TESIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI
( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )
I MADE MAHADI DWIPRADNYANA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI
( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )
I MADE MAHADI DWIPRADNYANA NIM 1291161006
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI
( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Manajemen Agribisnis, Program Pascasarjana Universitas Udayana
I MADE MAHADI DWIPRADNYANA NIM 1291161006
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya/karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Konversi Lahan Pertanian serta Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Petani
(Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan)” tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, SU., pembimbing I yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, semangat,
bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam
penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan
kepada Dr. Ir. I Made Sudarma, MS selaku Pembimbing II yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD.,KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di
Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr.dr.A.A. Raka
Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ketut Suamba, MP
Udayana atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan progran
Magister. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis,
yaitu Dr. Ir. Ketut Suamba, MP., Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP., Dr. I Gede
Setiawan Adi Putra, SP.,MSi., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan,
dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus
disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membingbing penulis
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Kepada Ibu, Ayah dan seluruh
keluarga besar yang telah mengasuh dan membesarkan penulis serta selalu
mendukung baik finansial maupun moril. Kepada Pimpinan dan seluruh rekan-rekan
karyawan KPN Kamadhuk yang dengan penuh pengertian telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Tidak
lupa pula saya sampaikan terimakasih kepada Ni Putu Novita Diliani atas
dorongan-dorongan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan
seluruh teman-teman Angkatan XV Program Studi Magister Agribisnis yang
senantiasa meluangkan waktu dalam menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis
ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena
keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian skripsi ini
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis lahir pada tanggal 25 April 1989 di Banjar Tunjuk Kelod, Desa
Tunjuk, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Anak kedua dari
tiga bersaudara dari pasangan Ayah Ir. I Wayan Sukasana, MP dan Ibu Ni Made
Laksanawati, S.Pd.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dai TKK Widya Sastra Tunjuk pada tahun
1995 dan kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 4 Tunjuk yang lulus
pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Marga dan lulus
pada tahun 2004, setelah itu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tabanan dan
lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada
Program Studi Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana yang
lulus pada tahun 2011.
Penulis bekerja dari tahun 2011 masih tercatat sebagai karyawan Koperasi
Pegawai Negeri Kamadhuk RSUP Sanglah Denpasar. Selain itu penulis juga
dipercaya sebagai Manager Koperasi Dana Shanti Desa Tunjuk dan masih aktif
tergabung dalam Kepengurusan Sanggar Seni Gita Jaya Swari Desa Tunjuk.
Atas dukungan keluarga pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan
Program Pascasarjana Magister Agribisnis di Universitas Udayana dengan harapan
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI
( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )
Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya ke nonpertanian. Konversi lahan pertanian ke nonpertanian merupakan isu sentral pembangunan pertanian yang dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap produksi pangan, aspek sosial ekonomi dan aspek lingkungan. Fenomena konversi lahan ini pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dengan sektor nonpertanian yang muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu keterbatasan sumber daya alam, pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Melihat fenomena tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan baik sebagai faktor pendorong maupun penghambat. Selanjutnya dari faktor-faktor tersebut dapat dianalisis untuk melihat pengaruhnya terhadap kesejahteraan petani yang melakukan konversi lahan di Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan sumber data primer yaitu dengan menyebarkan kuesioner langsung kepada petani dan sumber data sekunder dengan mencari data dari BPS maupun sumber lain yang terkait. Sampling terhadap populasi dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis faktor, regresi linier berganda dan Paired Sample t test dengan standar error sebesar 5% (α=0,05).
Hasil penelitian yang didapat adalah seluruh variabel berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap konversi lahan. Secara parsial hanya faktor pendorong konversi eksternal berpengaruh nyata terhadap konversi lahan. Faktor pendorong yang berpengaruh terhadap konversi lahan adalah mutu tanah, kebutuhan tempat tinggal dan kesempatan membeli lahan di tempat lain. Saran untuk mengurangi konversi adalah pemerintah harus mempertegas regulasi di bidang perizinan terutama untuk membangun di lahan basah. Pemerintah juga harus memperketat peraturan jual beli lahan terutama lahan pertanian boleh dijual tetapi tetap diperuntukkan untuk lahan pertanian.
ABSTRACT
Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on Farmers Welfare (Case Studies in Subak Jadi, District of Kediri, Tabanan)
Land conversion is a process of change in land use of a particular form of usage become another example to non-agricultural use. Conversion of agricultural land to non-agricultural agricultural development is a central issue that can have a significant impact on food production, economic and social aspects of environmental aspects. Conversion phenomenon is basically the result of the competition between agricultural land use to non-agricultural sector arising from the three economic and social phenomena are limited natural resources, population growth and economic growth.
Viewing the phenomenon of this research was conducted in order to find the factors that affect the conversion of land either as a motivating factor as well as towing. Furthermore, of these factors can be analyzed to see its effect on the welfare of farmers converting land in Subak Jadi District of Kediri, Tabanan.
The method used in this study is a quantitative method. Sources of data used in this study using primary data source is by distributing questionnaires directly to farmers and secondary data sources to find data from BPS and other relevant sources. Sampling of the population is performed using Slovin formula. Data analysis method used is the method of factor analysis, multiple linear regression and paired sample t test with a standard error of 5% (α = 0.05).
Research results obtained are all variables simultaneously and significantly affect the conversion. Partial conversion of the driving factors of land there are just external push factors have a significant effect. The variable is the soil quality, housing needs, and the opportunity to buy land elsewhere. Suggestion for reducing lan conversion is the government should reinforce the regulations in the field of licensing, especially to build in wetlands. Government should also tighten the rules of buying and selling land, especially agricultural land should be sold but kept for agricultural land.
RINGKASAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI
( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )
Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain yang dalam penelitian ini adalah ke nonpertanian. Fenomena konversi lahan ini pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dengan sektor nonpertanian yang muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu keterbatasan sumber daya alam, pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan akan pangan dan papan akan bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Permasalahan akan muncul manakala terjadi ketidakseimbangan kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pangan dan papan.
Permasalahan ini muncul karena keterbatasan sumberdaya lahan dimana untuk memenuhi seluruh pangan penduduk diperlukan lahan sawah yang luas dan untuk kebutuhan papan juga dibutuhkan lahan yang tidak sedikit. Persaingan penggunaan lahan pada akhirnya akan menggeser ketersediaanya untuk pertanian karena kebutuhan untuk tempat tinggal lebih penting dan tidak dapat dihindari lagi permintaan lahan pertanian akan semakin banyak.
Tabanan yang merupakan lumbung berasnya Bali juga tidak luput dari permasalahan konversi lahan. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Tabanan diketahui bahwa dari Tahun 2008 sampai 2012 diketahui jumlah konversi lahan mencapai 77ha. Jumlah tersebut sangat mungkin akan terus bertambah apabila tidak ditanggulangi dengan tepat. Konversi lahan tidak hanya terjadi pada lahan kering namun sudah merambah pada lahan basah yang notabene merupakan lahan yang masih produktif.
