• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang industri. Dengan berkembangnya industri, maka muncullah kota-kota baru sebagai tempat untuk perluasan industri, sehingga seiring dengan perkembangan kota-kota baru tersebut, masyarakat jepang pun mengalami perubahan yaitu menjadi masyarakat perkotaan. Seiring dengan berkembangnya industri maka berkembang pula teknologi yang cepat membuat ilmu pengetahuan serta informasi-informasi baru yang datang dari luar Jepang dapat dinikmati langsung oleh generasi muda Jepang.

Dengan masuknya kebudayaan-kebudayaan asing ke Jepang menimbulkan pengaruh yang cukup menonjol pada sikap serta karakteristik manusia Jepang, terlebih lagi pada generasi mudanya. Karena itu, masyarakat jepang pun mengalami perubahan-perubahan pada pola hidup. Lalu, dengan adanya pengaruh prinsip demokrasi, maka kehidupan berkeluarga juga turut terpengaruh oleh prinsip ini, dimana setiap anggota keluarga memiliki kedudukan serta hak yang sama. Dimana orang tua sudah sulit untuk memaksakan kehendak mereka kepada anak-anaknya dan anak-anak muda pun juga sudah memiliki pemikiran serta tanggapan masing-masing yaitu anggapan bahwa mereka dapat menentukan hidup, serta menentukan pekerjaan-pekerjaan yang mereka inginkan dan sebagainya.

Saat ini, salah satu bentuk perubahan pola hidup generasi muda jepang yang sangat menonjol adalah pola hidup yang lebih dikenal dengan istilah parasaito shinguru atau

(2)

parasite single . Istilah terserbut diambil dari bahasa inggris yaitu parasite yang berarti benalu, serta single yang berarti lajang.

Gaya hidup masyarakat Jepang masa kini sangatlah beragam. Dari kota ke kota memiliki ciri khas gaya hidup yang mermacam-macam. Mulai dari awal sampai akhirpun demi memenuhi kebutuhan hidup, dan gaya hidup yang up to date orang-orang Jepang banyak yang melakukan kerja paruh waktu atau yang dikenal dengan istilah arubaito. Pada saat ini kebutuhan hidup masyarakat Jepang sangatlah mahal dan semakin beragam. Khususnya para wanita yang semakin hari semakin terbujuk oleh tuntutan gaya hidup yang semakin meningkat. Wanita-wanita ini pun semakin memutar otak agar lebih bisa memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan. Sekarang ini tingkat pendidikan bagi wanita pun meningkat, para wanita pada zaman ini berlomba-lomba agar mereka bisa menunjukkan vitalitas dan kemampuan mereka agar tidak diremehkan oleh para pria. Pemikiran wanita saat ini adalah semakin tinggi mereka memiliki ilmu dalam bidang pendidikan maka semakin tinggi pula jabatan yang akan mereka tempati di perusahaan-perusahaan di Jepang. Maka posisi mereka pun tidak dianggap rendah dan dipercaya dapat menyamai kemampuan atau keahlian pria.

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin banyak wanita yang berkarir justru membuat sebuah masalah baru bagi negara Jepang. Pada dasarnya banyak masalah yang telah ditimbulkan yaitu masalah kelahiran anak, pernikahan, perceraian, dan juga kematian. Salah satu yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah masalah yang terjadi pada wanita-wanita Jepang yang berusia antara 20 – 30 tahun yang pada umumnya mengalami peningkatan dalam tingkat konsumerisme. Orang-orang itu umumnya pada usia tersebut mereka masih tinggal dengan orang tuanya tetapi disisi lain

(3)

dan menghambur-hamburkan uang yang diterima dari orang tua hanya untuk kesenangan individu saja. Seperti berfoya-foya dan bersenang-senang bersama teman-temannya.

