• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang akan dijelaskan oleh penulis untuk mendukung penelitian. Pertama, akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang akan dijelaskan oleh penulis untuk mendukung penelitian. Pertama, akan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka merupakan bagian penting dalam penelitian karena mencakup mengenai teori sebagai landasan dalam penelitian. Pada bab ini terdapat sub bab yang akan dijelaskan oleh penulis untuk mendukung penelitian. Pertama, akan membahas mengenai penelitian terdahulu, Kedua, mengulas definisi dalam penelitian. Ketiga, kerangka teori yang digunakan dalam penelitian.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya agar penelitian dapat terus berkembang. Referensi yang digunakan dari penelitian terdahulu pun beragam baik dari topik yang diambil hingga metode yang digunakan dalam melakukan penelitian tersebut. Adapun tujuan fungsi pokok dari referensi berupa penelitian terdahulu adalah membantu memberikan gambaran untuk penelitian selanjutnya yang memiliki relevansi. Diantara penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah :

1. Agung Saputra Maliah dengan judul “Pengaruh Efektivitas Absensi Finger Print Terhadap Disiplin Pegawai Pada Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan” dalam Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol 13, No.1, April 2016 : 54 – 72.

Hasil dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin baik penggunaan mesin absensi finger print semakin disiplin pegawai akan lebih

(2)

21 baik juga dengan alasan bahwa pegawai yang bersangkutan memiliki tanggung jawab akan instansi dimana pegawai tersebut berada.

2. Hasbullah Helmi dkk, dengan judul “Efektivitas Disiplin Pegawai Terhadap Penerapan Mesin Absensi Sidik Jari Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Balikpapan” dalam Jurnal Administrative Reform, Vol.3 No.2 , April - Juni 2015.

Hasil dari penelitian ini ada beberapa hal yang bisa disimpulkan yaitu, efektivitas disiplin pegawai yang dinilai melalui penerapan mesin absensi sidik jari di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan mampu memberikan gambaran tingkat disiplin pegawai melalui beberapa faktor antara lain, ketepatan waktu masuk kantor dan pulang kantor, mentaati aturan yang berlaku dan tanggung jawab pada tugas dan fungsinya.

3. Moh. Dahlan dan Rita Ariani dengan judul “Efektivitas Absensi Elektronik Terhadap Disiplin Dan Kinerja PNS di Kabupaten Kutai Kartanegara” dalam Jurnal “Gerbang Etam” Balitbangda Kab. Kukar Vol. 11 No. 1 Tahun 2017.

Hasil dari penelitian ini secara deskriptif melalui rating skala penerapan absensi elektronik dapat dikatakan efektif dan secara parametrik disiplin pegawai dan kinerja pegawai yang dibentuk melalui penerapan absensi elektronik tidak berpengaruh signifikan.

4. Nindya Kartika Kusmayati dengan judul “ Pengaruh Motivasi, Pengawasan, Sanksi Dan Penerapan Absensi Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada PT. TIKI Cabang Surabaya” Media Mahardhika Vol. 16 No. 2 Januari 2018

(3)

22 Hasil dari penelitian ini adalah apabila kegiatan motivasi, pengawasan, sanksi dan absensi sidik jari pada PT TIKI Pada waktu bersamaan ditingkatkan maka terjadi peningkatan disiplin kerja karyawan pada PT TIKI. Motivasi berpengaruh dominan terhadap disiplin kerja karyawan pada PT TIKI.

5. Triana Prihatinta dengan judul “Hubungan Tingkat Kehadiran Melalui Penerapan Absensi Finger Print Terhadap Tingkat Disiplin Kerja Karyawan Kontrak Di Politeknik Negeri Madiun” dalam Epicheirisi. Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017

Hasil dari output SPSS tentang besarnya nilai diperoleh koefisien chi square melalui uji chi square diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan tingkat kehadiran/absensi terhadap tingkat disiplin kerja karyawan.

