• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

I MADE MAHADI DWIPRADNYANA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

(2)

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

I MADE MAHADI DWIPRADNYANA NIM 1291161006

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Manajemen Agribisnis, Program Pascasarjana Universitas Udayana

I MADE MAHADI DWIPRADNYANA NIM 1291161006

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya/karunia-Nya, penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Konversi Lahan Pertanian serta Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Petani

(Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan)” tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, SU., pembimbing I yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, semangat,

bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam

penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan

kepada Dr. Ir. I Made Sudarma, MS selaku Pembimbing II yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.

Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD.,KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di

Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr.dr.A.A. Raka

Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ketut Suamba, MP

(5)

Udayana atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan progran

Magister. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis,

yaitu Dr. Ir. Ketut Suamba, MP., Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP., Dr. I Gede

Setiawan Adi Putra, SP.,MSi., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan,

dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus

disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membingbing penulis

mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Kepada Ibu, Ayah dan seluruh

keluarga besar yang telah mengasuh dan membesarkan penulis serta selalu

mendukung baik finansial maupun moril. Kepada Pimpinan dan seluruh rekan-rekan

karyawan KPN Kamadhuk yang dengan penuh pengertian telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Tidak

lupa pula saya sampaikan terimakasih kepada Ni Putu Novita Diliani atas

dorongan-dorongan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan

seluruh teman-teman Angkatan XV Program Studi Magister Agribisnis yang

senantiasa meluangkan waktu dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis

ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena

keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian skripsi ini

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis lahir pada tanggal 25 April 1989 di Banjar Tunjuk Kelod, Desa

Tunjuk, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Anak kedua dari

tiga bersaudara dari pasangan Ayah Ir. I Wayan Sukasana, MP dan Ibu Ni Made

Laksanawati, S.Pd.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dai TKK Widya Sastra Tunjuk pada tahun

1995 dan kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 4 Tunjuk yang lulus

pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Marga dan lulus

pada tahun 2004, setelah itu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tabanan dan

lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada

Program Studi Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana yang

lulus pada tahun 2011.

Penulis bekerja dari tahun 2011 masih tercatat sebagai karyawan Koperasi

Pegawai Negeri Kamadhuk RSUP Sanglah Denpasar. Selain itu penulis juga

dipercaya sebagai Manager Koperasi Dana Shanti Desa Tunjuk dan masih aktif

tergabung dalam Kepengurusan Sanggar Seni Gita Jaya Swari Desa Tunjuk.

Atas dukungan keluarga pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan

Program Pascasarjana Magister Agribisnis di Universitas Udayana dengan harapan

(7)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya ke nonpertanian. Konversi lahan pertanian ke nonpertanian merupakan isu sentral pembangunan pertanian yang dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap produksi pangan, aspek sosial ekonomi dan aspek lingkungan. Fenomena konversi lahan ini pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dengan sektor nonpertanian yang muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu keterbatasan sumber daya alam, pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Melihat fenomena tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan baik sebagai faktor pendorong maupun penghambat. Selanjutnya dari faktor-faktor tersebut dapat dianalisis untuk melihat pengaruhnya terhadap kesejahteraan petani yang melakukan konversi lahan di Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan sumber data primer yaitu dengan menyebarkan kuesioner langsung kepada petani dan sumber data sekunder dengan mencari data dari BPS maupun sumber lain yang terkait. Sampling terhadap populasi dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis faktor, regresi linier berganda dan Paired Sample t test dengan standar error sebesar 5% (α=0,05).

Hasil penelitian yang didapat adalah seluruh variabel berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap konversi lahan. Secara parsial hanya faktor pendorong konversi eksternal berpengaruh nyata terhadap konversi lahan. Faktor pendorong yang berpengaruh terhadap konversi lahan adalah mutu tanah, kebutuhan tempat tinggal dan kesempatan membeli lahan di tempat lain. Saran untuk mengurangi konversi adalah pemerintah harus mempertegas regulasi di bidang perizinan terutama untuk membangun di lahan basah. Pemerintah juga harus memperketat peraturan jual beli lahan terutama lahan pertanian boleh dijual tetapi tetap diperuntukkan untuk lahan pertanian.

(8)

ABSTRACT

Factors Affecting Agricultural Land Conversion And Its Impact on Farmers Welfare (Case Studies in Subak Jadi, District of Kediri, Tabanan)

Land conversion is a process of change in land use of a particular form of usage become another example to non-agricultural use. Conversion of agricultural land to non-agricultural agricultural development is a central issue that can have a significant impact on food production, economic and social aspects of environmental aspects. Conversion phenomenon is basically the result of the competition between agricultural land use to non-agricultural sector arising from the three economic and social phenomena are limited natural resources, population growth and economic growth.

Viewing the phenomenon of this research was conducted in order to find the factors that affect the conversion of land either as a motivating factor as well as towing. Furthermore, of these factors can be analyzed to see its effect on the welfare of farmers converting land in Subak Jadi District of Kediri, Tabanan.

The method used in this study is a quantitative method. Sources of data used in this study using primary data source is by distributing questionnaires directly to farmers and secondary data sources to find data from BPS and other relevant sources. Sampling of the population is performed using Slovin formula. Data analysis method used is the method of factor analysis, multiple linear regression and paired sample t test with a standard error of 5% (α = 0.05).

Research results obtained are all variables simultaneously and significantly affect the conversion. Partial conversion of the driving factors of land there are just external push factors have a significant effect. The variable is the soil quality, housing needs, and the opportunity to buy land elsewhere. Suggestion for reducing lan conversion is the government should reinforce the regulations in the field of licensing, especially to build in wetlands. Government should also tighten the rules of buying and selling land, especially agricultural land should be sold but kept for agricultural land.

(9)

RINGKASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONVERSI LAHAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

( Studi Kasus di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan )

Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain yang dalam penelitian ini adalah ke nonpertanian. Fenomena konversi lahan ini pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dengan sektor nonpertanian yang muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu keterbatasan sumber daya alam, pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan akan pangan dan papan akan bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Permasalahan akan muncul manakala terjadi ketidakseimbangan kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pangan dan papan.

Permasalahan ini muncul karena keterbatasan sumberdaya lahan dimana untuk memenuhi seluruh pangan penduduk diperlukan lahan sawah yang luas dan untuk kebutuhan papan juga dibutuhkan lahan yang tidak sedikit. Persaingan penggunaan lahan pada akhirnya akan menggeser ketersediaanya untuk pertanian karena kebutuhan untuk tempat tinggal lebih penting dan tidak dapat dihindari lagi permintaan lahan pertanian akan semakin banyak.

Tabanan yang merupakan lumbung berasnya Bali juga tidak luput dari permasalahan konversi lahan. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Tabanan diketahui bahwa dari Tahun 2008 sampai 2012 diketahui jumlah konversi lahan mencapai 77ha. Jumlah tersebut sangat mungkin akan terus bertambah apabila tidak ditanggulangi dengan tepat. Konversi lahan tidak hanya terjadi pada lahan kering namun sudah merambah pada lahan basah yang notabene merupakan lahan yang masih produktif.

