• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TITIK IMPAS PADA HOTEL WISATA GRAND BARUMBAY & RESORT SAMARINDA KHAS KALIMANTAN TIMUR UNTUK TAHUN 2009, 2010 & 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TITIK IMPAS PADA HOTEL WISATA GRAND BARUMBAY & RESORT SAMARINDA KHAS KALIMANTAN TIMUR UNTUK TAHUN 2009, 2010 & 2011."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://karyailmiah.polnes.ac.id

“ANALISIS TITIK IMPAS PADA HOTEL WISATA GRAND

BARUMBAY & RESORT SAMARINDA KHAS KALIMANTAN

TIMUR UNTUK TAHUN 2009, 2010 & 2011”.

Nor Fahman Tjetje

(Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)

Abstrak

NOR FAHMAN TJETJE : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui break even point operasional kamar hotel pada tahun 2003 – 2005, untuk mengetahui jumlah volume penjualan kamar hotel pada tingkat laba yang direncanakan, untuk mengetahui berapa tingkat margin of safety pada tahun yang dijadikan obyek penelitian. Data yang digunakan berasal dari hasil studi pustaka, observasi dan wawancara pada obyek penelitian.

Obyek penelitian dilakukan pada “WISATA GRAND BARUMBAY & RESORT SAMARINDA KHAS KALIMANTAN TIMUR untuk menentukan Break Even Point, Perencanaan Laba dan Margin of Safety pada tahun yang diteliti.

Penelitian data menggunakan program bantuan Microsoft Excel 2003 untuk melakukan pemisahan biaya semi variabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan Break even point tahun 2009 tercapai pada tingkat pendapatan sebesar Rp453.926.975,91 sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp227.480.371,09 tahun 2011 sebesar Rp448.821.596,97 berarti break even point pada tahun 2011 menunjukkan kenaikan yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan pada tahun 2011 Rp642.234.800 sehingga mempengaruhi break even. Sedangkan perhitungan margin of safety diatas diketahui terjadi penurunan dari tahun ke tahun, seperti MOS pada tahun 2010 turun menjadi 34,47% jika dibandingkan MOS tahun 2009, demikian pula MOS pada tahun 2011 itu mengalami penurunan menjadi sebesar 30,12%. MOS pada tahun 2011 sebesar 30,12% yang berarti bahwa pendapatan yang dihasilkan tidak boleh lebih kecil dari Rp642.234.800,- jika pendapatan yang dihasilkan lebih kecil dari Rp642.234.800,- maka perusahaan akan mengalami kerugian.

Kata kunci : Total Pendapatan, Total Biaya, Biaya Tetap, Biaya Variable. Harga, Quantitas.

PENDAHULUAN

Kesadaran akan pentingnya mengembangkan sektor keparawisataan sebagai salah satu pemasukan devisa bagi pemerintah sebenarnya bukan hal yang baru. Pemerintah Indonesia telah melihat potensi 14.897 buah pulau yang ada di Indonesia. Bukti dari kesadaran pemerintah dapat dilihat dari lahirnya beberapa keputusan penting di bidang keparawisataan seperti terbentuknya Yayasan Tourisme Indonesia (1956), Dewan Tourisme Indonesia (1958) dan

Lembaga Pariwisata Nasional (1985), yang pada dasarnya semua lembaga tersebut bertugas menangani masalah kepariwisataan nasional. Namun lebih dari itu dunia kepariwisataan Indonesia memasuki momentum paling penting pada tahun 1979, yakni sejak dikeluarkannya Keppes No.3/1979, tanggal 23 maret 1979, yang melebur lembaga bersifat swasta menjadi bagian dari Departemen perhubungan dengan status Direktorat Jenderal sehingga secara langsung lembaga ini bertanggung jawab kepada

(2)

Akhirnya SK Presiden No.20 tahun 1984, tertanggal 23 April 1984 mengadakan perubahan tentang susunan organisasi Departemen dan urusan pos, telekomunikasi dan pariwisata dijadikan departemen pariwisata, pos dan telekomunikasi. Mengenai kegiatan pariwisatanya sendiri dapat dikatakan bahwa pada tahun 1970 dapat dicatat sebagai mulainya kegiatan pariwisata yang sebenarnya di Indonesia baik si pusat maupun di daerah. Pada tahun itu dimulai proyek-proyek pembangunan hotel-hotel pariwisata yang bertaraf Internasional dan juga di bandung telah dibuka sekolah Kejurusan Perhotelan. Perkembangan itu berjalan terus semakin lama semakin baik terutama setelah diadakan peraturan bebas visa bagi wisatawan-wisatawan dari Negara-negara tertentu.

