• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Menurut Kridalaksana (1984:106), konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus berkaitan dengan judul penelitian yang kita kaji. Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu konsep perubahan bunyi, bahasa Proto Austronesia, perbendaharaan fonem bahasa Proto Austronesia, bahasa Jawa, perbendaharaan fonem bahasa Jawa, dan pewarisan linear dan inovasi.

2.1.1 Perubahan Bunyi

Perubahan bunyi merupakan suatu proses dimana bunyi suatu bahasa berubah dari bunyi awal menjadi bunyi lain. Bunyi-bunyi yang berubah secara bertahap bergeser menuju bunyi lain dengan ada yang masih meninggalkan bukti berupa bunyi-bunyi yang sama atau sudah berubah sama sekali menjadi bunyi lain. Macam-macam perubahan bunyi dapat diuraikan dengan berbagai tipe perubahan bunyi yang lebih meneropong kepada perubahan bunyi secara individual, yaitu semata-mata mempersoalkan bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya. Sebaliknya, macam-macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen, atau dalam lingkungan yang lebih luas (Keraf,

(2)

2.1.2 Bahasa Proto Austronesia

Menurut Keraf (1996:29), bahasa Proto adalah bahasa tua yang menurunkan sejumlah bahasa-bahasa yang sekerabat; misalnya bahasa Proto-Austronesia adalah bahasa purba dari bahasa-bahasa Indonesia. Dalam penyebaran bahasa, bahasa Proto mengalami perubahan-perubahan baik itu perubahan bahasa ataupun perubahan dalam pengucapan.

Austronesia dalam definisi umumnya mengacu pada suatu daerah yang dimana bahasa-bahasa Austronesia dituturkan. Daerah tersebut mencakup pulau Taiwan, kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berarti ʽʽKepulauan Selatan” dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berarti ʽʽselatan” dan bahasa Yunani nêsos (jamak:nesia) yang berarti ʽʽpulau” (www.wikipedia).

Parera (1987:122), membagi rumpun bahasa Austronesia ke dalam dua subrumpun yaitu subrumpun Austronesia Barat dan subrumpun Austronesia Timur. Secara detail pembagian subrumpun dan anggota subrumpun terlihat sebagai berikut:

1) Subrumpun Austronesia Barat, terdiri dari: a) Kelompok Malagasi.

b) Kelompok Austronesia Barat Laut dengan anggota: subkelompok Formosa, subkelompok Filipina, subkelompok Chamoro, subkelompok Palau, subkelomok Sangir-Talaud, dan subkelompok Minahasa.

(3)

c) Kelompok Austronesia Barat Daya dengan anggota: subkelompok Sumatra (suku Batak, suku Aceh, suku Melayu), subkelompok Jawa (suku Madura, suku Jawa), suku Kalimantan, suku Borneo, suku Bali-Sasak, suku Gorontalo, suku Tomini, suku Toraja, suku Loinang, suku Banggai, suku Bungku-Mori, suku Sulawesi Selatan, suku Muna-Buton, dan suku Bima-Sumba.

2) Subrumpun Austronesia Timur, terdiri dari:

a) Kelompok Ambon-Timur dengan anggota: suku Sikka-Solor, suku Kedang Alor-Pantar, suku Timor Timur, suku Vaikenu, suku Timor Barat, suku Kupang, suku Seram Timur, suku Seram Barat, dan suku Banda.

b) Kelompok Sula-Bacan dengan anggota: suku Taliabu, suku Sanana, dan suku Bacjan-Obi.

c) Kelompok Halmahera Selatan-Irian Barat.

Dari pembagian yang dilakukan oleh Parera ini, kita dapat melihat bahwa bahasa Jawa merupakan salah satu anggota dari bahasa Austronesia yang bernaung dalam subkelompuk Austronesia Barat Daya. Subkelompok ini merupakan salah satu anggota dari subrumpun Austronesia Barat.

2.1.3 Fonem Vokal dan Konsonan Bahasa Proto Austronesia

Menurut Blust (1978:32), fonem vokal bahasa Proto Austronesia ada empat buah, yaitu */i/, */u/, */ə/, */a/. Fonem vokal PAN dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(4)

Tabel I Fonem Vokal Proto Austronesia (Blust, 1978:32) Posisi Lidah Depan

Tidak bundar Tengah Tidak bundar Belakang Bundar Tinggi *i *u Sedang Rendah *a

Fonem konsonan PAN terdiri atas 23 buah, yaitu */p/, */b/, */m/, */w/, */t/, */d/, */n/, */l/, */T/, */D/, */r/, */s/, */z/, */ñ/, */y/, */c/,*/j/, */k/, */g/, */ŋ/, */R/, */q/, */h/ (Blust, 1978:32). Fonem konsonan PAN dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II Fonem Konsonan Proto-Austronesia (Blust, 1978:32) Tempat Artikulasi

Cara Artikulasi

Bilabial Labiodental Dental/ Alveolar

Palatal Velar Glotal

Hambat Tb *p *t / *T *c *k *q B *b *d / *D *j *g Frikatif Tb *s *h B *z Nasal B *m *n *ñ (ny) *ŋ (ng) Lateral B *l Getar/Tril B * r *R Semivokal B *w *y

(5)

2.1.4 Bahasa Jawa

Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang digunakan oleh penutur asli bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang paling banyak tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Salah satu daerah yang mayoritas penduduknya bersuku Jawa adalah di desa Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Bahasa jawa yang digunakan di desa ini adalah bahasa Jawa yang pada umumnya dipakai dalam komunikasi sehari-hari.

2.1.5 Fonem Vokal dan Konsonan Bahasa Jawa

Menurut Wedhawati (2006:66), fonem vokal bahasa Jawa berjumlah enam buah, yaitu: /i, e, ǝ, a, u, o/. Keenam fonem vokal bahasa Jawa itu terlihat pada tabel berikut.

Tabel III Fonem Vokal Bahasa Jawa (Wedhawati, 2006:66) Posisi Lidah Depan

Tidak bundar Tengah Tidak bundar Belakang Bundar Tinggi i u Madya e ə o Rendah a

Fonem konsonan bahasa Jawa berjumlah 23 buah, yaitu /p/, /b/, /m/, /f*)/, /w/, /t/, /d/, /n/, /l/, /r/, /ṭ/, /ḍ/, /s/, /z*)/, /c/, /j/, /ñ/, /y/,/k/, /g/, /ŋ/, /h /, /?/ (Wedhawati, 2006:74). Fonem konsonan bahasa Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(6)

Tabel IV Fonem Konsonan Bahasa Jawa (Wedhawati, 2006:74)

Tempat Hambat (Tempat Artikulasi)

Cara dihambat (Cara Artikulasi) Semi-vokal Getar (Tril) Geseran (Frikatif) Sampingan Lateral Nasal (Sengau) Hambat Letup Bersuara/tak bersuara B B B TB B B B TB Bilabial m b p Labio-dental w f*) Apiko-dental d t Apiko-alveolar r l n Apiko-palatal ḍ ṭ Lamino-alveolar z*) s Medio-palatal y ñ j c Dorso-velar ŋ g k Laringal h Glotal Stop ?

Catatan: *) Hanya terdapat dalam kata pungutan dari bahasa asing

2.1.6 Pewarisan Linear dan Inovasi

Menurut Keraf (1996:80), pewarisan linear adalah pewarisan sebuah fonem proto ke dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan bunyi, bentuk atau makna fonem protonya. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */rakit/ diturunkan secara linear → /rakit/ pada bahasa Melayu sekarang.

Pewarisan inovasi adalah pewarisan dengan perubahan bunyi yang terjadi bila suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */ikur/ → /ekor/ dalam bahasa Melayu (Keraf, 1996:80).

(7)

2.2 Landasan Teori

Peneliti menggunakan bidang kajian Linguistik Historis Komparatif untuk memaparkan penelitiannya. Teori Linguistik Historis Komparatif muncul pada awal abad ke-18 dan terus berkembang sampai awal abad ke-20. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Franz Bopp yang meletakkan dasar-dasar Ilmu Perbandingan Bahasa. Ia membandingkan akhiran-akhiran dari kata-kata kerja dalam bahasa Sanskerta, Yunani, Latin, Persia, dan German yang diterbitkan dalam tahun 1816. Kemudian, teori ini terus berkembang dengan tokoh-tokohnya, antara lain: Jacob Grimm (1787-1683), Lehman (1972), Hock (1988), Byon (1979).

Linguistik Bandingan Historis atau Linguistik Historis Komparatif adalah suatu cabang dari ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Linguistik Historis Komparatif dalam mempelajari data-datanya diambil dari suatu bahasa atau lebih, yang sekurang-kurangnya dalam dua periode. Selanjutnya, data itu diperbandingkan secara cermat untuk memeroleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa itu (Keraf, 1996:22).

Adapun teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah macam-macam perubahan bunyi yang dibedakan dari tipe perubahan bunyi. Keraf (1996:90) membagi perubahan-perubahan bunyi menjadi beberapa macam, antara lain:

(8)

1) Metatesis merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa pertukaran tempat dua fonem. Contohnya, bahasa Austronesia Purba */kǝtip/ → /petik/ dalam bahasa Melayu ‘petik’.

2) Aferesis merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada awal sebuah kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba */hatay/ → */ate/ dalam bahasa Polinesia Purba ‘hati’. 3) Sinkop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah

fonem atau lebih di tengah kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba */iya/ → */ia/ dalam bahasa Polinesia Purba ‘dia’.

4) Apokop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata. Contohnya, bahasa Polinesia Purba */kǝlut/ → */kolu/ dalam bahasa Austronesia Purba ‘kerut’.

5) Protesis merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada awal kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba */nitu/ → */hanitu/ dalam bahasa Polinesia Purba ‘arwah’.

6) Epentesis merupakan proses perubahan bunyi yang berupa penambahan sebuah fonem atau lebih di tengah kata. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */kapak/ → /kampak/ dalam bahasa Melayu ‘kampak’.

7) Paragog merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */tulak/ → */tulaki/ dalam bahasa Polinesia Purba ‘menolak’.

(9)

Selain kedua teori di atas, dalam penelitian ini digunakan juga teori pewarisan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa yang dilihat dari perubahan sebuah fonem proto ke dalam fonem-fonem bahasa kerabat yang berlangsung dalam beberapa macam tipe (Keraf, 1996:79), antara lain:

1) Pewarisan linear adalah pewarisan sebuah fonem proto ke dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan bunyi, bentuk atau makna fonem protonya. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */ikan/ diturunkan secara linear → /ikan/ pada bahasa Melayu sekarang (Keraf, 1996:80).

2) Pewarisan inovasi adalah pewarisan dengan perubahan bunyi yang terjadi bila suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */lamuk/ → /ɳamuk/ dalam bahasa Melayu sekarang ‘nyamuk’ (Keraf, 1996:80).

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari) (KBBI, 2011:574). Sedangkan pustaka adalah kitab atau buku (KBBI, 2011:397). Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul penelitian yang kita kaji. Berikut beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul penelitian ini:

Ranabrata (1991) dalam bukunya yang berjudul ʽʽ Refleks Fonem Proto-Austronesia Bahasa Sunda”. Beliau menetapkan bahwa makna bahasa Sunda dan makna induknya (Proto Austronesia) masih banyak diturunkan, kurang lebih 80% kosa kata Proto Austronesia menunjukkan kognat dengan bahasa Sunda. Ini

(10)

Simanjorang (2004) dalam skripsinya mengkaji tentang ʽʽRefleksi Fonem dan Leksikon Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Karo”. Penelitian ini membahas tentang perubahan bunyi fonem vokal dan konsonan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Karo dengan menggunakan metode cakap dengan teknik pancing dan teknik cakap semuka untuk mengumpulkan data secara lisan. Sedangkan untuk mengumpulkan data secara tertulis digunakan metode simak dengan teknik sadap. Dalam penelitian ini, ditunjukkan bagaimana cara membedakan perubahan bahasa Proto Austronesia dengan merefleksikan bunyi vokal dan bunyi konsonan dalam bahasa Karo yang dikaji dengan menggunakan Linguistik Historis Komparatif.

Siregar (2010) dalam tesisnya meneliti tentang ʽʽ Beberapa Perubahan Bunyi Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Mandailing dan Bahasa Batak Toba”. Dalam penelitian ini, dia menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membandingkan perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Batak Mandailing dan bahasa Batak Toba, di antaranya: konsep perubahan bunyi, syarat-syarat lingkungan, dan pendekatan dari atas ke bawah (top down approach) serta dengan menggunakan metode padan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT terjadi secara linear dan inovasi dengan menggunakan kajian Linguistik Historis Komparatif. Distribusi perubahan fonem vokal PAN *a, *i, *u dalam BBM dan BBT mempunyai distribusi yang lengkap yaitu fonem PAN *a, *i, *u berubah dalam BBM dan BBT pada posisi awal, tengah dan akhir. Sedangkan perubahan fonem vokal PAN *ǝ dalam BBM dan BBT tidak pernah terjadi pada posisi akhir.

(11)

Sari (2011) dalam tesisnya meneliti ʽʽRefleksi Fonem Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Aceh dan Bahasa Melayu Dialek Langkat”. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep untuk dasar analisisnya, yaitu konsep perubahan bunyi dan pendekatan dari atas ke bawah (top down approach) dengan menggunakan metode padan. Hasil analisis penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya refleksi fonem proto Austronesia dalam BA dan BMDL, baik refleksi langsung dari PAN yang tetap sebagai retensi maupun yang telah mengalami inovasi bentuk. Refleksi retensi PAN dalam BA terdapat pada vokal *a, *i, *u dan *i. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *a berubah bentuk menjadi tiga vokal baru, yaitu /u/, /o/, dan /i/. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *i berubah bentuk menjadi empat vokal baru, yaitu /u/, /e/, /o/, dan /E/. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *u berubah bentuk menjadi tiga vokal baru, yaitu /e/, /o/, dan /E/. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *i berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu /a/. Refleksi retensi PAN dalam BMDL terdapat pada vokal *a, *i, *u dan *i. Refleksi inovasi PAN dalam BMDL pada vokal *u berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu /O/. Refleksi inovasi PAN dalam BMDL pada vokal *i berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu /a/.

Gambar

Tabel I Fonem Vokal Proto Austronesia (Blust, 1978:32)  Posisi Lidah  Depan
Tabel III Fonem Vokal Bahasa Jawa (Wedhawati, 2006:66)   Posisi Lidah  Depan
Tabel IV Fonem Konsonan Bahasa Jawa (Wedhawati, 2006:74)  Tempat Hambat

Referensi

Dokumen terkait

Ekstraksi bakteri dari sampel media pembawa berupa bagian tanaman (rimpang, umbi, stek, akar, daun dan lain-lain) dapat dilakukan dengan metode yang sesuai untuk

Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD sebagaimana

Pengaruh dosis radiasi sinar gamma terhadap persentase hidup tunas Nepenthes pada umur dua bulan setelah perlakuan (atas) dan umur lima bulan pasca perlakuan pada

Analisis Kandungan Protein Terlarut Daun Kedelai Edamame (Glycine max (L.) Merr) Hasil fermentasi Oleh Aspergillus niger.. Noni Anwar

– Cantumkan semua attribute dari relationship R sebagai attribute biasa dalam skema relasi – Primary key dari S biasanya berupa kombinasi dari semua FK yang terbentuk di atas.

Kontras lainnya adalah bahwa penganut teori struktural fungsional melihat anggota masyarakat terikat secara informal oleh nilai-nilai, norma-norma, dan moralitas

baru yaitu Datum Geodesi Nasional (DGN-95). Datum ini ditentukan dengan pengamatan GPS dan menggunakan ellipsoid referensi WGS-84. Berkaitan dengan batas maritim, Datum