• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Mitos Cerita Hantu dalam Acara Nightmare Side Radio Ardan FM Bandung: Kajian Strukturalisme Claude Lévi-Strauss

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Struktur Mitos Cerita Hantu dalam Acara Nightmare Side Radio Ardan FM Bandung: Kajian Strukturalisme Claude Lévi-Strauss"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Struktur Mitos Cerita Hantu

dalam Acara Nightmare Side Radio Ardan 105.9 FM

Bandung: Kajian Strukturalisme

Claude Lévi-Strauss

Oleh Ratih Sukarsini1

Abstrak

Karya tulis ini berjudul “Struktur Mitos Cerita Hantu dalam Acara

Nightmare Side Radio Ardan 105.9 FM Bandung: Kajian Strukturalisme Claude

Lévi-Strauss” yang membahas sembilan cerita hantu Nightmare Side Radio Ardan 105.9 FM Bandung. Pembahasan difokuskan pada dasar-dasar manusia menalar yang disebut human mind. Metode analisis yang digunakan adalah metode strukturalisme untuk mengetahui berbagai tindakan tokoh, plot, dan unsur-unsur latar dalam cerita hantu. Penelitian menggunakan teori Strukturalisme Claude Lévi-Strauss. Analisis dilakukan dengan cara membagi cerita ke dalam beberapa episode, mencari miteme di dalam tiap-tiap episode cerita, dan kemudian membentuk struktur-struktur cerita hantu serta menafsirkannya untuk membangun Mitos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rangkaian peristiwa di antara satu cerita dengan cerita lain memiliki

kemiripan-kemiripan tentang permasalahan kehidupan manusia, perbedaan-perbedaan pemikiran modern dan tradisional , dan oposisi-oposisi yang menunjukkan adanya nalar dari keseluruhan cerita hantu nightmare side. Nalar tersebut menjelaskan adanya keseimbangan di antara pemikiran rasional dan irasional tokoh Aku (tokoh yang mengalami fenomena supernatural) di dalam cerita hantu nightmare side Radio Ardan 105.9 FM Bandung.

Kata kunci: Cerita Hantu, Struktur, Mitos Claude Lévi-Strauss, Poltergeist,

Apparition

Pendahuluan

Karya sastra merupakan hasil rekaan dari seorang pengarang. “Suatu cerita mungkin diangkat melalui peristiwa sehari-hari atau peristiwa bersejarah tertentu, tetapi perlu diketahui bahwa bagaimana cerita itu kemudian berkembang sama sekali sudah merupakan hasil rekaan” (Ratna, 2007: 7). Secara keseluruhan cerita tersebut sudah bersifat fiksi. Istilah fiksi tersebut berarti cerita rekaan, cerita khayalan, atau cerita yang “dibuat-buat”.

(2)

Sama halnya dengan cerita hantu sebagai karya sastra. Cerita hantu

merupakan penciptaan dari sebuah realitas, khayalan, dan kreativitas pengarangnya tentang berbagai hal mengenai hantu, setan, roh jahat, dan hal-hal gaib lainnya.

Cerita hantu cukup populer di Indonesia. Cerita-cerita hantu seperti cerita tentang keberadaan hantu atau makhluk gaib di suatu tempat, cerita tentang gangguan gaib akibat pelanggaran suatu tabu, cerita tentang siluman, dan sebagainya banyak beredar di masyarakat2. Penyebaran tersebut diakomodasi oleh macam-macam media.

Media paling produktif dalam penyebaran cerita semacam itu adalah media lisan. Pada zaman dahulu, cerita-cerita hantu menyebar dari orang ke orang secara lisan. Pada zaman sekarang, penyebaran cerita hantu pun masih produktif secara lisan, tetapi mengalami perkembangan media. Media elektronik adalah contoh media yang sering digunakan untuk penyebaran secara lisan.

Media elektronik yang banyak digunakan sebagai media penyebaran cerita-cerita hantu adalah televisi dan radio. Cerita-cerita-cerita tersebut ditayangkan atau

disiarkan berdasarkan pengalaman penonton atau pendengarnya. Cerita hantu yang diadopsi ke dalam acara televisi biasanya dikemas dalam suatu acara khusus dengan tema mistis. Acara-acara tersebut ada yang berkonsep penjelajahan ke suatu tempat yang dianggap angker, mistis, ditakuti, atau penceritaan pengalaman seseorang yang disertai adegan reka ulang, atau uji nyali (semacam tantangan uji keberanian yang dilakukan oleh seseorang untuk membuktikan kebenaran mitos atau keseraman tempat).