Melihat fenomena tersebut maka penelitian ini memiliki tujuan adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi petani melakukan konversi lahan. Selain itu penelitian ini juga memiliki tujuan untuk mengetahui apakah konversi lahan tersebut mampu untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Penelitian ini dilakukan di Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan. Lokasi ini dipilih secara purposive dengan pertimbangan Tabanan merupakan pusat pertanian di Bali dan Subak Jadi merupakan subak yang memiliki lahan yang terkonversi terbesar. Metode penghambatan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Slovin dimana jumlah sampel yang didapat berjumlah 112 sampel. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif atau data berbentuk angka dan data kualitatif atau data berbentuk keterangan. Sumber data yang digunakan adalah data yang berasal langsung dari sumber asli atau data primer dan data sekunder yang didapat melalui perantara. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan di
Subak Jadi adalah analisi faktor dan analisis regresi linier berganda. Sedangkan untuk mencari pengaruh konversi lahan terhadap kesejahteraan petani digunakan paired
t-test.
Hasil penelitian yang didapat adalah secara simultan seluruh faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap konversi lahan di Subak Jadi Kecamatan Kediri Tabanan dengan kontribusi sebesar 63,2 persen sedangkan sisanya 37,8 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Secara parsial hanya faktor pendorong konversi eksternal berpengaruh nyata terhadap konversi lahan. Faktor pendorong yang berpengaruh terhadap konversi lahan adalah mutu tanah, kebutuhan tempat tinggal dan kesempatan membeli lahan di tempat lain.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan petani Subak Jadi mengalami penurunan setelah adanya konversi lahan yaitu dari Rp. 19.707.568,902 menjadi Rp. 16.241.197,991. Jadi dapat dikatakan bahwa konversi lahan tidak akan meningkatkan kesejahteraan petani.
Melihat hasil penelitian yang didapat maka dapat dikemukakan saran untuk seluruh pihak terkait baik pemerintah maupun prajuru subak harus mampu untuk mengontrol laju konversi lahan dengan cara memperlemah faktor-faktor yang mendorong konversi lahan baik yang bersifat internal maupun eksternal dan memperkuat faktor-faktor yang menghambat konversi lahan.
Menanggulangi faktor pendorong internal seperti mutu tanah dan produktivitas, pemerintah perlu meningkatkan pemberian subsidi pupuk untuk meningkatkan produktivitas lahan sehingga mampu menghasilkan dengan baik. Untuk menanggulangi faktor pendorong eksternal seperti kebutuhan untuk perumahan dan kesempatan membeli lahan lain pemerintah harus mempertegas peraturan mengeluarkan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) terutama untuk membangun di lahan basah. Pemerintah juga harus memperketat peraturan jual beli lahan terutama lahan pertanian boleh dijual tetapi tetap diperuntukkan untuk lahan pertanian.
Petani harus ditekankan bahwa konversi lahan bukan jalan terbaik bahkan dapat merugikan petani itu sendiri dan secara luas seperti ketahanan pangan serta lingkungan. Dampak konversi lahan terhadap kesejahteraan petani memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji indikator-indikator lain selain pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan petani. Hal ini terkait dengan perbedaan persepsi petani tentang kesejahteraan.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PRASYARAT GELAR ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
UCAPAN TERIMAKASIH... vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
RINGKASAN ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9
1.4.2 Manfaat Praktis ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konversi Lahan ... 10
2.1.1 Pengertian Konversi Lahan ... 10
2.1.2 Faktor Penyebab Konversi Lahan... 13
2.1.3 Dampak Konversi Lahan Pertanian ... 16
2.2 Kesejahteraan Petani ... 17
2.2.1 Pengertian Kesejahteraan ... 17
2.2.2 Indikator Kesejahteraan ... 19
2.4 Penelitian Sebelumnya ... 21
BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir... 24
3.2 Kerangka Konsep ... 27
3.3 Hipotesis ... 29
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 30
4.2 Lokasi Penelitian ... 30
4.3 Populasi dan sampel ... 31
4.4 Jenis dan Sumber Data ... 32
4.4.1 Jenis Data ... 32
4.4.2 Sumber Data ... 33
4.5 Identifikasi Variabel ... 33
4.6 Definisi Operasional Variabel ... 34
4.7 Metode Pengumpulan Data ... 45
4.8 Pengujian Instrumen... 45
4.8.1 Uji Validitas ... 45
4.8.1 Uji Reliabilitas ... 46
4.9 Teknik Analisi Data ... 46
4.9.1 Analisis Faktor ... 46
4.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 50
4.9.3 Regresi Linier Berganda ... 51
4.9.4 Paires Sample t-Test ... 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Subak Jadi... 58
5.1.1 Sejarah Singkat Subak Jadi... 59
5.1.2 Struktur Organisasi ... 59
5.2 Karakteristik Responden ... 61
5.3 Pengujian Instrumen... 62
5.4 Tingkat Persepsi Responden terhadap Konversi Lahan di Subak Jadi ... 64
5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan... 74
5.6 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Konversi... 79
5.7 Pengaruh Konversi Lahan terhadap Kesejahteraan Petani... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 85
6.2 Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1.1 Konversi Lahan di Tabanan Per Kecamatan ... 7
5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 60
5.2 Distribusi Responden Menurut Umur ... 60
5.3 Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikan ... 61
5.4 Hasil Uji Validitas... 62
5.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 64
5.6 Hasil Penelitian Responden atas Konversi Lahan di Subak Jadi ... 65
5.7 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Internal Pendorong Konversi Lahan (X1.1) ... 67
5.8 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Eksternal Pendorong Konversi Lahan (X1.2) ... 69
5.9 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan ... 72
5.10 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Eksternal Penghambat Konversi Lahan ... 74
5.11 Koefisien Matriks Korelasi ... 75
5.12 Hasil Uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) ... 76
5.13 Nilai Percentage of Variance... 77
5.14 Ketepatan Model ... 78
5.15 Uji Multikolinearitas ... 80
5.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 80
5.17 Rangkuman Hasil Analisis Regresi ... 81
5.18 Variabel yang Berpengaruh Nyata ... 82
5.19 Paired Sample Statistic ... 84
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
3.1 Skema Kerangka Berfikir ... 26
3.2 Kerangka Konsep ... 28
4.1 Model Hubungan Antar Variabel ... 43
4.2 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji F ... 52
4.3 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji t ... 54
4.4 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji t ... 56
5.1 Struktur Organisasi Subak Jadi ... 59
5.2 Persepsi Responden Terhadap Konversi Lahan ... 65
5.3 Kecendrungan Faktor Pendorong Internal Terhadap Konversi Lahan... 67
5.4 Kecendrungan Faktor Pendorong Eksternal Terhadap Konversi Lahan... 69
5.5 Kecendrungan Faktor Penahan Internal Terhadap Konversi Lahan 71 5.6 Kecendrungan Faktor Penahan Eksternal Terhadap Konversi Lahan... 73
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 89
2. Hasil Jawaban Responden... 96
3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 125
4. Analisis Faktor ... 130
5. Uji Asumsi Klasik ... 152
6. Analisis Regresi Linier Berganda ... 153
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perjalanan waktu dari hari ke hari, kehidupan manusia akan
terus berkembang tidak hanya dari segi perekonomian semata namun juga dalam hal
pertambahan penduduk. Semakin lama jumlah penduduk akan terus bertambah
apalagi di negara berkembang seperti Indonesia yang belum dapat mengontrol
pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih
dari 240 juta orang dan di Bali menurut sensus penduduk tahun 2011 jumlah
penduduk mencapai 3.643.472 orang yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di
Bali.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, jumlah
penduduk di Bali mengalami pertumbuhan yang signifikan. Tahun 2007 jumlah
penduduk di Bali adalah sebesar 3.372.880 dan tahun 2012 jumlah penduduk menjadi
3.643.472 orang yang berarti mengalami kenaikan sebesar 270.592 orang. Angka
tersebut semakin lama pasti akan terus berkembang dan kebutuhan akan sumberdaya
lahan pasti semakin besar.
