• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEX PERATURAN KEJUARAAN NASIONAL SLALOM. IKATAN MOTOR INDONESIA Edisi : 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEX PERATURAN KEJUARAAN NASIONAL SLALOM. IKATAN MOTOR INDONESIA Edisi : 2013"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

PERATURAN KEJUARAAN NASIONAL

SLALOM

IKATAN MOTOR INDONESIA

Edisi : 2013

INDEX

1. DEFINISI DAN KLASIFIKASI OLAHRAGA

BERMOTOR SLALOM

2. PERATURAN NASIONAL OLAHRAGA BERMOTOR

SLALOM

3. PERATURAN KEJUARAAN SLALOM

4. PERATURAN PERLOMBAAN SLALOM

5. PERATURAN TEKNIK SLALOM

6. TATA TERTIB MENGEMUDI DILINTASAN SLALOM

(2)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

1. DEFINISI DAN KLASIFIKASI OLAHRAGA

BERMOTOR SLALOM

1.1 DEFINISI

Definisi dan singkatan di bawah ini adalah seperti yang tercantum di dalam peraturan olahraga bermotor jenis Slalom.

Definisi ini juga akan dipergunakan / berlaku pada Supplementary Regulation, Briefing dan lain – lain :

IMI Ikatan Motor Indonesia

COC Clerk Of The Coutse Pimpinan Perlombaan

ST Steward Of The Meeting Juri Perlombaan

SC Scrutineer Pemeriksa Teknis

TKD Time Keeping Delegate Personel Pencatatan Waktu

TR Teknikal Regulation Peraturan Teknis

SR Supplementary Regulation Peraturan Tambahan

1.2

KENDARAAN

Semua kendaraan roda empat yang telah diproduksi untuk dikonsumsi umum sebagai sarana transportasi untuk mengangkut penumpang saja . Untuk kelas Kejurnas Kendaraan niaga tidak diperbolehkan. Kendaraan tersebut harus dilengkapi dengan STNK resmi yang dikeluarkan oleh POLRI sebagai identitas yang sah dari kendaraan tersebut. Kendaraan hanya dapat dipandu oleh 1 orang saja dan dilengkapi oleh 1 mesin dan perlengkapan lainnya sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan oleh masing – masing produsen.

1.3 KELAS

Adalah kelompok kendaraan, dibagi menurut jenis mesin yang mempunyai kesamaan kapasitas silinder kubik (cc) atau dapat juga dibagi menurut ketentuan khusus lainnya.

1.4

KATEGORI

Adalah pengelompokan sejumlah peserta, dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh PP IMI, berdasarkan keahlian (skill), pengalaman (tahun), atau umur.

1.5 MANUFAKTUR

Badan hukum yang berada di dalam atau luar negeri, yang telah memiliki ijin untuk memproduksi kendaraan bermotor dengan spesifikasi tertentu. Badan hukum tersebut juga memiliki sertifikasi kelayakan jalan untuk masing – masing tipe kendaraan yang akan dipasarkan untuk umum.

1.6 MEREK

Nominasi nama yang diberikan oleh produsen kepada suatu produk dan dengan segala arti, untuk dipakai oleh satu atau lebih model, tipe, dan versi

1.7 PENGPROV IMI

Adalah pengurus Provinsi Ikatan Motor Indonesia

1.8 SLALOM

Adalah suatu kegiatan berkompetisi untuk memperoleh waktu tercepat dengan melalui sejumlah rintangan / route yang ditentukan panitia pelaksanaan lomba (RC), di hitung dari mulai Start pada Garis Start sampai selesai dengan melewati Garis Finish.

Kegiatan kompetisi slalom ini akan bernaung di bawah sejumlah peraturan yang dikeluarkan oleh PP IMI untuk dilaksanakan dengan seadil mungkin.

(3)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

2. PERATURAN NASIONAL OLAHRAGA SLALOM

IKATAN MOTOR INDONESIA

Edisi : 2013

INDEX

2.1

STATUS KEJUARAAN

2.2

JUDUL KEJUARAAN

2.3

PERATURAN

2.4

INTERPRETASI DAN PEMBERLAKUAN PERATURAN

2.5

YURIDIKASI

2.6

UMUM

2.7

KEJUARAAN

2.8

KLASIFIKASI PESERTA

2.9

OFFICIAL / PETUGAS / PANITIA PENYELENGGARA

2.10

KETENTUAN LINTASAN LOMBA

2.11

KETENTUAN FASILITAS PENDUKUNG LINTASAN

2.12

JUMLAH MINIMUM PUTARAN KEJURNAS

2.13

PERSYARATAN PESERTA

2.14

PENDAFTAR / ENTRANT

2.15

TANGGUNG JAWAB PENDAFTAR & PESERTA

2.16

KOMUNIKASI DENGAN PESERTA

2.17

KELAS KELAS KEJUARAAN

2.18

POINT SYSTEM

2.19

PENENTUAN PEMENANG

2.20

ANGKA HUKUMAN

2.21

SANKSI DAN HUKUMAN

2.22

PIALA DAN HADIAH

2.23

PROTES DAN BANDING

2.24

ASURANSI

2.25

PENGGANTIAN JADWAL & PEMBATALAN

2.26

PENERBITAN SR

2.27

PENUTUP

(4)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

2.1 STATUS KEJUARAAN

Peraturan ini mencakup Perlombaan dengan status Kejuaraan sebagai berikut : 1.1 Kejuaraan Internasional. 1.2 Kejuaraan Nasional. 1.3 Kejuaraan Regional. 1.4 Kejuaraan Daerah. 1.5 Kejuaraan Klub.

Sifat dan Kejuaraan diatas dapat terdiri dari : a. Terbuka

b. Tertutup

2.2 JUDUL KEJUARAAN

Setiap Perlombaan wajib mencantumkan status kejuaraan yang diadakan didalam judul perlombaan (Pasal3.1).

Khusus untuk kejuaraan Nasional, penyelenggara wajib mencantumkan Logo IMI dan Judul “ Kejuaraan Nasional Slalom “ atau “ Indonesia Slalom Championship “ apabila status kejuaraan tsb merupakan kejuaraan terbuka atau terbatas

2.3 PERATURAN

Peraturan ini dibuat dengan bahasa Indonesia dan beberapa kata dalam bahasa Asing yang umum dipakai pada perlombaan Slalom. Peraturan Tambahan akan dikeluarkan oleh panitia yang mempunyai kekuatan yang sama selama tidak bertentangan dengan buku peraturan ini dan merupakan tambahan atas peraturan ini. Peraturan Ini dibuat berdasarkan dan sesuai peraturan yang berlaku dari peraturan Nasional yang dikeluarkan oleh IMI. Jika terjadi perbedaan pengertian atas peraturan tambahan dengan peraturan nasional, maka yang berlaku adalah peraturan nasional.

2.4

INTERPRETASI DAN PEMBERLAKUAN PERATURAN

Apabila terdapat perbedaan interpretasi mengenai salah satu pasal maupun hal hal yang tidak tercantum pada peraturan tambahan perlombaan ini, maka pengawas perlombaan berwenang untuk mengambil keputusan dengan berpedoman kepada ketentuan ketentuan peraturan nasional dari IMI ( Mutlak dan Menentukan ) dan tidak dapat diganggu gugat kecuali jika yang bersangkutan mengajukan naik banding sebagaimana yang tertera pada pasal Protes dan Naik Banding pada buku peraturan ini.

2.5

YURIDIKSI

Segala perbuatan dan pelanggaran atas peraturan dan tidak mentaati instruksi dari petugas akan dikenakan sangsi sesuai dengan yang tertera didalam peraturan ini dan sebagaimana yang tercantum didalam peraturan PP IMI. Peserta bertanggung jawab atas seluas luasnya atas seluruh pembayaran denda yang timbul akibat perbuatan dirinya sendiri ataupun anggota team dari peserta. Denda atau hukuman sebagaimana yang tertera pada peraturan tambahan adalah bukan sebagai pengganti dari peraturan ini tetapi merupakan sebuah peraturan tambahan atas peraturan ini maupun peraturan perihal denda dan hukuman sebagaimana yang diberlakukan peraturan nasional IMI.

2.6

UMUM

2.6.1 Setiap awal tahun PP IMI menetapkan rangkaian perlombaan kejuaraan nasional slalom yang terbuka bagi peserta yang berstatus sebagai penduduk Indonesia maupun penduduk luar negeri yang telah resmi berdomisili di Indonesia.

Kegiatan pada point 3.1.4 diselenggarakan berdasarkan peraturan peraturan yang dikeluarkan oleh PP IMI atau penyelenggara yang berbentuk supplimentary regulation ( atas persetujuan PP IMI ).

2.6.2 Seluruh kejuaraan slalom yang diselenggarakan di Indonesia, wajib untuk

mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh PP IMI, walaupun tidak berstatus Kejuaraan Nasional.

