Laporan Hasil Praktikum
SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK
CAHYA MUKHLISA AZDARANI H211 16 308
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
UNIT PELAKSANA TEKNIS-MATA KULIAH UMUM LABORATORIUM KIMIA DASAR/JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa organik adalah senyawa yang terdapat dalam organisme yang sangat bervariasi jumlah atom dan strukturnya. Setiap senyawa ini selalu mengandn karbon sebagai unsur utamanya. Senyawa hidrokarbon kurang (tidak) reaktif, tetapi akan reaktif bila satu atom hidrogen (atau lebih diganti engan gugus
fungsional. Gugus fungsional adalah atom atau kelompok atom yang reaktif (Syukri, 2004).
Nama organik berasal dari kata organisme atau makhluk hidup, karena pada mulanya diduga hanya dapat dibuat oleh organisme. Pada tahun 1928, Friedrich Wholer berhasil mensintetis urea (senyawa organik) dengan memanaskan sianat senyawa anorganik (Syukri, 2004).
Sejak itu banyak dilakukan percobaan untuk membuat senyawa organik. Ternyata senyawa organik selalu mengandung paling kurang satu atom karbon, tetapi kebanyakan berisi beberapa atom karbon yang saling berikatan satu sama lain. Kemudian ada ahli yang menganggap nama senyawa organik kurang tepat, dan mengusulkan gantinya senyawa karbon. Salah satu sifat khas senyawa organik mempunyai rumus dan struktur molekul yang beraneka ragam, bergantung pada jumlah atom karbonnya (Syukri, 2004).
Oleh karena itu, dilakukanlah percobaan ini agar kita dapat mempelajari kelarutan beberapa senyawa organik dan mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara mengetahui beberapa kelarutan senyawa organik ? 2. Bagaimana cara mengetahui beberapa reaksi senyawa organik ?
1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.3.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kelarutan beberapa senyawa organik dan mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.
1.3.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini, yaitu:
1. Mempelajari kelarutan beberapa senyawa organik. 2. Mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.
1.4 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah penentuan kelarutan senyawa organik dengan cara mencampurkan senyawa organik dengan air dan dietil eter dan reaksi-reaksi senyawa organik dengan perubahan yang terjadi setelah ditambahkan dengan zat-zat pengoksidasi.
1.5 Manfaat percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui kelarutan beberapa senyawa organik dan beberapa reaksi senyawa organik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbon hanya salah satu dari unsur yang terdapat dalam sistem periodik, tetapi senyawanya menjadi kelompok besar karena jenisnya banyak sekali. Sampai kini telah diketahui sekitar enam juta senyawa organik, sedangkan senyawa anorganik sekitar 50.000. Hidrokarbon afilatik yang tidak mengandung ikatan rangkap disebut hidrokarbon jenuh (alkana) dan yang mengandung ikatan rangkap disebut hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna). Hidrokarbon siklik yang jenuh disebut sikloalkana (Syukri, 2004).
Alkana sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam alkana mempunyai empat ikatan tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas. Semua elektron terikat kuat oleh kedua atom. Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut juga parafin yang berarti kurang reaktif (Syukri, 2004).
Rumus molekul senyawa alkana bergantung pada jumlah atom C, sedangkan jumlah H ditentukan oleh jumlah C tersebut. Karena atom C bertangan empat dan H bertangan satu, maka rumus alkana beratom C= 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah CH4, C2H6, dan C3H8 (Syukri, 2014).
Senyawa-senyawa organik sintetis biasanya terdiri dari penggabungan kepingan kecil dan sederhana menjadi molekul besar yang kompleks. Untuk membuat sebuah molekul yang mengandung banyak atom, dari molekul-molekul yang mengandung atom lebh sedikit, perlu diketahui bagaimana membuat atau memecah ikatan kimia. Walaupun sintetis urea dari Wohler hanya suatu kebetulan, sintetis dapat leih efektif apabila dilakukan dalam cara-cara yang
terkendali dan rasional, sehingga ketika semua atom tersusun, mereka akan berhubungan satu sama lain dengan benar dab menghasilkan produk yang diinginkan (Hart, 2002).
