• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakekat Pembelajaran IPA di SD Belajar Menurut Skinner dalam Wisudawati (2014:31) belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakekat Pembelajaran IPA di SD Belajar Menurut Skinner dalam Wisudawati (2014:31) belajar"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1.1.1 Belajar

Menurut Skinner dalam Wisudawati (2014:31) belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar maka responnya baik dan sebaliknya.

Menurut Gagne dalam Suprijono (2011:2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang alamiah. Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4), belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya.

Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel dalam Sutanto (2013 :1-4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun bertindak.

Peristiwa belajar yang disertai proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya dari proses pembelajaran melibatkan peran serta guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal.

(2)

Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti ini secara esensial belum memadai. Perlu anda pahami, perolehan pengetahuan maupun upaya penambahan pengetahuan maupun upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. 2.1.1.2 Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘Science’. Kata ‘Science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘Scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi (Jujun Suriasumartri dalam Trianto, 2013 : 136).

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan luar angkasa, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang zat dunia, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati (dalam Kardi dan Nur, 1994:1)

Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini dikenal dengan nama metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Metode ilmiah inilah merupakan dasar metode yang didalam IPA.

(3)

2.1.1.3 Fungsi IPA di Sekolah Dasar

Dalam kehidupan sehari-hari IPA berfungsi sebagai media untuk menguasai konsep dan manfaat IPA serta memberikan bekal pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

2.1.1.4 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Adapun tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan dimaksudkan untuk :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk mrnghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

2.1.1.5 Standar Kompetensi IPA

Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk

(4)

mata pelajaran IPA yang di tujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas IV Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari

8.1 Mendiskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar seta sifat-sifatnya.

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

2.1.1.6 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2. Benda atau materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik bahasa lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

(5)

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan menjadikan nilai-nilai sebagai strandar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kogntif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemaham, menjelaskan, meringkas, contoh), applicaton (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap manerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor juga meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

Penggunaan model Make a match diharapkan kualitas dan aktivitas pembelajaran akan meningkat sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dan juga akan tersimpan lama karena penggunaan model tersebut bermakna dan

(6)

menyenangkan. Penelitian yang akan dilaksanakan hanya mengukur kemampuan siswa dalam domain kognitif atau pengetahuan dengan pemberian tes tertulis. 2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010:54), faktor-faktor yang mempengarui hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah factor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu.

1. Faktor – Faktor Intern

Faktor intern terdiri tiga faktor yaitu: faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a. Faktor jasmani antara lain : 1) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika seseorang kesehatanya terganggu, selain itu juga ia cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusingngantuk jika badanya lemah atau kelainan – kelainan fungsi inderanya serta tubuhnya.

2) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

(7)

b. Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh factor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

1) Intelegensi / kecerdasan

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko – fisik dalam merefleksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat Intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi individu semakin sulit individu tersebut memperoleh kesuksesan belajar.

2) Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar baik, maka siswa mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang di pelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak belajar dengan sebaik – baiknya karena tidak ada daya tarik lagi baginya.

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan jauh lebih baik.

(8)

5) Motif

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau siswa mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/ menunjang belajar.

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang. Dimana alat–alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Kemajuan baru untuk memiliki kecakapan juga tergantung pada kematangan dan belajar.

7) Kesiapan

Kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan.

c. Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang dapat mempengaruhi belajar, baik secara jasmani maupun rohani (bersifat psikis).

2. Faktor-Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

a. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan keluarga ekonomi, pengertian orang tua, serta latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

(9)

disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya dalam masyarakat.

2.1.3 Model Cooperative Learning tipe Make a Match

2.1.3.1 Pengertian Model Cooperative Learning tipe Make a Match

Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama dengan yang lainnya sebagai satu kelompok. Menurut Johnson & Johnson (1994) “cooperative learning adalah mengelompokan siswa didalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.

Slavin (1995) menyebutkan “cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching)”. (dalam Isjoni, 2011 : 17).

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat digunakan dalam berbagi mata pelajaran dan berbagai usia. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Karena diharapkan dalam pembelajaran IPA terjadi interaksi yang baik antara siswa satu dengan yang lain.