2.7

KEJUARAAN

2.7.1 Kejuaraan Nasional

Penduduk Indonesia atau penduduk luar berdomisili di Indonesia yang memegang Kartu Izin Start ( KIS ) Nasional yang dikeluarkan oleh Pengprov IMI.

2.7.2 Kejuaraan Non Kejurnas

Penduduk Indonesia atau penduduk Luar berdomisili di Indonesia yang memegang Kartu Izin Start ( KIS ) yang dikeluarkan oleh Pengprov IMI.

2.7.3 Kejuaraan Terbuka

Seluruh negara yang menjadi anggota FIA

2.7.4 Kejuaraan Terbuka / Terbatas ( ZONE )

Negara Zona Asia

China/ FASC, Hongkong/ HKAAA, India / FMSCI, Philipine / PMP, Singapore / SMSC, Taiwan / CTAA, Malaysia / AAM, Thailand / RAA dan Indonesia / IMI.

(5)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

2.8 KLASIFIKASI PESERTA 2.8.1 Kategori Peserta

Peserta di kategorikan menjadi 3 (tiga) Golongan sesuai daftar resmi ranking Slalom yang dikeluarkan oleh PP. IMI tahun 2012 yaitu :

2.8.1.1 Seeded A

Adalah mereka yang masuk dalam susunan daftar Seeded A yang dikeluarkan PP. IMI. Apabila peserta seeded B dan pemula dalam 1 seri menjadi juara umum 1, maka peserta tersebut pada tahun berikutnya masuk dalam kategori seeded A. Peserta yang memperoleh peringkat 1-2 Nasional seeded B, tahun berikutnya masuk dalam kategori seeded A

2.8.1.2

Seded B :

Adalah mereka yang tidak masuk dalam daftar Seeded A, tetapi masuk dalam daftar Seeded B yang di keluarkan oleh PP. IMI. Peserta Pemula yang berprestasi dan masuk dalam 3 besar pemula Nasional tahun sebelumnya, tahun berikutnya akan masuk dalam daftar Seeded B.

2.8.1.3

Pemula :

Adalah mereka yang tidak masuk didalam susunan Seeded A dan Seeded B dari daftar PP. IMI.

2.8.1.4

Daftar Peringkat Seeded A dan Seeded B.

PP IMI mengeluarkan Daftar Peringkat Seeded, daftar tersebut akan direvisi setiap akhir tahun atau berdasarkan pertimbangan yang disetujui oleh Komisi Slalom PP. IMI. Setiap peserta yang termasuk dalam kategori seeded B dan pemula,apabila dalam tahun berjalan berhasil menjadi juara umum 1 untuk kejuaraan umum maupun kejuaraan umum F, secara langsung akan masuk dalam kategori seeded A pada tahun berikutnya.

2.9

OFFICIAL /PETUGAS / PANITIA PENYELENGGARA

2.9.1 Panitia Penyelenggara

2.9.1.1 Dilaksanakan oleh klub atau badan hukum yang telah disetujui oleh PP. IMI dan diberikan kuasa serta wewenang untuk

menyelenggarakan Perlombaan Slalom. Pelaksanaan

perlombaan slalom tersebut harus menurut peraturan yang berlaku beserta peraturan-peraturan tambahannya.

2.9.1.2 Untuk setiap putaran, Panitia Penyelenggara menunjuk Panitia Pelaksana/Racing Committee (RC) yang diberikan wewenang oleh Panitia Penyelenggara dan sepenuhnya bertanggung jawab atas kelancaran perlombaan ini dan dari segi keamanan secara umumnya serta dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perlombaan Nasional ini beserta peraturan-peraturan tambahannya.

2.9.1.3 Pimpinan Perlombaan untuk Kejuaraan Nasional harus memiliki lisensi Slalom yang dikeluarkan oleh PP. IMI serta mendapatkan persetujuan dari PP. IMI.

2.9.1.4 Pimpinan Perlombaan wajib menempatkan seorang kordinator yang bertugas untuk mengawasi para petugas pos, yang akan menjadi pendukung atas kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh para petugas pos tersebut.

2.9.1.5 Untuk setiap Kejuaraan Nasional wajib disertakan 2 (dua) Pengawas Perlombaan dari PP IMI, 1 (satu) Pengawas Perlombaan dari PengProv IMI tempat Kejurnas diselenggarakan. Pengawas Perlombaan harus memiliki lisensi Slalom yang dikeluarkan oleh PP. IMI serta mendapatkan persetujuan dari PP. IMI.

2.9.1.6 Panitia penyelenggara wajib menyediakan paling sedikit 2 (dua) buah ambulance berperalatan lengkap beserta paramedisnya yang bersiaga di tempat perlombaan ketika Kejurnas berlangsung.

2.9.1.7 Panitia penyelenggara wajib menyediakan alat-alat keselamatan minimal pagar pembatas serta alat pemadam kebakaran.

2.9.1.8 Pengawas Perlombaan berhak menghentikan perlombaan atau menggugurkan status Kejurnas bila hal diatas tidak terpenuhi.

2.9.2 Panitia Pelaksana Teknis Perlombaan (RC)

2.9.2.1 Steward 2.9.2.2 CoC

2.9.2.3 Secretary of the Meeting 2.9.2.4 Time Keeper

2.9.2.5 Flag Marshall 2.9.2.6 Road Marshall 2.9.2.7 Safety Marshall 2.9.2.8 Chief Mecanical officer 2.9.2.9 Paddock Marshall

2.9.3 Panitia Penyelenggaraan Kejuaraan ( OC )

Dilaksanakan oleh badan hukum atau club yang diakui dan telah memenuhi persyaratan IMI, baik sebagai promotor atau bekerjasama

dengan Pengprov, diberi kuasa serta wewenang untuk

menyelenggarakan perlombaan dan melaksanakan peraturan yang berlaku serta peraturan peraturan tambahan lainnya.

2.9.4 Panitia Pelaksana Teknis Perlombaan ( RC )

Panitia pelaksana perlombaan adalah yang diberi wewenang dari panitia penyelenggara untuk mengatur dan memimpin jalannya perlombaan dan melaksanakan peraturan yang berlaku serta peraturan yang berlaku serta

(6)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom peraturan peraturan tambahannya. Pimpinan Lomba/ C.O.C harus

disetujui oleh PP IMI.

2.9.5

Official

Official pada perlombaan Slalom terdiri dari :  Steward

 Clerk Of Course

 Secretary of the Meeting  Time Keeper

 Scrutiner

 Track / Road Marshall  Chief Medical Officer  Flag Marshall  Finish Line Judges  Starter Officer 2.9.5.1 Steward

Petugas Steward terdiri dari 3 orang yang masing masing ditunjuk oleh :

Chief Steward PP IMI Steward 1 PP IMI Steward 2 Pengprov IMI Tugas Utama Steward Slalom :

1. Steward mempunyai otoritas tertinggi dalam menjalankan peraturan oloahraga berikut ketentuannya yang dikeluarkan oleh PP IMI maupun penyelenggara melalui supplementary Regulation (SR).

2. Steward harus menyelesaikan protes yang terjadi selama perlombaan dan memberi kesempatan untuk melakukan banding.

3. Steward akan menentukan hukuman yang tepat untuk setiap penyelenggaraan atas peraturan yang berlaku. 4. Pada waktu tertentu, dalam situasi khusus, Steward dapat

merubah ketentuan di dalam Supplimentary Regulation (SR).

5. Pada ketentuan heat, apabila dirasakan perlu, Steward dapat merubah komposisi atau jumlah heat yang harus dijalankan.

6. Pada saat terjadi seri, dengan tidak ada pemenang tunggal, Steward dapat memberikan Start Ulang.

7. Steward dapat memberi persetujuan untuk penggantian pembalap sebelum Perlombaan dimulai.

8. Steward dapat menerima atau menolak setiap

masukan/perubahan yang diajukan oleh OC dan RC.

9. Steward dapat menjatuhkan sangsi/hukuman atau penalty 10. Steward dapat mengumumkan pengeluaran pembalap dari

Perlombaan.

11. Steward dapat merubah kategori pembalap dan klasifikasi kejuaraan.

12. Steward dapat menolak keikutsertaan seorang pembalap atau kendaraan yang mana dirasakan berbahaya ataupun yang dilaporkan oleh C.O.C sebagai sesuatu yang akan menimbulkan bahaya.

13. Steward dapat menolak seseorang untuk mengikuti Perlombaan atau suatu durasi dari beberapa event atau atas laporan C.O.C atau juga atas laporan penyelenggara akan adanya entrant atau pembalap yang tidak layak mengikuti Perlombaan, dimana mereka terbukti bersalah, berkelakuan tidak sopan, atau melakukan suatu penipuan perbuatan yang tidak adil

14. Steward juga dapat mengeluarkan entrant atau pembalap dari perlombaan dengan paksa dalam penilaiannya, jika entrant atau pembalap tersebut menolak mengikuti ketentuan yang dijalankan oleh petugas yang bertanggung jawab.

