• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI BACAAN 4 : ISI PKB SESI 4 : MEMBANGUN KEKUATAN BACAAN 5 : MEMBANGUN KEKUATAN KITA SESI 5 : ALUR PEMBUATAN PKB BACAAN 6 : ALUR PEMBUATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI BACAAN 4 : ISI PKB SESI 4 : MEMBANGUN KEKUATAN BACAAN 5 : MEMBANGUN KEKUATAN KITA SESI 5 : ALUR PEMBUATAN PKB BACAAN 6 : ALUR PEMBUATAN"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

1

DAFTAR ISI

 PENGANTAR ………

 UNTUK PANITIA PELATIHAN ………

SESI 1 : PERKENALAN ………

SESI 2 : PERJANJIAN KERJA BERSAMA : PERTUKARAN KEPENTINGAN BURUH &

PENGUSAHA ………

 BACAAN 1 : PKB : KESEPAKATAN PERTUKARAN KEPENTINGAN

BURUH DAN PENGUSAHA ………

 BACAAN 2 : KEKUATAN TAWAR

MENAWAR ………

 BEKAL 1 : PERJANJIAN KERJA

BERSAMA ………

SESI 3 : MEMAHAMI PKB ………

 BACAAN 3 : PERJANJIAN KERJA

BERSAMA ………

 BACAAN 4 : ISI PKB ………

SESI 4 : MEMBANGUN KEKUATAN ………

 BACAAN 5 : MEMBANGUN

KEKUATAN KITA ………

SESI 5 : ALUR PEMBUATAN PKB ………

 BACAAN 6 : ALUR PEMBUATAN

PKB ………

SESI 6 : MEMEHAMI AKSI /

PEMOGOKAN ………

 BACAAN 7 : MOGOK ? Ooo… Owww ………

 BACAAN 8 : AKSI ………

 BEKAL 2 : CATATAN PENANGANAN

AKSI ………

 AKTIVITAS 1 : MERENCANAKAN

DAN MEMPERSIAPKAN AKSI ………

SESI 7 : INVESTIGASI ………

 BACAAN 9 : MENGETAHUI ISI

PERUT TEMPAT KERJA KITA ………

SESI 8 : SURVEY ………

 BACAAN 10 : SURVEY ………

 AKTIVITAS 2 : SURVEY UPAH ………

SESI 9 : MENYUSUN RANCANGAN

PKB ………

 BACAAN 11 : MENYUSUN

(2)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

2

 AKTIVITAS 3 : RANCANGAN PKB ………

SESI 10 : BAHASA KONTRAK /

PERJANJIAN ………

 BACAAN 12 : BAHASA KONTRAK ………

 BACAAN 13 : PENGGUNAAN KATA

BOLEH, SEBAIKNYA, AKAN, HARUS ………

 AKTIVITAS 4 : MELATIH BAHASA

KONTRAK ………

SESI 11 : MEMAHAMI NEGOSIASI ………

 BACAAN 14 : MEMAHAMI

NEGOSIASI ………

SESI 12 : PERSIAPAN NEGOSIASI DAN BERPIKIR STRATEGIS DALAM

TAWAR-MENAWAR ………

 BACAAN 15 : PERSIAPAN

NEGOSIASI ………

 BEKAL 3 : DAFTAR PERIKSA ………

 BACAAN 16 : (OVERHEAD)

KESERIKATBURUHAN SOSIAL ………

SESI 13 : PELAKSANAAN NEGOSIASI

PKB ………

 BACAAN 17 : PERUNDINGAN PKB DARI SUDUT PANDANG SERIKAT

BURUH ………

 BACAAN 18 : PELAKSANAAN

NEGOSIASI DAN PENERAPAN HASIL

NEGOSIASI ………

SESI 14 : EVALUASI ………

 KUESIONER EVALUASI ………

 KUESIONER EVALUASI PERSESI ………

>><<

(3)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

3

PENGANTAR

Tujuan dari diadakannya pelatihan serikat buruh adalah untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan serikat buruh. Proses penyampaian itu membutuhkan tiga komponen, yakni perkakas keras (hardware), perkakas lunak (software), dan fasilitator. Perkakas keras mencakup alat tulis, alat peraga, dan alat perekam. Sementara perkakas lunaknya berupa bahan-bahan belajar berikut panduannya yang dikumpulkan menjadi satu bundel. Bundel itu disebut “modul pelatihan”, atau singkatnya disebut “modul” saja.

Yang terdapat di sini adalah modul yang dibuat oleh LWG-TC (Labour Working Group). Modul ini merupakan sumbangan LWG-TC untuk perkembangan pelatihan serikat buruh di Indonesia. LWG-TC berharap modul ini, bersama modul sejenis yang dibuat oleh lembaga-lembaga lain, bisa digunakan oleh serikat-serikat sebagai salahsatu perkakas lunak dalam pelatihan yang mereka adakan.

Dalam proses pembuatan modul ini, LWG-TC mendapat dukungan berupa dana dan bahan-bahan belajar dari APHEDA (Australian People for Health, Education, and Development

Abroad). Dukungan berupa komentar dan saran juga datang dari beberapa lembaga dan

beberapa orang di dalam maupun luar negeri. LWG-TC berterima kasih untuk semua dukungan itu.

Tiap tahun modul ini akan dievaluasi dan diperbaiki oleh LWG-TC berdasarkan masukan dari serikat-serikat yang sudah menggunakannya. Dengan begitu diharapkan modul ini akan meningkat mutunya dan bisa memberi manfaat yang lebih besar.

Akhirnya harus dikatakan bahwa tanggung jawab atas pembuatan modul ini ada pada LWG-TC, dan tanggung jawab atas penggunaannya dalam pelatihan ada pada masing-masing serikat yang menggunakan.

(4)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

4

UNTUK PANITIA PELATIHAN

Untuk kelancaran penggunaan modul Perjanjian Kerja Bersama, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan oleh panitia pelatihan.

TUJUAN PELATIHAN

Tujuan pelatihan Kesepakatan Kerja Bersama adalah meningkatkan pemahaman peserta, baik pengurus serikat maupun anggota biasa, mengenai tujuan dan kegiatan-kegiatan utama serikat buruh.

DURASI TOTAL

Durasi total pelatihan ini adalah 720 menit (12 jam). Itu belum termasuk waktu istirahat. Jadual pelatihannya tergantung pada panitia pelatihan.

RENCANA SESI

Berkaitan dengan rencana sesi, panitia pelatihan perlu menjelaskan bahwa:

Rencana sesi (session plan) yang terdapat dalam modul ini dimaksudkan sebagai suatu panduan untuk fasilitator. Dengan memperhatikan rencana sesi, fasilitator dapat mempersiapkan dirinya dan sarana-sarana yang akan dipakai dalam pelatihan.

 Rencana sesi tidak dibagikan ke peserta. Peserta hanya mendapat hal-hal yang disebutkan pada bagian “Lembaran Peserta” dalam rencana sesi.

 Bagian “Proses” yang terdapat dalam rencana sesi berisi langkah-langkah yang dilakukan fasilitator selama berlangsungnya suatu sesi. Jika diperlukan, fasilitator bisa menambahi atau mengurangi langkah-langkah itu. Selama berlangsungnya pelatihan fasilitator boleh menggunakan kreativitasnya sendiri untuk membuat suatu sesi lebih menarik dan lebih efektiv.

KRITERIA FASILITATOR

Fasilitator pelatihan ini adalah orang yang ditunjuk oleh LWG-TC untuk bertindak sebagai fasilitator.

KRITERIA PESERTA

Panitia pelatihan harus menjelaskan bahwa:

 Pengurus maupun anggota biasa boleh menjadi peserta dalam pelatihan ini.

 Peserta bisa berasal dari satu serikat saja atau dari beberapa serikat.

ALAT-ALAT

Selama berlangsungnya pelatihan alat-alat ini harus tersedia:

 Papan tulis dan perlengkapannya.

 Alat tulis.

 Kertas HVS.

(5)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

5 DAFTAR PUSTAKA

Tim Modul LEC. 2002. Kesepakatan Kerja Bersama. Bandung: Labour Education Centre. TUTA. 1995. Training The Union Representative. Melbourne: TUTA.

(6)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

6

SESI 1: PERKENALAN

Durasi: 60 menit.

Tujuan:  Memberi kesempatan kepada fasilitator dan peserta untuk memperkenalkan diri.

 Menyampaikan gambaran awal mengenai pelatihan ini kepada peserta.

 Mengajak peserta mengungkapkan harapan dan kekuatiran mereka berkaitan dengan pelatihan ini.

 Mengajak peserta membuat tata tertib pelatihan.

Yang Diharapkan: Pada akhir sesi ini peserta mampu:

 Menyebut nama fasilitator dan peserta lain.

 Memahami gambaran awal mengenai pelatihan ini.

 Mengungkapkan harapan dan kekuatiran.

 Membuat tata tertib pelatihan.

Lembaran Peserta: ----

Alat Tambahan: Meta plan.

 Kertas plano.

 Spidol.

Metode: Curah pendapat.

Proses: 1. Fasilitator mengucapkan selamat datang kepada peserta dan memperkenalkan dirinya.

