• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RATA-RATA LAMA SEKOLAH, TENAGA KERJA DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN TERHADAP PDRB

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN, JAWA BARAT, JAWA TENGAH TAHUN 2010-2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun Oleh:

Wahyu Kurniawan

11150840000052

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Wahyu Kurniawan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 24 Agustus 1996

3. Alamat : Villa Inti Persada A7/12 A Rt 05 Rw

19 Pamulang Timur Kota Tengerang, Banten.

4. E-mail : Wahyuzkurniawan@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Muhammadiya Haurgeulis : 2002-2008

2. SMP Negeri 01 Haurgeulis : 2008-2011

3. MAN 11 Jakarta Selatan : 2011-2014

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2015-2019

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Ketua Pelaksana Economic Call for Paper National Championship (ECLASHIP) Tahun 2017

2. Koordinator Kemahasiswaan HMJ Ekonomi Pembangunan Periode 2017-2018

2. Ketua Umum HMJ Ekonomi Pembangunan 2018-2019

3. Sekretaris Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis Periode 2019-2020

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H Ma’mun

(7)

vi

ABSTRACT

Economic growth is one indicator of the success of economic development in a region. This research aims to analyze the Effect of Average Length of School, Workforce and Minimum Wage Districts on Regency / City GRDP in Banten Province, West Java, Central Java in 2010-2015. This study uses panel data analysis with the Fixed Effect Model (FEM) approach. The results of this study indicate that the variable average school length and minimum wages of the district have a positive and significant effect on regency / city GRDP in Banten Province, West Java, Central Java in 2010-2015, the variable number of industrial workers has a positive and insignificant effect on district GRDP / City in Banten Province, West Java, Central Java in 2010-2015. While simultaneously the variable Average Length of School, Labor and Minimum Wages of the District has a positive and significant effect on GRDP of Regency / City in Banten Province, West Java, Central Java in 2010-2015.

Keywords: Average Length of School, Labor, District Minimum Wage, Fixed Effect

(8)

vii

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah, Tenaga Kerja Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap PDRB Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Rata-rata Lama Sekolah dan Upah Minimum Kabupaten berpengaruh Positif dan signifikan terhadap PDRB Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015, Variabel jumlah Tenaga Kerja industri berpengaruh positif dan tidak signifikan PDRB Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015. Sedangkan secara simultan variabel Rata-rata Lama Sekolah, Tenaga Kerja dan Upah Minimum Kabupaten berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015.

Kata Kunci: Rata-rata Lama Sekolah, Tenaga Kerja, Upah Minimum Kabupaten,

PDRB, Fixed Effect Model (FEM).

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji Syukur kita Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat nikmat dan karuniaNya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Alhamdulilah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah, Tenaga Kerja Dan Upah Minimum

Kabupaten Terhadap PDRB Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan , dukungan, bimbingan serta arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, Bapak, Mamah, dan Teteh yang selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin. Serta iringan doa yang selalu dicurahkan agar penulis diberikan kemudahan dan segala bentuk dukungan yang sudah diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Amilin Ak, M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP.,CRMP. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan berharga yang diberikan kepada penulis untuk duduk di bangku perkuliahan mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si selaku

Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas perannya untuk selalu memberikan bimbingan kepada penulis baik dalam bentuk akademik maupun non-akademik.

(10)

ix

4. Bapak Fahmi Wibawa, SE, MBA dan Ibu Najwa Khairina selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penulisan penelitian ini dari awal hingga akhir sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.

5. Para sahabat PT. Entropy FC; Feisal, Ivan, Harits, Zulfikar, Sya’ban, Hilal, Jek, Khaidar, Hady, Farith, Satria, Farras, Alwan, Putri, Desti, Ipoel yang menjadi pelipur lara dan penyemangat di perantauan jauh dari keluarga dan orangtua.

6. Seluruh teman-teman HMJ Ekonomi Pembangunan dan DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan wadah berproses kepada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik membentuk karakter diri. Semoga kebaikan kalian semua dibalas oleh Allah SWT.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala bentuk saran, masukan dan kritik dari pembaca akan diterima oleh penulis guna memperbaiki dan mengembangkan penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna serta bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 25 Desember 2019

Wahyu Kurniawan

(11)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... i BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Batasan Masalah ... 7 C. Rumusan Masalah ... 7 D. Tujuan Penelitian ... 8 E. Manfaat Penelitian ... 8 BAB II ... 10 TINJAUAN PUSTAKA ... 10 A. Landasan Teori ... 10 1. Pertumbuhan Ekonomi ... 10

2. Pendapatan Domestik Regional Bruto ... 11

3. Tenaga Kerja ... 13

4. Upah ... 15

4. Upah Minimum. ... 20

5. Rata-rata Lama Sekolah ... 25

(12)

xi

1. Hubungan Antara Rata-rata Lama Sekolah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi ... 26

2. Hubungan Antara Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. .. 27

3. Hubungan Antara Upah Minimum Kabupaten Terhada Pertumbuhan Ekonomi. ... 27 C. Penelitian Terdahulu ... 28 D. Kerangka Berfikir ... 37 E. Hipotesis Penelitian ... 38 BAB III ... 39 METODE PENELITIAN ... 39

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39

B. Populasi dan Sampel ... 39

C. Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 40

D. Metode Analisis Data ... 40

E. Estimasi Model Data Panel ... 43

F. Pemilihan Model Data Panel ... 46

G. Uji Asumsi Klasik ... 47

H. Uji Hipotesis ... 48

BAB IV ... 51

PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

1. Gambaran Umum Provinsi Banten ... 51

2. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat ... 57

3. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah ... 66

B. Temuan Hasil Penelitian ... 74

1. Uji Chow ... 74

2. Uji Hausman ... 75

3. Fixed Effect Model (FEM) ... 76

4. Uji Asumsi Klasik ... 77

5. Pengujian Hipotesis ... 78

6. Analisis Ekonomi ... 82

BAB V ... 87

(13)

xii

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Atas Dasar

Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2010-2015 (Juta Rupiah) ... 2

Tabel 1.2 Rata-rata lama sekolah Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015 ... 4

Tabel 1.3 Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar padai Beberapa Provinsi Di Pulau Jawa Tahun 2010-2015 (Orang) ... 5

Tabel 1.4 Upah Minimum Regional Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015 (Juta Rupiah) ... 6