15. Steward dapat menunda perlombaan pada saat terjadinya Force Majeur ataupun pada saat alasan keselamatan yang serius.

16. Steward dapat merubah posisi garis start dan finish atau pada hal lain, apabila diminta C.O.C atau penyelenggara Steward atas kepentingan entrant dan keselamatan umum.

17. Pada saat terjadinya absen dari satu atau beberapa Steward, Chief Steward yang ada dapat menunjuk Steward pengganti dan steward pengganti tersebut wajib memiliki lisensi yang masih berlaku.

18. Steward dapat melakukan tindakan untuk

memberhentikan lomba.

19. Dalam hal sebuah pelanggaran tertentu, masalah dapat

diserahkan kepada Steward untuk mengambil

tindakan/sangsinya. 2.9.5.2 Clerk Of the Course

Tugas Utama C.O.C

C.O.C mempunyai hak penuh atas ketentuan dibawah ini 1. Mengkontrol jalanya perlombaan dan menghargai jadwal

waktu yang ditentukan, dan apabila dirasakan perlu, akan

(7)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom membuat pengajuan kepada Steward untuk perubahan

Jadwal yang sesuai dengan pengaturan yang berlaku. 2. Dapat memberi instruksi untuk memberhentikan

kendaraan lomba / pembalap yang melanggar peraturan yang berlaku.

3. Memberhentikan jalannya latihan / perlombaan sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dirasakan akan membahayakan untuk dilanjutkan dan memastikan pemberian Start ulang yang sesuai dengan prosedur yang berlaku.

4. Memastikan prosedur start yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

5. Menyiapkan bahan briefing dan memimpin briefing dengan peserta dan entrant

6. C.O.C bertanggung jawab untuk melakukan rapat sesuai dengan program resmi dari penyelenggara.

7. C.O.C secara khusus :

a. Memastikan semua petugas telah berada di pos masing – masing sebelum perlombaan dimulai dan melapor yang absen kepada Steward.

b. Memastikan semua petugas telah dibriefing dan memperoleh informasi yang tepat dan lengkap untuk melaksanakan tugas masing – masing.

c. Mengkontrol semua peserta, entrant atau

kendaraannya untuk menghindari pembalap / entrant / kendaraan yang masih dalam masa hukuman untuk tidak mengikuti lomba tersebut.

d. Memastikan setiap peserta telah memenuhi persyaratan untuk lomba dan semua identifikasi telah benar.

e. Memastikan setiap peserta mengikuti kelas dan katagori yang tepat.

f. Memastikan peserta telah berada dalam posisi start yang benar dan mengontrol starter officer.

g. Melaporkan kepada Steward apabila ada permohonan penggantian jadwal, pelaku yang tidak sopan, pelaku yang melanggar peraturan atau adanya protes yang diajukan oleh peserta / entrant.

h. Mengumpulkan laporan dari petugas pencatat waktu, petugas scrutineer, petugas track / road marshall, dan bersamaan dengan laporan petugas lainnya untuk dipergunakan oleh Steward dalam penentuan hasil akhir dari perlombaan.

i. Mempersiapkan atau meminta secretary of meeting untuk membuat laporan penutupan yang berkaitan dengan perlombaan yang dimana C.O.C bertanggung

jawab kepada Steward, untuk kemudian

dipertimbangkan persetujuannya.

j. Tugas dan tanggung jawab petugas / official lain akan ditentukan oleh C.O.C, apabila tidak ditentukan secara khusus, maka akan mengikuti peraturan yang berlaku

2.10 KETENTUAN LINTASAN LOMBA

2.10.1 Jalan lintasan harus mempunyai lebar minimum 4 meter untuk satu arah.

2.10.2 Lebar minimum 8 meter untuk berputar arah.

2.10.3 Lebar minimum 9 meter untuk zig zag.

2.10.4 Lebar minimum 12 meter untuk melakukan pemutaran mengelilingi cone.

2.10.5 Permukaan lintasan harus beraspal.

2.11

KETENTUAN FASILITAS PENDUKUNG PERLOMBAAN

2.11.1 Paddock minimum dengan ukuran 4 X 4 meter per kendaraan.

2.11.2 BRC dengan minimum tinggi 1.2 meter diluar batas lintasan dan mengelilingi seluruh Areal lintasan sehingga tertutup untuk semua kecuali pembalap dan Official.

2.11.3 Jalur waiting zone sepanjang 6 meter dan lebar minimum 4 meter dan dibatasi pagar BRC.

2.11.4 Areal Parc Ferme untuk kapasitas 5 mobil apabila diperlukan pembongkaran kendaraan.

2.11.5 Areal Parc Ferme ini hanya dapat dimasuki oleh oficial yang bertugas (Scrutineer). Sanksi memasuki daerah Ini Rp. 500.000,- atau diskualifikasi.

2.11.6 Peserta atau mekanik dapat memasuki Areal Parc Ferme Apabila diminta oleh petugas Scrutineer.

2.11.7 Tenda tertutup untuk timing system.

2.11.8 Garis Start / Finish yang jelas.

2.11.9 Lampu penerangan yang memadai untuk menjalankan lomba pada malam hari.

2.11.10 Pengeras suara untuk informasi atau panggilan dengan

speaker yang dapat terjangkau suaranya ke seluruh areal Perlombaan dan paddock.

2.11.11 Dua buah armada ambulance lengkap dengan dokter dan 2

team medis dengan tandu.

2.11.12 Pemadam kebakaran minimum 3,5 kg dengan petugas Safety

sepanjang lintasan bagian luar dengan jarak satu sama lain lebih kurang 20 meter (Minimum 3(tiga) buah).

(8)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

2.11.13 Petugas pemadam / safety dan flag marshall harus menggunakan rompi khusus (yang dapat memberikan pantulan cahaya pada malam hari).

2.11.14 Papan pengumuman (official notice board) minimum ukuran

1,5 X 3 meter.

2.12

JUMLAH MINIMUM PUTARAN KEJURNAS

Jumlah minimum untuk dapat diterima sebagai event kejurnas adalah 3 putaran dan 2 putaran wajib dijalankan sampai selesai, kurang dari 2 putaran, maka kejurnas untuk tahun tersebut dinyatakan batal.

2.13

PERSYARATAN PESERTA

2.13.1 Peserta kejurnas harus memiliki KIS kategori slalom yang dikeluarkan oleh PP IMI (KIS Nasional) dan Pengprov IMI sesuai domisili peserta yang masih berlaku dan apabila event yang akan diikuti, merupakan event international ( open championship ), maka peserta wajib memiliki KIS Internasional yang dikeluarkan PP IMI dan start permission. Sanksi Hukuman atas pelanggaran peraturan ini adalah pemecatan kepada peserta tersebut.

2.13.2 Peserta mengisi dan menandatangani Indentity Form diatas materai. 2.13.3 Peserta tidak diperkenankan untuk mengkonsumsi minuman

beralkohol dan segala bentuk narkoba pada saat perlombaan, sanksi

pencabutan KIS dan pemecatan.

2.14

PENDAFTAR / ENTRANT

2.14.1 Kartu pendaftar / entrant yang dikeluarkan PP IMI disarankan untuk dimiliki oleh setiap team pada musim balap 2010 dan diwajibkan tahun 2013.

2.14.2 Untuk tahun 2013, team yang tidak memiliki entrant, tidak dapat mengikuti semua kegiatan perlombaan yang mengatasnamakan team, dan kolom tempat informasi nama team pada hasil lomba akan ditulis “ Privateer “

2.14.3 Hanya mereka yang memiliki entrant dapat mencantumkan nama team pada setiap pengumuman hasil lomba yang dikeluarkan oleh Time Keeper.

2.15

TANGGUNG JAWAB PENDAFTAR DAN PESERTA

2.15.1 Pendaftar / Entrant yang bertanggung jawab harus memastikan semua

peserta yang mengatasnamakan pendaftar tersebut, memperhatikan semua peraturan dan ketentuan dari buku ini berikut SR dan peraturan lain yang berkaitan dengan peraturan ini.

2.15.2 Apabila entrant berhalangan untuk hadir, entrant dapat membuat surat

dan menunjuk penggantinya kepada C.O.C, dan Steward yang bertugas.

2.15.3 Entrant bertanggung jawab atas semua peserta dan kendaraan yang

didaftarkan telah memenuhi persyaratan yang berlaku.

2.15.4 Entrant harus memastikan bahwa semua yang berhubungan dengan

peserta, mekanik, crew, keluarga, tamu dan lain – lain, harus pada setiap saat menghargai ID Card & Access Pass yang berlaku selama perlombaan.

