIADIATI and DASUMIATI

Jatropha is generally a monoecious plant which has female flowers and male flowers in the same inflrorescence. But, it has been found an andromonoecious plant that has male and hermaphrodite flowers in one inflorescence. Female flowers on jatropha monoecious bloom early than male flowers, so the pollination process need pollinator agents. The hermaphrodite flowers at jatropha andromonoecious is potentially self-pollinating, but there has been no research on the growth of jatropha andromonoecious in the middleland agroecology. This study was aimed to that measure the growth and production of jatropha genotypes andromonoecious and monoecious that grown in Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi. This study used jatropha andromonoecious genotype of G1, G2, and G3 and jatropha monoecious genotype of IP-3P. The observed variables were plant height, stem diameter, canopy width, number of primary branches, number of secondary branches and flowers number per plant in each inflorescence, inflorescence number pe plant, fruit and seeds number. Plant height and stem diameter of jatropha genotype IP-3P were higher than that of andromonoecious plants, but the canopy width, the primary and secondary branches are higher than jatropha andromonoecious (genotype G1, G2, and G3). Jatropha genotypes of G1 and G2 have inflorescence of flowers, number of fertile flowers and fruits were higher than jatropha genotype of G3 and IP-3P. Jatropha genotypes of G1, G2, and IP-3P can grow in the middleland agroecology as in Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi which the production is higher than that of genotype of G3.

Keywords : monoecious, hermaphrodite flowers, canopy width, genotype G1, genotype G2, genotype G3

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JARAK

PAGAR (Jatropha curcas L.) ANDROMONOECIOUS DI

AGROEKOLOGI DATARAN MENENGAH

MALIK AL’RASYID

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Andromonoecious di Agroekologi Dataran Menengah telah berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Dra Triadiati dan Dr Dasumiati selaku pembimbing atas segala bimbingan, arahan, saran, dan pengertian kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini serta kepada Dr Kanthi Arum Widayati sebagai penguji ujian karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan kasih sayangnya. Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pak Adi, pak Asep, pak Wowon, Panji, Wenang, Abied, Deri, Irham, Marini, Jenny, Indah, Syifa, Adi dan Saepul yang telah membantu selama penelitian ini, serta teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan do’anya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2017

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Hasil 3

Pembahasan 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Peubah pertumbuhan vegetatif tanaman jarak pagar (Jatropha

curcas L.) 6

2 Peubah produksi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) 9 3 Peubah produksi per satuan luas petak jarak pagar (Jatropha

curcas L.) 9

DAFTAR GAMBAR

1 Tinggi tanaman jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P 3 2 Diameter batang jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P 4 3 Lebar kanopi jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P 4 4 Rata-rata jumlah cabang primer jarak pagar genotipe G1, G2, G3,

dan IP-3P 5

5 Percabangan primer jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P 5 6 Rata-rata jumlah cabang sekunder jarak pagar genotipe G1, G2,

G3, dan IP-3P 6

7 Rata-rata jumlah infloresen bunga jarak pada pagar genotipe G1,

G2, G3, dan IP-3P 7

8 Bunga fertil pada tanaman jarak pagar bunga hermaprodit, dan

bunga betina 7

9 Rata-rata jumlah bunga fertil pada jarak pagar genotipe G1, G2,

G3, dan IP-3P 8

10 Rata-rata jumlah buah pada jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan

IP-3P 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Grafik curah hujan oktober 2016-april 2017 di Parungkuda,

Sukabumi 13

2 Data curah hujan harian/mm bulan oktober 2016-april 2017 di

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jarak pagar pada umumnya merupakan tanaman monoecious, selain itu telah ditemukan jarak pagar yang memiliki tipe seksual andromonoecious dan trimonoecious. Tipe seksual andromonoecious mempunyai bunga jantan dan bunga hermaprodit dalam satu infloresen bunga dan tipe seks trimonoecious yang menghasilkan bunga jantan, bunga betina dan bunga hermaprodit dalam infloresen atau tanaman yang sama (Miller dan Diggle 2007). Jarak pagar monoecious menghasilkan bunga jantan dan betina dalam satu infloresen bunga atau tanaman yang sama (Alam et al. 2011).

Bunga betina pada jarak pagar monoecious mekar lebih awal dibandingkan bunga jantan (Kaur et al. 2011), sehingga menyebabkan proses penyerbukan tidak terjadi secara optimal. Proses penyerbukan yang kurang optimal dapat menyebabkan terhambatnya proses penyerbukan yang berdampak pada pembentukan buah sehingga produksi buah rendah. Hal tersebut berdampak pada produksi buah yang rendah. Oleh karena itu penyerbukan bunga betina pada tipe monoecious membutuhkan bantuan agen penyerbuk (Hansam 2011). Produksi buah yang rendah tidak hanya menghasilkan produksi benih yang rendah, namun dapat menyebabkan kurangnya kontinuitas benih jarak pagar (Wahyudi dan Wulandari 2007).

