• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan hingga akhir hayatnya. Pendidikan merupakan elemen yang penting bagi berlangsungnya hidup suatu bangsa. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan peranannya dalam masyarakat. Pendidikan menjadi tolok ukur keberhasilan suatu bangsa. Pembangunan akan maju apabila didukung dengan pendidikan yang bermutu. Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pembelajaran berlangsung efektif dan peserta memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya. Di dalam Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dikemukakan pengertian dari pendidikan yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Bangsa kita dituntut untuk dapat mempersiapkan diri khususnya dalam mempersiapkan SDM yang unggul, padahal faktor utama yang menentukan mampu tidaknya bersaing adalah SDM yang memiliki kompetensi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu menghasilkan produk unggul. Karena itu, mempersiapkan SDM harus dilaksanakan secara sungguh dan terencana dengan baik. Jenis pendidikan yang dibutuhkan untuk situasi seperti sekarang adalah pendidikan yang dapat membekali peserta didik, melalui ketramplian aplikatif yang dikemudian hari bisa dirasakan dalam lingkungan masyarakat. Eksistensi pendidikan akan menentukan kualitas sumber daya manusia. Indikasi sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya adalah terbentuknya tenaga kerja profesional yakni terampil dan ahli dalam bidangnya. Salah

(2)

satu lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga profesional adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan juga bahwa Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Pendidikan profesionalisme tidak dapat sepenuhnya dapat dilakukan oleh sekolah. Kegiatan profesional bisa dicapai salah satunya melalui kegiatan langsung melakukan kegiatan sesungguhnya. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan menggariskan bahwa arah pengembangan pendidikan kejuruan pada SMK akan dibangun dan didorong sehingga mampu menuntaskan misinya dengan tujuan yang terukur, yaitu : (1) menghasilkan lulusan yang memiliki bekal ketrampilan kompetensi tertentu, (2) menghasilkan lulusan yang profesional untuk dapat mengisi keperluan industrialisasi dan pembangunan nasional, dan (3) menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan iptek dan mampu meningkatkan kualitas dirinya secara berkelanjutan.

Pada sisi lain, keadaan pendidikan kejuruan yang ada saat ini cukup memprihatinkan. Keadaan ini ditandai dengan adanya isu bahwa terdapat kesenjangan antara pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki lulusan pendidikan kejuruan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet (dalam Warseno, 1997) yang mengatakan bahwa penyiapan tenaga kerja lewat jalur pendidikan kejuruan masih mengandung banyak kelemahan, baik tingkat konsep maupun pada praktiknya.

Salah satu pembaharuan yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mencanangkan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yaitu sebuah sistem program

(3)

pembelajaran siswa diluar sekolah yang disusun bersama-sama antara sekolah dengan dunia kerja yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan sebagai kontribusi nyata dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan di SMK. Pendidikan Sistem Ganda merupakan salah satu model pendidikan yang dipandang mampu menjembatani dan paling efektif untuk mendekati kesesuaian antara penyediaan dan permintaan (supply and demand) ketenagakerjaan (Dit. Dikmenjur, 1993 : 3). Sistem ini juga sesuai dengan kebijaksanaan Kementrian Pendidikan tentang keterkaiatan dan kesepadanan (link and match) antara dunia pendidikan dan dunia industri. Pendidikan Sistem Ganda memiliki tujuan-tujuan penting sehingga bisa membentuk lulusan yang berkualitas diantaranya adalah memberikan gambaran awal tentang dunia kerja dan memberikan wawasan baru yang tidak di dapat di bangku sekolah. Pendidikan Sistem Ganda merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyelaraskan atau membandingkan ilmu yang sudah didapat di sekolah dengan yang ada di lapangan. Dalam kegiatan Pendidikan Sistem Ganda ini para siswa dituntut untuk mampu hidup ditengah – tengah masyarakat dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah – masalah yang dihadapi. Oleh karena itu Pendidikan Sistem Ganda ini sangat penting bagi para siswa, karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat serta lapangan pekerjaan yang semakin sulit. Maka diharapkan dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda ini para siswa mendapat pengalaman serta pengetahuan yang lebih luas dalam dunia kerja yang nantinya setelah keluar sekolah dapat temotivasi untuk memciptakan lapangan kerja sendiri. Saat ini salah satu program yang merupakan bagian dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda adalah Praktek Kerja Industri atau lebih dikenal denga Prakerin.

Sebagai gambaran penelitian ini mengambil SMK Negeri 3 Pacitan. Sekolah yang awalnya merupakan SMP N 5 Pacitan / SLTP 5 Pacitan ini beralih fungsi menjadi SMK

(4)

N 3 Pacitan pada tanggal 08 Januari 2002 yang beralamat di Jl. Letjend Soeprapto No. 47 Pacitan Jawa Timur tersebut kini semakin maju dan semakin menjadi salah satu sekolah kejuruan bidang teknologi yang diminati oleh lulusan siswa menengah pertama. Mempunyai lima jurusan yaitu Teknik Mekanik Otomotif (Teknik Speda Motor dan Teknik Kendaraan Ringan), Teknik Audio Video, Teknik Jasa Boga, Teknik Busana Batik, dan Teknik Pengolahan Hasil Perikanan. Guna menunjang sarana belajar mengajar di SMK, pihak sekolah telah menyediakan berbagai fasilitas pendukung. Adapun fasilitas yang disediakan adalah Bengkel Otomotif + Unit Produksi, Bengkel Audio ,Video Lab Tata Busana + Unit Produksi, Lab Restoran + Unit Produksi, Lab Pengolahan Hasil Perikanan, lab Komputer, Hotspot Area, Radio Pendidikan MP3 FM, TV Edukasi, Bursa Kerja Khusus (BKK), peralatan musik lengkap, lapangan olah raga, ruangan ekstra kurikuler dan sarana umum lainnya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap salah satu anggota kelompok kerja prakerin di SMK Negeri 3 Pacitan pada tanggal 9 Januari 2013 diketahui bahwa dalam proses pengelolaan Prakerin dilaksanakan kurang lebih sama dengan pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya. Proses yang dilakukan meliputi pembentukan panitia, penyebaran angket wali murid, pemetaan awal, pembentukan pendamping Prakerin, pembekalan siswa, pelaksanaan, monitoring, pelaporan, dan evaluasi. Dalam pelaksanaannya permasalahan yang sering dihadapi adalah ketidakcocokan peserta dengan dunia usaha/industri, pembimbingan yang kurang optimal, dan tidak dilaksanakannya uji kompetensi. Tentunya permasalahan seperti di atas perlu ditindaklanjuti agar pelaksanaan program selanjutnya dapat berjalan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.

(5)

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan terhadap pelaksanaan Prakerin pada jurusan Teknologi Kendaraan Ringan SMKN 3 Pacitan Jawa Timur.

B. Identifikasi Masalah

Masalah–masalah yang dapat diidentifikasi dalam penyelenggaraan Prakerin antara lain:

1. Pengelolaan Administrasi Prakerin

Kesiapan administrasi sangat diperlukan dalam menghadapi pelaksanaan Prakerin. Dengan handalnya administrasi atau manajemen sekolah akan memudahkan terjalinnya hubungan antara sekolah dan industri sebagai pasangannya. Penelitian yang dilakukan oleh Supardi (1996) menunjukkan bahwa tingkat kesiapan administrasi Prakerin mencapai rata-rata 69,33 % termasuk dalam kategori sedang. Aspek kesiapan perencanaan prosedur pelaksanaan Prakerin mencapai kategori sedang (58,33 %) dan aspek kesiapan pengarahan kepada siswa dalam rangka pembekalan baru mencapai tingkat sedang, yaitu 50 %. Dari gambaran tersebut seharusnya sekolah yang sudah menyelenggarakan Prakerin sejak lama dalam pengelolaan administrasi dapat optimal. Suharsimi Arikunto (1988:30) mengemukakan menurut pengertian modern administrasi adalah suatu usaha bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektf dan efisien menggunakan dana dan daya yang ada. Berdasarkan uraian tersebut seharusnya kesiapan administrasi Prakerin merupakan ketersediaan usaha dan kegiatan yang meliputi pengelolaan, pengaturan, dan manajemen untuk mencapai tujuan Prakerin secara efektif dan efisien yang berhubungan dengan kegiatan kantor atau tata usaha, yang ditandai dengan kesiapan prosedur perencanaan pelaksanaan Prakerin,

(6)

pembentukan organisasi dan penujukan personel pengelola Prakerin, adanya koordinasi pelaksanaan Prakerin, pelaksanaan pengarahan kepada siswa, dan kesiapan dana atau biaya Prakerin.