2.16

KOMUNIKASI DENGAN PESERTA

2.16.1 Komunikasi yang resmi untuk pemberitahuan hal – hal tertentu atau

hasil lomba kepada seluruh peserta, harus ditempel pada papan pengumuman resmi (Official Notice Board) dan atau pemberian fotocopy yang diikuti dengan permintan tanda tangan penerimanya.

2.16.2 Peserta yang akan meminta sesuatu atau menyampaikan pesan tertentu,

kepada OC / RC, harus menyampaikan dengan cara tertulis dengan mencantumkan tanggal dan jam penyerahan surat tersebut.

2.17

KELAS – KELAS KEJUARAAN

2.17.1 Kendaraan yang dipertandingkan dalam perlombaan ini dikelompokan

dan terbagi dalam beberapa kelas yaitu :

a. Kelas A1

Sedan gerak roda depan yang dipasarkan dan atau diproduksi secara masal oleh Agen Pemegang merk / Agen Tunggal Pemegang Merk resmi di Indonesia (Non importir umum). Produksi dan atau dipasarkan tahun 2000 ke atas, dengan kapasitas mesin 1401 cc s.d. 2000 cc.

b. Kelas A2

Sedan gerak roda depan yang dipasarkan dan atau diproduksi secara masal oleh Agen Pemegang merk / Agen Tunggal Pemegang Merk resmi di Indonesia (Non importir umum). Produksi dan atau dipasarkan tahun 2000 ke atas, yang ternasuk jenis city car, dengan kapasitas mesin 1251 cc s/d 1400 cc.

c. Kelas A3

Sedan gerak roda depan yang dipasarkan dan atau diproduksi secara masal oleh Agen Pemegang merk / Agen Tunggal Pemegang Merk resmi di Indonesia (Non importir umum). Produksi dan atau dipasarkan tahun 2000 ke atas, yang termasuk jenis City Car, dengan kapasitas mesin maksimum 1250 cc.

d. Kelas A Salon

Sedan gerak roda depan berbagasi yang dipasarkan dan atau diproduksi secara masal oleh Agen Pemegang merk /

(9)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

Agen Tunggal Pemegang Merk resmi di Indonesia (Non importir umum). Produksi dan atau dipasarkan tahun 2000 ke atas.

e. Kelas B

Sedan gerak roda belakang standar pabrik. f. Kelas C

Kendaraan yang termasuk dalam jenis sedan gerak roda depan standar pabrik produksi di bawah tahun 2000, dengan kapasitas mesin maksimum 2000 cc.

g. Kelas D

Kendaraan yang termasuk dalam jenis kendaraan Pick – Up.

h. Kelas FFA

Kendaraan yang termasuk dalam jenis sedan berpenggerak dua roda (Non 4WD), tahun produksi minimal tahun 2000 dengan sistem pasokan udara force induction.

i. Kelas F (Kelas Bebas)

Kelas yang dapat diikuti oleh kendaraan yang termasuk di dalam kelas A1, A2, A3, A Salon, B, C, D, serta dapat diikuti oleh peserta dengan kendaraan yang telah dimodifikasi dan kendaraan lain yang tidak termasuk di dalam kelas A1, A2, A3, A Salon, B, C, D dan FFA

tahun produksi minimal tahun 2000.

Pada seri kejurnas tahun 2013, kelas yang masuk dalam perhitungan kejuaraan Nasional adalah tergabung di dalam kelas A dan kejurnas kelas F (modifikasi), oleh karena itu kelas B, C, D, dan FFA tergolong dalam Supporting Class.

2.17.2 Untuk kelas A, B, C, dan D adalah mobil standar produksi dalam negri

atau dipasarkan secara luas / masal di dalam negeri.

Untuk modifikasi terhadap mobil – mobil tersebut di atas, tercantum dalam peraturan tambahan yang dikeluarkan bersama – sama dengan peraturan ini

2.18

POINT SYSTEM

2.18.1 Sistem point untuk menentukan peringkat kejuaran nasional perlombaan

slalom ditentukan berdasarkan total nilai yang diperoleh peserta dari setiap seri kejurnas yang diikuti.

2.18.2 Adapun pemberian angka untuk setiap seri kejurnas adalah sebagai

berikut :

Pemenang Nilai Pemenang Nilai Pemenang Nilai

1 25 6 10 11 5

2 20 7 9 12 4

3 16 8 8 13 3

4 13 9 7 14 2

5 11 10 6 15 1

2.18.3 Bila ternyata dalam penjumlahan ini nilai / angka bagi perhitungan posisi

kejuaraan I s/d XV ini terdapat total nilai yang sama, maka urutan juaranya ditentukan berdasarkan :

2.18.3.1 Posisi tertinggi yang pernah dicapai dalam kejuaraan umum selama rangkaian seri putaran kejuaran nasional ini, bila masih sama ditentukan :

2.18.3.2 Jumlah posisi yang tertinggi yang pernah dicapai dalam kejuaraan umum seluruh putaran, bila masih sama ditentukan : 2.18.3.3 Yang lebih dulu mendapatkan posisi tertinggi dalam kejuaraan

umum pada putaran pertama, bila masih sama diperhitungkan dari putaran ke dua dan selanjutnya.

2.19

PENENTUAN PEMENANG

2.19.1 Penentuan pemenang dalam Kejuaraan Nasional, diambil berdasarkan

peserta yang mempunyai total waktu tempuh terendah termasuk handicapnya (jika ada).

2.19.2 Apabila terjadi waktu yang sama, maka penentuan pemenang diberikan

kepada Peserta dari Golongan Pemula, kemudian Golongan Seeded B lalu Seeded A.

2.19.3 Berikutnya diberikan kepada peserta dengan waktu tempuh lebih cepat

untuk heat 1, bila masih sama diperhitungkan heat 2 dan seterusnya.

2.19.4 Berikutnya diberikan kepada peserta yang mendapatkan kesempatan

pertama / lebih awal.

2.19.5 Jika keadaan ini belum dapat diatasi maka Pengawas Perlombaan akan

mengambil keputusan yang terakhir dan mengikat.

2.20

ANGKA HUKUMAN

2.20.1 Menjatuhkan cone, setiap cone (ditambah dalam waktu tempuh)

5 detik.

2.20.2 Salah arah atau tidak melewati, setiap cone (ditambah dalam

waktu tempuh) 5 detik.

2.20.3 Tidak memutari cone, setiap cone (ditambah dalam waktu

tempuh) 5 detik.

2.20.4 Mencuri start (ditambah dalam waktu tempuh) 5 detik.

2.20.5 Terlambat start setiap 10 peserta (ditambah dalam waktu

tempuh) 1 detik - maximum - 5 detik.

2.20.6 Peserta atau Team Manager yang mewakilinya wajib terdaftar

dan wajib hadir serta mengisi daftar hadir pada acara Briefing.

Sanksi Kehilangan hak protes.

2.20.7 DNS (Do Not Start) / Tidak dapat melakukan start

mendapatkan waktu tempuh peserta terlama (berikut

penalti jika ada) pada kelasnya.

(10)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

2.20.8 DNF (Do Not Finish) / Tidak mencapai garis finish,

mendapatkan waktu tempuh peserta terlama (termasuk

penalti jika ada) pada kelasnya ditambah 2 (dua) detik.

2.21

SANKSI DAN HUKUMAN

2.21.1 Peserta atau Team Manager (entrant) yang mewakilinya wajib

terdaftar dan wajib hadir serta mengisi daftar hadir pada acara

Briefing. Sanksi Kehilangan hak protes.

2.21.2 Pelanggaran peraturan kejuaraan nasional slalom dapat

dikenakan sanksi:

- Peringatan atau teguran

- Pengurangan point kejuaraan

- Penghapusan point kejuaraan

- Tidak dapat mengikuti seri selanjutnya

- Diskualifikasi

- Pencabutan KIS

2.21.3 Panitia Penyelengara dapat saja menambah sanksi-sanksi lainnya

dengan Hukuman tambahan dan akan ditetapkan didalam

Peraturan Pelengkap Perlombaan, yang terlebih dahulu

harus mendapat persetujuan PP IMI.

