• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PANCASILA. Pembimbing : Drs. Tahajudin S. BERGAUL YANG LUHUR DENGAN KELOMPOK ATAU GOLONGAN LAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PANCASILA. Pembimbing : Drs. Tahajudin S. BERGAUL YANG LUHUR DENGAN KELOMPOK ATAU GOLONGAN LAIN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PANCASILA

Pembimbing :

Drs. Tahajudin S.

BERGAUL YANG LUHUR DENGAN

KELOMPOK ATAU GOLONGAN LAIN

Disusun oleh:

Nama : Roni Al Kautasar K

NIM : 11.11.5125

Kelompok : D

Progam Study/Jurusan : S1/Teknik Informatika

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Pendidikan Pancasila

STMIK AMIKOM

YOGYAKARTA

2011

(2)

PENDAHULUAN 1.1 Abstrack

Pergaulan pada saat ini masih terlihat kondisi yang kurang sesuai dengan pendidikan moral pancasila, yang masih jauh dari kondisi bermasyarakat yang tentram dan damai. Banyak diskiriminasi antar golongan ataupun kelompok. Seperti halnya dalam umat beragama. Masih banyak orang mengancam umat beragama yang lain untuk bisa mengerti dan mengikuti apa yang diyakini dari orang yang mengancam tersebut. Sampai-sampai melakukan hal-hal yang anarki. yang sebenarnya tindakan itu tidak ada baiknya. Bahkan memberikan pengaruh pada lingkungan sekitar yang tidak ikut bermasalah tetapi merasa dirugikan. Agama yang menjadi anutanya pun tidak ada yang mengajarkan hal-hal yang anarki seperti itu. Agama mengajarkan sesuatu yang baik. Permsalahan dasarnya adalah bagaimana cara akal dan moral disetiap individu yaitu kita manusia menjadi akal dan moral yang baik. Merubah kita dalam hal yang lebih baik, membuat pikiran kita berpikir pada hal yang lebih baik. Agar kita semua bisa merasakan bagaimana rasa ketentraman dan keharmonisan. Menghilangkan rasa diskriminasi atau sikap-sikap yang menciptakan perpecahan persatuan dan kesatuan yang telah kita miliki. Disini terdapat faktor pendukung untuk membuat setiap manusia menjadi seseorang yang berakal dan bermoral luhur, dengan mengerti isi dari pancasila, ketetapan-ketetapan hukum Negara, Teori-teori yang membina perilaku kita dan lain-lain.

1.2 Latar Belakang Masalah

Pancasila merupakan dasar pemikiran dari tokoh-tokoh pahlawan kita yang dibuat untuk memudahkan kita semua sebangsa dan senegara untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan menerapkan Pancasila pada diri kita. Pancasila juga telah menjadi acuan untuk pembuatan Undang-Undang Dasar 1945. Itu karena peraturan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dengan isi dari Pancasila tersebut, yang telah dijadikan sebagai ideologi dasar bagi Negara Indonesia. Bahwasanya Perilaku kita ini telah dibatasi sebagai warga Negara Indonesia. Pembatasan ini bukan seutuhnya menyekam kita dan harus berperilaku dengan apa yang diperintahkan dari Pemerintah. Pancasila dan UUD 1954 ini membantu kita untuk mudah menggapai kesejahteraan dan tujuan Negara kita. Kita harus menyadari kenapa

(3)

kita dilahirkan dan bagaimana kita menyelesaikan sesuatu masalah dengan cara yang seharusnya dilakukan.

Agama pun sebenarnya telah memberikan batasan juga kepada umat beragama yang masing-masing yakini. Dan batasan ini yang mendukung manusia menjadi lebih baik dalam berperilaku.

Tetapi dari kenyataanya, masih banyak yang kurang sesuai dari isi pancasila, yaitu sila pertama yang menyangkut agama dan moral.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas oleh penulis pada makalah ini yaitu “bagaimanakah cara berperilaku manusia yang bermoral luhur?”

