• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Dan Kelimpahan Plankton Di Perairan Kayome Kepulauan Togean Sulawesi Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komposisi Dan Kelimpahan Plankton Di Perairan Kayome Kepulauan Togean Sulawesi Tengah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

*) Penulis penanggung jawab

Komposisi Dan Kelimpahan Plankton Di Perairan Kayome

Kepulauan Togean

Philipus Uli Basa Hutabarat

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang,

Email :

Plankton merupakan sekelompok organisme Plankton dapat dibagi menjadi fitoplankton dan

mengetahui komposisi, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi fitoplankton dan zooplankton di

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 5-7 Oktober 2013 pada 5 stasiun yang berbeda yang merupakan kawasan penangkapan ikan karang. Sampel fitoplankton diambil

zooplankton diambil menggunakan metode aktif dengan menyaring air laut secara horisontal dan di tarik perahu 100 m. Hasil penelitian menunjukkan fitoplankton ditemukan 2 kelas, yaitu Bacillariophyceae (6 genera) dan Dinophyceae (1 genus).

genus yang sering ditemukan antara lain Chaetoceros, Pleurosigma, dan Ceratium. Indeks keanekaragaman 0,377-1,386

indeks dominansi 0-0,456 (tidak ada dominansi

genera dari 1 kelas), Arthropoda (12 genera dari 2 kelas), Chaetoagnatha (1 genus dari 1 kelas), Chordata (1 kelas), Mollusca (4 genera dari 2 kelas).

genus yang paling sering ditemukan, yaitu Acartia dan Calanus (rendah-sedang), indeks keseragaman 0,

0,663 (ada dominansi).

Kata Kunci : Fitoplankton, Zooplankton, Komposisi,

Plankton is a group of organism that compose lowest chain of aquatic ecosystem. Plankton can be divided into phytoplankton and zooplankton. Purpose of this

composition, abundance, diversity index, uniformity index, dominance index of phytoplankton and zooplankton in the Kayome Waters, Togean Islands, Central Sulawesi. The method used is decriptive exploratory. Sampling was conducted on October

location of reef fishing. Phytoplankton samples were taken by using passive method by filtering 100 Liters of water. Zooplankton samples were taken by using active method

and pull the boat 100 m. Study results show phytoplankton found 2 classes of Bacillariophyceae (6 genera) and Dinophyceae (1 genus). Abundance values obtained ranged between 8

genus that found frequently are Chaetoceros, Pleurosigma, and C 1.386 (low-medium), uniformity index of 0.544

(no dominance). Zooplankton found 5 phyla, which consist of Annelids ( 2 genera of 1 class), Arthropods (12 genera of 2 classes), Chaetoagnatha (1 genus of 1 class), Chordate (1 class)

(4 genera of 2 classes). Abundance values ranged between 309 0.467-1.04 (low-medium), uniformity index

0.459-0.663 (existance of genus

Keywords : Phytoplankton , Zooplankton , Composition , Abundance

447

Komposisi Dan Kelimpahan Plankton Di Perairan Kayome

Kepulauan Togean Sulawesi Tengah

Philipus Uli Basa Hutabarat

*)

, Sri Redjeki, Retno Hartati

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024

Email : philipus.hutabarat@gmail.com A B S T R A K

sekelompok organisme yang menyusun rantai dasar ekosistem perairan. lankton dapat dibagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui komposisi, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi fitoplankton dan zooplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, Sulawesi

enelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan pada 7 Oktober 2013 pada 5 stasiun yang berbeda yang merupakan kawasan penangkapan ikan karang. Sampel fitoplankton diambil dengan cara pasif dengan menyaring 100 L air lau

zooplankton diambil menggunakan metode aktif dengan menyaring air laut secara horisontal dan di tarik perahu 100 m. Hasil penelitian menunjukkan fitoplankton ditemukan 2 kelas, yaitu Bacillariophyceae (6 genera) dan Dinophyceae (1 genus). Kelimpahan berkisar

yang sering ditemukan antara lain Chaetoceros, Pleurosigma, dan Ceratium. Indeks (rendah-sedang), indeks keseragaman 0,544

(tidak ada dominansi). Zooplankton ditemukan 5 fila, yaitu Annelida (2 genera dari 1 kelas), Arthropoda (12 genera dari 2 kelas), Chaetoagnatha (1 genus dari 1 kelas), Chordata (1 kelas), Mollusca (4 genera dari 2 kelas). Kelimpahan berkisar antara

paling sering ditemukan, yaitu Acartia dan Calanus. Indeks keanekaragaman ), indeks keseragaman 0,337-0,541 (rendah-sedang) dan indeks dominansi 0,

Fitoplankton, Zooplankton, Komposisi, Kelimpahan A B S T R A C T

Plankton is a group of organism that compose lowest chain of aquatic ecosystem. Plankton can be divided into phytoplankton and zooplankton. Purpose of this study was

composition, abundance, diversity index, uniformity index, dominance index of phytoplankton and zooplankton in the Kayome Waters, Togean Islands, Central Sulawesi. The method used is decriptive exploratory. Sampling was conducted on October 5th-7th 2013 on 5 different stations, which are the location of reef fishing. Phytoplankton samples were taken by using passive method by filtering 100 of water. Zooplankton samples were taken by using active method by filtering water horizontally . Study results show phytoplankton found 2 classes of Bacillariophyceae (6 genera) and Dinophyceae (1 genus). Abundance values obtained ranged between 8

genus that found frequently are Chaetoceros, Pleurosigma, and Ceratium. Diversity index of 0.377 medium), uniformity index of 0.544-1 (medium-high), and dominance index of 0 (no dominance). Zooplankton found 5 phyla, which consist of Annelids ( 2 genera of 1 class),

classes), Chaetoagnatha (1 genus of 1 class), Chordate (1 class) (4 genera of 2 classes). Abundance values ranged between 309-796 specimen/L.

, uniformity index of 0.337-0.541 (low-medium) and dominance i 0.663 (existance of genus dominance).

