• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. potensi alam untuk menikmati keindahan alam, baik yang masih alami atau sudah ada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. potensi alam untuk menikmati keindahan alam, baik yang masih alami atau sudah ada"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi alam untuk menikmati keindahan alam, baik yang masih alami atau sudah ada usaha budidaya agar ada daya tarik wisata ke tempat tersebut. Wisata alam digunakan sebagai penyeimbang hidup setelah melakukan aktivitas yang sangat padat, dan suasana keramaian kota. Sehingga dengan melakukan wisata alam tubuh dan pikiran menjadi segar kembali dan bisa bekerja dengan lebih kreatif lagi karena dengan wisata alam memungkinkan memperoleh kesenangan jasmani dan rohani.

Wisata alam yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata berpotensi salah satunya adalah telaga. Telaga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya sama dengan danau. Telaga merupakan cekungan di daratan yang terisi air.

Telaga atau danau adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Ketersediaan sumber daya air, sangat mendasar untuk menunjang pengembangan ekonomi wilayah. Sumber daya air yang terbatas di suatu wilayah mempunyai implikasi kepada kegiatan pembangunan yang terbatas dan pada akhirnya kegiatan ekonomi pun terbatas sehingga kemakmuran rakyat semakin lama tercapai. Air telaga dapat digunakan untuk berbagai pemanfaatan, antara lain sumber baku air minum, air

(2)

irigasi, pembangkit listrik, penggelontoran, perikanan dan sebagainya. Ekosistem telaga memiliki peran penting dalam menjamin kualitas dan kuantitas ketersediaan air tawar. Telaga juga sangat peka terhadap perubahan parameter iklim. Variasi suhu dan curah hujan misalnya, dapat langsung berpengaruh pada penguapan air, tinggi permukaan dari volume air, keseimbangan air dan produktivitas biologis perairan telaga. Namun pada kenyataannya kualitas lingkungan hidup ekosistem telaga di Indonesia semakin menurun akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan. Jika ancaman dan masalah-masalah tersebut tidak segera ditangani, maka dapat dipastikan berbagai jasa lingkungan dan manfaat langsung yang selama ini diberikan oleh telaga tersebut akan sirna dan bahkan akan menimbulkan bencana bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya seperti banjir, kelangkaan air tawar, dan menurunnya produksi pangan.

Jumlah telaga atau danau di Indonesia diperkirakan sebanyak 840 danau besar dan 735 danau kecil (situ) yang dapat menampung 500 km3 air atau 72% dari total persediaan air permukaan di Indonesia. Danau tersebut tersebar merata di setiap pulau besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan Sulawesi, Papua) kecuali Pulau Bali. Di Propinsi Jawa Tengah terdapat beberapa telaga / danau / waduk, diantaranya Telaga Rawa Pening, Telaga Menjer, Telaga Madirda, Waduk Cacaban, Waduk Cengklik, Waduk Gajah Mungkur, Waduk Melahayu, Waduk Sempor, Waduk Wadas Lintang, Waduk Mrica, Waduk Kedungombo, Waduk Wonogiri, Waduk Garung, Waduk Sermo.

(3)

Telaga Madirda merupakan danau kecil yang airnya bersumber dari mata air di Lereng Gunung Lawu. Telaga tersebut menjadi tumpuan kehidupan warga karena airnya yang tidak pernah surut meski musim kemarau dan tidak pernah penuh di saat musim penghujan. Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, disanalah telaga ini terhampar. Jarak telaga ini dari Balai Desa Berjo sekitar 4 kilometer. Telaga ini sangat berpotensi menjadi obyek wisata unggulan di Kabupaten Karanganyar, hal ini dikarenakan Telaga Madirda memiliki daya tarik serta daya dukung yang luar biasa sebagai obyek wisata, diantarannya keadaan alamnya. Keadaan alam di sekitar Obyek Wisata Telaga Madirda berupa tanah berbukit dengan berbagai macam pepohonan yang masih belum terjamah oleh tangan manusia meskipun terdapat pula pedesaan di sekelilingnya. Area bumi perkemahan yang sangat luas dengan ditumbuhi rerumputan yang hijau layaknya tanah lapang juga terdapat di sekitar Telaga Madirda. Selain itu, atraksi wisata juga menghiasi Telaga Madirda sebagai daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung, yaitu Upacara Melasti dan Upacara Grebeg Padusan Telaga Madirda yang dilaksanakan dan dikemas oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar, dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar bersama warga masyarakat Desa Berjo. Telaga Madirda juga menyimpan folklore, yaitu cerita Sugriwo dan Subali yang tidak lain adalah nama dari tokoh pewayangan.

Melihat potensi dari Obyek Wisata Telaga Madirda serta untuk mengetahui lebih jauh lagi upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan dan memasarkan

(4)

obyek ini, maka Obyek Wisata Telaga Madirda sangat menarik untuk dijadikan sebagai karya tugas akhir dengan judul “Strategi Pengembangan dan Pemasaran

Obyek Wisata Telaga Madirda di Kabupaten Karanganyar” dengan harapan

karya tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan Obyek Wisata Telaga Madirda khususnya dan bagi pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Karanganyar pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil dan potensi yang dimiliki Obyek Wisata Telaga Madirda? 2. Bagaimana strategi pengembangan, pemasaran, kendala-kendala, dan solusinya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui profil dan potensi yang dimiliki Obyek Wisata Telaga Madirda. 2. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh pengelola Obyek Wisata

Telaga Madirda dalam mengembangkan dan memasarkan obyek wisata tersebut dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi serta mencari solusinya.