1.4 Maksut Atau Tujuan

Dalam penenyusunan makalah ini, penyusun memiliki tujuan sebagai berikut : A. Meningkatkan martabat dan moral yang luhur;

B. Menghilangkan rasa dan sifat diskriminasi; C. Menciptakan keharmonisan dan Ketentraman;

D. Memiliki sikap yang bertoleransi dalam hal yang luhur; E. M memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi;

1.5 Metode Penyusunan

Untuk Penyusunan makalah ini, penyusun mencaari sumber berupa Buku-buka dan web, yang pada sumber tersebut manyangkut wancana makalah tentang Pancasila dan Kewarganegaraan.

1.6 Sistematika Penyusunan

Di dalam penyusunan makalah ini, penyusun menjadikan 3 bagian yang terdiri dari 3 bab yaitu :

A. Bab I yang memuat pendahuluan; B. Bab II yang memuat Isi;

(4)

BAB II ISI 2.1 Pendekatan

Disini kita akan menerangkan proses penyusunan makalah menggunakan metode pendekatan agar lebih efektif dan efisien.

2.1.1. Pendekatan Historis

Pancasila ialah merupakan dasar pemikiran bagi rakyat indonesia. Tidak diharuskan, tapi dianjurkan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk melakukan sesuatu dengan didasari Pancasila. Demi kepentingan individual dan sosial. Yang bila dilakukan, tujuan Negara pun semakin lebih dekat untuk dicapai dan dirasakan. Dan kesejahteraan pun juga kita dapat rasakan. Pancasila juga merupakan sistem. Dimana tiap-tiap sila yang ada pada pancasila memiliki fungsi tersendiri yang saling keterkaitan. Sila pertama yang berisikan Ketuhanan Yang Maha Esa ini bermaksudkan agar setiap warga Negara Indonesia memiliki agama. Ini dikarenakan seseorang yang memiliki agama akan sadar bila kita semua ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat yang sama. Sila kedua mengandung nilai kesadaran moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma dan kebudayaan terhadap diri-sendiri, sesama manusia, dan lingkungan. Sila ketiga berisikan tentang rasa atau sikap antarumat beragama, kelompok, golongan dan suku yang disatukan, dan membentuk satu persatuan yang didasari dari sila pertama dan isi sila kedua. Sila yang keempat merupakan bagaimana cara menyelesaikan masalah bersama yang bersifat bijak dan adil. Dan sila yang kelima merupakan tujuan bangsa dan negara, yang caranya itu didasari sila pertama, yang merupakan pendorong perilaku luhur, dan bisa memahami sila kedua, sila ketiga dan sila keempat, yang merupakan pembentukan moral dan cara penyelesaiaannya.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang mejemuk. Karena bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku, agama, golongan, kelompok dan lain-lain. Dan karena ini juga negara Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kemajemukan ini dapat mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, baik pengaruh positif maupun negatif.

Disiplin digunakn dalam beberapa pengertian, pertama yaitu sebagai kepatuhan, dan pengertian yang lain terdapat dalam kamus Webster, yaitu sebagai berikut :

(5)

B. Disiplin diartikan sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikandiri, berperilkau tertib, dan efisien;

C. Disiplin berarti suatu sistem peraturan atau metode berperilaku;

D. Disiplin berarti hukuman atau koreksi terhadap seseorang yang melanggar ketentuan peraturan yang dilakukan melalui latihan;

E. Disiplin diartikan sebagai hasil latihan pengendalian diri agar berperilaku tertib; F. Disiplin berarti cabang ilmu pengetahuan atau segala sesuatu yang diajarkan; Pada hahiktnya disiplin itu bagian dari pendidikan, dan pendidikan tersebut perlu dibiasakan pelaksanaanya, seperti norma-norma yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.

Kita perlu menghindari dari sikap-sikap yang sebagai berikut :

A. Sukuisme, yaitu sikap yang selalu mementingkan suku bangsa sendiri dan tak memperdulikan suku bangsa yang lain, akibatnya mennganggap suku bangsa sendiri yang paling baik;

B. Khauvinisme, Yaitu sikap yang hanya mengunggulkan bangsa sendiri dan tidak merendahkan bangsa-bangsa lain;

C. Ekstrimisme, yaitu sikap keras mempertahankan pendirian dengan berbagai cara walaupun yang dilakukan melanggar ketentuan-ketentuan dasar negara; D. Propinsialisme, yaitu sikap yang selalu yang hanya ingin berkepentingan di

daerah sendiri saja tanpa memperdulikan kepentingan daerah yang lain; Jika sikap yang seperti diatas kita terapkan maka perpecahan lah yang didapat.

