BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV
ANALISIS STRUKTUR
4.1. Pembebanan
a. Beban Mati ( DL)
Berat sendri pelat = 0.12 x 2400 kg/m3 = 288 kg/m2
Berat Spesi = 3 x 21 kg/m2/cm = 63 kg/m2 Penutup lantai (Granit) = 2 x 24 kg/m2/cm = 48 kg/m2 Pelafond + Pengantung = 7 + 11 = 18 kg/m2
= 417 kg/m2
b. Beban hidup (LL) untuk lantai gedung perkantoran, alpartemen (PPI
untuk Gedung 1983) = 250 kg/m2
c. Pembebanan lantai untuk ruang mesin Lift ( h = 0.12 m ) 1. Beban Mati ( DL)
Berat sendri pelat = 0.12 x 2400 kg/m3 = 288 kg/m2 Berat Spesi = 3 x 21 kg/m2/cm = 63 kg/m2 Penutup lantai (Granit) = 2 x 24 kg/m2/cm = 48 kg/m2 Pelafond + Pengantung = 7 + 11 = 18 kg/m2
= 417 kg/m2
2. Beban hidup (LL) untuk lantai ruang lift dan sejenisnya ( PPI
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.2. Perencanaan Awal ( Preliminary Design ) Profil Balok dan Kolom
4.2.1. Profil Balok
Pembebanan yang bekerja pada struktur diasumsikan sebagai berikut : Beban Mati ( DL ) = 417 kg/m2
Beban Hidup ( LL ) = 250 kg/m2 Kombinasi Pembebanan = 1.2 DL + 1.6 LL
= 1.2 ( 417 ) + 1.6 ( 250 ) = 900.4 kg/m1 = 0.9 t/m2
Dari pembebanan tersebut diperoleh harga gaya dalam dan momen maksimum sebagai berikut :
Gaya lintang Vu = ½ Wu x l = ½ 0.9 x 2.65 = 1.192 ton
Momen, Mu =1/8 Wu x l2 = 1/8 0.9 x 2.652 = 0.790 ton M Tegangan Lentur σ1 = W M ≤ σ ijinl W ≥ W l M ijin ≥ 1600 79000= 49,375 cm3
Dicoba profil WF 200x150x6x9, dengan Wx = 277 cm3 ; Wy = 67.6 cm3 data profil adalah sebagai berikut :
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Data profil WF 200x150x6x9, yang digunakan dalam desain, sebagai berikut :
Tinggi Profi, H = 19.4 cm; Lebar Profil, B = 15 cm
Tebal Flens, tf = 0.9 cm; Tebal Web, tw = 0.6 cm
Tinggi Web, h = 19.4 – ((2x0.9) + (2x1.3)) = 15 cm
Luas Profil, A = 39 cm2; Jari-jari Profil, r = 1.3 cm
Momen Inersia, Ix = 2690 cm4 ; Iy = 507 cm4 Momen Tahanan, Wx = 277 cm3; Wy = 67.6 Jari – jari Inersia, rx = 8,3 cm ; 3.61 cm Desain terhadap lentur
1. Periksa Pengaruh Tekuk Lokal
Menentukan kuat lentur nominal penampang modulus penampang plastis ditentukan sebagai berikut :
Zx = ( B x tf ) ( H- tf )+ tw ( ½ H – tf ) ( ½ H – tf )
= (15x0.9) (19.4–0.9) + 0.6 (½x19.4 – 0.9) (½x19.4–0.9) = 301.087 cm2
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Maka momen lentur plastis dapat ditentukan sebagai berikut : Mp = Zx x Fy
Mp = 301.087 x 2400
Mp = 722608.8 kgcm = 7.226 tonM
Periksa kelangsingan penampang Pelat sayap λf = 5.769 3 . 1 2 15 2t x B f λp = 10.973 240 170 170 y f λf < λp = Penampang kompak Pelat Badan λw = 25 6 . 0 15 w t h λp = 108.444 240 1680 1680 y f λw < λp = Penampang kompak
Karena λ < λp maka Mn = Mp, maka Mn = 7.226
Dengan demikian cek momen lentur penampang dapat ditentukan sebagai berikut
Mu ≤ Φ Mn 0.79 ≤ 0.9 x 7.226
0.79 ≤ 6.503 tm = Penampang Kuat 2. Periksa Pengaruh Tekuk Lateral
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Menentukan batas bentang pengekang lateral : Lb = 2650 mm Lp = 1.76 x ry x x x mm f E y 126 . 1834 240 10 2 1 . 36 76 . 1 5 Lr = ry 1 1 2 L2 L l X f f X Dimana, fL = fy – fr = 240 – (0.3x240) =168 Mpa G = Mpa u E 76923.08 ) 3 . 0 1 ( 2 200000 ) 1 ( 2 J = 3 3 1Bt
=
3 150 2 9 63 3 1 9 150 3 2x x x x J =82404 mm4 X1= 2 3900 82404 08 . 76923 200000 10 277 2 3 x x x x EGJA Wx X1 =17823.15 lw ≈ ly x
10 2 4 2 10 519 . 2 4 9 150 10 507 4 x x x t h f X2 = 4 4 10 2 3 10 507 10 519 . 2 82404 08 . 76923 10 277 4 x x x x x I I x GJ W y w x X2 = 3.795 x 10-5Dengan demilian Lr dapat ditentukan sebagai berikur ;
Lr = ry 1 1 1 2 L2 L f X f X
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Lr = 36.1 1 1 3.795 10 51682 168 15 . 17823 x Lr = 5981.361 mm
Diperoleh nilai Lp < Lb < Lr , maka ;
Mn = Cb
p b r b r r p r M M LL LL M M Cb = 2.3 3 4 3 5 . 2 5 . 12 max max MA MB MC M M Cb =
1.04 ) 722 . 0 3 ( ) 79 . 0 4 ( ) 722 . 0 3 ( ) 79 . 0 5 . 2 ( 79 . 0 5 . 12 x x x x x Mr = Wx (fy - fr) = 277 ( 2400 – ( 0.3 x 2400 )) = 4.653 tm Mn = 1.04 ) 834 . 1 981 . 5 ( ) 65 . 2 981 . 5 ( ) 653 . 4 226 . 7 ( 653 . 4 Mn = 6.988 tm < Mp = 7.22Karena Mn < Mp, maka Mn diambil 6.988 tm
Dengan demikian cek momen lentur penampang dapat ditentukan sebagai berikut :
Mu ≤ Φ Mn 0.79 ≤ 0.9 x 6.988
0.79 ≤ 6.289 tm = Penampang Kuat Desain Terhadap Kuat Geser Vu = 1.192
1. Cek Kelangsingan Penampang λw =
w
th = 6 25 150
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
kn = 5 +
2500150
5.018 5 5 5 2 2 h a fy E k t h 1.10 n 132 . 71 240 200000 018 . 5 10 . 1 10 . 1 x fy E kn 25 < 71.132 = OK2. Menentukan kuat geser nominal pelat badan
Karena fy E k t h 1.10 n , maka Vn = 0.6 fy Aw Vn = 0.6 x 2400 x ( 15 x 0.6 ) = 12960 kg = 12.960 ton Cek kuat geser pelat badan
Vu ≤ Φ Vn
1.192 ≤ 0.9 x 12.96
1.192 ≤ 11.664 tm = Penampang Kuat
Jadi dari perhitungan yang dilakukan seperti diatas, maka Balok WF 200 x 150 x 6 x 9 digunakan.