Orang yang bepergian untuk tujuan tertentu (wisatawan) memerlukan berbagai kemudahan seperti sarana pengangkutan, tempat makan dan minum, jasa pelayanan serta tempat menginap bila perjalanan memakan waktu lebih dari 24 jam. Maka bermunculanlah berbagai jenis angkutan, rumah makan, biro perjalanan, penginapan dan sarana lainnya. Di antara berbagai jenis penginapan, ada disebut hotel. Hotel merupakan salah satu hal yang penting dalam dunia kepariwisataan. Ia termasuk sarana pokok kepariwisataan, ini berarti hidup dan kehidupannya banyak tergantung kepada banyak atau sedikitnya wisatawan yang datang.

Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial, sebagaimana Hotel Wisata Grand Barumbay Resort Khas Kalimantan Timur Samarinda yang merupakan Hotel wisata dengan corak budaya khas Kaltim, arsitektur berbentuk Lamin, suasana etnik, lokasi yang sejuk dan alami khususnya di Samarinda.

Untuk itu manajer suatu perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaan yang dipimpinnya sebaik mungkin, selain itu manajer juga dituntut untuk dapat melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang, jangka pendek maupun jangka panjang.

Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya laba perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan. Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume penjualan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan, dan memegang peranan yang

datang. Pengaruh perubahan salah satu faktor tersebut

Break Even Point mengkaji hubungan antara titk Impas, MARGIN Of Safety dan laba yang terjadi dalam satu periode akuntansi hotel dengan variabel-variabel tersebut dapat memberikan informasi kepada manajemen untuk biaya-biaya yang terjadi pada titik impas yang harus dihasilkan untuk mencapai target laba tertentu.

BEP harus diperlukan sebagai alat analisis manajemen dalam pengambilan keputusan ekonomis hotel seperti :

1. Dapat menentukan penjualan hotel pada titik pulang pokok untuk hotel yang menawarkan satu produk dan yang menawarkan lebih daripada satu produk.

2. Kondisi ekonomi makro relative tidak stabil, bila tingkat inflasi sangat tajam maka akan sulit untuk menerapkan BEP untuk pengambilan keputusan karena perubahan pada variabel biaya dan volume bisnis yang tajam.

3. Kondisi kualitatif dalam BEP tidak dicakup seperti kondisi motivasi karyawan, kondisi hubungan industrial antara manajemen hotel dengan karyawan yang dapat berpengaruh signifikan pada analisis BEP.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai titik impas atau Break Even Point (BEP) pada Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda untuk tahun 2009, 2010 & 2011 dan besar Margin Of Safety pada hotel Grand Barumbay Resort Samarinda, sehingga akan dapat diketahui posisi laba atau rugi, dan diketahuinya jumlah penjualan dapat menurun sebelum kerugian terjadi.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis terhadap biaya tetap, biaya variabel dengan menggunakan pendekatan Total Cost berdasarkan Rupiah. Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini berupa Kuantitatif, dimana penelitian ini berupa studi kasus pada Hotel Wisata Grand Barumbay Resort Khas Kalimantan Timur Samarinda, dengan melakukan pengumpulan data berupa angka yang dibutuhkan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

Pengukuran dan Metode Analisis Data: Adapun pengukuran yang digunakan adalah sebagai berikut:

(3)

http://karyailmiah.polnes.ac.id

a. Analisis BEP (Break even point) yang menerangkan suatu tekhnik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan.

b. Analisis Margin of Safety (Tingkat keamanan) yang menguraikan tentang perencanaan penjulan agar dapat menghindari resiko kerugian.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini melewati tahap-tahap sebagai berikut: 1. Menentukan titik impas (BEP) menurut

Bambang Riyanto (1995:364) dalam bukunya “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan” dapat dicari dengan rumus:

BEP(Rp) =

FC

1 − VC

S

Dimana:

BEP (Rp) = Break even point atas dasar rupiah FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Variabel per unit S = Volume Penjualan

2. Perhitungan Margin Of Safety (tingkat keamanan) dalam persentase sebagai berikut : Margin Of Safety (%) =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

Marjin Pengamanan Penjualan =

Total Penjualan - Penjualan Impas

Dimana:

 Total Penjualan :Jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu.

 Penjualan impas : Jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses analisis dengan model Break Even Point akan didahului dengan mengidentifikasikan terhadap komponen-komponen yang ada dalam formulasinya, komponen-komponen tersebut adalah :

1. Pendapatan kamar Hotel 2. Biaya Tetap (Fixed Cost) 3. Biaya Variabel (Variable Cost) 4. Perhitungan Biaya dan Laba 5. Analisis BEP (Break Even Point)

6. Margin Of Safety (Tingkat Keamanan)

1. Pendapatan Hotel pada tahun 2009, 2010,2011 adalah sebagai berikut :

2. Perhitungan Biaya dan Laba

Laba yang didapat oleh Hotel Grang Barumbay Resort Samarinda, yaitu :

