• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-5 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-5 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH

SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-5 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2016-2017

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Selasa

2. Tanggal : 20 Desember 2016 3. Waktu : 09.45 WIB – 14.07 WIB 4. Tempat : R. Rapat Nusantara V

5. Pimpinan Sidang : H. Mohammad Saleh, S.E. (Ketua DPD RI)

6. Sekretaris Sidang : 1. Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto (Sekretaris Jenderal DPD RI)

7. Panitera : 1. Ir. Sefti Ramsiaty, MM. (Kepala Biro Persidangan I) 2. Adam Bachtiar, S.H., M.H. (Kepala Biro Persidangan II) 8. Acara : 1. Laporan Pelaksanaan Tugas Alat Kelengkapan;

2. Pengesahan Keputusan DPD RI;

3. Pidato Penutupan Pada Akhir Masa Sidang II Tahun Sidang 2016-2017.

9. Hadir : Orang

(2)

II. JALANNYA RAPAT:

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Sejahtera buat kita semua.

Om Swastiastu.

Sebelum memulai Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah marilah kita menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kepada para Anggota DPD serta seluruh hadirin dimohon untuk berdiri dan bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia raya.

Hiduplah Indonesia Raya… Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri. Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru. Indonesia bersatu. Hiduplah tanahku. Hiduplah negriku.

Bangsaku Rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya.

Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya.

Bapak Ibu Anggota, Hadirin yang saya hormati, berdasarkan catatan yang hadir, dengan mengucapkan Bismillahirahmanirrahim Sidang Paripurna ke-5 Dewan Perwakilan Daerah ini kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

KETOK 2X

(3)

Bapak Ibu yang saya hormati berdasarkan catatan hadir pada saat ini 30 orang, izin 7 orang. Oleh karena itu karena ini adalah pengambilan keputusan maka Sidang Paripurna kami skors selama 15 menit. Apakah bisa disetujui?

KETOK 2X

Skors sudah habis maka kami mencabut skors. KETOK 2X

Sesuai dengan catatan yang hadir sampai dengan saat ini, hadir 49 orang, tugas 2 izin 10. Kami tawarkan kepada sidang dewan yang mulia apakah kita skors atau kita lanjutkan.

Baik sidang kami lanjutkan. Sidang dewan yang mulia sesuai dengan jadwal acara Sidang Paripurna hari ini mungkin 3 agenda pokok yaitu yang pertama laporan pelaksanaan tugas alat kelengkapan, yang kedua pengesahan keputusan DPD RI, yang ketiga pidato penutupan pada akhir masa sidang ke-2 tahun 2016-2017.

Sidang dewan yang mulia, terlebih dahulu pimpinan mengucapkan selamat datang kepada forum anak Batam yang sudah hadir ya dan mahasiswa Administrasi Negara Fisip Unpas Bandung yang hadir di sidang paripurna pada pagi hari ini selamat datang semoga kehadiran adik-adik sekalian menjadikan DPD ini semakin dicintai dan dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Sebelum memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat kelengkapan, kami sampaikan bahwa rapat Panmus tanggal 15 desember 2016 telah mengesahkan perubahan jadwal masa sidang ke-2 tahun sidang 2016-2017 dan menyetujui jadwal masa sidang ke-3 tahun sidang 2016-2017. Masa kegiatan anggota DPD di daerah pemilihan atau reses untuk masa sidang ke-2 ini telah disepakati berlangsung dari tanggal 21 desember 2016 sampai dengan 22 januari 2017 sedangkan untuk jadwal masa sidang ke-3 secara garis besar adalah sebagai berikut; Pertama sidang atau rapat di Jakarta itu dimulai dari 23 Januari sampai dengan 9 maret 2017. Kegiatan reses 10 Maret sampai dengan 9 April 2017 terdiri dari 20 hari kerja dan 31 hari kalender. Di samping itu perlu kami sampaikan dalam forum Sidang Paripurna ini bahwa pimpinan telah menerima surat dari pimpinan.

Sidang dewan yang mulia, marilah kita memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat kelengkapan DPD dan pengesahan keputusan DPD. Untuk urutan penyampaian laporan dimulai dari alat kelengkapan yang materi laporannya yang akan diambil, yang materi laporannya belum mengambil keputusan. Urutan pertama kami persilakan dari BPKK untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas sekaligus menyampaikan hasil kegiatannya yang sudah dilakuan baru-baru ini.

PEMBICARA: Dr. H. BAMBANG SADONO, S.H., M.H. (BPKK DPD RI)

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan disampaikan pada Sidang Paripurna ke-5 Masa Sidang ke-2 Tahun Sidang 2016-2017. Yang terhormat Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Yang terhormat Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, dan hadirin yang berbahagia.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Om Swastiastu.

(4)

Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan DPD RI kembali mengingatkan kepada semua elemen DPD RI agar mengedepankan kebersamaan serta kekompakan yang sangat diperlukan untuk perjuangan yang lebih besar yaitu dalam melakukan penataan sistem ketatanegaraan Indonesia melalui amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Atas dasar hal tersebut kami mengingatkan kembali setidaknya ada 3 misi utama yang harus dijalankan oleh pimpinan dan setiap anggota DPD dalam melakukan perjuangan ini yaitu;

1. Rekonstruksi kewenangan DPD RI melalui amademen Undang-Undang Dasar 1945; 2. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi legislasi, pengawasan, dan penganggaran sesuai

kewenangan yang ditetapkan oleh Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-Undang lainnya.

3. Memperkuat kapasitas pelaksanaan fungsi representasi yang mencakup penampungan dan penindaklanjutan aspirasi daerah dan pengaduan masyarakat serta peningkatan pemahaman masyarakat tentang kelembagaan DPD RI dalam rangka akuntabilitas publik. Hal ini sesuai dengan tujuan utama DPD RI dalam Renstra DPD RI 2015-2019 adalah terwujudnya DPD RI sebagai salah satu lembaga negara yang berperan aktif dan menjaga keseimbangan dalam penyelenggaraan kekuasaan negara dalam bidang legislatif melalui optimalisasi pelaksanaan fungsi-fungsi keparlemenan.

Sidang Dewan yang terhormat BPKK sebagai alat kelengkapan DPD merupakan manifestasi dari Kelompok DPD untuk menjalankan tugas-tugas sebagai anggota MPR, mengemban amanah untuk mengawal tindak lanjut keputusan MPR Nomor 4 Tahun 2014 tentang rekomendasi MPR periode 2009-2014 khususnya terhadap rekomendasi melakukan penataan sistem ketatanegaraan melalui perubahan Undang-Undang Dasar 1945 dan salah satu hal penting dalam penataan dimaksud adalah penguatan penataan kewenangan DPD. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini BPKK dan Kelompok DPD di MPR RI ingin menyampaikan laporan perkembangan penataan sistem ketatanegaraan melalui amademen Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut;

1. Tahun 2016 sebagai tonggak awal bagi penataan sistem ketatanegaraan Indonesia melalui amademen Undang-Undang Dasar 1945 yang menggulirkan momentum strategis bagi perjuangan Kelompok DPD di MPR RI sebagai berikut; Pertama adanya keputusan nomor 4 MPR 2014 tentang rekomendasi MPR 2009-2014; b. Pengguliran pandangan partai politik fraksi MPR dan Ormas yang menyadari bahwa Amandemen merupakan kebutuhan bangsa. Sebagai contoh PDI Perjuangan yang sangat menghendaki pola pembangunan nasional semesta berencana sebagai haluan negara dan haluan pembangunan model GBHN. Sementara PKB menginginkan posisi DPD yang kuat sehingga dapat sejajar dalam menghasilkan Rancangan Undang-Undang dengan DPR tetap di dalam implementasinya kewenanggan yang dimiliki DPD tidak seperti yang diharapkan. Hal ini mendorong PKB mengangkat isu pembubaran DPD agar menjadi perhatian dan pemikiran semua pihak; c. Badan pengkajian MPR RI periode 2014-2019 telah menghasilkan kajian berkaitan dengan materi perubahan Undang-Undang Dasar 1945; Kemudian d. Adanya pemikiran-pemikiran strategis dari lembaga pengkajian MPR RI.

2. Rapat gabungan MPR RI pada tanggal 22 Agustus 2016 dalam rangka membahas hasil Badan pengkajian MPR terkait materi perubahan Undang-Undang Dasar 1945, hasil kajian badan pengkajian tersebut memuat hasil sebagai berikut; isu pokok pertama reformulasi sistem pembangunan nasional model GBHN dan kedua penataan kembali kewenangan MPR. Pendalaman isu lainnya menyangkut Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan sumber hukum nasional kemudian kedua penataan Dewan Perwakilan Daerah dan penataan kewenangan kekuasaan kehakiman.