4.2.2. Profil Kolom
Untuk batang – batang yang direncanakan terhadap tekan, angka perbandingan kelangsingan dibatasi :
200 min r Lk 200 min k L r
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
200 4000 min r 20 min r Dicoba WF 500 x 200 x 9 x 14
Data profil yang digunakan sebagai berikut :
Data profil WF 500x200x9x14, yang digunakan dalam desain, sebagai berikut :
Tinggi Profi, H = 49.6 cm; Lebar Profil, B = 19.9 cm
Tebal Flens, tf = 1.4 cm; Tebal Web, tw = 0.9 cm
Tinggi Web, h = 49.6 – ((2x1.2) + (2x2)) = 42.8 cm
Luas Profil, A = 101.3 cm2; Jari-jari Profil, r = 2 cm
Momen Inersia, Ix = 41900 cm4 ; Iy = 1840 cm4 Momen Tahanan, Wx = 1690 cm3; Wy = 185 cm3 Jari – jari Inersia, rx = 20.3 cm ; 4.27 cm
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
200 min r Lk 200 20 400 200 200 ... OK
Jadi dari perhitungan yang dilakukan seperti diatas, maka profil WF 500 x 200 x 9 x 14 dapat digunakan sebagai kolom.
1. Untuk Balok menggunakan Profil WF 200x150x6x9 2. Untuk Kolom menggunakan Profil WF 500x200x9x14
Selanjutnya, Geometri struktur, Spesifikasi matrial dan hasil perhitungan pembebanan tersebut diatas dimasukkan kedalam program SAP 2000 sehingga akan diperoleh hasil analisis struktur sesuai dengan aturan perencanaan yang ditetapkan.
4.2.3. Perhitungan Berat Struktur Gedung ( Wt ), Massa, dan Titik Pusat Massa per-Lantai
Perhitungan berat bangunan dilakukan dengan menjumlahkan beban – beban mati yang bekerja pada masing-masing struktur lantai bangunan. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan semua kolom diganti dengan gaya terpusat dimana kolom tersebut berada. Pada salah satu titik dipasang tumpuan jepit untuk mengetahui joint reaksi tiap lantai yang merupakan total berat dari tiap lantai yang bersangkutan.
Perhitungan berat struktur dilakukan dengan menggunakan program SAP2000 dengan cara sebagai berikut :
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Menghilangkan semua kolom dan diganti dengan beban terpusat (joint loads) pada joint di mana kolom tersebut berada
Mengganti beban dinding dengan beban merata (distributed loads) sepanjang balok (frame) sebesar
Memasukkan semua beban reaksi dari perletakan tangga, beban reaksi dari balok pengatrol dan balok perletakan mesin lift
Memasukkan beban mati pada pelat lantai sebagai beban bidang(Area loads) pada masing-masing lantai
Setiap lantai diberi satu perletakan jepit
Melakukan run analysis pada SAP2000
Selanjutnya output berat tiap lantai struktur dan besarnya momen tiap lantai didapat dari hasil Joint Reactions analisa SAP2000 yang disajikan dengan tabel 4.9. sebagai berikut :
Tabel 4.9. Berat dan momen per-lantai gedung
Join OutputCase F3 M1 M2 Text Text Kgf Kgf-m Kgf-m 3 COMB 1 6434.357 2655.728 -2604.803 37 COMB 1 5293.162 1713.143 -1612.981 46 COMB 1 5117.559 1516.149 -1371.369 69 COMB 1 4826.602 1638.494 -1638.335 85 COMB 1 4532.842 1591.149 -1591.328 98 COMB 1 4532.842 1591.146 -1591.328 102 COMB 1 4532.842 1591.146 -1591.328 130 COMB 1 4675.879 1550.205 -1549.856 160 COMB 1 4675.879 1550.204 -1549.856 179 COMB 1 4988.544 1595.178 -1595.015 191 COMB 1 4643.288 1583.972 -1612.262
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Selanjutnya dihitung jarak pusat massa (Ex dan Ey) serta besarnya massa per-lantai gedung. Koordinat massa tiap-tiap per-lantai dihitung dari titik tumpuan jepit, adapun hasil hitungannya disajikan dalam tabel 4.10.