Phytoplankton , Zooplankton , Composition , Abundance

Komposisi Dan Kelimpahan Plankton Di Perairan Kayome

, Sri Redjeki, Retno Hartati

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698

menyusun rantai dasar ekosistem perairan. zooplankton. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi , Sulawesi Tengah. Metode yang enelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan pada 7 Oktober 2013 pada 5 stasiun yang berbeda yang merupakan kawasan penangkapan ikan pasif dengan menyaring 100 L air laut. Sampel zooplankton diambil menggunakan metode aktif dengan menyaring air laut secara horisontal dan di tarik perahu 100 m. Hasil penelitian menunjukkan fitoplankton ditemukan 2 kelas, yaitu han berkisar 8.000-22.000 sel/l, yang sering ditemukan antara lain Chaetoceros, Pleurosigma, dan Ceratium. Indeks 544-1 (sedang-tinggi) dan Zooplankton ditemukan 5 fila, yaitu Annelida (2 genera dari 1 kelas), Arthropoda (12 genera dari 2 kelas), Chaetoagnatha (1 genus dari 1 kelas), Kelimpahan berkisar antara 309-796 ind./l, . Indeks keanekaragaman 0,467-1,04 ) dan indeks dominansi

0,459-Plankton is a group of organism that compose lowest chain of aquatic ecosystem. 0,459-Plankton can study was to determine the composition, abundance, diversity index, uniformity index, dominance index of phytoplankton and zooplankton in the Kayome Waters, Togean Islands, Central Sulawesi. The method used is decriptive 2013 on 5 different stations, which are the location of reef fishing. Phytoplankton samples were taken by using passive method by filtering 100 by filtering water horizontally . Study results show phytoplankton found 2 classes of Bacillariophyceae (6 genera) and Dinophyceae (1 genus). Abundance values obtained ranged between 8000-22000 cells/L, eratium. Diversity index of 0.377-high), and dominance index of 0-0,456 (no dominance). Zooplankton found 5 phyla, which consist of Annelids ( 2 genera of 1 class), classes), Chaetoagnatha (1 genus of 1 class), Chordate (1 class), Molluscs 796 specimen/L. Diversity index of ) and dominance index of

(2)

PENDAHULUAN

Kepulauan Togean Togean adalah kawasan pulau

yang terletak di Teluk Tomini, berada di dalam Kabupaten Tojo

Una-Sulawesi Tengah. Kepulauan Togean mempunyai tujuh pulau utama yang membentang dari barat ke timur, yaitu Pulau Batudaka, Togean, Talakatoh, Una Una, Malenge, Walea Kodi, dan Walea Bahi. Kepulauan Togean dikelilingi berbagai macam wilayah perairan, seperti Perairan Kayome, Pomangana, Malenge, dan lain sebagainya. Perairan Kepulauan Togean dimanfaatkan sebagai objek wisata bahari, kawasan konservasi maupun daerah penangkapan ikan atau fishing ground ikan karang seperti berbagai jenis ikan kerapu dan kakap (Sundjaya, 2008).

Plankton adalah

organisme mikroskopis yang hidup melayang diperairan dengan kemampuan berenang yang rendah. (Astuti dan Satria, 2009). Plankton berperan sebagai makanan alami bagi organisme perairan Plankton dapat dibedakan menjadi fitoplankton dan zooplankton (Nontji, 2008).

Fitoplankton adalah

mikroskopis bersel tunggal yang hidup terapung atau melayang di permukaan maupun kolom air. Fitoplankton memiliki kandungan klorofil dalam selnya, sehingga mampu melakukan fotosintesis. Fitoplankton merupakan komponen dasar penyusun rantai makanan di ekosistem perairan atau disebut juga produsen primer.

Zooplankton merupakan hewan hewan hidupnya mengap

melayang di dalam laut, sehingga disebut juga plankton hewani. Dalam rantai makanan, zooplankton memakan fitoplankton, sehingga berperan sebagai produsen sekunder. Zooplankton dapat terbagi menjadi holoplankton (plankton sejati) dan meroplankton (plankton sementara).

448

Kepulauan Togean Kepulauan Togean adalah kawasan pulau-pulau kecil yang terletak di Teluk Tomini, berada di -Una, Provinsi . Kepulauan Togean mempunyai tujuh pulau utama yang membentang dari barat ke timur, yaitu Pulau Batudaka, Togean, Talakatoh, Una-Una, Malenge, Walea Kodi, dan Walea Bahi. Kepulauan Togean dikelilingi berbagai macam wilayah perairan, seperti , Pomangana, Malenge, Perairan Kepulauan Togean dimanfaatkan sebagai objek wisata bahari, kawasan konservasi maupun daerah penangkapan ikan atau fishing ground ikan karang seperti berbagai jenis ikan kerapu dan kakap sekelompok organisme mikroskopis yang hidup iperairan dengan kemampuan yang rendah. (Astuti dan Satria, berperan sebagai organisme perairan. Plankton dapat dibedakan menjadi plankton dan zooplankton (Nontji, Fitoplankton adalah tumbuhan bersel tunggal yang hidup terapung atau melayang di permukaan maupun kolom air. Fitoplankton memiliki kandungan klorofil dalam selnya, sehingga mampu melakukan fotosintesis. Fitoplankton merupakan komponen dasar penyusun rantai makanan di ekosistem perairan atau disebut juga produsen Zooplankton merupakan

hewan-hidupnya mengapung atau melayang di dalam laut, sehingga disebut juga plankton hewani. Dalam rantai anan, zooplankton memakan fitoplankton, sehingga berperan sebagai produsen sekunder. Zooplankton dapat terbagi menjadi holoplankton (plankton sejati) dan meroplankton (plankton

Plankton memiliki peran yang penting pada ekosistem perairan, yaitu sebagai produsen primer dan sekunder. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai komposisi dan kelimpahan plankton di Perairan Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah.

Tujuan dari pene

untuk mengetahui komposisi, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi fitoplankton dan zooplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah.

Materi dan Metode

Materi yang digunakan penelitian ini adalah plankton

dan zooplankton) yang diambil dari Perairan Kayome, Kepulauan

Sulawesi Tengah.