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 32

Tabel 4.1 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten ... 52

Tabel 4.2 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat ... 58

Tabel 4.3 Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah ... 67

Tabel 4.4 Uji Chow ... 75

Tabel 4.5 Uji Hausman ... 75

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Data Panel ... 76

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas... 77

Tabel 4.8 Uji Heteroskedastisitas ... 78

Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi ... 79

Tabel 4.10 Uji t-Statistik ... 80

(15)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Tahun Dasar 2010 (Persen) ... 1 Grafik 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota di Provinsi Banten

Tahun 2010-2015 ... 53 Grafik 4.2 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Banten ... 54 Grafik 4.3 Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Kabupaten/kota

Provinsi Banten Tahun 2010-2015... 55 Grafik 4.4 Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Tahun 2010-2015 ... 56 Grafik 4.5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota di Provinsi Banten

Tahun 2010-2015 ... 60 Grafik 4.6 Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2015 ... 61 Grafik 4.7 Tenaga Kerja kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat

Tahun 2010-2015 ... 63 Grafik 4.8 Upah Minimum Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun

2010-2015 ... 65 Grafik 4.9 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota di Provinsi Banten

Tahun 2010-2015 ... 69 Grafik 4.10 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Tengah ... 70 Grafik 4.11 Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2015 ... 72 Grafik 4.12 Upah Minimum Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2015 ... 73

(16)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keseimbangan Tenaga Kerja ... 14

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 37

Gambar 4.1 Peta Pulau Jawa ... 51

Gambar 4.2 Peta Provinsi Banten ... 57

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu wilayah adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi, secara sederhana dimana meningkatnya pendapatan masyarakat. Pembangunan di provinsi-provinsi di Pulau Jawa yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat. Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2000).

Grafik 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Tahun Dasar 2010 (Persen)

Sumber: (Badan Pusat Stastistik, 2018)

Berdasarkan data diatas pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah menggunakan tahun dasar 2010, data tersebut menunjukkan bahwa Provinsi Banten mengalami pertumbuhan yang cukup baik diawal tahun 2011 sebesar 4.53% namun presentasenya terus menurun hingga tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten hanya sebesar 3.24%. Selanjutnya, Provinsi

4.53 4.4 4.31 3.24 3.24 4.78 4.82 4.7 3.52 3.52 4.4 4.47 4.27 4.46 4.68 0 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013 2014 2015

Pertumbuhan Ekonomi

(18)

2

Jawa Barat mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dari 2011 sebesar 4.78% hingga tahun 2012 mencapai 4.82%, namun pada tahun 2015 presentasenya terus menurun hanya menjadi sebesar 3.52%. Sedangkan, Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik pada awal 2011 sebesar 4.4% presentasenya terus meningkat hingga tahun 2015 mencapai 4.68%. Dengan demikian Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling baik dibanding provinsi lainnya.

Kinerja perekonomian negara/wilayah pada satu periode dapat diukur menggunakan satu indikator yaitu data pendapatan nasional (Kuniwangsih, 2007). Pendapatan nasional suatu negara/wilayah dicerminkan melalui besarnya Produk Domestik Bruto yang dihitung atas dasar tahun berlaku maupun atas dasar harga konstan, dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai di suatu wilayah perlu dihitung menggunakan pendapatan riil menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Karena itu konsep yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi adalah PDRB dengan harga konstan.

Tabel 1.1

PDRB Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2010-2015 (Juta Rupiah)

Tahun Banten Jawa Barat Jawa Tengah

2010 271.465.283.23 906.685.760,40 623.224.621,33 2011 290.545.838.92 965.622.061,10 656.268.129,91 2012 310.385.592.47 1.028.409.739,51 691.343.115,96 2013 331.099.105.50 1.093.543.545,87 726.655.118,06 2014 349.351.227.66 1.149.216.057,05 764.959.150,95 2015 368.216.545.90 1.207.083.405,74 806.765.092,17

Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2018)

Dari tabel diatas dapat kita lihat, berdasarkan PDRB beberapa provinsi dipulau jawa atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun 2010 - 2015.

(19)

3

Terdapat perbedaan jumlah pendapatan antar provinsi dalam kurun waktu 6 tahun. PDRB dengan jumlah terbesar diraih oleh Provinsi Jawa Barat, selanjutnya Provinsi Jawa Tengah lalu Provinsi Banten.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah, salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Sektor pendidikan dianggap memainkan peran utama untuk membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006).

Implikasinya, dengan semakin tinggi tingkat pendidikan, maka hidup manusia akan menjadi semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian secara nasional, semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, maka akan semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut. Makin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja maka akan makin tinggi produktivitasnya dan dengan demikian juga akan makin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Salah satu indikator dalam melihat baik atau tidaknya tingkat pendidikan di suatu wilayah/negara dapat dilihat melalui angka rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mengidentifikasi jenjang kelulusan pendidikan penduduk di suatu wilayah. Rata-rata lama sekolah merupakan lamanya pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang. Rata-rata lama sekolah juga dapat dijadikan pengawasan dalam pelaksanaan Program Wajib Belajar 12 tahun. Rata-rata lama sekolah ini dihitung untuk usia 25 tahun keatas dengan asumsi pada usia 25 tahun proses pendidikan sudah selesai.

(20)

4

Tabel. 1.2

Rata-rata lama sekolah Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah Tahun 2010-2015

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Banten 7.92 7.95 8.06 8.17 8.19 8.27

Jawa Barat 7.4 7.46 7.52 7.58 7.71 7.86

Jawa tengah 6.71 6.74 6.77 6.8 6.93 7.03

Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2019)

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun Rata-Rata Lama Sekolah di Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah selalu meningkat. Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa ditahun 2015 Provinsi Banten memiliki nilai tertinggi dengan angka 8,27 Provinsi Jawa Barat 7,86 Provinsi Jawa Tengah 7,03. Artinya pada tahun 2015 , penduduk Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang berusia 25 tahun ke atas telah menempuh pendidikan hanya sampai kelas I Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dapat diketahui juga rata-rata penduduk Provinsi Banten yang berusia 25 ke tahun ke atas putus sekolah di kelas 2 SMP. Meskipun ketiga provinsi tersebut merupakan wilayah yang berada dipulau jawa yang mana berada disekitar pusat pemerintahan Republik Indonesia namun masih jauh dari program yang dicanangkan pemerintah pusat yaitu Program Wajib Belajar 12 tahun. Meskipun secara angka mengalami peningkatan setiap tahunnya namun dapat dikatakan angka diatas masih menjadi pekerjaan rumah bagi ketiga Provinsi tersebut dalam meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Lebih jauh hal ini merupakan tantangan besar bagi pemerintah pusat kedepan yang mencanangkan peningkatan sumber daya manusia yang unggul untuk dapat bersaing di era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini.