Berhubungan dengan terjadinya banyak kenaikan dan penurunan angka pada beberapa sistem di Jepang dan mulai meningkat seiring berjalannya waktu. Pemerintahan Jepang sudah mewaspadai hal ini karena selain dapat merugikan diri mereka sendiri serta membuat resah orang tua mereka. Berbagai kenaikan serta penurunan tersebut adalah kenaikan angka konsumerisme masyarakat Jepang, penurunannya adalah menurunnya angka wanita yang menikah karena masih merasa nyaman tinggal bersama orang tua mereka, serta penurunan angka kelahiran yang disebabkan ketidakinginan untuk menikah. Ini merupakan salah satu dari berbagai jenis kegagalan dalam Jepang selain tingkat bunuh dirinya yang cukup tinggi.

Menurut hasil survei dari Ministry of Health and Welfare, angka kelahiran anak menjadi masalah yang sangat kritis. Karena angka kelahiran anak pada tahun 1999 merupakan persentasi yang sangat kecil yaitu hanya 14,8 % ini merupakan angka terkecil kedua setelah negara Itali dan diprediksikan pada tahun 2030 angka kelahiran di Jepang semakin sedikit hanya mencapai 13,9 %. Ini merupakan sebuah hal yang ironis, nantinya akan terjadi pelonjakan angka pada usia tua karena generasi mudanya tidak berkembang dan tidak dapat menggantikan posisi usia tua yang semakin hari semakin meningkat.

Sebagai salah satu negara yang sangat berkembang, Jepang ternyata mengalami kesulitan dalam memberantas kejadian-kejadian tersebut. Banyak akibat yang bisa disebabkan oleh kejadian tersebut. Mulai dari penurunan angka wanita yang menikah,

(4)

angka kelahiran anak, dan lain-lain. Kejadian yang bebarapa tahun belakangan menimpa negara Jepang ini dikenal dengan fenomena parasaito shinguru atau Parasite Single. Fenomena inilah yang beberapa tahun belakangan ini menjadi topik pembicaraan oleh masyarakat Jepang. Siaran televisi, siaran radio, maupun media massa banyak membahas permasalahan ini. Istilah tersebut sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1976 dan terus mengalami peningkatan hingga sekarang.

Menurut Yamada (1999:8-11) seorang sosiolog dari Universitas Tokyo Gakusei melalui buku yang beliau keluarkan yang berjudul The Age of Parasite Singles yang terbit pada tahun 1999, definisi parasaito shinguru adalah orang-orang muda yang belum menikah baik laki-laki maupun perempuan, berusia antara 20-34 tahun dan mereka sudah lulus sekolah dan sudah bekerja, namun tetap menumpang hidup di rumah orang tua serta menggantungkan kehidupan dasar mereka kepada orang tua. Selanjutnya, mereka menikmati hidup yang santai, penuh kesenangan, serba mewah dan enak. Meskipun pola hidup menumpang pada orang tua bukanlah hal yang baru di jepang, tetapi kecenderungan menunda pernikahan dewasa ini telah membuat peningkatan jumlah orang muda yang memiliki predikat ini.

Diperkirakan tahun 1995 saja sudah ada sekitar sepuluh juta orang muda Jepang memiliki predikat dan menurut perkiraan Yamada, jumlah orang muda yang memiliki predikat ini akan meningkat menjadi 10% dari jumlah populasi penduduk Jepang di tahun 2000.

Dengan menjadi parasaito shinguru, anak-anak muda Jepang menikmati hidup mereka yang bisa dikatakan cukup enak tanpa harus bekerja keras untuk membiayai hidup mereka sehari-hari seperti membayar sewa apartemen maupun

(5)

kebutuhan-Akibatnya penghasilan kerja mereka dapat mereka gunakan untuk berfoya-foya, berbelanja barang-barang mewah dan bermerk, bahkan untuk membeli mobil. Keadaan tersebut sangat dipengaruhi oleh gaya serta pola hidup mereka sehari-harinya. Dengan keadaan mereka yang serba enak inilah lalu menimbulkan kecenderungan untuk menunda pernikahan. Karena bagi mereka pernikahan adalah suatu hal yang dapat menurunkan tingkat kemapanan mereka. Karena secara otomatis jika mereka menikah nanti maka mereka harus hidup mandri dan mulai membiayai keperluan rumah tangga, sehingga akan sulit bagi mereka untuk menikmati kehidupan enak yang telah mereka dapatkan sebelumnya ketika mereka masih hidup menumpang di rumah orang tua dengan segala kemudahan-kemudahannya.