Metode yang digunakan adalah deskriptif eksploratif, yaitu

berusaha membuat pencandraan secara sistemetis, faktual, dan akurat terhadap kejadian populasi tertentu pada suatu wilayah tertentu (Suryabrata, 1992). Pengumpulan data dilakukan dengan sample survey method

pengumpulan data dengan cara mencatat sebagian kecil dari populasi dan diharapkan dapat mengambarkan dari sifat keseluruhan populasi yang diselidiki (Suwignyo, 1976).

Lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan metode

sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri

diketahui sebelumnya (Hadi, 1979). stasiun pengambilan sampel merupakan daerah penangkapan ikan karang dan jalur lalu lintas perahu menuju kawasan wisata bahari.

Stasiun I memiliki kedalaman 20 m dengan substrat berupa (pecahan karang mati). memiliki kedalaman 20 substrat berupa rubble mati). Jarak Stasiun

Plankton memiliki peran yang penting pada ekosistem perairan, yaitu sebagai produsen primer dan sekunder. perlu dilakukan penelitian mengenai komposisi dan kelimpahan plankton di Perairan Kepulauan Togean, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi fitoplankton dan zooplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, Sulawesi

Materi yang digunakan dalam tian ini adalah plankton (fitoplankton dan zooplankton) yang diambil dari , Kepulauan Togean, Metode yang digunakan adalah , yaitu penelitian yang berusaha membuat pencandraan secara l, dan akurat terhadap kejadian populasi tertentu pada suatu wilayah tertentu (Suryabrata, 1992). ulan data dilakukan dengan y method, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mencatat sebagian kecil dari populasi dan mengambarkan dari sifat keseluruhan populasi yang diselidiki okasi pengambilan sampel ditentukan dengan metode purposive , yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1979). Lima stasiun pengambilan sampel merupakan daerah penangkapan ikan karang dan jalur lalu lintas perahu menuju kawasan Stasiun I memiliki kedalaman 20–25 m dengan substrat berupa rubble (pecahan karang mati). Stasiun II memiliki kedalaman 20 – 25 m dengan rubble (pecahan karang mati). Jarak Stasiun I dan II adalah 150

(3)

m. Stasiun III memiliki kedalaman 15 m dengan substrat berupa karang masif. Jarak Stasiun II dan III adalah 294 m. Stasiun IV memiliki kedalaman 15

dengan substrat berupa pasir berbatu.

Gambar 1. Stasiun Pengambilan Sampel Plankton di Perairan Sulawesi Tengah

Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan di permukaan perairan dengan sistem pasif, yaitu dengan mengambil sampel air menggunakan ember sebanyak 100 liter lalu menyaringnya dengan fitoplanktonet untuk

fitoplankton. Air yang tersaring dimasukkan kedalam botol sampel dengan volume 300 ml. Pengambilan sampel zooplankton dilakukan secara horizontal dengan sistem aktif, yaitu zooplanktonet ditarik menggunakan perahu selama 10 menit sejauh 100 m. Air yang tersaring dimasukkan kedalam botol sampel dengan volume 300 ml. Pada botol sampel fitoplankton dan zooplankton ditambahkan formalin 4% sebagai pengawet.

449

memiliki kedalaman 15–20 m dengan substrat berupa karang masif. adalah 294 m. Stasiun IV memiliki kedalaman 15–20 m n substrat berupa pasir berbatu.

Jarak Stasiun IV dan

Stasiun V memiliki kedalaman 15

dengan substrat berupa karang masif dan pasir (Gambar 1).

Stasiun Pengambilan Sampel Plankton di Perairan Kayome Tengah.

Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan di permukaan perairan dengan sistem pasif, yaitu dengan mengambil sampel air menggunakan ember sebanyak yaringnya dengan untuk mengambil yang tersaring dimasukkan kedalam botol sampel dengan Pengambilan sampel zooplankton dilakukan secara horizontal dengan sistem aktif, yaitu zooplanktonet ditarik menggunakan perahu selama 10 ir yang tersaring dimasukkan kedalam botol sampel dengan volume 300 ml. Pada botol sampel fitoplankton dan zooplankton ditambahkan formalin 4% sebagai pengawet.

Sampel fitoplankton yang tersaring diambil sebanyak 1 ml untuk dilakukan pencacahan menggunakan

yang bervolume 1000 mm

zooplankton yang tersaring dimasukkan ke dalam plankton divider

hingga menjadi volume 12,5 ml. Kemudian pencacahan zooplankton dilakukan dengan cawan petri

plankton (fitoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan mikroskop binokuler 10x dan menggunakan

identifikasi plankton seperti dan LIPI (2007).

dan V adalah 410 m. memiliki kedalaman 15–20 m dengan substrat berupa karang masif dan

Kayome, Kepulauan Togean,

Sampel fitoplankton yang tersaring diambil sebanyak 1 ml untuk dilakukan menggunakan sedgwick-rafter yang bervolume 1000 mm3. Sampel zooplankton yang tersaring dimasukkan plankton divider untuk dibagi volume 12,5 ml. encacahan zooplankton dilakukan dengan cawan petri. Identifikasi plankton (fitoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan mikroskop binokuler 10x dan menggunakan literatur seperti Yamaji (1979)

(4)

Kelimpahan Plankton

Kelimpahan plankton dapat dihitung menggunakan rumus menurut Welch, (1952) :

N a x 1000 x cV Keterangan :

N = kelimpahan per liter

A = rerata cacah plankton dari semua hitungan dalam SRCC (Sedgewick Rafter Caunting Cell) dengan kapasitas 1 ml

c = volume air tersaring (ml) V = volume air disaring (L) Indeks Keanekaragaman

Menurut Odum (1971) indeks keanekaragam dapat dihitung dengan rumus : - Fitoplankton H′ ln - Zooplankton H′ Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman jenis s = Jumlah spesies

Pi = Kelimpahan relatif (ni/N) ni = Jumlah individu spesies ke N = Jumlah total individu

Kreteria menurut Prawiradilaga et al. (2003):

H’ < 1 : Keanekaragam rendah H’ = 1–3 : Keanekaragaman sedang H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi

Indeks Keseragaman

Menurut Arinardi et al. (1996) dapat dihitung menggunakan rumus:

450

Kelimpahan plankton dapat dihitung rumus menurut Welch,

c

plankton dari semua Sedgewick ) dengan c = volume air tersaring (ml)

Menurut Odum (1971) indeks keanekaragam dapat dihitung dengan

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

Kelimpahan relatif (ni/N) ni = Jumlah individu spesies ke-i

Kreteria menurut Prawiradilaga et al.