Kebutuhan akan pangan dan papan akan bertambah seiring dengan
pertambahan penduduk. Permasalahan akan muncul manakala terjadi
ketidakseimbangan kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pangan dan papan.
memenuhi seluruh pangan penduduk diperlukan lahan sawah yang luas dan untuk
kebutuhan papan juga dibutuhkan lahan yang tidak sedikit. Persaingan penggunaan
lahan pada akhirnya akan menggeser ketersediaanya untuk pertanian karena
kebutuhan untuk tempat tinggal lebih penting dan tidak dapat dihindari lagi
permintaan lahan pertanian akan semakin banyak.
Lahan dapat bermakna bermacam-macam tergantung pada sudut pandang dan
kepentingan terhadap lahan. Bagi petani lahan adalah tempat bercocok tanam dan
sumber kehidupan, sedangkan bagi penduduk perkotaan lahan adalah ruang untuk
mendirikan bangunan seperti rumah, toko dan lain sebagainya. Menurut
Notohadiprowiro (2006) secara spesifik lahan merupakan sumberdaya pembangunan
yang memiliki karakteristik ketersediaan atau luasnya relatif tetap karena perubahan
luas akibat proses alami (sedimentasi) dan proses artifisial (reklamasi) sangat kecil.
Selain itu kesesuaian lahan dalam menampung kegiatan masyarakat juga cenderung
bersifat spesifik karena lahan memiliki perbedaan sifat fisik seperti jenis batuan,
kandungan mineral, topografi dan lain sebagainya.
Permintaan lahan dipengaruhi oleh dua jenis permintaan yaitu direct demand
(permintaan langsung) dan derived demand (pendorong permintaan). Dalam direct
demand, lahan berfungsi sebagai barang konsumsi atau untuk pemukiman dan secara
langsung memberikan utilitas. Melalui derived demand, peningkatan jumlah
penduduk akan meningkatkan permintaan barang dan jasa sebagai alat pemuas
faktor produksi dimana lahan ini tidak memberikan utilitas secara langsung tetapi
diperoleh dari konsumsi barang dan jasa.
Ketika permintaan lahan mengalami peningkatan padahal ketersediaannya
semakin terbatas, yang sering dilakukan masyarakat adalah merubah penggunaan
lahan dari satu penggunaan ke penggunaan yang lainnya atau yang biasa disebut
konversi lahan. Konversi lahan bersifat dinamis, dan perubahannya cenderung
mengarah kepada penggunaan lahan yang memberikan surplus lahan yang lebih
tinggi.
Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk
penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya perubahan lahan pertanian
menjadi non pertanian. Konversi lahan akan terjadi terus menerus yang disebabkan
oleh semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemukiman, industri,
perkantoran, jalan raya dan infrastruktur lain untuk menunjang perkembangan
masyarakat.
Konversi lahan merupakan ancaman serius terhadap ketahanan pangan karena
dampak dari konversi lahan bersifat permanen. Lahan sawah yang telah dikonversi ke
penggunaan lain dipertanian sagat kecil peluangnya untuk berubah kembali menjadi
lahan sawah. Substansi masalah konversi lahan bukan hanya terletak pada boleh atau
tidaknya suatu lahan dikonversi tetapi lebih banyak menyangkut kepada kesesuaian
dengan tata ruang, dampak dan manfaat ekonomi dan lingkungan dalam jangka
panjang dan alternatif lain yang dapat ditempuh agar manfaatnya lebih besar daripada
Irawan (2005) mengungkapkan bahwa konversi lahan berawal dari
permintaan komoditas pertanian terutama komoditas pangan yang kurang elastis
terhadap pendapatan dibanding dengan komoditas non pertanian. Oleh karena itu
pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk
cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas non pertanian dengan laju
lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas pertanian. Konsekuensi
lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas
merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka
pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan akan
menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju
lebih cepat dibanding kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian.
Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi karena adanya perubahan rencana
tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena mekanisme
pasar. Konversi lahan dari pertanian ke nonpertanian terjadi secara meluas sejalan
dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan pada aspek pertumbuhan
melalui kemudahan fasilitas investasi kepada investor (Widjanarko, dkk, 2006).
Terjadinya konversi lahan juga dapat disebabkan oleh nilai tukar petani. Nilai tukar
petani yang rendah menyebabkan tidak ada insentif bagi petani untuk terus hidup dari
usaha pertaniannya, sehingga mereka cenderung untuk mengkonversi lahan sawahnya
(Ashari, 2003).
Faktor yang berperan penting yang menyebabkan proses konversi lahan
standar tuntutan hidup, fluktuasi harga pertanian, struktur biaya produksi pertanian,
teknologi, aksesibilitas, resiko dan ketidakpastian dalam pertanian.
Lahan pertanian dapat memberikan banyak manfaat seperti dari segi ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Namun, akibat konversi lahan tersebut sehingga menjadikan
semakin sempitnya lahan pertanian akan mempengaruhi segi ekonomi, sosial, dan
lingkungan tersebut. Jika konversi lahan pertanian ke non pertanian ini terus
dilakukan dan tidak terkendali, maka hal ini tidak hanya menjadi masalah bagi petani
di daerah, tetapi hal ini bisa menjadi masalah nasional bangsa Indonesia. Konversi
lahan pertanian akan sangat berkaitan dengan kesejahteraan petani karena lahan
merupakan sumber kehidupan para petani.