2. Kesiapan Guru Pembimbing

Sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan dalam pelaksanaan sistem ganda pada SMK, guru merupakan petugas yang sangat vital keberadaannya. Guru pembimbing mempunyai tugas mempersiapkan, mengarahkan, memotivasi, melatih, menilai, dan membimbing siswa peserta Prakerin dalam melaksanakan kegiatan komponen pendidikan (Dit. Dikmenjur, 1995 : 3). Untuk meningkatkan kemampuan pembimbing perlu kalangan industri membuka diri dan bersedia menerima dan melibatkan guru SMK pada industri.

Penelitian yang dilakukan oleh Supardi (1996) menyimpulkan bahwa tingkat kesiapan guru pembimbing siswa peserta Prakerin mencapai rata-rata 73,21 %, dan belum ada aspek kesiapan yang mencapai 100%. Sedangkan menurut Wardiman Djojonegoro (dalam Warseno, 1997) bahwa salah satu kurang hambatan yang dialami pada pelaksanaan program Prakerin adalah kurangnya pengalaman dan kemampuan guru pembimbing dalam membimbing siswa di industri. Jujur diakui beberapa siswa SMK bahwa guru pembimbing Prakerin, kurang memberikan bimbingan walaupun terdapat jadwal yang sudah ditentukan. Hal ini dikarenakan kesibukan guru pembimbing di sekolah.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kesiapan guru pembimbing belum sepenuhnya optimal dan belum dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Untuk dapat menjadi seorang guru pembimbing Prakerin, guru harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan ketentuan dari Depdikbud (Dit. Dikmenjur, 1995:3). Kemampuan guru pembimbing yang perlu dimiliki dalam hal ini meliputi sepuluh

(7)

jenis, yaitu : menguasai bahan, mengelola program mengajar, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa, mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran. 3. Pembiayaan

Pelaksananaan Prakerin tentunya juga memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit guna menunjang program tersebut. Irwanto (2004) Pembiayaan pelaksanaan Prakerin meliputi operating cost dan capital cost. Operating cost merupakan biaya operasional pelaksanaan Prakerin, yang dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : biaya persiapan meliputi pembekalan/orientasi, administrasi perizinan; biaya pelaksanaan ,meliputi honor dan transportasi pembimbing dalam melaksanakan monitoring, asuransi peserta; biaya uji kompetensi, yaitu honor penguji, sertifikasi, administrasi dan evaluasi kegiatan. Sedangkan capital cost merupakan biaya tetap yang harus ada dalam pelaksanaan Prakerin. Biaya ini meliputi fasilitas, bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Prakerin di industri. Mengingat aktivitas praktik sebagian besar dilakukan di dunia usaha/industri, maka capital cost pada dasarnya ditanggung oleh industri terkait.

Menurut (Djauhari, 1997:19) mengatakan bahwa pembiayaan pendidikan kejuruan dibagi menjadi dua yaitu: (1) segala bentuk pembiayaan yang diakibatkan oleh pelatihan yang diselenggarakan di perusahaan ditanggung oleh perusahaan; dan (2) segala bentuk pembiayaan yang dibutuhkan untuk pendidikan di sekolah kejuruan ditanggung oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Sophia Daitupen (1997) menunjukkan bahwa dana untuk pembiayaan operasional pelaksanaan Prakerin STM Budya Wacana dan STM Panca Sakti mendapat dana khusus dari yayasan, namun karena keterbatasan dana tersebut sekolah masih memungut iuran dari orang tua

(8)

siswa. Seharusnya kalau kita mengacu sesuai peraturan yang ada telah disebutkan bahwa Berdasarkan Permendiknas No 69 Tahun 2009 Tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Biaya operasi nonpersonalia meliputi: biaya alat tulis sekolah (ATS), biaya bahan dan alat habis pakai (BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan, biaya daya dan jasa, biaya transportasi/perjalanan dinas, biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaan siswa/ekstra kurikuler, biaya uji kompetensi, biaya praktek kerja industri, dan biaya pelaporan. Biaya praktek kerja industri (prakerin) adalah biaya untuk penyelenggaraan praktek industri bagi peserta didik SMK.

Dari uraian tersebut sudah jelas bahwa tentunya segala pembiayaan operasional pelaksanaan Prakerin seperti buku panduan, buku kegiatan, surat menyurat, monitoring, evaluasi, uji kompetensi, dan sertifikat sepenuhnya diusahakan oleh sekolah dari alokasi dana yang sudah direncanakan sebelumnya sehingga tidak memberikan beban baru pada siswa calon peserta PSG.

4. Pelaksanaan Prakerin

Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan mengacu pada PP No. 17 Tahun 2010 sebagai acuan atau standar minimum yang harus dicapai. Isi program pendidikan dan pelatihan kejuruan tersebut harus disesuaikan dan diselaraskan dengan tuntutan lapangan kerja. Penyesuaian tersebut dilakukan bersama oleh SMK dengan institusi pasangannya dan hasilnya disepakati untuk dilaksanakan secara konsekuen. Kesepakatan program pendidikan dan pelatihan tersebut paling tidak

(9)

meliputi : (1) standar kemampuan tamatan program pendidikan dan pelatihan yang akan dilaksanakan dengan

dituntut dengan dunia kerja, atau persyaratan profesi tertentu, (2) standar pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk mencapai penguasaan standar kemampuan tamatan yang telah ditetapkan. Maka dari itu kesiapan mitra industri sebaga

pasangan SMK juga harus diperhatikan.

terdapat sinkronisasi antara kesiapan mitra industri dengan sekolah. Hal ini supaya program/kurikulum pelaksanaan

kapasitas mitra industri terkait.

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

(2008:2), Perancangan program prakerin tidak terlepas dari implementasi silabus ke dalam pembelajaran, yang membutuhkan metode, strategi dan evaluasi pelaksanaan yang sesuai. Rancangan prakerin sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan kesiapan dunia kerja mitra dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi tersebut. Hal ini diperlukan agar dalam pelaksanaannya, penempatan peserta didik untuk prakerin tepat sasaran s

bawah menunjukkan alur kerja perancangan program prakerin.

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dalam perancangan program prakerin perlu dilakukan analisis terhada

meliputi : (1) standar kemampuan tamatan program pendidikan dan pelatihan yang akan dilaksanakan dengan Prakerin harus jelas mengacu pada pencapaian yang dituntut dengan dunia kerja, atau persyaratan profesi tertentu, (2) standar pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk mencapai penguasaan standar kemampuan tamatan yang telah ditetapkan. Maka dari itu kesiapan mitra industri sebaga

pasangan SMK juga harus diperhatikan. Perancangan ini perlu dilakukan agar terdapat sinkronisasi antara kesiapan mitra industri dengan sekolah. Hal ini supaya program/kurikulum pelaksanaan Prakerin yang telah dirancang sesuai dengan

itra industri terkait.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Perancangan program prakerin tidak terlepas dari implementasi silabus ke dalam pembelajaran, yang membutuhkan metode, strategi dan evaluasi pelaksanaan Rancangan prakerin sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan erja mitra dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi tersebut. Hal ini diperlukan agar dalam pelaksanaannya, penempatan peserta didik untuk prakerin tepat sasaran sesuai dengan kompetensi yang akan dipelajari. Diagram di bawah menunjukkan alur kerja perancangan program prakerin.

Gambar 1. Diagram Alir Prakerin

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dalam perancangan program prakerin perlu dilakukan analisis terhadap kemampuan-kemampuan yang harus meliputi : (1) standar kemampuan tamatan program pendidikan dan pelatihan yang acu pada pencapaian yang dituntut dengan dunia kerja, atau persyaratan profesi tertentu, (2) standar pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk mencapai penguasaan standar kemampuan tamatan yang telah ditetapkan. Maka dari itu kesiapan mitra industri sebagai institusi Perancangan ini perlu dilakukan agar terdapat sinkronisasi antara kesiapan mitra industri dengan sekolah. Hal ini supaya yang telah dirancang sesuai dengan

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Depdiknas Perancangan program prakerin tidak terlepas dari implementasi silabus ke dalam pembelajaran, yang membutuhkan metode, strategi dan evaluasi pelaksanaan Rancangan prakerin sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan erja mitra dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi tersebut. Hal ini diperlukan agar dalam pelaksanaannya, penempatan peserta didik untuk esuai dengan kompetensi yang akan dipelajari. Diagram di

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dalam perancangan program kemampuan yang harus

(10)

dikuasai peserta didik berdasarkan tuntutan standar kompetensi/ kompetensi dasar yang tertera dalam silabus. Analisis dimaksudkan untuk mendapatkan informasi kompetensi apa saja yang dapat dipelajari di sekolah dengan fasilitas yang tersedia dan kompetensi apa saja yang dipelajari di dunia kerja. Sedangkan khusus untuk pelaksanaan Prakerin di SMK materi/isi pendidikan dan pelatihan meliputi lima komponen pokok (Faozan Alfi, 1992:21), yaitu : (1) komponen pendidikan umum (normatif), dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki karakter sebagai warga negara dan bangsa Indonesia, (2) komponen dasar penunjang (adaptif), untuk memberi bekal penunjang bagi penguasaan keahlian profesi, dan bekal kemampuan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahun adan teknologi, (3) komponen teori kejuruan, untuk membekali pengetahun tentang dunia teknik dasar keahlian kejuruan, (4) komponen praktik dasar profesi, yaitu berupa latihan kerja untuk menguasai teknik bekerja secara baik dan benar sesuai dengan tuntutan persyaratan keahlian profesi, (5) komponen keahlian praktik profesi, yang berupa kegiatan bekerja secara terpogram dalam situasi sebenarnya untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supardi (1996) menunjukkan bahwa aspek faktor penilaian terhadap pendukung dan partisipasi pihak industri menilai baru mencapai tingkat sedang (40,00 %). Artinya menurut pengetahuan pihak industri, bahwa faktor pendukung dan partisipasi terhadap program PSG baru sampai tingkat cukup dan masih harus ditambah lagi. Rendahnya penilaian pihak industri terhadap faktor pendukung dan partisipasi yang ada dapat berdampak buruk terhadap tanggung jawab dan kesediaan industri terhadap program pendidikan di waktu yang akan datang. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Supardi menunjukkan bahwa komponen kegiatan masing-masing industri pasangan juga berbeda-beda. Ada

(11)

beberapa industri hanya memberikan satu jenis komponen kegiatan saja, misalnya praktik dasar kejuruan atau praktik keahlian profesional. Ada beberapa industri yang memberikan hanya dua jenis komponen kegiatan, sedangkan beberapa industri yang lain memberikan lebih dari dua jenis komponen kegiatan, perbedaaan jenis komponen kegiatan Prakerin di industri ini dipengaruhi oleh bidang kerja industri yang bersangkutan. Industri yang melaksanakan proses produksinya dengan praktik keahlian profesional, siswa peserta Prakerin dilibatkan dalam praktik keahlian profesional juga.

Berdasarkan kenyataan pelaksanaan Prakerin di lapangan dapat diketahui bahwa mitra industri masih rendah tingkat kesiapannya dalam pelaksanaan Prakerin begitu juga dengan pelaksanaan komponen-komponen materi/isi pendidikan dalam pelaksanaan PSG mitra industri belum dapat melaksanakan sepenuhnya.

5. Kelengkapan Fasilitas Praktik di Dunia Usaha/industri

Kegiatan praktik dalam Prakerin dilakukan sepenuhnya di DU/DI. Untuk mendukung tercapainya pelajaraan praktik dibutuhkan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai seperti bahan praktik, alat-alat perkakas industri, mesin-mesin, dll. Apabila fasilitas praktik kurang memadai dan tidak lengkap sesuai kebutuhan di bidangnya, sangat mungkin terdapat banyak kelemahan dalam komponen praktik dasar kejuruan siswa. Fasilitas praktik suatu industri sangat ditentukan oleh jenis dan besarnya industri yang bersangkutan. Namun secara umum fasilitas praktik yang harus tersedia di dunia usaha/industri antara lain adalah ruang, alat, bahan, dan alat keselamatan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Supardi (1996) menunjukkan bahwa tingkat kesiapan DU/DI pada faktor kelengkapan praktik baru mencapai tingkat sedang (51,43 %). Tingkat kesiapan paling tinggi dicapai pada asapek keadaan bahan

(12)

praktik yaitu 65 % dalam kategori tinggi. Sedangkan kesiapan paling rendah adalah pada aspek kelengkapan peralatan praktik yaitu 40 % termasuk dalam kategori sedang. Kelengkapan peralatan praktik yang dimaksud meliputi jumlah peralatan yang tersedia, adanya buku petunjuk pemakain alat (manual book), adanya lembar kerja (job sheet), gambar kerja atau sketsa-sketsa yang mendukung kegiatan praktik. Pihak Industri tidak menyediakan sarana khusus untuk latihan kerja siswa baik ruang, alat, bahan, maupun sarana lainnya. Jadi latihan kerja siswa di industri didukung dengan fasilitas kerja sehari-hari yang telah ada sebelumnya sehingga beberapa industri terbukti memiliki tingkatan kelengkapan fasilitas sangat rendah.

Kelengkapan fasilitas praktek di dunia usaha/industri juga harus disesuaikan dengan kompetensi yang ditetapkan. Peran kelompok kerja PSG dalam mencari mitra harus lebih ditingkatkan. Dunia usaha/industri yang akan dijadikan mitra usaha tentunya harus merupakan dunia industri yang memiliki komitmen ikut memajukan pendidikan dan tentunya yang memiliki fasilitas yang cukup memadai. Berdasarkan Keputusan Mendikbud No. 323/U/1997 diatur bahwa untuk dapat menjadi mitra industri sekolah yang menyelenggarakan PSG, harus memiliki tempat dan peralatan kerja dan memiliki instruktur atau pembimbing atau tenaga yang dapat melaksanakan tugas sebagai instruktur atau pembimbing. Lebih lanjut kelengkapan fasilitas praktek di SMK mengacu berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menegah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).

6. Uji Kompetensi dan Sertifikasi Prakerin

Uji kompetensi adalah suatu proses pengukuran dan penilaian penguasaan keahlian seseorang, berdasarkan standar yang berlaku di lapangan pekerjaan tertentu dan atau atas dasar kesepakatan kebutuhan lapangan kerja tertentu (Depdikbud,

(13)

1996:4). Sertifikasi adalah pemberian sertifikat kepada tamatan atau siswa yang telah dapat menguasai kemampuan standar atau keahlian kejuruan yang diperoleh melalui ujian kompetensi (Depdikbud, 1995:8). Uji kompetensi dan sertifikasi Prakerin perlu dilakukan pada siswa yang telah melaksanakan Prakerin sebagai bentuk upaya tingkat pencapaian kompetensi yang diharapkan. Salah satu tujuan uji kompetensi ini adalah untuk mengetahui ketercapaian kompetensi siswa selama melaksanakan PSG di dunia industri. Apabila dinyatakan lulus atau memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan maka siswa tersebut berhak untuk mendapatkan sertifikat kelulusan kompetensi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohadi (1999) menunjukkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi oleh Jurusan Elektronika SMK se-Kotamadya Yogyakarta dalam pelaksanaan uji kompetensi antara lain adalah kurangnya perhatian serta peran serta pihak dunia usaha/industri. Hal ini terutama dapat dilihat dari peran dunia usaha/industri yang masih kurang dalam mempersiapkan materi ujian. Materi ujian yang seharusnya dikerjakan secara bersama oleh pihak sekolah dengan pihak industri, dalam kenyataannya hanya pihak sekolah saja yang secara bersungguh-sungguh mempersiapkannya sehingga bobot materi yang diujikan perlu dipertanyakan lebih lanjut. Warseno (1997) dari hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa pencapaian pelaksanaan sertifikasi PSG di jurusan bangunan sebanyak 2,81 %, listrik 3,1 %, mekanik umum 2,19 %, dan otomotif 2,19 %. Sedangkan besarnya presentase rerata adalah 13,13 %. Data tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan sertifikasi Prakerin di SMK 2 Klaten masih tergolong rendah. Hal yang sama juga dilami oleh SMK se-kodya Surabaya dalam penelitian yang dilakukan oleh Joko (1996) yang menyatakan bahwa evaluasi pelaksanaan Prakerin terkategori kurang baik.

(14)

Menurut Depdikbud (1995) pelaksanaan uji kompetensi adalah sebagai berikut : (1) materi ujian dikeluarkan oleh badan tertentu yang diakui sebagai badan yang mengeluarkan sertifikat, (2) pihak sekolah dan tim penguji merumuskan pengajaran bahan pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar sebagai persiapan bagi calon peserta uji kompetensi, (3) perangkat soal ujian kompetensi disiapkan oleh unsur dunia industri, lembaga profesi, dan sekolah, (4) ujian kompetensi dilakukan bersama oleh sekolah, dunia industri, dan asosiasi profesi, (5) ujian kompetensi dilaksanakan secara bertahap sesuai daya kesiapan dan kemampuan sekolah. Bagi peserta didik yang dinyatakan lulus, akan diberikan sertifikat yang akan diterbitkan oleh Tim Uji Profesi. Sertifikat ini diharapkan selain menjelaskan keahlian profesional yang dikuasai oleh pemiliknya, sekaligus mengakui kewenangan pemilik sertifikat tersebut untuk melaksankan tugas pada bidang profesi tertentu.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi Prakerin masih belum dilakukan secara optimal.

7. Monitoring dan Evaluasi

Dalam pelaksanaan program Prakerin, monitoring dan evaluasi perlu dilakukan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan program selanjutnya. Monitoring merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh guru pembimbing untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan Prakerin yang disepakati bersama antara sekolah dengan dunia kerja. Sedangkan evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui sejauh mana siswa peserta Prakerin mencapai tujuan (kemampuan yang diharapkan). Monitoring dilaksanakan bersama-sama antara guru pembimbing dengan instruktur dari dunia kerja. Monitoring sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program dan pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan

(15)

cara mendengar, melihat dan mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut.

Suherman dkk (1988) menjelaskan bahwa monitoring dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, untuk mengikuti perkembangan suatu program yang dilakukan secara mantap dan teratur serta terus menerus. Tujuan utama monitoring adalah untuk menyajikan informasi tentang pelaksanaan program sebagai umpan balik bagi para pengelola dan pelaksana program. Informasi ini hendaknya dapat menjadi masukan bagi pihak yang berwenang untuk: a) memeriksa kembali strategi pelaksanaan program sebagaimana sudah direncanakan setelah membandingkan dengan kenyataan di lapangan, b) menemukan permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan program, c) mengetahui faktor-faktor pendungkung dan penghambat penyelenggaraan program. Sedangkan menurut Direktur Pembinaan Sekolah Kejuruan (2008 : 11) Program Prakerin yang sudah dilakukan peserta didik perlu dievaluasi untuk melihat kesesuaian antara program dengan pelaksanaannya. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar untuk penyusunan program tindak lanjut yang harus dilakukan baik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik maupun terhadap program Prakerin. Evaluasi dilakukan dengan cara : (1) melakukan analisis hasil laporan yang dibuat oleh peserta didik dan hasil penilaian yang yang dilakukan oleh pembimbing dari Dunia Kerja, (2) paparan hasil prakerin setiap peserta didik. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa peserta PSG telah mencapai kemampuan yang ditetapkan. Materi pokok dalam evaluasi menyangkut aspek teknis maupun non teknis yaitu ketrampilan, prestasi, ketekunan, kerjasama, inisiatif, presensi kehadiran, disiplin, etika, dan tanggung jawab.

Irwanto (2004) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa monitoring dan evaluasi PSG dilakukan pada saat menjelang pelaksanaan praktik di industri.

(16)

Sehingga pada saat pelaksanaan Prakerin tidak dimanfaatkan sebaik mungkin untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Hal ini tentunya kurang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan monitoring yang seharusnya dilakukan secara periodik, sedangkan evaluasi dilaksanakan pada akhir program.

C. Batasan Masalah

Oleh karena luasnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini dan keterbatasan kemampuan peneliti, waktu, tenaga, dana, jadwal akademik serta banyaknya permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidian sistem ganda maka penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut :

1. Kesiapan sekolah terhadap Prakerin

Kesiapan ini berkaitan dengan kesiapan kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing. 2. Kesiapan Fasilitas Praktik di Industri

Hal ini berkaitan dengan ketersediaan sarana dan prasarana praktik di DU/DI 3. Pelaksanaan Prakerin

Hal ini berkaitan dengan segala program/kegiatan yang dilakukan oleh peserta Prakerin di dunia usaha/industri.

4. Pelaksanaan Monitoring Prakerin.

Hal ini berkaitan dengan kegiatan pendamping dalam melakukan monitoring pelaksanaan Prakerin di dunia usaha/industri.

5. Pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi Prakerin

Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi siswa peserta Prakerin.

(17)

6. Pelaksanaan Evaluasi Prakerin

Hal ini berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan Prakerin dari perencanaan hingga sertifikasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas maka peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kesiapan pelaksanaan Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan?

2. Bagaimanakah kesiapan fasilitas praktik di Industri dalam pelaksanaan Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan?

3. Bagaimanakah pelaksanaan Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan di dunia usaha/industri?

4. Bagaimanakah pelaksanaan monitoring Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan di dunia usaha/industri?

5. Bagaimanakah pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan?

6. Bagaimanakah evaluasi pelaksanaan Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan?

E. Tujuan Penulisan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Mengetahui tingkat kesiapan pelaksanaan Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan.

(18)

3. Mengetahui pelaksanaan Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan di dunia usaha/industri.

4. Mengetahui pelaksanaan monitoring Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan.

5. Mengetahui pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan.

6. Mengetahui evaluasi pelaksanaan Prakerin di Program Keahlian Teknologi Kendaraan Ringan SMK Negeri 3 Pacitan.

F. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan kejuruan baik secara teoritis maupun praktis antara lain:

1. Teoritis, diharapkan berguna sebagai bahan untuk memperjelas konsepsi tentang program Prakerin.

2. Praktis

a. Bagi peserta didik:

1) Dapat memahami maksud dan tujuan dilaksanakannya Prakerin

2) Dapat mempersiapkan diri lebih matang dalam hal materi, fisik, mental, dan ketrampilan sebelum atau ketika melaksanakan Prakerin.

b. Bagi guru:

1) Guru sebagai pendamping dapat meningkatkan kualitas pengelolaan Prakerin yang sesuai dengan peraturan

2) Guru sebagai pendamping dapat meningkatkan kualitas siswa setelah melaksanakan Prakerin

(19)

c. Bagi peneliti:

1) Sarana bagi peneliti untuk mengimplementasikan pengetahuan yang didapatkan selama kuliah serta menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti.

2) Memberikan kesempatan untuk melihat secara langsung masalah-masalah yang dihadapi Prakerin sekolah dalam proses pengelolaan Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 3 Pacitan.

3) Memberikan pengalaman dan pengetahuan mengenai hasil dari gambaran pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 3 Pacitan.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Prakerin

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berbeda dilakukan [4], yang membahas tentang sistem pendukung keputusan untuk penentuan pemenang tender, dalam hal ini metode Promethee digunakan

Sasaran Strategis/Pr ogram/Kegia tan Indikator Kinerja Cara Perhitungan Indikator Target Realisasi Capaian Predikat Satuan Tahun 2020 (%) 1 2 3 4 5 6 7 8

Hubungan bersifat sangat kuat karena memiliki nilai korelasi sebesar 0,843 (pada posisi interval koefisien korelasi 0,80 – 1,000) sementara hubungan antara

Dipihak lain terdapat tekanan untuk pembangunan behan yang lebih besar dengan Amerika Serikat (kalangan moderat/nasionalist), Pandangan-pandangan yang jauh melewati

pelayanan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner, sedangkan kepatuhan wajib pajak merupakan data sekunder yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama, agar

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman makroinvertebrata sebagai bioindikator kualitas perairan waduk Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung

4) Jika sumber itu merupakan karya tulis seseorang dalam suatu kumpulan tulisan banyak orang. Cara penulisan urut dimulai dari nama pengarang, tahun., judul kumpulan tulisan,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh kebiasaan sarapan terhadap tingkat pengetahuan, status gizi dan kemampuan daya ingat anak Sekolah Dasar Lamper