Melalui media radio, konsep acara misteri seperti demikian agak berbeda. Konsep penjelajahan suatu tempat memang ada, tetapi jarang digunakan konsep uji

nyali. Hal ini disebabkan televisi bersifat audio-visual, sedangkan radio hanya audio.

Hadirnya audio dan visual di televisi mampu menghadirkan sudut pandang “penglihatan” dan “pendengaran” orang yang mengalami kepada pemirsa. Media radio kesulitan menghadirkan kedua penginderaan tersebut kepada pemirsanya karena 2 Dalam Kamus Istilah Sastra (Zaidan, 2004: 49), cerita hantu didefinisikan sebagai cerita yang di dalamnya terdapat gambaran hantu, setan, khayal, roh jahat, sihir, guna-guna, tenaga gaib, suasana seram, dan angker.

(3)

radio adalah media yang hanya mengandalkan audio. Meskipun demikian, justru karena kemampuan yang terbatas pada dimensi audio itulah radio mampu mempertahankan identitas “kesastralisanan” cerita hantu.

Konsep yang sering digunakan untuk acara bertema mistis di radio adalah konsep reka ulang kejadian dengan menggunakan narasi yang mirip dengan sandiwara radio. Hal ini lebih lazim karena dengan menggunakan narasi seperti sandiwara radio, pemirsa dapat membangun sendiri imaji yang dialami si pengalam dalam cerita. Dengan demikian, lengkaplah imaji audio dan imaji visual – meskipun imaji visual yang dimaksud adalah hasil rekaan pemirsa sendiri.

Apabila hasil rekaan tersebut berasal dari cerita lisan, dapat dikatakan bahwa hasil rekaan tersebut adalah sebuah cerita yang telah ditransformasi dari bentuk lisan ke bentuk tulisan. Bentuk tulisan yang dimaksud adalah naskah yang disadur oleh penyusun naskah berdasarkan cerita asli yang disampaikan oleh empunya cerita.

Sebagaimana halnya karya sastra lain, cerita hantu yang disiarkan melalui radio dapat dianalisis strukturnya. Meskipun begitu, untuk mempermudah analisis data, analisis dilakukan pada naskah yang digunakan dalam produksi siaran. Naskah tersebut dianggap sebagai dokumentasi cerita yang disampaikan secara lisan melalui siaran radio yang bersifat auditoris.

Metode yang dapat digunakan untuk menganalisis struktur karya sastra adalah metode strukturalisme. Salah satunya adalah metode strukturalisme yang dicetuskan oleh Claude Lévi-Strauss. Untuk menganalisis struktur cerita hantu, metode strukturalisme Claude Lévi-Strauss yang digunakan berfokus pada metode identifikasi miteme dan Mitos.

Di dalam strukturalisme Lévi-Strauss, mitos memiliki pengertian sendiri. Mitos dalam pandangan Lévi-Strauss berbeda dengan mitos dalam kajian sejarah, antropologi, ataupun folklor3. Dalam kajian-kajian tersebut mitos dianggap cerminan

3 Istilah mitos, mite, atau sebut saja dongeng, biasanya mengingatkan kita pada suatu kisah atau ceritera yang aneh, janggal, atau lucu, dan umumnya sulit dimengerti maknanya, tidak dapat diterima kebenarannya, atau tidak perlu ditanggapi secara serius isinya. Kisah tersebut umumnya ditanggapi sebagai hasil khayalan iseng saja karena isinya kebanyakan tidak sesuai dengan kenyataan sehari-hari

(4)

atau representasi kenyataan-kenyataan tertentu dalam masyarakat. Pandangan tersebut ditolak oleh Lévi-Strauss karena menurutnya, segala hal yang ada di dalam mitos adalah kebalikan dari kenyataan sehari-hari.

Pembahasan

Penelitian ini menggunakan sembilan cerita hantu yang pernah disiarkan dalam acara Nightmare Side di Radio Ardan 105.9 FM Bandung pada tahun 2010-2011. Cerita-cerita tersebut berjudul “Nightmare Side Foto Gedung Merdeka” (NSFGM), “Nightmare Side Video Klip” (NSVK), “Nightmare Side Jelangkung” (NSJ), “Nightmare Side Backpackers” (NSB), “Nightmare Side Kematian” (NSK), “Nightmare Side Penari” (NSP), “Nightmare Side Tabrak Lari” (NSTL), “Nightmare Side Sumpah Pocong” (NSSP), dan “Nightmare Side Kamar” (NSK).