Tabel 4.10. Berat dan pusat Massa per-lantai Gedung
Berat My Mx Ey Ex g Massa kg kg-m kg-m m m m/dtk2 kg.dtk/m Lantar Dasar 6434.357 2655.728 -2604.8 16.177 -15.867 9.8 656.567 Lantai 1 5293.162 1713.143 -1612.98 15.997 -15.995 9.8 540.1186 Lantai 2 5117.559 1516.149 -1371.37 18.149 -15.994 9.8 522.1999 Lantai 3 4826.602 1638.494 -1638.34 15.997 -15.995 9.8 492.5104 Lantai 5 4532.842 1591.149 -1591.33 15.997 -15.995 9.8 462.5349 Lantai 6 4532.842 1591.146 -1591.33 15.997 -15.995 9.8 462.5349 Lantai 7 4532.842 1591.146 -1591.33 15.997 -15.995 9.8 462.5349 Lantai 8 4675.879 1550.205 -1549.86 15.996 -15.995 9.8 477.1305 Lantai 9 4675.879 1550.204 -1549.86 15.996 -15.995 9.8 477.1305 Lantai 10 4988.544 1595.178 -1595.02 15.997 -15.995 9.8 509.0351 Lantai 11 4643.288 1583.972 -1612.26 15.746 -16.034 9.8 473.8049 Lantai
Untuk melakukan analisa dinamik digunakan model massa terpusat (lump mass model). Dengan menggunakan model ini massa dari suatu lantai bangunan dipusatkan pada titik berat lantainya dengan cara memasang balok anak untuk menyalurkan gaya gempa ke balok induk dan kolom. Besarnya beban massa pada titik berat per-lantai gedung didefinisikan pada SAP2000 pada menu Assign, Joint, Masses,Coordinate system (global) pada saat perencanaan struktur portal. Masssa yangdiberikan untuk arah x dan arah y adalah sama 100%.
4.2.4. Properties Penampang
Pembangunan Struktur Lift Menara Bidakara 2 direncanakan dari baja dengan dimensi penampang sebagai berikut :
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Profil Berat (kg/m') Kolom WF 500x200x9x14 79.5 Balok WF 200x150x6x9 30.6 Desain Ulang Item
4.2.5. Faktor Keutamaan Struktur (I)
Menurut SNI Gempa 2002, pengaruh Gempa Rencana harus dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan (I) menurut persamaan :
I = I1.I2
I1 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur rencana dari gedung.
I2 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur rencana dari gedung tersebut.
Fungsi bangunan Gedung Apartemen Berlian adalah sebagai gedung perkantoran sehingga sesuai dengan tabel 2.4 maka nilai I = 1
4.2.6. Faktor Reduksi Gempa (R)
Disain gedung apartemen berlian direncanakan sebagai sistem rangka pemikul momen menengah (SRPMM) dimana sistem struktur gedung direncanakan sebagai sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap.
Dimana beban lateral akibat gempa dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. Sistem struktur gedung direncanakan dengan sistem daktail parsial, dihitung dengan rumus:
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
R = 3.1,6 = 4,8
dimana nilai faktor daktilitas dan faktor reduksi tersebut tidak melebihi ketentuan di dalam tabel 2.6. point 3 sub 2 sebagai berikut :
Faktor daktilitas struktur bangunan gedung ( μm ) = 3,3
Faktor Reduksi Gempa ( Rm ) = 5,5 4.2.7. Kombinasi Pembebanan
Pada kombinasi Pembebanan ini beban yang harus diperhitungkan bekerja pada struktur adalah :
Comb 1 : 1,2 DEAD + 1,6 LIVE
Comb 2 : 1,2 DEAD + 0,5 LIVE + 0,2083 RS1 + 0,0625 RS2
Comb 3 : 1,2 DEAD + 0,5 LIVE + 0,0625 RS1 + 0,2083 RS2 Dimana :
RS1 = Respon Spektrum arah x RS2 = Respon Spektrum arah y Dead = beban mati
Live = beban hidup
I = faktor keutamaan struktur R = faktor reduksi beban gempa
I/R = 1/(4,8) .100% = 0,2083 distribusi beban gempa 100% I/R = 1/(4,8) . 30% = 0,0625 distribusi beban gempa 30%
Faktor live load boleh direduksi menjadi 0,5 karena ruangan-ruangan yang digunakan mempunyai live load kurang dari 500 Kg/m². Kombinasi
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
pembebanan tersebut didefinisikan di dalam SAP2000 pada menu Define dan Combinations.
4.2.8. Faktor Respon Gempa (C)
Berdasarkan SNI 03-1726-2002, Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun. Bidakara 2 berada pada wilayah gempa 3.
Kondisi tanah dasar, berdasarkan perhitungan kondisi tanah dasar di atas, adalah tanah lunak. Sehingga, faktor respon gempa di wilayah gempa 3 dengan kondisi tanah dasar lunak adalah seperti yang disajikan dalam table 4.15 di bawah ini:
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Nilai koef gempa (C) diambil berdasarkan gambar 4.15. di bawah ini sesuai dengan kurva untuk jenis tanah lunak (C=0,75/T)
Gambar 4.15 Spektrum Respon Gempa Rencana untuk Wilayah Gempa 3 Spektrum respon gempa harus didefinisikan dalam SAP2000 terlebih dahulu yaitu dengan mengubah tipe analisa beban pada Analysis Case Type, yang semula Linear Static menjadi Response Spectrum pada menu Define, Function, dan Response Spectrum. Adapun input di SAP2000 menjadi :
Tabel 4.16. Analysis Case Data
Waktu getar fundamental struktur perlu dibatasi agar struktur tidak terlalu flexible. Di dalam SAP2000 digunakan Analisis modal atau eigenvalue untuk mengetahui
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
perilaku dinamis suatu struktur bangunan sekaligus periode getar alami. Parameter yang mempengaruhi analisa modal adalah massa bangunan dan kekakuan lateral bangunan. Untuk mendefinisikan waktu getar dari struktur yang akan ditinjau didalam perhitungan dilakukan sebagai berikut :
Dari menu Define, pilih Analysis Case dan Modal. Pada Type Of Modes pilih Eigen Vektor.
Untuk membuat model massa terpusat dari struktur maka joint-joint yang terdapat pada suatu lantai harus dikekang (constraint), agar joint-joint ini dapat berdeformasi secara bersama-sama pada saat lantai yang bersangkutan mendapat pengaruh gempa. Hal ini didefinisikan di dalam SAP2000 pada menu Assign, Joint, dan Constraint.
4.2.9. Referensi Perhitungan
Sebelum memulai perhitungan, perlu ditetapkan terlebih dahulu referensi perhitungan strukturnya. Di Indonesia, kita memakai Standard Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2002) untuk perhitungan struktur beton, yang mengadopsi dari ACI (American Concrete Institude) 318-99, sehingga pada Preferences SAP2000 perlu diubah pada box Phi (bending-tension) menjadi 0,8 dan nilai pada box Phi (Shear) menjadi 0,75
4.2.10. Hasil Perhitungan
Setelah mendefinisikan semua variabel yang diperlukan maka program SAP2000 siap dijalankan (Run Analysis).
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.2.10.1. Analisa Modal dan Pembatasan Waktu Getar Fundamental Struktur Dari hasil perhitungan modal analysis dengan SAP2000 diperoleh periode getar struktur sebagai berikut :
Tabel 4.17. Modal Periods and Frequencies
Tabel 4.18. Modal Loads Participation Ratios
Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar struktur dibatasi berdasarkan wilayah gempa menurut SNI 03 – 1726 – 2002
T < ξ . n dimana :
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
n = Jumlah tingkat gedung ξ = Koefisien pembatas
Tabel 4.19. Koefisien ξ yang membatasi waktu getar alami Fundamental struktur gedung
Sehingga waktu getar fundamental yang dibatasi untuk struktur gedung Apartemen Berlian Jakarta adalah :
T < ξ . n T < 0,18 x 12 T < 2,16 detik
Dari hasil perhitungan SAP2000 menunjukan waktu getar fundamental maksimum adalah :
Ty maks = 2,0681 detik < 2,16 detik (ok) Tx maks = 2,0665 detik < 2,16 detik (ok)
Sehingga struktur dapat dinyatakan sudah cukup kaku.
Dari hasil Modal Load Participation untuk arah x sebesar 93,279 % dan y sebesar 92,445 %, menunjukan nilai yang sudah memenuhi sesuai dengan
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
ketentuan batas SNI 03 – 1726 – 2002 yaitu faktor partisipasi massa ragam efektif minimum sebesar 90 %.
4.2.10.2 Analisa Nilai Akhir Respon Dinamik Struktur
Menurut pasal 7.1.3 SNI 03 – 1726 – 2002, nilai akhir respon dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respon ragam pertama.
V ≥ 0,8.V1 dimana : t W R I C V1 . .
V1= gaya geser dasar respon ragam pertama C = spektrum Respon sesuai wilayah kegempaan I = faktor keutamaan struktur
R = faktor reduksi gempa Wt= berat bangunan
Tabel 4.20. Rekapitulasi nilai Base Reactions dari SAP2000
Maka dilakukan evaluasi untuk gempa arah-y : Ty = 2,0681 detik
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Ty = 2,0681 detik diperoleh nilai 0.3627 0681 , 2 75 . 0 C
Sehingga gaya geser dasar respon ragam pertama arah-y : kg V .125150,045 9456,65 8 , 4 1 . 3627 , 0 1 0,8xV1 = 0,8.9456,65 = 7565,32kN Dari nilai Base Reaction Diperoleh :
Fy = 33 701,815 kN > 7 565,32 kN ( Memenuhi Syarat ) Evaluasi gempa arah-x :
Tx = 2,0665detik
Dari kurva Spektrum Respon wilayah gempa 3 – tanah lunak: Tx = 2,0665 detik diperoleh nilai 0.3629
0665 , 2 75 . 0 C
Sehingga gaya geser dasar respon ragam pertama arah-x : kg V .125150,045 9462,71 8 , 4 1 . 3629 , 0 1 0,8xV1 = 0,8.9462,71 = 7570,169kN Dari nilai Base Reaction Diperoleh :
Fx = 33 701,579 kN > 7 570,169 kN ( Memenuhi Syarat )
Berdasarkan evaluasi diatas menunjukan analisa respon dinamik memenuhi syarat yang ditentukan pasal 7.1.3 SNI 03 – 1726 – 2002 yaitu gempa rencana dalam suatu arah tidak kurang dari 80% nilai respon ragam pertama. 4.2.10.3 Kinerja Batas Layan
Kinerja batas layan bangunan ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya peretakan pada
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
bangunan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidak-nyamanan penghuni. Untuk menghitung persyaratan kinerja batas layan maka dalam segala hal simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan bangunan tidak boleh melampaui :
h R ijin 0,03
dimana :
δijin = simpangan antar tingkat yang diijinkan R = faktor reduksi gempa
h = tinggi tingkat yang besangkutan
Besarnya nilai deformasi mode 1 simpangan arah y disajikan pada tabel 4.21. sedangkan deformasi mode 2 simpangan arah x disajikan pada tabel 4.22.