Perubahan fungsi lahan tersebut secara agregat mungkin akan meningkatkan
pendapatan wilayah, namun peningkatan tersebut tidak tersebar secara merata.
Apabila kenaikan output tersebut tersebar secara merata termasuk para petani yang
terkonversi lahannya, maka perubahan penggunaan lahan diduga akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Namun apabila konversi lahan pertanian tidak disertai
dengan transformasi pekerjaan petani, kenaikan pendapatan wilayah tidak disertai
dengan pemerataan yang baik, kurang berjalannya transformasi pekerjaan petani
maka konversi lahan pertanian akan menurunkan kesejahteraan petani.
Perkembangan Kabupaten Tabanan yang cukup pesat baik dari perkembangan
perekonomian dan kependudukan dimana sampai tahun 2012 tercatat jumlah
penduduk sebesar 437.679 jiwa akan membawa implikasi terjadinya konversi lahan
sungguh sangat memperihatinkan. Lahan-lahan produktif yang dulunya merupakan
kebanggaan masyarakat Tabanan kini berubah fungsi menjadi puing-puing beton
perumahan dan pertokoan. Konversi lahan yang terjadi tidak hanya pada lahan kering
namun telah merambah ke lahan basah yang memiliki produktivitas tinggi. Kondisi
ini jelas mengkhawatirkan masa depan petani dan sistem pertanian yang terkenal di
Bali yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia yaitu subak. Melihat fenomena
tersebut dalam penelitian ini akan secara khusus membahas konversi lahan yang
terjadi pada lahan basah.
Bersadarkan data dari Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tabanan,
luas lahan pertanian dari tahun 2008 - 2012 yang terkonversi mencapai 89 ha. Angka
tersebut bukan tidak mungkin akan terus mengalami peningkatan dan lahan pertanian
secara perlahan akan menghilang.
Kecamatan yang paling banyak mengalami konversi dari tahun 2008 - 2012
adalah Kecamatan Pupuan sebesar 33 ha dan Kecamatan Kediri sebesar 30 ha, namun
di Kecamatan Pupuan konversi tersebut dari lahan sawah menjadi perkebunan.
Karena dalam penelitian ini khusus akan membahas konversi lahan pertanian ke non
pertanian maka dari itu Kecamatan Kediri merupakan daerah yang paling banyak
mengalami konversi. Bahkan di Kediri konversi tersebut paling banyak terjadi dalam
kurun waktu 1 tahun terakhir ini yang mencapai 23 ha. Jumlah lahan pertanian yang
Tabel 1.1 Konversi Lahan di TabananPer Kecamatan Tahun 2008 - 2012
No Kecamatan
LuasSawah (Ha) AlihFungsi
(Ha) Ket 2008 2009 2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selemadeg Barat Selemadeg SelemadegTimur Kerambitan Tabanan Kediri Marga Baturiti Penebel Pupuan 1.161 1.895 2.342 2.516 1.993 3.036 2.320 1.808 4.363 1.031 1.161 1.895 2.342 2.516 1.993 3.036 2.320 1.808 4.363 1.031 1.161 1.895 2.342 2.516 1.990 3.029 2.320 1.808 4.363 1.031 1.161 1.895 2.342 2.516 1.990 3.029 2.320 1.808 4.363 1.011 1.161 1.907 2.320 2.516 1.990 3.006 2.320 1.808 4.362 998 0 -12 22 0 3 30 0 0 1 33 Tetap Bertambah Berkurang Tetap Berkurang Berkurang Tetap Tetap Berkurang Berkurang Total 22.465 22.465 22.455 22.435 22.388 89
Sumber : Dinas Pertanian dan Holtikultura Kab. Tabanan
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tabanan,
subak yang paling banyak mengalami konversi dari kurun waktu 2011 sampai 2012
di Kecamatan Kediri adalah Subak Jadi yaitu mencapai 5 ha yang semuanya menjadi
bangunan/rumah. Fenomena konversi lahan pertanian ini tentu akan sangat
berdampak terhadap masyarakat yang bermata pencaharian petani, dimana dengan
lahan yang semakin sempit petani akan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan
akan mengurangi pendapatan petani yang nantinya diduga akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan petani itu sendiri.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian yang lebih
Subak Jadi serta mengetahui variabel-variabel yang mewakili setiap faktor yang
dimaksud sehingga dapat dicarikan jalan keluar untuk mengatasi konversi lahan
pertanian lebih lanjut. Konversi lahan di Subak Jadi yang terus berlanjut akan
menyebabkan teracamnya ketahanan pangan di daerah tersebut yang pada akhirnya
akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani di daerah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yaitu sebagai berikut.
1) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di Subak
Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan?
2) Bagaimanakah dampak konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan
petani di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan?
1.3 Tujuan Penelitian
Bersadarkan perumusan masalah di atas, maka dikemukakan tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan
pertanian di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan.
2) Untuk mengetahui dampak konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan
memberikan kontribusi pada teori ilmu manajemen agribisnis terutama dalam
meneliti analisis faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian dan dampaknya
terhadap kesejahteraan petani. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang melakukan penelitian dengan objek yang
sama.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah melalui dinas terkait dalam mengidentifikasi variabel yang dapat
mempengaruhi dampak konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan
petani.
2) Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi
pemerintah melalui dinas terkait untuk menentukan kebijakan yang berkaitan
dengan konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan petani dan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konversi Lahan
2.1.1 Pengertian Konversi Lahan
Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan sumber hasil-hasil
pertanian yang menjadi tempat proses produksi dan hasil produksi diperoleh. Dalam
pertanian terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, faktor produksi lahan
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa
yang diterima dari lahan dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya.
Bagi petani, lahan mempunyai arti yang sangat penting karena dari lahan
mereka dapat mempertahankan hidup bersama keluarganya melalui kegiatan
bercocok tanam dan beternak. Karena lahan merupakan faktor produksi dalam
berusaha tani, maka status penguasaan terhadap lahan menjadi sangat penting yang
berkaitan dengan keputusan jenis komoditas apakah yang akan diusahakan dan
berkaitan dengan besar kecilnya bagian yang akan diperoleh dari usaha tani yang
diusahakan.
Irawan (2005) mengungkapkan bahwa konversi lahan berawal dari permintaan
komoditas pertanian terutama komoditas pangan yang kurang elastis terhadap
pendapatan dibanding dengan komoditas non pertanian. Oleh karena itu
pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk
lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas pertanian. Konsekuensi
lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas
merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka
pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan akan
menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju
lebih cepat dibanding kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian.