Peningkatan mutu modal manusia memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan adanya modal manusia yang berkualitas diyakini dapat memberikan pengaruh yang baik pula terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara (Nurwijayanti, 2017). Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumberdaya untuk menjalankan proses

(21)

5

produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar (Suharto, 2016).

Pulau Jawa dapat dikatakan menjadi pusat kegiatan industri yang ada di Indonesia dengan segala fasilitas infrastruktur yang tersedia. Saat ini penyebaran industri di Indonesia sebagian besar masih di pulau Jawa yaitu sekitar 75 persen, sedangkan 25 persen lagi di luar Pulau Jawa (Kementerian Perindustrian, 2019).

Tenaga kerja yang terserap oleh industri besar sedang di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa tengah pada tahun 2010 hingga tahun 2015 jumlahnya cenderung meningkat, hal ini tentu saja diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap kondisi ekonomi diwilayah tersebut.

Tabel 1.3

Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah Tahun 2010-2015 (Orang)

Tahun Banten Jawa Barat Jawa Tengah

2010 477.102 1.269.108 734.898 2011 473.361 1.325.140 732.031 2012 467.543 1.427.004 777.087 2013 479.000 1.458.467 838.351 2014 487.782 1.545.457 876.694 2015 514.462 1.588.155 946.310

Sumber: (Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah., 2017) data diolah

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun Jumlah tenaga kerja industri di Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah selalu meningkat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah tenaga kerja industri terbesar mencapai 1.588.155 jiwa pada tahun 2015 lalu Provinsi Jawa Tengah sebesar 946.310 jiwa dan Provinsi Banten sebesar 514.462. Tenaga kerja merupakan komponen penting dalam berdirinya suatu perusahaan, tenaga kerja yang memiliki talenta, keterampilan, dan kreativitas merupakan elemen dasar setiap individu dalam suatu perusahaan industri. Dengan adanya industri dapat membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat untuk mencapai penghasilan yang mencukupi,

(22)

6

dan pembangunan industri juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang belum mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari pekerjaan. Selain itu, ada juga beberapa faktor pendukung bagi masyarakat untuk bekerja di perindustrian, salah satunya karena karena tingkat Upah Minimum Kabupaten/Kota (Rakhmawati, 2018). Besaran upah yang diterima oleh tenaga kerja dalam suatu wilayah provinsi ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah melalui Upah Minimum Provinsi. Besaran upah kabupaten/kota di satu wilayah provinsi jumlahnya tidak boleh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang ditetapkan dalam upah minimum provinsi.

Tabel 1.4

Upah Minimum Regional Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015 (Juta Rupiah)

Tahun Banten Jawa Barat Jawa Tengah

2010 955.300 671.500 660.000 2011 1.000.000 732.000 675.000 2012 1.040.000 780.000 765.000 2013 1.170.000 850.000 830.000 2014 1.325.000 1.000.000 910.000 2015 1.600.000 1.000.000 910.000

Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2017)

Berdasarkan data diatas Upah Minimum Provinsi (UMP) besarannya cenderung meningkat. Pada tahun 2015 Provinsi Banten menjadi wilayah dengan besaran UMP tertinggi dengan jumlah sebesar RP. 1.600.000, Provinsi Jawa Barat sebesar Rp.1.000.000,- dan Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp.910.000.

Upah/Gaji yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja di suatu perusahaan industri diharapkan dapat membantu kondisi perekonomian disuatu wilayah, Upah tersebut dapat menghidupi keluarga serta dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap oleh industri maka semakin banyak pula masyarakat yang memiliki penghasilan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah yang memiliki jumlah perusahaan industri dengan tenaga kerja dalam jumlah banyak.

(23)

7

Dari pemaparan tersebut penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh Rata-rata lama sekolah, jumlah tenaga kerja, dan upah minimum kabupaten, terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Untuk itu peneliti memberi judul penelitian: “Pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah, Tenaga

Kerja Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap PDRB Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015”.

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah ini dilakukan agar peneliti dapat lebih fokus dan tidak keluar dari pokok pembahasan yang ingin diteliti. Penelitian ini dikakukan dengan menggunakan data selama 6 tahun, dari tahun 2010 sampai tahun 2015. Penelitian ini akan dibatasi pada variabel rata-rata lama sekolah, tenaga kerja industri besar dan sedang dan upah minimum kabupaten/ kota. Wilayah penelitian dibatasi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini akan membahas mengenai Pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah, Tenaga Kerja Dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap PDRB Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Tahun 2010-2015. Sehingga dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh rata-rata lama sekolah terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah tahun 2010-2015?

b. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah tahun 2010-2015?

c. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Kabupaten terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah tahun 2010-2015?

(24)

8

d. Bagaimana pengaruh Rata-rata lama sekolah, Tenaga Kerja dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah tahun 2010-2015?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah tahun 2010-2015.

2. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah tahun 2010-2015.

3. Untuk mengetahui pengaruh Upah Minimum Kabupaten terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah tahun 2010-2015.

4. Untuk mengetahui pengaruh Rata-rata Lama Sekolah, Tenaga Kerja dan Upah Minimum Kabupaten Terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah tahun 2010-2015.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penjelasan tujuan penelitian yang sudah dijelaskan, maka manfaat dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai bahan informasi tambahan bagi para peneliti berikutnya yang memperdalam penelitian terkait Pengaruh rata-rata lama Sekolah, tenaga kerja dan upah minimum kabupaten terhadap PDRB pada kabupaten/ kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah tahun 2010-2015.

(25)

9 2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan sebagai bahan pertimbangan serta evaluasi dalam pengambilan kebijakan pemerintah daerah dapat dilakukan secara tepat yang berkaitan dengan Pengaruh .

(26)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuaan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya (Jhingan, 2016).

Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di suatu wilayah, artinya kenaikan seluruh nilai tambah added value yang terjadi pada suatu produk. Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat harga berlaku, namun agar dapat melihat pertambahan dari suatu kurun waktu berikutnya harus dinyatakan pada nilai riil artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi suatu didaerah/wilayah (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) yang berarti secara kasar menggambarkan kemakmuran suatu wilayah.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut teori pertumbuhan ekonomi Klasik Adam Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (Arsyad, 1999). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :

1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

(27)

11

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.

Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000).