6. Sri Palupi dengan judul “Peranan Pengawasan Dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Di Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kota Surakarta Tahun 2006” Dalam Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa adanya pengawasan dapat menegtahui kekeliruan sedini mungkin dalam pelaksanaan kegiatan. Dengan adanya pengawasan lebih mudah untuk mengetahui kesalaahn pekerjaan sejak awal, sehingga akan memudahkan untuk melakukan perbaikan. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Surakarta adalah pengawasan langsung dan tidak langsung (rutin, berkala, tidak berkala/mendadak), pengawasan yang diterapkan di instansi pemerintahan (pengawasan melekat, pengawasan fungsional dan pengawasan struktural).

(4)

23 No Judul Penelitian Hasil Penelitian Relevansi 1 Pengaruh Efektivitas Absensi Finger Print Terhadap Disiplin Pegawai Pada Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

Hasil dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin baik penggunaan mesin absensi finger print semakin disiplin pegawai akan lebih baik juga dengan alasan bahwa pegawai yang bersangkutan memiliki tanggung jawab akan instansi dimana pegawai tersebut berada. Ada pengaruh signifikan antara efektivitas absensi finger print terhadap disiplin pegawai pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan.

Persamaan :

Pada penelitian ini sama-sama berfokus pada tujuan untuk kedisiplinan karyawan. Perbedaan : Presensi yang digunakan hanya dengan fingerprint. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, Teknik analisis menggunakan analisa kuantitatif yaitu regresi linier sederhana. Uji hipotesis

menggunakan uji t.

2 Efektivitas Disiplin Pegawai Terhadap Penerapan Mesin Absensi Sidik Jari Di Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Balikpapan

Hasil dari penelitian ini ada beberapa hal yang bisa disimpulkan yaitu, efektivitas disiplin pegawai yang dinilai melalui penerapan mesin absensi sidik jari di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan mampu memberikan gambaran tingkat disiplin pegawai melalui beberapa faktor antara lain, Ketepatan Waktu Masuk Kantor dan Pulang Kantor, Mentaati Aturan yang Berlaku dan Tanggung Jawab pada tugas

Persamaan :

Penelitian ini sama-sama menggunakan deskriptif kulitatif dan berfokus pada pemeliharaan disiplin kerja karyawan Perbedaan : Presensi yang digunakan hanya dengan fingerprint. Teknik pengumpulan menggunakan teknik proporsional. Dengan menggunakan sampel.

(5)

24 dan fungsinya. Fakta

menunjukkan bahwa pegawai ketepatan jam masuk dan pulang kantor dimana rata-rata 1 hari hanya 0-1 orang yang terlambat masuk atau pulang kantor mendahului. Pegawai Dinas.

metode analisis data menggunakan model interaktif. 3 Efektivitas Absensi Elektronik Terhadap Disiplin Dan Kinerja PNS di Kabupaten Kutai Kartanegara

Hasi dari penelitian ini secara deskriptif melalui rating skala penerapan absensi elektronik dapat dikatakan efektif dan secara parametrik disiplin pegawai dan kinerja pegawai yang dibentuk melalui penerapan absensi elektronik tidak berpengaruh signifikan. Lemahnya pengaruh displin dan kinerja pegawai melalui penerapan absensi elektronik ditemukan kendala yang dihadapi seperti dari segi alat dan man power yang meliputi tegangan listrik yang tidak stabil alat mudah rusak, operator belum maksimal mengelola absensi elektronik, tidak tersedia teknisi untuk memperbaiki absensi elektronik dan jika ada memerlukan biaya, dan waktu yang tinggi. Selain itu juga kendala disiplin seperti terjadi manipulasi data kehadiran, orientasi mengejar waktu absensi, bukan sarana/memotivasi

peningkatan disiplin pegawai, tidak terjadi pembinaan dan pengawasan terhadap perilaku pegawai dalam berdisiplin.