Jarak pagar andromonoecious memiliki tipe seks yang konsisten (Dasumiati et al. 2017) dan telah diperoleh beberapa genotipe jarak pagar andromonoecious.

Keunggulan bunga hermaprodit pada jarak pagar andromonoecious berpeluang terjadinya penyerbukan sendiri (self pollination) (Hartati 2009), sehingga tidak memerlukan agen penyerbuk. Jarak pagar andromonoecious berbunga sepanjang tahun dan memiliki set buah yang tinggi, mencapai hampir 100% (Dasumiati et al. 2014). Jarak pagar andromonoecious memiliki jumlah cabang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman jarak pagar monoecious (Dasumiati 2014), sehingga memungkinkan banyaknya produksi bunga tiap tanaman. Selain itu, jarak pagar andromonoecious memiliki percabangan infloresen bunga yang lebih banyak dan hampir setiap cabang ditutup oleh bunga hermaprodit (Dasumiati et al. 2015). Jumlah buah yang dihasilkan tergantung pada jumlah bunga hermaprodit pada setiap infloresen (Dasumiati et al. 2014). Jarak pagar andromonoecious diharapkan dapat tumbuh dan berproduksi baik pada berbagai kondisi agroekologi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengamati pertumbuhan dan produksi jarak pagar beberapa genotipe andromonoecious di lokasi agroekologi dataran menegah. Salah satu lokasi yang mewakili daerah agroekologi dataran menengah ialah Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi. Ciri agroekologi di lokasi tersebut ialah jenis tanah latosol, tipe iklim B1, ketinggian tempat 450 m dpl.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis pertumbuhan dan produksi beberapa genotipe jarak pagar andromonoecious yang ditanam di Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi.

(12)

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai dengan bulan April 2017 di Agrowidya Wisata Ilmiah (AWWI), Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITRI) Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk urea, pupuk phonska, pupuk gandasil B, pupuk gandasil D, pestisida lannate, pestisida furadan, tanaman jarak pagar andromonoecious genotipe G1, G2, G3, dan tanaman jarak monoecious IP-3P. Alat yang digunakan spidol permanen, meteran, penggaris, jangka sorong, pita, tali bangunan, streples, neraca analitik, gunting, dan amplop kertas coklat.

Prosedur Penelitian Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan yang terdiri dari 3 genotipe jarak pagar andromonoecious (G1, G2, dan G3) dan 1 genotipe monoecious (IP-3P). Masing-masing perlakuan dilakukan 4 kali ulangan. Total unit percobaan sebanyak 16 petak.

Penanaman dan Pemeliharaan

Bibit jarak pagar ditanam pada lahan percobaan saat berumur 1 bulan setelah dikecambahkan. Luas petak percobaan sebesar 100 m2. Jarak tanam yang diberikan adalah 2 m x 2 m. Setiap petak terdiri dari 20 tanaman jarak pagar dan diambil 5 sampel tanaman secara acak untuk diamati. Pemeliharaan dilakukan dengan cara pemupukan 1 bulan setelah tanam, pendangiran setiap 2 bulan sekali, penyemprotan hama dan penyiangan sesuai kebutuhan.

Pengamatan Pertumbuhan

Pertumbuhan yang diamati adalah pertumbuhan vegetatif. Peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman diukur dari atas permukaan tanah sampai ujung bagian tanaman yang paling atas, diameter batang diukur 20 cm dari permukaan tanah, lebar kanopi diukur dari ujung daun terluar, jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder pada setiap tanaman sampel. Pengamatan dilakukan setiap minggu pada 5 tanaman sampel per petak percobaan. Pengamatan ini dilakukan 1 kali per bulan selama 6 bulan.

Pengamatan Produksi

Pengamatan produksi dilakukan setiap minggu selama 6 bulan, peubah produksi yang diamati yaitu jumlah infloresen bunga/tanaman, jumlah bunga fertil/tanaman, jumlah buah/petak, jumlah buah/petak, jumlah biji/petak dan bobot kering biji (gr)/petak. Setelah terjadi pembungaan, setiap infloresen diberi label menggunakan pita. Ketika bunga sudah mulai mekar, dihitung jumlah bunga yang

(13)

3

berkelamin jantan dan bunga hermaprodit untuk tanaman jarak andromonoecious, sedangkan untuk tanaman jarak monoecious dihitung jumlah bunga jantan dan bunga betinanya. Bunga betina dan bunga hermaprodit yang telah mengalami penyerbukan dan berhasil menjadi buah kemudian dihitung jumlah buah yang terbentuk per tangkainya. Buah jarak yang kulitnya sudah mulai menguning, dipanen dan dimasukkan ke dalam amplop kertas coklat yang telah diberi label. Buah jarak dalam amplop kertas coklat dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Setelah buah mengering, daging buah jarak dikupas dan diambil bijinya kemudian biji jarak yang sudah kering ditimbang bobotnya dengan menggunakan neraca analitik. Setelah itu biji jarak dimasukkan kembali ke dalam amplop.

Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan SPSS Statistics 22. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam, dan dilanjutkan dengan uji lanjut (Uji-Duncan P<0,05) bila terdapat perbedaan nyata antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertumbuhan vegetatif jarak pagar

Penelitian yang dilakukan terhadap pertumbuhan jarak pagar selama 6 bulan di Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi diperoleh hasil yaitu adanya perbedaan pertumbuhan vegetatif antara jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P. Setiap genotipe tanaman jarak pagar yang diamati mengalami pertambahan tinggi setiap bulannya selama 6 bulan tanam. Genotipe IP-3P memiliki tinggi terbesar dari genotipe lainnya dengan tinggi tanaman 160,6 cm, sedangkan genotipe G3 memiliki tinggi terendah yaitu 110,4 cm (Gambar 1). Genotipe IP-3P memiliki ukuran diameter batang yang paling besar dibandingkan dengan genotipe G1, G2, dan G3. Genotipe IP-3P memiliki diameter batang 29,2 cm pada bulan November dan mencapai 46,1 cm pada bulan April 2017 (Gambar 2).

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Nov Des Jan Feb Mar Apr

Tin gg i Tanam an (cm ) G1 G2 G3 IP-3P

Gambar 1 Tinggi tanaman jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP- 3P. Garis vertikal pada grafik menunjukkan standar error (SE).

(14)

4

Gambar 2 Diameter batang jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P. Garis vertikal pada grafik menunjukkan standar error (SE).

Lebar kanopi genotipe G3 terkecil di antara genotipe lainnya dengan lebar kanopi 67,8 cm pada bulan November 2016, namun tanaman genotipe G3 mengalami pertambahan lebar kanopi pada bulan Desember 2016 dan hampir sama dengan lebar kanopi genotipe IP-3P yaitu 94,1 cm. Lebar kanopi terbesar yaitu genotipe G2 dengan lebar kanopi 114,1 cm pada bulan November 2016 dan 122 cm pada bulan April 2017. Genotipe IP-3P memiliki lebar kanopi terkecil yaitu 78,2 cm pada bulan April 2017 (Gambar 3).

Gambar 3 Lebar kanopi jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P. Garis vertikal pada grafik menunjukkan standar error (SE).

Jumlah cabang primer genotipe IP-3P mengalami peningkatan dari bulan november 2016 sampai dengan bulan April 2017. Jumlah cabang primer tanaman genotipe G1, G2, G3 pada bulan November 2016 yaitu jumlah cabang primer genotipe G1 7 cabang, genotipe G2 7 cabang, genotipe G3 6 cabang. Jumlah cabang primer terus bertambah sampai pengamatan berakhir pada jarak pagar andromonoecious (Gambar 4). Jumlah cabang primer yang dimiliki oleh genotipe G1, G2, dan G3 lebih banyak dibandingkan genotipe IP-3P (Gambar 5).

0 10 20 30 40 50 60

Nov Des Jan Feb Mar Apr

Diam eter Batang ( cm ) G1 G2 G3 IP-3P 0 20 40 60 80 100 120 140 160

Nov Des Jan Feb Mar Apr

Lebar Kan op i (cm ) G1 G2 G3 IP-3P

(15)

5 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Nov Des Jan Feb Mar Apr

Jum la h Ca ba ng Pr im er G1 G2 G3 IP-3P

Gambar 4 Rata-rata jumlah cabang primer jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P. Garis vertikal pada grafik menunjukkan standar error (SE). (a) (b) (c) (d) 30 cm 30 cm 30 cm 30 cm

Gambar 5 Percabangan primer jarak pagar genotipe (a) G1, (b) G2, (c) G3, (d) IP-3P

(16)

6

Percabangan sekunder merupakan percabangan yang muncul pada cabang primer. Jumlah cabang sekunder genotipe G3 lebih banyak dibandingkan genotipe lainnya pada bulan November 2016. Namun, jumlah cabang sekunder jarak pagar genotipe G2 memiliki jumlah cabang sekunder lebih banyak dibandingkan genotipe lainnya pada bulan April 2017 (Gambar 6).