Kuantitas atau ketersediaan lahan di setiap daerah relatif tetap atau terbatas
walaupun secara kualitas sumberdaya lahan dapat ditingkatkan. Pada kondisi
keterbatasan tersebut maka peningkatan kebutuhan lahan untuk memproduksi
komoditas tertentu akan mengurangi ketersediaan lahan yang dapat digunakan untuk
memproduksi komoditas lainnya. Oleh karena pembangunan ekonomi cendurung
mendorong permintaan lahan di luar sektor pertanian dengan laju lebih besar
dibanding permintaan lahan di sektor pertanian, maka pertumbuhan ekonomi
cenderung mengurangi kuantitas lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan
pertanian. Pengurangan kunatitas lahan yang dialokasikan untuk kegiatan pertanian
tersebut berlangsung melalui konversi lahan pertanian yaitu perubahan pemanfaatan
lahan yang semula digunakan untuk kegiatan pertanian ke pemanfaatan lahan di luar
pertanian seperti kompleks perumahan, kawasan perdagangan, kawasan industri dan
seterusnya (Irawan, 2005).
Pengertian konversi atau alih fungsi lahan secara umum menyangkut
transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke
secara keseluruhan. Di negara-negara berkembang konversi lahan umumnya
dirangsang oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor
pertanian ke sektor yang lebih bersifat industrial. Proses transformasi ekonomi
tersebut selanjutnya merangasang terjadinya migrasi penduduk ke daerah-daerah
pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati pusat
kegiatan bisnis dikonversi untuk pembangunan kompleks perumahan.
Konversi lahan pertanian ke nonpertanian bukan semata-mata sebagai
fenomena fisik yang berpengaruh terhadap berkurangnya luas lahan pertanian,
melainkan sebuah fenomena yang bersifat dinamis mempengaruhi aspek-aspek
kehidupan masyarakat secara lebih luas, tidak hanya berkaitan dengana aspek
ekonomi, juga terkait dengan perubahan sosial dan budaya masyarakat. Menurut
Nasoetion, dkk., (2000) proses alih fungsi lahan pertanian secara langsung atau tidak
langsung ditentukan oleh dua faktor besar yaitu sistem kelembagaan yang
dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah dan sistem kelembagaan yang
berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang
dikembangkan pemerintah seperti melalui peraturan pertanahan dan tata ruang akan
berpengaruh terhadap konversi lahan. Demikian halnya dengan sistem kelembagaan
masyarakat seperti subak di Bali juga mempunyai pengaruh kuat terhadap alih fungsi
lahan pertanian. Jadi dengan demikian dorongan-dorongan terjadinya konversi lahan
pertanian ke nonpertanian baik yang mempercepat atau memperlambat tidak
sepenuhnya bersifat alamiah, tetapi ada juga secara langsung atau tidak langsing
2.1.2 Faktor Penyebab Konversi Lahan Pertanian
Kebutuhan akan lahan yang sangat besar mengakibatkan banyak terjadinya
konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian. Alih fungsi lahan pada
dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun kenyetaannya konversi lahan
menjadi masalah karena terjadi di lahan pertanian yang produktif. Faktor penyebab
konversi lahan ini dapat dibagi menjadi faktor tidak langsung dan faktor langsung.
Faktor tidak langsung antara lain perubahan struktur ekonomi, pertumbuhan
penduduk, arus urbanisasi dan konsestensi impementasi tata ruang. Sedangkan faktor
langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi,
pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman dan
sebaran lahan sawah.
Berdasarkan kenyataan yang berkembang di masyarakat, pola konversi lahan
sawah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tipe yaitu secara bertahap (gradual) adalah
terjadi secara sporadis/terpencar yang dilakukan oleh perorangan dan secara seketika
(instant) bersifat massive, yaitu terjadi dalam satu hamparan luas dan terkonsentrasi
yang dilakukan oleh proyek pembangunan baik oleh pihak swasta maupun
pemerintah (Widjonarko, dkk., 2006).
Faktor penyebab konversi lahan pada tipe bertahap ada dua yaitu sebagai
berikut.
1) Lahan sawah dialihfungsikan/dikonversi karena fungsi sawah sudah tidak
degradasi mutu tanah sehingga usaha tani tidak dapat berkembang dengan
baik.
2) Alih fungsi oleh pemiliknya karena adanya desakan untuk pemenuhan
kebutuhan akan tempat tinggal dan keperluan tempat usaha untuk
meningkatkan pendapatan padahal dari segi fungsinya lahan lahan tersebut
masih optimal untuk usaha tani.
Pada tipe seketika dan massive, konversi terjadi biasanya diawali oleh alih
penguasaan kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk non-pertanian
terutama untuk lokasi perumahan. Alih fungsi melalui cara ini terjadi dalam
hamparan yang lebih luas dan terkonsentrasi pada satu wilayah yang berdekatan dan
pada umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi sehingga lebih banyak
terjadi di daerah perkotaan atau pinggiran kota.
Nasution, dkk., (2000) memaparkan beberapa faktor yang berperan penting yang
menyebabkan proses konversi lahan pertanian ke non pertanian yaitu sebagai berikut.
1) Perkembangan standar tuntutan hidup. Hal ini berhubungan dengan nilai land
rent yang mampu memberikan perkembangan standar tuntutan hidup petani.
2) Fluktuasi harga pertanian. Menyangkut aspek fluktuasi harga-harga komoditas
yang dapat dihasilkan dari pembudidayaan sawah.
3) Struktur biaya produksi pertanian. Biaya produksi dan aktivitas budidaya
lahan sawah yang semakin mahal dan cenderung memperkuat proses konversi
4) Teknologi. Terhambatnya perkembangan teknologi intensifikasi pada
penggunaan lahan yang memiliki tingkat pertanian yang terus meningkat akan
mengakibatkan proses ekstenfikasi yang lebih dominan, Proses ekstenfikasi
dari penggunaan lahan akan terus mendorong proses konversi lahan.
5) Aksesibilitas. Perubahan sarana dan prasarana transportasi yang berimplikasi
terhadap meningkatnya aksesibilitas lokal akan lebih mendorong
perkembangan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian.
6) Resiko dan ketidakpastian. Aktivitas pertanian dengan tingkat resiko
ketidakpastian yang tinggi akan menurunkan nilai harapan dari tingkat
produksi, harga dan keuntungan. Dengan demikian penggunaan lahan yang
mempunyai resiko dan ketidakpastian yang lebih tinggi akan cenderung
dikonversi ke penggunaan lain yang resikonya lebih rendah.
Menurut Lestari (2005) proses konversi lahan pertanian ke penggunaan
non-pertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Tiga faktor penting yang
menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian yaitu sebagai berikut.
1) Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika
pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.
2) Faktor internal merupakan faktor yang lebih melihat sisi yang disebabkan oleh
kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.