Persamaan :

Pada penelitian ini sama-sama berfokus kepada pendisplinan karyawan. Perbedaan : Presensi yang digunakan hanya dengan fingerprint. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif melalui kuesioner

(6)

25 4 Pengaruh Motivasi, Pengawasan, Sanksi Dan Penerapan Absensi Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada PT. TIKI Cabang Surabaya

1. Hipotesis pertama diterima, bahwa Motivasi berpengaruh terhadap disiplin karyawan PT TIKI cabang Surabaya.

2. Hipotesis kedua diterima, bahwa Pengawasan berpengaruh terhadap

disiplin karyawan PT TIKI cabang Surabaya.

3. Hipotesis ketiga diterima, bahwa Sanksi berpengaruh terhadap disiplin karyawan PT TIKI cabang Surabaya. 4. Hipotesis keempat diterima, bahwa penerapan absensi finger print berpengaruh terhadap disiplin karyawan PT TIKI cabang Surabaya.

5. Hipotesis kelima ditolak, bahwa pengawasan mempunyai pengaruh dominan terhadap Disiplin karyawan PT TIKI cabang Surabaya

Persamaan :

Pada penelitian ini sama-sama menggunakan pengawasan dalam usaha mendisiplinkan karyawan Perbedaan : Pendekatan yang digunakan kuantitatif, jenis penelitian yang digunakan adalah metode “cross sectional”, selain perbedaan pendekatan, penelitian ini hanya berfokus pada pengawasan presensi. 5 Hubungan Tingkat Kehadiran Melalui Penerapan Absensi Finger Print Terhadap Tingkat Disiplin Kerja Karyawan Kontrak Di Politeknik Negeri Madiun

Hasil dari output SPSS tentang besarnya nilai diperoleh koefisien chi square melalui uji chi square diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan Tingkat

Kehadiran/absensi terhadap Tingkat Disiplin Kerja

Karyawan. Persamaan : Mengkaji masalah kedisiplinan melalui presensi, dengan melihat kehadiran karyawan. Perbedaan : Menggunakan pendekatan kuantitatif, Teknik analisis data menggunakanChi Square . Presensi yang digunakan hanya dengan fingerprint dan penelitian ini dilakukan kepada karyawan kontrak saja.

(7)

26 Berikut tabel penelitian terdahulu yang disertai dengan relevansi dalam penelitian ini :

Tabel 1. Penelitian Terdahulu 6 “Peranan Pengawasan Dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Di Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kota Surakarta Tahun 2006”

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa adanya pengawasan dapat mengetahui kekeliruan sedini mungkin dalam pelaksanaan kegiatan. Dengan adanya pengawasan lebih mudah untuk mengetahui kesalaahn pekerjaan sejak awal, sehingga akan memudahkan untuk melakukan perbaikan. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Surakarta adalah pengawasan langsung dan tidak langsung (rutin,

berkala, tidak

berkala/mendadak),

pengawasan yang diterapkan di instansi pemerintahan (pengawasan melekat, pengawasan fungsional dan pengawasan struktural) Terdapat beberapa hambatan yaitu adanya budaya ewuh pakewuh (segan) dan adanya keterbatasan waktu dalam melaksanakan pengawasan.

Persamaan :

Adanya pengawasan dalam meingkatkan efektivitas kerja, sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.

Perbedaan :

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik snowball.

(8)

27 Sumber : Data Yang diolah 2020

2.2 Definisi Konsep

Dalam Penelitian yang berjudul “Efektivitas Teknologi Absensi Finger Print Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan (Studi Pada Human Resource Management PT Yanmar machinery manufacturing indonesia, kecamatan pandaan ) ” memiliki beberapa definisi konsep yang dijadikan acuan dalam penenlitian, diantaranya :

2.2.1 Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Disebut efektif apabila tercapai tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang relah di tentukan. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.

Robbins dalam Radita (2019:64) memberikan definisi efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi dalam jangka waktu pendek dan jangka panjang, dengan maksud efektivitas merupakan suatu standar pengukur untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas.

(9)

28 Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki seara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang manfaat.