2. Fasilitator menyampaikan gambaran awal mengenai pelatihan ini, yang mencakup:  Tema.  Tujuan.  Panitia.  Peserta.  Sesi-sesi.

 Durasi total pelatihan ini.

3. Fasilitator membagikan meta plan dan spidol, kemudian meminta peserta menuliskan:  Nama.  Nama serikat.  Posisi di serikat.  Harapan.  Kekuatiran.

(7)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

7 4. Jika sudah selesai, fasilitator meminta setiap peserta maju kedepan kelas dan membacakan apa yang sudah ditulis di meta

plan.

5. Fasilitator menempelkan tiap meta plan di dinding.

6. Jika sudah selesai, fasilitator mengajak peserta untuk menyusun tata tertib pelatihan. Fasilitator menempelkan dua kertas plano. Satu diberi judul “Yang Harus”, dan satu lagi diberi judul “Yang Tidak Boleh”.

7. Fasilitator menuliskan saran-saran peserta mengenai apa yang harus dilakukan selama pelatihan di kertas plano “Yang Harus”, dan mengenai apa yang tidak boleh dilakukan selama pelatihan di kertas plano “Yang Tidak Boleh”.

8. Jika sudah selesai, fasilitator membacakan isi kedua kertas plano itu dan mengajak peserta untuk mematuhi tata tertib yang sudah disusun bersama-sama.

9. Fasilitator menutup sesi ini.

Catatan: Dalam menggali harapan dan kekuatiran peserta, fasilitator bisa mengajukan pertanyaan untuk memperjelas maksud peserta.

(8)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

8

SESI 2: PERJANJIAN KERJA BERSAMA:

PERTUKARAN KEPENTINGAN

BURUH DAN PENGUSAHA

Durasi: 90 menit.

Tujuan:  Membantu peserta untuk memahami PKB sebagai pertukaran kepentingan antara buruh dan pengusaha

 Membantu peserta memahami semangat kolektif dalam tawar menawar pembuatan PKB

Yang diharapkan: Pada akhir sesi ini peserta mampu:

 Menjelaskan PKB sebagai pertukaran kepentingan antara buruh & pengusaha

 Mendiskusikan pengertian semangat kolektif dalam tawar menawar pembuatan PKB

Lembaran Peserta:  Bacaan 1: PKB: Kesepakatan Pertukaran Kepentingan Buruh dan Pengusaha

 Bacaan 2: Tawar Menawar

Bekal Fasilitator: Bekal 1: Perjanjian Kerja Bersama

Alat Tambahan: Kertas plano/papan tulis, Spidol berwarna Metode:  Curah Pendapat

 Diskusi

 Membaca Bersama

Proses: 1. Fasilitator membuka sesi ini, kemudian menjelaskan tujuan dan proses sesi ini

2. Tanyakan kepada peserta:

 Apakah ada peserta yang pernah ikut dalam perundingan PKB? Jika tidak ada, tanyakan:

 Apakah yang peserta ketahui tentang PKB? Jika tidak ada bagikan lembaran studi kasus.

3. Minta peserta yang memiliki pengalaman atau pengetahuan tentang PKB, untuk menceritakan pengalaman atau pengetahuannya. Pandu peserta tersebut untuk secara runut menceritakan pengalamannya. Tulis pokok-pokok pikiran peserta di papan tulis.

4. Berdasarkan pengalaman atau pengetahuan tersebut (atau berdasarkan studi kasus), ajak seluruh peserta untuk berdiskusi.

(9)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

9 Ajukan pertanyaan-pertanyaan pembantu, seperti:

 Pihak mana saja yang terlibat dalam perundingan PKB?

 Apa tujuan buruh memperjuangkan PKB?

 Apa yang dirundingkan itu?

 Tawar menawar apa yang dinegosiasikan dalam PKB?

 Kesepakatan seperti apa yang menguntungkan buruh?

 Bagaimana buruh memperkuat posisi tawarnya terhadap pengusaha?

 Apa yang dilakukan anggota selama timnya berunding dengan pengusaha?

5. Diskusi bisa saja tidak mencapai satu kesimpulan bersama. Sampaikan bahwa tema ini akan didiskusikan kembali setelah peserta membaca bahan bacaan.

6. Bagikan bahan bacaan 1: PKB: Pertukaran Kepentingan Buruh

dan Pengusaha. Minta peserta untuk membacanya beberapa

waktu.

7. Diskusikan kembali pertanyaan tersebut dengan referensi bahan bacaan.

8. Kaji ulang temuan-temuan sesi ini. 9. Fasilitator menutup sesi ini.

Catatan:  Tujuan sesi ini adalah agar peserta memahami makna pertukaran kepentingan dan semangat koletif dalam memperjuangkan PKB. Kembangkanlah diskusi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peserta untuk mencapai pemahaman tersebut. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pembantu dari lontaran peserta.

 Minta sedikitnya 3 orang peserta untuk menceritakan pengetahuan dan pengalamannya tentang PKB, sampai semua peserta dapat membayangkan apa itu PKB dan proses tawar menawarnya.

 Dalam melakukan kaji ulang, sampaikan proses yang dilalui dan keberhasilan-keberhasilan peserta merumuskan kesimpulan bersama. Yakinkan bahwa peserta memahami makna pertukaran

kepentingan dan semangat kolektif dalam memperjuangkan PKB.

 Semangat kolektif harus ada dalam perjuangan PKB agar buruh dan pengusaha berada dalam keseimbangan kekuatan. Jangan coba-coba berunding jika buruh masih lemah.

(10)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

10

PKB : Kesepakatan Pertukaran

Kepentingan Buruh dan Pengusaha

1. Kepentingan Buruh vs Kepentingan Pengusaha

Hubungan antara buruh dengan pengusaha merupakan pertukaran kepentingan. Apa yang disebut dengan kepentingan? Kepentingan adalah sesuatu yang ingin kita dapatkan dan melebih hak-hak normatif. Setiap orang memiliki kepentingan dan akan berusaha untuk mendapatkannya. Baik buruh dan pengusaha, masing-masing memiliki kepentingan. Mari kita pelajari, apa kepentingan buruh dan apa kepentingan pengusaha.

Siapakah Buruh? Buruh adalah orang yang menjual tenaganya dan mendapatkan upah. Upah itu diperolehnya dari hasil delapan jam bekerja.

Siapakah Pengusaha? Pengusaha adalah pemilik modal. Komponen modal adalah alat produksi dan ongkos produksi. Salah satu bagian dari ongkos produksi adalah upah buruh. Buruh adalah bagian dari alat produksi. Jadi bagi pengusaha, buruh bukanlah manusia. Buruj hanya sekedar sebuuah skrup di mesin industri.

Apa kepentingan buruh? Kepentingan buruh adalah mendapatkan kesejahteraan. Contohnya adalah mendapatkan upah yang layak. Artinya, upah yang menjamin kehidupan buruh sekeluarga. Karena itu buruh berkepentingan untuk mendapatkan tunjangan sosial dan bonus serta kepentingan lain diluar hak normatif.

Apa kepentingan pengusaha? Kepentingan pengusaha adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan mengeluarkan ongkos produksi serendah-rendahnya. Pengusaha akan berusaha menekan ongkos produksi serendah-rendahnya, dengan cara menekan upah, tunjangan sosial dan kepentingan buruh lainnya. Penekanan ongkos produksi dengan cara membayar rendah upah buruh adalah sebuah kejahatan yang disebut dengan pencurian nilai lebih. Pencurian dari tenaga buruh yang tidak dibayar secara layak. Ini cara yang dilakukan oleh pengusaha dalam menekan ongkos produksi.

Pengusaha akan berusaha menekan ongkos serendah-rendahnya.

Lihat contoh ini: Ada pabrik sepatu dengan jumlah buruh 90.000 orang. Buruh-buruh ini tersebar dalam 17 perusahaan sub kontrak* di Indonesia. Dalam sebulan pabrik sepatu ini menghasilkan 7.000.000 pasang sepatu. Berarti dalam sehari pabrik tersebut bisa memproduksi 180.000 sepatu. Seorang buruh dalam seharinya kira-kira menghasilkan dua pasang sepatu. Harga sepasang sepatu tersebut di pasar rata-rata Rp. 500.000,-

Sedangkan perhitungan produksi menurut pengusaha adalah: Bacaan 1

(11)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

11 63 % adalah biaya produksi

30 % untuk biaya siluman 7 % untuk biaya buruh

 Kalau harga dua pasang sepatu bisa sampai Rp. 1.000.000,- berarti buruh seharusnya mendapat upah Rp. 70.000,-/hari [7% x Rp. 1.000.000,-]

 Pada kenyataannya, dengan UMK Rp. 471.500,- buruh cuma dapat Rp. 15.700,- per hari dengan 8 jam kerja

 Coba kita bandingkan : 15.700/70.000 x 8 jam = 1,79 jam

Jadi, kalau hanya untuk mendapatkan UMK sekarang, sebenarnya buruh hanya perlu bekerja 1,79 jam perhari. Bukan 8 jam/hari

 Lalu kemanakah 8 –1,79 jam = 6,21 jam itu ?

