• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI DOMINANSI HEMISFER OTAK DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR. Gusti Ayu Dewi Setiawati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORELASI DOMINANSI HEMISFER OTAK DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR. Gusti Ayu Dewi Setiawati"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI DOMINANSI HEMISFER OTAK DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Gusti Ayu Dewi Setiawati

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mahasaraswati Denpasar Email: dewisetiawatigustiayu@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan keterampilan berbicara antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Maharasaraswati Denpasar. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IIIA dan IIIB yang mengambil Mata Kuliah Berbicara II. Data dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dua jenis instrumen, yaitu instrumen dominansi hemisfer otak, dan instrumen keterampilan berbicara yang akan diuji dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan SPSS 17 for Windows. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan (P = 0,026 dan 0,025 < 0,05) antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri. Koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan yaitu 0,537 dan 0,525 mempunyai maksud, korelasi antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa termasuk korelasi yang kuat serta searah dan positif.

Kata Kunci : dominansi hemisfer otak, keterampilan berbicara

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the differences of students' speaking skills between the dominant right-brain use and the dominant left brain use students’. This research is a quantitative correlation. The population of this study was all students of the Indonesian and Literature Education Study Program of Maharasaraswati Denpasar University. The sample in this study was the students of IIIA and IIIB semester on Speaking II Course. The data in this study was measured using two types of instruments, namely brain hemisphere dominance instrument, and speaking skills instrument will be tested by using the formula Pearson Product Moment Correlation with SPSS 17 for Windows. The results of this study are as follows; there is a significant difference in the speaking skills (P = 0.026 and 0.025 <0.05) between the dominant right-brain use and the dominant left brain use students’. The correlation coefficient obtained through a calculation that 0.537 and 0.525 are intentions, the correlation between dominance hemispheres of the brain with the students’ speaking skills, including a strong correlation as well as the positive direction.

(2)

PENDAHULUAN

Ada berbagai faktor yang harus dimiliki pebelajar yang menentukan hasil belajarnya. Salah satu faktor yang penting adalah keterampilan berbicara. Idealnya, semakin terampil pebelajar dalam mengungkapkan ilmunya secara lisan, maka semakin baik prestasi akademiknya. Selain penting untuk menunjang hasil belajar, keterampilan berbicara juga memiliki peranan sosial bagi kehidupan manusia (Elvaretasari, 2014).

Terdapat kaitan antara belahan atau hemisfer otak dengan keterampilan berbicara. Secara teoritis, kosakata yang dimiliki oleh seseorang berasal dari struktur kognitif pada hemisfer otak kiri sedangkan kemampuan berbicara yang baik dan benar sangat dipengaruhi oleh hemisfer otak kanan. Umumnya setiap orang memiliki kecenderungan untuk dominan pada salah satu hemisfer otak saja, baik itu kanan atau kiri. Dominasi hemisfer otak dapat terjadi karena dipengaruhi oleh lingkungan seseorang, misalnya: sistem pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat (Yohanes, 2012). Sehingga semakin lama berada pada lingkungan tersebut dapat mempengaruhi kemampuan berbicara seseorang. Dengan mengetahui fenomena ini, seorang pendidik dapat membantu melengkapi kekurangan pebelajar serta meningkatkan keterampilan berbicara yang dimilikinya.

Memang tidak mudah dalam mengetahui karakteristik dari hemisfer otak yang dominan dalam pembelajaran, hal ini identik dengan bagaimana mengetahui gaya belajar apa yang dimiliki seorang pebelajar. Namun, dengan mengetahui karakteristik dari hemisfer otak yang dominan di dalam pembelajaran akan sangat mempermudah guru di dalam memberikan model, metode, strategi, ataupun pendekatan yang tepat kepada pebelajar guna memperoleh prestasi yang baik. Sebaliknya apabila guru salah mendiagnosis kemampuan pebelajar, justru akan menghambat potensi belajar yang ada pada dirinya. Sejalan dengan fenomena tersebut, Hayati (2007) menambahkan, selama ini pola pendidikan yang ada di Indonesia masih berorientasi pada pengembangan otak kiri saja, sementara pengembangan otak kanan kurang mendapat porsi yang penting. Padahal perkembangan otak kanan sangat diperlukan, hal ini didasari oleh fakta bahwa dalam otak kanan terdapat kecerdasan emosional yang justru lebih banyak menentukan keberhasilan hidup seseorang.