Melihat fenomena tersebut maka penelitian ini memiliki tujuan adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi petani melakukan konversi lahan. Selain itu penelitian ini juga memiliki tujuan untuk mengetahui apakah konversi lahan tersebut mampu untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Penelitian ini dilakukan di Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan. Lokasi ini dipilih secara purposive dengan pertimbangan Tabanan merupakan pusat pertanian di Bali dan Subak Jadi merupakan subak yang memiliki lahan yang terkonversi terbesar. Metode penghambatan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Slovin dimana jumlah sampel yang didapat berjumlah 112 sampel. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif atau data berbentuk angka dan data kualitatif atau data berbentuk keterangan. Sumber data yang digunakan adalah data yang berasal langsung dari sumber asli atau data primer dan data sekunder yang didapat melalui perantara. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan di

(10)

Subak Jadi adalah analisi faktor dan analisis regresi linier berganda. Sedangkan untuk mencari pengaruh konversi lahan terhadap kesejahteraan petani digunakan paired

t-test.

Hasil penelitian yang didapat adalah secara simultan seluruh faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap konversi lahan di Subak Jadi Kecamatan Kediri Tabanan dengan kontribusi sebesar 63,2 persen sedangkan sisanya 37,8 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Secara parsial hanya faktor pendorong konversi eksternal berpengaruh nyata terhadap konversi lahan. Faktor pendorong yang berpengaruh terhadap konversi lahan adalah mutu tanah, kebutuhan tempat tinggal dan kesempatan membeli lahan di tempat lain.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan petani Subak Jadi mengalami penurunan setelah adanya konversi lahan yaitu dari Rp. 19.707.568,902 menjadi Rp. 16.241.197,991. Jadi dapat dikatakan bahwa konversi lahan tidak akan meningkatkan kesejahteraan petani.

Melihat hasil penelitian yang didapat maka dapat dikemukakan saran untuk seluruh pihak terkait baik pemerintah maupun prajuru subak harus mampu untuk mengontrol laju konversi lahan dengan cara memperlemah faktor-faktor yang mendorong konversi lahan baik yang bersifat internal maupun eksternal dan memperkuat faktor-faktor yang menghambat konversi lahan.

Menanggulangi faktor pendorong internal seperti mutu tanah dan produktivitas, pemerintah perlu meningkatkan pemberian subsidi pupuk untuk meningkatkan produktivitas lahan sehingga mampu menghasilkan dengan baik. Untuk menanggulangi faktor pendorong eksternal seperti kebutuhan untuk perumahan dan kesempatan membeli lahan lain pemerintah harus mempertegas peraturan mengeluarkan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) terutama untuk membangun di lahan basah. Pemerintah juga harus memperketat peraturan jual beli lahan terutama lahan pertanian boleh dijual tetapi tetap diperuntukkan untuk lahan pertanian.

Petani harus ditekankan bahwa konversi lahan bukan jalan terbaik bahkan dapat merugikan petani itu sendiri dan secara luas seperti ketahanan pangan serta lingkungan. Dampak konversi lahan terhadap kesejahteraan petani memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji indikator-indikator lain selain pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan petani. Hal ini terkait dengan perbedaan persepsi petani tentang kesejahteraan.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMAKASIH... vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

RINGKASAN ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konversi Lahan ... 10

2.1.1 Pengertian Konversi Lahan ... 10

2.1.2 Faktor Penyebab Konversi Lahan... 13

2.1.3 Dampak Konversi Lahan Pertanian ... 16

2.2 Kesejahteraan Petani ... 17

2.2.1 Pengertian Kesejahteraan ... 17

2.2.2 Indikator Kesejahteraan ... 19

2.4 Penelitian Sebelumnya ... 21

BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir... 24

3.2 Kerangka Konsep ... 27

3.3 Hipotesis ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 30

(12)

4.2 Lokasi Penelitian ... 30

4.3 Populasi dan sampel ... 31

4.4 Jenis dan Sumber Data ... 32

4.4.1 Jenis Data ... 32

4.4.2 Sumber Data ... 33

4.5 Identifikasi Variabel ... 33

4.6 Definisi Operasional Variabel ... 34

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 45

4.8 Pengujian Instrumen... 45

4.8.1 Uji Validitas ... 45

4.8.1 Uji Reliabilitas ... 46

4.9 Teknik Analisi Data ... 46

4.9.1 Analisis Faktor ... 46

4.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 50

4.9.3 Regresi Linier Berganda ... 51

4.9.4 Paires Sample t-Test ... 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Subak Jadi... 58

5.1.1 Sejarah Singkat Subak Jadi... 59

5.1.2 Struktur Organisasi ... 59

5.2 Karakteristik Responden ... 61

5.3 Pengujian Instrumen... 62

5.4 Tingkat Persepsi Responden terhadap Konversi Lahan di Subak Jadi ... 64

5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan... 74

5.6 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Konversi... 79

5.7 Pengaruh Konversi Lahan terhadap Kesejahteraan Petani... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 85

6.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Konversi Lahan di Tabanan Per Kecamatan ... 7

5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 60

5.2 Distribusi Responden Menurut Umur ... 60

5.3 Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikan ... 61

5.4 Hasil Uji Validitas... 62

5.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 64

5.6 Hasil Penelitian Responden atas Konversi Lahan di Subak Jadi ... 65

5.7 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Internal Pendorong Konversi Lahan (X1.1) ... 67

5.8 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Eksternal Pendorong Konversi Lahan (X1.2) ... 69

5.9 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Internal Penghambat Konversi Lahan ... 72

5.10 Hasil Penelitian Responden atas Faktor Eksternal Penghambat Konversi Lahan ... 74

5.11 Koefisien Matriks Korelasi ... 75

5.12 Hasil Uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) ... 76

5.13 Nilai Percentage of Variance... 77

5.14 Ketepatan Model ... 78

5.15 Uji Multikolinearitas ... 80

5.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 80

5.17 Rangkuman Hasil Analisis Regresi ... 81

5.18 Variabel yang Berpengaruh Nyata ... 82

5.19 Paired Sample Statistic ... 84

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Skema Kerangka Berfikir ... 26

3.2 Kerangka Konsep ... 28

4.1 Model Hubungan Antar Variabel ... 43

4.2 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji F ... 52

4.3 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji t ... 54

4.4 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji t ... 56

5.1 Struktur Organisasi Subak Jadi ... 59

5.2 Persepsi Responden Terhadap Konversi Lahan ... 65

5.3 Kecendrungan Faktor Pendorong Internal Terhadap Konversi Lahan... 67

5.4 Kecendrungan Faktor Pendorong Eksternal Terhadap Konversi Lahan... 69

5.5 Kecendrungan Faktor Penahan Internal Terhadap Konversi Lahan 71 5.6 Kecendrungan Faktor Penahan Eksternal Terhadap Konversi Lahan... 73

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 89

2. Hasil Jawaban Responden... 96

3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 125

4. Analisis Faktor ... 130

5. Uji Asumsi Klasik ... 152

6. Analisis Regresi Linier Berganda ... 153

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perjalanan waktu dari hari ke hari, kehidupan manusia akan

terus berkembang tidak hanya dari segi perekonomian semata namun juga dalam hal

pertambahan penduduk. Semakin lama jumlah penduduk akan terus bertambah

apalagi di negara berkembang seperti Indonesia yang belum dapat mengontrol

pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih

dari 240 juta orang dan di Bali menurut sensus penduduk tahun 2011 jumlah

penduduk mencapai 3.643.472 orang yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

Bali.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, jumlah

penduduk di Bali mengalami pertumbuhan yang signifikan. Tahun 2007 jumlah

penduduk di Bali adalah sebesar 3.372.880 dan tahun 2012 jumlah penduduk menjadi

3.643.472 orang yang berarti mengalami kenaikan sebesar 270.592 orang. Angka

tersebut semakin lama pasti akan terus berkembang dan kebutuhan akan sumberdaya

lahan pasti semakin besar.

