• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mana seseorang tidak dapat memenuhi atau memperoleh manfaat dari sumber. seseorang tidak dapat mencapai kondisi sejahtera.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mana seseorang tidak dapat memenuhi atau memperoleh manfaat dari sumber. seseorang tidak dapat mencapai kondisi sejahtera."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program penanggulangan kemiskinan dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ini ditunjukan untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat miskin dalam upaya mencapai kondisi sejahtera. Menurut pendapat Ellis dalam buku Suharto (2005: 133) menyebutkan bahwa “kemiskinan merupakan salah satu kondisi penyebab di mana seseorang tidak dapat memenuhi atau memperoleh manfaat dari sumber daya untuk mencapai kondisi sejahtera.” Pendapat Ellis tersebut memberikan gambaran jelas bahwa kemiskinan merupakan salah satu penyebab di mana seseorang tidak dapat mencapai kondisi sejahtera.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas program penanggulangan kemiskinan di Indonesia pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri pada tahun 2007. Konsep pemberdayaan masyarakat hadir di tengah-tengah masalah kemiskinan sebagai program unggulan serta solusi penanggulangannya. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. “PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur

(2)

2

program, penyediaan pendamping, dan pendanaan stimulant untuk penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan” (Agus Sjafari, 2014: 141-142). Keseriusan pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan terbukti dengan menurunnya jumlah penduduk miskin di Indonesia dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Berikut adalah data mengenai jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2009-2013.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2009-2013

No Tahun Jumlah Presentase penurunan

jumlah penduduk miskin (%) 1. 2009 32.530,00 21,50 2. 2010 31.023,40 20,51 3. 2011 30.018,93 19,85 4. 2012 29.132,40 19,26 5. 2013 28.553,93 18,88

sumber : www.bps.go.id (data diolah).

Data di atas menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan di setiap tahunnya. Penurunan jumlah penduduk miskin di atas juga menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam upaya menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Dalam perkembangannya, pada tahun 2008 pemerintah mengembangkan PNPM yang sifatnya sektoral, salah satunya adalah PNPM Mandiri Pariwisata yang dikelola oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.1 PNPM Mandiri Pariwisata diatur melalui Peratururan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No KM.18/HM.001/MKP/2011 tentang Pedoman Umum

1

http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content&view=article&id=162&Itemid=301 diakses tanggal Juni tanggal 25 2014 pukul 20.30 WIB.

(3)

3

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata. Dalam peraturan tersebut memuat konsep, tahapan program dan pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata. Program tersebut bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat serta penguatan kelembagaan, sehingga masyarakat dapat menjadi pelaku yang handal dalam usaha kepariwisataan serta terbebas dari kemiskinan.

Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang dianggap memiliki peranan penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Menurut Suwena dan Widyatmaja (2010: 134) “pariwisata memberikan peluang kepada masyarakat setempat untuk memperoleh berbagai manfaat dengan cara menawarkan barang atau jasa yang lazim pula disebut produk wisata.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dengan adanya aktivitas pariwisata di suatu wilayah tentu akan memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk memperoleh berbagai manfaat. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan pariwisata sebagai salah satu sektor dalam PNPM Mandiri. Aktivitas kepariwisataan dipandang sebagai suatu kegiatan yang menyentuh dan melibatkan masyarakat secara langsung, dengan seringkali membawa perubahan dalam berbagai aspek yang terjadi di masyarakat setempat. Karakter pariwisata inilah yang akhirnya menjadi dasar program pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata. Sesuai dengan isi peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata di mana disebutkan bahwa Pariwisata dianggap mempunyai karakteristik berupa potensi dan kekuatan yang melekat, sebagai berikut :

(4)

4

a. In-situ

Dalam industri pariwisata transaksi hanya dimungkinkan manakala wisatawan mendatangi/mengunjungi tempat di mana produk wisata dihasilkan, sehingga dampak positif pariwisata yang berupa pembelanjaan wisatawan akan mengalir secara langsung pada masyarakat. Dengan kata lain pariwisata adalah instrumen program pemerataan dan penyebaran pertumbuhan yang sangat efektif.

b. Rantai Nilai ke depan dan ke belakang yang sangat panjang

Transaksi kepariwisataan akan mampu menumbuhkan rantai nilai tambah ke depan dan ke belakang yang sangat panjang, sehingga mampu mendongkrak kegiatan ekonomi terkait yang sangat besar.

c. Industri yang berbasis sumber daya lokal (local resource based

industry)

Karakteristik industri pariwisata dan budaya yang sangat ramah pada penyerapan sumber daya lokal serta sifatnya yang padat karya akan sangat efektif dalam menyerap tenaga kerja dan membuka peluang usaha di daerah.

Penjelasan mengenai karakteristik pariwisata di atas memberikan gambaran jelas mengenai perana`n yang cukup penting yang dimiliki oleh sektor tersebut dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Aktivitas kepariwisataan yang terjadi di suatu destinasi wisata tentunya akan

(5)

5

berdampak pada kegiatan perekonomian di kawasan tersebut. Sehingga melalui karakter pariwisata tersebut, pemerintah mencoba menangkap peluang dalam upaya penanggulangan kemiskinan melalui upaya pemberdayaan masyarakat khususnya dalam sektor pariwisata. Karakter pariwisata ini juga dapat memberikan energi bagi peningkatan perekonomian masyarakat, memberikan peluang bagi masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraannya melalui usaha di bidang pariwisata. Hal ini sesuai dengan isi tujuan kepariwisataan yang telah tercantum dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sebagai berikut :

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; 2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat; 3) Menghapus kemiskinan;

4) Mengatasi pengangguran;

5) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; 6) memajukan kebudayaan;

7) mengangkat citra bangsa; 8) memupuk rasa cinta tanah air;

9) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; 10) mempererat persahabatan antar bangsa.

Tujuan kepariwisataan di atas menjadikan peran sektor pariwisata menjadi semakin penting, tidak hanya dalam pembangunan perekonomian negara melainkan juga dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Dalam upaya meningkatkan efektivitas program penanggulangan

(6)

6

kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat miskin, pemerintah tidak hanya sekedar fokus pada peningkatan income yang diperoleh melalui sektor pariwisata, namun pemerintah berupaya menjadi fasilitator dalam menunjang keberlangsungan program pemberdayaan tersebut.

Pemberian bantuan berupa dana yang bersifat stimulant kepada desa wisata adalah salah satu upaya pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator. Dalam peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No KM.18/HM.001/MKP/2011 tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata disebutkan Bantuan Desa Wisata adalah :

1. Bantuan dana diberikan dalam bentuk Bantuan Desa Wisata, bersifat stimulant untuk melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata yang telah direncanakan sesuai hasil musyawarah warga.

2. Bantuan Desa Wisata merupakan dana publik harus di informasikan secara luas dan transparan kepada masyarakat. 3. Penggunaan Bantuan Desa Wisata disalurkan melalui LKM

(Lembaga Keswadayaan Masyarakat) kepada pelaku pariwisata di desa wisata, desa sekitar daya tarik wisata, dan desa sekitar usaha pariwisata diprioritaskan pada kegiatan-kegiatan kolektif yang menyentuh langsung masyarakat miskin.

Penjelasan Bantuan Desa wisata di atas pada intinya adalah bantuan berupa dana stimulant yang disalurkan pemerintah kepada LKM yang ada di

(7)

7

desa wisata dan dikelola secara kolektif yang bertujuan untuk membangun kegiatan ekonomi masyarakat sebagai pelaku dalam usaha pariwisata. Berdasarkan penetapan surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata tahun 2012, di DIY bantuan disalurkan kepada 45 desa wisata dari total jumlah 104 desa wisata pada tahun 2011 (Dinas Pariwisata DIY) yang tersebar di setiap kabupaten/kota.