Model pembelajaran kooperatif tipe Make a match (mencari pasangan) merupakan model yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Ciri utama

(10)

model Make a match adalah siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaaan materi tertentu dalam pembelajaran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia (Isjoni, 2010: 78).

Karakteristik model pembelajaran make a match adalah memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain. Pelaksanaan model make a match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut. Siswa yang pembelajarannya dengan model make a match aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat mempunyai pengalaman belajar.

2.1.3.2 Langkah-langkah Penerapan Model Make a Match

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok sesuai review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2) Setiap peserta didik mendapat satu kartu.

3) Tiap peserta didik memikirkan jawaban /soal dari kartu yang dipegang. 4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya (soal jawaban).

5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

7) Kesimpulan/penutup.

2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Make a Match a. Kelebihan model pembelajaran Make A Match

1) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran. 2) Membutuhkan ketelitian dalam menentukan pasangan jawaban. 3) Kerja sama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.

(11)

4) Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa. b. Kekurangan model pembelajaran model Make A Match

1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan pembelajaran.

2) Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa berpasangan dengan lawan jenisnya.

3) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

2.1.3.4 Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Make a Match

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang sudah ditentukan. Tugas utama guru IPA adalah melaksanakan pembelajaran IPA. Proses pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

Dalam mengoptimalkan proses pembelajaran IPA terdapat komponen-komponen penting yang harus dipenuhi. Komponen-komponen-komponen tersebut mulai dari konsep yang akan diformat guru agar bermakna, kesiapan peserta didik dalam mengolah dan mengaplikasikan informasi, hingga penataan lingkungan dalam konteks pelaksanaan pembelajaran IPA.

Konsep IPA untuk sebagian besar peserta didik merupakan konsep yang sulit. Sehingga guru dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran IPA jika dia mampu mengubah pembelajaran yang semula sulit menjadi mudah, yang semula tidak menarik menjadi menarik, yang semula tidak bermakna menjadi bermakna sehingga peserta didik menjadikan belajar IPA adalah kebutuhan bukan karena keterpaksaan. Hal tersebut dapat tercapai jika seorang guru menguasai empat kompetensi tersebut dan mampu melaksanakannya dengan baik. Kemampuan melaksanakan keempat kompetensi tersebut dapat dicapai dengan mempraktikan strategi pembelajaran yang baik dan menarik bagi peserta didik. Misalnya dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif sehingga pembelajaran IPA akan berjalan dengan menyenangkan.

Penerapan model pembelajaran yang inovatif seperti pembelajaran kooperatif tipe Make a match dirasa mampu untuk menjadikan pembelajaran lebih

(12)

bermakna, karena guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya. Pembelajaran Make a match atau mencocokan kartu merupakan salah satu cara atau metode yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran IPA. Dengan Make a match diharap siswa mampu mencocokan kartu yang mereka dapat dengan tepat, kartu dapat berisi gambar, pertanyaan, ataupun jawaban.

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

a. PTK yang disusun oleh Purwanti, Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga tahun 2009 “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Make a Match Dengan Media Gambar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bener 01 Kecamatan Tengaran Tahun Ajaran 2012/2013”

Dalam PTK ini diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran model make a match dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bener 01 Kecamatan Tengaran Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Sebelum tindakan terdapat 10 siswa yang tuntas, pada siklus I terdapat 14 siswa yang tuntas, kemudian pada siklus II terdapat 18 siswa yang tuntas dari keseluruhan jumlah siswa yaitu 19 siswa.”

b. PTK yang disusun oleh Yuliana, Era. Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana tahun 2012 “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make a match Pada Siswa Kelas V SDN Wonomerto 03 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014”

Dalam PTK ini diperoleh kesimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi fungsi organ pencernaan manusia siswa kelas V SDN Wonomerto 03 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan hasil data yang dipeoleh saat kondisi awal

(13)

yaitu hanya 7 siswa atau 35% yang tuntas, lalu pada siklus I meningkat menjadi 15 siswa atau 75% yang tuntas, kemudian pada siklus yang kedua menjadi 18 siswa atau 80% yang tuntas dari seluruh jumlah siswa yaitu 20 siswa.

