• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pemegang saham, debtholders dan manajemen adalah pihak-pihak yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pemegang saham, debtholders dan manajemen adalah pihak-pihak yang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

11 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Pemegang saham, debtholders dan manajemen adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan masing-masing dalam perusahaan. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah-masalah dalam bidang keuangan yang dibahas melalui teori keagenan. Dalam teori keagenan berisi tentang gagasan individu bertindak untuk kepentingan pribadi yaitu upaya principal memastikan agen bertindak untuk kepentingan principal.

Agen dan pemilik diasumsikan dimotivasi oleh kepentingannya sendiri dan sering kepentingan antara keduanya berbenturan (Kren, 1997). Menurut pandangan pemilik, kompensasi yang diberikan kepada agen tersebut didasarkan pada hasil, sedangkan menurut agen dia lebih suka kalau sistem kompensasi tersebut tidak semata-mata melihat hasil tapi juga tingkat usahanya. Para manajer memiliki tujuan pribadi dan juga tujuan organisasi.

Teori Keagenan merupakan sebuah teori yang menjelaskan keterkaitan antara agen dan principal didalam proses pengelolaan perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori ini menyiratkan adanya suatu pemberian wewenang dari pihak principal kepada agen melalui pendelegasian otoritas, dimana agen diharapkan dapat

(2)

mengambil keputusan terbaik dalam upaya pemecahan masalah. Namun kerap kali pendelegasian wewenang menimbulkan suatu kondisi asimetri. Asimetri informasi menyiratkan ketimpangan informasi yang dimiliki oleh agen dan principal. Agen sebagai pengelola perusahaan kerap kali memiliki informasi lebih banyak dibanding principal. Kondisi ini cenderung dimanfaatkan oleh agen untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan pemilik perusahaan.

2.1.2 Signalling Theory (Teori Sinyal)

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan bagi keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran tentang keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan mengenai pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pengumuman yang mengandung nilai positif diharapkan dapat berdampak pada reaksi pasar pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut

(3)

sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Pengumuman informasi yang merupakan good news bagi investor akan berdampak pada perubahan dalam volume perdagangan saham. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi financial yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi nonfinancial yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan tersebut. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Perusahaan yang ingin sahamnya dibeli oleh investor harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.

2.1.3 Investment Opportunity Set (IOS)

Investasi menurut Martono dan Agus (2005) merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang. Fama (1978) mengatakan bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa keputusan investasi itu penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan.

(4)

Keputusan investasi tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar. Beberapa studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi antara lain Myers (1977) dalam Hasnawati (2005:118) yang memperkenalkan Investment Opportunities Set (IOS). IOS memberi petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang. Jadi prospek perusahaan dapat ditaksir dari investment opportunity set (IOS), yang didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi dimasa akan datang dengan net present value positif. Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Hasnawati (2005:118) Investment Opportunity Set (IOS) merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen dimasa yang akan datang, dimana pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang besar. Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat observasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan, dan lain-lain.

Kallapur dan Tombley (2001) menjelaskan proksi IOS yang digunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Proksi IOS berbasis pada harga (price-based proxies) merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan

(5)

dalam harga pasar. Proksi berdasarkan anggapan yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva- aktiva yang dimiliki (asset in place) dibandingkan perusahaan yang tidak tumbuh. IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Proksi IOS yang merupakan proksi berbasis harga adalah: market value of equity plus book value of debt, ratio of book to market value of asset, ratio of book to market value of equity, ratio of book value of property, plant, and equipment to firm value, ratio of replacement value of assets to market value, ratio of depreciation expense to value dan earning price ratio.

2) Proksi IOS berbasis pada investasi (investment-based proxies) merupakan proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Proksi IOS yang merupakan proksi IOS berbasis investasi adalah: ratio R&D expense to firm value, ratio of R&D expense to total assets, ratio of R&D expense to sales, ratio of capital addition to firm value, dan ratio of capital addition to asset book value.

3) Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement) merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang

(6)

tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Proksi IOS yang berbasis varian adalah: VARRET (variance of total return), dan Market model Beta. IOS berdasar harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga saham. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki. IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan.