Dibandingkan dengan sintesis senyawa anorganik, sintesis senyawa organik jauh lebih sukar. Kelahiran kimia organik dinisbahkan pada sintesis urea CO(NH2)2 (suatu senyawa organik umum) dengan memanaskan amonium sianat (senyawa anorganik), pertama dilakukan oleh kimiawan Friedrich Wöhler (1800-1882). Hanya akhir-akhir ini saja desain dan sintesis senyawa yang diinginkan mungkin dilakukan (Takeuchi, 2006).
Reaksi yang digunakan dalam sintesis organik dapat digolongkan menjadi dua golongan :
1. pembentukan ikatan karbon-karbon 2. pengubahan gugus fungsi
Sebagian besar reaksi yang Anda pelajari di sekolah menengah adalah konversi gugus fungsi, seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Bagi bidang sintesis organik pembentukan ikatan C-C dan pengubahan gugus fungsi seperti roda kendaraan. Tidak pantas menanyakan mana yang lebih penting. Berbagai reaksi pembentukan ikatan C-C telah dilaporkan. Berdasarkan gaya dorong reaksinya, reaksi ini dapat digolongkan atas tiga jenis, kondensasi aldol, reaksi Grignard dan reaksi Diels-Alder. Di sini dua yang terakhir yang akan dibahas (Takeuchi, 2006).
Reaksi Grignard Reaksi Grignard ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste Victor Grignard (1871-1935) di tahun 1901. Tahap awal reaksi adalah reaksi pembentukan metilmagnesium iodida, reagen Grignard, dari reaksi antara
alkil halida (metil iodida dalam contoh di bawah ini) dan magnesium dalam dietil eter kering (Takeuchi, 2006).
CH3I + Mg → CH3MgI
Bahwa magnisium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan kabanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbom bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol.. Karena berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat disintesis dengan bantuan reaksi Grignard (Takeuchi, 2006).
Pada saat ini sejumlah senyawa organik yang telah disintetiskan dalam laboratorium-laboratorium penelitian dan oleh industri-industri kimia jauuh lebih banyak daripada yang diisolasi (dipisahkan) dari alam tetumbuhan atu hewan. Ada beberapa alasan pentingnya mensintetis molekul. Pertama, dapat mensintetis produk alam dilaboratorium dengan mudah, dalam jumlah besar dan dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan cara-cara pemisahan dari alam. Contoh senyawa-senyawa yang mula-mula diisolasi dari alam dan sekarang diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial adalah vitamin-vitamin, asam amino, zat-zat warna, dan lain-lain (Hart, 2002).
Tulisan yang diberikan di bagian selingan berikut menyarankan bahwa sukar untuk mendefinisikan “bahan yang murni sempurna”. Cara yang lebih
praktis adalah mendefinisikan selisih dari murni sempurna. Harus ditambahkan bahwa, tanpa metoda yang tepat untuk memperkirakan kemurnian, kita tidak dapat memutuskan keefektifan metoda pemurnian tertentu. Singkatnya, tanpa itu
tidak mungkin diputuskan apakah senyawa tertentu murni atau tidak (Takeuchi, 2006).
Ambil contoh senyawa organik. Sampai pertengahan abad 20, kriteria kemurnian senyawa organik didasarkan atas beberapa percobaan, analisis unsur dan pengukuran sifat fisik seperti titik leleh dan titik didih. Hasil analisis unsur harus sama dengan nilai hasil perhitungan berdasarkan rumus molekul, dan konstanta fisik harus juaga sama dengan nilai yang dilaporkan di literatur (kriteria ini hanya dapat digunakan untuk senyawa yang telah diketahui).