Secara umum pemilihan bahan kajian dimaksudkan untuk mencari dasar-dasar nalar manusia dengan cara mencari mitem di dalam setiap episode cerita. Kemudian mencari makna mitos dengan melakukan penafsiran pada setiap cerita. Dari mitem-mitem tersebut akan terlihat dasar-dasar nalar manusia yang disebut human mind. Pengkajian diarahkan pada bagian-bagian tertentu yang di dalamnya berkaitan dengan peristiwa pertentangan antara alam pikiran dengan dunia mistik dan antara alam nyata dengan alam kodrati. Untuk memahami cerita Nightmare Side Radio Ardan Bandung secara struktural, tokoh-tokoh di dalam cerita tersebut akan menjadi fokus analisis.

Secara keseluruhan episode-episode yang terdapat di dalam cerita adalah episode latar belakang tokoh terdiri dari mitem jenis kelamin, pendididikan, tempat tinggal; episode permulaan masalah terdiri dari mitem tujuan tokoh dan alasan tokoh; episode penampakan terdiri dari mitem poltergeist4 dan apparition5; episode akibat

penampakan terdiri dari mitem akibat penampakan; dan akhir kisah terdapat mitem (Ahimsa-Putra, 2001: 187).

4 Menurut Guiley (1991: 455)Poltergeist adalah ‘roh, biasanya jahil dan kadang-kadang berbuat jahat, yang menunjukkan keberadaannya dengan membuat suara, benda-benda bergerak, dan menyerang orang dan hewan.

5 Menurut Guiley (1991: 25) Apparition artinya ‘perwujudan supernormal dari manusia, hewan, benda, dan roh’.

(5)

akhir kisah.

Tafsir Keseluruhan

Peristiwa-peristiwa di dalam cerita Nightmare Side Radio Ardan 105.9 FM terdapat kemiripan-kemiripan. Berdasarkan ciri oposisi yang dikemukakan Lévi-Strauss peristiwa-peristiwa dalam cerita menunjukkan pertentangan antara sikap rasional dan irasional.

Tokoh-tokoh yang dihadirkan di dalam cerita adalah tokoh-tokoh perempuan yang berpendidikan dan bekerja. Tokoh-tokoh tersebut mengalami sikap skeptis ketika menemukan hal-hal mistis. Tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam setiap peristiwa mengalami kekacauan, kebimbangan, kegelisahan, dan ketakutan.

Perempuan lebih banyak mengalami penampakan karena perempuan lebih mudah tersugesti daripada laki-laki. Sikap tersebut dimiliki oleh para tokoh Aku yang berjenis kelamin perempuan di dalam sembilan cerita Nightmare Side. Tokoh Aku di dalam sembilan cerita tersebut seluruhnya perempuan. Para tokoh Aku banyak mengalami konflik batin karena kemudahannya untuk tersugesti negatif 6.

Para tokoh Aku yang berpendidikan cenderung berpikir logis. Pendidikan para tokoh dijelaskan pada beberapa cerita yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Dengan begitu sesuatu yang bersifat mistis cenderung diragukan. Dari

peristiwa yang bertentangan dengan pemikirannya tersebut muncullah sikap skeptis. Dalam cerita, sikap skeptis muncul ketika para tokoh Aku merasakan adanya tanda-tanda peristiwa seperti poltergeist. Poltergeist berupa peristiwa munculnya sesuatu yang aneh, suara-suara, pergerakan benda, dan sentuhan. Kemudian muncul

apparition berupa sosok hantu perempuan atau sosok makhluk gaib lainnya yang

menyeramkan.

Hantu yang terlihat di dalam cerita lebih banyak berwujud perempuan. Hantu perempuan tersebut berpenampilan tidak lazim. Misalnya pada cerita NSFGM, hantu 6 Menurut Setiawan (2011) “perempuan cenderung berpikir negatif jika menghadapi masalah. Hal ini mengakibatkan daya tahan mental perempuan lemah dan mudah untuk tersugesti”

(6)

perempuan memakai kemeja berwarna merah muda dan rok hitam. Hantu perempuan tersebut seperti perempuan manusia. Keanehan yang terjadi terletak pada rambutnya yang acak-acakan, menghilang, dan muncul secara tiba-tiba di dalam kamera.

Hantu perempuan tersebut disebut kuntilanak. Kuntilanak7 adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia atau wanita yang meninggal karena melahirkan dan anak tersebut belum sempat lahir. Deskripsi hantu perempuan tersebut memiliki lubang di punggungnya lebih dikenal dengan nama sundel bolong.

Kuntilanak di dalam masyarakat Sunda tidak memiliki lubang di

punggungnya. Kuntilanak menyukai tempat-tempat untuk bersemayam seperti pohon, rumah kosong, atau tempat-tempat kosong. Menurut Danandjaya (1991: 71),

“...orang-orang pernah melihat hantu selalu menggambarkannya dengan bentuk-bentuk yang sudah ada dalam gambaran kepercayaan kolektifnya”.