3. Dengan adanya momentum ini beberapa langkah yang dilakukan BPKK atau Kelompok DPD di MPR pada tahun 2016 yaitu BPKK DPD RI melalui Kelompok

(5)

DPD di MPR telah merumuskan materi perubahan konstitusi yang telah dibahas melalui Sidang Pleno Kelompok DPD di MPR pada tanggal 15 September 2016 yang menyepakati; 1. Penataan penguatan kewenangan DPD menjadi suatu keharusan untuk diperjuangkan sebagai materi usul perubahan Undang-Undang negara Republik Indonesia tahun 1945 oleh Kelompok DPD di MPR; 2. Penandatangan usul perubahan Undang-Undang negara Republik Indonesia tahun 1945 oleh Kelompok DPD di MPR. Atas hasil Sidang Pleno Kelompok DPD di MPR tanggal 15 september 2016 tersebut BPKK membuka posko pengumpulan dukungan dari anggota DPD RI sebagai bentuk akuntabilitas dapat informasikan dukungan amademen Undang-Undang Dasar 1945 hingga saat ini telah di tandatangani oleh 127 anggota dari 131 anggota. Kemudian; B. Membangun komunikasi politik informal dengan partai dan fraksi-fraksi di MPR; C. Menyampaikan naskah usul perubahan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 mengenai materi penataan penguatan kewenangan DPD kepada pimpinan MPR pada tanggal 27 September 2016 walaupun syarat pengajuan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sesuai Pasal 37 belum terpenuhi dan sedang dalam proses untuk dilakukan. Kemudian seminar FGD Kelompok DPD di MPR. Selama masa sidang pertama dapat diinformasikan bahwa Kelompok DPD di MPR RI telah melaksanakan kegiatan seminar dan FGD kelompok DPD di MPR guna melahirkan keterlibatan terhadap pentingnya penataan sistem ketatanegaraan Indonesia khususnya mengenai perubahan Undang-Undang 1945 dan pentingnya penataan penguatan kewenangan DPD. Selain itu kegiatan ini juga berfungsi untuk menjaring masukan-masukan mengenai materi maupun strategi perjuangan guna melakukan perubahan konstitusi. Kemudian selanjutnya kegiatan seminar DPD RI yang dilaksanakan tanggal 13 oktober 2016 dalam konteks ulang tahun DPD yang ke-12 pada tanggal 1 oktober 2016 serta menangkap dinamika yang terjadi maka bersama Sekretariat Jenderal DPD telah mengadakan seminar nasional dengan tema penguatan DPD RI sebagai penyeimbang parlemen melalui perubahan Undang-Undang Dasar 1945.

Terakhir rapat konsultasi presiden dengan pimpinan DPD dan pimpinan alat kelengkapan tanggal 16 desember 2016 secara keseluruhan bagi perkembangan amademen Undang-Undang Dasar 1945 rapat konsultasi membahas beberapa aspek. Pertama upaya penguatan lembaga DPD melalui amademen konstitusi maupun melalui revisi Undang-Undang tentang MD3. Sidang dewan yang terhormat, demikian lah laporan perkembangan pelaksanaan tugas BPKK pada Sidang Paripurna pada hari ini. Atas perhatian pimpinan dan anggota DPD kami ucapkan terima kasih. Bersama kita melangkah menuju amademen Undang-Undang Dasar 1945 khususnya dalam penataan penguatan kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Om Shanti Shanti Shanti Om.

Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Pimpinan Prof. John Pieris, SH, Ms., Ketua, Bambang Sandono Wakil Ketua, dan Inisiati Ayus, SH, MA Wakil Ketua.

Terima kasih.

PEMBICARA: Drs. H. HARDI SELAMAT HOOD (KEP. RIAU) Pimpinan B-38. Terima kasih Pimpinan.

Saya mencermati laporan perkembangan pelaksanaan tugas Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan kalau boleh kami ingin mengetahui dari Badan Pengembangan Kapasitas kelembagaan kira-kira kapan target amandemen itu dapat dilakukan sebagai perkiraan untuk dapat kita ketahui bersama. Terima kasih pimpinan.

(6)

Perlu kami sampaikan bahwa kemarin dalam pertemuan dengan presiden, kita sudah menyampaikan pokok-pokok pikiran yang ada di DPD RI khususnya mengenai penguatan baik melalui perubahan Undang-Undang dasar 1945 maupun perubahan Undang-Undang MD3 dan ini memang bahwa semua yang disampaikan itu sudah ditampung kepada oleh presiden dan apa namanya kita mengharapkan bahwa presiden dapat mengakomodir apa yang sudah kita sampaikan dan nanti ini kita akan bahwa kembali ke dalam rapat dengan BPKK dan kita akan membuat roadmap daripada langkah-langkah ini yah karena dari beberapa, ada juga kan ini tinggal 4 orang juga belum menandatangani yah ini kita upayakan untuk segera ditandatangani dan nanti kita akan segera laporkan hasilnya Pak, terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Baik kita lanjut ke BAP.

PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP DPD RI) Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat pagi.

Salam sejahtera bagi kita semua. Om swastiastu.

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas Badan Akuntan Publik Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia pada Sidang Paripurna 5 DPD RI masa sidang ke-2 tahun sidang ke-2016-ke-2017. Yang terhormat Saudara Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Ketua dan Wakil Ketua, Saudara-saudara pimpinan alat kelengkapan, Para senator yang saya muliakan, Para Pejabat Sekjen eselon 1, 2, 3 dan 4 serta Pejabat Fungsional lainnya, Adik-adik, Para tamu, Hadirin dan hadirat yang berbahagia.

Kehadiran Badan Akuntan Publik Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia makin hari makin waktu dirasakan oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Kehadiran BAP di tengah-tengah masyarakat memberikan mission Dewan Perwakilan Daerah makan setiap hadir BAP di daerah bukan menamakan Badan Akuntan Publik tapi mengatasnamakan Dewan Perwakilan Daerah. Oleh karenanya membuktikan bahwa BAP dicintai, DPD dirasakan kehadirannya, setiap waktu dan setiap saat. Laporan dari pengaduan masyarakat setiap hari bahkan setiap waktu meningkat baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Ternyata dalam catatan kami bahwa dari Aceh sampai Papua, baru-baru ini kita telah turun di tengah-tengah masyarakat di Nusa Tenggara Barat, Jambi, serta Sumatera Selatan, dan Lampung juga Jawa Barat. Alhamdulillah berkat kehadiran BAP masyarakat makin merasakan bahwa BAP benar-benar cinta dengan masyarakat karena ternyata masyarakat akan lebih cinta kepada lembaga apabila lembaga itu memberikan perhatian kepada masyarakat ternyata perhatian ini merupakan kebutuhan real dan kebutuhan utama dari masyakat yang kita temui. Oleh karena itu perhatian bukan hanya sekedar normative tapi implementatif penyelesaian persoalan-persoalan yang kita lakukan.

Bapak Ibu, Hadirin yang kami hormati, bukan saja masyarakat dari daerah yang memberikan laporan pengaduan kepada kita bahkan juga masyarakat pensiunan Bank Republik Indonesia secara menyeluruh di seluruh Indonesia dengan forum pensiunan BRI juga merasakan ternyata pengaduan yang dirasakan dan mendapat informasi ternyata BAP DPD RI mampu mengomunikasi dan memfasilitasi persoalan baik persoalan daerah maupun persoalan nasional bahkan juga dari PLN, persoalan-persoalan PLN juga memberikan laporan kepada kita masalah PT KI Persero dengan warga masyarakat Kelurahan Sawah Berebes Kota Bandar Lampung, masyarakat Desa Beranti

(7)

Raya Kabupaten Lampung, juga masalah PHK yang telah dilakukan oleh PT Bangun Wenang Beverages Company BUMC Menado juga memberikan laporan kepada DPD dan bukan laporan saja dan dua berharap persoalan itu dapat difasilitasi juga masalah tuntutan pemilihan hak tanah bagi rakyat transmigrasi TIR trans oleh pemilik lahan dari 3 desa kecamatan Langudu Kabupaten Bina Provinsi NTB, masalah proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung juga menjadi persoalan yang disampaikan kepada BAP. Semuanya itu merupakan bahwa perhatian dan perasaan masyarakat baik secara nasional maupun secara daerah diperlukan perhatian yang sungguh-sungguh. Namun Bapak dan Ibu yang kami hormati tugas pokok dan fungsi BAP bukan hanya menindaklanjuti hasil laporan masyarakat tetapi juga menjadi tugas pokok fungsi terhadap penataan tata kelola keuangan bagi daerah dari hasil temuan BPK yang terindikasi merugikan negara juga menjadikan tugas pokok yang sangat penting bagi BAP. Masing-masing daerah yang kita datangi dan masing-masing daerah yang kita panggil ke Jakarta merasakan bahwa kehadiran BAP ternyata dapat meningkatkan opini BPK bagi tata keuangan, tata kelola keuangan karena kita memfasilitasi jika ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan di daerah kita akan memfasilitasi dengan BPK sendiri sehingga BPK memberikan perhatian setiap pertemuan BAP dengan BPK selalu dihadiri oleh Ketua dan Wakil-wakil Ketua dari BPK sendiri. BPK malah menyatakan siap untuk diundang ke DPD bahkan kita berkonsultasi langsung ke kantor BPK. Dengan demikian, dengan komunikasi yang inten antar BPK RI dengan BAP juga menjadikan suatu pendorong bagi daerah untuk tidak ada alasan bagi daerah untuk tidak menindaklanjuti hasil temuan BPK tersebut. Namun pada tahun 2016 ini kami mohon maaf kepada Pimpinan dan rekan-rekan semua. Hal itu tidak dapat kami lakukan karena persoalan-persoalan yang dilaporkan kepada kita dan tugas pokok dan fungsi itu ada 3 yang harus dilakukan oleh BAP. Pertama harus ada Kunker secara formal kepada daerah yang memang memerlukan fasilitas terhadap temuan BPK, yang kedua perlu adanya tim analisis terhadap persoalan-persoalan yang disampaikan kepada kita, yang ketiga perlu ada tindak lanjut dari hasil pemantauan dan RDP yang kita lakukan. RDP kita lakukan dengan dua metode di lapangan dan di Jakarta.