: Keanekaragam rendah : Keanekaragaman sedang : Keanekaragaman tinggi

Menurut Arinardi et al. (1996) dapat dihitung menggunakan rumus:

e H Keterangan :

e =Indeks keseragaman H’ =Indeks keanekaragaman

H’ maks=ln jumlah genus (s) untuk fitoplankton

log2 jumlah genus (s) untuk zooplankton

Kriteria Menurut Krebs (1985): e < 0,4 : Kategori rendah 0,4 < e < 0,6 : Kategori sedang e > 0,6 : Kategori tinggi

Indeks Dominansi

Indeks dominansi dapat diketahui dengan rumus Pielou (1968) dalam Odum (1971):

D 1 Keterangan :

D = Indeks dominansi e = Indeks Keseragaman

Kriteria menurut Simpson (1949) dalam Odum (1971):

0 < D < 0,5 = Tidak ada dominansi 0,5 < D < 1 = Ada Dominansi

Regresi Linier

Untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan fitoplankton dan zooplankton, digunakan Regresi Linier :

Keterangan : Y = variabel terikat X = variabel bebas

a =

potong dengan sumbu Y b = koefisien regresi/slope H′ ′maks =Indeks keseragaman =Indeks keanekaragaman H’ maks=ln jumlah genus (s) untuk

fitoplankton

log2 jumlah genus (s) untuk zooplankton

Krebs (1985): : Kategori rendah : Kategori sedang : Kategori tinggi

Indeks dominansi dapat diketahui Pielou (1968) dalam Odum

1 e = Indeks dominansi

Keseragaman

Simpson (1949) dalam

< 0,5 = Tidak ada dominansi < 1 = Ada Dominansi

Untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan fitoplankton dan zooplankton, digunakan Regresi Linier :

$ %&

terangan : Y = variabel terikat X = variabel bebas

a = intersep atau titik potong dengan sumbu

(5)

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 7 genera fitoplankton yang termasuk ke dalam 2 kelas, yaitu Bacillariophyceae (6 genera)

Dinophyceae (1 genus). Dari ke enam genera anggota Kelas Bacillariophyceae, Chaetoceros dan Pleurosigma merupakan dua genus yang sering ditemukan pada setiap stasiun penelitian. Hal ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Thoha dan Rachman (2013) di Perairan Kepulauan Banggai yang mengatakan Chaetoceros juga merupakan jenis fitoplankton yang sering ditemukan. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Haumahu (2005) di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku Tengah juga menunjukkan hal yang sama, yaitu Chaetoceros merupakan salah satu genus fitoplankton dari Kelas Bacillariophyceae yang dapat ditemukan

stasiun. Dalam penelitian ini hanya ditemukan 1 genus fitoplankton dari Kelas Dinophyceae, yaitu Ceratium. Meskipun demikian, Ceratium memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Hal tersebut terlihat dari pengamatan, yaitu Ceratium selalu ditemukan pada setiap st kecuali Stasiun I. Hal yang tidak berbeda juga dinyatakan oleh Haumahu (2005) yang melakukan penelitian sejenis di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku Tengah yaitu fitoplankton dari Kelas Dinophyceae yang paling sering ditemukan disetiap stasiun pe

adalah Ceratium. Peneli dilakukan oleh Hasani et al.

menyatakan bahwa fitoplankton dari Kelas Dinophyceae yang dapat ditemukan pada setiap stasiun adalah Genus Ceratium.

Hasil penelitian menemukan 5 fila zooplankton yang terdiri dari Annelida (2 genera dari 1 kelas), Arthropoda (12 genera dari 2 kelas), Chaetoagnatha (1 genus dari 1 kelas), Chordata (1 kelas), Mollusca (4 genera dari 2 kelas). Filum Arthropoda merupakan filum yang mempunyai jumlah genus terbanyak,

451

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 7 genera fitoplankton yang termasuk ke dalam 2 kelas, yaitu (6 genera) dan Dari ke enam genera anggota Kelas Bacillariophyceae, Pleurosigma merupakan yang sering ditemukan pada setiap stasiun penelitian. Hal ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Thoha dan Rachman (2013) di Perairan Kepulauan Banggai yang Chaetoceros juga merupakan fitoplankton yang sering ditemukan. enelitian sejenis yang dilakukan oleh Haumahu (2005) di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku Tengah juga menunjukkan hal yang sama, yaitu Chaetoceros merupakan salah satu genus fitoplankton dari Kelas Bacillariophyceae pada setiap Dalam penelitian ini hanya ditemukan 1 genus fitoplankton dari Kelas Dinophyceae, yaitu Ceratium. Meskipun demikian, Ceratium memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Hal tersebut dari pengamatan, yaitu Ceratium selalu ditemukan pada setiap stasiun, Hal yang tidak berbeda juga dinyatakan oleh Haumahu (2005) yang melakukan penelitian sejenis di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku Tengah yaitu fitoplankton dari Kelas Dinophyceae yang paling sering ditemukan disetiap stasiun penelitian adalah Ceratium. Penelitian yang et al. (2012) juga menyatakan bahwa fitoplankton dari Kelas Dinophyceae yang dapat ditemukan pada setiap stasiun adalah Genus Ceratium.