2.1.4 Intellectual Capital (IC)

Intellectual capital (IC) adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams, 2001). Modal intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997). Modal intelektual mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Modal intelektual telah diidentifikasi sebagai seperangkat

(7)

tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai (Bontis, 1998).

Beberapa para ahli telah mengemukakan elemen-elemen apa saja yang terdapat dalam modal intelektual. Sehingga secara umum, elemen-elemen dalam modal intelektual terdiri dari modal manusia (human capital), Structural Capital (SC), dan Customer Capital (CC) (Bontis et al. 2000). Definisi dari masing-masing komponen modal intelektual yaitu:

1) Human Capital (HC) adalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan. Termasuk dalam human capital yaitu pendidikan, pengalaman, keterampilan. Menurut Bontis (2004) human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Jika perusahaan berhasil dalam mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu dapat meningkatkan human capital. Sehingga human capital merupakan kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdapat dalam tiap individu yang ada di dalamnya. Human capital ini yang nantinya akan mendukung structural capital dan customer capital.

2) Structural Capital (SC) adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merk dagang dan kursus pelatihan. Menurut Pertiwi dan Sakini (2005), structural

(8)

capital atau organizational capital adalah kekayaan potensial perusahaan yang tersimpan dalam organisasi dan manajemen perusahaan. Structural capital merupakan infrastruktur pendukung dari human capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan memiliki pengetahuan yang tinggi namun bila tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan modal intelektual.

3) Customer Capital (CC) adalah orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan, yang menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Menurut Sawarjuwono (2003) dan capital merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Customer capital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak di luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan pelanggan, bagaimana loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Customer capital juga dapat diartikan kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar sehingga menghasilkan hubungan baik dengan pihak luar.

2.1.5 Kualitas Laba

Informasi keuangan yang berkualitas merupakan informasi penting dalam pengambilan keputusan ekonomi atau investasi. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2004) dinyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat

(9)

dalam pengambilan keputusan ekonomi. Agar bermanfaat, laporan keuangan perlu memiliki karakteristik sebagai laporan keuangan yang berkualitas.

Meskipun kebermanfaatan informasi keuangan mensyaratkan kualitas, hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata informasi keuangan atau informasi akuntansi tidak selalu berkualitas. Kualitas laba, menurut Schipper dan Vincent (2003), menunjukkan tingkat kedekatan laba yang dilaporkan dengan Hicksian income, yang merupakan laba ekonomik yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal dan akhir perioda tetap sama. Menurut Schipper dan Vincent (2003), kualitas laba akuntansi ditunjukkan oleh kedekatan atau korelasi antara laba akuntansi dan laba ekonomik (Suwardjono, 2006: 463).

Schipper dan Vincent (2003) mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan keputusan implementasi. Empat kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Atas dasar persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam

(10)

pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu, misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.

Kedua, kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, perubahan akrual total, estimasi abnormal/discretionary accruals (akrual abnormal/ kebijakan), dan estimasi hubungan akrual-kas. Dengan menggunakan ukuran rasio kas operasi dengan laba, kualitas laba ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran kas operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran kas operasi mengindikasi laba yang semakin berkualitas. Dengan menggunakan ukuran perubahan akrual total, laba berkualitas adalah laba yang mempunyai perubahan akrual total kecil. Pengukuran ini mengasumsikan bahwa perubahan total akrual disebabkan oleh perubahan discretionary accruals. Estimasi discretionary accruals dapat diukur secara langsung untuk menentukan kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya. Selanjutnya, keeratan hubungan antara akrual dan aliran kas juga dapat digunakan untuk mengukur kualitas laba. Semakin erat hubungan antara akrual dan aliran kas, semakin tinggi kualitas laba.

Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Rerangka Konseptual (Financial Accounting Standards Board (FASB) 1977). Laba yang

(11)

berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas/konsistensi. Pengukuran masing-masing kriteria kualitas tersebut secara terpisah sulit atau tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, dalam penelitian empiris koefisien regresi harga dan return saham pada laba (dan ukuran-ukuran terkait yang lain misalnya aliran kas) diinterpretasi sebagai ukuran kualitas laba berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas.

Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan. Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan dalam mengimplementasi standar pelaporan, semakin rendah kualitas laba, dan sebaliknya. Dalam pendekatan kedua, kualitas laba berhubungan negatif dengan besarnya keuntungan yang diambil oleh manajemen dalam menggunakan pertimbangan agar menyimpang dari tujuan standar (manajemen laba). Manajemen laba yang semakin besar mengindikasi kualitas laba yang semakin rendah, dan sebaliknya.

2.1.6 Nilai Perusahaan

Menurut Husnan (2000: 7) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual atau dapat diartikan sebagai harga pasar atas perusahaan itu sendiri. Pengukuran nilai perusahaan

(12)

(corporate value) dalam penelitian kali ini akan menggunakan pendekatan konsep nilai pasar yang mengacu pada penelitian Fama (1978), serta Soliha dan Taswan (2002).

Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang dan atau jasa untuk dijual (Salvatore, 2005). Perusahaan ada karena akan menjadi sangat tidak efisien dan mahal bagi pengusaha untuk masuk dan membuat kontrak dengan pekerja dan para pemilik modal, tanah dan sumber daya lain untuk setiap tahap produksi dan distribusi yang terpisah. Sebaliknya, pengusaha biasanya masuk dalam kontrak yang besar dan berjangka panjang dengan tenaga kerja untuk mengerjakan berbagai tugas dengan upah tertentu dan berbagai tunjangan lain. Kontrak yang umum semacam itu jauh lebih murah ketimbang sejumlah kontrak spesifik dan sangat menguntungkan baik bagi pengusaha maupun pekerja dan pemilik sumber daya lain. Perusahaan ada karena untuk menghemat biaya transaksi semacam itu. Dengan menginternalisasi berbagai transaksi (yaitu dengan menjalankan berbagai fungsi dalam perusahaan), perusahaan juga menghemat pajak penjualan dan menghindari kontrol harga dan peraturan pemerintah yang berlaku hanya untuk transaksi antar perusahaan.

Semula teori perusahaan didasarkan pada asumsi bahwa maksud atau tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba sekarang atau jangka pendek. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan perusahaan sering kali mengorbankan laba jangka pendek untuk meningkatkan laba masa depan atau jangka panjang. Karena baik keuntungan

(13)

jangka pendek maupun jangka panjang sangat penting, teori perusahaan (theory of the firm) sekarang mempostulatkan bahwa maksud atau tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Hal ini dicerminkan dari nilai sekarang atas semua keuntungan perusahaan yang diharapkan di masa depan.

Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005). Menurut Keown dan Scott (2008), terdapat variabel-variabel kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengkuantifikasi nilai suatu perusahaan, antara lain: (1) nilai buku, (2) nilai pasar perusahaan, (3) nilai appraisal, dan (4) nilai arus kas yang diharapkan

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan. Sampel yang digunakan adalah 38 perusahaan manufaktur dan populasi yang digunakan ialah perusahaan publik periode 2001-2005. Pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Analisis data yang digunakan regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas laba yang diukur dengan discretionary accrual tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. IOS berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Keberadaan komite audit dan komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual (kualitas laba). Keberadaan komite audit dan komposisi komisaris independen tidak berpengaruh

(14)

terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba (discretionary accrual) tetapi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Anugrah (2009) meneliti mengenai Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Manufaktur. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling (judgement). Berdasarkan metode tersebut diperoleh sampel sebanyak 21 perusahaan manufaktur tahun 2004-2008. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio proksi IOS Market to Book Value of Asset (MKTBKASS) dan Market to Book Value of Equity (MKTBKEQ) memiliki pengaruh positif terhadap return saham perusahaan manufaktur, sedangkan rasio proksi IOS EPS/Price dan Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar aset yang digunakan perusahaan dalam menjalankan usahanya dan semakin baik kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modalnya maka akan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan sektor manufaktur.