Gambar 6 Rata-rata jumlah cabang sekunder jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P. Garis vertikal pada grafik menunjukkan standar error (SE).

Jarak pagar genotipe IP-3P (tanaman berumur 6 bulan setelah tanam) meliliki tinggi yang tidak berbeda nyata dengan genotipe G2 dan merupakan tanaman tertinggi. Genotipe G1 dan G3 memiliki tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan genotipe lainnya. Diameter batang tertinggi yaitu genotipe IP-3P 36,29 cm yang berbeda nyata terhadap diameter batang genotipe G1, G2, dan G3. Diameter batang genotipe G1 tidak berbeda nyata dengan genotipe G2 dan G3, namun genotipe G2 dan G3 berbeda nyata. Lebar kanopi genotipeG1 tidak berbeda nyata dengan G2, akan tetapi berbeda nyata dengan genotipe G3 dan IP-3P, sedangkan lebar kanopi genotipe G3 dan IP-3P tidak berbeda nyata. Jumlah cabang primer genotipe G1, G2, dan G3 tidak berbeda nyata. Jumlah cabang primer jarak pagar genotipe G1, G2, dan G3 berbeda nyata dengan genotipe IP-3P. Jumlah cabang sekunder menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata pada setiap genotipe (Tabel 1).

Tabel 1 Peubah pertumbuhan vegetatif tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Genotipe Tinggi (cm) Diameter

Batang (cm) Lebar Kanopi (cm) Cab. Primer Cab. Sekunder G1 113,13b 25,72ab 119,34b 7,24b 0,55a G2 131,27c 27,99b 127,29b 6,72b 0,92a

G3 94,45a 21,73a 86,52a 6,13b 0,64a

IP-3P 143,10c 36,29c 83,55a 1,99a 0,30a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada (uji – Duncan P<0,05).

-0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5

Nov Des Jan Feb Mar Apr

Jum la h Ca ba ng Seku nd er G1 G2 G3 IP-3P

(17)

7

Pertumbuhan generatif dan produksi jarak pagar

Jumlah infloresen bunga genotipe G2 lebih banyak dibandingkan genotipe lainnya pada bulan April 2017 yaitu sebanyak 2 cabang. Jumlah infloresen bunga setiap genotipe mengalami penurunan yang bersamaan pada bulan Februari 2017. Jumlah infloresen genotipe G1 yang sebelumnya 1 menjadi 0, genotipe G2 2 menjadi 1, genotipe G3 1 menjadi 0, dan genotipe IP-3P 1 menjadi 0. Namun jumlah infloresen bunga setiap genotipe mengalami peningkatan pada bulan April 2017, jumlah infloresen bunga terbanyak diantara genotipe lainnya yaitu genotipe IP-3P yang memiliki 1 infloresen (Gambar 7).

Gambar 7 Rata-rata jumlah infloresen bunga pada jarak pagar genotipe G1, G2, G3,dan IP-3P. Garis vertikal pada grafik menunjukkan standar error (SE).

Bunga fertil pada jarak pagar monoecious yaitu bunga betina, sedangkan bunga fertil pada jarak pagar andromonoecious yaitu bunga hermaprodit. Diameter bunga hermaprodit lebih besar dibandingkan bunga betina. Ukuran bunga hermaprodit tanaman jarak pagar andromonoecious berdiameter sekitar 0,90 cm, sedangkan ukuran diameter bunga betina pada jarak pagar monoecious berukuran sekitar 0,70 cm (Gambar 8). Jumlah bunga fertil genotipe G1 lebih banyak pada bulan April 2017 yaitu 13 bunga dibandingkan bulan-bulan sebelumnya dan menjadi yang terbanyak jumlah bunga fertilnya dibandingkan genotipe lainnya yaitu G2, G3, dan IP-3P. Jumlah bunga fertil yang paling sedikit diantara ke 4 genotipe pada bulan April 2017 yaitu genotipe G3 (Gambar 9). (a) (b) 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8

Nov Des Jan Feb Mar Apr

Ju m la h In flor esen Bun ga G1 G2 G3 IP-3P 1 cm 1 cm

Gambar 8 Bunga fertil pada tanaman jarak pagar (a) Bunga hermaprodit, (b) Bunga betina

(18)

8

Gambar 9 Rata-rata jumlah bunga fertil pada jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P. Garis vertikal pada grafik menunjukkan standar error (SE).