Kebutuhan akan pangan dan papan akan bertambah seiring dengan

pertambahan penduduk. Permasalahan akan muncul manakala terjadi

ketidakseimbangan kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pangan dan papan.

(17)

memenuhi seluruh pangan penduduk diperlukan lahan sawah yang luas dan untuk

kebutuhan papan juga dibutuhkan lahan yang tidak sedikit. Persaingan penggunaan

lahan pada akhirnya akan menggeser ketersediaanya untuk pertanian karena

kebutuhan untuk tempat tinggal lebih penting dan tidak dapat dihindari lagi

permintaan lahan pertanian akan semakin banyak.

Lahan dapat bermakna bermacam-macam tergantung pada sudut pandang dan

kepentingan terhadap lahan. Bagi petani lahan adalah tempat bercocok tanam dan

sumber kehidupan, sedangkan bagi penduduk perkotaan lahan adalah ruang untuk

mendirikan bangunan seperti rumah, toko dan lain sebagainya. Menurut

Notohadiprowiro (2006) secara spesifik lahan merupakan sumberdaya pembangunan

yang memiliki karakteristik ketersediaan atau luasnya relatif tetap karena perubahan

luas akibat proses alami (sedimentasi) dan proses artifisial (reklamasi) sangat kecil.

Selain itu kesesuaian lahan dalam menampung kegiatan masyarakat juga cenderung

bersifat spesifik karena lahan memiliki perbedaan sifat fisik seperti jenis batuan,

kandungan mineral, topografi dan lain sebagainya.

Permintaan lahan dipengaruhi oleh dua jenis permintaan yaitu direct demand

(permintaan langsung) dan derived demand (pendorong permintaan). Dalam direct

demand, lahan berfungsi sebagai barang konsumsi atau untuk pemukiman dan secara

langsung memberikan utilitas. Melalui derived demand, peningkatan jumlah

penduduk akan meningkatkan permintaan barang dan jasa sebagai alat pemuas

(18)

faktor produksi dimana lahan ini tidak memberikan utilitas secara langsung tetapi

diperoleh dari konsumsi barang dan jasa.

Ketika permintaan lahan mengalami peningkatan padahal ketersediaannya

semakin terbatas, yang sering dilakukan masyarakat adalah merubah penggunaan

lahan dari satu penggunaan ke penggunaan yang lainnya atau yang biasa disebut

konversi lahan. Konversi lahan bersifat dinamis, dan perubahannya cenderung

mengarah kepada penggunaan lahan yang memberikan surplus lahan yang lebih

tinggi.

Konversi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk

penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya perubahan lahan pertanian

menjadi non pertanian. Konversi lahan akan terjadi terus menerus yang disebabkan

oleh semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemukiman, industri,

perkantoran, jalan raya dan infrastruktur lain untuk menunjang perkembangan

masyarakat.

Konversi lahan merupakan ancaman serius terhadap ketahanan pangan karena

dampak dari konversi lahan bersifat permanen. Lahan sawah yang telah dikonversi ke

penggunaan lain dipertanian sagat kecil peluangnya untuk berubah kembali menjadi

lahan sawah. Substansi masalah konversi lahan bukan hanya terletak pada boleh atau

tidaknya suatu lahan dikonversi tetapi lebih banyak menyangkut kepada kesesuaian

dengan tata ruang, dampak dan manfaat ekonomi dan lingkungan dalam jangka

panjang dan alternatif lain yang dapat ditempuh agar manfaatnya lebih besar daripada

(19)

Irawan (2005) mengungkapkan bahwa konversi lahan berawal dari

permintaan komoditas pertanian terutama komoditas pangan yang kurang elastis

terhadap pendapatan dibanding dengan komoditas non pertanian. Oleh karena itu

pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk

cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas non pertanian dengan laju

lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas pertanian. Konsekuensi

lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas

merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka

pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan akan

menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju

lebih cepat dibanding kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian.

Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi karena adanya perubahan rencana

tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena mekanisme

pasar. Konversi lahan dari pertanian ke nonpertanian terjadi secara meluas sejalan

dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan pada aspek pertumbuhan

melalui kemudahan fasilitas investasi kepada investor (Widjanarko, dkk, 2006).

Terjadinya konversi lahan juga dapat disebabkan oleh nilai tukar petani. Nilai tukar

petani yang rendah menyebabkan tidak ada insentif bagi petani untuk terus hidup dari

usaha pertaniannya, sehingga mereka cenderung untuk mengkonversi lahan sawahnya

(Ashari, 2003).

Faktor yang berperan penting yang menyebabkan proses konversi lahan

(20)

standar tuntutan hidup, fluktuasi harga pertanian, struktur biaya produksi pertanian,

teknologi, aksesibilitas, resiko dan ketidakpastian dalam pertanian.

Lahan pertanian dapat memberikan banyak manfaat seperti dari segi ekonomi,

sosial, dan lingkungan. Namun, akibat konversi lahan tersebut sehingga menjadikan

semakin sempitnya lahan pertanian akan mempengaruhi segi ekonomi, sosial, dan

lingkungan tersebut. Jika konversi lahan pertanian ke non pertanian ini terus

dilakukan dan tidak terkendali, maka hal ini tidak hanya menjadi masalah bagi petani

di daerah, tetapi hal ini bisa menjadi masalah nasional bangsa Indonesia. Konversi

lahan pertanian akan sangat berkaitan dengan kesejahteraan petani karena lahan

merupakan sumber kehidupan para petani.

Perubahan fungsi lahan tersebut secara agregat mungkin akan meningkatkan

pendapatan wilayah, namun peningkatan tersebut tidak tersebar secara merata.

Apabila kenaikan output tersebut tersebar secara merata termasuk para petani yang

terkonversi lahannya, maka perubahan penggunaan lahan diduga akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Namun apabila konversi lahan pertanian tidak disertai

dengan transformasi pekerjaan petani, kenaikan pendapatan wilayah tidak disertai

dengan pemerataan yang baik, kurang berjalannya transformasi pekerjaan petani

maka konversi lahan pertanian akan menurunkan kesejahteraan petani.