Pertumbuhan regional jangka panjang harus memperhitungkan faktor-faktor yang dianalisis jangka pendek diasumsikan konstan, yakni seperti penduduk, upah, harga, teknologi dan distribusi pendapatan. Mobilitas faktor-faktor terutama tenaga kerja dan modal harus menjadi pertimbangan yang sangat penting (Glasson, 1997). Pertumbuhan Ekonomi disuatu wilayah dapat kita ukur melalui pendapatan domestrik/regional daerah tersebut melalui Pendapatan Domestik regional Bruto atau yang biasa disingkat menjadi PDRB.

2. Pendapatan Domestik Regional Bruto

a. Pengertian Pendapatan

Dalam menjalankan usaha pendapatan atau omset sebagai unsur penting dimana untuk mengetahui laporan keuangan dari perusahaan, manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode akutansi yang di akui sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum. “Pendapatan merupakan arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak termasuk dari konstribusi penanaman modal” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Kata lain pendapatan terdiri dari arus masuk bruto dimana manfaat ekonomi yang diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih untuk dan atau atas nama pihak ketiga bukan merupakan pendapatan karena tidak

(28)

12

menghasilkan manfaat ekonomi bagi perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama sesuai periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal. Sedangkan menurut mengatakan “pendapatan adalah suatu pertambahan asset atas yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan asset yang dikarenakan bertambahnya liabilities” (Munandar, 2006).

b. Pengertian Domestik/Regional

Pengertian Domestik/regional disini dapat dikategorikan Provinsi atau Daerah Kabupaten/Kota. Transaksi Ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi di wilayah domestik suatu daerah tanpa memperhatikan apakah transaksi dilakukan oleh masyarakat (residen) dari daerah tersebut atau masyarakat lain (non-residen).

c. Pendapatan Regional

Dari konsep-konsep yang diterangkan di atas dapat diketahui bahwa Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor itu sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu daerah. Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul atau merupakan pendapatan yang berasal dari daerah tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi, tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk daerah itu, sebab ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk daerah lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi di daerah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan menjadi milik orang luar yaitu milik orang yang

(29)

13

mempunyai modal tadi. Sebaliknya kalau ada penduduk daerah ini yang menambahkan modalnya di luar daerah maka sebagian keuntungan perusahaan akan mengalir ke dalam daerah tersebut, dan menjadi pendapatan dari pemilik modal. Kalau Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir ke luar dan ditambah dengan pendapatan yang mengalir ke dalam, maka hasilnya akan merupakan Produk Regional Neto yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh yang tinggal di daerah yang dimaksud. Produk Regional Neto inilah yang merupakan Pendapatan Regional.

3. Tenaga Kerja

a. Pengertian Tenaga Kerja

Di dalam Undang-Undang terbaru tentang ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang Nomor 13, Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja memberikan pengertian tentang tenaga kerja yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2 bahwa tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melaksanakan/melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Adapun definisi menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah tenaga kerja adalah banyaknya pekerja/karyawan rata-rata perhari kerja baik pekerja yang dibayar maupun pekerja yang tidak dibayar.

Pekerja Produksi adalah pekerja yang langsung bekerja dalam proses produksi atau berhubungan dengan kegiatan produksi, termasuk pekerja yang langsung mengawasi proses produksi, mengoperasikan mesin, mencatat bahan baku yang digunakan dan barang yang dihasilkan.

Pekerja lainnya adalah pekerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, pekerja ini biasanya sebagai pekerja pendukung perusahaan, seperti manager (bukan produksi), kepala personalia, skretaris, tukang ketik, penjaga malam, sopir perusahaan, dan lain-lain.

(30)

14

b. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Sedangkan Penawaran tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap tingkat upah dalam jangka waktu tertentu (Sholeh, 2007). Hal ini juga dijelaskan ketika didalam sesuatu pekerjaan di mana terdapat penawaran tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak banyak permintaan, upah untuk mencapai tingkat yang rendah. Sebaliknya di dalam sesuatu pekerjaan di mana terdapat penawaran tenaga kerja yang terbatas tetapi permintaannya sangat besar, upah cenderung untuk mencapai tingkat yang tinggi (Sukirno, 2003).

Besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah. Apabila tingkat upah naik maka jumlah penawaran tenaga kerja akan meningkat. Sebaliknya jika tingkat upah meningkat maka permintaan tenaga kerja akan menurun (Payaman, 2001).

Gambar 2.1

Keseimbangan Tenaga Kerja

Sumber: (Mankiw, 2003)

Keterangan:

SL : Penawaran Tenaga Kerja (Supply of Labor). DL : Permintaan Tenaga Kerja (Demand of Labor).

W : Upah.

(31)

15

We : Upah Keseimbangan.

Le : Jumlah Tenaga Kerja Keseimbangan.

E : Keseimbangan Permintaan dan Penawaran.

Dari gambar 2.1 diatas dapat kita lihat, pasar tenaga kerja sama seperti pasar lainnya yang sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Jika tidak ada campur tangan pemerintah dalam penentuan tingkat upah, maka upah biasanya akan menyesuaikan hingga terjadi keseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Dalam ekonomi Neoklasik bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Sebaliknya permintaan terhadap tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat.

4. Upah

a. Pengertian Upah

Upah dapat diartikan sebagai hak yang diterima oleh pekerja berupa imbalan dalam bentuk uang atas pekerjaan yang telah dilakukan seseorang terhadap perusahaan berdasarkan kesepakatan, perjanjian kerja dan peraturan. Dalam pengertian teori ekonomi, upah yaitu pembayaran yang diperoleh berbagai bentuk jasa yang disediakan dan diberikan oleh tenaga kerja kepada pengusaha (Sukirno, 2012). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat 30, UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan definisi Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan

b. Teori Upah

Adapun teori tentang upah yaitu sebagai berikut : a). Teori Upah Dana Menurut Stuart Mill Senior

(32)

16

Menurut teori upah dana buruh tidak perlu menantang seperti yang disarankan oleh teori undang-undang upah besi, karena upah yang diterimanya itu sebetulnya adalah berdasarkan kepada besar kecilnya jumlah dana yang ada pada masyarakat.

b). Teori Upah Besi dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle

Penerapan sistem upah kodrat menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena kita ketahui posisi kaum buruh dalam posisi yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh produsen. Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal dengan istilah “Teori Upah Besi”. Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk menghadapi kebijakan para produsen terhadap upah agar dibentuk serikat pekerja.

c). Teori Upah Etika

Menurut kaum Utopis (kaum yang memiliki idealis masyarakat yang ideal) tindakan para pengusaha yang memberikan upah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum,merupakan suatu tindakan yang tidak “etis”. Oleh karena itu sebaiknya para pengusaha selain dapat memberikan upah yang layak kepada pekerja dan keluarganya, juga harus memberikan tunjangan keluarga (Sholeh, 2007)

c. Jenis-jenis Upah

Jenis-jenis upah dalam berbagai kepustakaan Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja menurut Zaeni Asyhadie dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Upah Nominal

Upah nominal atau upah uang adalah jumlah uang yang diterima pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran tenaga mental dan fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi (Sukirno, 2002).