Apakah 6,21 jam sudah dihitung penggantian upahnya? Apa artinya ini? Buruh bekerja tanpa dibayar selama 6,21 jam/hari. Inilah yang disebut dengan pencurian nilai lebih. Penindasan utama terhadap buruh. Pertukaran buruh dan pengusaha itu sangat jelas, sangat tidak adil bukan?

2. Harus dibuat perjanjian yang menguntungkan buruh

Jadi, apa yang harus dilakukan untuk merubah ketidakadilan itu? ketidakadilan itu bisa dirubah dengan cara membuat perjanjian antara buruh dengan pengusaha. Perjanjian yang dibuat adalah perjanjian yang menguntungkan buruh. Bukan perjanjian yang menguntungkan pengusaha.

Perjanjian seperti apakah yang menguntungkan pengusaha?

Kontrak individual. Perjanjian yang menguntungkan pengusaha adalah perjanjian sepihak yang dibuat pengusaha. Misalnya kontrak individual. Kontrak individual adalah perjanjian antara satu orang buruh dengan pengusaha. Kontrak individual sah jika sudah disahkan oleh kedua belah pihak. Yaitu seorang buruh dengan pengusaha atau wakilnya.

Kesepakatan terpusat. Kesepakatan lainnya adalah Perjanjian Kerja Bersama yang terpusat. Pengusaha dapat mengatur supaya perjanjian dibuat terpusat. Caranya adalah, pengusaha mendirikan serikat buruh yang tidak independen di perusahaan atau misalnya mendirikan serikat buruh perpanjangan tangan negara. Kemudian pengusaha membuat PKB dengan wakil-wakil SB yang tidak independen ini. Kalau sudah begitu, PKB yang dihasilkan adalah PKB yang jelas-jelas menguntungkan pengusaha.

(12)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

12 Perjanjian yang menguntungkan buruh adalah perjanjian yang dibuat oleh buruh dengan pengusaha. Perjanjian ini dibuat atas dukungan semua buruh. Dalam perjanjian ini, seluruh buruh terlibat dalam merumuskan kepentingan-kepentingannya. Kepentingan yang di rumuskan bersama inilah yang disodorkan sebagai rancangan Perjanjian bersama buruh – pengusaha. Jadi sebenarnya hampir semua isi perjanjian itu adalah kontribusi buruh.

3. Dengan membangun kolektivisme

Perjanjian yang menguntungkan buruh adalah perjanjian yang dibuat di meja perundingan dengan pertukaran yang adil. Salah satu syarat pertukaran ini adalah posisi kedua belah pihak yang setara. Bagaimana mencapai posisi yang setara? Caranya adalah dengan membangun kolektivisme. Kolektivisme adalah kebersamaan, membangun kebersamaan artinya membangun kekuatan buruh. Kekuatan buruh adalah kunci utama untuk pertukaran kepentingan yang menguntungkan buruh. Karena itu PKB adalah kerja yang dipelopori oleh kekuatan kolektif di sebut kesepakatan kerja kolektif atau lebih dikenal dengan Perjanjian Kerja Bersama .

(13)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

13

Bacaan 2

KEKUATAN TAWAR-MENAWAR

Berjuang untuk menggolkan PKB yang menguntungkan serikat buruh bukan tugas tim perunding saja, tapi merupakan tugas seluruh anggota serikat. Tanpa dukungan yang memadai dari seluruh anggota serikat buruh, tim perunding akan ragu atau bahkan takut untuk berdebat dan melakukan tawar-menawar dengan tim perunding pengusaha. Karena itu pengurus harus berperan aktif membangkitkan dukungan seluruh anggota untuk tim perunding PKB serikat buruh. Pengusaha dan tim perunding pengusaha akan merasa segan jika melihat banyak buruh dalam perusahaan dengan antusias memberi dukungan untuk tim perunding serikat buruh. Sementara tim perunding SB pun akan merasa lebih mantap dalam menjalani perundingan.

Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan ketika pengurus berusaha membangkitkan dukungan seluruh anggota serikat:

 Jika isi naskah PKB mencerminkan kepentingan para anggota dan berdasarkan survey yang dilakukan pengurus, para anggota akan antusias untuk mengikuti perkembangan perundingan PKB itu.

 Jika para buruh membicarakan isi PKB di waktu istirahat maupun waktu kerja, PKB dan proses perundingannya akan segera menjadi isu besar di tempat kerja. Hal itu akan mendorong pengusaha untuk memberi perhatian lebih serius ke naskah PKB dan proses perundingannya.

 Jika pengurus mengadakan semacam konferensi untuk memperkenalkan tim perunding serikat, para anggota biasa akan merasa lebih dekat dengan tim perunding. Dengan begitu mereka tidak ragu untuk memperlihatkan dukungan mereka di tempat kerja, baik dalam waktu kerja maupun waktu istirahat.

 Jika pengurus membagikan pamflet mengenai PKB ke para buruh, baik anggota serikat maupun bukan, perhatian para buruh ke PKB dan proses perundingannya akan meningkat pesat.

 Jika para buruh, baik anggota serikat maupun bukan, bisa diajak menunjukkan simpati untuk tim perunding serikat dengan cara memakai suatu atribut di tempat kerja (misalnya memasang pita dengan warna yang sama di lengan, memakai topi yang sama, atau memasang emblem yang sama di dada), pengusaha akan melihat makin jelasnya dukungan para buruh untuk tim perunding serikat.

 Jika serikat mengadakan pesta kecil di tempat kerja pada hari libur yang dihadiri oleh keluarga para buruh, dan di ruangan pesta dipasang poster-poster mengenai PKB, pengusaha akan menyadari bahwa hasil akhir perundingan PKB tidak hanya akan ber-pengaruh pada taraf kehidupan para buruh, tapi juga pada keluarga mereka.

(14)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

14

Bekal 1

PERJANJIAN KERJA BERSAMA

Sesuai dengan tujuan pembentukannya, hal utama yang harus dilakukan oleh serikat buruh adalah memperjuangkan kepentingan para buruh yang menjadi anggotanya di hadapan pengusaha. Kepentingan adalah suatu hal yang dianggap penting, ingin didapat, dan jika sudah didapat, ingin terus dipertahankan. Salah satu contohnya adalah upah yang layak. Para buruh menganggap upah yang layak adalah suatu hal yang penting. Mereka ingin mendapatkan itu, dan jika sudah mendapatkannya, mereka ingin terus seperti itu. Jika harga barang-barang kebutuhan pokok naik, mereka ingin upah juga naik dengan persentase yang sama, supaya kelayakan upah yang mereka terima terus dipertahankan. Maka upah yang layak bisa disebut sebagai kepentingan para buruh.

Sebagian kepentingan buruh sudah dimuat dalam hukum perburuhan, sebagian lagi belum. Yang sudah dimuat disebut sebagai hak atau hak normatif. Penilaian mengenai hak-hak normatif buruh bisa berbeda antara satu serikat dengan serikat lainnya. Suatu serikat mungkin menganggap suatu hak normatif buruh sudah memadai, sementara untuk serikat lain hak itu belum memadai. Penilaian yang berbeda memunculkan sikap yang berbeda juga terhadap hak-hak normatif yang tercantum dalam hukum perburuhan yang berlaku.

Para buruh yang sudah berserikat tidak perlu lagi berjuang sendiri-sendiri. Mereka bisa berjuang bersama-sama menghadapi pengusaha untuk mendapatkan upah dan kondisi kerja yang lebih baik. Mereka bisa merumuskan permintaan atau tuntutan secara kolektif (bersama-sama) dan bisa mengajukannya ke hadapan pengusaha secara kolektif juga.

Kekuatan serikat berasal dari orang-orang yang menjadi anggotanya, sementara kekuatan pengusaha berasal dari modal yang dimilikinya. Jika kekuatan mereka tampak seimbang, pada akhirnya serikat buruh dan pengusaha melakukan tawar-menawar untuk mendapatkan hasil yang bisa diterima oleh kedua pihak tersebut. Hasil itu berupa kesepakatan tertulis mengenai upah dan kondisi kerja yang akan diberlakukan dalam perusahaan terkait. Kesepakatan itu harus tertulis supaya sewaktu-waktu bisa dijadikan acuan untuk menilai apakah salah satu pihak melanggar kesepakatan atau tidak.

Kesepakatan tertulis antara buruh dan pengusaha ada 2 macam, yakni kesepakatan individual (hanya antara seorang buruh dan pengusaha) dan kesepakatan kolektif (antara serikat buruh dan pengusaha). Seorang buruh yang sudah menjadi anggota serikat tidak boleh membuat kesepakatan individual. Sebagai anggota serikat dia dengan sendirinya terikat dengan kesepakatan kolektif yang sudah dibuat oleh serikat.

Kesepakatan individual lebih disukai pengusaha ketimbang kesepakatan kolektif karena seorang buruh sendirian tidak akan mempunyai cukup kekuatan dalam tawar-menawar dengan pengusaha atau wakil pengusaha. Di samping itu pengusaha bisa menekan dan

(15)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

15 mengancam para buruh yang secara sendirian menolak tawaran pengusaha. Lain halnya jika para buruh itu membentuk kelompok dan secara bersama-sama menolak tawaran pengusaha. Pengusaha tidak akan mudah untuk menekan dan mengancam mereka.