Perkembangan Kabupaten Tabanan yang cukup pesat baik dari perkembangan

perekonomian dan kependudukan dimana sampai tahun 2012 tercatat jumlah

penduduk sebesar 437.679 jiwa akan membawa implikasi terjadinya konversi lahan

(21)

sungguh sangat memperihatinkan. Lahan-lahan produktif yang dulunya merupakan

kebanggaan masyarakat Tabanan kini berubah fungsi menjadi puing-puing beton

perumahan dan pertokoan. Konversi lahan yang terjadi tidak hanya pada lahan kering

namun telah merambah ke lahan basah yang memiliki produktivitas tinggi. Kondisi

ini jelas mengkhawatirkan masa depan petani dan sistem pertanian yang terkenal di

Bali yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia yaitu subak. Melihat fenomena

tersebut dalam penelitian ini akan secara khusus membahas konversi lahan yang

terjadi pada lahan basah.

Bersadarkan data dari Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tabanan,

luas lahan pertanian dari tahun 2008 - 2012 yang terkonversi mencapai 89 ha. Angka

tersebut bukan tidak mungkin akan terus mengalami peningkatan dan lahan pertanian

secara perlahan akan menghilang.

Kecamatan yang paling banyak mengalami konversi dari tahun 2008 - 2012

adalah Kecamatan Pupuan sebesar 33 ha dan Kecamatan Kediri sebesar 30 ha, namun

di Kecamatan Pupuan konversi tersebut dari lahan sawah menjadi perkebunan.

Karena dalam penelitian ini khusus akan membahas konversi lahan pertanian ke non

pertanian maka dari itu Kecamatan Kediri merupakan daerah yang paling banyak

mengalami konversi. Bahkan di Kediri konversi tersebut paling banyak terjadi dalam

kurun waktu 1 tahun terakhir ini yang mencapai 23 ha. Jumlah lahan pertanian yang

(22)

Tabel 1.1 Konversi Lahan di TabananPer Kecamatan Tahun 2008 - 2012

No Kecamatan

LuasSawah (Ha) AlihFungsi

(Ha) Ket 2008 2009 2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selemadeg Barat Selemadeg SelemadegTimur Kerambitan Tabanan Kediri Marga Baturiti Penebel Pupuan 1.161 1.895 2.342 2.516 1.993 3.036 2.320 1.808 4.363 1.031 1.161 1.895 2.342 2.516 1.993 3.036 2.320 1.808 4.363 1.031 1.161 1.895 2.342 2.516 1.990 3.029 2.320 1.808 4.363 1.031 1.161 1.895 2.342 2.516 1.990 3.029 2.320 1.808 4.363 1.011 1.161 1.907 2.320 2.516 1.990 3.006 2.320 1.808 4.362 998 0 -12 22 0 3 30 0 0 1 33 Tetap Bertambah Berkurang Tetap Berkurang Berkurang Tetap Tetap Berkurang Berkurang Total 22.465 22.465 22.455 22.435 22.388 89

Sumber : Dinas Pertanian dan Holtikultura Kab. Tabanan

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tabanan,

subak yang paling banyak mengalami konversi dari kurun waktu 2011 sampai 2012

di Kecamatan Kediri adalah Subak Jadi yaitu mencapai 5 ha yang semuanya menjadi

bangunan/rumah. Fenomena konversi lahan pertanian ini tentu akan sangat

berdampak terhadap masyarakat yang bermata pencaharian petani, dimana dengan

lahan yang semakin sempit petani akan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan

akan mengurangi pendapatan petani yang nantinya diduga akan berpengaruh terhadap

kesejahteraan petani itu sendiri.

Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian yang lebih

(23)

Subak Jadi serta mengetahui variabel-variabel yang mewakili setiap faktor yang

dimaksud sehingga dapat dicarikan jalan keluar untuk mengatasi konversi lahan

pertanian lebih lanjut. Konversi lahan di Subak Jadi yang terus berlanjut akan

menyebabkan teracamnya ketahanan pangan di daerah tersebut yang pada akhirnya

akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani di daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

yaitu sebagai berikut.

1) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di Subak

Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan?

2) Bagaimanakah dampak konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan

petani di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan?

1.3 Tujuan Penelitian

Bersadarkan perumusan masalah di atas, maka dikemukakan tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan

pertanian di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan.

2) Untuk mengetahui dampak konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan

(24)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan

memberikan kontribusi pada teori ilmu manajemen agribisnis terutama dalam

meneliti analisis faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian dan dampaknya

terhadap kesejahteraan petani. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang melakukan penelitian dengan objek yang

sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

pemerintah melalui dinas terkait dalam mengidentifikasi variabel yang dapat

mempengaruhi dampak konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan

petani.

2) Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi

pemerintah melalui dinas terkait untuk menentukan kebijakan yang berkaitan

dengan konversi lahan pertanian terhadap kesejahteraan petani dan.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konversi Lahan

2.1.1 Pengertian Konversi Lahan

Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan sumber hasil-hasil

pertanian yang menjadi tempat proses produksi dan hasil produksi diperoleh. Dalam

pertanian terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, faktor produksi lahan

mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa

yang diterima dari lahan dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya.

Bagi petani, lahan mempunyai arti yang sangat penting karena dari lahan

mereka dapat mempertahankan hidup bersama keluarganya melalui kegiatan

bercocok tanam dan beternak. Karena lahan merupakan faktor produksi dalam

berusaha tani, maka status penguasaan terhadap lahan menjadi sangat penting yang

berkaitan dengan keputusan jenis komoditas apakah yang akan diusahakan dan

berkaitan dengan besar kecilnya bagian yang akan diperoleh dari usaha tani yang

diusahakan.

Irawan (2005) mengungkapkan bahwa konversi lahan berawal dari permintaan

komoditas pertanian terutama komoditas pangan yang kurang elastis terhadap

pendapatan dibanding dengan komoditas non pertanian. Oleh karena itu

pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk

(26)

lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas pertanian. Konsekuensi

lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas

merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka

pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan akan

menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju

lebih cepat dibanding kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian.

Kuantitas atau ketersediaan lahan di setiap daerah relatif tetap atau terbatas

walaupun secara kualitas sumberdaya lahan dapat ditingkatkan. Pada kondisi

keterbatasan tersebut maka peningkatan kebutuhan lahan untuk memproduksi

komoditas tertentu akan mengurangi ketersediaan lahan yang dapat digunakan untuk

memproduksi komoditas lainnya. Oleh karena pembangunan ekonomi cendurung

mendorong permintaan lahan di luar sektor pertanian dengan laju lebih besar

dibanding permintaan lahan di sektor pertanian, maka pertumbuhan ekonomi

cenderung mengurangi kuantitas lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan

pertanian. Pengurangan kunatitas lahan yang dialokasikan untuk kegiatan pertanian

tersebut berlangsung melalui konversi lahan pertanian yaitu perubahan pemanfaatan

lahan yang semula digunakan untuk kegiatan pertanian ke pemanfaatan lahan di luar

pertanian seperti kompleks perumahan, kawasan perdagangan, kawasan industri dan

seterusnya (Irawan, 2005).