Sektor pariwisata juga berkontribusi sebagai salah satu sektor penggerak perekonomian daerah, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki panorama alam dan corak budaya yang masih terjaga kelestariannya. DIY mengandalkan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Aktivitas kepariwisataan yang terus meningkat di DIY berdampak pula pada meningkatnya jumlah PAD di tiap tahunnya. Peningkatan aktivitas pariwisata di DIY dapat ditunjukan melalui peningkatan jumlah wisatawan yang datang berkunjung di setiap tahunnya. Berikut adalah data mengenai jumlah kedatangan wisatawan dan jumlah PAD di DIY dari tahun 2008 hingga 2012.

Tabel 1.2 Perkembangan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 – 2012

No Jenis Wisatawan 2008 2009 2010 2011 2012 Satuan

1. Asing 128.660 139.429 152.843 169.565 197.751 Orang 2. Domestik 1.256.097 1.286.565 1.304.137 1.438.129 2.162.422 Orang

Jumlah 1.384.757 1.425.994 1.456.980 1.607.694 2.360.173 Orang

(8)

8

Tabel 1.3 Perkembangan Jumlah PAD Sub Sektor Pariwisata Se-DIY Tahun 2008-2012 (per Kota/Kabupaten) Dati II 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) Kodya Yogyakarta 39.341.021.095 46.541.889.348 50.472.624.960 56.368.254.594 76.842.342.512 Kab. Sleman 34.624.437.759 31.568.235.916 36.634.676.263 38.943.756.254 53.194.912.852 Kab. Bantul 2.273.648.275 4.558.527.130 5.098.131.002 7.399.158.783 12.529.643.331 Kab. Kulon Progo 541.467.760 523.516.100 1.610.886.594 1.177.811.000 2.110.851.769 Kab. GunungKidul 1.397.507.760 1.699.185.380 1.845.743.858 2.309.007.231 8.478.767.503

Sumber : Buku STATISTIK KEPARIWISATAAN 2012. Halaman 90

Data di atas menunjukan bahwa jumlah peningkatan jumlah wisatawan di DIY juga akan berpengaruh pada meningkatnya jumlah PAD di DIY. Setiap wilayah kabupaten dan kota di DIY memiliki potensi kepariwisataan yang berbeda-beda sehingga berdampak pula pada jenis dan aktivitas pariwisata di wilayah tersebut. Gunungkidul sebagai salah satu kabupaten di DIY merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, sehingga menjadikan kabupaten ini memiliki banyak sekali pilihan destinasi wisata alam. Melaui potensi pariwisata yang banyak dilimiki oleh Gunungkidul ini pemerintah Kabupaten Gunungkidul mencoba untuk mengembangkan pariwisata di wilayahnya. Upaya pengembangan pariwisata ini terbukti dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata yang dapat dilihat dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan baik asing maupun domestik yang berkunjung di Gunungkidul dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Berikut adalah data mengenai jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Gunungkidul periode 2008-2012.

(9)

9

Tabel 1.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Gunungkidul Periode 2008-2012

No Jenis Wisatawan 2008 2009 2010 2011 2012 Satuan

1. Asing 355 267 385 1.299 823 Orang 2. Domestik 426.545 132.957 494.059 675.768 1.049.620 Orang

Jumlah 426.900 133.242 494.444 677.067 1.050.443 Orang

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul.(data diolah) Data di atas menunjukan bahwa perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Gunungkidul mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga 2012. Hanya saja jumlah angka kunjungan wisatawan di Gunungkidul sempat mengalami penurunan pada tahun 2009. Akan tetapi pada tahun 2010 hingga tahun 2012 jumlah kunjungan wisatawan mengalami peningkatan.