Cerita Nightmare Side juga menggambarkan perbandingan sikap tokoh yang berasal dari kota dengan tokoh yang berasal dari desa. Tokoh yang berasal dari kota cenderung berpikir modern sedangkan tokoh yang berasal dari desa masih

mempercayai hal-hal yang bersifat tradisional.

Meskipun begitu, di dalam cerita Nightmare Side ada pula tokoh Aku yang telah berpikiran modern tetapi masih memercayai adanya hantu. Misalnya pada cerita NSJ, tokoh Aku dan teman-temannya bermain jelangkung. Mereka mempercayai bahwa arwah anak sekolah dasar yang meninggal karena terpeleset akan masuk ke dalam boneka jelangkung. Pada cerita NSKE, tokoh Aku telah berpikir modern tetapi dengan pikiran yang modern, tokoh Aku ingin mengetahui tentang kematian.

Rasional dan Irasional

Sesuatu yang dianggap manusia menyimpang disebabkan oleh adanya kesadaran dan keberterimaan yang muncul dari sikap dan sifat menurut logika dan rasional manusia. Sesuatu menyimpang tersebut dianggap manusia sebagai sesuatu 7 bahasa Malaysia: Pontianak atau Puntianak, atau sering disingkat kunti.

(7)

yang tidak lazim dan di luar akal sehat. Pemikiran tersebut diperlihatkan melalui perilaku tokoh di dalam tiap cerita.

Meskipun tidak semua tokoh cerita disebutkan secara eksplisit memiliki latar pendidikan formal yang tinggi, semua tokoh cerita adalah orang yang awalnya skeptis atau tidak percaya keberadaan hal-hal gaib atau mistis. Sikap skeptis tersebut

misalnya pertentangan tokoh Momot dan tokoh Aku di cerita NSB.

Tokoh Aku tahu bahwa Momot memang memiliki “kelebihan”, yaitu mampu mengindera hal-hal gaib lebih mudah dari orang lain. Ketika Momot menghentikan mobil dan mengusulkan untuk kembali ke Bandung, tokoh Aku justru menentang dan ingin tetap melanjutkan perjalanan. Tentangan tokoh Aku muncul dari sikap rasional tokoh Aku yang mengakibatkan ketidakpercayaannya dengan firasat yang dirasakan Momot. Pada saat tersebut, tokoh Aku skeptis terhadap keberadaan hal mistis, khususnya firasat buruk yang dirasakan Momot. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa sikap tokoh Aku hanya menggunakan nalar dan logikanya terhadap Momot yang memiliki kemampuan di luar nalar dan logika pada umumnya.

Penampakan dapat muncul di saat seseorang sedang mengalami ketidakstabilan mental seperti kegelisahan dan kekacauan. Dalam cerita, ketidakstabilan mental yang dialami tokoh aku mengakibatkan tokoh Aku

menyaksikan berbagai kejadian aneh dan penampakan. Contohnya adalah tokoh Aku pada cerita NSTL yang mengalami keanehan di saat hatinya sedang kacau dan hancur.

Setelah tabrakan terjadi, tokoh Aku dalam cerita NSTL langsung memeriksa tempat kejadian. Dalam logika tokoh Aku—yang mengikuti logika umum, apabila terjadi tabrakan, ada korban yang tergeletak di sekitar tempat kejadian. Akan tetapi, setelah memeriksa tempat kejadian, tokoh Aku tidak menemukan korban. Pada saat itu, korban langsung bingung karena kejadian yang dialaminya bertentangan dengan logikanya—atau logika umum.

Karena bertentangan dengan logika, tokoh Aku menyimpulkan sementara bahwa kejadian yang baru dialaminya adalah halusinasi belaka. Tokoh Aku

(8)

menganggap bahwa halusinasi tersebut muncul akibat pikiran yang sedang kacau. Pada saat itu, tokoh Aku masih berpijak pada rasionalitas logika karena tidak serta-merta menyimpulkan kejadian tadi sebagai kejadian mistis atau penampakan.

Hampir semua cerita Nightmare Side, tokoh Aku tidak mudah menerima terjadinya poltergeist sebagai peristiwa yang berbau mistis. Mereka cenderung berpikir memakai logikanya dan bersikap rasional untuk menemukan jawaban terhadap poltergeist yang mereka rasakan. Pada satu sisi ada permasalahan manusia yang tidak dapat dipecahkan begitu saja hanya dengan kekuatan logika dan pikiran. Seperti pada cerita NSKE, tokoh Aku ingin menguak kematian dengan memakai logika dan pikirannya. Tokoh Aku terobsesi terhadap kematian yang menjadi misteri bagi dirinya.