Dalam bahasa Indonesia kesepakatan kolektif dikenal dengan berbagai nama, antara lain Kesepakatan Kerja Bersama, Perjanjian Kerja Bersama, dan Perjanjian Perburuhan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan 2 nama, yakni ColLWG-TCtive Barganing Agreement dan

ColLWG-TCtive Labour Agreement. Untuk selanjutnya di sini perjanjian kolektif akan

disebut dengan nama Perjanjian Kerja Bersama atau disingkat sebagai PKB.

Suatu PKB harus terlebih dulu melalui proses perundingan kolektif (colLWG-TCtive

bargaining) antara pihak serikat dan pihak pengusaha. Disebut “perundingan kolektif”

(perundingan bersama) karena dalam perundingan itu pihak serikat mewakili semua buruh yang menjadi anggota serikat sekaligus, tidak mewakili anggota serikat satu per satu. Di perusahaan mana pun perundingan kolektiv tidak disukai oleh pengusaha karena perundingan itu menyatukan kekuatan individual para anggota serikat dan menggunakannya untuk menekan pengusaha, supaya pengusaha mau mengadakan perubahan-perubahan yang menyangkut upah dan kondisi kerja.

Dulu, permintaan serikat buruh untuk mengadakan perundingan kolektif guna membuat PKB dianggap sebagai hal yang aneh dan ilegal. Dalam perkembangan selanjutnya, terutama di Eropa, serikat-serikat buruh berhasil mendesak pemerintah di negeri masing-masing untuk mengakui adanya hak untuk mengadakan perundingan kolektif. Maka lambat-laun anggapan-anggapan negatif terhadap perundingan kolektif mulai luntur, dan sekarang perundingan kolektif dianggap sebagai hal yang wajar dan legal (tidak melanggar hukum). Pengakuan mengenai adanya hak itu tidak terdapat pada pemerintah negeri-negeri Eropa saja, tapi juga terdapat pada lembaga internasional seperti ILO (International Labour Organization). Melalui salah satu konvensi yang dibuatnya, yakni konvensi nomor 98 tahun 1949, ILO antara lain menyebutkan bahwa:

 Serikat buruh berhak mengajak pengusaha berunding dalam kerangka pembuatan PKB.

 Buruh wajib dilindungi dari pemecatan yang disebabkan keanggotaannya dalam serikat buruh atau disebabkan partisipasinya dalam kegiatan serikat buruh.

 Organisasi buruh dan organisasi pengusaha berhak mendapat perlindungan pemerintah dari campur-tangan satu terhadap yang lain.

ILO mengimbau pemerintah di berbagai negeri untuk turut mengakui adanya hak untuk mengadakan perundingan kolektif. Berkaitan dengan itu pemerintah Indonesia membuat beberapa aturan perburuhan yang juga mengakui hak untuk mengadakan perundingan kolektif dan membuat PKB, antara lain adalah:

 Undang-undang nomor 13, tahun 2003 mengenai Perjanjian Kerja Bersama.

 Peraturan pemerintah nomor 49, tahun 1954 mengenai Tata Cara Membuat dan Mengatur Perjanjian Perburuhan.

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 1 tahun 1985 mengenai Tatacara Pembuatan PKB.

(16)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

16 PKB dibuat oleh serikat buruh dan pengusaha (dalam hal ini pengusaha yang mempekerjakan para buruh yang menjadi anggota serikat) melalui perundingan. Kadang ada beberapa serikat dalam satu perusahaan dan tiap serikat diakui keberadaannya oleh pengusaha. Jika begitu yang terjadi, hanya serikat buruh mayoritas yang layak melakukan perundingan dengan pengusaha dalam proses pembuatan PKB.

Sebelum membuat rancangan PKB dan merundingkannya dengan pengusaha, serikat buruh harus terlebih dulu membangun kekuatan kolektifnya. Karena tanpa kekuatan kolektif yang memadai pengusaha tidak akan bersedia berunding. Untuk itu para anggota biasa harus sering diajak untuk bersama-sama memikirkan serikat dan bersama-sama mengambil bagian dalam penanganan masalah-masalah yang dihadapi serikat. Jika hanya pengurus yang aktif, serikat akan sulit untuk mengembangkan kekuatan kolektifnya. Di samping itu akan timbul kesan bahwa serikat hanya terdiri dari para pengurus. Pengusaha merasa lebih berani menghadapi beberapa orang pengurus saja ketimbang menghadapi para anggota biasa yang jumlahnya jauh lebih banyak.

Manfaat adanya PKB terutama ditujukan untuk para anggota serikat karena mereka yang menyusun dan memperjuangkannya. Namun karena pasal-pasal dalam PKB bisa berisi ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk semua buruh dalam perusahaan yang bersangkutan, baik yang menjadi anggota serikat maupun tidak, manfaat adanya PKB banyak-sedikit dirasakan juga oleh mereka tidak bergabung ke serikat.

(17)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

17

SESI 3: MEMAHAMI K K B

Durasi: 120 menit.

Tujuan:  Mengajak peserta mengenali arti dan manfaat PKB untuk serikat buruh.

 Mengajak peserta mengetahui hal-hal yang menjadi isi PKB.

 Mengenalkan peserta pada landasan hukum perjanjian perundingan

Yang Diharapkan: Pada akhir sesi ini peserta mampu:

 Menjelaskan apa arti dan manfaat PKB untuk serikat buruh.

 Menyebutkan hal-hal yang menjadi isi PKB.

 Mengenal landasan hukum perjanjian perundingan

Lembaran Peserta: Bacaan 3: Perjanjian Kerja Bersama Bacaan 4: Isi PKB.

Bekal Fasilitator --

Alat Tambahan: Kertas plano/papan tulis, spidol berwarna.

Metode:  Diskusi kelompok

 Curah pendapat.

Proses: 1. Fasilitator membuka sesi ini. Ajak peserta untuk mengingat kembali diskusi sesi sebelumnya. Minta dua atau tiga orang peserta untuk mengungkapkan pemahamannya terhadap PKB (Hasil diskusi sesi 2).

2. Jelaskan tujuan dan proses belajar sesi ini.

3. Lakukan curah pendapat untuk menggali pengalaman peserta tentang manfaat PKB buat buruh. Ajukan pertanyaan:

 apa manfaat PKB buat buruh?

4. Tulis semua jawaban peserta di papan tulis, tanpa dikomentari. 5. Setelah semua gagasan terkumpul, diskusikan gagasan-gagasan

tersebut. Diskusikan (jelaskan) gagasan yang bukan manfaat langsung dari PKB.

6. Minta peserta untuk membuat kelompok-kelompok (4-5 orang). Tugaskan kelompok untuk mendiskusikan dan menjawab pertanyaan:

 Apa saja yang perlu diatur dalam PKB?

7. Minta setiap kelompok untuk menuliskan hasil diskusinya di kertas plano dan mempersiapkan wakilnya untuk presentasi.

(18)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

18 8. Persilakan wakil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya.

9. Diskusikan bersama seluruh peserta untuk menghasilkan daftar sementara hal-hal yang perlu diatur dalam PKB.

10. Bagikan Bahan Bacaan 4: Isi PKB

11. Bandingkan hasil rumusan sementara dengan bahan bacaan 4. Tambahkan hal-hal yang belum diatur dalam ke dalam rumusan bersama.

12. Bagikan bacaan 3: Perjanjian Kerja Bersama

13. Pusatkan perhatian pada bagian mengenai: Apakah memperjuangkan PKB itu melanggar hukum?

14. Kaji ulang temuan-temuan sesi ini 15. Fasilitator menutup sesi ini

.

Catatan:  Curah pendapat dimaksudkan untuk memudahkan peserta mengeluarkan gagasannya. Karena itu, peraturan utamanya adalah ketika ada yang menyampaikan pendapat, peserta lain apalagi fasilitator, tidak boleh membahas atau mengkritik.

 Yang dimaksud dengan bukan manfaat langsung PKB, adalah manfaat atau aspirasi anggota yang tidak begitu saja dapat terwujud ketika PKB telah disepakati. Misalnya, dengan disepakatinya PKB buruh dapat bersatu, atau kesejahteraan buruh pasti terjamin, dsb. Peserta harus diingatkan bahwa PKB bukanlah akhir dari perjuangan serikat buruh

 Sedapat mungkin dapatkan contoh PKB sebagai contoh untuk bacaan tambahan

(19)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

19

PERJANJIAN KERJA BERSAMA

Apa itu PKB?

PKB adalah Perjanjian Kerja Bersama. Adalah kesepakatan yang mengatur pertukaran kepentingan antara buruh dan pengusaha. Buruh punya kepentingan, pengusaha juga begitu. Pertukaran kepentingan harus disepakati kedua belah pihak.

Siapa yang membuat kesepakatan?

Dalam pembuatan PKB, serikat buruh berhadapan dengan pengusaha di meja perundingan.  Serikat buruh akan diwakili oleh tim perunding, yang dipilih secara demokratis oleh

seluruh anggota serikat. Yang menjadi tim perunding bisa siapa saja, tidak harus selalu pengurus serikat.

 Pengusaha biasanya diwakili oleh manajer. Siapa pengusaha itu ?

Dalam pembuatan PKB kita berunding dengan pengusaha. Kita harus tahu dengan siapa kita berunding. Siapa itu pengusaha?

Repotnya, di Indonesia semua perusahaan trans nasional memakai sistem subkontrak. Perusahaan itu hanya menjalankan kontrak dari perusahaan induk, yang bermarkas di negara-negara maju. Pabrik pembuat celana levi‟s hanya di kontrak oleh perusahaan induk yang bermarkas di Amerika. Pabrik itu harus membayar untuk dapat ijin menggunakan merk levi‟s. Dan pemilik pabrik harus berurusan dengan perusahaan induk termasuk perpanjangan kontrak.

Jangan lupa, pemilik pabrik harus bersaing dengan pemilik pabrik lain agar dipercaya mendapatkan kontrak. Pabrik yang menjanjikan ongkos produksi termurah yang akan memenangkan persaingan. Siapa lagi yang dikorbankan untuk menekan ongkos produksi kalau bukan buruh. Upah murah dan tidak adanya tunjangan adalah cara efektif untuk menekan ongkos produksi.

Jadi, dengan siapa sesungguhnya kita berhadapan? Dengan siapakah kita sesungguhnya bekerja? Sistem sub kontrak jelas memperlemah posisi buruh karena sesungguhnya perusahaan induk tidak memperdulikan kepentingan buruh di pabrik sub kontrak. Dan jika pengusaha di pabrik memenuhi semua tuntutan buruh maka otomatis ongkos produksi akan melambung. Perusahaan induk dengan mudah akan menghentikan perpanjangan kontrak. Pengusaha pabrik lokal yang kebanyakan WNA pun dengan mudah mengalihkan modalnya ke negara yang sanggup menyediakan buruh yang lebih murah.

Jadi sesungguhnya kekuatan yang dihadapi adalah kekuatan yang berlapis. Jadi dalam membuat rumusan PKB, kita harus dapat memperhitungkan kemampuan perusahaan memenuhi tuntutan kita dan resiko apa saja yang akan muncul.

(20)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

20 PKB adalah Perjanjian Kerja Bersama

Gambaran diatas memperlihatkan bahwa buruh berhadapan dengan organisasi perusahaan yang terstruktur rapi. Jadi, apalagi cara perlawanan yang efektif kalau bukan dengan organisasi yang rapi juga. Itu hanya dapat di lawan oleh organisasi buruh yang bersatu mengupayakan Perjanjian Kerja Bersama yang memihak pada buruh.

PKB adalah bentuk kerja kolektif. Masih ingat? Kolektivisme atau kebersamaan adalah kunci keberhasilan perjuangan buruh. Dalam prosesnya nanti, serikat akan menggali kepentingan seluruh buruh dengan melakukan investigasi dan survey. Hasilnya akan dirumuskan menjadi rancangan PKB. Rancangan inilah yang akan ditawarkan dalam meja perundingan. Jadi sesungguhnya, PKB itu benar-benar dibuat oleh buruh sendiri. Pengesahannya tergantung dari negosiasi di meja perundingan dengan pengusaha. Negosiasi itu nanti juga akan kita pelajari.

Kesepakatan bersama lebih menguntungkan

PKB lebih menguntungkan karena buruh tidak lagi sendirian dalam melakukan tawar-menawar atau bertukar kepentingan dengan pengusaha. Permintaan yang diajukan adalah permintaan seluruh buruh. Pengusaha sukar untuk memecat, karena yang dihadapinya lebih dari satu orang. Pengusaha sukar untuk menganggap remeh PKB, karena yang dihadapinya adalah permintaan bersama dan kekuatan bersama dari seluruh buruh sekaligus. Apalagi kalau seluruh buruh yang dihadapinya itu bersatu dalam sebuah organisasi serikat buruh yang kuat.

Apakah memperjuangkan PKB itu melanggar hukum?

Kadang-kadang buruh menolak untuk memperjuangkan PKB karena takut. Mereka menganggap bahwa berkumpul dan mendiskusikan PKB merupakan perbuatan melawan hukum, yang harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Betulkah begitu? Padahal, Perjanjian Kerja Bersama telah diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Sehingga tidak ada alasan bagi manajemen untuk melarang buruh meminta adanya PKB di tempat kerja mereka. Dalam Undang-undang No.13 tahun 2003, telah diatur tentang PKB, dari mulai definisi PKB hingga peraturan pemogokan kerja.

Undang-Undang no.13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan berisi: - Definisi tentang ketenagakerjaan

- Pelatihan kerja, perluasan kesempatan kerja, penempatan tenaga kerja - Perlindungan, pengupahan, dan kesejahteraan

- Upah, keselamatan kerja, kesejahteraan

- Hubungan industrial, perselisihan hubungan industrial - Keserikatburuhan

- Mogok kerja - PHK

Hak berunding kolektif, konvensi ILO no. 98.

Buruh harus memperjuangkan PKB. Perundingan PKB adalah alat yang disediakan agar buruh dapat mendesakkan kepentingannya secara damai. Hak buruh untuk berunding secara kolektif dinyatakan dalam :

(21)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

21  UU no.13 tahun 2003 tentang perjanjian perburuhan

 Peraturan pemerintah no.49 tahun 1954 tentang tata cara membuat dan mengatur perjanjian perburuhan

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja no.1 tahun 1985 tentang tatacara pembuatan PKB  Surat edaran Menteri Tenaga Kerja no.SE-17/Men/1990 tentang peningkatan

pembinaan dalam musyawarah pembuatan PKB Hak mogok, konvensi ILO no.87

Bahkan bila perundingan PKB berjalan alot, buruh berhak untuk melakukan tekanan dengan melakukan aksi mogok. Mogok adalah hak yang dilindungi undang-undang, yakni :

 UU no.22 tahun 1957 penyelesaian perselisihan perburuhan  Konvensi ILO no.87

(22)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

22

Bacaan 4

ISI PKB

Berbagai hal dalam kategori upah dan kondisi kerja bisa dijadikan permintaan atau tuntutan serikat dalam perundingan PKB. Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai permintaan yang diajukan serikat bobotnya lebih ringan ketimbang yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Itu berarti isi naskah PKB harus berada di atas standard pemerintah. Jika serikat meminta suatu hal di bawah standard pemerintah, bisa dikatakan bahwa serikat sedang berjuang untuk menurunkan upah dan kondisi kerja. Dengan kata lain serikat sedang berjuang untuk menurunkan taraf hidup para anggota.

Untuk menghindari terjadinya peristiwa seperti itu, serikat buruh harus mempelajari ketentuan-ketentuan perburuhan dari pemerintah Indonesia yang masih berlaku. Sesudah itu baru serikat merumuskan permintaan-permintaan yang akan dicantumkan dalam naskah PKB. Kadang sulit untuk mengetahui apa suatu ketentuan perburuhan masih berlaku. Untuk itu pengurus serikat bisa menanyakannya ke kantor Departemen Tenaga Kerja yang terdekat. Berikut ini disampaikan hal-hal yang bisa dicantumkan dalam PKB berikut penggolongannya. Ini hanya contoh. Tidak semua hal yang disebutkan di sini harus terdapat dalam PKB yang sebenarnya.

BAB 1: MUKADIMAH

BAB 2: PIHAK-PIHAK YANG MEMBUAT PKB BAB 3: UMUM

1. Istilah-istilah.

2. Tujuan Dibuatnya PKB. 3. Luasnya PKB.

BAB 4: PENGAKUAN, JAMINAN DAN FASILITAS UNTUK SERIKAT 1. Pengakuan Dari Kedua Pihak.

2. Jaminan Untuk Serikat. 3. Fasilitas Untuk Serikat. BAB 5: HUBUNGAN KERJA 1. Penerimaan Buruh Baru. 2. Masa Percobaan.

3. Surat Keputusan Pengangkatan. 4. Golongan Dan Posisi Buruh. 5. Mutasi Dan Prosedurnya.

(23)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

23 6. Penilaian Prestasi Kerja.

7. Promosi.

BAB 6: WAKTU KERJA, ISTIRAHAT, DAN LEMBUR 1. Hari Kerja.

2. Waktu Kerja, Istirahat, Dan Lembur. 3. Penghitungan Upah Lembur.

BAB 7: PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN BEKERJA 1. Istirahat Mingguan.

2. Hari Libur Resmi. 3. Cuti Tahunan. 4. Cuti Haid. 5. Cuti Hamil. 6. Cuti Sakit.

7. Izin Meninggalkan Pekerjaan.

BAB 8: KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1. Prinsip-prinsip Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. 2. Pakaian Kerja.

3. Perlengkapan Keselamatan Kerja. BAB 9: PENGUPAHAN

1. Pengertian Upah. 2. Komponen Upah. 3. Waktu Pemberian Upah. 4. Tunjangan Masa Kerja. 5. Tunjangan Keahlian. 6. Tunjangan Perumahan. 7. Tunjangan Hari Raya. 8. Jasa Produksi (Bonus). 9. Pajak Penghasilan.