Jumlah buah pada tanaman genotipe G1 dan G3 yang telah dipanen dari bulan November 2016 mengalami peningkatan pada saat panen bulan Desember 2016, kemudian produksi buah menurun pada bulan berikutnya sampai bulan Maret 2017 dan produksinya mulai naik kembali pada bulan April 2017. Jarak pagar genotipe IP-3P terus mengalami penurunan produksi buah pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017 dan mengalami peningkatan kembali produksi buahnya pada bulan April 2017. Sedangkan jumlah buah pada tanaman jarak pagar geotipe G2 mengalami peningkatan pada bulan Desember 2016 sampai Januari 2017 dan mulai mengalami penurunan pada bulan Februari 2017 dan semakin menurun produksi buahnya sampai akhir bulan April 2017 (Gambar 10).

Gambar 10 Rata-rata jumlah buah pada jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P. Garis vertikal pada grafik menunjukkan standar error (SE).

Jumlah infloresen bunga menunjukkan bahwa genotipe G1 dan IP-3P tidak saling berbeda nyata dengan genotipe G2 dan G3, akan tetapi genotipe G2 berbeda nyata dengan genotipe G3. Jumlah bunga fertil genotipe G2 dan IP-3P

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Nov Des Jan Feb Mar Apr

Jum lah Bun ga F ertil G1 G2 G3 IP-3P -4 -2 0 2 4 6 8 10 12

Nov Des Jan Feb Mar Apr

Jum lah Buah G1 G2 G3 IP-3P

(19)

9

tidak berbeda nyata terhadap genotipe G1 dan G3, namun jumlah bunga fertil genotipe G1 dan G3 berberda nyata. Jumlah buah yang dihasilkan setiap genotipe tidak berbeda nyata satu sama lain. Jumlah bunga fertil G1 dan G3 signifikan dengan jumlah infloresen bunga yang dihasilkan/tanamannya, sedangkan genotipe G2 dan IP-3P tidanifikan dengan jumlah infoleresn/tanamannya. Jumlah buah genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P tidak signifikan dengan jumlah bunga fertil yang dihasilkan (Tabel 2).

Tabel 2 Peubah produksi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Genotipe Jumlah Infloresen

bunga/tanaman Jumlah Bunga Fertil/tanaman Jumlah Buah/tanaman G1 3,16 ab 35,00 b 15,75 a G2 4,92 b 22,00 ab 21,00 a G3 1,00 a 6,25 a 5,75 a IP-3P 2,67 ab 14,00 ab 10,75 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada (uji – Duncan P<0,05).

Jumlah buah genotipe G1 tidak berbeda nyata dengan genotipe G2, G3 , dan IP-3P, sedangkan jumlah buah genotipe G3 berbeda nyata dengan genotipe G2 dan IP-3P. Jumlah biji genotipe G3 berbeda nyata dengan genotipe G1, G2, dan IP-3P. Bobot biji yang diperoleh menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap genotipe jarak pagar karena tidak adanya pengaruh jenis genotipe terhadap bobot kering biji antar genotipe (Tabel 3).

Tabel 3 Peubah produksi per satuan luas petak jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Genotipe Jumlah Buah/petak Jumlah Biji/petak Bobot Biji (gr)/petak

G1 96,75ab 244,75 b 187,169 a

G2 109,50b 258,50 b 223,652 a

G3 31,25 a 79,75 a 193,824 a

IP-3P 117,00 b 271,75 b 238,498 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada (uji – Duncan P<0,05).

Pembahasan

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman monoecious yang artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu infloresen bunga pada satu tanaman yang sama. Beberapa tanaman jarak pagar dapat menghasilkan bunga hermaprodit, yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu bunga. Tanaman dengan bunga hermaprodit yang dikelilingi oleh bunga jantan disebut tanaman

(20)

10

andromonoecious, namun tanaman yang menghasilkan bunga hermaprodit jarang ditemukan (Hartati 2009; Hartati 2010). Ukuran bunga hermaprodit ini berbeda, diameter bunga betina sekitar 0,70 cm yang ukurannya diameternya lebih kecil dibandingkan dengan diameter bunga hermaprodit yaitu sekitar 0,90 cm. Menurut Dasumiati et al. (2015), bunga hermaprodit memiliki diameter lebih besar dan sepal lebih besar daripada bunga jantan dan bunga betina, dengan ukuran diameter bunga hermaprodit 0,89 cm dan diameter bunga betina 0,74 cm.