Oleh karena itu jika memang kita memerlukan rapat di lapangan dengan tim analisis memerlukan kawan-kawan berikan perhatian secara adil dan secara merata semua anggota BAP jadi tidak adil saja dengan kasus tapi adil juga dengan keanggotaan. Kedua-keduanya ini kami tidak bisa melakukan keadilan baik keadilan dalam melaksanakan tindak lanjut dari temuan, dari laporan masyarakat dan temuan BPK, juga keadilan kepada Anggota karena memang kami tidak mendapat suatu keadilan. Jadi keadilan itu turun temurun ya, keadilan yang dapat kami terima tidak bisa berbuat adil karena keadilan ini turun temurun dari ketidakadilan anggaran yang diberikan kepada kami.

Oleh karena itu pada kesempatan Paripurna ini kami BAP tidak meminta uang tapi minta keadilan anggaran jadi bukan uang yang kami minta tapi minta keadilan anggaran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dan oleh karena itu kami menyarankan kepada Sekjen perlu diadakan penelitian survei ke tengah-tengah masyarakat Indonesia. Apakah BAP dirasakan atau tidak. Nah oleh karena itu semua anggota BAP yang ada siap untuk melakukan penelitian ke daerahnya masing-masing apakah laporan yang disampaikan oleh rakyat kita tindaklanjut atau tidak. Saya kira itu Bapak Pimpinan oleh karena itu pada kesempatan ini kami berharap kepada pimpinan tidak lagi kepada PURT karena PURT kami sudah berkali-kali, baik menemui secara personal maupun secara kelembagaan, secara administratif, ternyata sampai hari ini keadilan tidak turun kepada kita BAP. Oleh karena itu pada paripurna inilah kami sampaikan melalui pimpinan kiranya adil ini berturunan, dari adil pimpinan, adil PURT, adil kepada anggota, dan adil kepada pengaduan-pengaduan masyarakat.

Saya kira itu yang kami sampaikan kepada pimpinan yang kami hormati dan kepada pejabat esselon 1-4 kiranya ini dapat menjadi bahan kita semua. Alhamdulillah berkat

(8)

kerjasama kawan-kawan semua kami telah dapat melaksanakan tugas ucapkan terima kasih kami sampaikan kepada anggota dan kepada semua alat kelengkapan yang telah memberikan respon kepada kita. Terima kasih, banyak maaf jika terdapat kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian dan laporan ini tidak memerlukan minta persetujuan dari kita semua karena hanya berbentuk laporan dan diperlukan tindak lanjut dari pimpinan untuk membawa kepada sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dan aturan yang berada, syarat dipenuhi, prosedur kami lalui agar ini kiranya dapat perhatian.

Terima kasih. Selamat pagi.

Salam sejahtera bagi kita semua. Om Swastiastu.

Om Shanti Shanti om. Mohon maaf terima kasih.

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Terima kasih.

Selanjutnya kami minta dari PURT. Ini tertutup nanti di-pending saja berarti

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Iya lah tertutup belakangan lah. Biasanya juga belakang kok. Jangan main maju-maju saja.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Berikutnya dari BK.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA) Bismillahirahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Saudara Ketua sidang Pimpinan DPD RI, Rekan-rekan Anggota DPD RI, Para senator dari seluruh Indonesia, Saudara Sekretaris Jenderal, dan staf para hadirin sekalian. Izinkanlah saya menyampaikan berapa poin yang dapat kami sampaikan kepada Sidang Paripurna ini dari Badan Kehormatan. Saya langsung saja bahwa yang pertama terkait kasus carter pesawat oleh saudara Irman Gusman yang telah dibentuk tim pencari fakta untuk itu, Rapat pleno Badan Kehormatan telah disepakati untuk menghentikan kasus tersebut. Pertimbangannya karena Saudara Irman Gusman sekarang telah menjalani proses hukum dan sampai pada tingkat terdakwa. Kita mengharapkan jiwa besar dari kita semua untuk mengkhilaskan masalah ini khususnya kepada yang terhormat 6 anggota pengadu.

Yang kedua kasus pengaduan perdata oleh Saudara Isman kepada Badan Kehormatan. Itu telah setelah 2 kali dilakukan persidangan akhirnya Saudara Irman Gusman mencabut pengaduan itu. Pertama dilaporkan di Jakarta, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan yang kedua dipindakan pengaduannya di Jakarta Pusat. Kemudian yang ketiga seperti

(9)

diketahui bahwa Saudara Irman Gusman sekarang telah menjalani proses pengadilan sebagai terdakwa dan kita tahu masalah ini cukup serius dan berdasarkan Undang-undang atau perintah undang-undang MD3, sebenarnya Badan Kehormatan sudah harus melakukan tindakan pemberhentian sementara. Rapat Pleno Badan Kehormatan yang terakhir ya memang tidak sampai kuorum yang sesungguhnya tapi mempertimbangkan bahwa sebaiknya pemberhentian saudara Irman Gusman dari keanggotaan pemberhentian sementara saudara Irman Gusman dari keanggotaannya ini dipertimbangkan untuk ditunda sementara. Nah ini juga memang memerlukan kearifan kita semua bahwa kalau pemberhentian dari jabatan ketua DPD RI itu sebenarnya perintah tatib tapi kalau pemberhentian dari pemberhentian sementara dari keanggotaan, dari keanggotaan DPD itu adalah perintah MD 3 namun kami berpendapat ya dari rapat pleno yang hadir itu berpendapat bahwa kita sekarang juga masih menghadapi banyak permasalahan-permasalahan internal. Biarlah sambil mencari situasi yang tenang nanti baru kita simpulkan dengan tenang juga permasalahan ini. Untuk diketahui bahwa pemberhentian sementara itu berlaku cukup panjang karena nah boleh jadi sampai selesai masa keanggotaan itu juga bisa-bisa belum belum selesai juga karena suatu persidangan yang kasus yang besar seperti itu paling tidak barangkali memakan waktu sampai 1 tahun, ya tidak sampailah selesai masa tugas.

Jadi biarlah jiwa besar kita semua, sikap kemanusiaan kita semua, hak-hak keanggotaanya itu ya termasuk keuangan ya kita juga bisa berjiwa besar ya mengikhlaskan. Kalau misalnya kita mempertimbangkan bagaimana anggota nomor, calon Anggota nomor urut nomor 5 dalam pemilihan yang lalu kan dia punya hak untuk menggantinya toh itu sulit untuk didapatkan untuk periode ini karena kalau sudah dijatuhkan nanti pada tingkat pengadilan pertama masih banding lagi. Dari banding masih kasasi lagi. Kasasi masih ada hak PK lagi. Jadi ini memang kepada nomor urut 5 ini perlu juga mempertimbangkan untuk tidak usah terlalu menggebu-gebu mendesak kita ya supaya bisa masuk ke keanggotaan DPD RI. Nah itu pertimbangan kami ya, pertimbangan pertimbangan kami dengan sikap kearifan, kebijakan ya kita semualah. Bagaimana pun apa pun kekurangan-kekurangan sudah dibebankan telah berjasa memberikan kepemimpinan DPD ini.

Kemudian ada kasus yang sudah lama juga dilaporkan. Ini berkaitan dengan rekan Anggota yang terhormat dari Papua itu memang belum bisa diakhiri tapi kita harapkan pada masa persidangan yang akan datang sudah harus bisa diakhiri dan saya berharap saudara yang sangkutan itu bisa direhabilitasi sebab sebenarnya kelihatannya itu setelah mendapatkan kita penjelasan-penjelasan secara pribadi dari yang bersangkutan tidak cukup juga kuat untuk diteruskan tetapi karena persoalan yang sudah terbuka dan sudah di acarakan, diproses ya harus ditutup tidak bisa dibiarkan mengembang begitu saja.

Kemudian tentang adanya pengaduan terkait dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Anggota DPD RI Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Kehormatan dalam rapat pleno memandang bahwa bukti-bukti pengaduan belum cukup kuat di samping itu ditengarai calon anggota nama calon apa iya dari DPD, dari DPD Kalimantan Selatan Nomor 6 karena Nomor 5 sudah masuh di sini juga nomor 6 itu ditengarai berada di belakang pengaduan ini. Jadi kita menyimpulkan belum cukup kuat untuk diproses lebih lanjut tapi memang Badan Kehormatan baik saya itu mendapatkan telepon terus-menerus. Kami sebenarnya merasa terganggu demikian sekretariat didatangi terus iya tetapi itu lah resikonya. Badan Kehormatan ini tidak ada pekerjaan harian dalam arti seperti komite-komite, seperti komite-komite tetapi itu satu kasus itu panjang ekornya. Sulit diukur ekornya itu panjangnya berapa.

Kemudian, pada masa sidang kedua ini seperti juga masa-masa sidang yang lalu, banyak anggota anggota DPRD provinsi bahkan ada juga dari kabupaten kota, melakukan lagi kunjungan ke Badan Kehormatan. Pada masa sidang ini ada tiga, jadi tidak pernah sepi dari kunjungan Badan Kehormatan ini kunjungan-kunjungan dari DPRD provinsi-provinsi.