Pada umunya, harga untuk sebuah kondominium di Jepang sangatlah mahal, terutama dibeberapa kota besar di Jepang. Untuk menemukan kondominium yang sederhana dengan harga rendah pun sulit, dan juga kebanyakan orang-orang muda yang baru bekerja belum dapat menghasilkan uang yang banyak. Oleh karena itu, tidaklah mudah bagi mereka untuk keluar dari rumah orang tua mereka dan memilih untuk tinggal sendiri. Tidak selalu seperti itu, bukanlah hal yang mustahil untuk tidak tinggal bersama orang tua mereka dan memilih untuk hidup sendiri.

Dengan kata lain, mereka tidak ingin keluar dari rumah orang tuanya. Karena pada dasarnya mereka tidak ingin melepas hasil yang mereka dapatkan sebelumnya dan juga kehidupan yang nyaman. Dalam beberapa kasus, menjadi pekerja rumah tangga atau penjaga rumah merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh Ibu mereka. Dan apabila penghasilan mereka sedang rendah, mereka tidak perlu terlalu khawatir karena mereka tidak perlu membantu dalam membayar biaya hidup di rumah orang tua mereka. Dengan hal seperti itu, keuangan mereka pun semakin banyak. Mereka dapat membeli

(6)

barang-barang yang mereka inginkan dengan harga serta merk terkenal. Mereka juga dapat menjaga gaya hidup mereka.

Beberapa dari mereka tidak ingin meninggalkan kebiasaan mereka tersebut. Tidak hanya barang-barang yang mereka beli, tetapi pekerjaan mereka yang juga penting. Anak muda Jepang berharap untuk mendapatkan pekerjaan yang tepat. Sekarang ini, pekerjaan tidak hanya untuk menghasilkan uang saja, tetapi menjadi bagian dalam gaya hidup. Sayangnya, terkadang pekerjaan yang tepat itu hanya diartikan sebagai pekerjaan yang mementingkan gaya hidup atau lifestyle. Beberapa orang tidak dapat tetap dengan pekerjaan dan hidup mereka saat ini. Jadi beberapa memilih untuk tetap tinggal bersama orang tua mereka sampai mereka benar-benar menemukan pekerjaan yang tepat bagi diri mereka tersebut. Gambaran-gambaran tentang kehidupan ideal masyarakat muda Jepang itulah yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya fenomena-fenomena di Jepang saat ini.

Sehingga peneliti merasa tertarik untuk menggali lebih dalam fenomena parasaito shinguru dalam masyarakat Jepang saat ini.

1.2 Rumusan Permasalahan

Karena adanya beberapa penyebab yang menimbulkan munculnya fenomena di Jepang. Dimana anak-anak muda yang sudah lulus sekolah dan bekerja tetapi masih ingin tinggal bersama orang tua mereka dikarenakan mereka merasa nyaman dengan keadaan tersebut dimana mereka tidak perlu mencemaskan mengeluarkan uang untuk biaya rumah tangga. Oleh karena itu, rumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah menganalisis hasil angket tentang fenomena parasaito shinguru yang terdapat pada

(7)

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini akan dibatasi pada analisa tentang parasaito shinguru yang terdapat di Jepang dengan pembagian angket yang ditujukan kepada 42 responden orang Jepang dengan rentan usia 20 – 36 tahun baik yang berada di Indonesia maupun di Jepang.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin meneliti tentang fenomena parasaito shinguru yang sedang marak menjadi perbincangan di kalangan masyarakat Jepang. Turut menjabarkan pengertian dari parasaito shinguru, serta bagaimana pandangan orang Jepang terhadap fenomena parasaito shinguru tersebut.

Manfaat penelitian ini diharapkan agar para pembaca dapat mendapatkan informasi dan pengetahuan dalam upaya promotif dan preventif terhadap fenomena parasaito shinguru dan dapat lebih memahami tentang fenomena parasaito shinguru di Jepang.

1.5 Metode penelitian

Dalam skripsi ini saya akan menggunakan metode kuantitatif ( quantitative research ), quantitative research adalah suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner ( angket ) sebagai alat pengumpulan data yang pokok. ( Syaodih, 2005 : 60 ). Dari data yang diperoleh, kemudian digunakan metode kepustakaan untuk mengumpulkan konsep dan teori yang akan digunakan sebagai acuan untuk menganalisis hasil dari angket yang telah diperoleh. Kemudian peneliti menggunakan metode deskriptif analistis untuk menganalisis hasil kuisioner ( angket )

(8)

yang diperoleh dengan konsep dan teori yang ada. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena - fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau pada masa yang sudah lampau. Sedangkan penelitian analitis yang penulis ambil untuk metode dalam skripsi ini adalah metode analisis isi atau dokumen yaitu ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen perundangan, dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. ( Syaodih, 2005 : 54 ).

Penulis akan menyampaikan kuesioner secara langsung kepada 42 responden, setelah itu, saya akan mengolah serta menganalisis hasil dari kuesioner yang telah dijawab oleh responden dengan dibantu program SPSS (Statistical Product and Services Solution).

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisannya terbagi dalam 5 bab.

Dalam bab I pendahuluan akan diuraikan tentang latar belakang permasalahan yang sedang dihadapi, tujuan penulisan, ruang lingkup atau pembatasan masalah, metode penelitian dalam pengumpulan data, serta sistematila penulisan.

Dalam bab II landasan teori akan menjelaskan landasan teori yang akn digunakan, mengenai sistem itu sendiri dan apa-apa saja yang nantinya akan dapat dihubungkan dalam permasalahan yang terjadi yang bisa dijadikan solusi secara teori.

Dalam bab III analisis data memberikan beberapa analisis data yang digunakan dalam proses penelitian.

Dalam bab IV simpulan dan saran akan penulis sampaikan dengan memberikan kesimpulan pada sistem yang sudah dianalisa dan dirancang, serta saran yang

(9)

Jepang tentang fenomena ini.Dalam bab V ringkasan, ini merupakan bab terakhir yang berisi ringkasan dari keseluruhan bab.

Referensi

Dokumen terkait

middle child syndrome yang dialami oleh konseli agar konseli dapat menerima keberadaannya sebagai anak. tengah, diantaranya adalah

Proses pendinginan secara teoritis kita anggap tak ada kebocoran ataupun sisipan panas baik dari pipa sambungan antara komponen- komponen utama maupun dari

Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis) merupakan ekstensi dari metode regresi dalam analisis bivariate yang digunakan untuk menguji pengaruh dua atau

Dalam uraiannya, Penuntut Umum menjelaskan, terdakwa telah menggunakan uang kas daerah Pemkab Langkat tahun anggaran 2000-2007 untuk kepentingan pribadi orang lain dan

Data produksi tanaman sawi manis dapat dilihat bahwa sejalan dengan hasil produksi tanaman per plot, perlakuan pupuk kompos sekam padi dan pupuk organik cair

Data lisan (verbal) yakni data yang diperoleh langsung berupa bentuk interferensi Bahasa Batak Mandailing dengan bahasa Indonesia yang terdapat dalam interaksi

Pada pengelolaan model saving (tabungan), yang biasa diberlakukan pada jenis asuransi syariah keluarga atau juga disebut takaful keluarga, dana wakaf dibagi pada dua rekening:

Pemberian pakan dengan level protein yang berbeda tidak menyebabkan adanya perbedaan yang nyata (P > 0,05) pada pertambahan bobot badan, pertambahan tinggi