Mpu Tantular dalam bukunya Sutasoma merumuskan dengan kata-kata, “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa”. Artinya adalah, “walaupun berbeda, satu jua adanya, sebab tidak ada tujuan agama yang berbeda”. Walupun kita khususnya bangsa Insonesia dibedakan agama, suku, golongan, kelompok dan sebagainya, kita memiliki tujuan yang sama. Hormat-menghormati, harga-menghargai, bekerja sama seharusnya dibina pada setiap individu.

Kebhinekaan agama adalah kenyataan hidup dalam masyarakat kita. Agama Hindu, agama Budha, agama Islam, agama Kristen Katolik, dan agama Kristen protestan berbeda dalam nama ajaran, tetapi tujuannya sama. Mereka memilih dan meyakini agama tersebut, dan juga mempelajari agama tersebut. Tetapi mereka melaksanakan ajaran agamanya dengan suasana yang tentram dan damai. Inilah yang perlu dipelihara dan ditegakan, karena ini semua sesuai dengan tuntunan budi nurani manusia.

(6)

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi dasar moral Negara kita. Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai kehidupan kita. Persoalan agama diserahkan kepada pemeluk agama itu sendiri. Pemerintah berkewajiban untuk member kesempatan dan mendorong tumbuhnyakehidupan keagamaan yang sehat di Negara kita.

Yang perlu diperhatikan agar dapat mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dengan lebih baik :

A. Karakter (sifat dasar) bangsa Indonesia;

Kesetiaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud iman dan peribadatan, adalah sumber kebajikan, perdamaian, kesejahteraan, keadilan, dan keselamatan. Keyakinan kepada Tuhan ini mendorong manusia berbuat baik, baik kepada tuhan maupun sesama makhluk hidup.

B. Kewajiban hidup manusia pribadi;

Kewajiban hidup manusia pribadi meliputi :

1. Kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu kewajiban untuk berbakti, mengabdi menurut peribadatan agama dan kepercayaannya masing-masing;

2. Kewajiban kepada sesama makhluk hidup, terutama kepada sesama manusia, yaitu berkewajiban saling hormat-menghormati, saling percaya, harga-menghargai, tenggang rasa, dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan enganut kepercayaan yang berbeda-beda;

Dari kedua kewajiban pokok ini terwujudlah kewajiban untuk: 1. Menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945;

2. Setia (loyal) kepada bangsa dan bernegara; 3. Membela negra;

4. Membela keadilan dan kebenaran; 5. Manaati peraturan yang berlaku;

6. Melaksanakan tugas Negara sesuai dengan bidang kemampuan masing-masing; dan lain-lain.

2.1.2. Pendekatan Yuridis

Pancasila sebagai kepribadian, pandangan hidup, dan dasar Negara Republik Indonesia menyatakan secara tegas bahwa bangsa Indonesia mengakuipersamaan

(7)

derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Hal ini merupakan salah satu nilai luhur bangsa Indonesia dan kepribadian kita yang dinyatakan dalam Tap.MPR No.II/MPR/1978 yang disbut dengan pedoman penghayatan pengalaman pancasila (P4).

Pentingnya sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antar umat beragama didasarkan atas UUD 1945, pasal 29 Ayat (2) yang berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” pernyataan pasal 9 Ayat (2) mengandung arti bahwa bangsa Indonesia :

A. Percaya dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agama yang diyakini;

B. Melaksanakan kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab;

C. Membina sikap saling menghormati antarpemeluk agama; D. Membina kerja sama dan toleransi antarpemeluk agama; E. Menginginkan adanya kerukunan antarpemeluk agama;

F. Mengakui bahwa hubungan anatara manusia dengan Tuhan merupakan hak pribadi yang paling hakiki;

G. Mengakui bahwa tiap warga negara bebas menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya;

H. Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain;

Sebagai konsekuensi sikap toleransi ini, diusahakan agar persatuan dan kesatuan bangsa dan negara selalu dibina dan dipertahankan.

Hak-hak manusia meliputi berbagai bidang seperti berikut :

A. Hak asasi pribadi, yaitu hak memeluk agama, beribadah menurut keyakinan masing-masing, menyatakan pendapat, dan kebebasan berorganisasi atau berserikat;

B. Hak asasi ekonomi atau harta milik, adalah hak dan kebebasan memiliki sesuatu, hak membeli sesuatu dan menjual sesuatu, serta hak mengadakan suatu perjanjian atau kontrak;

C. Hak asasi mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama (ekursif) dalam keadilan hukum dan pemerintahan. Hak ini disebut hak persamaan hukum;

(8)

D. Hak asasi politik, adalah hak untuk memilih, dipilih, mendirikan partai politik atau organisasi, serta hak mangajukan petisi dan kritik atau saran;

E. Hak asasi sosial dan kebudayaan, adalah hak kebebasan mendapat pendidikan dan pengajaran atau hak memilih pendidikan dan hak mengembangkan kebudayaan yang disukai;

F. Hak asasi perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum, dapat dilihat pada contoh hak mendapat perlakuan yang wajar dan adil dalam penggeledahan (razia, penaangkapan, peradilan, dan pembelaan hukum);

Hak-hak asasi manusia dan pelaksanaanya telah tercantum dalam UUD 1945. Dan pembukaan UUD 1945 merupakan “Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia” , yakni pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang bersumber dari harkat, martabat, dan derajat manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Dalam hubungannya dangan hak asasi manusia. Pancasila mengagarkan hal-hal sebagai berikut :

A. Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta, termasuk manusia;

B. Tuhan Yang Maha Esa mengatur alam semesta dengan hukumnya supaya tetap utuh, harmonis, dan sejahtera;

C. Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberkati-Nya dengan martabat yang luhur serta dengan hati nurani dan akal budi;

D. Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa mendapat anugerah-Nya berupa kehidupan, kebebasan, dan harta milik;

Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pengaturan atau ketentuan kehidupan beragama dapat dilihat pada pasal 29 UUD 1945 yang berbunyi:

A. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa;

B. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu;

Dalam ayat yang pertama menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jadi Negara Republik Indonesia tidak berdasarkan kepada suatu agama, melainkan kepada Ketuhanan Ynag Maha Esa yang sama-sama diyakini oleh semua agama yang ada di Indonesia. Dan dalam ayat yang kedua dapat disimpulkan bahwa setiap mempunyai kemerdekaan atau kebebasan untuk memeluk suatu agama yang

(9)

diyakininya. Kebebasn dan kemerdekaan itu dijamin oleh Negara, yang berartoi Negara melindungi setiap penduduk yang meyakini suatu agama. Namun demikian, bukan berarti Negara memaksa penduduk dalam meyakini dan memeluk suatu agama. Inilah yang harus dipahami sebagai warga Negara RI. dalam hidup bernegara kita wajib mematuhi ketentuan UUD 1945, kalau ada yang memaksakan suatu agama ataupun kepercayaannya kepada orang lain, tentu hal ini menyalahi aturan. Perlu disadari pula bahwa kebebasan beragama merupakan salah satu hak yang yang paling asasi di antara hak-hak asasi manusia. Keyakinan dalam menjalankan ibadah agama merupakan masalah pribadi manusia dalam hubungannya dengan Tuhan.

2.1.3. Pendekatan Sosiologis

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sebagai manusia kita dituntut untuk saling menghormati dan saling menghargai antara satu dan yang lainnya. Hal ini terjadi karena didorong oleh hasrat untuk saling mengenal dan bergaul sesamanya. Untuk memenuhi tuntutan itu, kita berhadapan dengan oran lain yang sama-sama memiliki hak asasi sebagai pemberian Tuhan.

Toleransi merupakan suatu sikap untuk menghormati pendirian atau keyakinan orang lain yang bertindak sesuai dengan ajaran agamanya, adat-istiadatnya, sukunya, budayanya dan sebagainya. Kita harus saling mengakui keberadaan orang lain dengan segala akibatnya, dan tidak saling mengganggu serta semunya tidak menyalahi aturan-aturan dasar negara yang telah ditetapkan.

Manusia dalam sikap dan perbuatannya dituntut untuk membina dan menegakkan 3 jenis disiplin, yakni sebagai berikut :

A. Disiplin diri, disiplin diri pada hakiktnya adalah kemampuan mengendalikan diri, mencul dari hati nurani individu untuk senantiasa mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlau dalam kehidupan. Untuk membentuk disiplin diri perlu dibiasakan sejak dini;

B. Disiplin sosial, yaitu suatu sikap mental masyarakat yang memiliki ketentuan terhadap peraturan hidup bermasyarakat. Dsiplin sosial memliki arti disiplin diri yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat;

C. Disiplin nasional, disiplin nasional merupakan suatu sikap mental bangsa yang patuh pada peraturan berbangsa dan bernegara. Faktor yang menumbuhkan disiplin nasional antara lain :

(10)

1. Adanya keinginan kuat untuk menciptakan keamanan, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat;

2. Dimilikinya berbagai peraturan perundangan, norma, dan adat istiadat yang kita yakini kebenaranya;

Keragaman yang dimiliki Indonesia sungguh beragam-ragam. Munculnya perbedaan pendapat dan perselisihan merupakan faktor yang wajar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu, perlu dibina sikap berjiwa besar dan lapang dada serta percaya agar keberagaman yang ada dapat membawa hikmah.

Sebagai makhluk yang mempunyai martabat luhur, manusia mengemban kewajiban hidupnya, yaitu sebagai berikut :

A. Berterima kasih, berbakti, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan karunia-Nya itu;

B. Mencintai semua manusia dengan memelihara hubungan antar manusia;

C. Memelihara dan menghargai hak hidup, hak kemerdekaan dan hak memiliki sesuatu sebagai prasyarat kehidupan;

D. Menyadari pelaksanaan hokum-hukum yang berlaku;

E. Mencintai dan berbakti kepada orang tua, keluarga, dan guru.

Sikap tenggang rasa dijunjung tinggi di dalam pergaulan kehidupan antarumat beragama dengan tetap menghormati kebebasan sebagi prasyarat terciptanya kerukunan untuk menghindari perpecahan dan perselisihan. Kerukunan dapat menciptakan suasana tenang, rasa peratuan, dan kesatuan yang kokoh bagi bangsa Indonesia.

Kewajiban moral atau tuntutan tingkah laku yang perlu dibina, ditingkatkan, dan dikembangkan sebagai berikut :

A. Meningkatkan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Yuhan Yang Maha Esa; B. Membina sikap saling menghormati antarpemeluk agama;

C. Membina kerjasama serta kerukunan antarsesama pemeluk agama;

D. Meningkatkan kesadaran bahwa kita sama-sama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki harkat dan martabat yang sama;

E. Membina dan mengembangkan sikap mencintai sesama manusia dan memiliki sikap tenggang rasa;

F. Meningkatkan kesadaran untuk berani membela kebenaran dan keadilan dengan penuh kejujuran;

(11)

G. Membina dan menjunjung tinggi persatuan berdasarkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika;

H. Membina dan menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan.

Kerukunan tidak semata-mata mengarah kepada kehidupan umat beragama, akan tetapi juga di dalam pergaulan hidup lainnya seperti di sekolah, di kantor, dalam keluarga atau masyarakat. Selayakny kerukunan di dalam rumah tangga atau keluarga memndapat perhatian paling utama.

2.2. Pembahasan

Dengan penjelasan yang telah ada diatas, disini kita akan langsung membahas permasalahannya, yaitu “bagaimanakah cara berperilkau manusia yang luhur?”. sekarang kita melihat pada diri kita sendiri, apakah kita telah berperilaku seperti itu? Menurut asumsi saya manusia yang melakukan atau menyikapinya dengan mengerti pancasila akan berbuat baik, baik yang tidak menyikapinya dengan sikap diskriminasi, bisa bertoleransi, punya rasa persatuan yang tinggi.

