• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Oleh"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan dan meratakan pembangunan di Indonesia maka pembangunan daerah diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah dengan penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu ukuran keberhasilan suatu daerah otonom dapat dilihat dari kemampuan dalam pengelolaan keuangan daerah. Rozali (2005:143) menjelaskan, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pengelolaan keuangan daerah yang baik akan bermuara pada peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan meningkatnya usaha-usaha pembangunan.

(2)

2

Salah satu sektor andalan bagi pemasukan PAD adalah sektor pariwisata. Menurut Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management, pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, ia juga meliputi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan, cinderamata, penginapan dan transportasi. (Wahab, 2003).

Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UN-WTO), pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di dunia. Pariwisata bahkan menjadi sumber utama bagi pendapatan negara. Selain itu, pariwisata juga memberikan banyak efek bagi suatu negara, berupa lapangan pekerjaan yang dapat membantu revitalisasi ekonomi lokal. Berdasarkan laporan terbaru Travel & Tourism Competitiveness Index 2015 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF), daya saing bidang pariwisata di Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang pesat, dari peringkat ke-74 dunia di tahun 2011, peringkat ke-70 di tahun 2013, hingga menuju peringkat ke-50 di tahun 2015. Indeks daya saing pariwisata Indonesia juga mengalami peningkatan di level Asia-Pasifik, yaitu berada pada peringkat ke-11.

Di Indonesia itu sendiri, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam perkembangan perekonomian negara. Berdasarkan data PDB Indonesia tahun 2014, sektor pariwisata menjadi sektor yang mangalami laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, seperti pertanian, industri, jasa, pertambangan, dan lain sebagainya. Jadi, dapat dikatakan bahwa

(3)

3

sektor pariwisata menjadi salah satu sektor ekonomi yang dianggap cukup perspektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tabel 1.1 Kontribusi Pariwisata Terhadap PDB No Tahun PDB Nasional (Triliyun) Kontribusi Pariwisata (%) 1 2010 6,422.92 4,06 2 2011 5,613.44 4,00 3 2012 6,422.92 3,96 4 2013 7,427.09 4,00 5 2014 8,241.86 4,01

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional terus mengalami peningkatan dalam empat tahun terakhir. Berturut-turut dari 2011 hingga 2014, yaitu 4,00%, 3,96%, 4,00%, dan 4,01% dari total PDB nasional. Pariwisata juga berkontribusi cukup signifikan pada devisa negara. Kontribusi pariwisata terhadap devisa negara secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1 Grafik Kontribusi Pariwisata Terhadap Devisa Negara

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014

6,298.02 7,602.45 8,554.40 9,120.85 10,054.10 8,221.30 0.00 2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(4)

4

Berdasarkan gambar 1.1, dapat diketahui bahwa sektor pariwisata mampu memberikan kontribusi terhadap devisa negara yang besarannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2014 menunjukkan bahwa sektor pariwisata menyumbang devisa negara sebesar US$ 8,22 Milyar, dan jumlah tenaga yang terserap sebanyak 10,73 juta orang. Selain itu, pencapaian kunjungan wisatawan Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Data mengenai jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2 Grafik Kunjungan Wisatawan di Indonesia

Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS, 2014

Berdasarkan gambar 1.2, dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun, wisatawan Indonesia semakin meningkat jumlahnya. Meskipun demikian,

2009 2010 2011 2012 2013 229.73 234.38 236.75 245.29 250.04 6.30 7.00 7.60 8.10 8.80 Ju m lah W is ataw an ( Ju ta) Wisnus Wisman

(5)

5

wisatawan mancanegara jumlah nya jauh lebih sedikit dibandingkan wisatawan nusantara.

Keseluruhan angka-angka tersebut menunjukkan bahwa industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu komoditi yang harus dikembangkan dan diandalkan sebagai salah satu alat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga mampu berpengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Kartajaya dan Sapta (2013) dalam bukunya Toursm Marketing memaparkan bahwa pariwisata di Indonesia sedang dalam fase berkembang dan memiliki potensi pertumbuhan yang masih terbuka lebar, mengingat masih banyak sumber daya di Indonesia yang belum maksimal dimanfaatkan.

PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata 2010-2025 menyebutkan bahwa visi pembangunan kepariwisataan nasional adalah terwujudnya Indonesia sebagi negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan dan mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan visi tersebut ditempuh 4 (empat) strategi pembangunan kepariwisataan yang meliputi: (a) destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, dan mudah dicapai; (b) pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul dan bertanggung jawab; (c) industri pariwisata yang berdaya saing; dan (d) organisasi pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat yang efektif dalam mendorong terwujudkan pembangunan kepariwisataan berkelanjutan.