Pengertian konversi atau alih fungsi lahan secara umum menyangkut

transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke

(27)

secara keseluruhan. Di negara-negara berkembang konversi lahan umumnya

dirangsang oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor

pertanian ke sektor yang lebih bersifat industrial. Proses transformasi ekonomi

tersebut selanjutnya merangasang terjadinya migrasi penduduk ke daerah-daerah

pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati pusat

kegiatan bisnis dikonversi untuk pembangunan kompleks perumahan.

Konversi lahan pertanian ke nonpertanian bukan semata-mata sebagai

fenomena fisik yang berpengaruh terhadap berkurangnya luas lahan pertanian,

melainkan sebuah fenomena yang bersifat dinamis mempengaruhi aspek-aspek

kehidupan masyarakat secara lebih luas, tidak hanya berkaitan dengana aspek

ekonomi, juga terkait dengan perubahan sosial dan budaya masyarakat. Menurut

Nasoetion, dkk., (2000) proses alih fungsi lahan pertanian secara langsung atau tidak

langsung ditentukan oleh dua faktor besar yaitu sistem kelembagaan yang

dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah dan sistem kelembagaan yang

berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang

dikembangkan pemerintah seperti melalui peraturan pertanahan dan tata ruang akan

berpengaruh terhadap konversi lahan. Demikian halnya dengan sistem kelembagaan

masyarakat seperti subak di Bali juga mempunyai pengaruh kuat terhadap alih fungsi

lahan pertanian. Jadi dengan demikian dorongan-dorongan terjadinya konversi lahan

pertanian ke nonpertanian baik yang mempercepat atau memperlambat tidak

sepenuhnya bersifat alamiah, tetapi ada juga secara langsung atau tidak langsing

(28)

2.1.2 Faktor Penyebab Konversi Lahan Pertanian

Kebutuhan akan lahan yang sangat besar mengakibatkan banyak terjadinya

konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian. Alih fungsi lahan pada

dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun kenyetaannya konversi lahan

menjadi masalah karena terjadi di lahan pertanian yang produktif. Faktor penyebab

konversi lahan ini dapat dibagi menjadi faktor tidak langsung dan faktor langsung.

Faktor tidak langsung antara lain perubahan struktur ekonomi, pertumbuhan

penduduk, arus urbanisasi dan konsestensi impementasi tata ruang. Sedangkan faktor

langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi,

pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman dan

sebaran lahan sawah.

Berdasarkan kenyataan yang berkembang di masyarakat, pola konversi lahan

sawah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tipe yaitu secara bertahap (gradual) adalah

terjadi secara sporadis/terpencar yang dilakukan oleh perorangan dan secara seketika

(instant) bersifat massive, yaitu terjadi dalam satu hamparan luas dan terkonsentrasi

yang dilakukan oleh proyek pembangunan baik oleh pihak swasta maupun

pemerintah (Widjonarko, dkk., 2006).

Faktor penyebab konversi lahan pada tipe bertahap ada dua yaitu sebagai

berikut.

1) Lahan sawah dialihfungsikan/dikonversi karena fungsi sawah sudah tidak

(29)

degradasi mutu tanah sehingga usaha tani tidak dapat berkembang dengan

baik.

2) Alih fungsi oleh pemiliknya karena adanya desakan untuk pemenuhan

kebutuhan akan tempat tinggal dan keperluan tempat usaha untuk

meningkatkan pendapatan padahal dari segi fungsinya lahan lahan tersebut

masih optimal untuk usaha tani.

Pada tipe seketika dan massive, konversi terjadi biasanya diawali oleh alih

penguasaan kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk non-pertanian

terutama untuk lokasi perumahan. Alih fungsi melalui cara ini terjadi dalam

hamparan yang lebih luas dan terkonsentrasi pada satu wilayah yang berdekatan dan

pada umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi sehingga lebih banyak

terjadi di daerah perkotaan atau pinggiran kota.

Nasution, dkk., (2000) memaparkan beberapa faktor yang berperan penting yang

menyebabkan proses konversi lahan pertanian ke non pertanian yaitu sebagai berikut.

1) Perkembangan standar tuntutan hidup. Hal ini berhubungan dengan nilai land

rent yang mampu memberikan perkembangan standar tuntutan hidup petani.

2) Fluktuasi harga pertanian. Menyangkut aspek fluktuasi harga-harga komoditas

yang dapat dihasilkan dari pembudidayaan sawah.

3) Struktur biaya produksi pertanian. Biaya produksi dan aktivitas budidaya

lahan sawah yang semakin mahal dan cenderung memperkuat proses konversi

(30)

4) Teknologi. Terhambatnya perkembangan teknologi intensifikasi pada

penggunaan lahan yang memiliki tingkat pertanian yang terus meningkat akan

mengakibatkan proses ekstenfikasi yang lebih dominan, Proses ekstenfikasi

dari penggunaan lahan akan terus mendorong proses konversi lahan.

5) Aksesibilitas. Perubahan sarana dan prasarana transportasi yang berimplikasi

terhadap meningkatnya aksesibilitas lokal akan lebih mendorong

perkembangan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian.

6) Resiko dan ketidakpastian. Aktivitas pertanian dengan tingkat resiko

ketidakpastian yang tinggi akan menurunkan nilai harapan dari tingkat

produksi, harga dan keuntungan. Dengan demikian penggunaan lahan yang

mempunyai resiko dan ketidakpastian yang lebih tinggi akan cenderung

dikonversi ke penggunaan lain yang resikonya lebih rendah.

Menurut Lestari (2005) proses konversi lahan pertanian ke penggunaan

non-pertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Tiga faktor penting yang

menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian yaitu sebagai berikut.

1) Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika

pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.

2) Faktor internal merupakan faktor yang lebih melihat sisi yang disebabkan oleh

kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.

3) Faktor kebijakan merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah

pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan

(31)

2.1.3 Dampak Konversi Lahan Pertanian

Dampak konversi lahan pertanian menyangkut berbagai dimensi kepentingan

yang luas yaitu tidak hanya mengancam keberlanjutan swasembada pangan, tetapi

juga berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja, pemubaziran investasi irigasi,

pemerataan kesejahteraan, kualitas lingkungan hidup dan kemapanan struktur sosial

masyarakat. Adapun dampak konversi lahan pertanian adalah sebagai berikut.

1) Ancaman terhadap keberlangsungan swasembada pangan.

Berkurangnya produksi pangan akibat konversi lahan pertanian adalah

bersifat permanen, karena proses konversi lahan pertanian menjadi

nonpertanian sifatnya tidak dapat balik (irreversible) yaitu sekali lahan

pertanian tersebut berubah fungsi maka lahan tersebut tidak dapat lagi

digunakan sebagai sawah.

2) Ancaman terhadap kualitas lingkungan

Lahan pertanian tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk budidaya padi

tetapi dapat menjadi lahan yang efektif untuk menampung kelebihan air

limpasan, pengendali banjir dan pelestarian lingkungan. Apabila

sehamparan lahan sawah beralih fungsi untuk pembangunan kawasan

perumahan, hotel atau industri maka dengan sendirinya lahan disekitarnya

akan terkena pengaruh dari konversi tersebut. Lahan untuk menampung

kelebihan air akan semakin berkurang sehingga bencana seperti banjir akan

semakin sering terjadi. Selain itu harga lahan tersebut pada umumnya akan

(32)

maka dalam jangka panjang kualitas lingkungan ekologinya akan menurun

sehingga produktifitas juga menurun.