Perbedaan jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Gunungkidul, baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik sangat terlihat jelas di mana jumlah kunjungan wisatawan asing jauh lebih sedikit dari pada jumlah kunjungan wisatawan domestik. Jumlah kunjungan wisatawan asing tertinggi adalah pada tahun 2011 dimana jumlah kunjungan wisatawan asing tercatat 1.299 orang. Sedangan jumlah kunjungan wisatawan domestik tertinggi adalah pada tahun 2012, dengan jumlah kunjungan 1.049.620 orang. Dengan melihat data tabel 1.4 di atas juga dapat disimpulkan bahwa Gunungkidul dari segi potensi pariwisata masih menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik selama ini.

Kabupaten Gunungkidul sebagai kawasan yang memiliki kekayaan alam, kebudayaan serta cara hidup masyarakat yang masih tradisional

(10)

10

menjadikan kabupaten ini sebagai kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkannya konsep desa wisata. Sehingga peran strategis dari pemerintah sangat diperlukan dalam fasilitasi desa yang memiliki potensi untuk dikembangkannya desa wisata, berupa alokasi dana stimulant. Adapun data mengenai Desa wisata di Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pada table 1.5 di bawah ini.

Tabel 1.5 Data Jumlah Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul.

Pengelola Potensi yang dimiliki

A l a m a t Nama Desa Wisata No Sugeng Handoko Gunung Merapi Purba

Nglanggeran, Patuk Nglanggeran 1 Kemiran Kerajinan Kayu Putat, Patuk Bobung 2 Tri Harjono Air terjun Sri Getuk

Bleberan, Playen Bleberan

3

Bagiyo Goa Pindul, Budaya

Bejiharjo, Karangmojo Bejiharjo 4 Wisnu Goa Jlamprong Ngeposari, Semanu Mojo 5 Muslam Winarno Goa Suci Pacarejo, Semanu Kalisuci 6 Barjono Goa Cokro Umbulrejo, Ponjong Umbulrejo 7 Sudarto Mancing, Panjat Tebing

Ngestirejo, Tanjungsari Ngestirejo 8 Cip Sugiyono Pantai Kemadang, Tanjungsari Kemadang 9 Sudiyo Keanekaragaman Hayati Beji, Ngawen Wonosadi 10 Totok Lembah Karst Mulo, Wonosari Mulo 11 Sukri Pertanian dan Kali Oya

Beji, Patuk Jelok 12 Subagiyo Wanawisata Girisuko, Panggang Turunan 13 Waluyo Susur Goa dan Budaya

Ngawis, Karangmojo Ngawis

14

Suhardi ( Dukuh ) Kali Oya dan Telaga

Bunder, Patuk Kemuning 15 Mansur ( Sekdes ) Goa Seropan Gombang, Ponjong Gombang 16 Suminto ( Lurah ) Bentang Karst Bedoyo, Ponjong Bedoyo 17 -Goa Song Gilap

Kenteng, Ponjong Kenteng

18

Sumber : Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

Desa Wisata Bleberan adalah salah satu dari 18 Desa Wisata yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas budaya dan Pariwisata, Desa Wisata ini pernah mendapatkan Dana Bantuan Desa Wisata dari PNPM Mandiri Pariwisata tahun 2011 sebesar Rp 65.000.000 rupiah, pada tahun 2012 sebesar Rp 100.000.000 rupiah dan kemudian tahun 2013 sebesar Rp 75.000.000 rupiah. Pada tahun 2011 Desa

(11)

11

Wisata ini juga mendapatkan hibah dari Gubernur DIY sebesar 1,1 Miliyar. Saat ini pengelolaan dan pengembangan masih terus diupayakan dalam rangka memajukan Desa Wisata Bleberan sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Gunungkidul.