(33)

17 b. Upah Rill

Upah riil adalah upah yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja tersebut (Sukirno, 2002) c. Upah Minimum

Kebijakan upah minimum Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-01/Men/1999 dan UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003/ Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 tentang upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi tertentu. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa menaikkan produktivitas perusahaan dan kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum.

d. Faktor – faktor Penentu Upah

Ada enam faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat patokan gaji (Standart Upah/Gaji) perusahaan (S.Ruky, 2001) yaitu:

1. Ketetapan pemerintah.

Dalam hal ini banyak perusahaan berpatokan pada ketentuan peraturan pemerintah dalam menentukan Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR) dalam menentukan tingkat upah bagi perusahaannya.

2. Tingkat upah / gaji dipasaran.

Tingkat upah yang berlaku dipasaran diperoleh melalui benchmarking atau survei imbalan. Tingkat upah ini tidak boleh lebih rendah

(34)

18

besarannya dari pada ketentuan UMR yang sudah ditentukan pemerintah setempat.

3. Kemampuan perusahaan.

Istilah buku untuk kemampuan perusahaan adalah companies ability to

pay. Dalam hal ini yang menjadi acuan utama adalah kemampuan

finansial perusahaan untuk membayar.

4. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang digunakan.

Kualifikasi SDM yang digunakan perusahaan sangat dipertimbangkan, terutama oleh tingkat teknologi yang digunakan dan segmen pasar dimana perusahaan tersebut bersaing.

5. Kemauan Perusahaan.

Dalam hal ini perusahaan tidak memperdulikan harga pasar atau pun faktor-faktor lain, tetapi hanya berpegang pada apa yang menurut mereka wajar.

6. Tuntutan Pekerja.

Tuntutan pekerja akan menentukan tingkatan imbalan yang dibayar perusahaan. Tuntutan aspirasi dari pekerja dan kemauan perusahaan biasanya akan dipertemukan dalam menentukan upah.

e. Penyusunan Upah

Dewan penelitian nasional mendefinisikan upah sebagai suatu penerimaan imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan/ jasa yang telah dan yang akan dilakukan serta berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi (Sadili, 2006)

Penyusunan upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi yang diterima pekerja. Gaji dan upah dapat disusun menurut prestasi kerja, lama kerja, senioritas, dan kebutuhan.

1. Upah menurut prestasi kerja; pengupahan dengan cara ini langsung mengaitkan besarnya upah dengan prestasi kerja yang telah ditunjukan oleh karyawan yang bersangkutan.

(35)

19

2. Upah menurut lama kerja; cara ini disebut juga dengan sistem waktu. Besarnya upah ditentukan atas dasar lamanya karyawan melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Cara menghitungnya dapat menggunakan per jam, per hari, per minggu atau per bulan.

3. Upah menurut senioritas; cara pengupahan ini didasarkan pada masa kerja atau senioritas karyawan yang bersangkutan dalam suatu organisasi. Dasar pemikirannya adalah karyawan senior menunjukan adanya kesetiaan yang tinggi pada organisasi tempat mereka yang bekerja. Semakin senior seorang karyawan, semakin tinggi loyalitasnya pada organisasi.

4. Upah menurut kebutuhan; cara pengupahan ini menunjukan upah para karyawan didasarkan pada urgensi kebutuhan karyawan. Ini berarti upah yang diberikan wajar apabila dapat dipergunakan untuk memenuhi kehidupan yang layak sehari-hari (kebutuhan pokok minimum), tidak kelebihan, tetapi juga tidak kekurangan (Samsudin, 2006).

f. Sistem Upah Yang Berlaku Di Indonesia

Di Indonesia dikenal sistem pemberian upah, yaitu sebagai berikut : 1. Upah Menurut Waktu

Menurut sistem ini, besar upah didasarkan pada lama bekerja seseorang. Satuan waktu di hitung perjam, perhari, perminggu atau perbulan.

2. Upah Menurut Satuan Hasil

Menurut sistem ini, besarnya upah berdasarkan pada jumlah barang yang dihasilkan oleh pekerja. Satuan hasil dihitung perpotong barang, per satuan panjang atau persatuan berat.

3. Upah Borongan

Pembayaran upah borongan didasarkan kepada kesepakatan bersama antara pemberi dan penerima pekerja. Sistem ini biasanya diterapkan untuk pekerjaan yang sulit dihitung persatuan, sistem ini biasanya

(36)

20

untuk pengupahan pada jasa seperti bengkel mobil, pembangunan gedung dan sebagainya.

4. Upah Minimum.

a. Pengertian Upah Minimum

Upah minimum diartikan sebagai ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keharusan perusahaan untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan kebutuhan hidup layak kepada pekerja/buruh yang paling rendah tingkatnya yang merupakan perlindungan bagi kelompok pekerja lapisan bawah atas pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja maksimal 1 tahun, agar memperoleh upah serendah-rendahnya sesuai dengan kebutuhan hidup minimum (Maimun, 2007).

Upah minimum merupakan upah yang ditetapkan secara minimum regional, sektor regional, maupun sub sektoral. Dalam hal iniupah minimum adalah upah pokok dan tunjangan. Upah minimum juga merupakan upah pokok yang diatur secara minimal baik regional, sektoral maupun sub sektoral. Sementara itu menurut Case & Fair (2005:533) adalah upah yang paling rendah yang di izinkan untuk dibayar oleh perusahaan oleh para pekerjanya (Carysa, 2013).

Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum terbagi atas :

a. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atas kabupaten/kota. Besar upah ini untuk tiap wilayah provinsi atau kabupaten/kota tidak sama, tergantung nilai kebutuhan hidup layak (KHL) didaerah bersangkutan. KHL adalah stantar kehidupan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja untuk dapat hidup layak secara fisik, nonfisik dan sosial.

b. Upah minimum berdasarkan sektor/sub sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah minimum sektoral ditetapkan berdasarkan kelompok usaha tertentu misalnya kelompok usaha manufaktur dan non manufaktur (Maimun, 2007).