3) Ancaman terhadap penyerapan tenaga kerja

Konversi lahan pertanian pada hakikatnya tidak hanya menyangkut

hilangnya peluang memproduksi pangan tetapi juga menyangkut hilangnya

kesempatan kerja. Seperti diketahui usaha tani mempunyai kaitan dengan

berbagai usaha di bagian hulu dan hilir, maka dengan lahan terkonversi

akan hilang kesempatan untuk mendapat pekerjaan.

4) Ancaman terhadap organisasi subak

Sutawan (2008) menyatakan bahwa jika penyusutan areal lahan sawah

beririgasi terus berlanjut dikhawatirkan bahwa organisasi subak yang

merupakan warisan leluhur yang sudah terkenal sampai ke mancanegara

akan terancam punah. Kalau subak yang merupakan organisasi bersifat

sosio-agraris-religius hilang maka itu akan berimbas pada terdegradasinya

kebudayaan Bali dan dampaknya akan sangat besar bukan hanya bagi

pertanian juga akan berdampak terhadap pariwisata Bali.

2.2 Kesejahteraan Petani

2.2.1 Pengertian Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan (welfare) merupakan konsep yang digunakan untuk

menyatakan kualitas hidup suatu masyarakat atau individu di suatu wilayah pada satu

(33)

kesejahteraan itu bersifat luas yang dapat diterapkan pada skala social besar dan kecil

misalnya keluarga dan individu. Konsep kesejahteraan yang dimiliki setiap orang

bersifat relatif tergantung bagaimana penilaian masing-masing individu terhadap

kesejahteraan itu sendiri.

Menetapkan kesejahteraan serta cara pengukurannya merupakan hal yang sulit

untuk dirumuskan secara tuntas. Hal ini disebabkan permasalahan kesejahteraan

bukan hanya menyangkut permasalahan perbidang saja, tetapi menyangkut berbagai

bidang kehidupan yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan pengetahuan di

berbagai bidang disiplin ilmu di samping melakuakan penelitian atau melalui

pengamatan empirik berbagai kasus untuk dapat menemukan indikator keluarga

sejahtera secara umum dan spesifik.

Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur kesejahteraan adalah melalui

pendekatan pengeluaran rumahtangga. Pengeluaran rata-rata per kapita per tahun

adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga selama setahun untuk konsumsi

semua anggota rumahtangga dibagi dengan banyaknya anggota rumahtangga.

Determinan utama dari kesejahteraan penduduk adalah daya beli. Apabila daya beli

menurun maka kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup menurun

sehingga tingkat kesejahteraan juga akan menurun.

Tingkat kesejahteraan suatu rumahtangga juga dapat diukur dengan jelas melalui

besarnya pendapatan yang diterima oleh rumahtangga tersebut. Semakin besar

pendapatan seseorang maka kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan juga akan

(34)

2.2.2 Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Fahrudin (2012) menyatakan dimensi kesejahteraan disadari sangat luas dan

kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat dilihat jika dari

suatu aspek tertentu. Berikut merupakan indikator-indikator dari kesejahteraan yaitu

sebagai berikut.

1) Kependudukan

Masalah kependudukan meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk

merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan.

Program perencanaan pembangunan social disegala bidang harus mendapat

prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.

2) Kesehatan dan Gizi

Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang

dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator

utama angka kesakitan dan status gizi.

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek

sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Faktor

kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan belum semua

anal Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar. Dengan itu

dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai

suatu masyarakat maka dapat dikatakan masyarakat tersebut semakin

(35)

4) Taraf dan Pola Konsumsi

Pola konsumsi rumahtangga secara umum dapat digunakan sebagai indikator

dalam menentukan kesejahteraan dengan melihat proporsi pengeluaran untuk

makanan dan bukan makanan.

5) Perumahan dan Lingkungan

Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan bagi

pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki dapat diasumsikan semakin

sejahtera rumahtangga yang menempati rumah tersebut. Berbagai fasilitas

yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain dapat

dilihat dari luar rumah, sumber air minum, fasilitas kebersihan rumahtangga.

6) Sosial dan Budaya

Pada umumnya semakin banyak seseorang memanfaatkan waktu luang untuk

melakukan kegiatan social budaya maka dapat dikatakn bahwa orang tersebut

memiliki tingkat kesejahteraan yang semakin meningkat. Pola kegiatan sosial

budaya yang mencerminkan aspek kesejahteraan seperti melakukan

perjalanan wisata dan akses pada informasi dan hiburan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah kondisi

yang digunakan untuk menyatakan kualitas hidup yang diukur dengan indikator

pendapatan dari sektor pertanian dan pendapatan di luar sektor pertanian. Pendapatan

petani merupakan suatu jumlah yang diterima dari hasil penjulan hasil usaha tani atau

(36)

pendapatan yang diterima petani bertambah maka kemungkinan petani tersebut akan

semakin sejahtera.

2.3 Penelitian Sebelumnya

Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang digunakan untuk referensi dalam

penelitian ini meliputi hasil-hasil studi yang membahas dampak konversi lahan

pertanian terhadap kesejahteraan petanian adalah sebagai berikut.

1) Penelitian oleh Irawan (2005) dengan hasil penelitian yang diperoleh adalah

konversi lahan sawah di laur Jawa (132 ribu hektar per tahun) ternyata jauh lebih

tinggi daripada di pulau Jawa (56 ribu hektar per tahun). Sebesar 58,68 persen

konversi lahan sawah tersebut ditujukan untuk kegiatan nonpertanian dan sisanya

untuk usahatani bukan sawah. Sebagian besar konversi lahan untuk kegiatan

nonpertanian ditujukan untuk pembangunan perumahan (48,96 persen) dan

pembangunan sarana publik (28,29 persen). Keberadaan lahan sawah ternyata

dapat memberikan manfaat ekonomi, social, dan lingkungan yang bernilai tinggi.

Sebagian manfaat tersebut bersifat komunal. Jika terjadi konversi lahan sawah

maka kerugian yang ditimbulkan lebih dirasakan oleh masyarakat luas daripada

sebagian kecil masyarakat pemilik lahan. Bagi ketahanan pangan, konversi lahan

sawah juga dapat menimbulkan dampak yang lebih merugikan dibanding faktor

lain yang dapat menyebabkan turunnya produksi pangan seperti kekeringan,

(37)

2) Penelitian oleh Sihaloho dkk., (2007) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja dapat dibagi dua yaitu

aras makro yang terdiri dari kebijakan pemerintah yang memberikan iklim

kondusif bagi transformasi peruntukan suatu kawasan dan pertumbuhan

penduduk alamiah dan non-alamiah. (2) aras mikro yang terdiri dari keterdesakan

ekonomi, investasi pihak pemodal dan proses alih hak milik atas tanah. Konversi

lahan pertanian berimplikasi pada perubahan atau struktur agrarian yang

menghasilkan kerimpangan struktur agrarian lahan terhadap kehidupan

masyarakat menyangkut perubahan pola penguasaan lahan, pola nafkah dan

hubungan pola produksi.

3) Penelitian oleh Dewa Putu Arwan Suputra dkk., (2012) menyatakan bahwa ada

empat faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Subak Daksina, yaitu

faktor kondisi lahan, faktor ketergusuran (keterkaitan dengan kondisi penduduk),

faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri) dan faktor ketidakefektifan

lahan. Variabel yang mewakili setiap faktor yang mempengaruhi alih fungsi

lahan di Subak Daksina ada 14 variabel yaitu variabel penghasilan lahan, fungsi

lahan, keadaan lahan kering, lokasi lahan, perbatasan pusat kota, keadaan lahan

basah mewakili faktor kondisi lahan; variabel terhimpit pemukiman,

pertumbuhan penduduk mewakili faktor ketergusuran (keterkaitan dengan

kondisi penduduk); variabel nilai jual lahan, biaya produksi, kebutuhan tempat

tinggal keluarga mewakili faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri)

(38)

sektor lain menjanjikan mewakili faktor ketidakefektifan lahan. Persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur faktor-faktor yang

mempengaruhi konversi lahan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek

(39)

BAB III

KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berfikir

Jumlah penduduk Tabanan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang

berasal dari perkembangan penduduk lokal dan dari penduduk migrasi. Fenomena

tersebut tentu akan menambah permasalahan terutama di bidang pemenuhan

kebutuhan hidup baik pangan maupun papan. Dengan bertambahnya jumlah

penduduk kebutuhan akan pangan juga akan bertambah dan kebutuhan yang tidak

kalah penting pasti akan bertambah pula yaitu tempat tinggal. Bentrokan kepentingan

tidak akan bisa untuk dihindari karena sifat lahan yang terbatas. Semakin meningkat

jumlah penduduk maka kebutuhan lahan akan semakin meningkat terutama untuk

tempat tinggal sedangkan persediaan lahan bersifat terbatas. Maka dari itu keberadaan

lahan pertanian akan semakin terhimpit dan perubahan penggunaan lahan atau

konversi lahan ke non pertanian tidak akan dapat dihindari.

Perubahan penggunaan lahan secara besar-besaran menyebabkan ketersediaan

lahan bagi penggunaan sektor pertanian dan sebagai lapangan usaha bagi petani akan

semakin sempit. Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan

akan dikelompokkan menjadi faktor pendorong dan faktor penghambat konversi

lahan. Faktor pendorong merupakan faktor-faktor yang mempercepat laju konversi

baik faktor pendorong dari internal maupun eksternal. Sedangkan faktor penghambat

(40)

diduga sebagai pendorong konversi lahan akan dibagi menjadi faktor internal

pendorong konversi lahan dan faktor eksternal pendorong konversi lahan.

Faktor internal pendorong konversi adalah lokasi lahan, produktivitas lahan,

saluran irigasi, mutu tanah, luas lahan yang dimiliki, biaya produksi, risiko usaha

tani, perubahan perilaku menganggap petani pekerjaan masyarakat miskin,

kemampuan penanganan pasca panen dan himpitan ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan.

Faktor eksternal pendorong konversi adalah pertumbuhan penduduk,

pengaruh dari warga lain yang lebih dahulu mengkonversi lahan, pengaruh dari pihak

swasta, nilai jual lahan, kebutuhan tempat tinggal, pembangunan sarana dan prasarana

di sekitar subak, peluang kerja sektor non-pertanian, fluktuasi harga sektor pertanian,

pajak bumi dan bangunan, subsidi pemerintah, tenaga kerja, dan adanya kesempatan

membeli lahan lain.

Faktor penghambat juga dibagi menjadi dua yaitu faktor internal penghambat

konversi lahan dan faktor eksternal penghambat konversi lahan. Faktor internal

penghambat konversi lahan adalah lahan warisan, kepercayaan masyarakat,

ketersediaan sumberdaya air yang mencukupi, kondisi lahan yang masih subur dan

kesempatan kerja di sektor lain. Sedangkan faktor eksternal penghambat konversi

lahan adalah adanya regulasi dari pemerintah, adanya subsidi pemerintah, kepastian

harga hasil pertanian dan kompensasi dari pemerintah.

Pengaruh yang ditimbulkan dari konversi lahan tentu adalah berkurangnya

(41)

dan akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Jika pendapatan petani menurun

maka diduga akan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Kerangka berfikir

penelitian ini dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Skema Kerangka Berfikir Konversi Lahan Pertanian

Pertumbuhan penduduk meningkat

Permasalahan lahan

Konversi lahan pertanian Permintaan terhadap lahan meningkat, persediaan lahan terbatas

Faktor pendorong Faktor penghambat

Internal - lokasi lahan - produktivitas lahan - saluran irigasi - mutu tanah - luas lahan - biaya prod. - Risiko usaha tani - Perubahan perilaku masy. - Penangananpasca panen - Pemenuhan kebutuhan Eksternal - Pertambahan penduduk - Warga lain - Pihak swasta - Nilai jual - Kebutuhan tempat tinggal - Pembangunan sarana prasarana - Peluang kerja - Fluktuasi harga - Pajak - Subsidi pemerintah - Tenaga kerja - Kesempatan

membeli lahan lain

Internal - Warisan - Kepercayaan masyarakat - Kondisi saluran irigasi - Kondisi lahan masih subur - Kesempatan kerja di sektor lain Eksternal - Regulasi pemerintah tentang jalur hijau - Subsidi pemerintah - Kepastian harga hasil pertanian - Kompensasi dari pemerintah Kesejahteraan petani - Pendapatan sektor pertanian

- Pendapatan dari luar sektor pertanian

(42)

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya, variabel yang

mempengaruhi konversi lahan pertanian diantaranya adalah penghasilan petani, nilai

jual lahan, biaya produksi, kebutuhan tempat tinggal keluarga, lokasi lahan, variabel

terhimpit pemukiman, pajak tanah, pertumbuhan penduduk, saluran irigasi, mutu

lahan, dan peluang kerja di sektor lain menjanjikan. Dalam penelitian ini

variabel-variabel tersebut akan dikelompokkan sehingga dari variabel-variabel-variabel-variabel tersebut

terbentuk faktor pendorong dan faktor penghambat konversi lahan. Faktor pendorong

merupakan faktor-faktor yang mempercepat laju konversi baik faktor pendorong dari

internal maupun eksternal. Sedangkan faktor penghambat adalah faktor-faktor yang

memperlambat laju konversi lahan. Faktor-faktor tersebut tersebut diperkirakan akan

mempengaruhi jumlah konversi lahan pertanian.

Setelah melihat keterhubungan antar faktor pendorong konversi lahan dan

faktor penghambat konversi lahan maka selanjutnya dilihat pula pengaruh konversi

lahan pertanian tersebut terhadap tingkat kesejahteraan petani. Dalam penelitian ini

kesejahteraan petani diukur melalui indikator pendapatan pada sektor pertanian dan

pendapatan di luar pertanian dimana apabila indikator ini mengalami peningkatan

dapat dikatakan kesejahteraan petani mengalami peningkatan. Kerangka konsep

(43)

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Faktor Internal Pendorong Konversi (X1.1) Konversi Lahan (Y1) Kesejahteraan Petani (Y2) Faktor Eksternal Pendorong Konversi (X1.2) Faktor Internal Penghambat Konversi (X2.1) Faktor Eksternal Penghambat Konversi (X2.2) Lokasi lahan Produktivitas Saluran irigasi Mutu tanah Luas lahan Biaya prod. Risiko Perilaku masy Pasca panen Kebutuhan Pert. penduduk Warga lain Pihak swasta

Nilai jual lahan Keb tempat tinggal

Peluang kerja

Fluktuasi harga Pajak

Subsidi Tenaga kerja

Pemb. sarana Peluang membeli

lahan lain Tanah warisan Kepercayaan masy Irigasi memadai Tanah subur Kesempatan kerja sek. Lain tidak ada

Regulasi

Subsidi

Kepastian harga

(44)

3.3 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah diuraikan,

maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut.

1) Faktor pendorong dan penghambat konversi lahan berpengaruh

terhadap konversi lahan pertanian di Subak Jadi, Kecamatan Kediri,

Tabanan.

2) Konversi lahan pertanian berpengaruh terhadap kesejahteraan petani di

(45)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum

kegiatan dilaksanakan yang mencakup komponen-komponen penelitian yang

diperlukan. Metode dalam penelitian merupakan cara memperoleh kebenaran ilmiah

yang sistematis, akurat dan berdasarkan fakta atau data empiris.

Mengacu pada tujuan penelitian, kemudian dirumuskan suatu kerangka proses

berfikir, konsep dan hipotesis sehingga didapat sebuah desain penelitian. Selanjutnya

dari desain tersebut dilaksanakan penelitian dan dirangkum suatu kesimpulan hasil

penelitian dan diajukan saran-saran yang dapat dimanfaatkan oleh pihak berwenang

dalam pengambilan kebijakan yang menyangkut faktor pendorong dan faktor

penghambat konversi lahan pertanian serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan

petani khususnya di Kabupaten Tabanan.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan. Pemilihan

lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Tabanan

merupakan pusat pertanian di Bali dan Subak Jadi merupakan subak yang memiliki

lahan yang terkonversi terluas di Tabanan serta didasarkan atas tersedianya data yang

memadai dan mampu untuk diolah peneliti sehingga lokasi ini dirasa relevan dengan

(46)

4.3 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2009:115) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini anggota populasi adalah seluruh petani

Subak Jadi Kecamatan Kediri, Tabanan sebesar 156 orang.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan mewakili

populasi untuk diamati. Teknik pengambilan sampel memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel Sugiyono

(2009:118).

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

2 tipe yaitu adalah dengan menggunakan metode Slovin. Untuk menghitung

penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan, maka digunakan

rumus Slovin sebagai berikut.

1 N N

d

2 n         . ………. (1)

Dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi dan e adalah batas

toleransi kesalahan (5%). Dalam penelitian ini diketahui jumlah populasi Subak Jadi

adalah sebesar 156 petani sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian

(47)

1 05 . 0 * 156 156 2 n = 112,23 ≈ 112

Jadi dari anggota populasi yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 112

orang responden.

Penarikan sampel untuk menganalisis pengaruh konversi lahan terhadap

kesejahteraan petani dilakukan secara purposive dengan mengambil petani yang

melakukan konversi lahan dari seluruh jumlah sampel. Jumlah sampel yang didapat

berjumlah 31 responden.

4.4 Jenis dan Sumber Data

4.4.1 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui responden, dimana

responden akan memberikan respon verbal dan atau respon tertulis sebagai tanggapan

atas pernyataan yang diberikan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh bersifat keterangan yang tidak

dapat dihitung yang dapat memberikan gambaran terhadap lahan yang

diteliti.

2) Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh berbentuk angka-angka dan

dapat dihitung.

4.4.2 Sumber Data

(48)

1) Data primer, adalah data penelitian yang berasal langsung dari sumber asli

atau tidak melalui media perantara. Data primer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mengenai faktor pendorong dan faktor penghambat

konversi lahan pertanian serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan petani

yang diperoleh secara langsung dari responden dengan memberikan

tanggapan atas pernyataan kuisioner. Dalam penelitian ini kuesioner

dibagikan langsung pada responden.

2) Data sekunder, adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain.

Dalam penelitian ini data sekunder hanya mendukung pengumpulan data awal

sebagai output penelitian. Data yang dimaksud adalah data yang didapat dari

Badan Pusat Statistik atau sumber lain.

4.5 Identifikasi Variabel

Terdapat dua jenis variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1) Variabel bebas atau independen variabel adalah variabel yang

mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang merupakan

variabel bebas adalah faktor internal pendorong konversi (X1.1), faktor

eksternal pendorong konversi (X1.2), faktor internal penghambat konversi

Gambar

Gambar 3.2. Kerangka Konsep  Faktor Internal Pendorong Konversi (X1.1 )  Konversi Lahan (Y1) Kesejahteraan Petani (Y2) Faktor Eksternal Pendorong Konversi (X1.2) Faktor Internal Penghambat Konversi (X2.1) Faktor Eksternal Penghambat Konversi (X2.2) Lokasi
Gambar 4.1 Model Hubungan Antarvariabel X1.1.1 X1.1 X1.2 Y2  Y 2.1 Y 2.2 Y1 Y 1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 X1.2.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1 X1.1.1  X 1.1.1 X1.2.2 X1.2.12 X1.2.11 X1.2.10 X1.2.9 X1.2.8 X1.2.7 X1.2.6 X1.2.5 X1.2.4
Gambar 4.2  Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan Uji F  (4) Membuat  kesimpulan,  yaitu  jika  F hitung   lebih  kecil  atau  sama  dengan
Gambar 4.3 Daerah pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan Uji t  Kesimpulan.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian Heri dan Aprilia (2014), balok beton geopolimer yang dirawat dalam air laut memiliki nilai kuat tekan yang lebih tinggi daripada balok beton geopolimer

Persentase Sikap Responden tentang Pernyataan Orang yang Belum Mengalami Gangguan Pendengaran Perlu Mengurangi Volume Ketika Mendengarkan Musik Menggunakan Piranti Dengar

kebutuhan biaya investasi yang tidak terlalu tinggi, usaha pengolahan limbah kulit kakao menjadi pektin menjadi reasonable untuk dilakukan oleh petani. Tingkat

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penetapan Nilai Jual Objek Reklame Dan Nilai Strategis

Jika ternyata perolehan nilai swelling dari hasil pengolahan data agregat tempurung kelapa lebih kecil dari rata-rata nilai swelling lempung pada umumnya, maka dapat

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Skripsi / Tugas Akhir yang berjudul “ Korelasi Koefisien Permeabilitas dari Uji Constant Head dan Hasil Permeabiltas dari Uji

Masyarakat yang adil dan makmur akan tercipta apabila pemimpin sebagai pelaksana amanah rakyat mempunyai integritas dan moralitas yang tinggi. Karena pemimpin

Mirza Tindar Fathimah P