Hampir sepanjang hari, aku duduk di depan komputer, browsing di internet, hanya untuk mencari tahu, bagaimana kematian itu. Ternyata, banyak sekali orang-orang yang mengalami mati suri di dunia ini. Puluhan cerita tentang pengalaman mati suri, membuatku kagum (NSKE, paragraf 12).

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa tokoh Aku berusaha mencari tahu tentang kematian melalui peralatan canggih seperti komputer dan jaringan internet. Sikap rasionalitas tersebut berada di luar jangkauan manusia. Kematian merupakan sesuatu yang sulit dipecahkan dan di luar kemampuan manusia. Manusia hanya akan merasakan kematian ketika dirinya sudah tidak bernyawa.

Di dalam cerita NSSP terdapat permasalahan antara pemikiran masyarakat desa dan pemikiran masyarakat kota. Pada pemikiran masyarakat desa masih

mempertimbangkan segala sesuatunya dengan menggunakan mistik misalnya, masih percaya dengan sumpah pocong dan dukun. Pada pemikiran masyarakat kota segala sesuatunya dipertimbangkan berdasarkan pemikiran dan logika.

Tokoh bibi dan warga desa mewakili pemikiran masyarakat desa yang masih memercayai segala sesuatunya dengan dukun dan ritual. Tokoh Aku dan Raka mewakili pemikiran masyarakat desa berdasarkan pemikiran dan logika. Pada

(9)

masyarakat desa tersebut masih memercayai adanya ritual sumpah pocong. Bibi mengajak Raka untuk melakukan sumpah pocong. Raka sebagai masyarakat kota menyebut pemikiran masyarakat desa sebagai pemikiran kampungan atau tidak rasional. Pemikiran Raka pada saat tersebut berpikir berdasarkan logika dengan tidak memercayai sumpah pocong. Di sisi lain, Raka melakukan santet karena dendam terhadap Cecep. Dalam hal tersebut, ada pertentangan antara kepercayaan masyarakat kota dan masyarakat desa. Dari kedua pertentangan tersebut, Raka berada pada posisi di antara keduanya. Raka bersikap rasional seola-olah dirinya tidak memercayai ritual sumpah pocong untuk membuktikan dirinya tidak bersalah. Sebaliknya, Raka

melakukan santet untuk membalas dendam dan hal tersebut di luar sikap rasionalnya. Pada cerita NSP menghadirkan tokoh-tokoh yang mengalami pertentangan antara sikap rasional dan irasional. Tokoh bibi mewakili sikap irasional sebagai mantan penari ronggeng melalui ritual di sebuah kamar yang dikaitkan dengan kepercayaan mistik. Hal itu ditandai dengan adanya ritual setiap malam Selasa dengan menggunakan lagu Bangbung Hideung sebagai pengantar ritual. Ritual tersebut dilakukan di kamar dan waktu khusus. Sikap irasional yang dilakukan bibi tersebut untuk mengingat kejayaannya sebagai ronggeng dalam memikat laki-laki. Dalam cerita NSP, tokoh Aku mewakili sikap rasional. Tokoh Aku berasal dari kota yang memiliki latar pendidikan cukup tinggi. Tokoh Aku pernah bermimpi sebelum melihat bibinya melakukan ritual. Peristiwa yang dialami tokoh Aku disebut dengan déjà vu. Ketika tokoh Aku menemukan hal-hal seperti di dalam mimpinya, tokoh Aku mulai curiga terhadap bibi. Setiap tokoh Aku memerhatikan bibinya berbicara, bibi memiliki kepuasan tersendiri ketika membicarakan laki-laki yang penuh nafsu kepadanya. Ada pertentangan di antara kedua tokoh yaitu tokoh Aku dan bibi. Tokoh Aku sebagai simbol dari sikap rasional karena mengenyam

pendidikan dan berasal dari kota sedangkan bibi hanya seorang penari ronggeng dan bersikap irasional karena percaya pada mistik.

(10)

Tokoh Aku bersikap rasional dengan cara mengatasi jumping (perubahan cahaya menjadi lebih redup dari yang lain) video klip dengan ilmu yang dipelajarinya

sebagai sutradara. Akan tetapi, tokoh Aku harus dihadapkan dengan munculnya sosok hantu perempuan bergaun hitam di dalam video klipnya. Sosok hantu perempuan tersebut memberikan pesan dengan cara memutus lirik lagu di dalam video klip. Kemunculan hantu tersebut di dalam peralatan canggih merupakan peristiwa yang tidak dapat dipecahkan dengan nalar dan kekuatan akal pikiran.