Otak kanan berperan dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ) Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan, terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, menyanyi, kreatifitas, khayalan, berpikir lateral, tidak terstruktur, melukis, warna, dan cenderung tidak memikirkan hal yang terlalu mendetail sehingga daya ingat otak kanan bersifat long term memory. Namun sebaliknya, otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan, menulis, sistematis, rapi, analitis, linier, tahap demi tahap dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Bagian otak ini merupakan pengendalian Intelligence Quotient (IQ) sehingga daya ingat otak kiri bersifat short term memory.

Mahasiswa merupakan pebelajar di tingkat perguruan tinggi yang sangat memerlukan keterampilan berbicara. Mahasiswa memerlukan keterampilan berbicara untuk menghadapi segala bidang kegiatan kampus. Bahkan, pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester III terdapat Mata Kuliah Berbicara II yang sangat menuntut kemampuan berbicara mahasiswa. Namun dalam mata kuliah tersebut, umumnya dosen pengajar tidak melakukan diagnosis awal terhadap faktor atau variabel lain yang mungkin berpengaruh

(3)

terhadap keterampilan berbicara mahasiswa, dan memperoleh hasil belajar mahasiswa yang masih kurang optimal. Sehingga sesungguhnya diperlukan diagnosis dan perbaikan proses pembelajaran pada jenjang perguruan tinggi, yang secara tidak langsung akan menyiapkan tenaga pendidik yang mampu bersaing dan memberikan dampak signifikan terhadap perbaikan dunia pendidikan di Indonesia. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka menarik untuk dikaji tentang ”Korelasi Dominansi Hemisfer Otak dengan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Universitas Mahasaraswati Denpasar”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan keterampilan berbicara antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri. Baik secara kuantitatif korelasional dan deskriptif. Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagi pendidik, yaitu penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan di dalam mendiagnosis dominansi hemisfer otak pebelajarnya sehingga mampu mengelola pembelajaran menjadi lebih efektif, menambah khasanah pengetahuan ilmiah, dan mendukung pengembangan model pembelajaran Brain Based Learning. Bagi mahasiswa, memberikan pengalaman secara langsung bagaimana cara melaksanakan penelitian. Bagi Peneliti, menemukan model atau kombinasi media pembelajaran yang mendukung pengembangan proses pembelajaran berbasis Brain Based Learning, memberikan gambaran atau karakteristik bagaimana keterampilan berbicara calon tenaga pendidik yang terkait dengan dominansi hemisfer otak.

Luaran yang dicapai melalui penelitian ini adalah publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal lokal ber-ISSN, artikel dalam prosiding seminar nasional, dan pengayaan bahan ajar.

Terdapat beberapa tinjauan pustaka yang digunakan yaitu; paradigma neurosains dalam proses pembelajaran, hemisfer otak dalam pembelajaran dan keterampilan berbicara.

a) Paradigma Neurosains dalam Proses Pembelajaran

Neurosains merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana sistem atau mekanisme kerja saraf (otak) dalam kaitannya dengan proses mengkonstruksi pengetahuan di dalam kegiatan pembelajaran. Neurosains adalah bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf atau sistem neuron. Jadi merupakan bidang yang terkait tentang kerja saraf (otak) manusia. Setiap manusia diberikan kurang lebih sekitar 1 triliun sel otak yang masing-masing terdiri dari seratus milyar sel otak yang aktif dan sembilan ratus milyar sel otak pendukung. Dengan komposisi dan volume otak yang sama sesungguhnya tingkat kecerdasan manusia adalah sama. Namun kecerdasan tidak hanya ditentukan oleh kuantitas sel saraf dan volume otak, melainkan juga sinaps atau hubungan antara sel saraf satu dengan yang lainnya. Jumlah sinaps akan berpengaruh terhadap seberapa cepat suatu informasi yang berada di dalam struktur kognitif pebelajar tersebut dapat dipanggil.

b) Hemisfer Otak dalam Pembelajaran

Penelitian cara kerja otak yang dikaitkan dengan metode mengajar dalam bidang pendidikan memang penting untuk dilakukan. Salah satu paradigma mendasar yang dianggap keliru dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah kunci kesuksesan dilihat dari nilai-nilai IQ (rapor, indeks prestasi, dan lain-lain) Pasiak (2002). Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier dan rasional, cara berpikirnya sesuai dengan ekspresi verbal, menulis,

(4)

membaca, , menempatkan detail dan fakta, fonetik dan simbolisme. Sedangkan cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik, sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi (Suryandari,2012).