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan melihat antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah di wujdkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan maka hal itu dikatakan tidak efektif. Selanjutnya Husein dan Lubis dalam Radita (2019:66), menyatakan bahwa :” Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi tersebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya”

Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi dengan tiga pendekatan yang dapat digunakan (Radita (2019:67), yaitu :

1. Pendekatan Sumber (resourch approach) yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi

(10)

29 untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.

3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat erhatian ada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

Selain tiga pendekatan diatas, adapun kriteria/atau indikator efektivitas menurut Tangkilisan dalam Agung (2016:57) yaitu:

1. Pencapaian Target, artinya sejauh mana target dapat direalisasikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana pelaksanaan tujuan organisasi dalam mencapai target sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,

2. Kemampuan adaptasi (Fleksibilitas), artinya keberhasilan organisasi dilihat dari sejauh mana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang terjadi baik dari dalam organisasi dan luar organisasi,

3. Kepuasan Kerja, suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota organisasi yang mampu memberikan kenyamanan dan motivasi bagi peningkatan kinerja organisasi. Yang menjadi fokus elemen ini adalah antara pekerjaan dan kesesuai imbalan atau sistem yang diberlakukan bagi anggota organisasi yang berprestasi dan telah melakukan pekerjaan melebihi beban kerja yang ada,

(11)

30 4. Tanggung Jawab, organisasi dapat melaksanakan tanggung jawab yang telah diembannya sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat sebelumnya dan bisa menghadapi serta menyelesaikan masalah yang terjadi dengan pekerjaannya.

2.2.2 Pengawasan Menurut Siagian :

“Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya” ( dalam Jeffri, 2018 : 70 ).

Menurut Soekarno. K, mendefinisikan :

“pengawasan adalah suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan, agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana”

Pengawasan merupakan fungsi penting pada suatu organisasi. Pengawasan bukan merupakan keinginan untuk mencari-cari kesalahan. Pengawasan merupakan tugas untuk membenarkan kesalahan yang terjadi demi tercapainya tujuan organisasi. Tujuan dari pengawasan adalah memastikan pekerjaan sesuai dengan rencana, mencegah adanya kesalahan, menciptakan kondisi agar karyawan bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan, mengadakan koreksi terhadap kegagalan yang timbul, dan memberi jalan keluar atas suatu kesalahan ( Alam, 2007:141) Pengawasan dapat berjalan efektif apabila memperhatikan hal-hal berikut ini ( Alam, 2007 : 142)

(12)

31 a. Jalur/urut-urutan (routing)

Agar pengawasan efektif dan efisien, seorang manajer harus dapat menetapkan jalur atau cara untuk mengetahui dimana sering terjadi kesalahan

b. Penetapan waktu (scheduling)

Seorang manajer yang melakukan pengawasan harus dapat menetapkan kapan sebaiknya tugas pengawasan itu dilakukan. Pengawasan yang terjadwal kadang-kadang kurang efisien dalam menemukan kesalahan karena orang-orang terlebih dahulu bersiap-siap untuk menyembunyikan kesalahan yang dilakukan. Kadang-kadang pengawasan yang dilakukan secara mendadak lebih berguna dibandingkan dengan pengawasan yang terjadwal.

c. Perintah pelaksanaan (dispatching)

Dispatching merupakan prinsip pengawasan berupa perintah pelaksanaan terhadap suatu pekerjaan dengan tujuan agar pekerjaan tersebut dapat selesai tepat pada waktunya. Melalui perintah ini, dapat di hindari suatu pelaksanaan pekerjaan yang terkatung-katung sehingga dapat diidentifikasi siapa yang berbuat salah.

d. Tindak lanjut (follow up)

Jika seorang pimpinan telah dapat menemukan kesalahan, maka dia harus mencari jalan keluar atas kesalahan itu. Memberikan peringatan pada bawahan yang tidak sengaja berbuat salah atau memberi hukuman pada bawahan yang sengaja berbuat salah. Selain itu, pimpinan harus

(13)

32 dapat memberi petunjuk pada bawahan agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi.