Hasil penelitian menemukan 5 fila ri dari Annelida (2 genera dari 1 kelas), Arthropoda (12 genera dari 2 kelas), Chaetoagnatha (1 genus dari 1 kelas), Chordata (1 kelas), Mollusca (4 genera dari 2 kelas). Filum Arthropoda merupakan filum yang mempunyai jumlah genus terbanyak,

yaitu 12 genus. Zooplankton dari Filum Arthropoda tersebut sebagian besar merupakan anggota Subfilum Crustacea dan Subkelas Copepoda. Hal yang tidak berbeda dinyatakan oleh Thoha (2007) yang melakukan penelitian di Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat, yaitu Subkelas Copepoda merupakan komponen dominan dalam komunitas zooplankton pada ekosistem perairan.

yang sering ditemukan pada setiap stasiun, yaitu Acartia dan Calanus. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Endrawati et al. (2000) yang melakukan penelitian di Perairan Teluk Awur, Jepara, yaitu Genus Acartia dan Calanus mendominansi sampel zooplankton yang diambil. Mudahnya ditemukan Acartia dan Calanus pada setiap stasiun penelitian diduga sebagai akibat adanya persediaan makanan atau nutrisi yang

dibutuhkan oleh zooplankton tersebut, yang dalam hal ini adalah fitoplankton. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nontji (2008), yaitu zooplankton Subkelas Copepoda merupakan pemangsa terbesar dari fitoplankton di dunia.

Nilai kelimpahan fitopl

diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 8.000 – 22.000 sel/L. Kisaran kelimpahan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thoha dan Rachman (2013) di Perairan Kepulauan Banggai, yaitu 4,053 – 154,539 sel/L. Namun, apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haumahu (2005) di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku Tengah dengan kisaran kelimpahan 34.253

Perbedaan kisaran kelimpahan ini diduga terjadi akibat perbedaan kondisi perairan di setiap lokasi penelitian.

fitoplankton tertinggi berada pada stasiun 1, yaitu 22000 sel/L, sedangkan yang terendah berada pada stasiun 2, yaitu 8000 sel/L (Gambar 2).

. Zooplankton dari Filum Arthropoda tersebut sebagian besar merupakan anggota Subfilum Crustacea dan Subkelas Copepoda. Hal yang tidak berbeda dinyatakan oleh Thoha (2007) yang melakukan penelitian di Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat, yaitu opepoda merupakan komponen dominan dalam komunitas zooplankton pada ekosistem perairan. Beberapa genus yang sering ditemukan pada setiap stasiun, yaitu Acartia dan Calanus. Hal yang sama juga dinyatakan oleh (2000) yang melakukan penelitian di Perairan Teluk Awur, Jepara, yaitu Genus Acartia dan Calanus mendominansi sampel zooplankton yang diambil. Mudahnya ditemukan Acartia dan Calanus pada setiap stasiun penelitian diduga sebagai akibat adanya persediaan makanan atau nutrisi yang cukup yang dibutuhkan oleh zooplankton tersebut, yang dalam hal ini adalah fitoplankton. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nontji (2008), yaitu zooplankton Subkelas Copepoda merupakan pemangsa terbesar dari fitoplankton di dunia.

Nilai kelimpahan fitoplankton yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 22.000 sel/L. Kisaran kelimpahan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thoha dan Rachman (2013) di Perairan Kepulauan Banggai, 154,539 sel/L. Namun, apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haumahu (2005) di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku Tengah dengan kisaran kelimpahan 34.253 – 1.145.000 sel/L. Perbedaan kisaran kelimpahan ini diduga t perbedaan kondisi perairan di setiap lokasi penelitian. Kelimpahan fitoplankton tertinggi berada pada stasiun 1, yaitu 22000 sel/L, sedangkan yang terendah berada pada stasiun 2, yaitu

(6)

Gambar 2. Grafik Kelimpahan Fitoplankton (sel/l) di Perairan Sulawesi Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, kelimpahan zooplankton pada kelima stasiun tersebut berada pada kisaran 309 – 796 ind./L. Kelimpahan zooplankton tertinggi berada pada stasiun 5 (lima), yaitu 796 ind./L, sedangkan yang terendah berada pada stasiun 1 (satu), yaitu 309 ind./L. Kelimpahan tersebut masih lebih tinggi apabila dibandingkan

Gambar 3. Grafik Kelimpahan Zooplankton (ind./L) di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. 22000 0 5000 10000 15000 20000 25000 1

K

el

im

p

ah

an

(

S

el

/L

)

309 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1

K

el

im

p

ah

an

(

In

d

./

L

)

452

fik Kelimpahan Fitoplankton (sel/l) di Perairan Kayome Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, kelimpahan zooplankton pada kelima stasiun tersebut berada pada kisaran 309 796 ind./L. Kelimpahan zooplankton tertinggi berada pada stasiun 5 (lima), yaitu 796 ind./L, sedangkan yang endah berada pada stasiun 1 (satu), yaitu 309 ind./L. Kelimpahan tersebut masih lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachman dan Asniariati (2012) di Perairan Kepulauan Banggai, yaitu 0,339

ind./L. Namun apabila

dengan penelitian yang dilakukan oleh Hibatul et al. (2013) yang dilakukan di Perairan Teluk Awur dengan kisaran kelimpahan 2718,056

maka kisaran kelimpahan tersebut masih lebih rendah (Gambar 3).

Grafik Kelimpahan Zooplankton (ind./L) di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, Sulawesi 22000 8000 16000 10000 10000 2 3 4 5

Stasiun

532 398 356 796 2 3 4 5

Stasiun

Kayome, Kepulauan Togean,

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachman dan Asniariati (2012) di Perairan Kepulauan Banggai, yaitu 0,339 – 1,722 ind./L. Namun apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh (2013) yang dilakukan di Perairan Teluk Awur dengan kisaran kelimpahan 2718,056 – 3845,482 ind./L, maka kisaran kelimpahan tersebut masih lebih rendah (Gambar 3).

Grafik Kelimpahan Zooplankton (ind./L) di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, Sulawesi Fitoplankton

(7)

Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean berada pada

0,377–1,386 dan termasuk dalam kategori rendah hingga sedang. Indeks keseragaman fitoplankton memiliki kisaran 0,544–1,0 dan masuk dalam kategori sedang hingga tinggi.

dominansi fitoplankton memiliki kisaran 0–0,456. Indeks dominansi yang t

ada pada Stasiun 3, yaitu 0,456 sedangkan yang terendah ada pada Stasiun 2, yaitu 0. Menurut Odum (1971) indeks dominansi tersebut menunjukkan tidak adanya genus tertentu yang mendominansi.