Gio (2013) menyampaikan bahwa secara umum otak kanan berfungsi dalam perkembangan emotional quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Daya ingat otak kanan bersifat memori jangka panjang (long term memory). Sebaliknya otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan, menulis, sistematis, rapi, analitis, linier, tahap demi tahap dan membaca, serta merupakan pusat matematika. bagian otak ini merupakan pengendalian Intelligence Quotient (IQ), daya ingat otak kiri bersifat memori jangka pendek (short term memory).

c) Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang dilakukan oleh manusia. Selain itu, berbicara merupakan proses komunikasi guna memindahkan suatu informasi dari manusia satu ke yang lainnya atau untuk menyebarluaskan informasi. Berkenaan dengan keterampilan berbicara, terdapat beberapa faktor yaitu;

1) Tujuan berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif maka seyogyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan; harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya; dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan (Tarigan, 2008).

2) Jenis berbicara

Pada kurikulum pengajaran bahasa di sekolah, yakni penekanan dan penggalakan kegiatan berbicara yang bersifat informal. Kegiatan berbicara informal antara lain berupa; tukar pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaikan pengalaman, bertelepon, memberi petunjuk. Di samping kegiatan berbicara informal, kita temui pula kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, interview, prosedur parlementer, berita. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas berdasarkan tujuan pembicaraannya, Tarigan (2008) mengklasifikasikan berbicara menjadi lima jenis yaitu; berbicara menghibur, berbicara menginformasikan, berbicara menstimulus, berbicara meyakinkan, berbicara menggerakkan.

3) Keefektifan berbicara

Pembicara yang baik harus mampu memberi kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Selain menguasai topik, seorang pembicara harus berbicara (mengucapkan bunyi-bunyi bahasa) dengan jelas dan tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan seseorang untuk dapat menjadi pembicara yang baik. Faktor-faktor tersebut adalah faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.

(5)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan serta tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Maharasaraswati Denpasar. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IIIA dan IIIB pada tahun akademik 2015/2016 yang mengambil mata kuliah Berbicara II. Terdapat dua jenis variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini; 1) variabel terikat yaitu keterampilan berbicara mahasiswa dan 2) variabel bebas yaitu dominansi hemisfer otak. Data dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dua jenis instrumen, yaitu instrumen dominansi hemisfer otak dan instrumen keterampilan berbicara. Instrumen dominansi hemisfer otak merupakan instrumen berupa kuisioner yang telah dikembangkan dari Zenhausen (2007) berupa pernyataan dengan jawaban berskala 1 sampai 10. Instrumen keterampilan berbicara mahasiswa merupakan instrumen yang berbentuk rubrik penilaian yang menggunakan skala interval dengan deskriptor: organisasi, penguasaan isi pembicaraan, dan gaya berbicara. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk menguji validitas kedua jenis instrumen penelitian adalah dengan mengunakan uji validitas Product Moment Pearson. Uji validitas internal instrumen penelitian menggunakan dua orang ahli atau expert judgement di bidangnya. Uji validitas internal dari instrumen terfokus pada validitas konstruk dan face validity instrument. Sedangkan reliabilitasnya dianalisis dengan Uji Alpha Cronbach. Selanjutnya korelasi di antara masing-masing variabel penelitian dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan software SPSS 17 for Windows.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil studi pendahuluan menunjukkan mahasiswa subyek penelitian memiliki frekuensi kehadiran di kelas yang cukup baik pada mata kuliah Berbicara II. Dosen dalam memberikan perkuliahan belum mendiagnosis faktor atau variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap keterampilan berbicara mahasiswa. Mahasiswa yang menjadi subyek penelitian berasal dari semester III A dan III B pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah total 37 orang.