Berdasarkan dua penelitian diatas dapat dilihat perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Adapun persamaan dalam penelitian ini antara lain : 1) menggunakan model yang sama dalam pembelajaran, yaitu Make a match, 2) mata pembelajaran yaitu IPA, 3) Jenjang pendidikan, 4) berupaya untuk meningkatkan hasil belajar, 5) menunjukkan peningkatan hasil belajar. Sedangkan perbedaan dalam penelitian diatas antara lain : 1) penggunaan media gambar pada peneliti yang pertama, 2) jumlah siswa, 3) kelas atau jenjang pendidikan, 4) SD yang diteliti 5) tahun ajaran. Dengan mengacu penelitian diatas akhirnya peneliti memutuskan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match, karena peneliti melihat penggunaan model pembelajaran Make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA jika diterapkan pada siswa kelas IV SD N Ngrandah 1 Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. 2.3 Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran IPA, salah satu hal yang harus diputuskan oleh guru dalam mengajarkan suatu materi pokok adalah pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan yang akan diajarkan karena peserta didik memiliki karektaristik yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang diberikan guru di kelas. Ada peserta didik memiliki daya tangkap yang cepat dan ada juga yang lambat dalam memahami soal yang di berikan guru.

Menyikapi hal ini penulis menilai perlu diterapkan metode pembelajaran yang baru berbasis Pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) sekaligus menerapkan metode pembelajaran kooperatif melalui Make a match yaitu membagi peserta didik dalam tiga kelompok. Metode tersebut merupakan metode pembelajaran yang membantu peserta didik aktif dalam menemukan konsep materi dengan cara berdiskusi dengan pasangannya sehingga dapat mudah diingat oleh peserta didik karena

(14)

mereka ikut serta dalam menyelesaikan soal dan dapat memahami konsep materi energi. Selain itu juga peserta didik berani mengungkapkan pendapat dan mendorong peserta didik dengan pengetahuanya dapat menerapkannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 Kabupaten Grobogan, Guru perlu menerapkan model pembelajaran Make a match.

(15)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir Kondisi

Awal

Pembelajaran IPA KD : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya

sehari-hari masih konvensional Hasil belajar siswa masih rendah < KKM 70 Tindakan

Menggunakan model Make a match

Langkah-langkah :

1. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

2. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

3. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

4. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya 5. Kesimpulan. Siklus I Hasil belajar siswa meningkat tetapi belum tuntas Kondisi Akhir

Diharapkan hasil belajar 80% siswa meningkat dan

tuntas ≥ KKM 70 Siklus II Hasil belajar meningkat dan tuntas ≥ KKM 70

(16)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang dipaparkan di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut, Pembelajaran menggunakan model Cooperative learning tipe Make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi energi pada siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II tahun ajaran 2015/2016.

Gambar

Gambar 2.1  Skema Kerangka Berfikir Kondisi

Referensi

Dokumen terkait

This indicates that the peak recorded by detector-4 at 14:33:05 hours is not related to any leakage in the exchanger but this peak is due the fact that detector-4 has seen

Keselamatan pasien adalah unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan agar

Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan perhitungan untuk menentukan nilai kebutuhan air tanaman berdasarkan data iklim

Pengaruh kepercayaan Terhadap Niat Beli Kosmetik Maybelline Disurabaya variabel kepercayaan menjadi variabel kedua, berdasarkan uji t yang telah di lakukan oleh

Penyimpangan yang dilakukan oleh para mahasiswa dengan keikutsertaan mereka dalam permainan judi online, dapat terjadi karena terdapat sesuatu yang membuat mereka tertarik

Setelah dilakukan pengujian terhadap return on equity (ROE) maka dapat disimpulkan bahwa sesudah melakukan privatisasi rasio tersebut lebih besar, karena secara

Slično idućem alatu, Clone Stamp Tool, i HB alat radi kopiranje određenog dijela slike.. Vodi računa o bojama te osvjetljenju na

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji