• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini, sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang mempunyai budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual di samping konsumsi emosi (Semi, 1993:1)

Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, serta perhatian terhadap realitas yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang zaman (Sangidu, 2007:2). Menurut pendapat Pradopo (1995:114), karya sastra merupakan luapan dan penjelmaan perasaan pikiran dan pengalaman pengarangnya. Menurut Pradopo pula, karya sastra lahir dalam konteks sejarah dan sosial budaya suatu bangsa. Dalam hal ini, lahirnya karya sastra didasari oleh kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat karya sastra memiliki potensi pada kehidupan nyata. Begitu pula karya sastra pada film Hello Ghost yang akan dianalisis.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. Yang kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya

(2)

2

juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar negatif. Selain kini film bukan hanya dapat disimpan dalam media selaput seluloid saja, film dapat disimpan dan diputar kembali dalam media digital. Film merupakan bagian dari karya sastra, karena memiliki beberapa unsur intrinsik yang dimiliki oleh drama. Unsur-unsur intrinsik tersebut adalah tema, tokoh, dan setting. Definisi film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Lakon atau cerita gambar hidup” (2001: 316). Film yang berkembang sekarang ini memiliki banyak jenis yang d ikenali oleh masyarakat, yaitu film drama, komedi, misteri, serial dan lain-lain. Pengertian drama itu sendiri adalah “cerita atau kisah, terutama melibatkan konflik dan emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater” (2001:275).

Sastra dalam bentuk cerita mampu menggambarkan dan mengungkapkan cerita masa lalu yang nyata terjadi. Film diyakini oleh suatu kelompok masyarakat mampu memberikan karya sastra yang baru. Film juga dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada masyarakat. Analisis konf lik batin tokoh utama dalam film Hello Ghost ini diharapkan mampu menjelaskan tentang berbagai masalah mengenai kehidupan yang menceritakan tentang seorang anak muda yang hidupnya diusik oleh kehadiran empat hantu yang tinggal bersama dengan dia. Hantu yan g datang dengan karakteristik yang berbeda mampu membuat hati anak muda ini termotivasi untuk hidup. Penulis mengambil cerita dalam film Hello Ghost sebagai objek penelitian karena film Hello Ghost ini sangat menonjolkan sisi psikologis tokoh utama dan juga semakin terlihat karena banyaknya dukungan dari para tokoh-tokoh lainnya.

(3)

3

Film Hello Ghost merupakan sebuah drama komedi yang menjadi debut pertama bagi sutradara Kim Young Tak. Cha Tae Hyun sebagai pemeran utama dalam film ini berhasil menghidupkan dan membawa film ini untuk masuk dalam jajaran film terbaik yang berhasil di produksi oleh Korea pada tahun 2010. Bahkan sutradara dan produser film terkenal di Hollywood, Chris Colombus tertarik untuk me-remake film ini dan akan membawanya dengan gaya kebaratan. Alur cerita dari film ini cukup datar dan tenang, tetapi tetap diselingi dengan cerita dan akting lucu, serta kisah cinta yang memang sudah menjadi ciri khas dari setiap film buatan Korea. Dikutip dari kapanlagi.com selain karena film ini merupakan salah satu film terlaris di Korea pada tahun 2010 yang bagus dan mendapat sambutan yang hangat di masyarakat, alasan peneliti meneliti film ini karena film ini memiliki banyak sisi psikologis yang dapat diamati salah satunya adalah dari tokoh utama dalam film ini.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah karakter kejiwaan seorang pemuda yang menjadi tokoh utama dalam film Hello Ghost yaitu Sang-Man. Permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Karakter kejiwaan tokoh utama Sang-Man dalam film Hello Ghost dalam tinjauan teori Sigmund Freud.

2. Analisis tokoh pendukung dalam film Hello Ghost.

3. Karya sastra sebagai representasi mimpi pengarang film Hello Ghost

(4)

4

4. Fenomena bunuh diri di Korea Selatan yang menjadi topik hangat di Korea, dan dibahas dalam film Hello Ghost.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Mengungkapkan karakter kejiwaan tokoh utama Sang-Man dalam film Hello Ghost dalam tinjauan teori Sigmund Freud. 2. Mengungkapkan hasil analisis tokoh dalam film Hello Ghost 3. Mengungkapkan hasil representasi mimpi pengarang film

Hello Ghost

4. Mengungkapkan fenomena bunuh diri di Korea selatan yang diangkat dalam film Hello Ghost.

1.4 Tinjauan Pustaka

Suatu penelitian dapat meninjau penelitian yang sudah ada. Dalam penelitian ini meninjau Skripsi “Kepribadian tokoh Soo Ah dalam film Girl Thirteen” yang ditulis oleh Vina M Putri (2008). Penelitian ini menganalisis mimpi, dan dinamika kepribadian tokoh dalam teks drama tersebut. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah psikoanalisis Sigmund Freud tentang dinamika kepribadian, kecemasan moral, realistik, dan neurosis. Selain itu, analisis juga menggunakan teknik interpretasi. Kemudian menganalisis Skripsi dari Ryma Flourence (2008) Don geng “Mori Ahob Dalin Goemul” (penguasa

(5)

5

raksasa berkepala Sembilan): Psikoanalisis Freud. Penelitian ini menganalisis dinamika kepribadian dan karakter serta menganalisis mimpi sang Tokoh utama menggunakan teori Psikoanalisis Sigmund Freud.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian di atas adalah penelitian ini menggunakan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud untuk menganalisis pemaparan dinamika kepribadian yang ada pada tokoh utama. Kemudian mencari karakteristik tokoh utama dan tokoh tambahan. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian ini lebih menganalisis mimpi pengarang film Hello Ghost serta membahas salah satu fenomena di Korea Selatan yang dibahas dalam film ini yaitu bunuh diri. Analisis psikoanalisis dalam penelitian ini tidak menggunakan teknik interpretasi.

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Teori Strukturalisme

Pendekatan struktural dapat disebut juga dengan pendekatan intrinsik, yakni pendekatan yang berorientasi kepada karya jagad yang mandiri terlepas dari dunia eksternal diluar teks. Analisis ditujukan kepada teks itu sendiri sebagai kesatuan yang tersusun dari bagian yang saling berjalin dan analisis dilakukan berdasar pada parameter intrinsik sesuai dengan keberadaannya unsur internal (Siswantoro, 2005:19)

(6)

6

Analisis struktural bertujuan membedah, membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitannya dan keterjalinanya semua antar unsur dan aspek karya sastra bersama -sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135)

Menurut Endraswara, ada tiga hal penting dalam keterlibatan analisis struktural dalam analisis psikologi sastra. Pertama, pendekatan psikologi sastra menekankan kajian keseluruhan baik berupa unsur intrinsik maupun ekstrinsik. Penekanan unsur intrinsik terutama terletak pada tokoh dan watak. Kedua, perlu juga dianalisis masalah tema. Ketiga, konflik perwatakan tokoh perlu dikaitkan dengan alur cerita (Endraswara, 2004:140). Namun, dalam skripsi ini hanya akan dianalisis pada aspek penokohan saja.

Tokoh utama dalam film Hello Ghost ini adalah Sang-Man. Pengidentifikasian seorang tokoh utama, dikarenakan dia berkaitan dengan seluruh tokoh tambahan dan juga terlibat dalam semua konflik dari tiap babak dalam cerita. Tokoh utama dalam film ini denga n mudah dapat diidentifikasi dengan melihat judul film tersebut. Penokohan sangat erat kaitannya dengan pelukisan sifat tokoh. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan menganalisis secara struktural film Hello Ghost dengan hanya mengambil unsur tokoh da n penokohan. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa dalam film Hello Ghost, unsur tersebut yang paling menonjol dan mendukung penulis dalam melakukan analisis kondisi psikologis tokoh utama Sang-Man.

(7)

7 1.5.2 Tokoh

Menurut Nurgiyantoro (2002:165) istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, yakni para pelaku yang m enjalankan cerita tersebut dengan segala sifat yang diperankannya. Selanjutnya Nurgiyantoro menyatakan bahwa watak, perwatakan dan karakter, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Menurut Jones (1968:33) lewat Nurgiyantoro (2002:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Menurut Panuti Sudjiman (1988 : 16), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh ini menjalankan alur dalam cerita dan dapat dikatakan sebagai mata air kekuatan sebuah cerita. Tokoh diharapkan dapat menyampaikan tema kepada penikmat sastra. Sifat tokoh dalam cerita bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui: tempat tokoh tersebut berada, tindakan, ucapan dan pikirannya, kesan tokoh lain terhadap dirinya, benda -benda di sekitar tokoh, deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang.

Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra.

Secara umum, keberadaan tokoh dapat diketahui melalui berbagai cara (teknik penokohan), yakni melalui deskripsi fisik (physical description) secara langsung oleh pengarang, melalui jalan pikiran tokoh atau apa yang melintas

(8)

8

dalam pikiran tokoh (portrayal of thought or stream of conscious thought), melalui reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa atau keadaan tertentu (reaction to event), melalui deskripsi langsung pengarang terhadap tokoh (direct author analysis), melalui reaksi atau sikap atau pandangan terhadap tokoh lain (reaction of other character), melalui perbincangan tokoh yang m embicarakan tokoh lain (conversation of others character) (dalam Wallek&Warren 1993: 287 -289 dan dalam Nurgiyantoro 2002:194-215)

1.5.3 Psikoanalisis Sigmund Freud

Menurut Albertine (2010:11), psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis ini berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia, serta ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan kontribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia selama ini. Psikoanalisis merupakan sejenis psikologi tentang ketidaksadaran; perhatian-perhatiannya terarah pada bidang motivasi, emosi, konflik, sistem neurotic, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Menurut Freud (dalam Suryabrata, 2002:3), psikoanalisis adalah sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami penyim pangan mental dan syaraf.

Dalam struktur keperibadian Freud, ada tiga unsur sistem penting, y akni id, ego dan superego. Menurut Bertens (2006:32) istilah lain dari tiga faktor tersebut dalam psikoanalisis dikenal sebagai tiga “instansi” yang menandai hidup psikis.

(9)

9

Dari ketiga sistem atau ketiga instansi ini satu sama lain saling berkaitan sehingga membetuk suatu kekuatan atau totalitas. Maka dari itu untuk mempermudah pembahasan mengenai kepribadian pada kerangka psikoanalisa, bisa diterangkan dalam sistem kepribadian ini.

1. Id

Id adalah sistem kepribadian yang asli atau sistem kepribadian yang palin g dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri bawaan ( Koeswara, 1991:32). Adapun menurut Palmquist (2005:105), id ialah bagian bawah sadar psikis yang berusaha memenuhi dorongan naluriah dasar. Lebih lanjut lagi menurut Corey (2003:14), id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id hanya timbul oleh kesenangan tanpa disadari oleh nilai, etika dan akhlak. Dengan beroperasi pada prinsip kesenangan ini, id merupakan sumber semua energi psikis.

Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original dalam kepribadian dan dari aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya memburu hawa nafsunya saja tanpa menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia merupakan bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama individu (Berry, 2001:75). Id bekerja sejalan dengan prinsip-prinsip kenikmatan, yang bisa dipahami sebagai dorongan untuk selalu memenuhi kebutuhan dengan serta merta. Fungsi satu -satunya id adalah untuk mengusahakan segera tersalurnya kumpulan -kumpulan energi atau ketergangan yang dicurahkan dalam jasadnya oleh rangsangan – rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya-daya motivasional, yang dengan kata lain

(10)

10

disebut dengan insting atau nafsu. Freud juga menyebutnya dengan kebutuhan. Penerjemahan dari kebutuhan menjadi keinginan ini disebut dengan proses primer (Boeree, 2005:38). Proses primer, seperti kalau orang lapar lalu membayangkan makanan. Akan tetapi jelas kiranya bahwa yang demikian tidak mungkin dipertahankan, orang yang lapar tidak mungkin kenyang hanya dengan membayangkan makan. Karena itulah dibutuhkan aspek lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif. Aspek inilah yang kita sebut dengan ego.

2. Ego

Ego berbeda dengan Id. Ego ialah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (Koeswara 1991:33 -34). Adapun menurut Ahmadi (1992:152), ego tampak sebagai pikiran dan pertim bangan. Ego bertindak sebagai lawan dari Id. Ego timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan. Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendali kan, dan mengatur (Corey, 2003:14).

Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam dunia batin dan sesuatu yang ada di dunia luar. Peran utama ego adalah menjadi jembatan antara kebutuhan insting dengan

(11)

11

keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme. Selain itu, ego merupakan bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia. Ego berperan sebagai eksekutif yang memerintah, mengendalikan dan mengatur kepribadian. Dibawah perintah prinsip realitas, ego berpikir secara logis dan realitas serta memformulasikan rencana tindakan demi pemuasan ke butuhan.

Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dim unculkan id untuk merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses penyelesaian ini disebut dengan proses sekunder (Boeree, 2005:39)

3. Superego

Menurut Kartono (1996:129) superego adalah zat yang paling tinggi pada diri manusia, yang memberikan garis-garis pengarahan ethis dan norma-norma yang harus dianut. Superego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu dapat dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Adapun superego menurut Palmquist (2004:103), adalah bagian dari jiwa manusia yang dihasilkan dalam menanggapi pengaruh orangtua, guru, dan figur-figur otoritas lainnya pada masa anak-anak. Inilah gudang psiki bagi semua pandangan tentang yang benar dan yang salah.

Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego merepresentasikan hal yang ideal, dan mendorongnya bukan kepada kesenangan,

(12)

12

melainkan kepada kesempurnaan. Superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosa dan rendah diri (Cprey, 2003:15).

Menurut Hall dan Gardner (1993:67-68) fungsi utama dari superego antara lain (1) sebagai pengendali dorongan-dorongan atu impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; (2) mengarahkan eg o pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan (3) mendorong individu kepada kesempurnaan.

Jadi superego cenderung untuk menentang, baik ego maupun id, dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Ketiga aspek tersebut mesk i memiliki karakteristik sendiri dalam prakteknya, namun ketiganya selalu berinteraksi secara dinamis. Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah: Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instin k. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer. Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya.

(13)

13

Disini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super-ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan gunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Sedangkan yang ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.

1.5.4 Kecemasan

Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Menurut Freud kecemasan ada tiga:

1. Kecemasan Realitik; dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan jenis ini kita sebut sebagai rasa takut. Persis inilah yang dimaksud Freud dalam bahasa Jerman. Namun para penerjemahnya menggangap kata “takut” (fear) terkesan terlalu umum. Contohnya sangat jelas, jika saya melempar seekor ular berbisa kedepan kepala anda, anda pasti akan mengalami kecemasan realistik ini.

(14)

14

2. Kecemasan neurotik; perasaan takut jenis ini muncul akibat rangsan gan-rangsangan Id. Jika anda pernah merasakan “kehilangan Id”, gugup, tidak mampu mengendalikan diri, perilaku, akal, dan bahkan pekiran anda, maka anda saat itu sedang mengalami kecemasan Neurotik. Bentuk kecemasan ini bisa dilihat dari tiga bentuk. Pertama ketakutan yang tegang dan irrasionil atau disebut Phobia; ketakutan yang melebihi proporsi bahaya yang sebenarnya dari objek yang ditakutkan. Phobia dapat juga disebut kecemasan moril, jika yang ditakutkan melebihi ideal dari superego. Kedua dalam bentuk kegelisahan. Hal ini disebabkan karena Id selalu memberi tekanan pada ego, menguasai ego dan menyeretknya pada keadaan tak berdaya. Kecemasan yang ketiga bisa dilihat dalam bentuk reaksi gugup. Reaksi ini muncul secara tiba-tiba tanpa rangsangan atau provokasi yang tidak tegas. Gugup adalah bentuk ekstrem dari reaksi yang sering diperlihatkan.

3. Kecemasan Moral; kita rasakan ketika ancaman datang bukan dari luar, dari dunia fisik, tapi dari dunia sosial super ego yang telah terinternalisasikan kedalam diri kita. Kecemasan moral ini adalah kata lain dari rasa malu, rasa bersalah, atau rasa takut mendapat sanksi. Orang yang memiliki Superego yang kuat cenderung akan merasakan dosa apabila dia melakukan atau bahkan berfikir yang bertentangan dengan norma -norma moral.

(15)

15

Penelitian psikologi sastra memiliki landasan yang kokoh, karena baik satra maupun psikologi sama-sama mempelajari hidup manusia. Perbedaannya, sastra maupun psikologi sama-sama mempelajari hidup manusia. Perbedaannya, sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan imajinasi pengarang, sedangkan psikolodi mempelajari manusia sebagai ciptaan Ilahi secara riil. Namun, sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan, sehingga penelitian psikologi sastra memang tetap dilakukan. Meskipun karya sastra bersifat kreatif dan imajiner, pencipta tetap sering memanfaatkan hukum -hukum psikologi untuk menghidupkan karakter tokoh-tokohnya. Pencipta sadar atau tidak telah menerapkan teori psikologi secara diam -diam.

1.5.5 Cara Kerja Mimpi

Menurut Freud (1920: 78) mimpi merupakan fenomena psikis. Mimpi adalah ekspresi dari keinginan-keinginan yang terlarang untuk diungkapkan dalam kondisi terjaga. Proses perubahan pikiran-pikiran tersembunyi ke dalam sebuah mimpi disebut dengan cara kerja mimpi (Freud, 1920: 141). Freud berpendapat bahwa mimpi bekerja melalui mekanisme tertentu yang mirip dengan pola dalam sebuah karya sastra, sementara psikoanalisis lahir dari penelitian terhadap objek mimpi, sehingga disitulah benang merah antara psikoanalisis dengan dunia sastra

Secara psikologis, bermimpi dapat didefinisikan sebagai keadaan terputusnya hubungan dengan dunia luar. Hal itu terjadi karena pribadi seseorang memutuskan stim ulus-stimulus yang berasal dari lingkungan sekitar. Dalam keadaan terjaga, alam kesadaran (ego) masih dapat menolak dorongan tidak sadar agar tidak masuk ke lapis ketidaksadaran. Namun, keinginan yang terlalu kuat