Hambatan lah yang pastinya menghalangi kita dari sikap yang luhur itu. Hambatan itu ada dua, yaitu hambatan dari dalam diri kita setiap invidu(personal block) dan hambatan dari luar (world block).

A. Personal Block, Hambatan ini terletak pada diri kita sendiri. Contohnya yaitu sifat malas, tidak bisa menahan nafsu dan hal-hal yang tidak baik lainya, karena hal yang membosankan atau tidak menarik ini menyebabkan yang seharusnya dilakukan tidak dilakukan, karena dia hanya tertarik di bagian yang menarik bagi dia, tetapi hal yang menarik bagi dia adalah perilaku yang tidak baik atau melanggar aturan yang ada.

B. World Block, Hambatan ini terletak pada lingkungan sekitar, Contohnya yaitu ajakan-ajakan perbuatan yang tidak baik. Kita dapat terpengaruh dengan ajakan yang sebenarnya dilarang tapi tertarik untuk melakukanya.

Untuk meninggikan kita kesikap yang pancasilais dan luhur kita butuh dukungan kesetiap individunya, yaitu seperti berikut :

A. Pancasila, dengan pancasila kita dibina untuk memiliki agama dan bermoral yang baik.

B. Memiliki agama, dengan memiliki agama kita akan memiliki batasan berperilaku. Ini bukan untuk mengurung kita untuk berbuat sesuatu, tetapi membuat kita

(12)

untuk tidak melakukan yang dilarang, karena ganjaran tersebut akan kita terima di akhirat(khususny umat beragama Islam). Dan sesuatu yang baik dijanjikan kepada kita dari agama di akhirat nanti(khusunya umat beragama islam).

C. Adanya hukum, ketetapan-ketetapan hukum kita yaitu UUD 1945 (khusunya untuk bangsa dan negara Indonesia) juga membuat kita jauh dari perbuatan-perbuatan yang dilarang. Ini juga demi kita bersama sesama makhluk bermartabat untuk lancarnya kehidupan bermasyarakat.

Dan dukungan dari langsung ke individunya.

Ini membuat batasan untuk kita dimana mengalangi perilaku yang buruk tetapi menjanjikan untuk mendapat hal yang baik.

Sikap-sikap dan perilaku yang harus kita lakukan untuk mendapatkan sikap yang luhur itu sebagai berikut :

A. Sikap disiplin, yaitu sikap yang mematuhi aturan yang ada diamanapun.

B. Sikap toleransi, yaitu sikap yang hormat-menghormati dan harga menghargai pendirian atau keyakinan orang lain yang bertindak sesuai dengan ajaran agamnya, adat istiadatnya, sukunya, budayanya, dan sebagainya.

C. Sikap tenggang rasa, yaitu sikap yang menjunjung tinggi didalam pergaulan kehidupan antar umat beragama dengan tetap menghormati kebebasan sebagai prasyarat terciptanya kerukunan untuk menghindari perpecahan dan perselisihan.

Dengan kita bersikap seperti ini, pemahaman ini kita gabungkan dengan Agama dan Pancasila. Dan perilaku yang didapat adalah perilaku yang luhur atau mulia.

(13)

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Ada begitu banyak faktor pendukung yang bisa membuat kita bermoral luhur. dan faktor hambatan terdiri dari hambatan dari dalam(personal blocki) dan hambatan dari luar(worl block).

3.2. Saran

Jadi kita perlu menjauh dari hambatan-hambatan yang ada pada diri kita dan dari luar, dan bersikap displin, toleransi, tenggang rasa dan memahami isi pancasila serta agama yang diyakini.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraaan.

2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1980. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraaan. Jakarta: PN Balai Pustaka Jakarta.

3. Abubakar Suardi, dkk. 1998. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Jakarta: Yudhistira.

4. Ratmaningsih Neiny, dkk. PPKn. Jakarta: Grafindo Media Pratama. 5. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah

Referensi

Dokumen terkait