Data yang diperoleh berupa jawaban atau respon tertulis dari mahasiswa terhadap kuisioner dominansi hemisfer otak dapat diamati melalui Tabel 1 dan Gambar 1 berikut.

Tabel 1. Data Dominansi Hemisfer Otak

Keterangan Jumlah (Orang) Hemisfer Kiri 18 Hemisfer Kanan 17 Tidak Teridentifikasi 2 Total 37

(6)

0 5 10 15 20 Dominansi Hemisfer Hemisfer Kiri Hemisfer Kanan Tidak Teridentifikasi Gambar 1. Histogram Dominansi Hemisfer Otak

Berdasarkan data diperoleh bahwa yang memiliki kecenderungan menggunakan hemisfer otak kiri berjumlah 18 orang, sedangkan yang cenderung menggunakan hemisfer otak kanan berjumlah 17 orang. Nilai dominansi hemisfer kiri dan kanan yang dimiliki mahasiswa cukup bervariasi yang ditampilkan Tabel 2. Melalui hasil penelitian juga didapat sampel penelitian yang tidak teridentifikasi. Hal tersebut disebabkan karena selisih nilai dominansi hemisfer otak kanan dan otak kirinya adalah 0. Sehingga kedua sampel penelitian tersebut tidak mengalami kecenderungan ke hemisfer otak kiri atau pun kanan.

Tabel 2 Perolehan nilai keterampilan berbicara

No. Aspek Penilaian Total Rerata

O P G 1 85 85 85 255 85 2 85 86 87 258 86 3 85 87 87 259 86 4 85 85 85 255 85 5 83 85 85 253 84 6 80 82 85 247 82 7 80 80 82 242 81 8 80 80 82 242 81 9 80 80 82 242 81 10 85 85 85 255 85 11 80 80 80 240 80 12 78 78 78 234 78 13 70 70 70 210 70 14 75 75 75 225 75 15 80 80 80 240 80 16 76 77 77 230 77 17 75 75 75 225 75 18 75 75 75 225 75 19 70 70 70 210 70 20 72 72 72 216 72 21 78 78 78 234 78 22 75 75 75 225 75

(7)

No. Aspek Penilaian Total Rerata O P G 23 74 75 74 223 74 24 75 75 75 225 75 25 75 80 75 230 77 26 75 75 75 225 75 27 75 76 75 226 75 28 75 75 75 225 75 29 77 77 78 232 77 30 72 72 75 219 73 31 75 78 75 228 76 32 75 73 74 222 74 33 74 75 76 225 75 34 80 80 82 242 81 35 74 74 74 222 74 36 75 75 75 225 75 37 75 75 75 225 75 Keterangan: O = Organisasi

P = Penguasaan Isi Pembicaraan G = Gaya Berbicara

Kemudian dilakukan analisis dengan program SPSS untuk mengetahui korelasi antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa. Adapun hasil analisis korelasi yang diperoleh melalui program SPSS dapat diamati sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Analisis Korelasi antara Dominansi Hemisfer Otak Kanan dengan

Keterampilan Berbicara

Hemisfer Kanan Keterampilan Berbicara

Hemisfer Kanan Pearson Correlation 1 .537*

Sig. (2-tailed) .026 N 17 17 Keterampilan Berbicara Pearson Correlation .537* 1 Sig. (2-tailed) .026 N 17 17

Pada tabel korelasi dominansi hemisfer otak kanan dengan keterampilan berbicara, diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,537 dengan signifikansi 0,026. Untuk hasil korelasi

dominansi hemisfer otak kiri dengan keterampilan berbicara dapat pula diamati melalui hasil analisis berikut.

(8)

Tabel 4 Hasil Analisis Korelasi antara Dominansi Hemisfer Otak Kiri dengan Keterampilan

Berbicara

Hemisfer Kiri Keterampilan Berbicara

Hemisfer Kiri Pearson Correlation 1 .525*

Sig. (2-tailed) .025 N 18 18 Keterampilan Berbicara Pearson Correlation .525* 1 Sig. (2-tailed) .025 N 18 18

Pada tabel korelasi dominansi hemisfer otak kiri dengan keterampilan berbicara, diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,525 dengan signifikansi 0,025.