Laba Tahun 2009 =

Total Penghasilan – Total Biaya =

Rp765.346.300 – Rp522.849.860 = Rp242.496.440 Laba Tahun 2010 = Rp347.120.300 – Rp242.455.650 = Rp104.664.650 Laba Tahun 2011 = Rp642.234.800 – Rp533.390.190 = Rp108.844.610 3. Analisis Biaya

Biaya-biaya

yang

terjadi

dalam

perusahaan harus digolongkan sesuai perilaku

biaya dalam hubungannya dengan perubahan

kegiatan atau aktifitas perusahaan. Dalam

analisis ini penulis menggunakan metode Total

Cost yang terdiri dari 2 golongan yaitu Biaya

Tetap dan Biaya Variabel :

(4)

b. Biaya Variabel

4. Analisis Break Even Point

a. Break Even Point pada Hotel grand Barumbay Resort Samarinda untuk tahun 2009 yaitu :

Break Even Point atas dasar sales rupiah : BEP Rp = FC

1−VCS

𝑅𝑝353.464.500 1 − 𝑅𝑝169.385.360𝑅𝑝765.346.300

= Rp453.926.975,91

b. Break even point pada Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda untuk tahun 2010 yaitu :

Break Even Point atas dasar sales rupiah :

= 𝑅𝑝199.006.7500,87 = Rp227.480.371,09

2011 yaitu :

Break Even Point atas dasar sales rupiah : = Rp 252.577.4400,56 = Rp448.821.596,97

5. Margin of Safety

a. Margin Of Safety (tingkat keamanan) pendaptan pada Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda untuk tahun 2009 adalah :

Margin pendapatan =

Total Pendapatan – Pendapatan Impas = Rp765.346.300 – Rp453.926.975,91 = Rp311.419.324,09

Jika dinyatakan dalam presentase, maka : Margin of safety (%) =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

= 𝑅𝑝765.346.300 – 𝑅𝑝453.159.615,38𝑅𝑝765 .346.300 = 40,69% b. Margin Of Safety (tingkat keamanan)

pendapatan pada Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda untuk tahun 2010 adalah:

Margin penjualan =

Total Pendapatan – Pendapatan Impas = Rp347.120.300 – Rp227.480.371,09

= Rp119.639.928,91

Jika dinyatakan dalam presentase, maka: Margin of safety (%) =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

= Rp 347.120.300 – Rp 227.480.371,09Rp 347.120.300 = 34,47% c. Margin Of Safety (tingkat keamanan)

pendapatan pada Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda untuk tahun 2011 dapat diketahui sebagai berikut :

Margin pendapatan =

Total Pendapatan – Pendapatan Impas = Rp642.234.800 – Rp448.821.596,97 = Rp193.413.203,03

(5)

http://karyailmiah.polnes.ac.id

Jika dinyatakan dalam presentase, maka: Margin of safety (%) =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

= 𝑅𝑝642.234.800 – 𝑅𝑝448.821.596,97 𝑅𝑝642.234.800 = 30,12%

Tabel Margin Of Safety (MOS) Tahun 2009, 2010, 2011

Dari hasil perhitungan biaya dan laba diketahui, bahwa Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda memperoleh laba untuk tahun 2009 Rp242.496.440,- tahun 2010 Rp104.664.650,- tahun 2011 Rp108.844.610,- terlihat berfluktuasi, dimana laba pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp104.664.650,- jika dibandingkan dengan laba tahun 2009 sedangkan laba untuk tahun 2011 laba mengalami kenaikan sebesar Rp108.844.610,- jika dibandingkan dengan tahun 2010.

Kenaikan atau penurunan laba tersebut diatas dapat digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel Laba

1. Break Even Point

Break even point tahun 2009 tercapai pada tingkat pendapatan sebesar Rp453.926.975,91 sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp227.480.371,09 tahun 2011 sebesar Rp448.821.596,97 berarti break even point pada tahun 2011 menunjukkan kenaikan yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan pada

tahun 2011 Rp642.234.800 sehingga mempengaruhi break even.

Kenaikan atau penurunan break even tersebut diatas dapat digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel

Jadi, nilai break even point dapat berubah-ubah sesuai dengan adanya perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi break even point, kenaikan ataupun penurunan pendapatan yang terjadi pada Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda ini biasanya dipengaruhi oleh musim-musim liburan ataupun order-order dari unit institusi pemerintah diluar kota samarinda, sehingga laba meningkat.