Tinggi tanaman jarak pagar genotipe IP-3P lebih besar dibandingkan tanaman jarak pagar genotipe G1, G2, dan G3. Diameter batang genotipe G2 lebih besar dibandingkan dengan genotipe G1. G2, dan G3. Tanaman jarak pagar andromonoecious genotipe G1, G2, dan G3 memiliki lebar kanopi lebih besar dibandingkan jarak pagar genotipe IP-3P, karena jumlah cabang primer dan cabang sekunder tanaman jarak genotipe G1, G2, dan G3 lebih banyak daripada jarak pagar genotipe IP-3P. Lebar kanopi genotipe G3 sama dengan IP-3P pada bulan Desember 2016 – Januari 2017, namun lebar kanopi jarak pagar genotipe G1, G2, dan G3 lebih besar dibandingkan jarak pagar genotipe IP-3P pada bulan berikutnya. Perbedaan karakter morfologi dan agronomi antara ke empat genotipe tanaman jarak pagar tersebut dipengaruhi oleh genotipe tanaman itu sendiri (Surahman et al. 2009; Hartati et al. 2009).

Peubah pertumbuhan vegetatif yang dapat digunakan untuk melihat perbedaan tanaman jarak pagar monoecious dan andromonoecious adalah jumlah cabang primer. Jarak pagar andromonoecious memiliki cabang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman jarak pagar monoecious (Dasumiati et al. 2014). Tinggi dan diameter batang jarak pagar genotipe IP-3P lebih tinggi dari jarak andromonoecious genotipe G1, G2, dan G3, namun lebar kanopinya lebih kecil dibandingkan genotipe G1, G2, dan G3. Jarak pagar genotipe G1, G2, dan G3 lebih besar lebar kanopinya dibandingkan tinggi tanaman jarak pagar genotipe IP-3P. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh dominansi pertumbuhan masing-masing tanaman, tanaman IP-3P lebih dominan pertumbuhan ke atas (apikal), sedangkan tanaman G1, G2, dan G3 lebih dominan pertumbuhan ke samping (latelar) dengan membentuk percabangan. Hal tersebut diakibatkan oleh faktor genetik dari sekuen 500 bp yang ditemukan pada jarak pagar andromonoecious dan diduga sekuen tersebut berkaitan dengan jumlah cabang (Dasumiati 2014). Banyaknya jumlah cabang menyebabkan lebar kanopi tanaman andromonoecious lebih besar dibandingkan jarak pagar monoecious (genotipe IP-3P).

Produksi buah yang dihasilkan bergantung pada jumlah infloresen bunga dan jumlah bunga fertil yang dihasilkan pada tiap tanaman jarak pagar. Genotipe G3 menghasilkan lebih sedikit infloresen bunga dan bunga fertil per tanamannya. Jumlah buah yang diperoleh signifikan dengan banyaknya jumlah bunga fertil yang terbentuk. Perbedaan peubah pertumbuhan generatif tersebut dapat disebabkan oleh pengguguran infloresen bunga dan bunga fertil jarak pagar. Jarak pagar yang telah berbunga tidak selalu dapat menghasilkan buah, karena bunga-bunga fertil yang telah terbentuk dan sudah mengalami anthesis dapat mengalami pengguguran akibat dari faktor genetik maupun lingkungan (Retnowati dan Suharman 2013). Jumlah infloresen bunga setiap genotipe jarak pagar mengalami penurunan pada bulan Februari 2017. Hal tersebut disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi pada bulan Februari 2017 yaitu 493 mm dengan rata-rata 17,607 mm (Lampiran 1-2). Selain itu, penurunan jumlah infloresen bunga dapat

(21)

11

disebabkan oleh keterbatasan radiasi matahari, kekurangan atau kelebihan curah hujan, dan kekurangan hara, penggunaan varietas unggul belum mampu mengatasi aborsi bunga dan hambatan pertumbuhan sehingga menyebabkan kehilangan hasil (Hansam 2011). Tanaman jarak pagar dapat berbuah secara optimal denga curah hujan 1.200-1.500 mm/th (Ouwens et al. 2007). Jika curah hujan lebih besar dari 1.500 mm/th akan menimbulkan kerusakan pada struktur bunga (Hansam 2011). Jumlah buah pada setiap genotipe yang telah dipanen berpengaruh terhadap jumlah biji jarak yang diperoleh. Jumlah biji yang diperoleh dari genotipe G1, G2, dan IP-3P berpengaruh terhadap bobot kering biji yang didapatkan, namun jumlah biji tidak berpengaruh tehadap bobot kering biji yang dihasilkan pada genotipe G3 jika dibandingkan dengan genotipe lainnya. Hal ini dikarenakan biji yang dihasilkan dari setiap tanaman yang genotipenya sama memiliki ukuran biji yang berbeda dan bobot kering biji yang berbeda pula antar tanaman. Produksi buah dan biji genotipe G3 per petak lebih sedikit dibandingkan genotipe G1, G2, dan IP-3P karena jumlah tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik sedikit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pertumbuhan tanaman jarak pagar andromonoecious genotipe G1 dan G2 cocok ditanam di agroekologi dataran menengah yang beriklim basah, akan tetapi tanaman andromonoecious genotipe G3 kurang cocok ditanam di lahan tersebut karena pertumbuhannya yang kurang bagus. Tanaman jarak genotipe G1 dan G2 dapat tumbuh dengan baik serta produktif dalam menghasilkan buah dan biji. Tanaman jarak genotipe G3 tidak banyak yang dapat tumbuh, sehingga hasil panennya sedikit dan kurang produktif dalam produksi buah dan biji.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk periode pemanenan buah dan biji selama satu tahun, sehingga didapat hasil panen total per tahunnya. Pemeliharaan tanaman dan lahan tanam yang lebih intensif dan tepat agar mendukung pertumbuhan tanaman jarak pagar andromonoecious.