(10)

Pada satu sisi ini menunjukkan bahwa sesungguhnya DPD ini juga kita tidak mempunyai hubungan langsung ya, struktural maksud saya tetapi sudah cukup kita berhasil mempunyai komunikasi dengan parlemen-parlemen daerah. Mengapa mereka tidak pernah tertarik atau tidak begitu tertarik ke DPR ya mungkin mereka merasa di sana itu yang menemui repot menemui fraksi-fraksi, kalau disini kan tidak ada fraksi-fraksi yang harus ditemui.

Nah yang kemudian kami juga melihat bahwa DPD itu kan sudah 2 kali mengadakan seminar nasional yang belum pernah diselenggarakan oleh DPR dan memang di dalam, sejak adanya namanya Badan Kehormatan di Parlemen ini belum pernah ada seminar itu. Kita ketahui bahwa kita pernah menyelenggarakan seminar nasional dalam menjaga harkat dan martabat kehormatan dan citra lembaga legislatif dan diterbitkan buku beredar luas tentang itu, menegakkan etika memajukan parlemen. Seminar nasional yang kedua adalah pelaksanaan hak-hak protokoler Anggota legislatif di pusat dan daerah. Ini juga diterbitkan buku dari hak protokoler ke penguatan fungsi DPD RI. Saya kira sekianlah yang kebanyakan bersifat informatif lebih dan kurangnya kami mohon maaf.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. PEMBICARA: Hj. EMMA YOHANNA (SUMBAR)

Pak Ketua, B-10.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Ya silakan, Bu.

PEMBICARA: Hj. EMMA YOHANNA (SUMBAR) Terima kasih.

Saya Emma Yohana, B-10 dari Sumatera Barat. Izin Pak Ketua BK, saya anggota BK dari provinsi Sumatera Barat. Apa yang Bapak sampaikan bagi ada beberapa kali rapat itu saya tidak pernah diundang, rasanya saya juga menunggu-nunggu kapan itu rapat, pertama. Yang kedua, bukan dalam rangka pembelaan atau apapun karena ini sudah menjadi persoalan kita bersama masalah yang disampaikan bapak tadi menghentikan kasus dan lain-lainnya saya kira itu diputuskan harus dengan mengundang seluruh anggota BK yang ada sekarang walaupun itu dimulai dari periode BK yang sebelum ini saya ingin bapak sedikit meralat kita kita meminta sikap kearifan, mengikhlaskan. Saya rasa kita berbicara di sini pada tataran aturan hukum jadi tidak pada belas kasihan dan lain-lain. Jadi aturan itu yang kita jalankan, jangan kita di sini dimunculkan bahwa kitalah yang menjadi. Saya tidak tahu apa bahasanya ya, itu satu yang kedua, saya ingin mendapatkan jawaban apakah nomor 5 dari Sumatera Barat itu pernah mendesak ataupun pernah menghubungi BK atau DPD RI. Ini sangat penting bagi kami. Kemudian kita semua kita harus menghormati proses hukum yang sedang berlangsung. Kita harus menunggu karena kita semua taat pada aturan dan taat pada hukum. Jadi saya berharap semua kita harus menghargai itu.

Terima kasih.

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)

(11)

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Sebentar Pak Fatwa, mungkin Bu Yohana ini yang disampaikan tadi adalah, tidak dalam kapasitas mengambil sebuah keputusan. Ya nanti berarti ini kan kita kembalikan ke dalam internalnya BK, dan kepada Pak Fatwa saya persilakan,

PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)

Ya, seperti saya katakan tadi itu ada hal hal yang sifatnya informative, tapi yang pertama dulu mengenai soal undangan. Saya tentu tidak bisa mengecek ya. Ya kalau pimpinan sudah menugaskan Sekretariat undangan, kami percaya bahwa itu disampaikan, tapi bawa ketidakhadiran itu banyak yang tidak hadir itu ,setelah saya mengecek itu, karena kesempatan alat kelengkapan yang cukup banyak, alat kelengkapan yang satu hari itu, semua bertimbul. Barangkali ini juga perlu menjadi pertimbangan, sehingga alat kelengkapan lainnya dan diharapkan memutuskan sesuatu yang lebih penting-penting juga tidak kurang pentingnya juga dengan komite, itu sulit mendapatkan sempatkan untuk pleno yang, yang lengkap. Memutuskan sesuatu yang sifatnya menurut perintah undang undang itu memang diharapkan harus melalui pleno yang yang lengkap. Saya sudah melaporkan tadi bahwa itu tidak, plenonya tidak lengkap, tidak lengkap, tapi untuk beberapa hal yang sifatnya kebijakan itu bias, kebiasaannya bisa dadakan, dan iya saya laporkan tadi itu daripada menjadi pertanyaan liar masyarakat. Karena seperti tadi itu, kapan bisa diputuskan kalau menunggu Pleno, tidak pernah ada ada kesempatan. Kalau saya tidak laporkan, saya juga mendapat pertanyaan gugatan, dari beberapa pertanyaan dan gugatan gimana gitu, katanya perintah undang-undang. Perintah undang-undang itu yang memang yan harus diberhentikan sementara tapi untuk memberikan sementara itu tidak cukup rapat pimpinan, iya itu harus rapat pleno ya.

Jadi di situ kekuranganya. Makanya saya tutup tadi itu dengan kata-kata yang sifatnya informatif. Saya mengenai tidak adanya dari Kalimantan Barat itu memang tidak ada tetapi Sumatera Barat, memang tidak ada yang pernah menuntut begitu, tetapi ini kan antisifpatif, tentu ada berharap. Ini kita ini lembaga politik ya, tidak semuanya itu secara saklek, hukum yang dikemukakan yang dibahas di dalam suatu rapat. Itu bedanya lembaga politik dengan lembaga persidangan, lembaga persidangan majelis hakim. Ya saya kira itu. Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Baik seperti kami sampaikan yang tadi bahwa persoalan ini akan dikembalikan ke internalnya BK, dan inilah pentingnya Bapak-bapak dan Ibu-ibu kita menghadiri sebuah rapat pleno ya. Jadi mohon perhatian buat kita semua, apabila dilakukan rapat pleno diupayakan semaksimal mungkin bisa hadir sesuai dengan undangan yang diberikan. Baik Bapak dan Ibu sekalian yang saya hormati, karena ini sudah kuorum, dan kami minta kepada PPUU ya yang juga ini adalah pengambil keputusan. Kami persilahkan PPUU.

PEMBICARA: Drs. MUHAMMAD AFNAN HADIKUSUMO (D.I. YOGYAKARTA) Yang terhormat pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang terhormat Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dan hadirin yang berbahagia.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua.

(12)

Om swastiastu.

Hadirin yang kami hormati, puji dan sukur senantiasa kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga sidang pada hari ini dapat kita laksanakan sesuai dengan agenda sidang paripurna hari ini. Izinkan kami atas nama anggota dan pimpinan Panitia Perancang Undang-undang menyampaikan hasil pelaksanaan tugas panitia Perancang Undang-Undang selama masa sidang dua, tahun sidang 2016-2017 sebagai berikut. Satu, penyusunan RUU tentang perekonomian Nasional dan yang kedua harmonisasi pembulatan dan pemantapan konsepsi terhadap RUU dan Komite. Sidang paripurna yang berbahagia, dengan penyusunan RUU tentang Pembentukan Undang- Undang yang merupakan usul inisiatif dari PPUU, kami telah melakukan finalisasi pada tanggal 13 sampai dengan 14 Desember 2016 yang lalu dalam kaitan muatan materi dapat disampaikan di antara seperti berikut:

a. RUU ini bisa dikatakan sebagai undang-undang payung atau lex generalis yang seharusnya sudah sebelum lahirnya undang undang sektoral, sehingga sejumlah permasalahan muncul akibat dari tidak adanya pengaturan. Mengenai perekonomian nasional, peraturan perundang- undangan yang ada saat ini belum mampu menutupi permasalahan yang muncul tersebut.

b. Pembentukan Undang- undang tentang perekonomian nasional bukan hanya menegaskan tafsir formal terhadap pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, melainkan juga mengoreksi dan mencegah inkonsistensi, dalam perumusan peraturan perundang-undangan di bidang ekonomi.

c. Dalam penyelenggaraan perekonomian nasional, negara menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara, dan menguasai hajat hidup orang banyak. Ruang lingkup pengaturan dalam RUU ini adalah pengusaan negara tersebut dalam rangka menyusun kebijakan perekonomian nasional, menyelenggarakan pengurusan perekonomian nasional, menetapkan pengaturan perekonomian nasional, menjalankan pengelolaan perekonomian nasional, dan pelaksanaan pengawasan perekonomian nasional. Sehubungan dengan telah dilakukan finalisasi terhadap RUU tentang perekonomian nasional, maka dalam sidang paripurna ini kami mohon agar RUU tentang perekonomian nasional dapat disahkan menjadi RUU dari DPD RI.