Margin of safety (MOS)

Dari hasil perhitungan margin of safety diatas diketahui terjadi penurunan dari tahun ke tahun, seperti MOS pada tahun 2010 turun menjadi 34,47% jika dibandingkan MOS tahun 2009, demikian pula MOS pada tahun 2011 itu mengalami penurunan menjadi sebesar 30,12%. MOS pada tahun 2011 sebesar 30,12% yang berarti bahwa pendapatan yang dihasilkan tidak boleh lebih kecil dari Rp642.234.800,- jika pendapatan yang dihasilkan lebih kecil dari Rp642.234.800,- maka perusahaan akan mengalami kerugian. Semakin tinggi MOS menunjukkan kenaikan tingkat pendapatan, berarti kinerja perusahaan, tetapi pada Hotel ini MOS menunjukkan penurunan dari tahun ketahun, sehingga perusahaan kurang mampu memperbaiki tingkat pendapatannya.

Keadaan MOS diatas dapat dilihat dari table di bawah ini :

Tabel Margin Of Safety

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(6)

bab ini yang merupakan bab penutup, penulis mencoba dalam batas kemampuan yang ada untuk menarik kesimpulan pada bab yang terdahulu. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut : 1. Perhotelan Grand Barumbay Resort Samarinda

seperti yang kita ketahui bergerak dibidang pelayanan dan jasa yang mengutamakan kualitas pelayanan yang baik kepada para pengunjung hotel.

2. Perusahaan perhotelan Grand Barumbay Resort Samarinda menggunakan struktur organisasi dan staff dalam struktur organisasi yang berfungsi utamanya memberi saran dan pelayanan.

3. Analisis Break Even Point adalah teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, laba, BEP dan MOS, dimana nilai break even point pada tahun 2009,2010 & 2011 dapat berubah-ubah sesuai dengan adanya perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi break even point, kenaikan ataupun penurunan pendapatan yang terjadi pada Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda. Agar break even tidak terjadi penurunan, maka para kinerja hotel harus lebih maksimal agar tercapainya kenaikan pendapatan yang lebih baik.

4. Manajemen hotel dalam hal ini belum melakukan perhitungan titik pulang pokok dan data yang diperlukan dalam perhitungan juga belum lengkap sehingga penulis membuat pembagian untuk data biaya yang diperlukan. 5. Walaupun analisis break even point ini dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh seorang manajer, tapi dalam kasus seperti ini analisis break even point tidak bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan, karena ada beberapa kelemahan yang diperoleh penulis ketika melakukan proses perhitungan break even point seperti, produksi yang dijual bermacam-macam jenis dan klasifikasi biaya tidak akurat.

Saran

1. Perusahaan hendaknya tetap memperhatikan tingkat pendapatan yang terjadi agar tidak turun jumlahnya lewat dari margin of safety yang telah ditentukan.

2. Perusahaan hendaknya teliti dalam mengelompokkan biaya-biaya mana saja yang termasuk ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.

berada di posisi dimana perusahaan mendapat laba.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafaruddin. Alat-Alat Analisa Dalam Pembelanjaan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset. 1994.

Hansen dan Mowen. Management Accounting. Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat. 2005.

Horngren, Charles T, Srikant Datar dan Gorge Foster. Akuntansi Biaya : Penekanan Manajerial. Edisi Kesebelas. Jakarta: PT Indeks, Kelompok Gramedia. 2003. Machfoed, Mas’ud. Akuntansi Manajemen. Edisi

Keempat, Cetakan Pertama. Yoygakarta: BPFE. 1996.

Mulyadi. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta: STIE YKPN.1991.

Syamrin, L.M. Akuntansi Manajerial: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2001.

Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. 1995.

Simamora, Henry. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. 1999.

Sugiri, Slamet. Akuntansi Manjemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 1994.

Gambar

Tabel Margin Of Safety (MOS)   Tahun 2009, 2010, 2011

Referensi

Dokumen terkait

Di lain kesempatan, roda kehidupan berputar, dan sekarang giliran kita yang mengalami kehilangan, kita jadi gegana (gelisah, galau, merana) karena kehilangan orang

ukuran pori karena ketika serbuk karbon dicetak maka struktur pori akan lebih mengikuti morfologi partikel karbon yang dihasilkan dari proses ball

Untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen maka pihak perusahaaan harus dapat memilih berbagai strategi konsep atau kebijaksanaan pemasaran yang tepat agar terdapat

pembelajaran konvensional seperti papan tulis, dengan metode pembelajaran seperti ceramah. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru

Guna menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, produk domestik regional bruto per kapita, dan penanaman modal dalam negeri terhadap pendapatan asli daerah di

Penelitian lain juga dilakukan oleh Anindita (2006) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendengar dalam memilih radio PTPN Rasitania FM Solo dengan

Berdasarkan keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan tugas akhir, dapat diperoleh kesimpulan bahwa susu formula yang memenuhi asupan gizi yang

test Tes lisan Menguraikan ontology ilmu komunikasi, memahami hakikat dari keberadaan ilmu komunikasi, apa yang menjadi objek materil dan objek formal ilmu komunikasi;