Penelitian Pramana (2012) meneliti tentang analisis pengaruh investment opportunity set dan mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan. Sampel yang digunakan berjumlah 63 perusahaan manufaktur dan pengambilan sampelnya melalui purposive sampling. Analisis regresi berganda merupakan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitiannya

(15)

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Semakin besar tingkat kepemilikan institutional di suatu perusahaan maka semakin besar pula pengawasan yang dilakukan investor sophisticated terhadap kualitas laba yang dihasilkan. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan terbukti dapat membatasi perilaku opportunistic manajer sehingga kualitas laba meningkat. Investment Opportunity Set terbukti berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, investor melihat Investment Opportunity Set sebagai pilihan pertumbuhan perusahaan yang dapat meningkatkan nilai saham di masa depan.

Penelitian Sari (2013) menguji pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan: kualitas laba sebagai variabel intervening. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2010 dan pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling. Analisis regresi digunakan untuk menguji antara variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa (1) corporate governance tidak berpengaruh terhadap kualitas laba; (2) kualitas laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan; (3) kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan; dan (4) kualitas laba bukanlah variabel intervening dalam hubungan mekanisme corporate governance dengan nilai perusahaan.

Pramanda dan Nurul (2014) menguji Pengaruh Intelektual Capital Terhadap Kualitas Laba Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi (Studi di Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012).

(16)

Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dan analisis data yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa IC berpengaruh terhadap kualitas laba. Corporate governance bukan variabel moderasi hubungan antara IC dan kualitas laba. Ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh terhadap kualitas laba.

Hariyanto dan Lestari (2015) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh struktur kepemilikan, investment opportunity set, dan return on equity terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Food and Beverage di BEI periode 2009-2014. Sampel yang digunakan adalah 5 perusahaan Food and Beverage dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi non participant. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier beganda. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Investment opportunity set berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Return on equity berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Kusumayanti (2016) melakukan penelitian tentang corporate social responsibility sebagai pemediasi pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage pada nilai perusahaan. Metode penentuan sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 30 perusahaan dengan jumlah 150 pengamatan selama tahun 2010-2014. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis).

(17)

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh langsung pada nilai perusahaan adalah variabel ukuran perusahaan, yang berpengaruh secara positif dan variabel CSR yang berpengaruh secara negatif. Sedangkan variabel yang memiliki pengaruh tidak langsung pada CSR hanya variabel ukuran perusahaan, yang berpengaruh secara positif. Berdasarkan hasil analisis tersebut, juga ditemukan bahwa CSR tidak mampu memediasi hubungan antara ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage pada nilai perusahaan

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu yang disebutkan di atas, penelitian ini mengacu pada keseluruhan penelitian tersebut diatas, namun penelitian ini mengamati pada tahun yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Variabel yang digunakan pada penelitian ini mengabungkan IC dan IOS pada nilai perusahaan dan menambahkan kualitas laba sebagai variabel intervening sedangkan pada penelitian sebelumnya variabel IC dan IOS pada nilai perusahaan terpisah.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kuesioner dalam diagram diatas diketahui bahwa 154 orang yang menggunakan jasa penyeberangan di Pelabuhan Ameth Nusalaut, Sebanyak 45% menyatakan

Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran group investigations, belajar group dengan topik tertentu menyebabkan setiap siswa tidak paham dengan

Jika menggunakan model terpilih, nilai dugaan kerapatan pohon kelompok seluruh jenis menggunakan model famili sebaran terbaik pada kelas diameter 10-20 cm hutan

memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan/konsumen listrik 4. Ternyata keadaan yang ditemui sekarang berbeda jauh dengan apa yang telah ditetapkan oleh

Strategi WO yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang yaitu memanfaatkan dukungan pemerintah, perguruan tinggi, dan tenaga kerja muda bermotivasi

Dalam kegiatan pencatatan program pemberian makanan tambahan pemulihan di wilayah kerja Puskesmas Oepoi belum sesuai karena ibu balita tidak melakukan pencatatan harian

Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa) pada tanggal 15 Januari 2014, memiliki arti bahwa desa-desa di Indonesia sudah

Keluarkan cake dari ring lalu lapisi dengan chocolate modeling white yang sudah diberi warna dasar sesuai selera.. Untuk membuat lukisan pada Cake lihat Tip