Dalam cerita NSK, tokoh Aku bersikap rasional ketika mendengar suara air kran mengalir. Tokoh Aku menganggap kejadian tesebut sebuah pengingat bagi dirinya yang belum menjalankan salat Isya. Permasalahan yang tidak dapat dipecahkannya adalah peralatan elektronik menyala dan berhenti tiba-tiba. Kemudian muncul sosok perempuan dengan wajah penuh dendam sambil memegang bunga mawar pemberian kekasih tokoh Aku.

Cerita pada cerita NSJ adalah tokoh Aku dan teman-temannya senang bermain jailangkung. Ada kepuasan tersendiri jika mereka memainkannya. Pertentangan yang terjadi pada sikap mereka yang irasional. Mereka bermain jailangkung di sebuah sekolah dasar yang merupakan tempat pendidikan.

Dalam cerita NSFGM, tokoh Aku berpikir secara rasional ketika melihat perempuan berambut gimbal menggunakan kemeja berwarna merah muda dan rok hitam. Tokoh Aku percaya bahwa dirinya terpengaruh dengan mimpi buruk ibunya. Teman-teman tokoh Aku tidak memercayai tokoh Aku ketika tokoh Aku yakin bahwa perempuan yang dilihatnya adalah hantu. Setelah terbukti melalui hasil foto yang berwarna hitam semua, teman-teman tokoh Aku memercayai bahwa yang dikatakan tokoh Aku benar.

Mochtar Lubis pernah menyusun esai tentang sifat manusia Indonesia. Esai tersebut dirangkum dalam tulisan Manusia Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun 2001. Dalam esainya, Lubis (2001: 6) menyebut manusia Indonesia sebagai masyarakat yang masih percaya pada mistik; dengan kata lain percaya pada takhyul dan hal-hal gaib lainnya.

(11)

Orang Indonesia yang sudah amat rasional ... banyak juga yang tidak dapat menghindarkan diri dan tertarik ke dalam gerakan kebatinan, baik akibat dilanda kebimbangan dan ketidakpastian, maupun juga karena didorong oleh berbagai maksud, hasrat hati, seperti ingin hendak berkuasa, ingin mendapat jabatan tinggi, ingin mempertahankan kekuasaan atau kedudukan, atau hendak mengumpulkan harta dan sebagainya.

Dari pendapat Lubis tersebut, dapat dibuktikan adanya persamaan dari peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh dalam cerita Nightmare Side. Ada kemiripan-kemiripan tentang permasalahan kehidupan manusia. Adanya pertentangan pemikiran antara rasional dan irasional, serta pemikiran modern dan tradisional. Latar pendidikan para tokoh di dalam cerita juga memengaruhi cara berpikir manusia dalam menghadapi setiap permasalahan. Permasalahan tersebut disikapi dengan logika dan akal sehat sehingga setiap permasalahan disikapi dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia. Namun, ada sebagian manusia sulit untuk meninggalkan kepercayaannya kepada mistik 8.

Misalnya pada cerita NSSP, kakak tokoh Aku yang bernama Raka

memercayai adanya mistik. Raka berada dalam kebimbangan dan tekanan karena ia telah membunuh Cecep sedangkan Bi Ita mendesak Raka untuk mengakuinya dengan mengikuti adat di desa tersebut, yaitu sumpah pocong.

Di dalam sembilan cerita Nightmare Side merupakan gambaran dari kehidupan manusia. Peristiwa yang digambarkan cerita tersebut merupakan permasalahan kehidupan manusia yaitu adanya dua sisi yang berlawanan.

Permasalahan pokok tersebut yaitu adanya sikap rasional dan irasional. Seperti pada sikap rasional, yaitu manusia mengenyam pendidikan dan memiliki ilmu pengetahuan sehingga mereka cenderung berpikir dengan logika dan nalarnya. Sesuatu yang berbeda di luar nalarnya dianggap menyimpang dan menyalahi norma-norma di 8 Mistik, yang populer disebut dengan aliran kebatinan, selalu menjadi tempat orang lari dalam keadaan penuh tekanan, kebimbangan, kewas-wasan, dan kekhawatiran, dan orang merasa serba tak menentu, mengambang tidak keruan. Hal ini berlaku pada hampir semua orang, baik yang beragama, maupun yang mengaku berpikir secara rasional, telah berpendidikan luas, di dalam maupun di luar negeri (Lubis, 2001: 6).

(12)

dalam masyarakat umum. Manusia memakai ilmu pengetahuan untuk memperoleh pengetahuan yang sebenarnya di luar dari jangkauan nalarnya. Misalnya saja pada cerita NSKE, tokoh Aku terobsesi untuk memperoleh informasi tentang kematian. Tokoh Aku tersebut mencarinya lewat jaringan internet. Manusia cenderung mengabaikan keyakinan akan keterbatasannya hanya dengan bersikap rasional.

Pertentangan selanjutnya yaitu pertentangan antara manusia modern dan tradisional. Pertentangan tersebut terdapat pada cerita NSSP yaitu tokoh Raka menganggap dirinya berasal dari kota yang menganggap sumpah pocong adalah sesuatu yang kampungan. Padahal di desa tersebut sumpah pocong merupakan suatu tradisi yang dipercayai kemistisannya.

Permasalahan selanjutnya adalah mengenai kepercayaan dan keyakinan terhadap hantu, makhluk gaib, dan sebagainya di suatu tempat tertentu. Manusia Indonesia sangat senang mengaitkan suatu hal yang mengerikan seperti hantu atau makhluk gaib lainnya dalam peristiwa apa pun.

Banyak macam hantu yang disebutkan tersebut menjadi sebuah kepercayaan yang melekat di dalam setiap individu. Manusia Indonesia tersugesti dengan

beragamnya hantu 9. Di dalam cerita Nightmare Side terdapat hantu-hantu perempuan dengan penampilannya yang berbeda-beda. Biasanya manusia Indonesia menyebut hantu tersebut dengan sebutan kuntilanak seperti pada kutipan Lubis. Ada juga penamaan hantu perempuan dengan nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Di Indonesia ada salah satu kesenian yang dianggap mistis yaitu tentang penari ronggeng seperti pada salah satu cerita “Nightmare Side Penari”. Tarian tersebut diiringi oleh sebuah lagu yang bernuansa mistis juga yaitu Lagu “Bangbung Hideung”. Lagu tersebut akan membius semua penonton ronggeng. Seperti pada kutipan berikut.

Lagu yang membuat setan dan iblis merasuki lelaki yang pikirannya kotor. Lagu yang memanggil arwah penghuni sekitar untuk masuk ke tubuh penikmat ronggeng (NSP, paragraf 19).

9 Manusia Indonesia juga percaya pada segala rupa hantu, genderuwo, jurig, orang halus, kuntilanak, leak (Lubis, 2001: 28).

(13)

Rasional irasional Ritual Mistik Santet

Hantu dan makhluk gaib Kematian

Poltergeist Apparition

Pendidikan Pekerjaan

Warga kota Tokoh cerita Nightmare Side| Kawasan liminal

Irasional Rasional

Lagu tersebut juga diiringi dengan musik gamelan. Musik gamelan juga ada yang bernuansa mistis. Di dalam cerita NSP, gamelan tersebut digunakan pada saat adanya ritual yaitu setiap malam Selasa.

Gamelan, gong juga ada yang bertuah, dan hanya boleh dimainkan pada waktu-waktu tertentu saja (Lubis, 2001: 28).

Struktur 1. Rasional-Irasional dalam Cerita Nightmare Side

Struktur tersebut menjelaskan bahwa di dalam kehidupan terdapat sikap rasional dan irasional. Para tokoh yang hanya mempercayai sikap rasional pada akhirnya mereka juga mempercayai adanya sikap irasional.

(14)

Skema 28. Posisi Liminal Tokoh Aku dalam Cerita Nightmare Side Dari simpulan di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu-individu yang selalu menjadi penyeimbang di jagad mereka. Pada awalnya memang para tokoh bersikap rasional tetapi akhirnya mereka menyadari bahwa sikap

berlebihan terhadap sikap rasional akan membawa kesesatan.

Perlu disadari bahwa sikap manusia pada awalnya hanya berpikir pada nalar dan logika dan akhirnya mereka mempercayai adanya kekuatan di luar nalarnya. anusia harus seimbang antara sikap rasional dan irasional. Semua yang bersifat keduniawian hanya akan mengarahkan manusia pada akal dan nalarnya semata. Adanya kekuatan di luar keduniawian tersebut adalah akhir dari perjalanan manusia di dunia.

Tokoh Aku dalam cerita

Nightmare Side

rasional (-) irasional (+)

(+)

Struktur 2. Segitiga Tegak

Elemen-elemen yang terdapat di dalam struktur cerita Nightmare Side Radio Ardan 105.9 FM Bandung adalah elemen rasional berlawanan dengan elemen irasional kemudian muncul elemen “antara” yang menengahi elemen berlawanan. Elemen “antara” menghubungkan oposisi yang telah ada dan sekaligus menyatukan elemen-elemen yang semula berlawanan.