Selanjutnya, dalam rangka pengembangan kelembagaan low centre DPD RI kami telah melakukan focus group discussion dengan beberapa perguruan tinggi di daerah, dengan tema Pembentukan Legislasi yang Berpihak Kepada Daerah. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, kami rencanakan pada tahun 2017 nanti ada kerja sama penelitian dengan perguruan tinggi di daerah, tentunya dengan tujuan agar ada dukungan dari daerah akan kebutuhan data dan informasi yang aktual dan dukungan untuk penguasaan peran dan fungsi lembaga DPD RI. Dalam kaitan pelaksanaan tugas PPUU yang tertuang dalam penentuan pasal 268 ayat 1 huruf C UUMD3, dan sebagai tindak lanjut dari komite, kami telah melakukan harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi terhadap RUU tentang perlindungan varietas tanaman dari Komite II, RUU tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dari Komite II, RUU tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan dari Komite III, dan RUU tentang nilai dari Komite IV. Keempat RUU tersebut secara formil dan materiil telah kami selesaikan, dengan peraturan perundangan yang lain dan tentunya format RUU juga telah kami sesuaikan dengan lampiran 2 Undang-undang Nomor 12 tahun 2011, tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Keempat RUU dari Komite dimaksud dapat disahkan menjadi RUU dari DPD RI.

Sidang paripurna yang mulia, dapat kami sampaikan bahwa dalam forum rapat kerja antara PPUU DPD RI bersama Baleg DPR dan Menkumham tanggal 17 November 2016

(13)

yang lalu. Kami telah menyampaikan usul prolegnas DPD RI untuk prolegnas RUU prioritas tahun 2017, dalam konteks usulan prolegnas DPD RI prioritas tahun 2017 tersebut, kami mengacu pada dua hal, yaitu mewujudkan realisasi program legislasi tahun 2016 dengan meluncurkan RUU yang belum selesai dibahas pada tahun 2016, untuk kemudian dibahas di tahun 2017. Dan B, pelaksanaan pemenuhan kebutuhan masyarakat atas produk hukum, yang memberikan efek langsung bagi kesejahteraan masyarakat harus segera direalisasikan. Selanjutnya dalam rapat kerja PPUU DPD RI, Baleg DPR, dan Menkumham tanggal 14 Desember 2016 dengan agenda pengambilan keputusan, telah disepakati sejumlah 50 RUU menjadi prolegnas prioritas tahun 2017, di mana 40 RUU adalah luncuran dari prolegnas 2016, dan 10 RUU adalah usulan RUU baru. Dari 10 RUU baru tersebut ,6 RUU usulan dari DPR, 1 RUU dari DPD yaitu RUU tentang penyelenggaraan pemerintah di wilayah kepulauan, dan 3 RUU dari pemerintah. Ada 1 RUU dari DPD, yaitu sistem budidaya tanaman yang menjadi, yang kemudian dimasukkan menjadi usulan DPR, tapi sebenarnya usulan DPD Pak. Namun nantinya, naskah akademik dan draft RUU dari DPD yang akan dijadikan bahan dasar dan acuan dalam pembahasan di Komisi IV DPR RI. Alhamdulillah kita berhasil memasukkan RUU budidaya tanaman untuk disahkan menjadi Undang-undang.

Selain hal tersebut, juga disepakati sejumlah 12 RUU untuk perubahan Prolegnas tahun 2015- 2019, dalam kaitan usulan dari DPD RI di atas, kami mohon dalam sidang paripurna yang mulian ini bahwa usul DPD RI untuk program nasional, prioritas RUU tahun 2017 dapat disahkan menjadi usul dari DPD RI untuk Prolegnas prioritas RUU tahun 2017. Terakhir kami sampaikan bahwa dalam forum raker tersebut mengemuka permintaan dari Mahkamah Kehormatan dewan agar Undang-Undang MD3 tahun 2017 nanti dilakukan revisi terbatas. Namun sebagian fraksi di DPR mengusulkan agar perubahan kedua terhadap UU MD3 dilakukan secara komprehensif tidak hanya sebatas menambah jumlah kursi pimpinan DPR dan kursi pimpinan MPR saja, melainkan juga dapat mengakomodir aspirasi dari masyarakat untuk penguatan lembaga perwakilan. PPUU secara khusus meminta agar perubahan kedua terhadap UU MD3 dapat mengakomodir dan menjalankan amanah dari putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan peran dan fungsi legislasi DPD RI sesuai dengan Undang-undang dasar 1945.

Sekali lagi, kami mohon kepada pimpinan DPD RI agar permintaan khusus dari PPUU ini kaitannya dengan undang-undang MD3 itu, disampaikan kembali kepada pimpinan DPR, dan presiden kemarin sudah untuk DPR belum, tentunya dengan tujuan agar eksistensi DPD RI dalam memperjuangkan kebutuhan dan kepentingan daerah dapat diakomodir, sehingga mewarnai setiap kebijakan di tingkat nasional. Demikian laporan yang kami sampaikan pada sidang paripurna hari ini tidak lupa kami sampaikan selamat hari raya Natal dan selama tahun baru 2017 semoga perjuangan kita di tahun 2016 ini dapat membawa keberkahan dan kemajuan, khususnya bagi daerah daerah dan kemajuan negara pada umumnya. Atas perhatian pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia kami ucapkan terimakasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua.

Om swastiastu

PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI) Terimakasih Pimpinan, B- 68 daftar. Pimpinan daftar B – 68. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera buat kita semua. Om swastiastu

(14)

Cocok dengan apa yang disampaikan oleh PPUU, khususnya soal rencana revisi kembali Undang-undang MD3 ini saya kira harus dilakukan secara serius oleh DPD kenapa pada saat revisi terbatas yang lalu, itu Pansus DPR sepakat usulan DPD akan dibahas pada revisi undang-undang MD3 berikutnya karena waktu itu kita juga melakukan walk out terhadap pembahasan itu, karena alasan yang dipakai untuk merevisi Undang-Undang MD3 itu bukanlah alasan yang diatur dalam undang-undang 12 Th 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Yaitu hanya kesepakatan koalisi untuk menambah posisi pimpinan, dan ini ternyata tradisi ini dilakukan kembali oleh DPR. Di mana Undang-undang MD3 itu hanya diinginkan hanya untuk menambah pimpinan anggota DPR saja, dan ini tidak diatur dalam Undang-undang 12 tahun 2011. Nah pintu yang paling bisa untuk melakukan revisi adalah selain dia terdaftar dalam Prolegnas prioritas itu adalah apabila ada komulatif terbuka yaitu putusan MK nah putusan MK yang paling bisa dipakai untuk merubah Undang-undang MD3 adalah putusan MK terkait dengan posisi DPD nah karena itu saya kira ini momentum untuk DPD bisa bersama-sama membahas Undang-Undang MD3 secara keseluruhan, dan apabila itu tidak dilakukan kembali oleh DPR saya kira keberatan harus dilakukan secara resmi oleh DPD, karena itu pengingkaran komitmen politik juga dan putusan MK itu kan sudah mengikat kepada semua. Jadi saya kira kesempatan ini jangan sampai ditunda, karena saya dengar katanya ini mau dibahas secara kilat. Jadi kesannya undang-undang itu sesuai dengan pesanan diubah bila diperlukan, itu diubah bisa dengan cepat hanya untuk masing masing, untuk masing-masing bisa dapat jabatan, jabatan pimpinan.

Ini sangat merusak itu tata kelola undang-undang yang ada di negara kita , karena itu saya usulkan kepada DPD, untuk mengambil sikap secara kelembagaan secara resmi, agar memastikan komulatif terbuka keputusan MK itu menjadi bagian penting dalam penting dalam proses revisi Undang-undang MD3. Kalau itu tidak dilakukan, maka diboikot saja karena itu pasti nanti undang-undang menjadi tidak sah, karena dia tidak melibatkan DPD dalam sistem tripartit, sehingga itu bisa digugurkan. Nah saya kira ini posisi ini harus dilakukan jangan sampai lagi ditunda-tunda, kemudian kita biarkan, karena kita merasakan beberapa undang undang yang disepakati dalam Prolegnas itu tidak dibahas secara serius di DPR. Contohnya Undang-undang tentang Wawasan Nusamntara juga ditunda-tunda terus, kemudian Undang-undang tentang ekonomi kreatif, ya memang itu menjadi bahan baku utama daripada DPD RI. Nah ini saya kira kalau ini dibiarkan nanti tetap nggak dianggap gitu. Saya kira itu pimpinan terima kasih.

PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA) Pimpinan , saya mau menambahkan sedikit.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Iya.

PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)

Saya sangat menggarisbawahi apa yang disampaikan oleh rekan saudara Pasek dari Bali. Bahwa dalam rangka kita penguatan kelembagaan, di sinilah tempatnya dan di sinilah tempatnya. Inilah waktunya yang tidak boleh kita sia-siakan jadi untuk sekarang ini jauh lebih penting itu daripada kita bicara masalah amandemen, sebab amandemen itu, itu menyangkut masalah elemen seluruh bangsa, seperti saya bicara sedikit sekali karena kesempatannya memang ya sudah habis pada rapat konsultasi dengan presiden. Ini

(15)

jangkarnya masalah amandemen itu ada di Istana, begitu istana melihat situasi politik akan terganggu pemerintahannya akan terganggu kalau ada amandemen sulit mengendalikan, itu amandemen tidak akan terjadi. Jadi jangan di di saat saat sekarangkan sudah sepi kelihatannya jangan disaat-saat orang sepi itu, kita lalu genit di dalam persoalan-persoalan itu jadi ini masalah perjuangan politik itu masalah momentum psikologis, yaitu psikologi Politik yang harus kita juga mainkan jadi sekarang ini penguatan DPD adalah kita tahapannya sekarang ini adalah melalui perjuangan MD3, dan terutama kita harus patenkan itu di dalam Undang-undang MD3 keputusan dari Mahkamah Konstitusi yang telah memperkuat beberapa posisi kita, terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Baik terimakasih Pak Fatwa, Pak Andre.

PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)

Oke, terima kasih Pimpinan. Saya mohon izin langsung sebenarnya dua pendapat senior itu, itu juga maksud saya, karena memang hampir berapa kali paripurna dari tahun kemarin juga itu yang dipertegaskan oleh saya secara pribadi, bagaimana komunikasi Pimpinan lembaga ini dalam rangka untuk meneruskan putusan MK. Jadi karena itu kita bicara amandemen-amandemen terus buat kajian terus tidak selesai-selesai masa dari tahun-tahun buat kajian tidak bisa selesai, sementara melobi putusan MK yang bersifat final kita tidak mampu. Sebetulnya itu yang paling mendasar jadi dalam konsultasi kami juga ke Mahkamah Agung kemarin. Ya kita malu karena secara lembaga karena kita tidak mampu menuntut hak kita yang notebene kalau itu sudah sah sebetulnya, tetapi dari segi komunikasi kelembagaan kita lemah. Jadi ini tolong menjadi catatan kepada Pimpinan. Apa pun alasannya yang kita lakukan, tidak ada alasan saya sepakat dengan senior. Terus kaitan dengan amandemen apa namanya untuk Undang-undang MD3 pasal-pasal mana yang masih belum iya sesuai dengan kebutuhan Lembaga khususnya DPD mari kita sama-sama tetapi harapannya juga kepada teman-teman yang sudah diberikan kepercayaan oleh lembaga jangan sampai begitu rapat dengan DPR hilang muka lagi pakai cari-cari, nanti kalau sudah selesai jadwal juga baru bertanya. Ya tolonglah ini untuk kepentingan kita semua jadi sudah diberi tugas oleh lembaga, dalam rangka kepentingan kita semua.

Terimakasih saya kembalikan Pak.

PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI) Terima kasih.

Pimpinan saya memberikan alasan sedikit kemarin memang masalah ini di dalam Panmus sudah dibicarakan, pada waktu di BK juga rapat ini rapat BPKK dengan penasehat itu mereka sudah diangkat, sehingga kemarin di dalam pertemuan dengan konsultasi dengan presiden, jadi yang kita usulkan untuk penguatan. Penguatan pertama amandemen, diakomodir memang masukan dari ketua BK. Di situ kita sudah memberikan catatan kondisi, kondisi sosial politik pada saat sekarang, kita juga tidak mendesak presiden pada saat dalam waktu dekat mendukung untuk amandemen, tapi kita minta nanti kondisi posisi sudah cukup kondusif, mudah-mudahan pada tahun depan sudah bisa diagendakan usulan kita tentang amandemen. Di samping itu yang kita minta mendesak ada dua, pertama kita minta agar melaksanakan aturan amanat dari Undang-undang Dasar tentang undang-undang tersendiri baik bagi DPD termasuk MPR dan DPR itu tersendiri. Nah dulu sudah pernah kita ajukan ya, tapi belum di respon dengan baik oleh saudara-saudara kita di DPD DPR. Kemudian yang

(16)

ke-3, step yang ke-3 yang kita sampaikan kepada presiden adalah adalah perubahan Undang-undang MD3, yang kita mengharapkan dukungan dari presiden, kalau sekarang misalnya DPR sudah mengagendakan perubahan, hanya menyangkut pimpinan. Kita tetap mengusulkan supaya perubahan itu konprehensif. Kita sudah minta dukungan presiden.

Nah menyikapi ini, tentu kita memang perlu nanti memasuki tahun sidang berikut mengagendakan kembali diprakarsai oleh PPUU, untuk mengangkat kembali RUU yang sudah pernah kita buat tentu mungkin kita perlu review, kemudian begitu juga RUU perubahan Undang-undang MD3 juga perlu kita sesuaikan. Saya perlu sampaikan kepada forum ini pembicaraan dengan pimpinan DPR itu sudah kita lakukan berulang kali. Pertama kita mau sepakati membuat perubahan undang-undang materinya, tapi oleh pimpinan DPR menyampaikan ini berbelit-belit nanti, harus Prolegnas. Oke lah kalau begitu kita bikin peraturan bersama yang menampung bukan hanya sekadar dua putusan mahkamah konstitusi tapi juga ada tambahan kepentingan peningkatan peran dan optimalisasi peran DPD, itu ada, tidak hanya itu, di dalam sana fungsi pertimbangan fungsi anggaran, pengawasan kita udah masukan dalam penyampaian secara tertulis kemarin kepada presiden kita sudah sampaikan butir-butir itu. Jadi undang undang MD3 yang komprehensif perubahan yang kita usulkan, bukan hanya sekadar terkait dengan dengan putusan MK tetapi juga ada kepentingan. Nah ini sudah pada saat itu sudah pada level mempertemukan dua sesjen, konsep kita sudah kita kirim. Ini loh konsep kita, mohon kepada sekjen nanti konsep surat yang kita konsep draft peraturan bersama, itu dibagikan saja kepada anggota supaya tahu terutama PPUU, nanti menindaklanjutinya dalam undang-undang. Jadi saya pikir tidak ada masalah kita akan agendakan, PPUU nanti memprakarsai mungkin kalau perlu membentuk pansus khusus untuk mencakup dua ini semua masukan-masukan.

Terima kasih.

PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (SULSEL) Interupsi pimpinan, Ajiep, saya sedikit 102.

PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)

Saya sedikit pimpinan, saya menanggapi apa penjelasan pimpinan. Sebetulnya itu merupakan langkah maju, tetapi yang kurang dilaksanakan atau dilakukan secara lembaga adalah menjalankan tripartite. Pimpinan hanya membuat komunikasi dengan sekjen DPR tetapi pemerintahnya tidak. Seharusnya ini menteri hukum dan HAM itu harus, tidak ada alasan, karena apapun keputusan undang-undang diatas segalanya dan harus dilaksanakan dan menteri hukum dan HAM itulah yang harus pimpinan orang harus bekerja, bukan antara Sekjen. Jadi ini juga yang jadi catatan kritis kepada pimpinan, supaya ini harus dipertegas. Bukan hanya komunikasi antara sekjen, tapi pimpinan juga secara kelembagaan berhadapan dengan kementerian hukum dan HAM, supaya ini dilaksanakan, karena kalau sudah berdalih-dalih. Memang dalih-dalih, tetapi yang mengatur instrumen hukum itu adalah ada di Kementerian Hukum dan HAM dan ini harus dilaksanakan.

Terima kasih pimpinan.

PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (SULSEL) Pimpinan, Ajiep 102,

(17)

PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI) Pimpinan mungkin sedikit penajaman pimpinan.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Sebentar saya sampaikan dulu yang di apa yang disampai oleh Pak Andre, bahwa kemarin di dalam pertemuan dengan presiden, itu juga dihadiri oleh Menko Polhukam, jadi dia sudah mendapatkan masukan yang apa namanya, pemohon dan mempererat dukungan kita kepada pemerintah, jadi kemarin sudah disampaikan jadi yang paling bagi kita setelah ini adalah proses selanjutnya ya dari tempat kita dia akan mengawali itu terus dan berjuang mungkin melobi itu, ya sehingga kepentingan DPD bisa terakomodasi.

Terima kasih.

PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (BALI)

Pimpinan, jadi penajaman saja, prinsipnya begini, draft RUU untuk revisi Undnag-undng MD3 ini muncul dari DPR dari pemerintah atau dari DPD, kan gitu mekanismenya. Nah kalau dia datang dari pemerintah kita desak pemerintah agar draft RUU itu memang sudah memasukkan putusan MK di dalamnya, karena kemarin juga Menkum HAM sudah sepakat untuk itu waktu pembahasan yang lalu, tetapi Pansus DPR yang menolak. Nah karena itu, kalau misalnya draft revisi RUU itu berangkat dari DPR, maka DPD harus bersurat secara resmi juga, agar sandingannya adalah Undang-undang MD3 usulan dari DPD juga dipakai sebagai materi pembahasan, karena kalau itu tidak dilakukan kan pembahasan itu menggunakan revisi RUU yang ditawar mana yang mau dipakai, nah karena itu yang mana mau dipakai inilah kunci pertama. Kalau dibawa oleh pemerintah usulan itu, maka kalau masuk punya kita, maka otomatis dia terbahas tetapi kalau tidak ada, pengalaman kami kemarin itu, kalau tidak ada selalu mereka mengatakan bahkan sudahlah jadi peninjau saja, lihat kami membahas ini gitu kan, jadi seperti itu nanti suasana Pansusnya nanti. Nah jadi kami harapkan ya jangan sampai ditunda-tunda, dan dipastikan draft RUU yang dipakai pembahasan Undang-undang MD3 itu yang mana, dan kami sih berharap yang dari DPD itu bisa dipakai, karena acuannya jelas dari putusan MK, kalau tidak begitu tidak akan terbahas itu, karena dalam ... tidak akan muncul dia.

Terima kasih pimpinan.

PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (SULSEL) Ajiep, Ajiep.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Baiklah, silakan Pak Ajiep.

PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (SULSEL) Terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bapak Ketua yang saya hormati, para peserta rapat, saya sangat mendukung Pak Pasek. Ini konkretnya begini Pak Ketua. Pimpinan DPD segera membahas surat ke DPR dalam satu minggu ini, tentu mungkin dengan pimpinan PPUU ya, karena yang kita ikuti

(18)

perkembangan di sebelah, mereka dalam masa resesnya ini akan membahas untuk memunculkan RUU inisiatif DPR. Jadi yang akan dibahas itu Pak Pasek adalah usulan DPR. Nah dan dia akan paripurnakan setelah masa reses, menjadi usulan DPR. Dalam proses itu pimpinan DPD saran saya, segera kita buat surat menyampaikan kepada DPR, agar dalam proses pengusulan inisiatif DPR tersebut memasukkan, atau menggunakan juga usulan DPD. Saran saya seperti itu konkritnya Pak. Dalam waktu satu minggu ke depan ini. Kalau selesai reses baru kita bicarakan, ketinggalan kita ataupun tidak menyampaikan tapi sudah tidak, yang bagus ini sebelum DPR menetapkan usulannya, kita sudah menyampaikan surat ke DPR, dan kalau perlu menyerahkan langsung kepada pimpinan DPR. Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Baik terima kasih, iya silakan PPUU.

PEMBICARA: Drs. MUHAMMAD AFNAN HADIKUSUMO (D.I. YOGYAKARTA) Iya terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jadi kemarin ketika pembahasan di tripartit itu, kita lobi-lobi secara prinsip pimpinan baleg tidak keberatan artinya memasukkan peran DPD itu tidak keberatan, tapi kita kan tidak mengerti karena fraksi-fraksi kemarin itu ada tiga fraksi yang menolak rencana revisi Undang-undang MD3 itu secara terbatas, artinya harus semuanya kalau mau revisi. Nah makanya, apa ya, ini kalau menurut saya langkah yang yang sangat simple gitu yang harus dilakukan adalah minta kepada DPR untuk melibatkan DPD ketika pembahasan di DPR nanti, sesuai dengan keputusan dari Mahkamah Konstitusi. Yang kedua pendekatan kepada Kementrian Kumham karena nanti pengesahannya itu itu juga melibatkan pemerintah. Nah kalau pemerintah tidak mau ikut membahas ini, otomatis ini berhenti ini pembahasan RUU ini jadi 2 mungkin, 2 langkah itu yang pertama minta kepada DPR untuk mengundang DPD atau melibatkan DPD ketika pembahasan revisi itu, yang kedua pendekatan kepada kementerian kumham agar memasukkan pasal-pasal yang berkaitan dengan penguatan DPD dalam revisi Undang-undang MD3. Jadi dua hal itu satu ke DPR, satu ke pemerintah. Jadi kalau misalnya pemerintah tidak memasukkan tidak bisa memasukkan itu, ya suruh tidak datang saja berarti itu tidak bisa disahkan, cacat formil, namanya saya kira itu pak terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Jadi kira-kira sama ya pendapatnya Pak Ajiep ya jadi ini akan segera kita follow up Bapak-ibu yang saya hormati, setelah mendengar tadi apa yang sudah disampaikan oleh pimpinan PPUU, apakah kita dapat menyetujui yang pertama RUU usul inisiatif DPD RI tentang RUU Perekonomian Nasional, setuju?

KETOK 2X

Yang kedua usul DPD RI untuk prolegnas prioritas untuk tahun 2017, apakah dapat disetujui?

(19)

Baik selanjutnya kami persilakan kepada Komite I menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya, pada Komite I dipersilahkan.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (JAWA TENGAH) Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua. Om swastiastu.

Yang kami hormati pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Sesjen dan jajarannya. Hadirin beserta undangan yang berbahagia pertama-tama mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT yang karunia-Nya kita semua dapat hadir dalam sidang paripurna pada hari ini dalam keadaan sehat walafiat. Ibu-bapak sekalian, Komite I pada masa sidang ini telah melakukan rangkaian kegiatan baik dalam fungsi legismasi, pengawasan, dan juga pengawasan atas perkembangan pembahasan daerah otonomi baru. Dalam hal legislasi pertama adalah rancangan undang-undang tentang perubahan Undang-Undang 21 Tahun 2021 tentang otonomi khusus tentang otonomi khusus bagi Papua. Kemudian kedua adalah, Rancangan Undang-undang tentang penyelenggaraan pemilu tentang RUU penyelenggaraan pemilu ini, ini yang hasil inisisalis oleh pemerintah telah dimulai pembahasan pada lembaga di Panmus DPR pada bersama Komite I dan pemerintah pada tanggal 30 November dan ditafsirkan dapat dilakukan penyelesainnya pada tanggal 28 April tahun 2017. Timja Komite I dalam penyelenggaraan pemilu terdiri dari 10 orang, pertama adalah saudara Gede Pasek Suardika, yang ke-2 Saudara Letjend TNI Marinir Prawira Nono Sampono, kemudian ke-3 saudara Dra. Ir Eni Sumarni, ke-4 Saudara Drs. Bahar Ngitung, 5. Saudara Hendri Zainuddin, ke-6 saudara Syafrudin Antasoge, ke-7 Saudara Achmad Kenedy, 8. Sdr.Facrul Rozi, 9. Sdr.Benny Ramdani dan ke-10 Sdr. Akhmad Muqowam.

Dalam pembahasan 30 November yang lalu Komite I sebagai wakil DPD memberikan pandangan setidaknya terhadap 12 isu yang penting. Pertama adalah sistem pemilihan Anggota DPR dan DPRD terhadap usulan sistem proporsional terbuka terbatas DPD berpandangan bahwa sistem ini berdampak positif bagi penguatan kelembagaan partai politik. Namun demikian, perlu juga di perhatikan bahwa sistem proporsional terbuka dan suara terbanyak selama ini lebih memberikan ruang kepada rakyat untuk berpartisipasi dalam proses berkedaulatan di Indonesia dan memberikan ruang kesederajatan dalam kompetisi memberikan suara rakyat. Jadi terbuka terbatas itu intinya tertutup. Jadi intinya tertutup. Jadi dalam dalam penjelasan yang disampaikan saudara dalam negeri bahwa terbuka terbatas itu manakala seseorang memperoleh apa DPP, ambil, tetapi kalau kita kembali kepada partai lagi. Nah karena itu kalau menggunakan data 2014, Ibu-bapak sekalian hanya tujuh orang Anggota DPR yang lolos menjadi Anggota DPR berdasarkan terbuka tapi terbatas. Dua, pencalonan presiden dan wakil presiden ini masih seperti isu lama adalah mengenai dukungan adalah partai politik atau kabar politik yang 20 suara dijumlah kursi DPR dan memperoleh atau memperoleh 25 surat dari suara yang secara rasional. Kemudian tiga, menambahan azas, kemudian empat soal antisipasi calon tunggal.

DPD sependapat dengan pemerintah bahwa parpol wajib mengajukan calon presiden dan wakil presiden dalam pemilihan presiden. Bilamana parpol dan gabungan parpol tidak melakukan mengajukan bakal pasangan calon maka dikenakan sanksi tidak dapat mengikuti pemilihan umum berikutnya. Dimana soal ambang batas, DPD berpandangan bahwa angka 3,5 % merupakan ambang batas yang moderat, namun demikian apabila dimungkinkan menaikkan ambang batas dan penyederhanaan partai politik guna semakin menguatkan sistem presidensial maka dalam opsi tersebut DPD bersifat terbuka.

(20)

Kepemimpinan di Pansus, Ibu dan Bapak sekalian ini kebetulan dipimpin oleh partai-partai atau fraksi-fraksi menengah ke bawah. Kemudian tujuh, alokasi kursi, nah khusus mengenai alokasi kursi dan daerah pemilihan, berkaitan dengan ini supaya hemat kursi DPD 4 kursi maka dalam hal ini DPD memiliki pandangan yang berbeda. DPD berpendapat berjumlah keanggotaan DPD pada saat ini belum mampu merepresentasikan kepentingan daerah dan masyarakat secara penuh dengan mempertimbangan luas wilayah kondisi geografis, jumlah penduduk dan tingkat kesulitan yang bervariasi maka perlu dipertimbangkan untuk menambah jumlah keanggotaan DPD RI yang mewakili setiap provinsi.

Di dalam konstitusi kita Ibu Bapak sekalian, dalam Pasal 22 C jumlah Anggota DPD adalah Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh Anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah Anggota DPR RI. Oleh karena itu kami mengusulkan karena ruang konstitusi terbuka maka kami mengusulkan penambahan setiap provinsi 1 kursi sehingga dengan demikian jika kalau itu disepakati oleh pemerintah dan DPR maka 5 kali 34 provinsi ada 170, masih kurang dari sepertiga jumlah anggota DPR. Disamping juga ada hal-hal yang lain, misalnya dalam hal-hal selain hal-hal-hal-hal konstitusional, ditunjuk dari aspek historis seorang DPD ini memiliki aspek historis yang kuat. Dimana pada pemilu ‘99 jumlah utusan daerah sebanyak 5 orang mengacu pada ketentuan Pasal 2 Ayat (2) sampai Ayat 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD.

Kemudian kita sepakat penguatan lembaga KPU, penguatan lembaga Bawaslu, penguatan lembaga di DKPP, kemudian tentang sintra penegakan hukum terpadu DPD berpandangan bahwa pengaturan gakumdu dalam RUU penilaian pemilu harus mencakup empat aspek. Pertama adalah waktu penanganan yang singkat. Saya kira kita semua punya pengalaman Bapak Ibu sekalian, singkatnya proses penegakan hukum, waktu penanganan yang berkaitan dengan penanganan kasus pemilu, itu memberikan diberikan ruangan yang sangat sempit karena itu terhadap ini kita juga memberikan pemikiran.

Kemudian kedua, perbedaan persepsi dan pemahaman antar penegakan hukum, kemudian tiga ego sektoral, kemudian empat kapasitas sumber daya manusia yang belum memadai. Kemudian soal politik uang, khusus mengenai perubahan kursi menjadi perubahan seseorang menjadi kursi, Ibu dan Bapak sekalian, pemerintah mengajukan sebuah model perhitungan dengan design lego modifikasi. Di dalam design lego modifikasi itu tidak berdasar pada DPP tetapi berdasar pada perhitungan 1 poin 4, 3, 5 7, 9 dan seterusnya.

Secara eksplisit saya ingin sampaikan, kalau ini dilakukan maka partai-partai yang mendapatkan suara besar maka dia akan mendapatkan kursi paling banyak diantara partai-partai kecil dan partai-partai kecil dengan demikian tidak akan mendapatkan kursi. Saya ambil contoh Ibu, Bapak sekalian, biar gampang, ini partai A 800.000, partai B 350.000, Partai C 250.000, partai D 150.000. Ketika dihitung maka 800.000 mendapat 1 kursi, partai kedua partai B 350 maka partai B dapat satu kursi, partai A tambah satu kursi lagi. Ketika 250 maka 250.000 partai C 250 dapet 1 kursi, partai B tidak tambah kursi, Partai A tambah 1 kursi lagi, 311. Kemudian kalau misalnya 140.000 dapat satu kursi 250 tidak dapat kursi lagi yang 350 tambah 1 kursi, yang 800.000 tambah satu kursi. Jadi pemilukada memang unik, proses konversi suara menjadi kursi itu didalam yang diatur oleh pemerintah ini.

Kemudian, dua pengawasan terhadap Undang-Undang 6 tahun 2014 tentang Desa. Saya kira saya tidak perlu bacakan secara detail hanya rekomendasinya saja. Pertama adalah mendorong Perpres, revisi Perpres 11, 12. Ibu dan Bapak sekalian, Komite I selalu kenceng didalam menyuarakan ini. Kami selalu mereferensi bahwa satu kementerian biasa menangani melaksanakan lebih dari 1 undang-undang, tetapi satu undang-undang, Undang-Undang Desa itu ditangani oleh 2 kementerian, Kemendagri dan Kementerian Desa. Kita bisa bayangkan, ini yang saya kira didalam hal kalau bicara Perpres 11 tahun 2015 adalah mengenai tupoksi

(21)

kementerian dalam negeri, kemudian Perpres 12 adalah mengenai tupoksi kementerian desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi.

Dua, DPD mengapresiasi lahirnya PP 22 tahun 2015, perubahan dari PP 64 tentang Dana Desa. Ibu dan Bapak sekalian, yang belum berhasil didalam 2017 adalah mengenai tahapan. Masyarakat desa menghendaki satu tahapan itu juga logic, karena apa? Karena ini adalah pada dasarnya anggaran dari negara, kita bisa bayangkan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari, APBD provinsi setelah itu, APBD kabupaten setelah itu, APBD desa pun setelah itu. Jadi karena itu kalau dua periode 2 tahapan kemarin 3 tahapan tapi dalam 2017 3 tahapan.

Lalu yang kedua Bapak Ibu sekalian kami memberikan masukan kepada pemerintah tapi juga belum dilaksanakan adalah mengenai pola pembagian 90, 10%. Jadi Undang-Undang Desa mengamanatkan bahwa ada 4: 1. Luasan wilayah, 2. Jumlah penduduk, 3. Kemiskinan, dan 4. Mengenai kesenjangan infrastruktur. Hari ini Bapak Ibu sekalian saya ambil contoh Condong Catur. Condong Catur di Yogyakarta penduduknya 80.000 kemudian kampungnya Pak Jacob Komigi, mana Papua? Nggak ada Papua? Nah, ini Pak Edison, jika punya Pak Edi satu kampung hanya 50 orang, itu alokasi yang sama, hari ini seperti itu. Jadi karena itu kita sudah ke pemerintah bahwa harus pola 90, 10 itu harus juga diubah. Pak Edison 50 kepala keluarga, di Condong Catur itu ada 80.000, alokasi yang sama.

Kemudian ketiga Ibu Bapak sekalian, soal struktur dan kelembagaan desa, kemudian yang keempat rekomendasi khususnya adalah soal penyaluran, lalu penyedia penetapan kemudian yang ketiga mendorong komposisi, kemudian tenaga pendamping, yang kelima proposal bermasalah. Untuk diketahui Bapak Ibu sekalian, mulai 1 Januari PLD belum tentu mendapatkan gaji lagi karena itu Komite I, Bapak Ibu sekalian, meminta kepada beliau untuk tidak menggunakan dana asing. Hari ini, ya mohon maaf, pada waktu kami berdebat dengan mendes, beliau malah mengejutkan kami. Pak Menteri jangan coba-coba untuk menggadaikan desa. Pak Ketua, saya tidak menggadaikan desa tapi menggadaikan denotatif dan konotatifnya mungkin tidak bisa dipahami oleh sang menteri tersebut.

Jadi mulai 1 Januari, PLD belum tentu dapat gaji dan hari ini dari 74.674 desa baru sekitar 22.000 PLD dan itu oleh provinsi masing-masing diputar gak karu-karuan. Contoh di Jawa Timur, orang Madura ditaruh di Malang, orang Malang ditaruh di Madiun, orang Madiun di taruh Bojonegoro, orang Bojonegoro di taruh di Madura. Kabupaten Semarang kampung kelahiran saya, 6, pendamping itu 4 dari luar Kabupaten, 2 dari kabupaten tersebut jadi ini kalau saya bilang, desa hari ini masih, kalau dulu Pak Habibi beliau punya pesawat tetuko sing tuku orang teko-teko, sing teko ora tuku-tuku. Ya ini sama dengan hari ini, sing Kuasa ora kerso-kerso, sing kerso ora kuoso-kuaso.

Kemudian dua, pengawasan pelaksanaan Undang-Undang nomor 23. Ibu dan Bapak sekalian, pertama soal kewenangan, kemudian kedua soal penataan daerah, penataan daerah. Kemarin pada saat ketemu Presiden, saya menambahkan apa yang dimaksud Pak Faroukh, Wakil Ketua bahwa ada dua PP yang belum selesai. PP mengenai dana besar penataan daerah dan PP mengenai penataan daerah. Kami sampaikan Bapak Presiden, tolong, PP 2B sudah dikeluarkan, 2 PP itu menurut menteri dalam negeri sudah selesai, 99%, tinggal 1% di Pak Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, saya bilang.

Ya mohon maaf, kemudian beliau sampaikan sambil tanya kepada Pak Pratikno, siapa ketuanya itu? Wakil presiden saya bilang begitu, jadi mohon kepada orang dekat pak Jusuf Kalla bisa minta agar 2 PP itu diselesaikan sehingga Bapak-bapak langsung bisa bergerak dengan lancar mengenai daerah otonom baru dan alhamdulillah pada Selasa yang lalu, melalui sebuah koran nasional kita sudah publish mengenai amanat Undang-Undang nomor 23.

Kemudian ketiga Ibu Bapak sekalian, 1 Januari adalah mulai dilaksanakannya institusionalisasi perangkat daerah yang baru. Seiring dengan munculnya PP 18 Tahun 2016 ini, jadi ini hari masih terjadi regrouping, ini hari masih terjadi situasi yang apa namanya

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga, perbaikan yang diperlukan adalah usaha Toko Yella Bakery Banjarmasin dalam menjalankan usahanya sebaiknya penentuan harga pokok produksi menggunakan Metode

Bagi guru: dapat dijadikan sebagai bahan kajian literatur untuk melakukan penelitian mengenai nilai APTI pada Ficus lyrata Warb dan tembesi Samanea saman (Jacq) Merr

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki loyalitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-Exclusive

Variabel effort expectancy dan social influence tidak berpengaruh terhadap perilaku penerimaan penggunaan program aplikasi akuntansi Accurate pada SMK Yadika 1 Tegal Alur dan SMK

Semua alat dan perlengkapan itu tetap menjadi milik Penyedia Jasa yang sebelumnya sudah diperhitungkan pengadaannya dalam kontrak penawaran dan diajukan brosur atau sampel

Dari pengujian kompaksi yang telah dilakukan dengan metoda statik pada tanah campuran dengan mengacu pada nilai dry density yang mendekati hasil tes kompaksi

Metode analisis potensi kecelakaan yang digunakan adalah tool FTA dengan pendekatan top down yang dimulai dari top level event yang telah dianalisis berdasarkan