Pengawasan atas suatu pekerjaan atau kegiatan dilakukan dengan maksud agar kegiatan tersebut dilaksanakan dan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan pengawasan akan diketahui apakah tujan yang akan dicapai telah dilakukan dengan berpedoman pada rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu atau tidak. Arifin ( dalam Jeffri, 2018:76) mengatakan, maksud diadakan pengawasan adalah :

1) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

2) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

3) Untuk mengetahui apakah kelemahan serta kesulitan-kesulitan dan kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan-perubahan untuk memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.

4) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah tidak dapat di adakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapat efisiensi yang lebih benar.

Dari berbagai rumusan mengenai maksud pengawasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan adalah instrument atau alat yang diadakan atau dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui kendala, hambatan, serta untuk menghindari kesalahan-kesalahan, kecurangan-kecurangan, dan kelalaian-kelalaian dalam penyelenggaraan sebuah

(14)

33 kegiatan, sehingga maksud dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sungguh-sungguh dapat diwujudkan ( Jeffri, 2018:76).

2.2.3 Disiplin Kerja

Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua pertauran perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Menurut Davis dalam Megawati (2007:87), disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Sedangakn menurut Mangkunegara (2004:129), disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam melakukan sesuatu yang telah ditetapkan, dan tidak melakukan dengan hal yang bertentangan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajar dan disiplin kerja.

Disiplin kerja merupakan kemampuan individu secara teratur, terus menerus dan bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi (Amirudin,2019:22) diantaranya : (a) Tujuan dan kemampuan, (b). Teladan pimpinan, (c). Balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (d). Keadilan, (e). Waskat (pengawasan melekat), (f) sanksi hukuman, (g). Ketegasan, (h). Hubungan kemanusiaan.

Selanjutnya menurut Ibrahim ( 2011:95), disiplin kerja adalah sikap patuh terhadap peraturan-peraturan dan norma yang berlaku dalam suatu perusahaan guna meningkatkan keteguhan karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan/organisasi. Disiplin kerja digunakan untuk mendidik karyawan

(15)

34 yang berperilaku tidak taat pada peraturan perusahaan. Disiplin sendiri diartikan sebagai ketersediaan individu yang timbul dengan kesadaran diri dalam mengikuti peraturan-peraturan dalam sebuah organisasi. Menurut Handoko dalam Megawati (2007:167) disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Ada dua tipe kegiatan pendisplinan yaitu preventif dan korektif ( Siagian dalam Prihantoro, 2015:16).

a) Displin Preventif

Disiplin yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para pegawai untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola, sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para pegawai bereperilaku negative. Keberhasilan penerapan disiplin preventif terletak pada pribadi para anggota organisasi. Agar disiplin pribadi tersebut semakin kokoh, paling sedikit tiga hal perlu emndapatkan perhatian manajemen yaitu:

a. Para anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa memiliki organisasi, karena segala logika seorang tidak akan merusak sesuatu yang menjadi miliknya.

b. Para pegawai perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan

(16)

35 dimaksud seharusnya disertai informasi yang lengkap mengenai latar belakang berbagai ketentuan yang bersifat normatif. c. Para pegawai didorong menentuakn sendiri cara-cara

pendisplinan diri dalam rangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh anggota organisasi.

b) Disiplin Korektif

Kedisiplinan yang bersifat korektif adalah jika pegawai yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dieknakan sanksi indisipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi biasanya mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung pegawai yang bersangkutan, ditersukan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pimpinan yang berwenang. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yautu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara objektif dan sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukan.

Disamping faktor objektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dan pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa mendatang dan bukan terutama menghukum seorang karena tindakannya di masa lalu.

(17)

36 Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang melakukan pelanggaran yang serupa. Pihak manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pernyataan diatas kertas. Menurut Siagian dalam Prihantoro (2015:18) bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada suasana :

1. Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan perusahaan

2. Tingginya semangat gairah dan kerja dan inisiatif para pegawai dalam melakukan pekerjaan

3. Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya

4. Berkembangnya rasa memiliki dan solidaritas yang tinggi di kalangan pegawai

5. Meningkatkan efisiensi dan prestasi kerja pegawai

Kedisiplinan waktu kerja diterapkan berdasarkan kesadaran bahwa untuk menyelesaikan setiap pekerjaan maka setiap anggota kelompok perlu mengikuti peraturan tertentu. Kesadaran ini diharapkan dapat dicapai dengan komitmen yang tinggi terhadap kepentingan organisasi agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai harapan. Disiplin terhadap waktu kerja yang kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan agen pengubah perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsisten, adil, bersikap positif dalam membuat suatu komitmen peraturan dalam organisasi perusahaan.

(18)

37 2.3 Kerangka Teori

Teori Struktural Fungsional ( Talcott Parsons)

Kajian Teori ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan dengan tema pembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan fungsional Talcott Parsons dengan kerangka AGIL. Parsons memvisualisasikan organisasi manusia sebagai organisasi yang berisi tiga sistem yang berbeda secara analitis: budaya, sosial dan kepribadian. Parson memandang memandang bahwa simbol budaya (ide, keyakinan, dogma, teknologi, bahasa dan komponen-komponen simbolik lain) dan keadaan kepribadian (motif, kognisi, komitmen dan keterampilan) memengaruhi bagaimana para aktor berinteraksi dalam sistem sosialnya ( Turner & Maryanski, 2010:127).

Transaksi internal dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Gambar 1 Pertukaran Antara Subsistem Fungsional Dalam Sistem Sosial

Sumber:Di adopsi dari Buku Teori Sosiologi Klasik Dan Modern oleh Doyle Paul Johnson

Pada dasarnya, bagan A-G-I-L menunjukkan pada seperangkat empat persyaratan fungsional yang harus dipenuhi oleh sistem sosial (Johnson, 1994 :130 ). Keempatnya adalah sebagai berikut:

a. A-Adaptation, menunjukkan pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungannya. Ada dua dimensi permaslahan yang

Adaptation Goal Attainment

Latent Pattern Integration

(19)

38 dapat dibedakan, pertama harus ada “suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras yang tidak dapat diubah (inflexible) yang datang dari lingkungan (atau kalau menggunakan terminology Parsons yang terdahulu, pada kondisi tindakan). Kedua, ada proses “transformasi aktif dari situasi”. Hal ini meliputi penggunaan situasi yang dapat dimanipulasi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

b. G-Goal Attainment, merupakan persyaratan fungsional yang muncul dari pandangan Parsons bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan-tujuannya. Namun perhatian yang diutamakan bukan tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggota dalam sistem sosial. Dalam salah satu dari kedua hal ini, pencapaian tujuan merupakan sejenis kulminasi tindakan yang secara intrinsik memuaskan, dengan mengikuti kegiatan penyesuaian persiapan. Pada tingkat individu dan sistem sosial ada berbagai tujuan yang diinginkan. Jadi persyaratan fungsional untuk mencapai tujuan harus meliputi pengambilan keputusan yang berhubungan dengan prioritas dari sekian banyak tujuan.

c. I-Integration, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara para anggota dalam sistem sosial. Supaya sistem sosial berfungsi secara efektif sebagai satu satuan, harus ada suatu tingkat solidaritas di antara individu yang termasuk di dalamnya. Masalah integrasi menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang cukup akan menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dikembangkan dan dipertahankan. Ikatan-ikatan emosional ini tidak boleh tergantung pada keuntungan yang diterima atau sumbangan yang diberikan untuk

(20)

39 tercapainya tujuan individu atau kolektif. Kalau tidak, solidaritas sosial dan kesediaan untuk kerja sama akan jauh lebih goyah sifatnya, karena hanya didasarkan pada kepentingan pribadi semata.

d. L-Latent Pattern Maintenance. Konsep latensi (latency) menunjukkan pada berhentinya interaksi. Para anggota dalam sistem sosial apa saja bisa letih dan jenuh serta tunduk pada sistem sosial lainya dimana mungkin mereka terlibat. Karena itu, semua sistem sosial harus berjaga-jaga bilamana sistem sewaktu-waktu kocar-kacir dan para anggotanya tidak lagi bertindak atau berinteraksi sebagai anggota sistem.