Adanya elemen “antara” tersebut, elemen-elemen yang semula berlawanan kini menyatu dalam satu posisi yaitu elemen yang bertentangan dengan elemen “antara”. Elemen “antara” tersebut adalah penyeimbang dari elemen lainnya. Dengan adanya elemen baru “antara” tersebut, tercipta suatu kesinambungan, kesatuan, keselarasan, harmoni, dan keseimbangan antara komponen satu dengan yang lain.

(15)

Para tokoh tidak harus selalu hidup dengan kemonotonan dalam bersikap rasional dan juga tidak harus selalu percaya irasional. Para tokoh harus bersikap secara seimbang dalam kehidupannya. Para tokoh diperbolehkan hidup secara rasional tetapi ada pula hal irasional yang tidak dapat seluruhnya dibongkar dengan sikap rasional atau sebaliknya.

Kesimpulan

Nalar yang terdapat dari sembilan cerita nightmare side merupakan

simbolisasi dari masyarakat sunda yang masih memercayai adanya makhluk gaib dan ada pula yang masih berpegang pada norma adat tertentu di desanya, seperti pada cerita NSSP.

Masyarakat sunda masih berpegang pada norma yang menganggap “sesuatu” tabu untuk dibicarakan. Biasanya hal tersebut disebut dengan “pamali”. Mereka tidak mau mengusik hal-hal yang berbau mistik atau makhluk gaib karena akan membawa akibat yang buruk. Misalnya pada cerita NSB, warga desa di sekitar desa misterius merasa aneh ketika melihat anak-anak muda datang desa misterius.

Di dalam masyarakat sunda dijelaskan ada sikap sosialisasi dan kekeluargaan. Penjelasan tersebut terlihat pada setiap cerita bahwa tokoh Aku berhubungan dengan orang tua, kakak, adik, teman, dan orang-orang disekitarnya. Mereka turut membantu tokoh dalam menemukan jawaban atas terjadinya peristiwa aneh. Seperti pada cerita NSTL, tokoh Aku ditemani ayahnya mencari sebuah jawaban atas peristiwa tokoh Aku menabrak seorang pengemis. Mereka mencari informasi di lokasi kejadian. Hasilnya pun nihil. Tokoh Aku mendapat jawaban dari seorang pembantunya bahwa dirinya telah menabrak makhluk gaib.

Latar tempat yang terdapat di dalam cerita terdapat di daerah Jawa Barat, khususnya Bandung. Latar tempat penampakan yang dialami tokoh bukan hanya terjadi di tempat umum tetapi juga di rumah para tokoh, khususnya kamar.

Keseluruhan dari cerita nightmare side menjelaskan bahwa masyarakat sunda masih kental dengan mistik. Adanya ritual-ritual yang telah dijelaskan di dalam tafsir

(16)

keseluruhan. Daftar Sumber:

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2001. Strukturalisme Lévi-Strauss Mitos dan Karya

Sastra.

Efendi, Anwar. 2010. “Analisis Perbandingan Struktural Cerpen ‘Selamat Jalan Nek’ Karya Danarto dan Cerpen ‘Pohon’ Karya Monaj Das’ Jurnal Penelitian

Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya”. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Guiley, Rosemary. 1991. Harper’s Encyclopedia of Mystical and Paranormal

Experience. Herper Collins: New York.

Lubis, Mochtar. 2001. Manusia Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Zaidan, Abdul Razak dkk. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka. http://id.wikipedia.org/wiki/Kuntilanak

Referensi

Dokumen terkait

Program Net CJ sendiri merupakan sebuah program di mana selain mengintegrasikan beberapa media (konvensional dengan program berita Net News juga dengan berbagai platform

Pembuatan aplikasi ini menggunakan metodologi pengembangan multimedia yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Terdapat 6 tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan

Instagram, merupakan media sosial yang banyak dimanfaatkan karena kekhususanya yang hanya memungkinkan untuk pembuatan konten dalam format gambar dan video dengan

Pada wanita, perawatan perineum dilakukukan dengan membersihkan area genitalia eksterna pada saat mandi.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan

Situs/ website yang telah ada memang dapat diubah desainnya menjadi lebih baik, tetapi tidak cukup hanya dengan sekedar mengganti desain latar belakangnya saja, atau jenis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data atau informasi serta sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku usaha restoran dalam upaya peningkatan

PENGARUH RASIO HARGA LABA, RASIO PENGEMBALIAN MODAL, RASIO AKTIVITAS DAN RASIO LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA

didasarkan pada pemikiran bahwa pada dasarnya penelitian ini hendak menganalisis terhadap sinkronisasi hukum mengenai peran Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan