• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 UNTUK SINTESA ATP BERTANDA 32 P [(Y 32 P)ATP]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBUATAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 UNTUK SINTESA ATP BERTANDA 32 P [(Y 32 P)ATP]"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 UNTUK SINTESA ATP

BERTANDA

32

P [(Y

32

P)ATP]

Wira Y Rahman, Endang Sarmini, Herlina, Abidin, Triyanto, dan Hambali

Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, BATAN wira@batan.go.id

ABSTRAK

PEMBUATAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 UNTUK SINTESA ATP BERTANDA 32P [(Y-32P)ATP]. Saat ini penggunaan 32P cukup luas tidak hanya untuk pengobatan tetapi dapat juga digunakan sebagai perunut dibidang kesehatan maupun pertanian. Selain itu juga diaplikasikan untuk kosmetika. Pembuatan radioisotop 32P dapat dilakukan dari iradiasi sulfur alam di reaktor nuklir melalui reaksi 32S(n,p)32P. Sulfur yang telah diiradiasi dilelehkan pada temperatur 130°C dan didestilasi pada temperatur 210-220°C. 32P yang terbentuk dipisahkan dengan menggunakan kolom kromatografi resin penukar kation Dowex AG 50 X-8 yang sudah dikondisikan dengan HCl 1N. Hasil pemisahan dianalisa dengan menggunakan TLC (Thin Layer Chromatography) PEI (Polyethylenimine) Cellulose sebagai fasa diam dan larutan KH2PO4 sebagai fasa gerak. Diperoleh kemurnian radiokimianya > 99,90 % sebagai

ortofosfat.

Katakunci: Radioisotop 32P, perunut, proses pemisahan, kemurnian radiokimia

ABSTRACT

This time the use of phosphorus-32 is wide enough not only for the treatment as well as a tracers for the field of health and agriculture. It is also applied to Cosmetics Pharmaceutical. Preparation of 32P radioisotope can be produce from natural sulfur irradiated 32S(n,p)32P nuclear reaction using nuclear reactors . After was irradiated sulfur melted at a temperature of 130 ° C and distilled at a temperature of 210-220 ° C.

32

P are formed separated using column chromatography cation exchange resin Dowex AG 50 X-8 which have been conditioned with a 1N HCl. The purification results be analyzed by using TLC (Thin Layer Chromatography) PEI (Polyethylenimine) Cellulose as stationary phase and the solution was KH2PO4 as mobile phase.

Radiochemical purity as othophosphoric acid more than 99.90% as orthophosphoric.

Keywords: Phosphorus-32 radioisotope, tracer, purification process, radiochemical

purity

PENDAHULUAN

adioisotop 32P mempunyai waktu paruh 14,26 hari, merupakan pemancar β- dengan energi

1,71 MeV (Emax) dan 0,6949 MeV (Eav) yang

dihasilkan dari reaksi nuklir 32S(n,p)32P, dari bahan sasaran sulfur alam. Penggunaan radioisotop 32P cukup luas, tidak hanya untuk pengobatan tetapi juga sebagai perunut (tracer) baik untuk kesehatan atau pun pertanian. Dalam bidang pertanian radioisotop 32P dapat digunakan untuk perunut gerakan pupuk di sekitar tanaman setelah ditabur. Gerakan pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam tumbuhan dapat ditelusuri dengan

mencampurkan radioisotop 32P ke dalam senyawa fosfat dalam pupuk. Dengan cara ini dapat diketahui pola penyebaran pupuk dan efektifitas pemupukan. Sedangkan dalam bidang kesehatan 32P dalam bentuk Na2H

32

PO4 digunakan dalam terapi

polisitemia vera dan leukimia juga digunakan untuk

pereda nyeri tulang pada metastasis. Dalam industri kosmetika radioisotop 32P digunakan untuk pengobatan keloid. Keloid pada dasarnya adalah jaringan parut yang tumbuh tanpa dapat dikontrol setelah kulit sembuh dari luka. Teknik yang digunakan dengan menempelkan plester kebagian kulit yang terdapat keloid yang sudah mengandung radioisotop 32P, dosis dan lama waktu penempelan

(2)

tergantung dari ketebalan keloid yang akan dihilangkan. Sebagai pelacak penyakit akibat infeksi atau ketidaknormalan genetik didiagnosa dengan mendeteksi deret asam nukleatnya yang spesifik untuk setiap penyakit, meliputi PCR

(polimerase chain reaction) dan hibridisasi dot blot

menggunakan nukleotida rantai pendek ATP bertanda radioaktif 32P yaitu [γ-32P]ATP[6,7,8,9].

Radioisotop 32P dapat dibuat dengan 2 metoda, yaitu destilasi kering dan destilasi basah[1]. Metoda destilasi kering dilakukan dengan pemanasan langsung dari target yang terdapat dalam ampul kuarsa pada temperatur 130°C, sedangkan dengan metoda destilasi basah target yang sudah diiradiasi dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dipanaskan sampai timbul uap putih dan dibiarkan selama ± 12 jam sebelum dilakukan pemisahan[1,2,3,4].

Dalam pembuatan radioisotop 32P ini dilakukan metoda destilasi kering, dengan cara Sulfur yang sudah diiradiasi dilelehkan dalam ampul kuarsa pada temperatur 130°C sehingga sulfur mencair. Ampul kuarsa yang berisi cairan sulfur ini dimasukkan ke dalam rangkaian alat destilasi. Kemudian, rangkaian alat destilasi ini dihubungkan dengan gas nitrogen, dan gas nitrogen dialirkan ke dalam sistem destilasi pada tekanan 1 – 5 mmHg. Gas nitrogen akan mendorong uap sulfur ke sistem penampung destilat sehingga sulfur tersublimasi. Destilasi sulfur dilakukan pada temperatur antara 180 - 200°C, membutuhkan waktu antara 2-3 jam sampai semua sulfur habis terdestilasi. Kemudian aliran gas nitrogen dimatikan dan labu destilasi dibiarkan dingin. Sisa destilasi yang terdapat pada ampul kuarsa dilarutkan dalam HCl 0,1 N dan dipanaskan pada temperatur 60 - 70°C, didapatkan H3

32

PO4. Hasil pelarutan

dimurnikan dari pengotornya dengan melewatkan ke dalam kolom penukar kation Dowex AG 50 (1x8)[1,2,3]. Kemurnian radiokimia radioisotop 32P ditentukan dengan metoda kromatografi lapis tipis (TLC) menggunakan PEI (Polyethylenimine) Cellulose sebagai fasa diam dan larutan KH2PO4

sebagai fasa gerak. Sementara kemurnian radionuklida ditentukan dengan menggunakan spektrometri gamma[1,2,3,5]. Diharapkan dari proses metoda destilasi kering ini dapat diperoleh larutan

32P dengan kemurnian radiokimia yang tinggi (>

97,00%) tanpa pengotor radionuklida sehingga bisa diaplikasikan untuk sintesa nukleotida bertanda 32P [(Y-32P)ATP].

TATA KERJA

Alat dan Bahan kimia

Alat-alat yang digunakan adalah ampul kuarsa, rangkaian alat destilasi fosfor, kolom

bercorong yang berisi resin penukar kation Dowex

AG 50 (1x8) dari BioRad yang telah dikondisikan

dengan HCl 1N, plat TLC PEI Cellulose dari E.Merck, gas nitrogen, chamber untuk elusi plat

TLC, Sulfur dari E.Merck, larutan HCl 1 N, larutan

KH2PO4 1 M, dengan ph 3,5, aquabidest steril,

radiochromatography scanner AR-2000, dose calibrator Atom Lab 100TM dan spektrometri

gamma Ortex. Cara kerja

Preparasi kolom penukar kation Dowex 50 (1x8) 1. Ditimbang 10 gram resin kation Dowex 50

(1x8) di dalam beaker gelas 100 ml. Kemudian dicuci dengan aquabides 20 ml sambil diaduk dengan stirer, resin diendapkan dan dibuang airnya dengan cara dekantasi. Dilakukan dekantasi berulang sampai dianggap resin sudah bersih. Resin direndam dalam HCl 1M dan siap untuk digunakan.

2. Disiapkan kolom dengan corong, ukuran 1,0 x 7,0 cm, kolom diisi dengan glass wool dan resin penukar kation Dowex 50AG-X8 setinggi 2 cm dan ditutup kembali dengan glass wool. Kemudian kolom dikondisikan dengan 5 ml HCl 1M, sampai pH larutan yang keluar sama dengan pH larutan HCl 1M.

Proses penyiapan target Sulfur

Disiapkan ampul kuarsa dengan ukuran diameter dalam 1 cm, dan panjang 20 cm, ke dalam ampul kuarsa dimasukkan sulfur sebanyak 10 gram. Ampul kemudian ditutup dengan pengelasan dan dimasukkan ke dalam tabung iradiasi. Target siap diiradiasi di reaktor RS-GAS.

Proses pemisahan dan pemurnian radioisotop 32P

Sulfur yang telah diiradiasi dimasukkan ke dalam glove box khusus proses 32P. Kemudian ampul dipotong menggunakan pemotong kuarsa, dan ampul dipanaskan pada temperatur 120-130°C sampai semua sulfur meleleh dan mencair. Ampul kuarsa yang berisi lelehan sulfur ini dipasangkan ke dalam rangkaian alat destilasi. Dialirkan gas nitrogen ke dalam sistem destilasi dan pemanas dihidupkan pada temperatur antara 210-220°C. Proses destilasi dilakukan sampai semua sulfur habis terdestilasi, waktu yang diperlukan sekitar 2-3 jam. Residu yang terdapat pada ampul kuarsa dilarutkan dengan 4 ml HCl 1 N kemudian dipanaskan pada temperatur 60 - 70°C. Hasil pelarutan dan pemanasan dilewatkan ke dalam kolom penukar kation Dowex 50AG-X8 yang telah dikondisikan dengan HCl 1N. Filtrat ditampung sebagai fraksi 1. Ampul kuarsa dicuci dengan 4 ml HCl 1 N, dan dipanaskan kembali pada temperatur 60 - 70°C. Hasil pencucian dilewatkan ke dalam

(3)

kolom, filtrat ditampung sebagai fraksi 2. Pencucian ampul kuarsa diulang sampai aktivitas yang keluar dari kolom bisa diabaikan. Masing-masing fraksi diukur aktivitas dan kemurnian radiokimianya dengan dose calibrator dan radiochromatography

scanner.

Analisa dengan radiochromatography scanner Dicuplik 1µl larutan P-32 yang sudah dimurnikan ditotolkan ke atas plat TLC PEI

Cellulose, ditunggu sampai kering. Kemudian diisi

chamber dengan larutan KH2PO4 1 M ph 3,5,

dimasukkan plat TLC, dan dielusi dengan larutan KH2PO4 1 M sampai tanda yang telah ditetapkan.

Dan ditentukan kemurnian radiokimianya dengan menggunakan radiochromatography scanner. Analisa dengan spektrometri gamma

Hasil pemurnian radioisotop P-32 tersebut dicuplik 5 µl ditotolkan ke atas kertas whatman, ditunggu sampai kering, kemudian dianalisa kemurnian radionuklidanya dengan spektrometri gamma.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada proses yang telah dilakukan seperti terlihat pada Gambar 1. Sulfur dalam ampul kuarsa yang sudah diiradiasi yang masih berbentuk padatan dilelehkan dalam chamber yang sudah dililit dengan heating tape pada temperatur 130°C. Pada Gambar 2. Sulfur berubah bentuk menjadi cairan setelah dilelehkan, kemudian ampul kuarsa yang berisi cairan sulfur ini dipasangkan ke dalam rangkaian alat destilasi seperti pada Gambar 3.

Gambar 1. Sulfur yang telah diiradiasi dilelehkan dalam pemanas

Gambar 2. Sulfur yang telah dilelehkan dipasang pada alat destilasi

Gambar 3. Proses destilasi pada skala pemanas 220 Volt

Dilakukan proses destilasi sulfur hasil iradiasi yang sudah dilelehkan pada temperatur 210 – 220°C untuk memisahkan sulfur dari radioisotop

32P yang terbentuk seperti terlihat pada Gambar 3.

Pada rangkaian alat destilat terbentuk warna kuning menandakan uap sulfur yang terbentuk tersublimasi menjadi padatan karena adanya dorongan oleh gas nitrogen dan masuk ke dalam tabung penampung.

Pada Gambar 4. dilakukan pemisahan antara Sulfur yang tersisa dari proses destilasi dengan radioisotop 32P yang terbentuk. Endapan dilarutkan dengan 4 ml HCl 1N dan dipanaskan pada temperatur 60 - 70°C. Dilakukan pemisahan dengan menggunakan kolom penukar kation Dowex AG 50 X-8 seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 4. Hasil destilasi dilarutkan dengan HCl 1M 4 ml

Gambar 5. Hasil pelarutan dilewatkan kolom Dowex AG 50W-X8 yang telah dikondisikan dengan HCl 1 M 4 ml

(4)

Radioisotop 32P yang diperoleh dari hasil pemisahan tersebut ditentukam kemurnian radiokimianya menggunakan kromatografi lapis tipis (TLC) PEI Cellulose sebagai fasa diam dan larutan KH2PO4 1 M ph 3,5 sebagai fasa gerak.

Kemurnian radiokimianya dihitung dengan menggunakan radiochromatography scanner.

Gambar 6. Radiokromatogram radioisotop 32P hasil pemisahan

Radioisotop 32P yang diinginkan adalah dalam bentuk ortofosfat (PO43-) , dari data pustaka

diketahui bahwa ortofosfat mempunyai nilai Rf 0,6

sedangkan polifosfat (-PO4-PO4-) mempunyai nilai

Rf 0,2, pirofosfat (P2O72-) nilai Rf 0,4 dan

metafosfat (PO3-) mempunyai nilai Rf 0,0[1]. Hasil

analisa radiochromatography scanner radioisotop

32

P hasil destilasi ditampilkan pada Gambar 6. Mempunyai nilai Rf 0,696, sementara untuk nilai Rf

dari polifosfat, pirofosfat dan metafosfat tidak terlihat. Hal ini menunjukkan bahwa radioisotop 32P yang dihasilkan dari proses destilasi dan pemisahan dalam bentuk senyawaan kimia H332PO4 dengan

kemurnian 99,90 %.

Gambar 7. Alat spektrometri gamma yang digunakan untuk analisa kemurnian radioisotop 32P

Sedangkan untuk analisa kemurnian radionuklida menggunakan alat spektrometri gamma seperti pada Gambar 8. Hasil analisa kemurnian radionuklida dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 8. Sepktrum hasil analisa radionuklida 32P dengan spektrometri gamma

Dari gambar tersebut radionuklida pengotor

33

P dan 35S tidak terdeteksi. Hal ini ditampilkan dari analisa spektrometri gamma tidak ditemukan energi

33P (250 keV) dan 35S (167 keV). Dengan demikian

radioisotop 32P yang dihasilkan tidak mengandung radionuklida pengotor.

Hasil pembuatan radioisotop 32P dengan metoda destilasi kering dan proses pemisahan menggunakan kolom penukar kation Dowex AG 50 X-8, hasil analisanya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil pengukuran masing-masing fraksi hasil pemisahan radioisotop 32P

Senyawa Fosfat Aktivitas (mCi) Kemurnian, % radiokimia radionuklida33P 35S Metafosfat -- Ttd Ttd Ttd Polifosfat -- ttd Ttd Ttd Pirofosfat -- ttd Ttd Ttd Ortofosfat 573 99,90 Ttd Ttd Dari Tabel 1. ditunjukkan bahwa radioisotop 32P yang dihasilkan menggunakan destilasi kering mempunyai kemurnian 99,90% dan tidak mengandung radionuklida pengotor. Hal ini menunjukkan radioisotop 32P dapat digunakan untuk sintesa nukleotida ATP bertanda 32P

[(Y-32

P)ATP], karena tidak mengandung radionuklida pengotor dan kemurnian radiokimianya > 97%[5]. KESIMPULAN

Pembuatan radioisotop 32P dengan metoda destilasi kering memberikan hasil seperti pada

(5)

Tabel 1. dimana aktivitas yang diperoleh 573 mCi, kemurnian radiokimia 99,90 %, sementara pengotor radionukliada tidak terdeteksi. Radioisotop 32P yang dihasilkan tersebut sudah memenuhi syarat untuk digunakan dalam sintesa nukleotida bertanda 32P [(Y-32P)ATP].

DAFTAR PUSTAKA

1. IAEA TECDOC 1340, “Manual for Reactor Produced Radioisotopes”, IAEA January 2003. 2. J.N Buttler, W.Y Gissel,”Separation of

Phosphorus32 from Sulfur32”, Oak Ridge National Laboratory, United State Atomic Energy Commission.

3. Kichizo Tanaka, ”Preparation of 32P Using the Szilard Chalmers Effect”, Radioisotop Production Laboratory JAERI, Tokaimura, Ibaraki.

4. Soeroto Ronodirdjo, Djali Ahimsa,”Isolasi dan Pemurnian Radioisotop Berumur Pendek di Pusat Reaktor Bandung”, Pusat Reaktor Atom Bandung.

5. Dr. Fuminori Sakamoto, “Novel Approach for the Effective Synthesis Method of 32P Labeled Nucleotides”, JAERI, Japan.

6. Vogel “Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis” Longman Group Limited, London 1979.

7. Rohadi Awaludin, “Mencari Jejak Menggunakan Radioisotop”, Berita Iptek, http://beritaiptek.istecs.org/mencari-jejak-menggunakan-radioisotop/

8. Maria Lina R, Budiman Bela, dan Andi Yasmon, ”Deteksi Mutasi Gen KATG (Mycobacterium Tuberculosis) dengan Metode PCR (Polymerase Chain Reaction) – Hibridisasi

Dot Blot menggunakan Pelacak Oligonukleotida

Bertanda 32P”, Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi Vol. 5 No. 1 Juni 2009.

9. Wira Y Rahman, Endang Sarmini, Herlina, dkk, ”Sintesa ATP Bertanda P-32 Sebagai Perunut Biologi Molekul”, Pertemuan Ilmiah Radioisotop, Radiofarmaka dan Siklotron, 2010

TANYA JAWAB Suparjono M

 Dari hasil destilasi produknya 99,9%, yang 0,1% pengotornya apa saja, mohon penjelasannya

Wira Y Rahman

 Kemungkinannya adalah metafosfat atau

pirofosfat (Rf 0,4), dari radiokromatogram tidak bisa ditentukan dengan pasti dan biasanya tidak mungkin kita bisa mendapatkan hasil yang betul-betul murni, selalu mempunyai kisaran.

Prayitno

 Apakah ada perbedaanya jika dilakukan dengan destilasi basah?

 Apa kelebihan destilasi kering dibandingkan dengan destilasi basah?

Wira Y Rahman

 Metoda destilasi basah, sulfur yang sudah

diiradiasi dilarutkan dengan HCl panas dan dipanaskan sampai timbul uap putih, dibiarkan semalam kemudian hasilnya dipisahkan menggunakan kolom Dowex AG 50W-X8 yang akan memisahkan pengotornya, dari hasil uji kemurnian dengan metoda ini berada di bawah 90%. Sedangkan dengan metoda destilasi kering, sulfur dilelehkan dan diuapkan sampai habis sehingga benar-benar terpisah dan fosfor-32 terbentuk sebagai destilat. Dari uji analisis diperoleh kemurnian > 95% dan tidak mengandung radionuklida lain sebagai pengotor.

 Destilasi kering lebih mudah dan aman karena

terkungkung dalam rangkaian alat destilasi dan sulfur yang telah tersublimasi dapat digunakan lagi sebagai bahan sasaran setelah didiamkan selama beberapa waktu.

Gambar

Gambar  1.  Sulfur  yang  telah  diiradiasi  dilelehkan  dalam pemanas
Gambar  7.  Alat  spektrometri  gamma  yang  digunakan  untuk  analisa  kemurnian  radioisotop 32P

Referensi

Dokumen terkait

Kali ini, limbah kulit buah pisang yang ternyata memiliki kandungan antioksidan lebih tinggi dari daging buahnya, sehingga diinovasi oleh mahasiswa UNAIR

Penulis menyimpulkan dari beberapa pemikiran tersebut, bahwa aksiologi pendidikan Islam merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan melalui

Oleh karena itu akibat tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa, perkara tersebut diproses ke Pengadilan Negeri Kebumen, yang kemudian oleh Penuntut Umum

- Para Tokoh Adat dan Pimpinan Lembaga Adat se-Kalimantan Barat; - Hadirin dan Undangan yang berbahagia. Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua. Mengawali sambutan

Tingkat pengangguran perempuan (9%) mendekati laki-laki (8 %) dan menurun lebih cepat, sementara proporsi perempuan terhadap total pengangguran lebih rendah dan

Telah dilakukan juga ekperimen terhadap alat RFB yang menggunakan sudu-sudu pada distributornya.Untuk pelaksanaan eksperimen ini pertama kali motor diesel akan di uji

Hasil tersebut menunjukkan bahwa data dari variabel persepsi gaya kepemimpinan partisipatif dengan komitmen organisasi dalam penelitian ini linier karena signifikansi

Keluhan lain berupa itu pendengaran penderita menurun dan berat ringan ketulian tergantung dari patologi yang terjadi .Penurunan pendengaran terjadi akibat (a) sekret