3) Faktor kebijakan merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan
2.1.3 Dampak Konversi Lahan Pertanian
Dampak konversi lahan pertanian menyangkut berbagai dimensi kepentingan
yang luas yaitu tidak hanya mengancam keberlanjutan swasembada pangan, tetapi
juga berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja, pemubaziran investasi irigasi,
pemerataan kesejahteraan, kualitas lingkungan hidup dan kemapanan struktur sosial
masyarakat. Adapun dampak konversi lahan pertanian adalah sebagai berikut.
1) Ancaman terhadap keberlangsungan swasembada pangan.
Berkurangnya produksi pangan akibat konversi lahan pertanian adalah
bersifat permanen, karena proses konversi lahan pertanian menjadi
nonpertanian sifatnya tidak dapat balik (irreversible) yaitu sekali lahan
pertanian tersebut berubah fungsi maka lahan tersebut tidak dapat lagi
digunakan sebagai sawah.
2) Ancaman terhadap kualitas lingkungan
Lahan pertanian tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk budidaya padi
tetapi dapat menjadi lahan yang efektif untuk menampung kelebihan air
limpasan, pengendali banjir dan pelestarian lingkungan. Apabila
sehamparan lahan sawah beralih fungsi untuk pembangunan kawasan
perumahan, hotel atau industri maka dengan sendirinya lahan disekitarnya
akan terkena pengaruh dari konversi tersebut. Lahan untuk menampung
kelebihan air akan semakin berkurang sehingga bencana seperti banjir akan
semakin sering terjadi. Selain itu harga lahan tersebut pada umumnya akan
maka dalam jangka panjang kualitas lingkungan ekologinya akan menurun
sehingga produktifitas juga menurun.
3) Ancaman terhadap penyerapan tenaga kerja
Konversi lahan pertanian pada hakikatnya tidak hanya menyangkut
hilangnya peluang memproduksi pangan tetapi juga menyangkut hilangnya
kesempatan kerja. Seperti diketahui usaha tani mempunyai kaitan dengan
berbagai usaha di bagian hulu dan hilir, maka dengan lahan terkonversi
akan hilang kesempatan untuk mendapat pekerjaan.
4) Ancaman terhadap organisasi subak
Sutawan (2008) menyatakan bahwa jika penyusutan areal lahan sawah
beririgasi terus berlanjut dikhawatirkan bahwa organisasi subak yang
merupakan warisan leluhur yang sudah terkenal sampai ke mancanegara
akan terancam punah. Kalau subak yang merupakan organisasi bersifat
sosio-agraris-religius hilang maka itu akan berimbas pada terdegradasinya
kebudayaan Bali dan dampaknya akan sangat besar bukan hanya bagi
pertanian juga akan berdampak terhadap pariwisata Bali.
2.2 Kesejahteraan Petani
2.2.1 Pengertian Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan (welfare) merupakan konsep yang digunakan untuk
menyatakan kualitas hidup suatu masyarakat atau individu di suatu wilayah pada satu
kesejahteraan itu bersifat luas yang dapat diterapkan pada skala social besar dan kecil
misalnya keluarga dan individu. Konsep kesejahteraan yang dimiliki setiap orang
bersifat relatif tergantung bagaimana penilaian masing-masing individu terhadap
kesejahteraan itu sendiri.
Menetapkan kesejahteraan serta cara pengukurannya merupakan hal yang sulit
untuk dirumuskan secara tuntas. Hal ini disebabkan permasalahan kesejahteraan
bukan hanya menyangkut permasalahan perbidang saja, tetapi menyangkut berbagai
bidang kehidupan yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan pengetahuan di
berbagai bidang disiplin ilmu di samping melakuakan penelitian atau melalui
pengamatan empirik berbagai kasus untuk dapat menemukan indikator keluarga
sejahtera secara umum dan spesifik.
Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur kesejahteraan adalah melalui
pendekatan pengeluaran rumahtangga. Pengeluaran rata-rata per kapita per tahun
adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga selama setahun untuk konsumsi
semua anggota rumahtangga dibagi dengan banyaknya anggota rumahtangga.
Determinan utama dari kesejahteraan penduduk adalah daya beli. Apabila daya beli
menurun maka kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup menurun
sehingga tingkat kesejahteraan juga akan menurun.
Tingkat kesejahteraan suatu rumahtangga juga dapat diukur dengan jelas melalui
besarnya pendapatan yang diterima oleh rumahtangga tersebut. Semakin besar
pendapatan seseorang maka kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan juga akan
2.2.2 Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Fahrudin (2012) menyatakan dimensi kesejahteraan disadari sangat luas dan
kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat dilihat jika dari
suatu aspek tertentu. Berikut merupakan indikator-indikator dari kesejahteraan yaitu
sebagai berikut.
1) Kependudukan
Masalah kependudukan meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk
merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan.
Program perencanaan pembangunan social disegala bidang harus mendapat
prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.
2) Kesehatan dan Gizi
Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang
dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator
utama angka kesakitan dan status gizi.
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek
sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Faktor
kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan belum semua
anal Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar. Dengan itu
dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai
suatu masyarakat maka dapat dikatakan masyarakat tersebut semakin
4) Taraf dan Pola Konsumsi
Pola konsumsi rumahtangga secara umum dapat digunakan sebagai indikator
dalam menentukan kesejahteraan dengan melihat proporsi pengeluaran untuk
makanan dan bukan makanan.
5) Perumahan dan Lingkungan
Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan bagi
pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki dapat diasumsikan semakin
sejahtera rumahtangga yang menempati rumah tersebut. Berbagai fasilitas
yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain dapat
dilihat dari luar rumah, sumber air minum, fasilitas kebersihan rumahtangga.
6) Sosial dan Budaya
Pada umumnya semakin banyak seseorang memanfaatkan waktu luang untuk
melakukan kegiatan social budaya maka dapat dikatakn bahwa orang tersebut
memiliki tingkat kesejahteraan yang semakin meningkat. Pola kegiatan sosial
budaya yang mencerminkan aspek kesejahteraan seperti melakukan
perjalanan wisata dan akses pada informasi dan hiburan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah kondisi
yang digunakan untuk menyatakan kualitas hidup yang diukur dengan indikator
pendapatan dari sektor pertanian dan pendapatan di luar sektor pertanian. Pendapatan
petani merupakan suatu jumlah yang diterima dari hasil penjulan hasil usaha tani atau
pendapatan yang diterima petani bertambah maka kemungkinan petani tersebut akan
semakin sejahtera.
2.3 Penelitian Sebelumnya
Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang digunakan untuk referensi dalam
penelitian ini meliputi hasil-hasil studi yang membahas dampak konversi lahan
pertanian terhadap kesejahteraan petanian adalah sebagai berikut.
1) Penelitian oleh Irawan (2005) dengan hasil penelitian yang diperoleh adalah
konversi lahan sawah di laur Jawa (132 ribu hektar per tahun) ternyata jauh lebih
tinggi daripada di pulau Jawa (56 ribu hektar per tahun). Sebesar 58,68 persen
konversi lahan sawah tersebut ditujukan untuk kegiatan nonpertanian dan sisanya
untuk usahatani bukan sawah. Sebagian besar konversi lahan untuk kegiatan
nonpertanian ditujukan untuk pembangunan perumahan (48,96 persen) dan
pembangunan sarana publik (28,29 persen). Keberadaan lahan sawah ternyata
dapat memberikan manfaat ekonomi, social, dan lingkungan yang bernilai tinggi.
Sebagian manfaat tersebut bersifat komunal. Jika terjadi konversi lahan sawah
maka kerugian yang ditimbulkan lebih dirasakan oleh masyarakat luas daripada
sebagian kecil masyarakat pemilik lahan. Bagi ketahanan pangan, konversi lahan
sawah juga dapat menimbulkan dampak yang lebih merugikan dibanding faktor
lain yang dapat menyebabkan turunnya produksi pangan seperti kekeringan,
2) Penelitian oleh Sihaloho dkk., (2007) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja dapat dibagi dua yaitu
aras makro yang terdiri dari kebijakan pemerintah yang memberikan iklim
kondusif bagi transformasi peruntukan suatu kawasan dan pertumbuhan
penduduk alamiah dan non-alamiah. (2) aras mikro yang terdiri dari keterdesakan
ekonomi, investasi pihak pemodal dan proses alih hak milik atas tanah. Konversi
lahan pertanian berimplikasi pada perubahan atau struktur agrarian yang
menghasilkan kerimpangan struktur agrarian lahan terhadap kehidupan
masyarakat menyangkut perubahan pola penguasaan lahan, pola nafkah dan
hubungan pola produksi.
3) Penelitian oleh Dewa Putu Arwan Suputra dkk., (2012) menyatakan bahwa ada
empat faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Subak Daksina, yaitu
faktor kondisi lahan, faktor ketergusuran (keterkaitan dengan kondisi penduduk),
faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri) dan faktor ketidakefektifan
lahan. Variabel yang mewakili setiap faktor yang mempengaruhi alih fungsi
lahan di Subak Daksina ada 14 variabel yaitu variabel penghasilan lahan, fungsi
lahan, keadaan lahan kering, lokasi lahan, perbatasan pusat kota, keadaan lahan
basah mewakili faktor kondisi lahan; variabel terhimpit pemukiman,
pertumbuhan penduduk mewakili faktor ketergusuran (keterkaitan dengan
kondisi penduduk); variabel nilai jual lahan, biaya produksi, kebutuhan tempat
tinggal keluarga mewakili faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri)
sektor lain menjanjikan mewakili faktor ketidakefektifan lahan. Persamaan
dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur faktor-faktor yang
mempengaruhi konversi lahan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek
BAB III
KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berfikir
Jumlah penduduk Tabanan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang
berasal dari perkembangan penduduk lokal dan dari penduduk migrasi. Fenomena
tersebut tentu akan menambah permasalahan terutama di bidang pemenuhan
kebutuhan hidup baik pangan maupun papan. Dengan bertambahnya jumlah
penduduk kebutuhan akan pangan juga akan bertambah dan kebutuhan yang tidak
kalah penting pasti akan bertambah pula yaitu tempat tinggal. Bentrokan kepentingan
tidak akan bisa untuk dihindari karena sifat lahan yang terbatas. Semakin meningkat
jumlah penduduk maka kebutuhan lahan akan semakin meningkat terutama untuk
tempat tinggal sedangkan persediaan lahan bersifat terbatas. Maka dari itu keberadaan
lahan pertanian akan semakin terhimpit dan perubahan penggunaan lahan atau
konversi lahan ke non pertanian tidak akan dapat dihindari.
Perubahan penggunaan lahan secara besar-besaran menyebabkan ketersediaan
lahan bagi penggunaan sektor pertanian dan sebagai lapangan usaha bagi petani akan
semakin sempit. Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan
akan dikelompokkan menjadi faktor pendorong dan faktor penghambat konversi
lahan. Faktor pendorong merupakan faktor-faktor yang mempercepat laju konversi
baik faktor pendorong dari internal maupun eksternal. Sedangkan faktor penghambat
diduga sebagai pendorong konversi lahan akan dibagi menjadi faktor internal
pendorong konversi lahan dan faktor eksternal pendorong konversi lahan.
Faktor internal pendorong konversi adalah lokasi lahan, produktivitas lahan,
saluran irigasi, mutu tanah, luas lahan yang dimiliki, biaya produksi, risiko usaha
tani, perubahan perilaku menganggap petani pekerjaan masyarakat miskin,
kemampuan penanganan pasca panen dan himpitan ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan.
Faktor eksternal pendorong konversi adalah pertumbuhan penduduk,
pengaruh dari warga lain yang lebih dahulu mengkonversi lahan, pengaruh dari pihak
swasta, nilai jual lahan, kebutuhan tempat tinggal, pembangunan sarana dan prasarana
di sekitar subak, peluang kerja sektor non-pertanian, fluktuasi harga sektor pertanian,
pajak bumi dan bangunan, subsidi pemerintah, tenaga kerja, dan adanya kesempatan
membeli lahan lain.
Faktor penghambat juga dibagi menjadi dua yaitu faktor internal penghambat
konversi lahan dan faktor eksternal penghambat konversi lahan. Faktor internal
penghambat konversi lahan adalah lahan warisan, kepercayaan masyarakat,
ketersediaan sumberdaya air yang mencukupi, kondisi lahan yang masih subur dan
kesempatan kerja di sektor lain. Sedangkan faktor eksternal penghambat konversi
lahan adalah adanya regulasi dari pemerintah, adanya subsidi pemerintah, kepastian
harga hasil pertanian dan kompensasi dari pemerintah.
