• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Larva Echinostomatidae pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prevalensi Larva Echinostomatidae pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Prevalensi Larva Echinostomatidae pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di

Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi

Prevalence of Larval Echinostomatidae in Different Types of Freshwater Gastropoda in Dolo Kabupaten Sigi

Irmawati

1

, H. Achmad Ramadhan

2

, Hj. Sutrisnawati

2 1Mahasiswa Prog. Studi Pend. Biologi. FKIP. Universitas Tadulako 2Dosen Program Studi Pend. Biologi. FKIP. Universitas Tadulako

e-mail:irmamasalingi@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi beberapa jenis gastropoda yang terinfeksi larva Echinostomatidae di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi dan untuk menentukan prevalensi jumlah larva Echinostomatidae yang menginfeksi Gastropoda air tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan teknik transek menggunakan metode plot berpetak. Populasi adalah semua jenis Gastropoda air tawar yang ada pada lokasi pengamatan di Kecamatan Dolo yang terdapat dalam plot. Sampel adalah semua jenis Gastropoda air tawar yang terinfeksi larva Echinostomatidae. Pengambilan sampel dilakukan di 3 lokasi yaitu Desa Langaleso, Desa Kota Rindau dan Desa Kota Pulu pada berbagai macam habitat yaitu sawah, saluran irigasi dan kolam. Selanjutnya pemeriksaan terhadap gastropoda air tawar yang terinfeksi larva Echinostomatidae dilakukan di laboratorium Biologi FKIP UNTAD. Untuk menghitung prevalensi larva Echinostomatidae pada suatu jenis gastropoda air tawar yang ditemukan, maka dihitung dalam persen. Dari hasil penelitian didapatkan 6 jenis gastropoda air tawar yaitu L. rubiginosa, M. tuberculata, B.

javanica, T. scabra, I. exutus, dan P. canaliculata dan setelah dilakukan pemeriksaan semua

jenis gastropoda tersebut positif terinfeksi larva cacing Echinostomatidae. Prevalensi larva Echinostomatidae yang tertinggi terdapat pada lokasi Kota pulu di habitat sawah pada jenis siput Melanoides tuberculata (51,76%).

Kata Kunci: prevalensi, Echinostomatidae dan Gastropada air tawar Abstract

This study aimed to obtain information on several types of gastropoda infected larva Echinostomatidae in Dolo Kabupaten Sigi and to determine the prevalence Echinostomatidae number of larva that infect freshwater gastropoda in Dolo Kabupaten Sigi. The method used is the method of survey transect technique using the plot's puzzle. Population is all kinds of freshwater gastropods that existed at the location in the district of Dolo observations contained in the plot. The samples are all kinds of freshwater gastropoda infected larvae Echinostomatidae. Sampling was conducted in 3 locations: Langaleso, Kota Rindau dan Kota Pulu, on a wide range of habitats, namely rice fields, irrigation ditches, and ponds. Further examination of the freshwater gastropoda infected larvae Echinostomatidae in the laboratory FKIP UNTAD Biology. To calculate the prevalence of larvae Echinostomatidae in a freshwater gastropoda species is found, it is calculated in percent. From the results, 6 species of freshwater gastropoda, namely L. rubiginosa, M. tuberculata, B. javanica, T. scabra, I. exutus, and P.

canaliculata andfter the examination of all types of gastropods positive Echinostomatidae

infected with worm larvae. Echinostomatidae the highest prevalence of larvae found in Kota Pulu locations in the tens of paddy on the type of snail habitat Melanoides tuberculata (51.76%). Keyword: prevalence, Echinostomatidae and freshwater Gastropoda

(2)

PENDAHULUAN

Propinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki beragam flora dan fauna, diantaranya ada yang spesifik, bahkan ada yang bersifat endemik yang tidak dijumpai di daerah-daerah lain Indonesia. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata Sulawesi Tengah secara makro mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi (Sutrisnawati, 2001).

Kabupaten Sigi merupakan kabupaten termuda di Sulawesi Tengah, dengan luas wilayah Kabupaten Sigi secara keseluruhan adalah 5.196,02 km2 atau sekitar 7,64 % dari total luas wilayah Sulawesi Tengah. Secara administratif, Kabupaten Sigi terbagi menjadi 15 kecamatan, 156 desa dan 1 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Kecamatan Dolo merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sigi (Badan Pusat Statistik, 2011). Berdasarkan hasil observasi, pada daerah ini terdapat persawahan yang cukup luas, irigasi, kolam, rawa, serta sungai yang merupakan habitat dari invertebrata air tawar, khususnya jenis-jenis siput dari phylum Mollusca.

Secara umum gastropoda memberi manfaat kepada manusia, baik dagingnya sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi sehingga dapat dikonsumsi oleh penduduk, juga sebagai pakan ternak unggas dan cangkangnya dapat dibuat berbagai macam lukisan, cendramata dan bunga-bungaan (Dharma, 1988). Akan tetapi, selain memiliki berbagai macam manfaat tersebut, siput juga dapat merugikan yaitu sebagai hama yang merupakan ancaman bagi manusia karena memakan tanaman muda misalnya padi, serta beberapa jenis diantaranya ternyata dapat berpotensi sebagai inang perantara parasit cacing trematoda, yang stadium dewasanya berparasit pada manusia (Sutrisnawati, 2001).

Cacing trematoda memerlukan jenis siput tertentu sebagai inang antara untuk kelangsungan hidupnya (Joosse dan Elk, 1986). Pada umumnya cacing trematoda yang hidup pada siput ditemukan pada beberapa Negara seperti di RRC, Korea, Jepang, Filipina, Thailand, Vietnam, Taiwan, India dan Afrika. Beberapa spesies juga ditemukan di Indonesia seperti Fasciolopsis buski di Kalimantan, Echinostoma di Jawa dan Sulawesi, Heterophydae di Jakarta

dan Schistosoma japonicum di Sulawesi Tengah (Srisasi dkk, 1998).

Infeksi Echinostoma menyebabkan kerusakan ringan pada mukosa usus dan tidak menimbulkan gejala yang berarti. Infeksi berat dapat menyebabkan timbulnya radang kataral pada dinding usus atau ulserasi. Pada anak menimbulkan gejala diare, sakit perut, anemia dan edema. Adapun jenis siput yang merupakan hospes perantara I dari cacing Echinostomatidae yaitu berupa keong jenis kecil seperti dari genus Anisus, Gyraulus, Lymnaea, dan sebagainya. Sedangkan hospes perantara II, yaitu jenis keong yang besar, seperti dari genus Vivipar, Bellamya, Pila atau Corbicula (Srisasi dkk, 1998).

Dari hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa sebagian masyarakat di Kecamatan Dolo memanfaatkan siput jenis tertentu sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi maupun sebagai pakan ternak. Hingga saat ini belum ada laporan tentang prevalensi larva cacing trematoda pada daerah Sigi. Sementara potensi terinfeksinya siput di daerah tersebut sangat besar. Hal ini dilihat dari beberapa faktor pendukungnya yaitu banyaknya perairan dekat dengan daerah penyebaran cacing trematoda. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini ialah :

1. Berapa jenis gastropoda air tawar yang terinfeksi larva Echinostomatidae di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi?

2. Berapa persen prevalensi larva Echinostomatidae yang menginfeksi gastropoda air tawar di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi?

Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Untuk mendapatkan informasi beberapa jenis gastropoda air tawar yang terinfeksi larva Echinostomatidae di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi.

2. Untuk menentukan prevalensi larva Echinostomatidae yang menginfeksi

(3)

gastropoda air tawar di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Untuk pengembangan ilmu biologi khususnya pada mata kuliah zoologi invertebrate dan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat luas tentang infeksi larva Echinostomatidae pada beberapa jenis gastropoda air tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi.

b. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Dinas Kesehatan mengengenai prevalensi larva Echinostomatidae yang dapat menginfeksi hewan ternak maupun manusia yang terdapat pada beberapa jenis gastropoda air tawar sebagai inang perantara.

c. Sebagai realisasi dari mahasiswa biologi selaku peneliti guna meningkatkan kreatifitas bidang keilmuwan khususnya pengabdian kepada masyarakat.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu mencoba menjelaskan peristiwa yang terjadi sekarang tanpa memberikan perlakuan terlebih dahulu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Februari 2013. Penelitian lapangan dilakukan di tiga desa yaitu Desa Langaleso, Desa Kota Rindau, dan Desa Kota Pulu yang terletak di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi. Penelitian larva Echinostomatidae dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Palu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis gastropoda air tawar yang ada pada lokasi pengamatan di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis gastropoda air tawar yang terinfeksi larva Echinostomatidae yang ditemukan pada saat pengamatan di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH meter, Higrometer, DO meter, Mikroskop, Kaca objek, Kaca penutup, Lumpang dan alu, Meteran rol, Tali rafiah, Sepatu bot,

Sarung tangan, Tapis, Pelastik, Patok kayu, Kertas label dan Kamera. Bahan yang digunakan adalah air, Gastropoda air tawar dan NaCl fisiologis

Prosedur Penelitian

Tahap Pengambilan Sampel Gastropoda Menentukan wilayah yang akan diteliti dengan metode kuadrat/plot berpetak (Michael, 1984), dengan menempatkan kuadrat secara sistematis menurut garis transek, berdasarkan keberadaan Gastropoda yang dianggap mewakili tempat tersebut.

Pada setiap lokasi pengamatan dibuat garis transek dengan panjang 10 meter. Banyaknya plot yang digunakan setiap transek adalah 3 plot dengan ukuraan plot 1 m x 1 m. Jumlah transek dalam satu habitat adalah 3 transek, sehingga jumlah keseluruhan plot dalam satu lokasi adalah 9 plot.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengayak tanah atau lumpur kemudian gastropoda yang ditemukan dimasukkan ke dalam pelastik yang telah berisi air dan diberi label. Kemudian gastropoda tersebut nantinya akan diidentifikasi dan dilakukan pemeriksaan dilaboratorium untuk mengetahui adanya larva Echinostomatidae pada jenis Gastropoda yang ditemukan. Pada tahap pengambilan sampel ini dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari.

Tahap Pengukuran Sifat Fisik Kimia Lingkungan

Setelah melakukan pengambilan sampel gastropoda air tawar, selanjutnya dilakukan pengukuran sifat fisik kimia lingkungan pada daerah penelitian yang meliputi pengukuran: pH, Suhu Air (oC), Suhu Udara (oC), Kelembaban (%), dan Kandungan oksigen terlarut.

Tahap Pemeriksaan Larva Echinostomatidae di Laboratorium

Setelah siput diidentifikasi, diukur panjang dan garis tengahnya/lebar tubuhnya, selanjutnya siput tersebut diremukkan (digerus), diberi sedikit NaCl fisiologis. Kemudian cairan hasil gerusan tersebut diteteskan pada kaca objek, diberi larutan merah netral, selanjutnya ditutup dengan

(4)

kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah (objektif 10x) untuk melihat adanya stadia larva Echinostomatidae (stadium serkaria).

Analisis Data

a. Penentuan inang perantara gastropoda air tawar dilakukan dengan cara memeriksa semua Gastropoda yang ditemukan, kemudian dilihat stadium apa saja yang ditemukan di dalam Gastropoda tersebut, jika ditemukan larva (serkaria) atau metaserkaria maka Gastropoda tersebut positif merupakan inang antara cacing Echinostomatidae. b. Prevalensi merupakan besarnya seluruh

kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu disuatu daerah. Untuk menghitung berapa besar prevalensi larva Echinostomatidae pada suatu jenis gastropoda air tawar yang ditemukan, maka dihitung dalam persen

yaitu dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut

(Sutrisnawati, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai jenis-jenis gastropoda air tawar yang berperan sebagai inang perantara cacing Trematoda dan jenis-jenis cacing trematoda di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Jenis-Jenis Gastropoda Air Tawar yang Berperan Sebagai Inang Perantara Cacing Trematoda di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi

Jenis-Jenis

Gastropoda EchinostomatidaeInang Perantara dari Jenis/Famili LarvaFasciola gigantic Trichobilharzia brevis

L. rubiginosa M. tuberculata B. javanica T. scabra I. exutus P. canaliculata + + + + + + + -+ -Keterangan : ( + ) : ditemukan ; ( - ) : tidak ditemukan

Tabel 2. Jenis/Famili Larva (Serkaria) Trematoda Dan Prevalensinya Pada Beberapa Jenis Gastropoda Air Tawar Di Berbagai Macam Habitat

Jenis/Famili

Larva (serkaria) GastropodaJenis

Langaleso Kota rindau Kota Pulu

Sw SI Kl Sw SI Kl Sw SI Kl (%) rata-rata Echinostomatidae F. gigantica T. brevis Echinostomatidae Echinostomatidae Echinostomatidae Echinostomatidae Echinostomatidae L. rubiginosa L. rubiginosa L. rubiginosa M. tuberculata B. javanica T. scabra I. exutus P. canaliculata 11,23 0,0 2,24 36,42 0,0 22,22 50 0,0 0,0 0,0 0,0 38,46 6,36 0,0 41,17 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 20,37 15,43 0,0 14,86 0,0 0,0 0,0 4,5 18,91 13,51 0,0 33,63 0,0 14 5,40 9,67 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 14,83 0,0 0,0 51,76 23,94 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 13,97 26,21 13,67 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Keterangan : Sw : Sawah ; SI : Saluran Irigasi ; Kl : Kolam

Jumlah gastropoda Jenis x yang positif terinfeksi larva (serkaria) Trematoda

Prevalensi = x 100 %

Jumlah keseluruhan gastropoda jenis x yang diperiksa

(5)

Berdasarkan Tabel 1. Setelah dilakukan pemeriksaan pada 6 jenis gastropada air tawar yaitu Lymnaea rubiginosa, Melanoides tuberculata, Bellamya javanica, Indoplanorbis exutus, dan Pomacea canaliculata, ternyata 6 jenis Gastropoda air tawar tersebut positif mengandung larva cacing Trematoda yaitu Echinostomatidae, Fasciola gigantica, dan Trichobilharzia brevis.

Berdasarkan Tabel 2 jenis/famili larva (serkaria) Trematoda dan prevalensinya pada beberapa jenis Gastropoda air tawar di berbagai macam habitat, prevalensi tertinggi larva Echinostomatidae pada Melanoides tuberculata (51,76%) pada habitat sawah di Desa Kota Pulu. Selain itu, ditemukan juga larva cacing Fasciola gigantica pada siput Lymnaea rubiginosa dengan prevalensi tertinggi di Desa Kota Rindau pada habitat sawah (20,37%) dan larva cacing Trichobilharzia brevis pada siput Lymnaea rubiginosa (2,24%) di Desa Langaleso pada habitat sawah.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan 6 jenis gastropada air tawar, yaitu Lymnaea rubiginosa, Melanoides tuberculata, Bellamya javanica, Indoplanorbis exutus, dan Pomacea canaliculata.

Setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium, 6 jenis gastropoda yang ditemukan ternyata positif mengandung larva trematoda. Adapun larva trematoda yang ditemukan yaitu Echinostomatidae, Fasciola gigantica, dan Trichobilharzia brevis. Larva Echinostomatidae ditemukan pada semua jenis gastropoda tersebut yaitu Lymnaea rubiginosa, Melanoides tuberculata, Bellamya javanica, Indoplanorbis exutus dan Pomacea canaliculata.

Adapun larva cacing Fasciola gigantica dan Trichobilharzia brevis yang merupakan salah satu jenis dari famili Schistosomatidae, hanya ditemukan pada siput Lymnaea rubiginosa pada habitat sawah. Hal tersebut dikarenakan jenis siput Lymnaea rubiginosa merupakan inang perantara bagi Fasciola gigantica sesuai dengan laporan penelitian Zalizar dan Satrija dalam Sutrisnawati (2001) yang menyebutkan bahwa Lymnaea rubiginosa bertindak sebagai inang perantara tunggal bagi Fasciola gigantica di Indonesia. Selain itu juga bertindak sebagai inang perantara bagi trematoda lain, terutama dari family

Schistosomatidae yang berparasit pada unggas air, serta parasit pada kodok dan tikus.

Sebagaimana telah diketahui bahwa pada beberapa jenis siput air tawar dalam tubuhnya hidup dan berkembang larva cacing Trematoda, misalnya Fasciolopsis buski yang menyebabkan penyakit fasciolopsiasis, Fasciola hepatica yang dapat menyebabkan penyakit fascioliasis, Trichobilharzia brevis penyebab penyakit dermatitis schistosoma pada manusia dan Echinostoma revolutum yang menyebabkan penyakit echinostomiasis (Murad dkk, 1993).

Prevalensi larva Echinostomatidae yang tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota Pulu di habitat sawah pada jenis siput Melanoides tuberculata (51,76%). Selanjutnya prevalensi larva Echinostomatidae pada jenis siput Bellamya javanica yang tertinggi terdapat pada lokasi Kota Pulu di habitat irigasi (26,21%). Prevalensi Echinostomatidae pada jenis siput Thiara scabra yang tertinggi terdapat pada lokasi Langaleso di habitat sawah (22,22%). Prevalensi larva Echinostomatidae pada jenis siput Indoplanorbis exutus yang tertinggi terdapat pada lokasi Desa Langaleso di habitat sawah (50%). Prevalensi larva Echinostomatidae pada jenis siput Pomacea canaliculata yang tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota Rindau di habitat irigasi (9,67 %). Kemudian pada jenis siput Lymnea rubiginosa prevalensi larva Echinostomatidae tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota Rindau di habitat sawah (20,37%), prevaleensi Fasciola gigantica pada pada jenis siput Lymnaea rubiginosa terdapat pada lokasi Kota Rindau di habitat sawah (15,43%) dan larva Trichobilharzia brevis hanya ditemukan pada jenis siput Lymnaea rubiginosa pada lokasi Desa Langleso di habitat sawah dengan prevalensi (2,24%).

Adanya larva cacing Echinostomatidae yang ditemukan pada 6 jenis siput tersebut dapat dikarenakan larva Echinostomatidae mampu berkembang/hidup pada beberapa siput dibanding dengan larva yang lain. Selain itu, dapat juga dikarenakan pada parasit ini mempunyai banyak jenis (Echinostoma ilocanum, Echinostoma malayanum, Echinostoma lindoense), cacing dewasanya hidup pada berbagai jenis hewan yaitu mamalia, jenis burung air, itik, entok, dan juga pada manusia (Noble dan Noble dalam Sutrisnawati, 2001.) Tingginya prevalesi larva Echinostomatidae yang terdapat pada Melanoides

(6)

tuberculata (51,76%) pada habitat sawah di lokasi kota pulu, dapat dikarenakan Melanoides tuberculata merupakan inang perantara yang sesuai dengan Echinostomatidae.

Sutrisnawati (2001) mengemukakan bahwa adanya variasi jenis/famili larva cacing trematoda dan prevalensinya pada setiap jenis gastropoda air tawar dapat dipengaruhi dengan bebagai macam faktor antara lain adanya sumber penularan berupa inang tetap yang sering mancari makan pada habitat air tawar serta penularan oleh hospes reservoir berbagai penyakit yang berupa hewan rodentia, selain itu prevalensi pada siput juga tergantung pada kesesuaian antara Gastropoda sebagai inang perantara yang tersedia dihabitat dengan telur atau mirasidium yang masuk pada siput tersebut.

KESIMPULAN

1. Jenis Gastropoda air tawar yang terinfeksi larva Echinostomatidae yang ditemukan di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi terdapat 6 jenis, yaitu Lymnaea rubiginosa, Melanoides tuberculata, Bellamya javanica, Indoplanorbis exutus, Thiara scabra dan Pomacea canaliculata.

2. Prevalensi larva Echinostomatidae yang tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota pulu di habitat sawah pada jenis siput Melanoides tuberculata (51,76%). Pada jenis siput Lymnea rubiginosa prevalensi larva Echinostomatidae tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota Rindau di habitat sawah (20,37%), prevalensi Fasciola gigantica pada pada jenis siput Lymnea rubiginosa terdapat pada lokasi Desa Kota Rindau di habitat sawah (15,43%) dan larva Trichobilharzia brevis hanya ditemukan pada jenis siput Lymnaea rubiginosa pada lokasi Langleso di habitat sawah dengan prevalensi (2,24%).

SARAN

Perlu kiranya penelitian lebih lanjut untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat

mengenai jenis Gastropoda air tawar yang terinfeksi larva Echinostomatidae di Kec. Dolo Kab. Sigi Sulawesi Tengah dan penelitian mengenai kemungkinan adanya penderita echinostomiasisfascioliasis pada masyarakat di Kec. Dolo Kab. Sigi Sulawesi Tengah.

DAFTAR PUSTAKA

Badan pusat statistik. (2011). Kabupaten Sigi Dalam Angka. Percetakan Rio. Palu.

Dharma B. (1988). Siput dan Kerang Indonesia I. Penerbit. PT. Sarana Graha. Jakarta.

Joosse, J. & R.V . Elk. (1986) . Trichobilharzia ocellata Physiological characterization of giant growth, glycogen depletion and absence of reproductive activity in the intermediate snail host, Lymnaea stagnalis. Exp. Parasitol. Michael, P. (1984). Echological Methods For Field and

Laboratory Investigation. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi. Murad, S., Nurhayati, J., Rosanto, R., & Kasmara, H..

(1993). Beberapa Aspek Ekologi Mollusca Air Tawar Terutama Jenis-Jenisnya yang Dapat Dimakan dan yang Berperan Sebagai Inang Perantara Cacing Trematoda di Daerah Saguling dan Cirata, Jawa Barat. Laporan Penelitian. Fakultas MIPA. Univ Padjajaran. Bandung.

Srisasi, G., Ilahude, H.D., & Wita Pribadi. (1998). Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Sutrisnawati. (2001). Beberapa Aspek Biologi Gastropoda Air Tawar Serta Potensinya Sebagai Inang Perantara Parasit Cacing Trematoda Pada Manusia di Daerah Lembah Napu Sulawesi Tengah. [Thesis]. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Gambar

Tabel 2. Jenis/Famili Larva (Serkaria) Trematoda Dan Prevalensinya Pada Beberapa Jenis Gastropoda Air Tawar Di Berbagai Macam Habitat

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengujian ketahanan abrasi yang telah dilakukan menggunakan metode abrasive wheel dan menggunakan alat Taber Abrasser Wheel CS 17 didapatkan data pengaruh rapat

Tanggung jawab hukum dokter dalam malpraktik administrasi berupa pelanggaran terhadap ketentuan administrasi dalam pelaksanaan praktik kedokteran. Pelanggaran

Percobaan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat ini bertujuan untuk  memahami prinsip dasar isomer ruang khususnya isomer geometri serta memahami  perbedaan sifat

Sesuai dasar teori pada program keselamatan kerja yang baik adalah program yang didasarkan pada prinsip close the loop atau prinsip penindaklanjutan hingga tuntas, karena

Abstrak: Pendidikan akhlak dalam keluarga sangat dibutuhkan untuk menciptakan generasi penerus yang memiliki landasan moral yang baik. Tidak ada seorang anak yang

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa kejadian kontak dengan panas merupakan kejadian kecelakaan kerja yang paling sering terjadi di laboratorium, diikuti oleh terkena tumpahan bahan

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN