• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Perkembangan hidup manusia terus mengalami kemajuan yang luar biasa dalam berbagai bidang baik dalam bidang pengetahuan, teknologi, kesehatan dan bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola perilaku hidup manusia. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, belajar, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Perkembangan kehidupan manusia menuntut berbagai bentuk perubahan seperti pada tingkat aktivitas fisik yang monoton dan terbatas serta pola konsumsi yang serba cepat dan instant untuk menghemat waktu (Widyantara dkk, 2013).

Tingginya tingkat aktivitas atau kerja menyebabkan orang lebih memilih hal-hal yang instan, termasuk memilih fast food atau makanan cepat saji yang sangat mudah untuk didapatkan dan tidak memerlukan waktu lama. Namun, makanan seperti ini memiliki kalori, kolesterol, lemak dan garam yang tinggi namun rendah serat (Widyantara dkk, 2013). Menurut hasil penelitian Fraser dkk (2011), remaja yang sering makan di restoran cepat saji mengkonsumsi lebih banyak makanan yang tidak sehat dan cenderung memiliki Indeks Massa Tubuh

(2)

(IMT) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak secara periodik makan di restoran cepat saji. Hasil penelitian ini senada dengan studi yang dilakukan sebelumnya oleh Jeffery dkk (2006) yang menunjukkan bahwa kebiasaan makan di restoran cepat saji (sedikitnya seminggu sekali) berhubungan positif dengan diet tinggi lemak dan IMT (Suryaputra, 2012).

IMT merupakan suatu alternatif tindakan pengukuran lemak tubuh yang murah dan metode skrining berat badan yang mudah untuk dilakukan. Kelompok dewasa berusia di atas 18 tahun sering didominasi dengan masalah obesitas, meskipun kondisi underweight juga masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Berdasarkan karakteristiknya, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang tinggi pula (Balitbang Depkes RI, 2010). IMT merupakan cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko komplikasi medis. Prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebanyak 11,7% dan berat badan lebih sebesar 10,0%. Dengan demikian prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 21,7%. Angka kelebihan berat badan pada perempuan 26,9% lebih tinggi dibanding laki-laki 16,3% (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Perubahan pada IMT dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin yang selain

(3)

dipengaruhi pola makan seseorang juga dipengaruhi tingkat aktivitas fisik seseorang (Pudjiadi dkk, 2010).

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan resting energy expenditure yang bermakna. Dalam aktivitas fisik diperlukan usaha ringan, sedang atau berat untuk dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara teratur. Setiap kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan membutuhkan energi yang berbeda tergantung dari lamanya intesitas dan kerja otot (FKM-UI, 2007). Aktivitas fisik kurang atau tidak ada merupakan faktor risiko berbagai penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010). Tingkat aktivitas fisik yang kurang juga memiliki pengaruh pada kebugaran tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO) faktor berat badan dan kurangnya aktivitas fisik menyumbang 30% risiko terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian, terdapat hubungan antara kanker dengan berat badan berlebih, diet tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik (Safro, 2007).

Manusia dan gerak adalah dua hal yang tidak terpisahkan, yang membutuhkan peran besar IMT dan aktivitas fisik yang baik. Terutama bagi sistem muskuloskeletal yang merupakan salah satu faktor yang mendukung kelancaran gerak dalam berbagai aktivitas. IMT dan tingkat aktivitas fisik merupakan alat atau cara sederhana untuk memantau status gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan dan kebugaran tubuh. Hal ini terutama pada kegiatan kerja atau profesi tertentu yang cenderung memiliki

(4)

jenis aktivitas yang terbatas, misalnya sebagai pelajar atau mahasiswa yang terbatas pada kegiatan belajar dan duduk yang lama. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki jumlah mahasiswa yang banyak. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menyatakan Indonesia akan menjadi negara dengan jumlah sarjana muda terbanyak kelima di masa depan. Pada tahun 2020, OECD memperkirakan jumlah itu akan bertambah menjadi 6%. Mengingat hal ini, mahasiswa sebagai calon penerus bangsa diharapkan memiliki pengetahuan tentang IMT dan aktivitas fisik yang baik bagi dirinya (Pudjiadi dkk, 2010).

Pengetahuan tentang IMT normal dan tingkat aktivitas fisik yang baik penting bagi kesehatan dan kelancaran aktivitas sehari-hari. Pengetahuan ini ikut menentukan kemampuan untuk memilih jenis makanan dan mengatur aktivitas fisik yang perlu. Dalam melakukan gerak, kualitas gerak fungsional tergantung dari efektifitas dan efisiensi gerak dari individu tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan untuk menilai efektifitas dan efisiensi gerak individu diantaranya fleksibilitas (flexibility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), kekuatan (power) dan daya tahan (endurence) (Tussakdiah, 2009). Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh dalam mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi. Manusia memiliki organ keseimbangan (equilibrium) tubuh untuk mempertahankan posisi tubuh kita. Organ ini disebut dengan organ vestibuler. Keseimbangan tidak hanya bergantung pada organ tersebut tetapi juga dipengaruhi oleh mata, reseptor (penerima pesan) di kulit dan juga di sistem gerak kita, yaitu tulang dan otot.

(5)

Organ-organ keseimbangan ini akan mengirimkan pesan ke otak dan pesan tersebut diolah di otak. Setelah itu, otak akan melakukan pengaturan pada gerakan bola mata dan sistem gerak kita (tulang dan otot) (Purnamasari, 2011). Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau kelompok otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun secara statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan istirahat dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor dan lain sebagainya. Otot yang kuat dipengaruhi oleh banyak hal seperti usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat, pengalaman terdahulu, serta IMT yang normal dan aktivitas fisik yang cukup (Bougie, 2001).

Menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika tubuh dalam posisi tegak. Selain itu, menurut Ann Thomson keseimbangan adalah bentuk kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan statik maupun dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal (Irfan, 2010). Keseimbangan yang diperlukan seseorang untuk mempertahankan posisi tertentu adalah keseimbangan statik, sedangkan kemampuan tubuh menjaga keseimbangan saat melakukan gerakan atau aktivitas fungsional merupakan keseimbangan dinamis dan manusia yang terus bergerak sangat penting mengetahui dengan baik mengenai keseimbangan dinamis ini (Bougie, 2001).

(6)

Dari penjelasan di atas terdapat adanya hubungan antara kondisi berat badan dan tingkat aktivitas fisik yang mempengaruhi faktor yang mendukung keseimbangan khususnya keseimbangan dinamis tubuh seseorang. Studi kepustakaan yang ada terdiri dari studi observasi secara luas juga menunjukkan bahwa tingkah laku aktivitas fisik selama hidup mempengaruhi peningkatan dan penurunan berat badan (Bull dkk, 2010). Kelebihan berat badan ditandai dengan naiknya IMT, dimana jika IMT meningkat akan mempengaruhi tingkat keseimbangan tubuh seseorang dan akan menimbulkan risiko jatuh yang tinggi. Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang hubungan IMT dengan keseimbangan di Baskent University yang dilakukan pada 240 siswa yang terdiri dari 116 perempuan dan 124 laki-laki yang berusia antara 18 dan 25 tahun dan dijumpai hubungan yang bermakna antara IMT dan keseimbangan. Berdasarkan berbagai pemaparan tentang pentingnya keseimbangan khususnya keseimbangan dinamis serta hubungannya dengan IMT dan aktivitas fisik pada mahasiswa, maka penelitian ini membahas tentang Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik terhadap Keseimbangan Dinamis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan keseimbangan dinamis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana?

(7)

2. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan keseimbangan dinamis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana?

1.3 Tujuan Penelitian

Berikut merupakan tujuan khusus penelitia, yakni: 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dan tingkat aktivitas fisik terhadap keseimbangan dinamis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan IMT terhadap keseimbangan dinamis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2. Untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik terhadap keseimbangan dinamis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Ilmiah

1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang IMT dan aktivitas fisik serta hubungannya dengan keseimbangan dinamis tubuh

2. Diharapkan penelitian ini menjadi suatu bentuk aplikasi teori Fisioterapi dalam mengembangkan dan memperkaya ilmu pengetahuan

(8)

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmiah bagi bidang Fisioterapi terutama aspek preventif untuk pengaturan IMT dan aktivitas fisik yang baik

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menggali informasi yang lebih mendalam maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kebiasaan makanan ikan batak ( Neolissochilus sumatranus ), aspek biologi

Model kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat dijadikan salah satu model kooperatif yang diterapkan oleh guru serta dapat meningkatkan kualitas guru

Pemberian mikoriza arbuscular menunjukkan pengaruh nyata terhadap panjang akar, dan derajat infeksi akar tanaman kedelai dengan dosis 7,5 g/polybag. Jakarta,

Pada tanggal 2 Januari 2019 Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang amarnya menerima banding dari Penasihat Hukum Syafruddin

Pada saat kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 dan 2 berlangsung, peneliti bertugas mengajar dan menunjuk rekan untuk mengamati jalannya pembelajaran yang sedang

Revitasilasi peran dan fungsi KNPI sebagai wadah berhimpun organisasi kepemudaan demi terwujudnya pemuda yang berdaya saing dan memi-.. liki

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa kimia yang terdapat dalam minyak daging buah pala yang mempunyai potensi sebagai antijamur serta potensi minyak

[r]