10. Penghitungan Upah Selama Sakit.

BAB 10: PENGOBATAN DAN PERAWATAN 1. Poliklinik Perusahaan.

2. Perawatan Di Rumah Sakit. 3. Pembelian Obat.

4. Pembelian Kacamata. 5. Biaya Bersalin.

BAB 11: JAMINAN SOSIAL 1. Jaminan Kematian.

2. Jaminan Hari Tua.

BAB 12: KESEJAHTERAAN 1. Koperasi.

(24)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

24 3. Tempat Penitipan Anak.

4. Pembelian Hasil Produksi Perusahaan. 5. Beasiswa.

BAB 13: TATA TERTIB 1. Kewajiban-kewajiban. 2. Larangan-larangan.

3. Hukuman Karena Pelanggaran.

BAB 14: PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) 1. PHK Dalam Masa Percobaan.

2. PHK Atas Permintaan Buruh.

3. PHK Karena Pelanggaran Tata Tertib. 4. PHK Karena Lanjut Usia.

5. PHK Karena Sakit Berkepanjangan. 6. PHK Karena Rasionalisasi.

7. PHK Karena Relokasi.

BAB 15: PENYELESAIAN KELUHAN 1. Prosedur Penyampaian Keluhan. 2. Prosedur Penyelesaian Keluhan.

BAB 16: PELAKSANAAN DAN PENUTUP 1. Pelaksanaan.

2. Masa Berlakunya PKB. 3. Penutup.

(25)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

25

SESI 4: MEMBANGUN KEKUATAN

Durasi: 120 menit.

Tujuan:  Memberi gambaran kepada peserta mengenai pentingnya membangun kekuatan dalam perundingan PKB.

 Memberi gambaran kepada peserta mengenai tim perunding sebagai bentuk kekuatan dalam perundingan PKB

 Mengajak peserta menganalisa bagaimana membangun kekuatan dalam perundingan PKB.

Yang Diharapkan: Pada akhir sesi ini peserta mampu:

 Menjelaskan pentingnya membangun kekuatan dalam perundingan PKB.

 Menjelaskan pentingnya tim perunding sebagai bentuk kekuatan dalam perundingan PKB.

 Menganalisa kekuatan dalam perundingan PKB.

Lembaran Peserta: Bacaan 5: Membangun Kekuatan Serikat Buruh aktivitas 1: Membuat kegaduhan

Alat Tambahan: Meta plan.

 Kertas plano.

 Spidol.

Metode:  Curah pendapat

 Diskusi kelompok.

Proses: 1. Fasilitator memperkenalkan sesi ini dan menjelaskan secara singkat mengenai tujuan dari sesi ini.

2. Fasiltator mengajak peserta melakukan curah pendapat dengan memberi pertanyaan kunci kepada peserta:

“Apa yang dapat kita lakukan dalam perundingan PKB yang dapat mencerminkan kekuatan kita sebagai serikat?”

Fasilitator menuliskan di papan tulis jawaban-jawaban poin- poin penting dari pertanyaan diatas. Ambil inti dari jawaban tersebut, bahwa membangun kekuatan dibutuhkan dalam perundingan PKB. Hal ini mencerminkan bahwa serikat adalah organisasi yang bertanggungjawab terhadap

anggotanya. Contoh adalah dengan mencari tim perunding PKB yang baik.

3. Fasilitator mengajak peserta untuk merumuskan bersama-sama tentang tim perunding yang baik bagi serikat untuk PKB. Dengan cara setiap orang menuliskan syarat menjadi tim perunding. 4. Setelah ada rumusan tentang tim perunding yang baik, ajak

(26)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

26 peserta untuk merumuskan apa yang tidak boleh dilakukan oleh tim perunding atau siapa yang bisa disebut dengan tim perunding yang buruk.

5. Setelah dua kategori terkumpul, fasilitator mengajak peserta melihat kategori negosiator yang baik dan negosiator yang buruk. 6. Dari definisi tersebut, fasilitator mengajak peserta untuk melihat

kembali pada kebutuhan serikat untuk memenangkan PKB. Apa yang dilakukan oleh serikat setelah mendapatkan definisi atau kebutuhan akan tim? Dari jawaban peserta ambil intinya bahwa tim adalah orang pilihan dari anggota. Sehingga apapun yang tim akan lakukan adalah hasil pemilihan dari anggota. Kewajiban serikat adalah memberi ruang dan seluruh bahan bagi tim perunding untuk memperlajari draft perundingan. Serikat punya kewajiban membuat support bagi tim perunding, sehingga tidak akan terjadi hal-hal yang buruk bagi tim perunding.

7. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan curah pendapat mengenai strategi-strategi yang dibangun untuk memperkuat tawar-menawar dan menuliskannya di papan tulis

8. Fasilitator meminta peserta untuk mempraktekkan lembar aktivitas.

9. Kemudian fasilitator menanyakan ke peserta tentang: a) Apa pelajaran yang bisa diambil dari aktivitas tersebut? b) Apa kemungkinan respon pihak manajemen?

Fasilitator mengeksplorasi pendapat peserta tentang hal diatas. 6. Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok

(kurang lebih empat kelompok). Setiap kelompok diminta untuk menganalisa suatu isu dalam perundingan PKB dan mendiskusikan isu tersebut dengan memperhatikan:

1. Strategi apa yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan ini?

2. Mengapa anda pikir bahwa strategi ini bisa berhasil?

3. Melalui pendekatan yang bagaimana strategi tersebut bisa diterapkan?

8. Persilakan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan meminta peserta lainnya untuk memberikan tanggapan.

9. Fasilitator bersama-sama peserta membahas kesimpulan hasil presentasi kelompok dan mencatat point-point penting yang ditemukan.

10. Tutuplah sesi ini.

Catatan:  Dalam menggali pertanyaan-pertanyaan peserta bisa dilakukan dengan memberikan contoh kasus yang sesuai.

 Dalam diskusi kelompok, amati keterlibatan semua peserta dalam pembuatan contoh isu, dan ingatkan mereka bahwa keberhasilan usaha kita (pada praktek nyata) tidak terlepas bagaimana pengemasan isu tersebut kita buat.

(27)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

27

Membangun Kekuatan Serikat Buruh

Serikat buruh ada karena kita tidak bisa bergantung pada perusahaan untuk melakukan peningkatan standar hidup buruh, kenyamanan dan keamanan bekerja buruh. Serikat buruh adalah organisasi sukarela yang hanya bisa berjalan efektif jika anggotanya paham dan mengerti betul bahwa serikat buruh adalah milik mereka. Artinya serikat buruh adalah refleksi dari tujuan para anggota serikat yang ada dan membutuhkan keterlibatan anggota secara penuh serta mendorong anggota untuk mengembangkan keahlian dan pemahaman mereka sendiri. Melalui organisasi serikat buruh, lebih efektif bagi buruh memperjuangkan kepentingannya terhadap perusahaan.

Salah satu hal yang bisa diperjuangkan oleh Serikat Buruh adalah adanya perjanjian kerja yang adil antara perusahaan dan buruh yang akan melindungi hak-hak normatif buruh dan jika ada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang merugikan pekerja, bisa digugat ke badan hukum. Memperjuangkan PKB adalah sebuah bentuk kerja organisasi serikat buruh yang efektif. Tetapi tentu saja ini bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Karena kerja-kerja memperjuangkan PKB perlu dilandasi oleh semangat perjuangan kepentingan buruh, yang dewasa, berprinsip dan menggunakan cara yang terdidik.

Mmbangun kekuatan disini harus ditempuh secara bertahap dan tidak tiba-tiba. Sebagai contoh, di Canadian Auto Workers, mereka memperjuangkan atau membangun serikat buruh mereka menjadi kuat dengan banyak tahapan. Misalnya saja, perjuangan yang dirintis dari tahun 1937 adalah pemogokan atau aksi pengaduan keluh kesah. Biaya liburan di negosiasikan tahun 1940, dan demikian seterusnya hingga tahun 1990. Sehingga bisa dihitung betapa lama perjuangan serikat buruh untuk memperjuangkan kepentingan serikat buruhnya. Itu sejarah panjang gerakan serikat buruh CAW di Kanada. Atau Serikat Buruh Nestle. Mereka berjuang melalui jalan yang panjang dan tidak mudah. Tetapi, apa yang mereka lakukan patut dijadikan contoh bagi perjuangan serikat buruh lain.

Apa yang bisa dilakukan oleh pekerja untuk ini? Tentu yang pertama kali bisa dilakukan adalah membongkar pemahaman tentang perjanjian kerja tersebut. Karena dengan adanya perjanjian kerja, maka hubungan kerja bisa berlangsung. Perjanjian kerja harus dibuat secara tertulis atau lisan. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah (UU No.13 th 2003, Bab 1, Pasal 1, ayat 15). Pada pasal-pasal berikutnya dijelaskan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak dengan melihat kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, adanya pekerjaan yang diperjanjikan, yang bila mana bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundangan yang berlaku, dapat dibatalkan demi hukum.