DAFTAR PUSTAKA

Alam NCN, Abdullah TL, Nur APA. 2011. Flowering and fruit set under Malaysian climate of Jatropha curcas L. American Journal of Agricultural and Biological Sciences. 6:142-147.

Dasumiati. 2014. Karakterisasi dan peningkatan jumlah bunga hermaprodit tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) andromonoecious [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(22)

12

Dasumiati, Miftahudin, Triadiati, Hartana A. 2015. Flower characteristics and phenology of andromonoecious Jatropha curcas. Pakistan Journal Botani. 47(4):1501-1510.

Dasumiati, Miftahudin, Triadiati, Hartana A. 2017. Short communication : Sex types in flowering of Jatropha curcas. Biodiversitas. 18(1):442-446. Dasumiati, Miftahudin, Triadiati, Hartana A, Pronowo D. 2014. Increasing

hermaprodite flowers using plant growth regulators in andromonoecious Jatropha curcas. HAYATI Journal of Biosciences. 21(3):111-120.

Hansam. 2011. Prospek perbaikan genetik jarak pagar (Jatropha curcas L.). Perspektif. 10(2):70-80.

Hartati RSS. 2009. Jarak pagar hermaprodit, interaksi faktor genetik dan lingkungan. Infoteknik Perkebunan. 1(1):2.

Hartati RSS. 2010. Pewarisan sifat hermaprodit pada jarak pagar. Infoteknik Perkebunan. 1:19.

Hartati RSS, Setiawan A, Heliyanto B, Pranowo D, Sudarsono. 2009. Keragaan morfologi dan hasil 60 individu jarak pagar (Jatropha curcas L.) terpilih di Kebun Percobaan Pakuwon, Sukabumi. Jurnal Littri. 15(4):152–161. Kaur K, Dhillon GPS, Gill RIS. 2011. Floral biology and breeding system of

Jatropha curcas in North-Western India. Journal of Tropical Forest Science. 23(1):4-9.

Miller JS, Diggle PK. 2007. Correlated evolution of fruit size and sexual expression in andromonoecious Solanum sections Acanthophora and Lasiocarpa (Solanaceae). American Journal of Botany. 94(10):1706-1715. Ouwens KDG, Francis YJ, Franken W, Rijssenbeek A, Riedacker N, Foidl R,

Jongschaapa, Bindraban P. 2007. Positon Paper on Jatropha curcas. State of The Art, Small and Large Scale Project Development. Wageningen (NL): FACT.

Retnowati I, Suharman M. 2013. Pertumbuhan dan potensi produksi beberapa genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) di Tanah Masam. Buletin Agronomihortikultura. 1(1):23-33.

Surahman M, Murniati E, Misnen. 2009. Karakterisasi Jarak Pagar Lokal Berdasarkan Karakter Morfologi dan Agronomi. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian; 2009. Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm 64–74.

Wahyudi A, Wulandari S. 2007. Potensi permasalahan dan pengembangan agribisnis jarak pagar di Indonesia. Infoteknik Jarak Pagar. 2:30.

(23)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Grafik curah hujan Oktober 2016–April 2017 di Parungkuda, Sukabumi 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

Curah Hujan (

m

m

(24)

14

Lampiran 2 Data curah hujan harian/mm bulan Oktober 2016–April 2017 di Parungkuda, Sukabumi

Tanggal Curah Hujan Harian (mm)

Oktober November Desember Januari Februari Maret April

1 10 15 0 2 6 3 26 2 0 17 3 0 4 2 17 3 0 0 23 0 25 1 47 4 30 0 31 5 0 0 0 5 0 0 3 34 1 0 0 6 0 0 0 6 1 2 0 7 0 4 1 0 0 10 1 8 4 17 24 1 2 0 1 9 1 0 0 50 1 0 0 10 0 0 0 25 12 0 1 11 0 1 2 11 25 0 9 12 0 1 1 3 47 10 0 13 54 20 2 0 4 0 3 14 0 1 2 2 80 0 0 15 0 4 0 0 44 0 0 16 0 0 0 2 23 0 0 17 0 0 1 0 4 0 0 18 0 0 0 6 2 3 0 19 0 0 9 0 19 1 0 20 0 0 0 0 10 57 0 21 0 0 0 0 83 14 10 22 53 2 5 0 1 3 0 23 17 0 0 0 9 32 15 24 0 0 0 0 0 0 0 25 27 0 0 0 38 0 6 26 38 0 0 29 0 1 6 27 56 0 0 7 0 0 0 28 1 1 0 28 52 21 0 29 2 2 0 0 - 1 0 30 0 0 0 15 - 9 16 31 0 - 0 16 - 0 - Total 293 85 107 242 493 170 158 Rata-Rata 9,451 2,833 3,451 7,806 17,607 5,483 5,266 Sumber : AccuWeather (https://www.accuweather.com)

(25)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di kota Sukabumi hari Sabtu, 05 Agustus 1995 sebagai putra ke empat dari empat bersaudara dari pasangan bapak Pepen Supendi dan ibu Karwati. Tahun 2013 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Sukabumi, Jawa Barat, dan di tahun yang sama penulis lulus seleksi penerimaan PTN melalui jalur SNMPTN pada program studi Biologi di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB). Masa perkuliahan penulis dilalui dengan berbagai kegiatan di samping kegiatan akademik. Penulis merupakan anggota dalam Klub Ilmiah Asrama (KIR) TPB IPB saat Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Penulis juga merupakan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa IPB (PSM Agria Swara IPB) hingga saat ini dan pernah menjabat menjadi anggota Divisi Rere tahun 2014/2015 dan Sekretaris Divisi Rere tahun 2015/2016. Penulis juga merupakan anggota dari Organisasi Daerah (Omda) Ikatan Mahasiswa Sukabumi (IKAMASI).

Di tingkat Departemen, penulis menjadi asisten praktikum Biologi Dasar pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 dan menjadi asisten praktikum Biologi Dasar, Anatomi Tumbuhan, Mikroteknik, serta Fisiologi Tumbuhan Dasar pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Penulis pernah menjadi anggota Medis dalam kepanitiaan Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB 2014. Penulis pernah melaksanakan Studi Lapang dengan judul Keanekaragaman Serangga dan Pengukuran Kadar Gula Nektar pada Bunga di Kawasan Wisata Waduk Jatiluhur Purwakarta pada tahun 2015. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan dengan judul Manajemen Pemeriksaan Darah Penderita Diabetes di Rumah Sakit Islam (RSI) Assyifa Sukabumi pada bulan Juli – Agustus 2016.

Gambar

Gambar 2 Diameter batang jarak pagar genotipe G1, G2, G3, dan IP-3P.
Gambar 4 Rata-rata jumlah cabang primer jarak pagar genotipe G1, G2, G3,  dan  IP-3P.  Garis  vertikal  pada  grafik  menunjukkan  standar  error  (SE)
Gambar  6  Rata-rata  jumlah  cabang  sekunder  jarak  pagar  genotipe  G1,  G2,  G3, dan  IP-3P
Gambar 7 Rata-rata jumlah infloresen bunga pada jarak pagar genotipe G1,  G2,  G3,dan  IP-3P
+3

Referensi

Dokumen terkait

Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran senam lantai guling ke depan yang telah dilaksanakan kurang berjalan secara efektif dikarenakan banyak Faktor yang menjadi

Keterampilan manajemen, artinya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan manajemen mencakup: (a)

Sehingga dari hasil penelitian bermanfaat untuk masyarakat terutama bagi pengelola kebun agroforestri dapat mengetahui pengaruh serangga tanah yang nyata terhadap lahan

microphylla dapat menghasilkan deposisi protein yang lebih baik, dilihat dari massa protein daging, sehingga dapat menunjang produksi telur pada periode selanjutnya.. Ayam

Berdasarkan hasil dari pengujian interaksi antara variabel kepemilikan keluarga dengan variabel corporate governance terhadap tindakan pajak agresif diketahui

harus memberi ruang pengakuan adanya keberagaman kelompok yang menjadi pelaku dan sasaran kebijakan dengan berbagai penilaian mereka atas makna kemanfaatan kebijakan bagi mereka;

Berdasarkan hasil deskripsi penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis mahasiswa calon guru dalam menyelesaikan masalah aljabar berdasarkan

Setelah pengakuan awal, aset keuangan tersebut dicatat pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dan keuntungan dan kerugian