2.22

PIALA DAN HADIAH

2.22.1 Hadiah bagi setiap penyelenggaraan perlombaan slalom harus tertulis

didalam Suplementary Regulation (SR) adalah sebagai berikut : a. Kejuaraan Umum :

Juara Umum I = Piala + Hadiah Uang (Min. 6X biaya pendaftaran)

Juara Umum II = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum III = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum IV = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum V = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum VI s/d X = Piala b. Kejuaraan Umum F

Juara Umum I = Piala + Hadiah Uang (Min. 6X biaya Pendaftaran)

Juara Umum II = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum III = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum IV = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum V = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum VI s/d X = Piala

c. Kejuaraan kelas (kelas A1, A2, A3, A salon, B, C, D dan FFA)

Juara Umum I = Piala + Hadiah Uang (Min. 3X biaya pendaftaran)

Juara Umum II = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum III = Piala + Hadiah Uang

d. Kejuaraan Seeded B

Juara Umum I = Piala + Hadiah Uang (Min. 3X biaya pendaftaran)

Juara Umum II = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum III = Piala + Hadiah Uang e. Kejuaraan Pemula

Juara Umum I = Piala + Hadiah Uang (Min. 4X biaya pendaftaran)

Juara Umum II = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum III = Piala + Hadiah Uang Juara Umum IV = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum V = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum VI s/d X = Piala f. Kejuaraan Wanita

Juara Umum I = Piala + Hadiah Uang(Min. 3X biaya pendaftaran)

Juara Umum II = Piala + Hadiah Uang

Juara Umum III = Piala + Hadiah Uang g. Kejuaraan Team

Juara I = Piala + Hadiah Uang (Min. 3X biaya pendaftaran) Juara II = Piala + Hadiah Uang

Juara III = Piala + Hadiah Uang

2.22.2 Untuk setiap kelasnya / setiap kejuaraan apabila :

a. Kurang dari 5 peserta maka juara I,II, dan III hanya mendapatkan

piala saja.

b. Hanya terdiri dari 5 (lima) peserta, juara I mendapat hadiah piala

dan uang, juara II dan III mendapat piala saja.

c. Hanya terdiri paling banyak 6 peserta, juara I & II mendapat hadiah

piala dan uang, juara III piala saja.

d. Lebih dari 6 peserta, hadiah piala dan uang diberikan lengkap. 2.22.3 Bila satu peserta mendapat lebih dari satu hadiah dari satu kelas (misal :

juara umum dan juara kelas) maka uang hadiah akan diberikan untuk jumlah tertinggi saja.

(11)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

2.22.4 Para pemenang diwajibkan (tidak dapat diwakilkan) untuk hadir pada

saat pembagian hadiah, sanksi kehilangan uang hadiah.

2.22.5 Pembagian hadiah akan dilakukan oleh panitia Penyelenggara maximal 2

jam setelah peserta terakhir menyelesaikan perlombaannya (terkecuali keadaan force majeur yang ditentukan oleh pengawas perlombaan)

2.23

PROTES DAN BANDING

2.23.1 Protes jalannya lomba harus diajukan tertulis sesuai dengan ketentuan

yang tertera paling lambat 30 menit setelah selesainya 1 (satu) heat/ macam ketangkasan.

2.23.2 Protes kesalahan dalam pengumpulan dan perhitungan waktu tempuh

harus diajukan dalam waktu paling lambat 30 menit setelah hasil sementara diberitahukan.

2.23.3 Protes mengenai kategori paling lambat 30 menit sebelum start

perlombaan, setelah panita resmi mengeluarkan daftar peserta.

2.23.4 Protes harus secara tertulis, juga wajib disertai uang jaminan sebesar

Rp. 500.000 dan diajukan kepada Pimpinan Perlombaan. Jaminan ini tidak akan dikembalikan bila protes tersebut ditolak dan akan dikembalikan bila protesnya diterima.

2.23.5 Bila protes menuntut pembongkaran dan pemasangan kembali beberapa bagian dari kendaraan, pihak yang memprotes wajib menyerahkah uang jaminan sebesar Rp. 5.000.000 (Lima Juta Rupiah), (contoh pembongkaran mesin atau bagian lainnya) serta bersedia menanggung biaya pembongkaran dan pemasangan kembali dengan membuat pernyataan tertulis apabila protes tidak dapat diterima. Apabila protes diterima, maka uang protes dan uang jaminan akan dikembalikan, adapun biaya Pembongkaran dan Pemasangan kembali menjadi beban pihak yang di protes. Dan terhadap Pihak yang terbukti melakukan pelanggaran tersebut ini akan di Diskualifikasi (Untuk seluruh peserta yang menggunakan kendaraan tersebut), dan semua poin kejurnasnya pada musim lomba yang berjalan yang telah dikumpulkan sampai saat terjadinya pelanggaran otomatis DIHAPUS, dan Dilarang untuk mengiikuti pada 1 seri kedepannya pada tahun berjalan.

2.23.6 Peserta dapat mengajukan naik banding atas keputusan hasil protes

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tertera pada Peraturan Nasional PP. IMI dengan menyerahkan uang jaminan Rp. 5.000.000,-

2.23.7 Satu protes yang diajukan hanya untuk satu masalah yang berlaku.

Protes secara kolektif tidak berlaklu.

2.23.8 Karena satu kendaraan dapat diguanakan sampai dengan 4 orang

peserta, protes yang menuntut pembongkaran mesin atau bagian lain kendaraan dapat mengakibatkan hukuman kolektif kepada peserta yang menggunakan kendaraan tersebut.

2.24

ASURANSI

2.24.1 Penyelenggara perlombaan harus mengadakan asuransi untuk menutupi

kepentingan pembalap, anggota panitia dan penonton dengan asuransi pihak ketiga.

Peraturan perlombaan harus mencantumkan kondisi dan cakupan dari asuransi dan sesuai dengan hal – hal sebagaimana tercantum di bawah ini.

2.24.2 Penyelenggara wajib mencantumkan perincian dari kondisi dan cakupan

dari asuransi sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku pada umumya dan dikirim kepada PP IMI.

2.24.3 Panitia wajib memperlihatkan bukti penutupan asuransi pada kejuaraan

tersebut kepada pengawas perlombaan sebelum lomba dimulai. Pembalap dapat melihat kondisi dan cakupan asuransi tersebut pada panitia sesuai dengan kebutuhan.

2.24.4 Asuransi atas pihak ke tiga yang dilakukan oleh panitia harus sebagai

tambahan dan tanpa merugikan setiap asuransi pribadi yang dibuat oleh pembalap pada perlombaan ini. Pembalap yang ikut serta tidak dianggap sebagai pihak ketiga.

2.24.5 Penyelenggara harus mewajibkan seluruh peserta untuk membayar Rp.

50.000,- (lima puluh ribu rupiah) sebagai bentuk iuran asuransi yang mencakup keselamatan peserta. Program asuransi ini merupakan program yang ditetapkan oleh PP IMI. (Program Keselamatan Bersama Pembalap).

2.25

PENGGANTIAN JADWAL DAN PEMBATALAN

Untuk pengajuan perubahan jadwal kalender, maka penyelenggara

akan dikenakan sanksi / denda sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta

rupiah) untuk setiap penggantian dan sanksi / denda sebesar Rp.

10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) untuk setiap pembatalan event.

2.26

PENERBITAN SR

SR atau Supplimentary Regulation harus diterbitkan paling lama 2

minggu dari jadwal seri kejuaraan yang akan diselenggarakan.

Perubahan SR setelah sebelumnya diterbitkan, harus memiliki

dasar yang kuat, sesuai dengan apa yang tercantum di dalam

yang berlaku. Setiap perubahan merupakan satu bagian yang tidak

dapat dipisahkan dengan SR yang telah dikeluarkan sebelumnya.

2.27

PENUTUP

Peraturan nasional olahraga slalom ini dalam penerapannya tidak

dapat dipisahkan dengan peraturan nasional olahraga kendaraan

(12)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

bermotor, ketentuan umum perlombaan slalom dan peraturan

teknis slalom.

Apabila ada perselisihan dari peraturan ini, hanya PP IMI yang

berhak untuk mengambil keputusan.

Segala hal yang tidak tercantum di dalam peraturan ini atau peraturan yang

lebih tinggi tingkatannya, atau ketentuan – ketentuan lain yang berkaitan

dengan peraturan ini, berarti tidak diperbolehkan.

3. PERATURAN KEJUARAAN SLALOM

IKATAN MOTOR INDONESIA

Edisi : 2013

(13)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

PERATURAN PERLOMBAAN SLALOM

PUTARAN KEJUARAAN NASIONAL IMI TAHUN 2013

3.1

KEJUARAAN

3.1.1 Kejuaraan yang diperhitungkan untuk merebutkan gelar Juara Nasional

Slalom PP.IMI adalah sebagai berikut : 1. Kejuaraan Nasional A

2. Kejuaraan Nasional F (Modifikasi) 3. Kejuaraan Nasional Seeded B 4. Kejuaraan Nasional Pemula. 5. Kejuaraan Nasional Team.

Catatan: Hanya peringkat 1, 2, 3, pada setiap kejuaraan nasional

3.1.2

Peserta yang memperebutkan Kejuaraan Slalom Nasional A

Kejuaraan Nasional F, Seeded B, Pemula dan team harus

mempergunakan kendaraan yang termasuk dalam katagori kelas

A1, A2, A3 dan A salon yang diatur dalam peraturan Perlombaan

ini.

3.1.3

Peserta yang memperebutkan Kejuaraan Nasional F (modifikasi)

adalah peserta yang ikut di dalam kejuaraan kelas F, dimana

kelas F ini dapat diikuti oleh semua jenis kelas kendaraan A1, A2,

A3, A Salon, B, C, D, dan kelas F (Penggerak Roda Depan) atau

(Penggerak Roda Belakang)

3.1.4

Peserta asing diizinkan mengikuti Kejuaraan Nasional Slalom,

akan tetapi tidak diperhitungkan dalam point Kejuaraan Nasional,

mereka hanya memperebutkan Kejuaraan Umum dan kelas saja,

dan dikelompokkan ke dalam Seeded A.

3.1.5

Peserta yang memperebutkan Kejuaraan Nasional F (Modifikasi)

diwajibkan mengikuti lebih dari setengah dari jumlah rangkaian

serie Kejuaraan Nasional.

3.1.6

Setiap kendaraan hanya dapat dipakai oleh maksimum 4 orang

peserta.

3.1.7

Peserta seeded A dan seeded B hanya diperbolehkan mengikuti

maksimum 2 kelas dan peserta pemula hanya diperbolehkan

mengikuti maksimum 3 kelas dalam setiap seri kejuaraan

Nasional. Selanjutnya bagi seluruh peserta, kendaraan pertama

yang digunakan pada saat start ( ditentukan sendiri oleh peserta

pada waktu mendaftar yang harus masuk pada masuk dalam

katagori kelas A1, A2, A3 dan A Salon) adalah yang

diperhitungkan untuk memperebutkan Kejuaraan Nasional

Kejuaraan Umum, Seeded B, Pemula,Kejuaraan Wanita (jika

ada)serta kejuaraan Team. Mobil selanjutnya yang dipergunakan

untuk lomba, hanya memperebutkan kejuaraan kelas saja.

Adapun untuk perhitungan Kejuaraan Nasional F (Modifikasi)

adalah jumlah point yang diikuti oleh peserta dengan mengikuti

Kelas F.

3.1.8

Peserta Pemula yang mengikuti sampai dengan 3 kelas, yang

diantaranya terdapat kelas F. Maka kelas F tersebut harus turun

sebagai mobil terakhir.(sanksi pemecatan)

3.1.9

Kejuaraan Team Club diperebutkan oleh team yang terdiri dari 3

orang peserta. Hanya satu personil yang dapat diganti,

sedangkan dua orang personil wajib menjadi personil tetap di

dalam team tersebut dalam 1 tahun seri Nasional, peserta hanya

dapat dari kelas A1, A2, A3, dan A Salon. Adapun penentuan

team pemenang berdasarkan jumlah waktu tempuh terendah dari

ketiga anggota team.

(14)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

4. PERATURAN PERLOMBAAN SLALOM

IKATAN MOTOR INDONESIA

Edisi : 2013

4.1

PERATURAN PERLOMBAAN SLALOM

4.1.1 Pendaftaran dianggap sah apabila formulir pendaftaran yang telah diisi dengan nama lengkap, data-data yang benar serta ditanda tangani oleh peserta diatas materai secukupnya dan dikembalikan kepada Sekertariat Penyelenggara berikut pelunasan biaya pendaftaran atau menyerahkan bukti transfer pendaftaran kepada rekening penyelenggara.

Dan melampirkan 2 (dua) lembar pas photo terbaru, berikut fotokopi SIM dan KIS yang masih berlaku.

Apabila peserta masih dibawah umur dan tidak memiliki SIM, wajib melampirkan surat keterangan persetujuan orang tua untuk mengikuti Event kejuaraan nasional.

4.1.2 Setiap peserta yang telah mengisi formulir pendaftaran ini bertanggung

jawab penuh yang seluas-luasnya atas kebenaran isi formulir yang Telah diisinya (sanksi pemecatan).

4.1.3 Peserta dapat mendaftarkan dirinya untuk mengikuti lebih dari satu kelas

dalam perlombaan Slalom, sesuai dengan peraturan perlombaan.

4.1.4 Peserta yang telah membayar biaya pendaftaran akan tetapi kemudian

sebelum pelaksanaan Perlombaan, peserta tersebut mengundurkan diri,maka uang pendaftarannya akan dikembalikan setelah di potong 25%.

4.1.5 Biaya pendaftaran normal tanpa denda untuk setiap kelas kejurnas ditetapkan Rp.750.000.-(tujuh ratus Lima puluh ribu rupiah).

Biaya pendaftaran normal tanpa denda untuk setiap kelas supporting race ditetapkan sebesar Rp.500.000,-(Lima Ratus Ribu Rupiah).

4.1.6 Biaya pendaftaran sudah temasuk biaya premi asuransi yang menjamin

kepentingan peserta untuk diri masing-masing maupun kewajiban pihak ketiga yang berlaku pada saat perlombaan berlangsung.

4.1.7 Asuransi yang di keluarkan oleh Panitia Penyelenggara dengan alasan

apapun,tidak boleh merugikan asuransi yang dibuat oleh peserta.

4.1.8 Panitia Penyelengara berhak menolak suatu pendaftaran tanpa wajib

memberikan suatu alasan.

4.1.9 Setiap kendaran wajib untuk mengikuti scrutineering ini. Oleh karena itu

kendaraan yang tidak mengikuti scrutineering tidak diperbolehkan untuk mengikuti kejuaraan slalom ini.

4.1.10 Panitia Pelaksana akan memeriksa kelengkapan adminitrasi dari

masing-masing peserta (formulir pendaftaran,tanda bukti pembayaran dsb), dan akan memeriksa kendaraan yang dipakai berlomba oleh peserta.

4.1.11 Peserta Wajib menyerahkan KIS asli dan masih berlaku kepada panitia penyelenggara (OC) pada saat pendaftaran ulang dan akan dikembalikan setelah lomba berakhir.

(15)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

4.1.12 Bila saat scrutineering ternyata kendaraan tidak sesuai dengan kelas

yang didaftarkan,maka atas usul dari Petugas Pemeriksa dan disetujui oleh Pemimpin Perlombaan beserta Pengawas Perlombaan, kendaraan tersebut dapat di pindahkan ke kelas yang sesuai.

4.1.13 Pada saat peserta telah lulus dari scruteneering maka panitia pelaksana

akan memberikan tanda lulus scruteneering dan kartu identitas untuk setiap peserta.Kartu ini wajib ditempelkan pada kendaraan berikut photo dari peserta di tempat yang ditentukan oleh panitia, petugas scrutiner berhak memeriksa kendaraan pada saat perlombaan berjalan.

4.1.14 Setelah menyelesaikan seluruh administrasi baik pendaftaran maupun scrutinering kendaraan, peserta dapat melakukan test lintasan pada lokasi yang akan disediakan oleh panitia penyelengara maksimal 2 menit per nomor start.

4.1.15 Peserta yang mengikuti heat 3 (tiga) dan atau final, wajib mengikuti peraturan parc ferme selama heat final berlangsung yang ditentukan oleh panitia.

4.1.16 Pada saat akhir Heat ke 3 (tiga) dan atau final, panitia akan melakukan Rescrutineering kepada kendaraan yang berhasil menjadi Juara 1, sampai 3 kejuaraan Nasional.

4.1.17 Panitia memiliki hak penuh dalam menentukan jenis dan atau benda yang akan diperiksa ulang oleh petugas Pemeriksa / scrutineer.

4.1.18 Pemeriksaan ulang / rescrutineering tidak terbatas hanya kepada kendaraan yang berhasil menjadi juara.

4.1.19 Pemeriksaan ulang / rescrutineering kendaraan dapat dilakukan di area parc ferme / area steril yang ditentukan oleh panitia. 4.1.20 Hanya petugas scrutineering dan wakil dari tim yang diminta

oleh panitia yang dapat berada di dalam area parc ferme / area steril tersebut.

4.1.21 Perlombaan ini terbuka bagi mereka yang telah memiliki SIM untuk

kendaraan roda (empat) yang masih berlaku serta memiliki Kartu Ijin Start (KIS) International atau Regional yang dikeluarkan oleh Pengprov IMI atau PP.IMI yang sesuai dengan Perlombaan ini.

4.2 PELAKSANAAN PERLOMBAAN SLALOM NASIONAL.

4.2.1 Perlombaan Slalom Nasional dilaksanakan di lintasan aspal dengan

panjang dan Lebarnya disesuaikan dengan keadaan sirkuit yang tersedia dan atas persetujuan Pengawas Lomba dengan mengutamakan aspek keamanan dan keselamatan.

4.2.2 Setiap peserta diharuskan memakai HELMET dan SAFETY BELT pada

waktu perlombaan. Hukuman atas pelanggaran peraturan ini adalah pemecatan kepada peserta tersebut pada kelas dimana pelanggaran tersebut terjadi.