(28)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

28 Dalam sebuah perusahaan yang tidak ada perjanjian kerja, biasanya menggunakan peraturan perusahaan. Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggungjawab dari pengusaha yang bersangkutan. Tetapi walaupun peraturan perusahaan telah ada, jika dalam perusahaan tesebut sudah ada serikat buruh yang menginginkan adanya perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama yang dibuat berdasarkan kemufakatan musyawarah, maka perusahaan wajib melayani keinginan serikat buruh.

Peraturan perusahaan berbeda dengan perjanjian kerja yang dibuat oleh serikat buruh. Jika peraturan perusahaan dibuat oleh pihak perusahaan demi kepentingan perusahaan dengan hanya mempertimbangkan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja atau buruh di perusahaan yang bersangkutan, maka perjanjian kerja dibuat oleh serikat pekerja dengan berdasarkan kepentingan seluruh kebutuhan pekerja yang dimusyawarahkan dengan pihak perusahaan. Jika dalam perusahaan sudah ada serikat buruh dan perjanjian kerja maka peraturan perusahaan otomatis tidak berlaku semenjak perjanjian kerja tersebut ditanda tangani oleh pihak serikat buruh dengan pihak perusahaan. Oleh sebab itu, maka perjanjian ini disebut dengan perjanjian kerja bersama (PKB). Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang ketenagakerjaan, UU no.13 tahun 2003, BAB XI, bagian ketujuh, pasal 116 hingga pasal 135 dijelaskan tentang perjanjian kerja bersama.

Perjanjian Kerja Bersama adalah sebuah bentuk perjanjian yang dilakukan oleh buruh dengan majikan atau pekerja dengan pihak perusahaan. Perjanjian ini dilakukan oleh pekerja sebagai orang yang akan menjual tenaganya, dengan perusahaan yang akan membeli tenaganya dengan memberikan kompensasi berupa upah atas tenaga yang dikeluarkannya. Perjanjian Kerja Bersama adalah sebuah kesepakatan yang diambil melalui pertemuan dua belah pihak dan menegosiasikan/merundingkan hal tersebut.

Kenapa buruh perlu atau sebuah tempat kerja mempunyai PKB? Adalah untuk menjaga terjadinya keseimbangan yang terjadi antara kepentingan buruh dan kepentingan perusahaan. Apa kepentingan buruh? Adalah mendapatkan upah layak, mendapat jaminan kenyamanan dan keselamatan kerja, mendapat tunjangan, dan mendapat kebebasan untuk berserikat. Sedangkan kepentingan perusahaan adalah mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan biaya yang sedikit. Dua hal ini menjadi sebuah pertentangan yang akan terus berlangsung jika salah satu pihak tidak berusaha merubah dan menegosiasikan hal ini. Lihat saja dari sisi pekerja. Pekerja dalam satu harinya akan bekerja selama tujuh atau delapan jam untuk berproduksi. Produk inilah yang kemudian dijual keluar dan menjadi biaya untuk upahnya. Tetapi terkadang upah yang diterima tidak sesuai dengan pemasukan yang diterima. Tidak usah jauh-jauh. Sedangkan perusahaan, pasti mempunyai keinginan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari hasil produksi ini. Ini yang biasanya menekan kehidupan buruh menjadi taraf yang tidak layak. Tentu saja ini harus dirubah jika buruh punya keinginan untuk merubah taraf hidupnya. Bagaimana memperjuangkan ini, salah satunya melalui Serikat Buruh. Tidak mungkin perjuangan ini dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lain. Perjuangan ini harus diperjuangkan bersama-sama.

Sifat PKB adalah mengikat kedua belah pihak. Jika perusahaan tidak memenuhi apa yang sudah di sepakati di PKB, maka perusahaan dianggap telah melanggar perjanjian dan bisa dilakukan tindakan hubungan industrial.

(29)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

29 Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan PKB adalah dasar dari pembuatan yang harus mencerminkan kepentingan buruh. Cara yang dilakukan dalam membuat sebuah tuntutan adalah dengan melakukan survey dan investigasi di tempat kerja. Membuat data atau catatan-catatan tuntutan apa yang menjadi peringkat tertinggi, apa yang diinginkan oleh anggota dengan alasan-alasannya.

Perundingan/negosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama yang biasa disebut dengan kontrak. Kontrak adalah sebuah persetujuan antara dua belah pihak atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal khusus. Ciri kontrak yang utama adalah dia merupakan suatu tulisan yang memuat persetujuan diantara para pihak, lengkap dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat, serta berfungsi sebagai alat bukti tentang adanya (seperangkat) kewajiban. Kontrak adalah bentuk perjanjian tertulis. Sasaran dari setiap perundingan/negosiasi adalah mencapai kesepakatan. Akan tetapi untuk mencapai kesepakatan ini bukan sebuah usaha yang mudah. Ada hal-hal yang kadang tidak bisa langsung dapat disepakati. Perundingan/negosiasi berlangsung atas dasar adanya itikad baik dari dua pihak tersebut. Itikad tersebut harus bersifat timbal balik.

Dalam melakukan perundingan/negosiasi dibutuhkan persiapan yang terencana. Persiapan yang harus dilakukan adalah memahami maksud atau sikap dasar kita dalam melakukan perundingan/negosiasi. Apa yang hendak anda capai dalam negosiasi tersebut. Setelah mengetahui tujuan, siapkan materi yang pada pokoknya mempunyai 3 pekerjaan utama yaitu: merumuskan tema pokok, menyiapkan pranaskah kontrak, dan menyusun agenda perundingan/negosiasi.

Tim Perunding PKB Sebagai Kekuatan Serikat

Agar tujuan yang terumus dalam PKB bisa tercapai, serikat membutuhkan tim perunding yang tangguh. Sebab tim perunding inilah yang akan melakukan seluruh proses negosiasi dengan pihak manajemen. Tim perunding ini membawa seluruh keinginan dari anggota serikat dan kebutuhan akan kenyamanan di tempat kerjanya. Dengan adanya tim perunding yang tangguh maka dengan demikian serikat sudah membangun kekuatan dari awal memasuki proses perundingan/negosiasi PKB. Tim perunding yang tangguh tidak datang dengan tiba-tiba, tetapi harus dicari dengan teliti, dan memenuhi syarat-syarat yang tidak mudah. Tim perunding adalah representasi dari serikat. Tim perunding yang baik adalah bentuk kekuatan serikat dalam memperjuangkan PKB.

Sebelum memilih tim perunding, serikat harus terlebih dahulu membuat sebuah penilaian terhadap kebutuhan tim perunding. Analisa yang dilakukan adalah, apa yang akan dirundingkan? Berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk perundingan/negosiasi? Berapa waktu yang dibutuhkan dan support apa yang bisa diberikan oleh serikat dalam perundingan/negosiasi bagi tim perunding terpilih. Perumusan tema pokok itu penting karena itulah yang akan menjadi fokus utama dari para pelaku negosasi. Suatu rumusan yang tidak cermat, jelas serta tegas, akan membingungkan pelaku negosiasi, yang mengakibatkan tidak maksimalnya pencapaian tujuan dari proses perundingan/negosiasi tersebut. Penyiapan pra naskah kontrak, dilakukan oleh tim perumus naskah. Dalam kontrak kerja bersama (PKB) bukanlah semata-mata suatu produk hukum, melainkan lahir berdasarkan motivasi bagi perlindungan hak-hak pekerja. Dalam rangka demikian, kontrak dipakai sebagai instrumen

(30)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

30 yang menetapkan aturan main untuk mewujudkan sebuah aturan yang mengandung unsur keadilan dan menghargai hak-hak dasar manusia.

Menyusun agenda negosiasi adalah untuk menghindari kemungkinan bahwa negosiasi akan berjalan lambat, terkatung-katung bahkan terhenti sama sekali tanpa ada kepastian yang jelas. Penyusunan agenda negosiasi yang cermat dan efisien dapat membantu para pelaku negosiasi untuk menyelesaikan tugas mereka secepatnya dan juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya banyak langkah maju mundur dalam menetapkan kesepakatan-kesepakatan yang akan menghabiskan banyak waktu dan terjadi pemborosan energi yang luar biasa. Agenda negosiasi bisa berjalan sesuai rencana jika kedua belah pihak yang melakukan negosiasi sadar bahwa proses negosiasi ini adalah untuk kebaikan dua belah pihak. Sebab jika salah satu pihak tidak setuju atau tidak mempunyai keinginan baik untuk melakukan negosiasi yang sehat, maka bisa jadi akan terjadi waktu yang molor begitu dan mengatung-ngatung. Setelah serikat melakukan analisa itu, barulah serikat mencari orang yang dianggap tepat untuk menjadi tim perunding. Secara garis besar ada beberapa syarat dari orang yang bisa disebut dengan perunding/negosiator.

Tim perunding harus memiliki perilkaku yang baik, dalam arti tidak akan membuat orang menjadi berkonflik dan akan merasa nyaman jika berbicara dengan orang tersebut. Perunding harus mempunyai pengetahuan tentang masalah yang akan dirundingkan. Serta mengerti batasan-batasan yang harus dicapai oleh tim perunding.