Pengaruh yang ditimbulkan dari konversi lahan tentu adalah berkurangnya
dan akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Jika pendapatan petani menurun
maka diduga akan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Kerangka berfikir
penelitian ini dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Skema Kerangka Berfikir Konversi Lahan Pertanian
Pertumbuhan penduduk meningkat
Permasalahan lahan
Konversi lahan pertanian Permintaan terhadap lahan meningkat, persediaan lahan terbatas
Faktor pendorong Faktor penghambat
Internal - lokasi lahan - produktivitas lahan - saluran irigasi - mutu tanah - luas lahan - biaya prod. - Risiko usaha tani - Perubahan perilaku masy. - Penangananpasca panen - Pemenuhan kebutuhan Eksternal - Pertambahan penduduk - Warga lain - Pihak swasta - Nilai jual - Kebutuhan tempat tinggal - Pembangunan sarana prasarana - Peluang kerja - Fluktuasi harga - Pajak - Subsidi pemerintah - Tenaga kerja - Kesempatan
membeli lahan lain
Internal - Warisan - Kepercayaan masyarakat - Kondisi saluran irigasi - Kondisi lahan masih subur - Kesempatan kerja di sektor lain Eksternal - Regulasi pemerintah tentang jalur hijau - Subsidi pemerintah - Kepastian harga hasil pertanian - Kompensasi dari pemerintah Kesejahteraan petani - Pendapatan sektor pertanian
- Pendapatan dari luar sektor pertanian
3.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya, variabel yang
mempengaruhi konversi lahan pertanian diantaranya adalah penghasilan petani, nilai
jual lahan, biaya produksi, kebutuhan tempat tinggal keluarga, lokasi lahan, variabel
terhimpit pemukiman, pajak tanah, pertumbuhan penduduk, saluran irigasi, mutu
lahan, dan peluang kerja di sektor lain menjanjikan. Dalam penelitian ini
variabel-variabel tersebut akan dikelompokkan sehingga dari variabel-variabel-variabel-variabel tersebut
terbentuk faktor pendorong dan faktor penghambat konversi lahan. Faktor pendorong
merupakan faktor-faktor yang mempercepat laju konversi baik faktor pendorong dari
internal maupun eksternal. Sedangkan faktor penghambat adalah faktor-faktor yang
memperlambat laju konversi lahan. Faktor-faktor tersebut tersebut diperkirakan akan
mempengaruhi jumlah konversi lahan pertanian.
Setelah melihat keterhubungan antar faktor pendorong konversi lahan dan
faktor penghambat konversi lahan maka selanjutnya dilihat pula pengaruh konversi
lahan pertanian tersebut terhadap tingkat kesejahteraan petani. Dalam penelitian ini
kesejahteraan petani diukur melalui indikator pendapatan pada sektor pertanian dan
pendapatan di luar pertanian dimana apabila indikator ini mengalami peningkatan
dapat dikatakan kesejahteraan petani mengalami peningkatan. Kerangka konsep
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Faktor Internal Pendorong Konversi (X1.1) Konversi Lahan (Y1) Kesejahteraan Petani (Y2) Faktor Eksternal Pendorong Konversi (X1.2) Faktor Internal Penghambat Konversi (X2.1) Faktor Eksternal Penghambat Konversi (X2.2) Lokasi lahan Produktivitas Saluran irigasi Mutu tanah Luas lahan Biaya prod. Risiko Perilaku masy Pasca panen Kebutuhan Pert. penduduk Warga lain Pihak swasta
Nilai jual lahan Keb tempat tinggal
Peluang kerja
Fluktuasi harga Pajak
Subsidi Tenaga kerja
Pemb. sarana Peluang membeli
lahan lain Tanah warisan Kepercayaan masy Irigasi memadai Tanah subur Kesempatan kerja sek. Lain tidak ada
Regulasi
Subsidi
Kepastian harga
3.3 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah diuraikan,
maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut.
1) Faktor pendorong dan penghambat konversi lahan berpengaruh
terhadap konversi lahan pertanian di Subak Jadi, Kecamatan Kediri,
Tabanan.
2) Konversi lahan pertanian berpengaruh terhadap kesejahteraan petani di
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum
kegiatan dilaksanakan yang mencakup komponen-komponen penelitian yang
diperlukan. Metode dalam penelitian merupakan cara memperoleh kebenaran ilmiah
yang sistematis, akurat dan berdasarkan fakta atau data empiris.
Mengacu pada tujuan penelitian, kemudian dirumuskan suatu kerangka proses
berfikir, konsep dan hipotesis sehingga didapat sebuah desain penelitian. Selanjutnya
dari desain tersebut dilaksanakan penelitian dan dirangkum suatu kesimpulan hasil
penelitian dan diajukan saran-saran yang dapat dimanfaatkan oleh pihak berwenang
dalam pengambilan kebijakan yang menyangkut faktor pendorong dan faktor
penghambat konversi lahan pertanian serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan
petani khususnya di Kabupaten Tabanan.
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan. Pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Tabanan
merupakan pusat pertanian di Bali dan Subak Jadi merupakan subak yang memiliki
lahan yang terkonversi terluas di Tabanan serta didasarkan atas tersedianya data yang
memadai dan mampu untuk diolah peneliti sehingga lokasi ini dirasa relevan dengan
4.3 Populasi dan Sampel
Sugiyono (2009:115) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini anggota populasi adalah seluruh petani
Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan sebesar 156 orang.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan mewakili
populasi untuk diamati. Teknik pengambilan sampel memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel Sugiyono
(2009:118).
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
2 tipe yaitu adalah dengan menggunakan metode Slovin. Untuk menghitung
penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan, maka digunakan
rumus Slovin sebagai berikut.
1 N N
d
2 n . ………. (1)Dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi dan e adalah batas
toleransi kesalahan (5%). Dalam penelitian ini diketahui jumlah populasi Subak Jadi
adalah sebesar 156 petani sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian
1 05 . 0 * 156 156 2 n = 112,23 ≈ 112
Jadi dari anggota populasi yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 112
orang responden.
Penarikan sampel untuk menganalisis pengaruh konversi lahan terhadap
kesejahteraan petani dilakukan secara purposive dengan mengambil petani yang
melakukan konversi lahan dari seluruh jumlah sampel. Jumlah sampel yang didapat
berjumlah 31 responden.
4.4 Jenis dan Sumber Data
4.4.1 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui responden, dimana
responden akan memberikan respon verbal dan atau respon tertulis sebagai tanggapan
atas pernyataan yang diberikan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh bersifat keterangan yang tidak
dapat dihitung yang dapat memberikan gambaran terhadap lahan yang
diteliti.
2) Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh berbentuk angka-angka dan
dapat dihitung.
4.4.2 Sumber Data
1) Data primer, adalah data penelitian yang berasal langsung dari sumber asli
atau tidak melalui media perantara. Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mengenai faktor pendorong dan faktor penghambat
konversi lahan pertanian serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan petani
yang diperoleh secara langsung dari responden dengan memberikan
tanggapan atas pernyataan kuisioner. Dalam penelitian ini kuesioner
dibagikan langsung pada responden.
2) Data sekunder, adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain.
Dalam penelitian ini data sekunder hanya mendukung pengumpulan data awal
sebagai output penelitian. Data yang dimaksud adalah data yang didapat dari
Badan Pusat Statistik atau sumber lain.
4.5 Identifikasi Variabel
Terdapat dua jenis variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Variabel bebas atau independen variabel adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang merupakan
variabel bebas adalah faktor internal pendorong konversi (X1.1), faktor
eksternal pendorong konversi (X1.2), faktor internal penghambat konversi