Nilai indeks keanekaragaman zooplankton di Perairan Kayom Kepulauan Togean berkisar antara 0,467 1,040 dan masuk dalam kategori rendah hingga sedang.

Nilai

indeks keseragaman zooplankton berada pada kisaran 0,337 0,434 dan termasuk dalam kategori rendah hingga sedang.

dominansi zooplankton memilik

0,459 – 0,663. Odum (1993) menyatakan bahwa indeks dominansi yang

1 menunjukkan adanya spesies yang dominan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sampel, maka dapat diketahui beberapa genus yang mendominansi stasiun pengambilan sampel,

Stasiun I Genus Pinctada, Stasiun III Genus Limacina, dan Stasiun Lucifer. Akan tetapi pada Stasiun

ditemukan dominansi oleh Genus tertentu karena nilai indeks dominansinya berada dibawah 0,5 yaitu 0,459.

Dalam penelitian ini, nilai parameter lingkungan diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2012) dan Sulistiawati (2011). Data parameter lingkungan tersebut dipilih dengan pertimbangan Perairan Kayome yang merupakan lokasi pengambilan sampel adalah bagian dari Perairan Pulau

453

Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton di Perairan Kayome, ogean berada pada kisaran 1,386 dan termasuk dalam kategori rendah hingga sedang. Indeks ankton memiliki 1,0 dan masuk dalam i sedang hingga tinggi. Indeks fitoplankton memiliki kisaran 0,456. Indeks dominansi yang tertinggi ada pada Stasiun 3, yaitu 0,456 sedangkan yang terendah ada pada Menurut Odum (1971) indeks dominansi tersebut menunjukkan tidak adanya genus tertentu yang

ndeks keanekaragaman zooplankton di Perairan Kayome, an Togean berkisar antara 0,467–

masuk dalam kategori rendah indeks keseragaman zooplankton berada pada kisaran 0,337–

termasuk dalam kategori Nilai indeks memiliki kisaran Odum (1993) menyatakan indeks dominansi yang mendekati 1 menunjukkan adanya spesies yang dominan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sampel, maka dapat diketahui beberapa genus yang mendominansi stasiun pengambilan sampel, yaitu di Genus Pinctada, Stasiun II dan Genus Limacina, dan Stasiun V Genus Lucifer. Akan tetapi pada Stasiun IV tidak ditemukan dominansi oleh Genus tertentu karena nilai indeks dominansinya berada

ini, nilai parameter lingkungan diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2012) dan Sulistiawati (2011). Data parameter lingkungan tersebut dipilih dengan pertimbangan Perairan Kayome yang merupakan lokasi pengambilan sampel dari Perairan Pulau

Batudaka. Nilai parameter lingkungan yang digunakan terdiri dari suhu, salinitas, kecerahan, derajat keasaman atau pH, oksigen terlarut atau DO, konsentrasi nitrat (NO3), dan Fosfat (PO4).

Berdasarkan analisa regresi liner yang sudah dilakukan

dikatakan bahwa kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean memiliki hubungan yang positif karena garis regresi linier berada diatas sumbu positif x dan y, serta nilai R2 sebesar 0,360 yang artiny sangat jauh dari 1. Hal tersebut berarti bahwa nilai kelimpahan zooplankton ditentukan oleh nilai kelimpahan fitoplankton. Hubungan yang terjadi antara zooplankton dan fitoplankton diduga berupa hubungan

atau pemangsa – mangsa. Hal terseb berkaitan dengan fungsi fitoplankton pada ekosistem perairan sebagai produsen primer dan zooplankton yang merupakan konsumen utama fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pendapat Thoha dan Rachman (2013) yang menyatakan bahwa hubungan predator

zooplankton dan fitoplankton dapat mengendalikan pola distribusi dan kelimpahan kedua komunitas tersebut.

Gambar 4. Grafik Hubungan Kelimpahan Fitoplankton Terhadap Zooplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. Kesimpulan 0 200 400 600 800 0 20000 Z o o p lan k to n Fitoplankton

Batudaka. Nilai parameter lingkungan yang digunakan terdiri dari suhu, salinitas, kecerahan, derajat keasaman atau pH, oksigen terlarut atau DO, konsentrasi nitrat (NO3), dan Fosfat (PO4).

Berdasarkan analisa regresi liner ilakukan (Gambar 4), dapat dikatakan bahwa kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean memiliki hubungan yang positif karena garis regresi linier berada diatas sumbu positif x dan y, serta nilai R2 sebesar 0,360 yang artinya sangat jauh dari 1. Hal tersebut berarti bahwa nilai kelimpahan zooplankton ditentukan oleh nilai kelimpahan fitoplankton. Hubungan yang terjadi antara zooplankton dan fitoplankton diduga berupa hubungan predator – prey mangsa. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi fitoplankton pada ekosistem perairan sebagai produsen primer dan zooplankton yang merupakan konsumen utama fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pendapat Thoha dan Rachman (2013) yang menyatakan bahwa hubungan predator-prey antara zooplankton dan fitoplankton dapat mengendalikan pola distribusi dan kelimpahan kedua komunitas tersebut.

Grafik Hubungan Kelimpahan Fitoplankton Terhadap Zooplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, y = -0.018x + 717.8 R² = 0.360 40000 Fitoplankton Fitoplankton Zooplankton

(8)

Komposisi fitoplankton yang diperoleh dalam penelitian

jenis fitoplankton yang termasuk ke dalam 2 kelas, yaitu Bacillariophyceae

dan Dinophyceae (1 genus)

kelimpahan fitoplankton yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar an

– 22.000 sel/L. Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean berada pada kisaran 0,377–1,386 dan termasuk dalam kategori rendah hingga sedang. Indeks keseragaman fitoplankton memiliki kisaran 0,544–1,0 dan masuk

kategori sedang hingga tinggi.

dominansi fitoplankton memiliki kisaran 0–0,456. Indeks dominansi tersebut menunjukkan tidak adanya genus tertentu yang mendominansi.