Syarat menjadi tim perunding: - memiliki satu tujuan

- kemauan untuk memperjuangakn

- sabar, memiliki respek, memiliki empati, - tidak menyerah

- memiliki pengaruh

- memahami tujuan perundingan

- miliki pengetahuan tentang apa yang sedang dirundingkan - membawa misi serikat

Pada proses perndingan PKB nanti, mungkin tidak semua hal bisa sesuai dengan rencana. Segala sesuatu harus dipersiapkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Tidak ada satu orang pun yang akan senang mengetahui bahwa PKB yang berhasil di golkan adalah PKB yang kurang sempurna, Tetapi ini penting untuk disadari oleh serikat dan anggotanya. Bahasa yang terdapat dalam kontrak adalah bahasa yang dihasilkan dari negosiasi. PKB yang akan dipakai selama kurang lebih 3 tahun adalah menguji kekuatan PKB itu sendiri. Manajemen tidak mempunyai kekuatan absolut, demikian juga kita. Tidak seluruhnya masalah yang muncul di kemudian hari bisa diselesaikan melalui PKB. Jadi kita harus bersiap-siap dengan situasi dimana ada masalah yang tidak begitu secara jelas bisa dijabarkan oleh PKB. Pada sisi lain, jika satu masalah bisa membuat seluruh anggota/pekerja bersatu dan ada jalan efektif untuk menggunakan persatuan untuk mendorong manajemen, strategi informal akan lebih efektif digunakan.

(31)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

31

Negosiasi

Negosiasi kontrak- dalam hal ini PKB adalah suatu dialog yang terselenggara sebagai suatu rangkaian pembicaraan dan komunikasi untuk mencapai suatu kesepakatan tertulis diantara kedua belah pihak atau lebih.

Asal mula kata negosiasi diambil dari bahasa latin negotiari yang berarti “berdagang atau berbisnis”. Kata kerjanya diambil dari kata lain, negare, yang berarti “meniadakan” dan satu kata benda, otium, berarti “waktu luang”. Jadi pebisnis Romawi kuno akan “meniadakan waktu luang “ sehingga kesepakatan tercapai. Negosiasi adalah pusat setiap transaksi dan kebanyakan berupa interkasi antara dua sisi dengan sasaran umum (profit), tetapi dengan metode yang berbeda.

Istilah itu kemudian di adopsi kedalam bahasa Inggris, negosiation. Yang dalam terjemahannya melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: Proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain. Arti lain adalah penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang bersengketa. Negosiasi juga bisa berarti pertimbangan, diskusi, atau konferensi dengan mengacu pada suatu rancangan pernjanjian. Arti lain adalah tindakan untuk menyelesaikan atau mengurus ketentuan-ketentuan serta syarat-syarat bagi suatu tawar menawar, jual beli atau transaksi bisnis lainnya.

Negoasisasi melibatkan dua belah pihak yang membawa kepentingannya masing-masing. Dalam perundingan kita membutuhkan orang yang tepat. Hal ini bisa tercermin dari perilaku dan kode etik dalam melakukan negosiasi. Dalam melakukan negosiasi tantangan bagi pelaku perundiangan adalah melakukan perundingan dengan kepala dingin, tetap berpatokan pada pencapaian tujuan dan memegang etika serta perilaku selama melakuakna perundingan. Waalupun bukan berarti dalam perundiangn tersebut tim perunding menjadi orang yang sangat akomodatif, kooperatif dan terkesan lembek. Memperhatikan etika dan perilaku pelaku perundingan, adalah suatu upaya untuk memperlihatkan bahwa tim perunding adalah orang-orang pilihan, yang bisa menjadi representasi naskah yang dibawa. Jika para pelaku perunding tidak memperhatikan etika dan perilaku, tentulah pihak lawan akan menganggap hal ini cerminan dari keadaan organisasinya. Perilaku gebrak meja, interupsi saat pihak lawan menyampaikan uraian, berbisik-bisik diantara tim perunding adalah sebuah perilaku yang sebaiknya tidak dilakukan dalam sebuah proses perundiangan. Tetapi ini juga bisa diinerpretasikan sebagai upaya untuk memecah konsentrasi lawan, membuat mereka kehilangan kata-kata yang ingin disampaikan dan mematahkan kepercayaan diri lawan. Dalam setiap negosiasi pastilah sarat dengan adu argumentasi. Yaitu saling mempertukarkan alasan-alasan. Selama adu argumentasi itu dilandasai oleh alasan yang rasional dan masuk akal perundingan atau negosiasi berjalan semertinya. Tetapi tentu saja sah jika pelaku perundingan mengecam lawan jika data yang dibawa tidak akurat yang dapat membuat kacau perhitungan. Tetapi jika dalam proses negosiasi sudah terjadi saling maki dengan emosional dan tidak lagi mempertimbangkan alasan yang rasional maka hal ini sudah dapat digolongkan dalam sebagai tindakan tidak profesional. Memberi perhitungan yang tidak akurat dapat dikategorikan perbuatan berbohong. Dalam negosiasi sangat tidak dianjurkan untuk

(32)

---Modul Perjanjian Kerja Bersama

LWG-TC Labour Working Group – Training Center

32 berbohong. Sebab hal ini akan membuat kredibilitas pelaku perunding diragukan. Dan ini bukan disebut sebagai taktik negosiasi. Tetapi, menunda menyatakan hal yang sebenarnya bukanlah suatu kebohongan. Tetapi mencari waktu yang tepat untuk menyatakan kebenaran tersebut. Ini yang disebut dengan taktik tarik ulur.

Dalam melakukan negosiasi, ada baiknya tim perunding menunda keinginan untuk bicara berapi-api, menunjukkan seluruh kemampuan tim perunding terhadap tema yang sedang dinegosiasikan dan bersikap tergesa-gesa. Sebab hal ini akan dimanfaatkan secara baik oleh pihak lawan untuk menekan anda dengan membalikkan semua kata yang sudah anda ucapkan. Tentu saja hal ini boleh dilakukan jika tim perunding yakin bahwa apa yang dilakukan adalah dengan tujuan melakukuan penekanan sehingga pihak lawan tidak mempunyai ruang untuk menolak apa yang kita inginkan.

Selain kemampuan untuk berbicara secara lugas dan sistematis, para perunding juga harus memiliki kemampuan untuk mendengarkan secara kritis (critical listening). Mendengarkan untuk menangkap inti sari dari perkataan yang diucapkan oleh lawan. Mendengarkan bukan berarti akan mengikuti maunya lawan. Tetapi mendengarkan untuk melihat titik mana kita bisa melakukan pembicaraan yang sesuai dengan tujuan dan keingina serikat.

Dalam melakukan negosiasi, harus membangun rasa percaya diantara rekan satu tim, dan bisa melakukan pembagian tugas denga baik. Saling percaya antar pihak yang terlibat adalah syarat dasar untuk sebuah negosiasi yang berhasil.

Sekali lagi, negosiasi harus dipandang sebagai kegiatan yang potensial dan bermanfaat untuk kedua belah pihak. Negosiasi menyangkut pemecahan konflik. Negosiasi bukan cuma sekedar pertukaran kepentingan tapi juga merupkan interaksi sosial. Kepercayaan merupakan syarat untuk negosiasi yang berhasil. Negosiasi tidak harus merupakan konfrontasi tetapi membutuhkan penekanan.

Siapa yang dapat menjadi negosiator yang ulung?

Inteligensia yang tinggi sama sekali tidak menunjukkan tingkat bakat negosiator seseorang. Yang penting adalah dapat berpikir dan menangkap pokok-pokok baru dengan cepat, serta menanggapinya secara tepat. Semua itu akan lebih mudah kalau anda mempunyai pengertian yang baik mengenai sudut pandang, sikap dan nilai lawan anda. Yang akan banyak membantu dalam proses negosiasi adalah motivasi untuk bernegosiasi dan pemahaman yang lengkap tentang peraturan bernegosiasi dan menerapkan keterampilan dasarnya.

Pemilihan tim negosiasi:

Pertanyaan dalam melakukan pemilihan tim negosiasi adalah:

Berapa banyak orang yang diperlukan untuk menyusun tim yang seimbang?

Yang harus anda perhatikan juga adalah berapa banyak orang yang terlibat dalam tim perunding lawan. Jangan sampai dipihak anda terlalu banyak atau sedikit. Setidaknya harus seimbang antara jumlah tim perunding di pihak anda dengan tim perunding di pihak lawan. Pemilihan tim berdasarkan pada hal-hal berikut:

- kualitas pribadi dan keterampilan bernegosiasi

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui titik kesetimbangan penyebaran penyakit DBD serta dinamika penyebaran penyakit DBD di Kabupaten Jember dan mengetahui

 Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau aktivitas yang menciptakan nilai produk baik berupa barang maupun jasa melalui

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak: resepsi, persepsi, pemerolehan bahasa, dan

Namun pada putusan bawaslu terhadap sengketa verifikasi Partai Bulan Bintang merupakan sengketa verifikasi partai politik peserta pemilu yang dilihat dari segi

[r]

Peralatan kaca yang terdapat di laboratorium memiliki berbagai fungsi, antara lain mengukur volume cairan, menyimpan sampel atau bahan kimia, tempat mencampur atau

Sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak-watak masyarakat itu,