Analisis unsur senyawa organik dilakukan dengan cara sebagai berikut. Sejumlah massa tertentu sampel dibakar dan karbon dioksida dan air yang dihasilkan dijebak dengan absorben yang tepat, dan peningkatan massa absorben kemudian ditentukan. Peningkatan massa absorben diakibatkan oleh karbon dioksida dan air yang diserap. Dari nilai ini jumlah karbon dan hidrogen dalam sampel dapat ditentukan. Metoda pembakaran telah dikenal sejak dulu. Metoda ini telah digunakan oleh Lavoisieur dan secara signifikan disempurnakan oleh Liebig. Metoda modern untuk menentukan jumlah karbon dioksida dan air adalah dengan kromatografi gas bukan dengan metoda penimbangan. Namun, prinsipnya tidak berubah sama sekali (Darni, 2012).
Hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya mengandung unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Beberapa contoh hidrokarbon menurut Prasojo (2011), yaitu:
1. Hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Dengan demikian, semua atom karbon dalam molekulnya mempunyai hibridisasi sp3. Senyawa ke-1 dan ke-3 di atas termasuk hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan rangkap atau ikatan ganda tiga di antara atom-atom karbonnya. Atom karbon yang memiliki sebuah ikatan rangkap dengan tetangganya, mempunyai hibridisasi sp2, sedangkan atom karbon yang memiliki sebuah ikatan ganda tiga, mempunyai hibridisasi sp.
2. Hidrokarbon aromatik sebetulnya juga tak jenuh, tetapi kestabilannya jauh lebih tinggi daripada hidrokarbon tak jenuh, sehingga dimasukkan dalam golongan yang berbeda, yaitu hidrokarbon aromatik. Senyawa ke-4 (benzena).
Senyawa karbon yang hanya mengandung unsur karbon (C) dan hidrogen (H) dikenal sebagai senyawa hidrokarbon. Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, senyawa hidrokarbon dapat digolongkan menjadi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Selain itu, dikenal juga hidrokarbon aromatik. Berdasarkan
kerangka karbonnya, senyawa karbon dapat digolongkan menjadi (Sutrisno dkk., 2005):
1. Senyawa karbon alifatik, yaitu yang memiliki rantai karbon terbuka: lurus ataupun bercabang.
2. Senyawa karbon alisiklik, yaitu yang memiliki rantai karbon tertutup atau melingkar.
3. Senyawa karbon aromatik, yaitu senyawa karbon dengan rantai karbon tertutup yang memiliki kestabilan lebih dibandingkan senyawa karbon alisiklik.
Keragaman senyawa karbon dimungkinkan oleh kemampuan atom-atom karbon itu untuk saling berikatan membentuk rantai atom karbon. Dapat diperhatikan bahwa senyawa karbon alifatik, ada yang jenuh dan tak jenuh. Demikian juga dengan senyawa karbon alisiklik. Selain berdasarkan kerangka karbonnya, senyawa karbon juga biasa digolongkan berdasarkan gugus fungsi yang dimilikinya. Dalam penggolongan ini, dikenal golongan-golongan senyawa alkohol, eter, aldehida, keton, asam karboksilat, ester, amina, dan lain-lain., di
samping alkana, alkena dan alkuna yang termasuk golongan hidrokarbon (Svehla, 1985).
Kereaktifan senyawa karbon berbeda-berbeda bergantung pada berbagai hal, an-tara lain jenis gugus fungsinya, struktur ruangnya, dll. Ada beberapa jenis reaksi kimia kar-bon, antara lain reaksi substitusi (penggantian), adisi
(penambahan), eliminasi (pengurang-an) dan redoks (reduksi-oksidasi) (Svehla, 1985).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah n-heksana, sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, KMnO4 0,1 M, Br2/ CCl4 5 %, dietil eter, parafin
3.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, lampu spritus, kaki tiga, kasa, dan gelas piala.
1.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Kelarutan senyawa hidrokarbon
Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi tabung reaksi (1) dengan 0,5 ml air, dan mengisi tabung reaksi (2) dengan 0,5 ml dietil eter. Ditambahkan setetes demi setetes n-heksana (± 10 tetes) kedalam tabung reaksi (1) dan (2). Dikocok dan diperhatikan kelarutannya kemudian dicatat hasilnya. Diulangi prosedur diatas dengan menggunakan hidrokarbon yang lain.
3.3.2 Mereaksikan hidrokarbon
Disiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi masing-masing tabung reaksi dengan 1 ml n-heksana, sikloheksana, benzen, toluen, parafin, dan etil asetoasetat (sebagai pembanding). Ditambahkan 1 tetes KMnO4 0,1 M. Dikocok dan bila perlu dipanaskan.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang memiliki sifat yang sama dengannya yaitu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nopolar larut dalam pelarut nonpolar. Senyawa-senyawa nonpolar antara lain n-heksana, kloroform dan dietil eter sedangkan senyawa polar yaitu asetaldehid, etanol, aseton, dan akuades.
2. Senyawa organik seperti etanol dan asetaldehida dapat mengalami reaksi oksidasi dengan KMnO4 sedangkan n-heksana dan aseton tidak dapat dioksidasi, kloroform tidak dapat mengalami reaksi subtitusi dengan KI/Aseton, glukosa dapat mengalami reaksi identifikasi dengan fehling A+B dan asam askorbat dapat mengalami reaksi eliminasi dengan I2/betadin.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Saran saya yaitu agar asisten lebih menjelaskan lagi mengenai percobaan yang akan dilakukan.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Saran untuk laboratorium yaitu alat-alat dan bahan yang digunakan untuk praktik usahakan agar tersedia semua agar para praktikum bisa melakuaka semua prosedur percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Dadari, D.W., Dian N., 2012, Analisis Tes Hasil Belajar Siswa Melalui Media Pembelajaran Blog Pada Materi Alkana, Alkena, Dan Alkuna, Unesa
Journal of Chemical Education, 1 (1), 70-75.
Firdiyani, F., Tri W.A., Widodo F.M., 2015, Ekstraksi Senyawa Bioaktif Sebagai Antioksidan Alami Spirulina Platensis Segar Dengan Pelarut Yang Berbeda, Ekstraksi Senyawa Bioaktif sebagai Antioksidan Alami, 18 (1), 28-37.
Hart, 2002, Kimia Organik, Yogyakarta, Omah Ilmu
Mossalamy, 1989, Textbook of Chemical Kinetics, New York, Houghton Company
Murry, Fay, 2006, Chemistry Pearson International Edition, New York, Fifth Edition.
Pitzer, E.W. 2014, Introductory Chemistry, The Ebook Company, New York.
Prezzi, M., Paulo J. M., Monteiro, Garrison S., 1997, The Alkali-Silica Reaction, Part I: Use of the Double-Layer Theory to Explain the Behavior of Reaction-Product Gels, ACI Materials Journal, 94 (1), 10-16.
Syukri. S, 2004, Kimia Dasar, Bandung, Yrama Widya
Lampiran I Bagan Kerja
A. Kelarutan Senyawa Organik
Dimasukkan ke dalam sebuah tabung
Ditambahkan setetes demi setetes larutan n-heksana Di kocok dan diperhatikan kelarutannya (dicatat)
Diulangi prosedur tersebut dengan menggunakan hidrokarbon yang lain
Dimasukkan ke dalam sebuah tabung
Ditambahkan setetes demi setetes larutan n-heksana Di kocok dan diperhatikan kelarutannya (dicatat)
Diulangi prosedur tersebut dengan menggunakan hidrokarbon yang lain
0,5 mL Air
HASIL
0,5 mLDietil eter
B. Reaksi Senyawa Hidrokarbon
Dimasukkan ke dalam enam buah tabung reaksi Kelima tabung tersebut diisi dengan 1,0: n-heksana,
sikloheksana, benzen, toluen, parafin dan etilasetoasetat (sebagai pembanding)
Di kocok dan bila perlu dipanaskan
Diamati dan di catat perubahan yang terjadi
Dimasukkan ke dalam enam buah tabung reaksi Kelima tabung tersebut diisi dengan 1,0: n-heksana,
sikloheksana, benzen, toluen, parafin dan etilasetoasetat (sebagai pembanding)
Di kocok dan bila perlu dipanaskan
Diamati dan di catat perubahan yang terjadi HASIL
KMnO4 0,1 M
HASIL Br2/CCl4 5%