(16)

16

membuat (ego) terus berusaha keluar ke lapis ketidaksadaran. Hal itu berbeda dengan kondisi saat tidur. Dalam keadaan tertidur nyenyak, derajat kesadaran seseorang sangat terbatas, bahkan dikatakan nihil. Hal tersebut menyebabkan represi yang dilakukan ego melemah sehingga memungkinkan komplekskompleks tersebut masuk ke lapis kesadaran. Meski demikian, komplekskompleks -kompleks tersebut tetap tidak dapat lolos dari sensor ego sehingga lapis ketidaksadaran mengubahnya dalam bentuk simbol mimpi agar dapat menembus sensor ego.

Mimpi merupakan salah satu bentuk manifest harapan dengan jalan pemindahan (displacement), yaitu usaha tanpa sadar untuk memuaskan kebutuhan kompleks yang terdesak atau impuls id dengan cara mengganti objek. Hal itu disebabkan objek yang langsung dapat memuaskan id tidak tersedia. Menurut Freud (1920:141) mimpi berkerja dengan cara mengubah harapan ke dalam gambar-gambar visual yang dimunculkan melalui mimpi.

Khayalan dalam psikologi sastra adalah salah satu aliran sastra yang berusaha mengeksplorasi pikiran sang tokoh utama, terutama pada bagiannya yang terdalam yaitu bawah sadar. Karya sastra mempunyai persamaan dengan khayalan dan dianggap sebagai hasil dari pengarang yang berada dalam kejiwaan yang setengah sadar ( Jefferson dalam Tuloli, 2000:820). Tokoh dalam karya sastra diasumsikan seolah-olah makhluk yang benar- benar hidup dalam khayalan dan mempunyai kompleksitas sendiri. Psikoanalisis ingin mengangkat kompleksitas kejiwaan tokoh utama.

(17)

17 1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan langkah -langkah sebagai berikut.

1. Menentukan objek sebagai bahan penelitian, yaitu sastra berbentuk film berdasarkan kisah yang berjudul Hello Ghost

2. Mengumpulkan referensi kepustakaan dan mengumpulkan data penelitian

3. Menganalisis kepribadian tokoh utama dengan teori Psikoanalisis Id, Ego, dan Superego serta teori kecemasan Sigmund Freud.

4. Memilih gambar dari adegan-adegan dalam film Hello Ghost untuk lebih menjelaskan situasi maupun kondisi yang terjadi

5. Mengambil beberapa poin atau beberapa kutipan dialog yang menunujukkan kondisi psikologis tokoh utama

6. Menganalisis unsur tokoh dan penokohan

7. Menganalisis pengarang dengan menggunakan teori mimpi

(18)

18 1.7 Sistematika Penyajian

Penyajian tulisan dalam skripsi ini disusun secara sistematis ke dalam bab demi bab yang menunjukkan saling keterkaitan antara sebab -akibat dan urutan secara kronologis. Pada setiap bab, akan disusun menjadi beberapa subbab untuk merinci aspek yang perlu dibedakan atau dikelompokkan denga n uraian penjelasan lainnya. Adapun sistematikanya, yaitu Bab I Pendahuluan. Menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan landasan teori yang akan digunakan penulis untuk menganalisis objek penelitian, meliputi landasan teori structural, teori Sigmund Freud (id, ego, superego dan teori kecemasan) Bab II Analisis Psikologis tokoh Sang Man, dan analisis tokoh dan penokohan berisi Bab III berisi tentang karya sastra sebagai representasi mimpi pengarang dan masyarakat Bab IV Kesimpulan, merupakan rumusan atas hasil bahasan terhadap tokoh utama. Pada akhirnya akan dilengkapi dengan daftar pustaka yang menjadi kumpulan dari referensi untuk skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... LANDASAN TEORI .... Kajian Pustaka ... Pengertian Motivasi

DAFTAR GAMBAR ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Landasan Teori ... Tinjauan Penelitian Terdahulu ... Literatur Riview ...

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI ... Latar belakang ... Rumusan masalah ... Tujuan penelitian ... Manfaat penelitian ... Landasan Teori ... Kualitas layanan akademik

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta ruang lingkup dan batasan

Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai latar belakang masalah mengenai pengupahan dan pemutusan hubungan kerja, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

1) Bab pertama merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika

Bab ini merupakan pengantar dari penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan kerangka

Pendahuluan merupakan bagian awal tugas akhir yang berisi: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,