4.2.3 Setiap perlombaan kejurnas ini akan terdiri dari 3 Heat, Dimana Heat ke 3 merupakan Heat Final untuk memperebutkan point

Kejuaraan Nasional dan Kejuaraan Nasional F (modifikasi). Peserta yang berhak tampil di Final untuk poin Kejuaraan Nasional adalah 30 peserta terbaik yang mengikuti Kejuaraan Nasional berdasarkan akumulasi waktu tempuh Heat ke 1 Heat ke dan 2.sedangkan untuk memperbutkan Poin Kejuaraan Nasional F (Modifikasi) adalah 20 peserta terbaik yang mengikuti kelas F berdasarkan akumulasi waktu tempuh Heat ke 1 dan ke 2. Penentuan pemenang pada Kejuaraan Nasional dan Kejuaraan Nasional F (Modifikasi) adalah waktu tempuh pada Heat ke 3 (Final) tersebut, tanpa memperhitungkan waktu tempuh Heat ke 1 & 2 sedangkan soal yang diperlombakan pada Heat ke 3 (FINAL) adalah soal pada Heat ke 1 untuk final Kejuaraan Nasional dan soal Heat ke 2 untuk final Kejuaraan Nasional F (Modifikasi)

Apabila jumlah peserta yang terdaftar lebih dari 140 starter, maka akan diadakan babak penyisikan pada heat ke 1, dimana yang berhak untuk mengikuti Heat ke 2 adalah :

1. 90 peserta yang memiliki waktu tempuh terbaik Heat ke 1

yang tergabung dikelas A1, A2, A3 dan A Salon, yang mana kelas tersebut adalah kelas yang diperhitungkan untuk merebutkan Kejuaraan Nasional.

2. 30 peserta yang memiliki waktu tempuh terbaik Heat ke 1

yang memperbutkan Kejuaraan Nasional Kelas F.

3. 5 peserta yang memiliki waktu tempuh terbaik Heat ke 1

yang memperebutkan Kejuaraan Kelas B.

4. 5 peserta yang memiliki waktu tempuh terbaik Heat ke 1

yang memperebutkan Kejuaraan Kelas C.

5. 5 peserta yang memiliki wktu tempuh waktu terbaik ke 1

yang memperebutkan Kejuaraan Kelas D.

6. 5 peserta yang memiliki waktu tempuh terbaik Heat ke 1

yang memperebutkan Kejuaraan Kelas FFA.

Apabila kuota yang diberikan kepada peserta yang berlomba pada kelas B, C, D, E tidak dipenuhi disebabkan jumlah peserta yang berlomba pada kelas tersebut tidak mencapai 5 peserta setiap kelasnya, maka kelebihan kuota tersebut akan diberikan kepada peserta yang berada dibawah 90 besar, yang tergabung dikelas A1, A2, A3 dan A Salon, yang memperebutkan Kejuaraan Nasional.

Dengan demikian jumlah peserta yang akan berlomba pada Heat ke 2 berjumlah 140 starter.

4.2.4 Sedangkan penentuan pemenang untuk Kejuaraan Kelas, Seeded B,

Pemula, Wanita dan Kejuaraan Team berdasarkan akumulasi waktu tempuh heat ke 1 dan heat ke 2.

Apabila akibat pembatasan peserta yang berlomba pada Heat ke 2, sebagaimana pada ayat 3 tersebut diatas terjadi kekurangan peserta

(16)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom pada perebutan juara 2, juara 3 pada kelas wanita, maka untuk

menentukan juara 2, juara 3 pada kelas wanita adalah waktu tempuh terbaik yang diperoleh peserta wanita tersebut pada heat ke 1

4.2.5 Soal-soal perlombaan beserta daftar peserta, diberikan kepada peserta pada hari H, paling lambat 1 jam sebelum start Heat 1 dimulai.

4.2.6 Bentuk soal dalam acara slalom (ketangkasan) ini dapat berupa zig-zag,

memutari cone, atau dapat pula gabungan dari kedua bentuk tersebut diatas disesuaikan dengan luas lokasi yang ada, dan tetap berpedoman pada segi keamanan/ kesehatan baik bagi peserta maupun penonton.

4.2.7 Untuk menghafal route pada hari perlombaan, peserta tidak

diperkenankan untuk mencoba route tersebut dengan memakai kendaraan bermotor/bermesin ataupun baterai.

4.2.8 Peserta tidak dibenarkan mengikuti lebih dari 1 (satu) kali dalam kelas

yang sama, walaupun dengan kendaraan lain. Hukuman atas pelanggaran peraturan ini berupa pemecatan terhadap peserta tersebut pada kelas dimana pelanggaran terjadi.

4.2.9 Satu nomor start hanya untuk satu peserta saja. Hukuman atas

pelanggaran peraturan ini berupa pemecatan terhadap peserta dengan nomor start pada kelas dimana pelanggaran terjadi, serta pemecatan pada pengemudi lainnya (apabila terdaftar sebagai peserta) pada kelas dimana pelanggaran terjadi.

4.2.10 Pergantian/ perubahan kendaraan/ kelas hanya dilakukan sampai pada

saat scrutineering. Penggantian kendaraan yang terpaksa dilakukan peserta, misal ; karena kendaraan mogok, dapat dilakukan paling lambat 1 jam sebelum start Heat 1 atas seijin Pimpinan Perlombaan dengan membayar denda yang besarnya ditentukan panitia dan kendaraan yang akan dipakai untuk berlomba harus menjalani scrutinering terlebih dahulu.

Penggantian kendaraan untuk menjalani heat berikutnya sesudah seseorang peserta start menjalani heat 1 tidak dapat dilakukan dengan alasan apapun. Hukuman atas pelanggaran peraturan ini berupa pemecatan terhadap peserta pada kelas dimana pelanggaran terjadi.

4.2.11 Jalur Waiting zone hingga garis start adalah daerah parc ferme (sanksi memasuki daerah ini diskualifikasi). Peserta yang telah memasuki area ini wajib menggunakan helm dan safety belt dan siap melakukan start, tidak diperkenankan melakukan perbaikan apapun pada kendaraannya dan mendapatkan bantuan dari pihak luar.

Peserta yang mengalami problem pada area ini dan tidak dapat melakukan start dinyatakan DNS dan akan mendapatkan waktu terlama dari peserta pada kelas yang sama.

4.2.12 Seluruh peserta dan kendaraan harus start secara berurutan berdasarkan

starting list yang dikeluarkan oleh panitia, apabila nomor didepan peserta tersebut kosong, maka nomor selanjutnya menyusul kemudian. Sanksi

keterlambatan/ tersusul 10 (sepuluh) kendaraan, per heat 1 detik yang akan ditambah pada waktu tempuhnya. Hukuman maximum 5 (lima) detik (50 kendaraan).

Khusus pada heat 3 (FINAL) peserta wajib memasuki area waiting zone untuk melakukan start maksimum 3 menit setelah peserta didepannya finish kecuali peserta dengan urutan start pertama. (sanksi DNS).

4.2.13 Khusus untuk heat 3 (FINAL) urutan start wajib berdasarkan starting list yang dikeluarkan oleh panitia, jika peserta tidak melakukan start maka dianggap DNS.

4.2.14 Pada Kejurnas tahun 2013 ini, pada seri pertama urutan no start 1 s/d 15 adalah berdasarkan rangking nasional kejuaraan umum kelas A tahun 2012, selanjutnya pada seri kedua dan seterusnya, urutan no start 1 s/d 15 berdasarkan urutan rangking kejurnas kelas A (point sementara) dari seri yang telah dilalui.

4.2.15 Start dilakukan dengan posisi kendaraan berhenti dan mesin dalam

kendaraan hidup (standing start), dan finish dengan cara flying finish atau finish stop.

4.2.16 Ketika menjalani route/soal perlombaan, hanya peserta pengemudi yang

berada di dalam kendaraan (tidak diijinkan menggunakan petunjuk jalan/navigator). Hukuman atas pelanggaran peraturan ini berupa pemecatan terhadap pada kelas dimana pelanggaran terjadi.

4.2.17 Beberapa ketentuan cone :

a. Cone warna merah terletak disebelah kanan peserta. b. Cone warna hijau terletak disebelah kiri peserta. c. Tinggi cone minimum 45 cm.

4.2.18 Beberapa ketentuan untuk membuat persoalan :

a. Untuk soal zig zag jarak antara cone berjarak 10 meter.

b. Untuk soal berbentuk angka 8 jarak antara cone berjarak 12

meter.

c. Jarak start ke cone pertama berjarak 20 meter.

d. Jarak dari cone terakhir ke finish maximum berjarak 15 meter. e. Untuk persoalan yang yang memutari cone maksimal hanya 1 (satu)

kali putaran setiap heat.

f. Setiap heat dapat terdapat soal Zig Zag, Putaran Besar, Putaran Sedang, Putaran Kecil dan soal Angka 8.