Dengan demikian, berdasarkan data pada Tabel 3 dan 4 dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan membandingkan taraf signifikansi dengan galatnya.

a) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. b) Jika signifikansi < 0,05, maka Ha diterima.

Melalui Tabel 3 dan 4 dapat diamati bahwa koefisien korelasi adalah 0,537 dan 0,525 dengan signifikansi 0,026 dan 0,025. Karena signifikansi ((0,026 dan 0,025) < 0,05) maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri.

Koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan yaitu 0,537 dan 0,525 mempunyai maksud, korelasi antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa termasuk korelasi yang kuat (Sarwono, 2006). Berdasarkan koefisien korelasi tersebut pula dapat diketahui bahwa terdapat hubungan searah dan positif antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa.

Dominansi hemisfer otak memiliki hubungan dengan keterampilan berbicara. Hal ini terbukti dari hasil uji korelasi yang telah dilakukan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri. Dengan koefisien korelasi 0,537 dan 0,525 dan signifikansi 0,026 dan 0,025 menunjukkan bahwa, baik yang dominan menggunakan otak kanan maupun otak kiri memang berperan dalam membentuk suatu keterampilan berbicara. Baik hemisfer kanan atau kiri, keduanya sama-sama penting untuk menunjang keterampilan berbicara seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamrudi (2009) yang menyatakan, otak manusia melakukan dua operasi yang berbeda secara simultan (duplex operation). Guna mendapatkan hasil yang optimal dalam pembelajaran, kedua belahan otak tersebut perlu

(9)

digunakan secara sinergis satu sama lain. Ditambahkan pula oleh Sularyo dan Handryastuti (2002), manusia memiliki tingkatan dominansi hemisfer, yang mana dalam keadaan tertentu seperti stres atau tahap awal belajar, manusia cenderung menggunakan hemisfer yang dominan tersebut (unilateral state). Hemisfer kiri memang dominan untuk bicara, namun tanpa adanya aktifitas hemisfer kanan, maka seseorang akan menjadi monoton dalam berbicara, tak memiliki lagu kalimat dan prosodi, tanpa emosi, tanpa isyarat-isyarat bahasa. Meskipun kemampuan berbicara didominasi oleh hemisfer yang dominan, bukan berarti hemisfer yang tidak dominan tidak berperan. Walaupun hemisfer kiri merupakan pusat pengatur untuk berbicara, menulis dan berpikir, hemisfer kanan pun mempunyai fungsi mengenali kata secara tepat dan cepat sehingga seseorang dapat berbahasa dengan baik (Reztaputra, 2012; Rachmat, 2016). Terdapat dua orang mahasiswa yang menggunakan kedua hemisfer otak dengan seimbang (tidak cenderung pada satu hemisfer), di mana yang satu memperoleh nilai keterampilan berbicara tertinggi yaitu 86, sedangkan yang lainnya dengan nilai 74. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi keterampilan berbicara selain dominansi hemisfer otak. Terkait dengan temuan tersebut Mireskandari dan Alavi (2015) menemukan bahwa proses pembelajaran menjadi lebih efektif jika mampu mengakomodasi pebelajar yang memiliki dominansi otak kanan maupun dominansi otak kiri dengan pembelajaran yang melatih sekaligus hemisfer kanan maupun hemisfer kiri otaknya. Dengan demikian pebelajar yang cenderung menggunakan otak kanan maupun kiri memang merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Sebagai pendidik, penting untuk memperhatikan dominansi hemisfer karena dengan mengakomodasi kedua tipe pebelajar tersebut agar menjadi seimbang (whole brain dominant), pembelajaran menjadi lebih efektif.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian diperoleh simpulan “terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan (P = 0,026 dan 0,025 < 0,05) antara mahasiswa yang dominan menggunakan otak kanan dengan mahasiswa yang dominan menggunakan otak kiri. Koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan yaitu 0,537 dan 0,525 mempunyai maksud, korelasi antara dominansi hemisfer otak dengan keterampilan berbicara mahasiswa termasuk korelasi yang kuat serta searah dan positif.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya penelitian ini berhasil dilaksanakan. Melalui kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya pada LPPM Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar, Unmas Denpasar, staf Dosen dan Pegawai FKIP Unmas Denpasar. Serta ucapan terima kasih peneliti pada keluarga peneliti atas rasa cinta, motivasi, dan doa yang diberikan Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Elvaretasari, D.(2014). Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Strategi Cerita Berantai pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Gondang 1 Kecamatan

(10)

Nawangan Kabupaten Pacitan Tahun Ajaran 2013/2014. Surakarta: Universitas Muhammadyah Surakarta.