(37)

21

Penetapan upah minimum yang merupakan suatu perlindungan upah kepada pekerja sebagaimana diungkapkan oleh furqon mengenai upah minimum sebelumnya yaitu:

Upah minimum yang diatur oleh pemerintah yang ide awalnya merupakan jaring pengaman agar perusahaan minimal membayarkan upah dengan harapan kebutuhan dasar bagi kehidupan pekerja relatif mendekai terjangkau. Namun kenyataanya pekerja sehingga belum berhasil menciptakan hubungan industrial yang diharapkan. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, terdapat alternatif, sistem pemberian upah pekerja yang ditawarkan dengan konsep yang ideal dalam penetapan upah yakni keterlibatan pekerja. Karena mereka justru yang lebih mengetahui kondisi perusahaannya, kemudian dari sisi manajemen ditunjuk pihak-pihak berkompeten dalam penetapan upah (Wijayanti, 2004).

Menurut Menteri Ketenagakerjaan (MENAKER), berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang “Pengupahan”, penetapan upah minimum dilaksanakan menggunakan formula perhitungan upah minimum. Adapun formulanya adalah UMn = UMt + { UMt x (Inflasit + % ΔPDRBt).

Maka untuk menghindari pemberian upah yang tidak sesuai dengan upah minimum yang telah ditetapkan maka terdapat langkah yang bisa dilakukan yaitu dengan cara kedua belah pihak melakukan perundingan atau negoisasi. Adapun yang diperoleh dengan cara tersebut adalah pertama, upah mencerminkan kemampuan perusahaan dan kemauan pekerja yaitu perusahaan yang mempunyai kinerja baik akan memberikan kesejahteraan yang baik pula bagi pekerja. Kedua,fungsi upah sebagai dorongan motivasi karena pekerja akan memaksimalkan produktivitasnya agar perusahaan dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik. Karena kinerja yang baik akan menghasilkan pendapatan yang lebih baik pula.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Upah minimum

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Nomor 07 Tahun 2013, faktor-faktor yang mempengaruhi upah minimum adalah

(38)

22

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi.

1. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto keseluruhan barang dan jasa yang tercipta dan dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan faktor faktor produksi yang memiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendapatan dan pengeluaran (Prayitno, 2016).

2. Kebutuhan Hidup Layak

Sejak ditetapkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan standar KHL sebagai dasar dalam penetapan upah minimum. Berdasarkan Permenaker No. 17 Tahun 2005, tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian KHL, yang dimaksud dengan KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik, dan sosial untuk kebutuhan satu bulan.

3. Indeks Harga Konsumen

Indeks Harga Konsumen atau IHK adalah indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur perkembangan harga dari sejumlah barang dan jasa (paket komoditas) yang dibayar oleh konsumen/ rumahtangga, khususnya konsumen di perkotaan. IHK hanya mengukur perubahan harga dan bukan tingkat harga. Adapun komponen dalam perhitungan IHK yaitu sebagai berikut:

a. Paket Komoditas

Paket komoditas IHK berisi sejumlah barang dan jasa yang umumnya dibeli oleh konsumen/rumah tangga di kota tertentu atau menentukan harga-harga yang paling penting dengan pemberian bobot tertentu.

(39)

23

b. Diagram Timbang dan Nilai Produksi

Diagram timbang atau bobot IHK dihitung berdasarkan proporsi pengeluaran/nilai konsumsi setiap jenis barang dan jasa terhadap total pengeluaran/nilai konsumsi dari hasil Survei Biaya Hidup (SBH).

c. Tahun Dasar

Memilih satu tahun dari tahun basis yang merupakan tolak ukur yang menjadi bandingan tahun-tahun yang lainnya. Untuk menghitung indeksnya, harga barang, dan jasa untuk setiap tahun dibagi dengan harga keranjang pada tahun basis. Perbandingan ini kemudian dikalikan dengan 100. Angka hasilnya adalah indeks harga konsumen.

d. Pengumpulan Data Harga

Pengumpulan data harga konsumen dilakukan oleh petugas SurveiHarga Konsumen. Seperti halnya pada pelaksanaan pencacahan harga konsumen sebelumnya, maka dalam penghitungan IHK (Badan Pusat Statistik, 2016) .

c. Dasar Penetapan Upah Minimum.

Beberapa dasar pertimbangan dari penetapan upah minimum adalah sebagai berikut: (Santoso, 2016)

1.

Sebagai jaring pengaman agar nilai upah tidak melorot dibawah kebutuhan hidup minimum.

2. Sebagai wujud pelaksanaan Pancasila, UUD 45, dan GBHN secara nyata.

3. Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati sebagian kecil masyarakat yang memiliki kesempatan, tetapi perlu menjangkau sebagian terbesar masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya. 4. Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan penumbuhan kelas

(40)

24

5. Kepastian hukum bagi perlindungan atas hak-hak dasar buruh dan keluarganya sebagai warga negara Indonesia.

6. Merupakan indikator perkembangan ekonomi pendapatan perkapita.

d. Mekanisme Penetapan Upah Minimum

Peratuturan pelaksanaan terkait upah minimum diatur dalam Permenakertrans No. 01 Tahun 1999 tentang upah minimum, Kepmenatrans No. 226/MEN/2000 tentang perubahan beberapa pasal dalam Permenakertrans No. 01 tahun 1999. Penetapan upah minimum dilakukan di tingkat Provinsi atau di tingkat kabupaten/kota, dimana gubernur menetapkan besaran upah minimum Provinsi atau upah minimum kabupaten/kota, berdasarksan usulan dari komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi atau Kabupaten/Kota) dengan mempertimbangkan, kebutuhan hidup pekerja, indeks harga konsumsi, pertumbuhan ekonomi kondisi pasar dan lain sebagainya (Santoso, 2016).

Berikut ini adalah mekanisme penetapan upah minimum: (Santoso, 2006) 1. Usulan besaran upah minimum yang disampaikan oleh dewan pengupahan merupakan hasil survei kebutuhan hidup seorang pekerja lajang. Dalam ketentuannya yang terbaru kebutuhan seorang kebutuhan seorang pekerja lajang diatur dalam Permenakertrans No. 13 tahun 2012 tentang komponen dan pentahapan kebutuhan hidup layak, dalam peraturan ini, pemerintah menetapkan 7 kelompok dan 60 komponen kebutuhan bagi buruh/pekerja lajang yang menjadi dasar dalam melakukan survei harga dan menentukan besaran nilai upah minimum.