4.2.19 Pecatatan waktu tempuh peserta ketika menjalani lomba dilakukan dengan menggunakan alat pencatat waktu dengan sensor computer utama, backup sensor komputer, serta dibantu oleh 3 (tiga) orang petugas yang menggunakan pencatatan waktu (stop watch) digital. Bilamana terjadi ganguan terhadap alat sensor computer utama pada saat peserta sedang berlomba, maka waktu tempuh diambil dari waktu backup sensor komputer, bilamana backup sensor komputer juga

(17)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

mengalami gangguan, maka menggunakan waktu dari rata-rata 2 (dua) waktu tercepat pada petugas yang menggunakan pencatat waktu (stop watch) digital.

4.2.20 Panitia pelaksana wajib memperlihatkan hasil waktu tempuh peserta

(waktu sementara) pada papan pengumuman resmi setelah peserta mencapai garis finish setiap heatnya.

4.2.21 Pimpinan Perlombaan atas seijin Pengawas Perlombaan, bilamana dirasa

perlu, dapat memerintahkan peserta mengulangi start apabila terjadi kesalahan dalam proses start atau pencatatan waktu terhadap peserta pada kelas dimana pelanggaran terjadi.

4.2.22 Apabila peserta tidak finish (DNF), yang dikarenakan kendaraan mogok atau hal lainnya, maka mendapatkan waktu terlama dari peserta (termasuk penalti jika ada) pada kelasnya ditambah 2 detik.

4.2.23 Bilamana pada saat perlombaan terjadi force majuere, pimpinan lomba atas persetujuan steward memutuskan memberhentikan lomba. Untuk menentukan pemenang dalam perlombaan tersebut ditentukan berdasarkan heat yang telah dijalankan secara penuh pada kejuaraan tersebut.

4.2.24 Pengawas perlombaan melalui Pimpinan Perlombaan dapat menunda/

memberhentikan perlombaan sehubungan dengan Force Mejuer dan keadaan-keadaan lain yang dapat mengancam keamanan/ ketentraman perlombaan.

4.2.25 Hasil waktu tempuh resmi dan penalti jika ada akan dicatat dalam kartu kontrol yang bersifat mengikat dan ditandatangani oleh petugas RC dan peserta / entrant.

5. PERATURAN TEKNIK SLALOM

IKATAN MOTOR INDONESIA

Edisi : 2013

(18)

Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom Peraturan Kejuaraan Nasional Slalom

5.

PERATURAN TEKNIK UNTUK KENDARAAN LOMBA

KATEGORI UMUM, SEEDED B, PEMULA DAN TEAM

5.1 Peraturan Teknik ini berlaku untuk KEJURNAS SLALOM KATEGORI

UMUM, SEEDED B, PEMULA, WANITA, dan TEAM (Kelas A1, A2, A3 dan A Salon ).

5.2 Hanya Modifikasi yang diperbolehkan secara jelas dalam peraturan ini, segala bentuk modifikasi lain yang tidak tertulis berarti tidak diijinkan.

5.3 Bagi peserta dengan kendaraan yang terbukti melanggar peraturan Teknik ini (seluruh peserta yang menggunakan kendaraan tersebut) akan diberikan sanksi berupa DISKUALIFIKASI, dan untuk semua point yang sudah dikumpulkan pada tahun yang berjalan sampai saat terjadinya kasus pelanggaran tsb, maka total point yang sudah didapatkan otomatis dihapus, dan Dilarang untuk mengikuti pada 1 seri kedepannya pada tahun berjalan.

5.4 Kendaraan yang digunakan, dipasarkan dan atau diproduksi secara masal oleh Agen Pemegang merk / Agen Tunggal Pemegang Merk resmi di Indonesia (Non importir umum). Produksi tahun 2000 ke atas.

5.5 Panitia berhak untuk memeriksa aspek teknik selama perlombaan berlangsung dan akan dikenakan sanksi apabila terbukti melanggar peraturan ini.

5.6 Wajib untuk Penggunaan Timbangan Kendaraan (terlampir) 5.7

Engine / Mesin

5.7.1

Cylinder Block / Blok Mesin

5.7.1.1 Kapasitas mesin (CC) harus sesuai dengan spesifikasi kendaraan tersebut yang dipasarkan di Indonesia. Oversize Piston diperbolehkan sesuai dengan manual repair yang diterbitkan oleh manufaktur kendaraan tersebut.

5.7.1.2 Penggunaan mesin bekas ( Limbah ) dari luar negeri diperbolehkan, tetapi komponen di dalam mesin ( misalnya crank shaft, piston dsb ) yang dipergunakan harusnya sesuai dengan spesifikasi mesin mobil tersebut yang dipasarkan di Indonesia

5.7.1.3 Blok mesin boleh di-slip. 5.7.1.4 Cylinder / sleeve / Liner bebas

5.7.1.5 Diperbolehkan merubah lubang baut bantalan / cover timing chain.

5.7.1.6 Pengurangan ketebalan blok diperbolehkan.

5.7.2

Cylinder Head / Kepala Silinder

5.7.2.1 Compresion Ratio bebas, Cylinder Head / Kepala Silinder boleh di-slip

5.7.2.2 Packing / Gasket cylinder Head bebas. 5.7.2.3 Modifikasi Cover Timing diperbolehkan.

5.7.2.4 Bahan dari bushing klep (valve guide / vavle seat) bebas. 5.7.2.5 Pengurangan ketebalan head diperbolehkan.

5.7.2.6 Diperbolehkan melakukan porting dan polish pada sisi intake maupun exhaust yang bertujan untuk menaikkan performa

5.8

Cooling system / Sistem pendingin Mesin

5.8.1 Thermostat dan tutup radiator bebas

5.8.2 Dilarang menggunakan radiator coolant. 5.9

Engine / Mesin

5.9.1 Baut-baut mesin bebas

5.9.2 Engine Mounting bahannya bebas, asal jumlah dan tempatnya sesuai dengan aslinya.

5.9.3 Panel-panel dalam ruang mesin yang berfungsi hanya dekorasi dan tidak memiliki fungsi keselamatan sama sekali, boleh dilepas

5.9.4 Penggunaan parts Non Genuine / Non Orisinil / bukan buatan ATPM-nya diperbolehkan tetapi jenis bahan, ukuran/dimensi dan fungsi harus sesuai aslinya,kecuali dinyatakan lain dalam pasal bersangkutan

5.10

Exhaust System / Sistem Gas Buang

5.10.1

Exhaust Manifold / Manipol Api bebas

5.10.2

Exhaust Pipes / Pipa Knalpot

5.10.2.1 Sistem / pipa knalpot yang berada sesudah manifold bebas. 5.10.2.2 Tile pipe / ujung knalpot belakang harus keluar

dibawah bumper belakang.

5.11

Intake & Fuel system / Pemasukan Bahan Bakar dan

Udara

5.11.1 Filter Udara bebas, tetapi rumah filter asli harus terpasang.

5.11.2 Sebagian atau seluruh sistem corong atau selang untuk udara luar yang masuk ke dalam rumah filter asli boleh dilepas, tetapi tidak boleh diganti atau dimodifikasi.

5.11.3 Fuel pressure regulator bebas

5.12

Fuel / Bahan Bakar

5.12.1 Wajib memakai / menggunakan bahan bakar yang terdapat

pada SPBU di Indonesia, dengan oktan maksimum untuk

Referensi

Dokumen terkait

July 8th, 2018 - Trik dan Tips mengerjakan tes koran kraepelin pauli Bila video Trik menjawab soal deret angka part 2 tpa sbmptn psikotes cpns tes masuk kerja. Soal Psikotes

Pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran Complete Sentence berbantu media audio visual efektif digunakan pada materi sistem reproduksi manusia

Pengasutan sistem DOL, arus asut dan arus steady state untuk hubung delta dan hubung bintang, cenderung semakin tinggi dengan bertambahnya beban (R yang berkurang

Hal ini dikarenakan pengolahan tanah yang dilakukan secara menyeluruh, membolak-balikkan tanah hingga kedalaman 20 cm mengakibatkan rusaknya struktur tanah yang

Berdasarkan hasil penelitian ini meskipun variabel jam keberangkatan pegawai tidak terlalu signifikan dalam menunjukkan kemungkinan tidak terlambat pegawai Kantor Dinas

Komunikasi efektif yang dapat dilakukan dengan pimpinan caranya tidak jauh berbeda dengan pendekatan kepada peneliti, namun ada kiat dimana pustakawan harus lebih jeli

amplitudo osilasi domain wall (DW) pada bahan feromagnetik nanowire berukuran 2000 × 200 × 5 nm3 dengan kontriksi (notch) simetri berbentuk segitiga yang diberi medan magnet luar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisa n hukum