Komposisi zooplankton yang diperoleh dalam penelitian, yaitu 5 yang terdiri dari Annelida (2 genera dari 1 kelas), Arthropoda (12 genera dari 2 kelas), Chaetoagnatha (1 genus dari 1 kelas), Chordata (1 kelas), Mollusca (4 genera dari 2 kelas). Nilai

zooplankton kisaran 309 –

Nilai indeks keanekaragaman zooplankton di Perairan Kayome, Kepulau

berkisar antara 0,467–1,040

dalam kategori rendah hingga sedang.

Nilai

indeks keseragaman zooplankton berada pada kisaran 0,337

termasuk dalam kategori rendah hingga sedang. Nilai indeks dominansi zooplankton memiliki kisaran 0,459 0,663. Odum (1993) menyatakan bahwa indeks dominansi yang

menunjukkan adanya spesies yang dominan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sampel, maka dapat diketahui beberapa genus yang mendomin stasiun pengambilan sampel, yaitu di Stasiun I Genus Pinctada, Stasiun

III Genus Limacina, dan Stasiun Lucifer. Akan tetapi pada Stasiun

ditemukan dominansi oleh Genus tertentu

454

Komposisi fitoplankton yang diperoleh dalam penelitian ditemukan 7 fitoplankton yang termasuk ke dalam 2 kelas, yaitu Bacillariophyceae (6 genus) (1 genus). Nilai kelimpahan fitoplankton yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 8.000 Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton di Perairan ogean berada pada 1,386 dan termasuk dalam kategori rendah hingga sedang. Indeks ankton memiliki 1,0 dan masuk dalam i sedang hingga tinggi. Indeks fitoplankton memiliki kisaran ndeks dominansi tersebut menunjukkan tidak adanya genus tertentu

Komposisi zooplankton yang diperoleh dalam penelitian, yaitu 5 fila terdiri dari Annelida (2 genera dari 1 kelas), Arthropoda (12 genera dari 2 kelas), Chaetoagnatha (1 genus dari 1 kelas), Chordata (1 kelas), Mollusca (4 Nilai kelimpahan – 796 ind./L. an zooplankton di Perairan Kayome, Kepulauan Togean 1,040 dan masuk dalam kategori rendah hingga sedang.

indeks keseragaman zooplankton berada pada kisaran 0,337–0,434 dan termasuk dalam kategori rendah hingga ks dominansi memiliki kisaran 0,459 – Odum (1993) menyatakan bahwa mendekati 1 menunjukkan adanya spesies yang dominan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sampel, maka dapat diketahui beberapa genus yang mendominansi stasiun pengambilan sampel, yaitu di Genus Pinctada, Stasiun II dan Genus Limacina, dan Stasiun V Genus Lucifer. Akan tetapi pada Stasiun IV tidak ditemukan dominansi oleh Genus tertentu

karena nilai indeks dominansinya berada dibawah 0,5 yaitu 0,459.

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada WWF Indonesia yang telah mendanai penelitian ini serta s

yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Daftar Pustaka

Akbar, M. 2012. Analisis Kerentanan Pulau-Pulau Kecil Di Kecamatan Togean Provinsi Sulawesi Tengah (Studi Kasus P. Kukumbi, P. Enam, P. Mogo, P. Kadidiri, P. Pagempa, P. Tongkabo). [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 143 hlm.

Arinardi, O. H., Triaminingsih, dan Sudirjo. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan Di Kawaan Timur Indonesia. LPO3

hlm.

Astuti, L. P dan H. Satria. 2009. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton Di Danau Sentani, Papua. LIMNOTEK, 16(2):88

Endrawati, H., M. Zainuri, dan Hariyadi. 2000. The Abundance of Zooplankton as Secondary Producer at Awur Bay in the Northern Central Java Sea. Journ. Coast. Dev. 4 (1):481

Hadi, S. 1979. Metodologi Research. Penulis Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi. Yayasan Pe Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 75 hlm.

karena nilai indeks dominansinya berada ,5 yaitu 0,459.

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terima kasih WWF Indonesia yang telah ini serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan

Akbar, M. 2012. Analisis Kerentanan Pulau Kecil Di Kecamatan Togean Provinsi Sulawesi Tengah (Studi Kasus P. Kukumbi, P. Enam, P. Mogo, P. Kadidiri, P. Pagempa, P. Tongkabo). [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 143 hlm.

Arinardi, O. H., Triaminingsih, dan dirjo. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan Di Kawaan Timur Indonesia. LPO3-LIPI. Jakarta. 139

Astuti, L. P dan H. Satria. 2009. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton Di Danau Sentani, Papua. LIMNOTEK, 16(2):88-98.

M. Zainuri, dan Hariyadi. 2000. The Abundance of Zooplankton as Secondary Producer at Awur Bay in the Northern Central Java Sea. Journ. Coast. Dev. 4 (1):481–489.

Hadi, S. 1979. Metodologi Research. Penulis Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 75 hlm.

(9)

Hasani, Q., E. M. Adiwilaga, dan N. T. M. Pratiwi. 2012. The Relationship between the Harmful Algal Blooms (HABs) Phenomenon with Nutrients at Shrimp Farms and Fish Cage Culture Sites in Pesawaran District Lampung Bay. Makara Journal of Science, 16(3):183–191.

Haumahu, S. 2005. Distribusi Spasial Fitoplankton di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku Tengah. Indonesian Journal of Marine Science, 10(3):126–134.

Hibatul, T., I. Riniatsih, dan R. Azizah TN. 2013. Struktur Komunitas Zooplankton di Ekosistem Lamun Alami dan Berbagai Lamun Buatan Perairan Teluk Awur, Jepara. Journal of Marine Research, 2(4):16-22.

Krebs, C. J. 1985. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution Abundance. Third Edition. Harper and Row Publicer, New York, 776 pp.

LIPI. 2007. Identification Manual For Southeast Asian Coastal Zooplankton. LIPI Press, Jakarta. Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press,

Jakarta, 331 hlm.

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. WB. Sanders. 577

Prawiradilaga, D. M., A. Suyanto, W. A. Noerdjito, A. Saim, Purwaningsih, I. Rachmatika, S. Susiarti, I. Shidiq, A. Marakarmah, M. H. Sinaga, E. Chalik, Ismael, M. Maharani, Y. Purwanto, E. B. Waluyo. 2003. Final Report on Biodiversity of Tesso Nilo. R

Center for Biology – LIPI and WWF Indonesia. Jakarta. 4 hlm.

Rachman, A. dan E. Asniariati. 2012. Zooplankton Spatial Distribution and Community Structure in Banggai Sea. Jurnal Ilmu dan

455

Hasani, Q., E. M. Adiwilaga, dan N. T. M. Pratiwi. 2012. The Relationship between the Harmful Algal Blooms (HABs) Phenomenon with Nutrients at Shrimp Farms and Fish Cage Culture Sites in Pesawaran District Lampung Bay. Makara Journal of

191.

Haumahu, S. 2005. Distribusi Spasial Fitoplankton di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku Tengah. Indonesian Journal of Marine

134.

Hibatul, T., I. Riniatsih, dan R. Azizah TN. 13. Struktur Komunitas Zooplankton di Ekosistem Lamun Alami dan Berbagai Lamun Buatan Perairan Teluk Awur, Jepara. Journal of Marine Research,

Krebs, C. J. 1985. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution Abundance. Third r and Row Publicer,

LIPI. 2007. Identification Manual For Southeast Asian Coastal Zooplankton. LIPI Press, Jakarta. Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press,

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. WB. Sanders. 577 pp. Prawiradilaga, D. M., A. Suyanto, W. A.

Noerdjito, A. Saim, Purwaningsih, I. Rachmatika, S. Susiarti, I. Shidiq, A. Marakarmah, M. H. Sinaga, E. Chalik, Ismael, M. Maharani, Y. Purwanto, E. B. Waluyo. 2003. Final Report on Biodiversity of Tesso Nilo. Research LIPI and WWF Indonesia. Jakarta. 4 hlm.

Rachman, A. dan E. Asniariati. 2012. Zooplankton Spatial Distribution and Community Structure in Banggai Sea. Jurnal Ilmu dan

Teknologi Kelautan Tropis, 4(2):247-258.

Sulistiawati, D. 2011. Model Integrasi Wisata Perikanan Di Gugus Pulau Batudaka, Kabupaten Tojo Una Una Provinsi Sulawesi Tengah. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 291 hlm.

Sundjaya. 2008. Menjadi Konservasionis: Konstruksi Identitas Sosia

Orang Bajo dalam Program Konservasi Alam di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. [Tesis]. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia, Depok, 168 hlm.

Suryabrata, S. 1992. Metodologi Penelitian. Cetakan VII. Rajawali Press, Jakarta, 79 hlm.

Suwignyo, P. 1976. Metode dan Teknik Penelitian dalm Bidang Biologi Perikanan. Bogor, 45 hlm.

Thoha, H. 2007. Kelimpahan Plankton Di Ekosistem Perairan Teluk Gilimanuk, Taman Nasional, Bali Barat. Makara Sains, 11(1): 44 dan A. Rachman. 2013.

Kelimpahan dan Distribusi Spasial Komunitas Plankton di Perairan Kepulauan Banggai. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 5(1):145-161.

Welch, P. S. 1952. Limnology, 2nd ed. McGraw-Hill, New York. 538 pp. Yamaji, I. 1979. Illustra

Plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co. Ltd. Japan, 5 pp.

Teknologi Kelautan Tropis, 258.

2011. Model Integrasi Wisata Perikanan Di Gugus Pulau Batudaka, Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor,

Sundjaya. 2008. Menjadi Konservasionis: Konstruksi Identitas Sosial oleh Orang Bajo dalam Program Konservasi Alam di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. [Tesis]. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia, Depok, 168 hlm.

Suryabrata, S. 1992. Metodologi Penelitian. Cetakan VII. Rajawali

karta, 79 hlm.

Suwignyo, P. 1976. Metode dan Teknik Penelitian dalm Bidang Biologi Perikanan. Bogor, 45 hlm.

. 2007. Kelimpahan Plankton Di Ekosistem Perairan Teluk Gilimanuk, Taman Nasional, Bali Barat. Makara Sains, 11(1): 44-48.

an A. Rachman. 2013. Kelimpahan dan Distribusi Spasial Komunitas Plankton di Perairan Kepulauan Banggai. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,

161.

Welch, P. S. 1952. Limnology, 2nd ed. Hill, New York. 538 pp. Yamaji, I. 1979. Illustration of Marine

Plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co. Ltd. Japan, 5-197

Gambar

Gambar 1.  Stasiun Pengambilan Sampel Plankton di Perairan  Sulawesi Tengah
Gambar 3. Grafik Kelimpahan Zooplankton (ind./L) di Perairan Kayome, Kepulauan Togean, Sulawesi  Tengah
Gambar  4.  Grafik  Hubungan  Kelimpahan  Fitoplankton  Terhadap  Zooplankton  di  Perairan  Kayome,  Kepulauan  Togean,  Sulawesi Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Suatu penelitian mengungkapkan bahwa 94% remaja menyatakan membutuhkan nasihat mengenai seks dan kesehatan reproduksi, dan mereka mengharapkan agar petugas kesehatan

Minyak sinamon dari hasil isolasi menghasilkan nilai indeks bias dan bobot jenis yang masih berada pada selang yang digunakan sebagai syarat mutu minyak kulit kayu

Pengaruh Organizational Culture Terhadap Firm Performance Melalui Learning Organization pada Sektor Non Manufaktur di Surabaya.. Jurnal

Penelitian fluida lumpur dalam skala laboratorium yang dilakukan untuk menguji berbagai sifat – sifat fisik lumpur pada smooth fluid – 05dan saraline – 185 dengan OWR (oil water

Dengan pengecualian untuk material coarse dimana pusat perpindahan pada dasar muatan, jumlah persamaan total muatan material dasar yang digunakan untuk menentukan kapasitas transport

Internasional) Tbk dengan ukuran perusahaan yang rendah yakni 14,26, dan PT Bank Central Asia Tbk dengan ukuran perusahaan yang tinggi sebesar 19,60 memiliki

Jadi dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa keadaan kondisi fisik ekstrakulikuler taekwondo SMA Negeri 1 Kauman Tulungagung dalam keadaan baik yakni kekuatan otot

Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh wajib pajak