(6)

6

PP No. 50 Tahun 2011 ini menegaskan arah pembangunan kepariwisataan nasional yang menjadi dasar arah kebijakan, strategi, dan indikasi program kepariwisataan nasional dalam kurun waktu 2010-2025 yang meliputi pembangunan: (a) Destinasi Pariwisata Nasional (DPN); (b) Pemasaran Pariwasata Nasional; (c) Industri pariwisata nasional; d) Kelembagaan Kepariwisataan Nasional. Perwilayahan DPN tersebut berjumlah 50 DPN yang tersebar di 33 provinsi, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tersebar di 50 DPN.

Salah satu dari Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) di Indonesia adalah Borobudur-Yogyakarta dan sekitarnya dengan citra “The Capital of World Heritage and The Smilling Jogja”. Selanjutnya, Borobudur itu sendiri termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sebagaimana tertuang dalam RIPPARNAS 2010-2025. Artinya, Borobudur dianggap sebagai suatu kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Candi Borobudur merupakan salah satu destinasi pariwisata unggulan di Kabupaten Magelang. Candi Borobudur terkenal sebagai warisan budaya Budha di Indonesia dan ditetapkan sebagai World Heritage oleh UNESCO. Selain itu, Guinnes World Records di London resmi mencatat Candi Borobudur sebagai situs arkeologis candi budha terbesar dunia. Borobudur memiliki

(7)

7

ukuran 123 x 123 meter persegi dan volume bangunan terbesar 60.000 meter kubik (Lily, dkk, 2012).

Bangunan Candi Borobudur secara keseluruhan menjadi galeri mahakarya para pemahat batu. Keunikan, nilai sejarah, keagaman, budaya dan kompeleksitas arsitertur yang luar biasa membuat Candi Borobudur menjadi salah satu destinasi pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Setiap tahunnya Candi Borobudur tidak sepi pengunjung. Data menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan terus menerus mengalami peningkatan. Berikut adalah tabel jumlah kunjungan wisatawan di Candi Borobudur.

Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Destinasi Wisata Borobudur

No Tahun Jumlah Pengunjung Laju Pertumbuhan 1 2010 2.408.453 -4.43 % 2 2011 2.186.281 -10.16 % 3 2012 3.014.093 27.46 % 4 2013 3.362.061 10.35 % 5 2014 3.683.474 8.73 %

Sumber: PT.Taman Wisata Candi Borobudur, 2015.

Berdasarkan tabel 1.2, dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan destinasi pariwisata Borobudur semakin meningkat di tiga tahun terakhir. Meningkatnya jumlah pengunjung di destinasi pariwisata Borobudur tentu berkolerasi positif terhadap peningkatan pendapatannya pula. Namun kenyataannya, meskipun terus mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir, hasil survey UNESCO (Bappeda kabupaten Magelang, 2012) terhadap wisatawan mancanegara Candi Borobudur menunjukan bahwa masyarakat

(8)

8

sekitar tidak menikmati hasil dari keberadaan Candi Borobudur. Gambar 1.3, 1.4, 1.5, dan 1.6 berikut menggambarkan hasil survey UNESCO terhadap aktivitas wisatawan asing selama mengunjungi Candi Borobudur.

Gambar 1.3 Diagram Tempat Tinggal Wisatawan

Sumber: Bappeda kabupaten Magelang, 2012

Berdasarkan gambar 1.3, dapat diketahui bahwa sebagian besar tempat tinggal wisatawan selama mengunjungi Candi Borobudur berada di wilayah Yogyakarta. Hanya 7% yang tinggal di sekitar Borobudur dan 2% yang 2% yang tinggal di homestay penduduk.

Gambar 1.4 Diagram Lama Mengunjungi Kawasan Borobudur

Sumber: Bappeda kabupaten Magelang, 2012

1-3 jam, 59% 3-6 jam, 11% Sehari penuh, 29% 2-4 hari, 1% Tinggal di Yogyakarta, 75% Tinggal Di Sekitar Borobudur, 7% Homestay Penduduk (2%) Tempat Lain, 17%

(9)

9

Gambar 1.4 memberikan gambaran bahwa wisatawan yang mengunjungi Candi Borobudur sebagian besar hanya bertahan selama 1-3 jam. Hanya 29% wisatawan yang bertahan hingga seharian penuh, dan 1 % saja yang berkunjung hingga 2-4 hari. Artinya, sebagian besar wisatawan belum menikmati altenatif wisata lain selain Candi Borobudur.

Gambar 1.5 Diagram Kegiatan Wisatawan Sebelum Mengunjungi Borobudur

Sumber: Bappeda kabupaten Magelang, 2012

Berdasarkan Gambar 1.5, dapat diketahui bahwa sebagian besar wisatawan tidak melakukan kegiatan lain terkait dengan aktivitas pariwisata sebelum mengunjungi Candi Borobudur. Artinya, wisatawan berangkat dari tempat asal dan segera menuju ke Candi Borobudur tanpa mengunjungi destinasi pariwisata lain. Sebanyak 77% dari total wisatawan tidak melakukan kegiatan apapun sebelum mengunjungi Candi Borobudur, 10% dari total wisatawan telah mengunjungi Yogyakarta, dan 7% lainnya berkunjung ke Desa Borobudur. Tidak melakukan kegiatan apapun, 77% Keliling Yogyakarta, 10% Mengunjungi Desa Borobudur, 7% Kegiatan lain, 17%

(10)

10

Gambar 1.6 Diagram Destinasi Setelah Mengunjungi Borobudur

Sumber: UNESCO dalam Bappeda, 2012

Sumber: UNESCO dalam BAPPEDA, 2012

Gambar 1.6 di atas, juga memberikan gambaran bahwa setelah mengunjungi Candi Borobudur, sebagian besar wisatawan pergi menuju wilayah Yogyakarta, Prambanan, dan ke tempat lain. Artinya, tidak banyak referensi altenatif wisata lain di Kabupaten Magelang yang menarik bagi wisatawan untuk dikunjungi. Angka-angka tersebut memberikan gambaran bahwa: (a) setelah mengunjungi Candi Borobudur, persentasi wisatawan yang bertahan di Kabupaten Magelang lebih kecil dibandingkan dengan wisatawan yang mengunjungi Yogyakarta; dan (b) kondisi tersebut dapat menjadi peluang positif bagi Desa Borobudur untuk mengembangkan potensi wisatanya.

Hasil survey UNESCO yang tertuang dalam gambar 1.3, gambar 1.4, gambar 1.5, dan gambar 1.6 menunjukan bahwa sebagian besar wisatawan Candi Borobudur hanya sekedar mengunjungi Candi Borobudur, tanpa memperhatikan keindahan dan kekhasan desa-desa di sekitarnya. Padahal,

Pergi ke tempat lain, 29% Ke Yogyakarta, 31% Ke Prambanan, 26% Kegiatan lain, 11% Ke Desa Sekitar, 2%

(11)

11

kosekuensi dari dijadikannya Borobudur sebagai DPN dan KSPN Indonesia adalah keharusan Candi Borobudur untuk meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan potensi kawasan sekitarnya.

Kawasan sekitar Candi Borobudur terdiri dari 20 (dua puluh) desa yang termasuk dalam Kecamatan Borobudur. Desa-desa di sekitar Candi Borobudur memiliki banyak potensi untuk dijadikan sebagai destinasi pariwisata berbasis masyarakat lokal. Sejak tahun 2009-2010, pemerintah telah melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata di desa-desa sekitar Candi Borobudur, yakni Desa Brobudur, Desa Candirejo, Desa Tungoksongo, Desa Majaksini, dan Desa Bumisegoro. Pada tahun 2011 bertambah menjadi 8 desa, yaitu Desa Brobudur, Desa Candirejo, Desa Tungoksongo, Desa Wanurejo, Desa Karangrejo, Desa Karanganyar, Desa Tanjungsari, dan Desa Wringin Putih (Lily, dkk, 2012).

Bantuan PNPM Mandiri diperuntukan untuk kegiatan non-fisik, sementara desa wisata membutuhkan fasilitas fisik pendukung seperti, gazebo, MCK, tempat menikmati sunrise dan sunset, kostum pertunjukan kesenian, perangkat gamelan, dokar, penambahan homestay, dan lain sebagainya. Salah satu strategi untuk mengatasinya adalah dengan menghidupkan desa wisata sehingga mampu memperpanjang masa kunjungan wisatawan di Candi Borobudur (Lily, dkk, 2012). Konsep desa wisata dapat dibangun sekaligus sebagai instrument pemerataan pembangunan wilayah dan pemberdayaan masyarakat kecil, khususnya yang bermukim di wilayah terpencil maupun perdesaan (Sunaryo, 2013).

(12)

12

Dari keseluruhan desa tersebut, Desa Borobudur merupakan zona komersial karena merupakan desa tempat candi Borobudur berada. Lokasi candi hanya berkisar 1 Km dari arah selatan Balai Desa Borobudur. Candi Borbudur terletak di desa Borobudur atau ± 3 km dari lbukota Kabupaten Magelang. Artinya, Desa Borobudur lah yang pertama kali mendapatkan resiko dari kegiatan ekonomi yang terdapat di Candi Borobudur. Oleh sebab itu, Desa Borobudur berhak memperoleh manfaat pertama dari adanya kegiatan wisata di candi Borobudur.

Gambar 1.7 Peta Desa Borobudur

Keterangan:

: Zona Destinasi Pariwisata Borobudur

(13)

13

Desa Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Desa tersebut memiliki luas 421,50 Ha yang 48% nya merupakan kawasan perkebunan dan pertanian, dan 20% nya merupakan kawasan lindung. Batas-batas wilayah Desa Borobudur, yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bumiharjo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tuksongo, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karangrejo, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wanurejo.

Meskipun merupakan zona komersil destinasi pariwisata Candi Borobudur, namun keadaan Desa Borobudur masih jauh dari ideal. Jumlah penduduk miskin wilayah tersebut mencapai 5.679 jiwa atau 56,33% dari total jumlah penduduk. Sedangkan jumlah KK miskin sebanyak 1.898 KK atau 54,8% dari total KK yang ada. Angka pengangguran di desa tersebut juga masih tinggi. Dari total 6.290 jiwa angkatan kerja yang ada, sebanyak 446 jiwa atau 7,1% nya tidak bekerja. Dari segi pendidikan, pendidikan di Desa Borobudur juga terbilang cukup rendah. Penduduk Desa Borobudur juga masih banyak yang hanya lulusan SD/sederajat (24,7%), lulusan SLTP/sederajat (16,6%), dan lulusan SLTA/sederajat (24,89%). (Data Monografi Desa Borobudur, 2014).

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa keberadaan Candi Borobudur tidak menimbulkan trickle down effect dan multiplayer effect bagi masyarakat di sekitarnya. Di sisi lain, Desa Borobudur memiliki banyak potensi (daya tarik) yang dapat dikembangkan untuk menarik wisatawan objek wisata Candi

(14)

14

Borobudur untuk berkunjung pula ke desa tersebut. Secara lebih rinci, potensi-potensi tersebut disajikan dalam tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3 Potensi (Daya Tarik) Desa Borobudur

No Jenis Potensi Desa Borobudur

1 Alam a. Sudut istimewa melihat Candi Borobudur dengan latar belakang persawahan dan perkebunan yang masih asri dari Dusun Gopalan

b. Kawanan burung kuntul sering dijumpai di Dusun Bumisegoro

c. Banyak mata air alami yang dijumpai, seperti Mata Air

Gopalan, Kali Kebon, Kali Tanjung, Grujugan, dan Air Wetan d. Mengejar Borobudur Sunrise

2 Budaya a. Destinasi Wisata Candi Borobudur b. Makam Mbah Wonosegoro

c. Kesenian Topeng Hitam, kesenian Barongan, Wayang Onthel, dan atraksi obar-abir (api)

3 Buatan (Artificial)

a. Homestay dengan bentuk yang unik dan menarik, seperti homestay joglo, Kunti, dan Bima.

b. Belajar melukis c. Belajar membatik

d. Studio watu jawa (Studio karya seni) e. Paksi Coffe Shop dengan gaya klasik f. Sepeda ontel Desa Borobudur

g. Home industy kerajinan (berbagai kerajinan dari kayu, bambu, dan bulu binatang)

h. Home industry produk makanan ringan (keripik singkong, rempeyek kacang tanah, dan rempeyek bayam)

i. Pasar tradisional dan pasar hewan Borobudur yang

merupakan pasar induk dan terbesar di kecamatan tersebut

Sumber: Hasil Survey Lapangan, April 2015

Berdasarkan tabel 1.3, dapat diketahui bahwa daya tarik wisata di Desa Borobudur sangat beragam. Tidak hanya itu, penduduk Desa Borobudur juga didominasi oleh penduduk usia produktif, yaitu mencapai 66,56% dari total penduduk. Akses menuju Desa Borobudur juga terbilang sangat mudah. Jarak

(15)

15

desa dengan pusat kecamatan sekitar 1 Km, sedangkan jaraknya dari pusat kabupaten sekitar 3 Km. Kondisi jalan menuju Desa Borobudur sangat baik dan cukup lebar untuk dilewati motor dan mobil pribadi, maupun bus-bus pariwisata. Jasa transportasi umum pun banyak ditawarkan di kawasan tersebut, seperti angkutan umum, andong, becak, dan kereta pariwisata.

Namun sayang, potensi-potensi tersebut belum mampu dikembangkan dengan baik dan belum terintegrasi dengan destinasi pariwisata Candi Borobudur secara optimal, sehingga belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan intervensi berupa perumusan strategi pembangunan destinasi pariwisata yang tepat di Desa Borbudur melalui konsep desa wisata berbasis masyarakat lokal. Diperlukan pula peran berbagai stakeholder dalam perumusan strategi sehingga pengembangan destinasi pariwisata di Desa Borobudur mampu menjadi instrument meningkatkan perekonomian lokal mengingat tingkat perekonomian dan pendidikan di Desa Borobudur masih rendah

Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, studi mengenai strategi pengembangan Desa Borobudur menjadi destinasi pariwisata menjadi menarik untuk dilakukan. Oleh karena itu, judul dalam penelitian ini adalah “Strategi

Pengembangan Desa Borobudur (Miniatur Studi Kasus Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Candi Borobudur).

(16)

16 1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan Desa Borobudur sebagai destinasi pariwisata?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan Desa Borobudur sebagai destinasi pariwisata.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat dari penelitian ini, yaitu untuk memberikan informasi mengenai strategi pengembangan Desa Borobudur menjadi destinasi pariwisata sebagai miniatur studi kasus pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Candi Borobudur.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategi kepada Pemerintah Desa Borobudur, Pemerintah Kabupaten Magelang, dan stakeholder terkait lainnya mengenai pengembangan Desa Borobudur menjadi destinasi pariwisata. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi miniature studi kasus pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Indonesia pada umumnya, dan di KSPN Borobudur pada khususnya.

(17)

17 1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan desa berbasis wisata dengan lokus Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Desa Borobudur itu sendiri merupakan bagian dari Kawasasan Borobudur, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan bagian dari Kawasan Strategis Nasional. Lokus Penelitian difokuskan hanya pada Desa Borobudur agar dapat memberikandetail strategi yang lebih jelas. Oleh sebab itu, hasil penelitian di Desa Borobudur ini dapat dijadikan contoh strategi pengembangan bagi Kawasasan Borobudur, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan Kawasan Strategis Nasional lainnya di Indonesia.

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Kontribusi Pariwisata Terhadap Devisa Negara
Gambar 1.2 Grafik Kunjungan Wisatawan di Indonesia
Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Destinasi Wisata Borobudur
Gambar 1.3 Diagram Tempat Tinggal Wisatawan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil clustering kedua untuk kelas Teknik Informatika-B dari output weka 3.6 menunjukkan sebanyak 12 (24%) nilai UTS termasuk dalam cluster nilai rendah, sebanyak 24

Konsep Bentuk, Perancangan Ruang Dalam dan Ruang Luar Yang Dapat Meningkatkan Interaksi Sosial di Kalangan Mahasiswa Dengan Landasan Filosofis "Pulo Pupuro Perutu Sama

Jom Faperta Vol 2 No 1 Februari 2015 Kuadran-kuadran yang terdapat pada gambar dapat dijelaskan sebagai berikut: Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah

Akibatnya arus listrik akan mengalir lebih lama sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada tegangan tinggi, korban segera terlempar atau

3. Mardhiyah, Jurusan Kependidikan Islam, UIN Antasari Banjarmasin, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa Madrasah Aliyah Negeri 3 Banjarmasin. Skripsi,

Berpijak dengan ciri kekhususannya dengan dua gedung karena lokasi jalan raya, muncul juga ciri khas berikutnya, yaitu memiliki jembatan yang menghubungkan gedung utara dan

Pemeliharaan terencana adalah porses pemeliharaan yang diatur dan diorganisasikan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi terhadap peralatan di waktu yang akan datang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, keabsahan akta notaris meliputi bentuk isi, kewenangan pejabat yang membuat, serta pembuatannya harus memenuhi