Tabel 4.21. Simpangan Arah-y
Tinggi Simpangan (U1) Simpangan δijin
(cm) arah x (cm) antara tingkat (cm) (cm)
11 400 0.0014 0.0001 3.3750 ok 10 400 0.0013 0.0001 2.8125 ok 9 400 0.0012 0.0000 2.8125 ok 8 400 0.0010 0.0002 2.8125 ok 7 400 0.0009 0.0001 2.8125 ok 6 400 0.0008 0.0001 2.8125 ok 5 400 0.0006 0.0002 2.8125 ok 3 400 0.0005 0.0001 2.8125 ok 4 400 0.0004 0.0002 2.8125 ok 2 400 0.0003 0.0002 2.8125 ok 1 400 0.0001 0.0001 3.7500 ok Dasar 400 0.0000 0.0000 2.5000 ok Lantai Keterangan
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.22. Simpangan Arah-x
Tinggi Simpangan (U1) Simpangan δijin
(cm) arah x (cm) antara tingkat (cm) (cm)
11 400 0.0014 0.0001 3.3750 ok 10 400 0.0013 0.0000 2.8125 ok 9 400 0.0012 0.0000 2.8125 ok 8 400 0.0010 0.0002 2.8125 ok 7 400 0.0009 0.0001 2.8125 ok 6 400 0.0008 0.0001 2.8125 ok 5 400 0.0006 0.0002 2.8125 ok 3 400 0.0005 0.0001 2.8125 ok 4 400 0.0004 0.0002 2.8125 ok 2 400 0.0003 0.0002 2.8125 ok 1 400 0.0001 0.0001 3.7500 ok Dasar 400 0.0000 0.0000 2.5000 ok Lantai Keterangan
Dari hasil analisa simpangan antar tingkat menunjukan bahwa simpangan antar tingkat dari struktur jauh lebih kecil dari pada simpangan yang diijinkan sehingga kinerja struktur bangunan ini memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
4.3. Analisa Struktur 4.3.1. Pemodelan Struktur
Model struktur merupakan portal 3 ( tiga ) dimensi yang digambarkan dalam arah ( X, Y, Z ) dengan pengambaran elemen balok dan kolom dengan menggunakan peletakan jepit
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.2 Model Struktur X – Y Plane
Gambar 4.3 Denah Struktur 4.3.2. Pembebanan Struktur
Kombinasi pembebanan yang dipakai dalam anlisa pembebanan struktur ini berdasarkan Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung ( SNI 03-1729-2009)
4.3.2.1 Beban Mati (DL) dan Beban Hidup (LL)
Karena bentang arah X dan arah Y sama, maka pola pembebanan untuk beban mati dan beban hidup yang bekerja pada balok merupakan beban nerata dengan pola pembebanan segitiga. Besar beban yang diperhitungkan seperti yangtelah dihitung pada Bab IV yaitu :
Beban Mati (DL) : KOLOM 1 KOLOM 2 KOLOM 4 KOLOM 5 KOLOM 3 KOLOM 1 KOLOM 2 KOLOM 3 KOLOM 4 KOLOM 5
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Beban mati pada lantai, DL = 417 kg/m2 = 0.417 t/m2 Beban Hudup (LL) :
Beban hidup pada lantai, LL = 250 kg/m2 = 0.25 t/m2
Pola pembebanan plat dianggap terdistribusi seperti amplop pada balok sehingga beban balok sama besar berupa bebab segitiga sama kaki ( lihat Gambar 4.3 )
Gambar 4.4 Distribusi beban plat pada balok
Dalam program SAP 2000, besar equivalen yang bekerja pada tiap balok dalam struktur gedung telah dihitung secara otomatis pada saat proses memasukkan beban pada setiap portal.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.7 pola pembebanan pada balok 4.3.3. Gaya – Gaya dalam Akibat Kombinasi Pembebanan
Pembebanan kombinasi disini hanya 1 yaitu 1.2DL + 1.6LL
Gaya – gaya dalam yang ditinjau dari kombinasi pembebanan ini adalah gaya aksial, gaya geser dan momen serta reaksi pada peletakan. Portal yang ditinjau adalah portal yang mengalami gaya dalam dan momen terbesar yaitu pada portal arah – Y.
Diagram Gaya Aksial pada portal arah – Y kombinasi 1.2DL+1.6LL :
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Gaya Aksial Akibat Beban Kombinasi Diagram gaya geser pada arah – Y akibat beban kombinasi
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Dasar -27817.700 -32630.126 -34764.147 -1817.257 -1834.657 1 -25426.352 -29172.273 -31056.385 -1953.641 -2588.156 2 -22996.111 -25817.652 -27441.483 -1978.247 -3247.475 3 -20567.097 -22596.797 -24021.048 -2217.974 -3273.067 4 -18174.464 -19529.857 -20729.119 -1831.045 -3176.322 5 -14560.837 -16569.926 -17549.606 -4449.883 -2724.985 6 -12148.301 -13685.330 -14608.347 -3781.643 -2427.689 7 -9700.379 -10877.739 -11600.194 -3112.488 -1988.278 8 -7255.068 -8115.928 -8651.998 -2413.937 -1488.159 9 -4809.199 -5391.567 -5753.734 -1688.565 -932.665 10 -2346.464 -2679.652 -2845.628 -986.255 -832.395 Gaya Aksial (kg) Lantai
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.7 Gaya Geser Akibat Beban Kombinasi
Besarnya nilai Gaya Geser dari diagram diatas dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5
Dasar 132.970 198.451 210.807 -58.831 -69.747
1
236.430 347.906 370.799 -115.222 -139.822
2
202.904 289.813 305.957 -144.517 -151.966
3
169.087 260.363 274.524 -168.311 -168.894
4
92.634 229.707 246.961 -178.671 -190.904
5
98.003 208.861 223.638 -196.824 -209.243
6
197.626 193.733 204.246 -211.814 -224.649
7
161.150 181.307 188.540 -223.875 -237.239
8
162.679 172.768 176.880 -233.641 -246.597
9
151.250 159.882 164.054 -236.366 -258.730
10
200.490 204.158 207.823 -279.898 -304.134
Gaya Geser (kg)
Lantai
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.8 Momen Akibat Beban Kombinasi
Besarnya nilai Gaya Momen dari diagram diatas dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Dasar -81.575 -59.586 -25.236 -728.825 -54.898 1 -172.962 -117.586 -20.053 -228.438 -51.777 2 -169.025 -127.458 -8.948 -337.728 -76.563 3 -153.735 -111.715 24.707 -308.859 -248.778 4 -130.482 -83.296 58.169 -443.952 455.499 5 -218.579 -178.104 13.587 -3234.576 -1.659 6 -259.205 -235.466 82.006 110.212 -408.559 7 -223.224 -199.904 -42.221 -217.185 28.520 8 -230.402 -212.600 -15.156 -134.342 -20.717 9 -230.603 -211.710 -12.968 -158.256 -24.357 10 -259.167 -242.016 -17.049 -171.292 -31.268 GayaMomen (kg meter) Lantai
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.4. Cek Desain Elemen Struktur dari analisa Program SAP 2000
Setelah dilakukan perhitungan analisa dan desain struktur dengan menggunakan Program SAP 2000, diperoleh hasil analisa dan desain dengan profil yang akan cukup aman digunakan, berikut ini dilakukan contoh perhitungan desain elemen struktur dengan menggunakan data hasil analisa program SAP 2000
4.4.1. Profil Balok
Dari hasil analisa dengan menggunakan program SAP 2000, dengan meninjau balok tengah pada lantai 11 arah- Y, diperoleh harga gaya dalam dan momen maksimum sebagai berikut :
Gaya lintang, Vu = 1.652 ton
Momen, Mu = 1.949 ton meter
Data profil WF 200x150x6x9 yang digunakan dalam desain, sebagai berikut :
Tinggi Profi, H = 19.4 cm; Lebar Profil, B = 15 cm
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tinggi Web, h = 19.4 – ((2x0.9) + (2x1.3)) = 15 cm
Luas Profil, A = 39 cm2; Jari-jari Profil, r = 1.3 cm
Momen Inersia, Ix = 2690 cm4 ; Iy = 507 cm4 Momen Tahanan, Wx = 277 cm3; Wy = 67.6 Jari – jari Inersia, rx = 8,3 cm ; 3.61 cm Desain terhadap lentur
2. Periksa Pengaruh Tekuk Lokal
Menentukan kuat lentur nominal penampang modulus penampang plastis ditentukan sebagai berikut :
Zx = ( B x tf ) ( H- tf )+ tw ( ½ H – tf ) ( ½ H – tf )
= (15x0.9) (19.4–0.9) + 0.6 (½x19.4 – 0.9) (½x19.4–0.9) = 301.087 cm2
Maka momen lentur plastis dapat ditentukan sebagai berikut : Mp = Zx x Fy
Mp = 301.087 x 2400
Mp = 722608.8 kgcm = 7.226 tonM
Periksa kelangsingan penampang Pelat sayap λf = 5.769 3 . 1 2 15 2t x B f λp = 10.973 240 170 170 y f λf < λp = Penampang kompak
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pelat Badan λw = 25 6 . 0 15 w t h λp = 108.444 240 1680 1680 y f λw < λp = Penampang kompak
Karena λ < λp maka Mn = Mp, maka Mn = 7.226
Dengan demikian cek momen lentur penampang dapat ditentukan sebagai berikut
Mu ≤ Φ Mn
1.949 ≤ 0.9 x 7.226
1.949 ≤ 6.503 tm = Penampang Kuat 2. Periksa Pengaruh Tekuk Lateral
Menentukan batas bentang pengekang lateral : Lb = 2650 mm Lp = 1.76 x ry x x x mm f E y 126 . 1834 240 10 2 1 . 36 76 . 1 5 Lr = ry 1 1 2 L2 L l X f f X Dimana, fL = fy – fr = 240 – (0.3x240) =168 Mpa G = Mpa u E 76923.08 ) 3 . 0 1 ( 2 200000 ) 1 ( 2
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
J = 3 3 1Bt
=
3 150 2 9 63 3 1 9 150 3 2x x x x J =82404 mm4 X1= 2 3900 82404 08 . 76923 200000 10 277 2 3 x x x x EGJA Wx X1 =17823.15 lw ≈ ly x
10 2 4 2 10 519 . 2 4 9 150 10 507 4 x x x t h f X2 = 4 4 10 2 3 10 507 10 519 . 2 82404 08 . 76923 10 277 4 x x x x x I I x GJ W y w x X2 = 3.795 x 10-5Dengan demilian Lr dapat ditentukan sebagai berikur ;
Lr = ry 1 1 1 2 L2 L f X f X Lr = 36.1 1 1 3.795 10 51682 168 15 . 17823 x Lr = 5981.361 mm
Diperoleh nilai Lp < Lb < Lr , maka ;
Mn = Cb
p b r b r r p r M M LL LL M M Cb = 2.3 3 4 3 5 . 2 5 . 12 max max MA MB MC M M Cb =
1.04 ) 722 . 0 3 ( ) 79 . 0 4 ( ) 722 . 0 3 ( ) 79 . 0 5 . 2 ( 79 . 0 5 . 12 x x x x x Mr = Wx (fy - fr) = 277 ( 2400 – ( 0.3 x 2400 )) = 4.653 tm
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Mn = 1.04 ) 834 . 1 981 . 5 ( ) 65 . 2 981 . 5 ( ) 653 . 4 226 . 7 ( 653 . 4 Mn = 6.988 tm < Mp = 7.22
Karena Mn < Mp, maka Mn diambil 6.988 tm
Dengan demikian cek momen lentur penampang dapat ditentukan sebagai berikut :
Mu ≤ Φ Mn
1.949 ≤ 0.9 x 6.988
1.949 ≤ 6.289 tm = Penampang Kuat Desain Terhadap Kuat Geser
Vu = 1.652 ton
3. Cek Kelangsingan Penampang λw = w th = 6 25 150 kn = 5 +
2500150
5.018 5 5 5 2 2 h a fy E k t h 1.10 n 132 . 71 240 200000 018 . 5 10 . 1 10 . 1 x fy E kn 25 < 71.132 = OK4. Menentukan kuat geser nominal pelat badan
Karena fy E k t h 1.10 n , maka Vn = 0.6 fy Aw
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Vn = 0.6 x 2400 x ( 15 x 0.6 ) = 12960 kg = 12.960 ton Cek kuat geser pelat badan
Vu ≤ Φ Vn 1.652 ≤ 0.9 x 12.96 1.652 ≤ 11.664 tm = Penampang Kuat Periksa Lendutan ijin tot EIx l q 384 4 300 600 2690 ) 10 2 ( 384 65 . 2 896 6 4 x x x x 300 600 2690 ) 10 2 ( 384 265 96 . 8 6 4 x x x x cm cm 2 021 . 0
... Lendutan Memenuhi syarat kekuatan Kesimpulan dari hasil desain balok terhadap momen lentur dan kuat geser
Cek terhadap momen lentur didapat : Mn
Mu
Cek terhadap kuat geser didapat : Vn
Vu
Jadi dari perhitungan yang dilakukan diatas diperoleh hasil besar momen lentur dan kuat geser yang terjadi akibat beban terfaktor yang ditinjau menghasilkan nilai yang jauh lebih kecil dari pada momen lentur nominal dari kondisi batas yang di perhitungkan, sehigga untuk cek momen lentur dan kuat geser elemen struktur balok ini memenuhi persyaratan keamanan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.4.2. Profil kolom
Hasil analisa dengan menggunakan program SAP 2000 pada kombinasi pembebanan pada kolom 3 lantai dasar dengan nilai gaya aksial terbesar adalah sebagai berikut :
Gaya Aksial, Nu = 34764.147 kg = 34.764 ton Data profil yang digunakan sebagai berikut :
Data profil WF 500x200x9x14, yang digunakan dalam desain, sebagai berikut :
Tinggi Profi, H = 49.6 cm; Lebar Profil, B = 19.9 cm
Tebal Flens, tf = 1.4 cm; Tebal Web, tw = 0.9 cm
Tinggi Web, h = 49.6 – ((2x1.2) + (2x2)) = 42.8 cm
Luas Profil, A = 101.3 cm2; Jari-jari Profil, r = 2 cm
Momen Inersia, Ix = 41900 cm4 ; Iy = 1840 cm4 Momen Tahanan, Wx = 1690 cm3; Wy = 185 cm3 Jari – jari Inersia, rx = 20.3 cm ; ry = 4.27 cm
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Faktor panjang tekuk untuk kedua ujung batang dengan tumpuan jepit berdasarkan SNI 03 – 1729 – 2002, Nilai kc = 0.5 sehingga :
xL k lk c 4000 5 . 0 x lk cm mm lk 2000 200
1. Periksa Kelangsingan Penampang 107 . 7 4 . 1 2 9 . 19 2 x t b f f 973 . 10 240 170 170 y p f p f
Kelangsingan komponen tekan
200 100 2 200 r lk
2. Menentukan nilai tegangan kritis 852 . 9 3 . 20 200 x k x rl 838 . 46 27 . 4 200 y k y rl E f r l y y k c 1 516 . 0 2000000 2400 27 . 4 200 1 c
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Untuk 0.25 < c<1.2 maka c 67 . 0 6 . 1 43 . 1 14 . 1 ) 516 . 0 67 . 0 ( 6 . 1 43 . 1 67 . 0 6 . 1 43 . 1 x c 2 / 26 . 2105 14 . 1 2400 kg cm f f y cr
3. Menentukan nilai kuat tekan nominal
ton x
xf A
Nn g cr 101.3 2105.26213262.83 cek kolom terhadap kuat lentur :
n u N N 262 . 213 9 . 0 764 . 34 x ton 93 . 191 764 . 34 ... Penampang Kuat
Jadi dari perhitungan yang dilakukan seperti diatas, Profil WF500x200x9x14 dapat digunakan sebagai kolom.