Keempat persyaratan fungsional yang fundamental yang digambarkan dalam skema A-G-I-L-nya Parsons, merupakan kerangka untuk menganalisa gerakan-gerakan tahap (phase movement) yang dapat diramalkan. Keempat persyaratan ini berlaku untuk sistem tindakan sosial apa saja. Dimulai dengan munculnya suatu tipe ketegangan,. Suatu ketegangan dapat dilihat sebagai ketidaksesuaian antara keadaaan suatu sistem saat ini dan keadaan yang diinginkan, atau sebagai kurangnya suatu pemuasan yang menyenangkan atau keseimbangan yang semakin berkurang. Ketegangan ini merangsang penyesuaian dari suatu tujuan tertentu serta menggiatkan semangat dorong yang diarahkan ke pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan itu memberikan kepuasan yang bertujuan mengatasi ketegangan atau menguranginya ( Johnson, 1994 :131).

Kaitannya dengan penelitian mengenai efektivitas pengawasan presensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan dapat dijelaskan bahwa sebuah perusahaan merupakan sistem sosial yang di dalamnya memiliki

(21)

40 sebuah budaya dan peraturan, pun sebuah peraturan tidak selalu diindahkan oleh karyawan, sehingga harus dilakukan sebuah adaptation agar karyawan dapat mentaati budaya dan peraturan di dalam perusahan. Dengan adanya pengawasan karyawan menjadi sebuah goal attainment, melalui manajemen sumber daya manusia yang menjadi tanggungjawab divisi human resource management (HRM) maka dapat menjembatani tujuan perusahaan dengan karyawan. Dengan cara integration bahwa dalam sebuah perusahaan perlu ditumbuhkan rasa solidaritas dan rasa saling memiliki agar semakin mudah untuk mencapai tujuan kedisiplinan karyawan. Tak hanya itu saja tetapi keterlibatan semua anggota perusahaan juga sangat penting untuk menjaga keteraturan perusahaan (Laten Pattern Maintenance), adanya antisipasi agar tetap tercipta keteraturan dalam perusahaan, terutama dalam hal kedisplinan.

Gambar

Tabel 1. Penelitian Terdahulu6 “Peranan Pengawasan Dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai  Di  Dinas Pariwisata Seni Dan  Budaya  Kota Surakarta Tahun 2006”
Gambar 1 Pertukaran Antara Subsistem Fungsional Dalam Sistem Sosial

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 5.1 dapat dilihat dari ketiga rasio utama dari Overall Equipment Effectiveness, nilai terkecil adalah Availability dengan demikian melalui penelitian ini dapat

Sedangkan terapi farmakologi meliputi agonis β 2 , kortikosteroid inhalasi, modifier leukotrien, cromolin dan nedokromil, teofilin, serta kortikosteroid oral (Depkes,

Pada penelitian ini, peneliti tertarik mengambil program “Bukan Sekedar Wayang” sebagai subjek penelitian karena program tersebut merupakan program hiburan di

 Memahami keputusan apoteker melakukan pemesanan (jenis dan jumlah) untuk ketersediaan obat dan alkes

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN SIZE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN” (Studi Pada Perusahaan

(1) Para pihak atau salah satu pihak yang bersengketa dapat mengajukan permohonan bantuan untuk penyelesaian sengketa lingkungan hidup kepada lembaga penyedia jasa dengan

Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak ikan patin (Pangasius hypophtalmus) terhadap fungsi kognitif mencit putih (Mus musculus

Namun, untuk memenuhi asas konservatif dalam pencatatan sesuai dengan ketentuan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pada tanggal 30 September 2009, Perusahaan