2. Selain upah minimum sebagai tersebut tadi, gubernur juga menetapkan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) yang didasarkan pada kesepakatan upah antara organisasi perusahaan dengan serikat pekerja sehingga upah dapat terdiri dari Upah Minimum Provinsi (UMP), Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP), Upah Minimum

(41)

25

Kabupaten/Kota (UMK) dan upah minimum sektoral kabupaten/kota (UMSK).

3. Sekalipun terdapat beberapa ketentuan upah minimum, namun upah minimum yang berlaku bagi setiap buruh/pekerja dalam suatu wilayah pada suatu industri tertentu hanya satu jenis upah minimum.

4. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Bagi pengusaha yang tidak mampu mbayar upah minimum dapat penangguhan upah minimum diatur dalam Kepmenakertrans Nomor : Kep-231/MEN/2003 Tentang tata Cara Penangguhan Upah Minimum. 5. Permohonan penangguhan pelaksanaan upah minimum diajukan oleh pengusaha kepada gubernur melalui instansi yang bertanggung jawabdi bidang kertenagakerjaan Provinsi paling lambat 10 hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum. Permohonan penangguhan sebagaimana di maksud ayat [1] didasarkan atas tertulis antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh yang tercatat. Lebih jelasnya mengenai penetapan upah minimum dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

5. Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)/ Mean Years School (MYS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah sendiri memiliki pengertian jumlah tahun belajar penduduk usia 25 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang). RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. Selain itu, penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standard internasional yang digunakan oleh UNDP. RLS dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pedididikan masyarakat dalam suatu wilayah.

(42)

26 Rumusan:

𝑅𝐿𝑆 =

1

𝑛

𝑥 ∑ μi

𝑛 𝑖=1 Dimana :

RLS = Rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas Xi = Lama sekolah penduduk ke-i yang berusia 25 tahun N = Jumlah penduduk usia 25 tahun ke atas

Angka RLS mencerminkan kondisi pendidikan suatu wilayah beberapa tahun yang lalu, karena ini merupakan outcome dari proses pendidikan. Karena RLS dihitung untuk penduduk usia 25 tahun keatas, artinya penduduk yang saat ini diperkirakan telah menyelesaikan proses pendidikannya. Sedangkan kondisi pendidikan saat ini akan berpengaruh pada angka HLS saat ini dan secara tidak langsung berpengaruh pada angka RLS beberapa tahun kedepan.

B. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Antara Rata-rata Lama Sekolah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Teori yang berkaitan dengan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah Teori Modal Manusia. Dalam teori ini menyebutkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Seseorang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, dan lamanya dalam menempuh pendidikan akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikannya yang lebih rendah. Apabila Pendidikan memainkan peran kunci dalam hal kemampuan suatu perekonomian untuk mengadopsi teknologi modern dan dalam membengun kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas menjadi modal utama yang dapat memberikan nilai

(43)

27

tambah dalam mengelola potensi ekonomi yang ada. Menurut Schultz dalam Khusaini mengatakan bahwa pembangunan pendidikan dengan manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja (Khusaini, 2007).

2. Hubungan Antara Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tenaga kerja sangat diperlukan keterampilannya dalam melaksanakan tugas, meningkatkan kualitas organisasi dan menunjang pertumbuhan ekonomi (Sulistyowati, 2010). Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan Kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar (Todaro, 2000). Disamping itu, semakin banyak tenaga kerja yang terserap maka semakin banyak masyarakat yang memiliki penghasilan dan memberikan dampak positif dikarenakan semakin banyak masyarakat yang memiliki perkerjaan serta mengurangi pengangguran dari hasil tersebut dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah tertentu.

3. Hubungan Antara Upah Minimum Kabupaten Terhada Pertumbuhan Ekonomi.

Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya (Julianto, 2016). Setiap daerah di Indonesia memiliki pemenuhan kebutuhan dengan tingkat yang berbeda-beda maka dari itu dibuatlah aturan di setiap wilayah dengan menggunakan Upah Minimum Regional/Upah Minimum Kabupaten. Upah yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja di suatu perusahaan menjadi penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal konsumsi

(44)

28

rumah tangga yang dapat memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berguna untuk bahan pertimbangan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian yang sedang dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait langsung dengan judul penelitian yang sedang dilakukan antara lain:

1. Nita Nurwijayati (2017), Pengaruh Indikator Komposit Pembangunan

Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi DIY.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Indikator Komposit Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi DIY. Indikator komposit yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Angka Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah dan Paritas Daya Beli. Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif menggunakan pendekatan kuantitatif.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder berupa data panel dengan cross section 5 kabupaten/kota dan time series selama 10 tahun. Alat analisis yang digunakan berupa regresi data panel dengan model Cammon Effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Angka Harapan Hidup berpengaruh Tidak Signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Sumbangan Relatif sebesar 2,64% dan Sumbangan Efektif sebesar 1,70% , 2) Rata – Rata Lama Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Sumbangan Relatif Sebesar 23,51% dan Sumbangan Efektif 13,543% , 3) Paritas Daya Beli berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Sumbangan Relatif 73,53%. Sumbangan efektif42,40% dan 4) Angka Harapan Hidup, Rata-Rata Lama sekolah dan Paritas Daya Beli secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

(45)

29

2. Devi Budiarti dan Yoyok Seosatyo (2014), Pengaruh Tingkat Pendidikan

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Mojokerto Tahun 2000-2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan dan

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto dari tahun 2000 hingga 2011 dan untuk mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto selama periode penelitian mengalami pertumbuhan meskipun pertumbuhannya berfluktuasi di mana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu 7,14 persen. Tingkat pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto di mana tingkat pendidikan sekolah menengah memiliki efek positif signifikan sedangkan universitas tidak memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Mojokerto.

3. Eeunike Elisabeth Bawuno (2015), Pengaruh Investasi Pemerintah Dan

Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Manado (Studi Pada Kota Manado Tahun 2003-2012). Penelitian ini bertujuan untuk

melihat Pengaruh Investasi Pemerintah Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Manado. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder Y = Pertumbuhan ekonomi (PDRB), X1 = BM (Belanja Modal), X2 = TK (Tenaga Kerja). Tenaga Kerja (TK) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti jika TK bertambah maka pertumbuhan ekonomi semakin bertambah dan bisa menimbulkan pengangguran.

4. Sri Ayuni Purnamasari (2017). Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder Y =

(46)

30

Pertumbuhan ekonomi, X1 = Investasi, X2 = Tenaga Kerja. Tenaga Kerja berpengaruh tidak signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Sulawesi Tenggara Peningkatan dari jumlah tenaga kerja yang terserap belum tentu akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat di Sulawesi Tenggara yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara, dikarenakan usia, tingkat pendidikan dan produktifitas seorang pekerja.