Lokasi dari penelitian ini adalah Desa Wisata Bleberan yang terletak di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Potensi pariwisata yang dimiliki kawasan tersebut adalah wisata alam. Air terjun Sri Gethuk dan goa Rancang Kencana adalah icon wisata Desa Wisata Bleberan. Potensi pariwisata ini ditemukan tahun 2007 dan diresmikan sebagai objek wisata pada tahun 2009 pada tahun 2012 Desa Wisata Bleberan memperoleh pendapatan sekitar Rp1 miliyar.2

Obyek wisata Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang Kencana memiliki peranan yang cukup penting bagi perekonomian kawasan Desa Wisata Bleberan. Obyek wisata tersebut akhirnya dijadikan daya tarik utama pariwisata di kawasan Desa Wisata Bleberan. Desa Wisata Bleberan merupakan salah satu unit usaha yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan ketua unit tersebut adalah bapak Tri Harjono. Pada tahun 2014 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 3 tahun 2014 tentang Rancana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014-2025, kawasan wisata Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang Kencana ditetapkan sebagai kawasan strategis pariwisata daerah dengan kawasan wisata alam berbasis pendidikan, keluarga

2

http://travel.kompas.com/read/2013/12/14/2012548/Mengintip.Eksotisme.Wisata.di.Desa.Bleberan diakses pada tanggal 28 januari pukul 10.00 WIB

(12)

12

dan petualangan3. Melalui bantuan dana stimulant dari PNPM Mandiri Pariwisata serta ditetapknya obyek wisata Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang Kencana sebagai kawasan strategis pariwisata oleh Bupati Gunungkidul ini tentunya akan memberikan kontribusi yang cukup penting bagi pengembangan pariwisata di kawasan Desa Wisata Bleberan.

Obyek wisata Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang Kencana juga memliki potensi ekonomi bagi masyarakat sekitar, khususnya bagi masyarakat miskin. Desa Bleberan pada tahun 2008 keluarga miskin tercatat sejumlah 830 keluarga.4 Sebagai program unggulan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Bleberan dituntut untuk dapat mengatasi masalah kemiskinan melalui upaya pemberdayaan masyarakat miskin yang berada di Desa Bleberan. Dalam rangka meningkatkan efektivitas program PNPM Mandiri Pariwisata, pemerintah melibatkan pemerintah desa serta masyarakat setempat dalam rangka pengelolaan Desa Wisata Bleberan.

Melalui konsep pemberdayaan masyarakat dalam usaha pariwisata di Desa Wisata Bleberan, kontribusi masyarakat setempat sebagai sumber daya penggerak pariwisata perlu diperhatikan dan diprioritaskan. Konsep pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata tidak hanya sekedar pada meningkatnya jumlah pendapatan melalui kedatangan wisatawan, akan tetapi pemberdayaan adalah proses untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuan

3

http://jdih.gunungkidulkab.go.id/produk-hukum/perda-no-3-tahun-2014/ diakses pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 10.00 WIB

4http://gunungkidulkab.go.id/home.php?mode=content&id=203. diakses pada

(13)

13

masyarakat setempat sebagai sumber daya pariwisata sehingga menjadi sumber daya yang berkualitas serta mampu bersaing dengan kawasan lain dalam upaya pengembangan usaha kepariwisataan.

Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat setempat, perlu mendapatkan perhatian serius. Keterlibatan masyarakat sebagai sumber daya pariwisata dalam program pemberdayaan masyarakat seharusnya juga dapat memberikan manfaat baik bagi masarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Melihat PNPM Mandiri Pariwisata sebagai program unggulan dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia, seharusnya dengan diimplementasikannya program tersebut masyarakat juga akan terbebas dari masalah kemiskinan.

Mengingat tidak sedikit juga dana yang dianggarkan guna menunjang keberlangsungan program tersebut. Pada tahun 2013 saja PNPM Mandiri Pariwisata menghabiskan biaya sebesar Rp. 86.275.000.000 rupiah. Implementasi PNPM Mandiri Pariwisata dalam upaya penanggulangan kemiskinan di kawasan Desa wisata Bleberan, dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, masih harus dikaji untuk mengetahui sejauh mana efektivitas program tersebut dalam menanggulangi masalah kemiskinan. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana efektivitas PNPM Mandiri Pariwisata dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Serta mencari faktor apa saja yang dapat

(14)

14

mempengaruhi efektivitas PNPM Mandiri Pariwisata dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin di Desa Wisata Bleberan.

1.2 Rumusan Masalah

Perkembangan kepariwisataan yang terus meningkat di Daerah Istimewa Yogyakarta dewasa ini tentunya akan membawa dampak positif terhadap sektor perekonomian baik bagi pemerintah maupun masyarakat yang terlibat langsung di dalamnya. Pariwisata sebagai salah satu sektor PNPM Mandiri juga memiliki peranan penting dalam menanggulangi kemiskinan. Konsep pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pariwisata diharapakan dapat memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk memperoleh manfaat positif dalam bidang perekonomian melalui usaha di bidang kepariwisataan. Keberhasilan program ini juga tidak dapat dipisahkan dari para stakeholder yang terlibat langsung dalam pengelolaan Desa Wisata Bleberan. Dengan dimasukannya pengelolaan Desa Wisata Bleberan dalam BUMDes, keterlibatan pemerintah Desa serta masyarakat setempat memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan Desa Wisata Bleberan serta upaya pengembangannya. Sehingga dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu; “Seberapa besar pengaruh tingkat kemampuan pengelola, tingkat kesesuaian keluaran program dengan jenis kebutuhan program unit usaha desa wisata dan gaya kepemimpinan ketua pengelola terhadap tingkat efektivitas PNPM Mandiri Pariwisata dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Bleberan?”.

(15)

15 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

a. Mendeskripsikan tingkat efektivitas PNPM Mandiri Pariwisata dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Bleberan.

b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Bleberan.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi akademisi Manajemen dan Kebijakan Publik (MKP)

Agar dapat menjadi pemicu penelitian dalam evaluasi kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul

Menjadi bahan pertimbangan untuk mengevaluasi pengembangan kawasan desa wisata yang berpihak kepada kesejahteraan masyarakat.

c. Bagi pemangku kepentingan yang terlibat dalam kawasan Desa Wisata Bleberan

Untuk menjadi bahan evaluasi sekaligus poros kerjasama yang berkelanjutan antar pihak.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2009-2013  No  Tahun  Jumlah  Presentase penurunan
Tabel 1.2 Perkembangan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara di Daerah  Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 – 2012
Tabel 1.3 Perkembangan Jumlah PAD Sub Sektor Pariwisata Se-DIY Tahun  2008-2012  (per Kota/Kabupaten)  Dati II  2008 (Rp)  2009 (Rp)  2010 (Rp)  2011 (Rp)  2012 (Rp)  Kodya  Yogyakarta  39.341.021.095  46.541.889.348  50.472.624.960  56.368.254.594  76.842
Tabel 1.4  Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Gunungkidul Periode  2008-2012
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berikut adalah rincian penerimaan Dana Bagi Hasil yang berasal dari pajak dan sumber Z daya X alam M sesuai dengan UU No.33 M tahun 2004 tentang M Dana Perimbangan

Prediksi kondisi tekanan pori, berat jenis lumpur pemboran, serta arah sumur pemboran yang tepat dapat ditentukan dengan pendekatan geomekanika, meliputi penentuan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada petani di Dusun Lendoh Desa Leban Kecamatan

Hubungan yang terjadi adalah semakin baik derajat modified Singh index maka semakin memiliki kecenderungan terjadi fraktur collum femur, dan semakin jelek

didukung oleh ekspor yang cenderung meningkat sejalan dengan membaiknya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor nonmigas diprakirakan cenderung melemah di tengah

Meningkatnya kapasitas kelembagaan PUG dan kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan di tingkat nasional dan daerah, yang.. diukur dari ketersediaan

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas segala berkah dan ridhonya sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul AKTIVITAS INHIBISI DIPEPTIDYL

PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN FASILITAS LLAJ DI JALUR MARGONDA RAYA 137.518.000,00... PEMBUATAN SEPARATOR JALUR