Gio,P.U. (2013). Aplikasi Metode Mann-Whitney dalam Menentukan Ada Tidaknya Perbedaan Indeks Prestasi Mahasiswa antara Mahasiswa Dominan Otak kanan dan Mahasiswa Dominan Otak Kiri. Sumatera Utara: USU.

Hamrudi. (2009).Global Learning (Mengembangkan Potensi Otak dan Indra Dalam Pembelajaran). Jurnal Mukaddimah. Vol. XV, No. 26.

Hayati, N. (2007). Menstimulus Otak Kiri dan Otak Kanan Anak Dengan Flash Card. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Mireskandari, N dan Sepideh Alavi. (2015). Brain Dominance And Speaking Strategy Use of Iranian EFL Learners. International Journal of Applied Linguistics & English Literature ISSN 2200-3592 (Print), ISSN 2200-3452 (Online). Vol. 4 No. 3; Mei 2015 Pasiak, T. (2002).Revolusi IQ/EQ/SQ. Antara Neurosains dan AI Quran, Bandung : Penerbit

Mizan.

Rachmat. (2016). “Hemisfer”. Artikel. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016 dari https:id.m.wikipedia.org/wiki/hemisfer.

Reztaputra, R. (2012). “Anatomi dan Fisiologi Kemampuan Bicara”. Artikel. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016 dari www.medicina.com/kedokteran-dasar/.

Sarwono, (2006). “Korelasi”. Artikel. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016 dari www.jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.htm.

Sularyo,T. S. dan Handryastuti. (2002). Senam Otak. Jurnal Sari Pediatri. Vol. 4 No. 1, Juni. Tarigan, H. G.. (2008). Berbicara. Bandung: Angkasa Bandung.

Yohanes,R.S. (2012). Strategi Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Ditinjau Dari Dominansi Otak Kiri dan Otak Kanan. Madiun: Universitas Katolik Widya Mandala.

Zenhausen, Robert. (2007). “Penilaian Terhadap Dominasi Belahan Otak”. Diakses pada tanggal 9 Juni 2015 dari http://downloads.ziddu.com/download/15219573/.

Gambar

Tabel 2 Perolehan nilai keterampilan berbicara
Tabel 3. Hasil Analisis Korelasi antara Dominansi Hemisfer Otak Kanan dengan  Keterampilan Berbicara

Referensi

Dokumen terkait

 No Uraian Ketidak sesuaian Bukti bukti Objektif Standar / Kriteria yang digunakan Analisis Tindakan  perbaikan Tindakan  pencegahan Target Waktu  penyelesaian Status Penyelesaian 1

Dengan menggunakan perspektif Balanced Scorecard dalam menterjemahkan visi, misi ke dalam strategi PTS X, maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajemen

Penerapan hukum yang seharusnya dilakukan Ankum Brimob Polda Jabar adalah melaksanakan siding KKEP setelah menghasilkan keputusan sanksi yang sesuai dengan apa

Sholihah (2013) menunjukkan bahwa rasio return pembiayaan profit loss sharing berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing financing. Faktor penting lainnya yang

Penelitian yang telah dilakukan dengan survay pada follower instagram @kulinerdisolo dengan cara menyebarkan kuisioner sebanyak 122 sebagai sampel dalam penelitian ini

Nilai indeks polidispersitas yang dihasilkan dari ketiga formula menunjukkan bahwa distribusi ukuran partikel pada FI dan FII yang dihasilkan bersifat monodispers,

[r]

Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan tentang komposit berpenguat serat alami adalah penelitian komposit polyester dengan penguat serat tapis kelapa dengan panjang serat