4.5. Perencanaan sambungan
C B
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.5 Sambungan A ( Balok dan kolom )
Gaya geser akibat beban terfaktor, Vu = 14010,17 N Momen akibat beban terfaktor, Mu = 10272140,38 Nmm
Jenis baut yang digunakan,
Tipe baut : A-325 Tegangan tarik putus baut,
fu
b = 825 MPa Diameter baut
d = 16 mm
Jarak antara baut,
a = 50 mm
Jarak baut ke tepi plat a’= 42 mm
Jumlah baut dalam satu baris,
nx = 2 bh
Jumlah baris baut,
ny = 4 baris
Dicoba menggunakan plat penyambung
Tegangan leleh plat, fy = 240 MPa
Tegangan tarik putus plat, fup = 370 MPa
Lebar plat sambung, b = 170 mm
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Mencari letak garis netral
Lebar plat penyambung ekivalen sebagai pengganti baut tarik
Lebar efektif plat penyambung
Tinggi plat penyambung
Momen statis luasan terhadap garis netral :
1 h-x Tu a/2 a a a a a a a/2 b b' x h 2 3
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Tegangan pada baut
Tegangan tekan pada sisi bawah plat penyambung :
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
C. Perhitungan kuat tarik nominal baut Gaya tarik yang ditahan 1 baut teratas :
Tahanan tarik nominal 1 baut :
D. Perhitungan kuat geser nominal baut Gaya geser yang ditahan 1 baut :
E. Perhitungan kuat tumpu nominal baut
F. Cek terhadap kombinasi geser dan tarik Syarat yang harus dipenuhi :
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.6 Perencanaan Angkur
Data berdasarkan pada perencanaan plat dasar kolom :
Momen max (Mu) = 81.575 kgm
Gaya geser (Vu) = 132.970 kg
Gaya Aksial (Nu) = 27817.70 kg
Tegangan leleh baja (fy) = 240 Mpa
Tegangan putus (Fu) = 370 Mpa
Dimensi Plat = - Lebar (b) = 240 mm - Panjang (p) = 540 mm - tebal plat (tb) = 15 mm Data rencana angkur baut :
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Luas baut (Ab) = 200.96 mm2
Jumlah baut tarik (nt) = 2 Buah Jumlah baut tekan (nc) = 2 Buah Tegangan putus baut (fub) = 825 Mpa
Digunakan fu = 370 Mpa
1. Menentukan letak garis netral
Jarak vertikal baut (g) = 540 mm
g xd x 2 4 / 1 . 2 44 . 17 144 20 4 / 1 . 2 2 xx 199 75 . 0 x b 25 .. 145 b ) ( 2 1 ) ( 2 1 . x b h x h x x ) 496 ( 2 1 ) 496 ( 25 , 145 2 1 . 44 , 17 x x x x 63,905x2 – 72044 + 17866912 Diperoleh : x = 248
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
h – x = 496 – 248
= 248 mm
2. Menentukan tegangan lentur yang terjadi
x x h ) .( 1 248 ) 248 496 .( 1 1 . 1 u M x h x h b x x ( ) 3 2 ) ( . 2 1 3 2 . . 2 1 1 1 81575 ) 248 496 ( 3 2 ) 248 496 ( 25 . 145 . 2 1 ) 248 ( 3 2 ). 248 ( 44 , 17 . 2 1 1 1 81575 66 , 2977818 5 , 357543 1 1 024 . 0 16 , 3335362 81575 1 1 3 1 024 , 0 . 1 3 024 , 0 3 x s x ) .( 1 2 022 , 0 248 ) 20 248 .( 024 , 0 2
3. Menentukan gaya – gaya yang terjadi
fub = 370 Mpa
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Ab = 4 4d =200.96 mm2 fu = fub , jika fub < fup fu = fup , jika fup < fub
karena fup = fub , maka digunakan fu = 370 Mpa 4. Gaya tarik maksimum yang terjadi pada baut :
Jadi gaya yang dipikul baris baut teratas yang paling besar
2 . . g Tu 022 . 0 540 44 , 17 x x Tu kg Tu 207,18
Gaya yang dipikul satu baut pada garis teratas : kg T Tu u 103,59 2 1 1
Kuat tarik rencana satu baut adalah : kg A f T Td n 0,75. ub. b 12841.34 Syarat Tu Tn Jadi 103,59 kg ≤ 12841,34 kg a. Gaya yang terjadi pada angkur
Gaya tarik pada angkur kg
Put1 697436
Gaya tarik masing-masing angkur
n P
P ut
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
kg
Put 174359
4 697436
1
b. Gaya geser pada masing – masing angkur nc nt V V u ut1 kg Vut1 1322.922 33.24 m A f r f Vd ..1. ub. b. 1 96 , 200 8250 4 , 0 75 , 0 .V x x x x f n kg V f. n 497376 Syarat : Vut1 f.Vn kg kg 497376 24 , 33
c. Gaya tumpuan yang terjadi
n V V u u kg Vu 57804 33,24 tp f db f Rd p u . . . . 4 , 2 15 3700 20 75 , 0 4 , 2 .R x x x x f n 1998000 .Rn f Syarat : Vut1 f.Rn kg kg 1998000 24 , 33
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
m f f r A n V f b u b u uv . 1. . . 1 8250 75 , 0 4 , 0 96 . 200 4 97 . 132 x x x x fuv kg kg fuv 0.16 2475 b u t xf f 0,75 8250 75 , 0 x ft kg ft 6187,5 , 807 1 Mpa f f2 621Mpa 2 2 1 r .f f f ft uv Mpa 6210 83 , 48 . 5 , 1 8070 5 , 6187 Digunakan ft 6187,5kg b t d f f A T . . 96 , 200 5 , 6187 75 , 0 .T x x f n kg T f. n 932301,56 kg n Tu 62,155 4 62 , 248 Syarat : Tnu Td kg kg 932301,56 155 , 62 ...ok
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.7. Perbandingan Desain Existing dan Desain Ulang 1. Desain Existing
Item Profil (kg/m')Berat per lantai Panjang (m') Jumlah per Lantai Jumlah Lantai Berat keseluruhan (kg) A B C D E F CxDxExF Kolom WF 300x300x10x15 94.0 4 8 11 33,088.00 Balok WF 300x150x6,5x9 2.65 6 12 7,002.36 2.15 11 12 10,415.46 1.55 5 12 3,413.10 53,918.92 36.7 Total Berat : 2. Desain Ulang
Item Profil Berat
(kg/m') Panjang per lantai (m') Jumlah per Lantai Jumlah Lantai Berat keseluruhan (kg) A B C D E F CxDxExF Kolom WF 500x200x9x14 79.5 4 8 11 27,984.00 Balok WF 200x150x6x9 2.65 6 12 5,838.48 2.15 11 12 8,684.28 1.55 5 12 2,845.80 45,352.56 30.6 Total Berat :
Dari kedua data diatas desain existing dan desain ulang dengan dimensi : Desain Existing :
Kolom WF 300x300x10x15 total berat = 33088 kg Balok WF 300x150x6,5x9 total berat = 20830,92 kg
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Total keseluruhan = 53918.92 kg
Desain Ulang :
Kolom WF 500x200x9x14 total berat = 27984 kg Balok WF 200x150x6x9 total berat = 17368.56 kg
Total keseluruhan = 45352.56 kg
Desain Existing – Desain Ulang = 53918,92 - 45352,56 = 8566,36 kg Dari data diatas dapat disimpulkan desain existing – desain ulang mengalami efisiensi sebanyak 8566,36 kg