5. Putri Septa Utami (2018). Pengaruh Upah Minimum Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Tahun 2010 – 2016. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat Pengaruh Upah Minimum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Tahun 2010 – 2016. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder X= Upah Minimum Y= Pertumbuhan Ekonomi. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel yaitu gabungan antara runtun waktu (time series) untuk kurun waktu 2010-2016 dengan data kerat lintang (cross section) yaitu laporan data upah minimum dan pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan menurut 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2010 – 2016. Hasil analisis data menunjukan bahwa upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten selama tahun 2010-2016.

6. Indah Rianti (2017). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi,

Upah Minimum Provinsi Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Pulau Sumatera Periode Tahun 2010-2015. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi, Upah Minimum Provinsi Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Pulau Sumatera Periode Tahun 2010-2015. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder Variabel Y= Pertumbuhan ekonomi, X1= Pendapatan Asli Daerah, X2=Penanaman Modal Asing, X3=Upah Minimum Provinsi, X4=Tenaga kerja. Variabel tenaga kerja berpengaruh

(47)

31

negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau sumatera selama tahun 2011-2015. Variabel Upah Minimum Provinsi berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau sumatera selama tahun 2011-2015.

7. Foengsitanjoyo Trisantoso Julianto dan Suparno (2016). Analisis Pengaruh Jumlah Industri Besar Dan Upah Minimum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan data sekunder Y = Pertumbuhan ekonomi (PDRB), X1 = Jumlah Industri Besar, X2 = Upah Minimum Kabupaten. Upah Minimum Kabupaten (UMK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya. Hal ini berarti Upah Minimum Kabupaten/kota membawa dampak positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di kota Surabaya.

8. Mohun P. Odit (2010). The Impact Of Education On Economic Growth: The

Case Of Mauritius. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Dampak

Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Kasus Mauritius. Penelitian ini menggunakan data sekunder kumpulan data periode 1990 hingga 2006 yang diperoleh dari kantor statistik pusat dan laporan Bank of Mauritius. Menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan skala pengembalian konstan di mana modal manusia diperlakukan sebagai faktor independen dari produksi dalam model pertumbuhan augmented human capital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal manusia memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi terutama sebagai mesin untuk peningkatan tingkat output. Ada bukti kuat bahwa modal manusia meningkatkan produktivitas, menunjukkan bahwa pendidikan benar-benar meningkatkan produktivitas daripada hanya perangkat yang digunakan individu untuk memberi sinyal tingkat kemampuan mereka kepada pemberi kerja.

9. Hina Amir, Muhammad Khan dan Kanwal Bilal (2015). Impact of educated

labor force on Economic growth of Pakistan:A human capital perspective..

(48)

32

terhadap pertumbuhan ekonomi Pakistan: Perspektif modal manusia. Menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deret waktu untuk periode waktu 1980 hingga 2012. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan signifikan negatif, pembentukan modal tetap bruto memiliki hubungan positif signifikan dan partisipasi tenaga kerja memiliki hubungan negatif yang signifikan dalam jangka pendek.

10. Ilan Strauss, Gilad Isaacs Jeronim Capaldo (2017) The Impacts of minimum

wage increases on the south African economy in the global policy model.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat Dampak kenaikan upah minimum terhadap ekonomi Afrika Selatan dalam model kebijakan global. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan upah riil 'relatif' yang lebih tinggi menyeimbangkan kembali pendapatan nasional: sejak itu bagian tenaga kerja meningkat upah relatif naik. meningkatnya pangsa tenaga kerja pada gilirannya memiliki efek positif secara keseluruhan pada ekonomi Afrika Selatan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Penulis Judul Penelitian Metode &

Variabel Hasil 1 Nita Nurwijayati (2017) Pengaruh Indikator Komposit Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Diy Jenis penelitian kuantitatif. Data Panel. Berdasarkan pendekatanya, penelitian ini merupakan penelitian asosistif. Variabel X= Rata-rata Lama Sekolah Y= Pertumbuhan Ekonomi Rata-rata lama sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

(49)

33 2 Devi Budiarti dan Yoyok Seosatyo (2014). Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Mojokerto Tahun 2000-2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Pengaruh pendidikan (X) terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mojokerto (Y). teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi sederhana. Tingkat pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto di mana tingkat pendidikan sekolah menengah memiliki efek positif signifikan sedangkan universitas tidak memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Mojokerto. 3 Eunike Elisabeth Bawuno, Josep Bintang Kalangi dan Jacline I. Sumual (2015) Pengaruh Investasi Pemerintah Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Manado Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. analisis model Regresi Berganda. Y= Pertumbuhan Ekonomi, X1= Belanja Modal, X2= Tenaga Kerja Tenaga Kerja (TK) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 4 Sri Ayuni Purnamasari (2017) Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Metode kuantitatif deskriptif. Variabel Y= Pertumbuhan Tenaga Kerja berpengaruh tidak signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Sulawesi Tenggara.

Gambar

Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu  No  Nama Penulis  Judul Penelitian  Metode &
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Gambar 4.1  Peta Provinsi Banten

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan penelitian ini adalah Apakah melalui kegiatan senam sehat ceria dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok A TK Dharma Wanita I

Prosedur penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi pada UD Andy Alumunium Banjarmasin yaitu prosedur penerimaan dan pengeluaran kas. Penerapan sistem penerimaan

Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif akan menggunakan SAP untuk memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor (BPK)

Hasil survey lapangan yang berupa data titik-titik posisi koordinat digunakan untuk menggambar area objek dalam bentuk shapefile pada aplikasi ArcMap dan kemudian

A long time ago in Prambanan palace, lived a king named Baka with his beautiful daughter called Roro Jonggranga. Many rulers wanted to marry Roro, so they competed

Kegiatan  ini  meliputi  pemberian  jasa  pos  dan  giro  seperti  pengiriman  surat,  wesel,  paket,  jasa  giro,  jasa  tabungan  dan  sebagainya.  Perkiraan 

Hubungan positif dari penelitian ini dapat digambarkan dengan semakin tinggi empati yang dimiliki maka semakin tinggi pula perilaku altruisme pada mahasiswa,

Sesuai dengan UU Penanaman Modal Asing Uni Myanmar (1988), Undang-Undang Perusahaan Myanmar (1914), kehadiran komersial pemasok jasa asing dan atau penyedia diizinkan dengan