(5)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan pertimbangan yang ada untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil khususnya mengenai strategi pengembangan dan pemasaran Obyek Wisata Telaga Madirda sebagai paket wisata di Kabupaten Karanganyar. b. Berguna untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia

pariwisata. 2. Manfaat Praktisi

a. Manfaat dari penulisan ini dapat memberikan gambaran bagi pembaca mengenai perkembangan pariwisata alam di Kabupaten Karanganyar.

b. Untuk mengetahui data-data dalam penyusunan laporan Tugas Akhir dalam rangka untuk memenuhi persyaratan dalam penyelesaian Program Diploma III di Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

c. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pariwisata di Kabupaten Karanganyar.

3. Manfaat Akademis

a. Dapat menambah ilmu pengetahuan, baik secara teoritis, praktis maupun akademik dalam pengembangan diri.

(6)

E. Kajian Pustaka 1. Landasan Teori

a. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja serta kegiatan selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. (AJ. Burkat dan Mendlik, 1987 : 5)

Istilah pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari “pari” dan “wisata”, pari yang berarti berulang-ulang, sedangkan wisata adalah perjalanan atau berpergian. Pariwisata dengan demikian dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan mengunjungi suatu tempat ke tempat lain. Orang yang melakukan perjalanan disebut

traveller, sedangkan yang melakukan disebut tourist. (Musanef, 1995 : 8)

Sementara itu pengertian pariwisata menurut undang-undang tentang pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek wisata. Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakikatnya adalah cara untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mendapatkan hiburan baik itu jasmaniah maupun rohaniah.

b. Obyek Wisata

Obyek wisata merupakan perwujudan dari penciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang

(7)

mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. (Chafid Fandeli, 1995 : 16)

Obyek wisata adalah suatu bentukan aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. (Happy Marpaung, 2002 : 78)

c. Wisatawan

Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu negara tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam dengan tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut ini:

1) Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olah raga.

2) Bisnis atau mengunjungi teman dan keluarga. (Happy Marpaung, 2002 : 36)

d. Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia, memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara atau hasil

kerja mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti membuka, memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik. Selain itu pengembangan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan suatu objek / hal agar menjadi lebih baik dan mempunyai hasil guna bagi kepentingan bersama.

(8)

Pengembangan pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perjalanan wisata, tamasya, dan rekreasi agar menjadi lebih baik dan memberi manfaat bagi publik yang mengkonsumsinya.

Berdasarkan UU No. 10 tahun 2009 tentang pokok-pokok kepariwisataan pasal 12 dinyatakan bahwa penyelenggaraan atau pengembangan kepariwisataan adalah bertujuan untuk:

1) Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek:

a) Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata;

b) Potensi pasar;

c) Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;

d) Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

e) Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;

f) Kesiapan dan dukungan masyarakat; dan g) Kekhususan dari wilayah.

(9)

2) Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3) Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat.

Dalam mengembangkan pariwisata ada pula beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Wisatawan

Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana mereka datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan wisata.

2) Transportasi

Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.

3) Atraksi / Obyek Wisata

Bagaimana atraksi dan obyek wisata akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat berikut, apa yang dilihat, apa yang dapat dilakukan, dan apa yang dapat dibeli di Obyek Daerah Tujuan Wisata yang dikunjungi.

4) Fasilitas Pelayanan

Fasilitas apa yang tersedia di Obyek Daerah Tujuan Wisata tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum

(10)

seperti bank (money changer), kantor pos, telepon di Obyek Daerah Tujuan Wisata yang akan dikunjungi wisatawan.

5) Informasi dan Promosi

Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflet /

brosure harus disebarkan sehingga calon wisatawan dapat mengetahui

tiap paket wisata agar cepat mengambil keputusan. (Oka A. Yoeti, 1997 : 3)

e. Pengertian Manajemen Pemasaran

Penanganan proses pertukaran memerlukan waktu dan keahlian yang banyak. Manajemen pemasaran akan terjadi apabila sekurang-kurangnya atau pihak dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang diinginkannya.

Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait.

Manajemen pemasaran dapat diterapkan pada semua bidang usaha. Dalam manajemen terdapat fungsi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan atau penerapan serta pengawasan. Tahap perencanaan merupakan tahap yang menentukan terhadap kelangsungan dan kesuksesan suatu organisasi pemasaran. Proses perencanaan merupakan satu proses yang selalu

(11)

memandang ke depan atau pada kemungkinan masa akan datang termasuk dalam pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk mencapai tujuan pemasaran.

Beberapa pengertian pemasaran dapat dimengerti dalam mendukung pemasaran, secara teoritis yaitu berkaitan dengan permasalahan manajemen pemasaran pariwisata. Adapun pengertian-pengertian tentang pemasaran antara lain:

1) Menurut Salah Wahab, dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran Pariwisata, pemasaran adalah suatu cara dalam menjalankan

suatu usaha, dan menitikberatkan perhatian terhadap pelanggan dari pada produk. (Salah Wahab, 1997 : 28)

2) Menurut Ating Tedjasutisna dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran memberikan pengertian bahwa pemasaran adalah usaha

peningkatan tentang keinginan dan kebutuhan para konsumen terhadap produk maupun jasa. Dengan kata lain pemasaran merupakan usaha menciptakan dan mengarahkan standar hidup untuk kepentingan konsumen terhadap barang-barang dan jasa dengan tujuan memperoleh kepuasan. (Ating Tedjasutisna, 1987 : 20)

3) Menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian

(12)

perorangan atau kelompok melalui perbuatan dan pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain (Philip Kotler, 1997 : 5)

f. Pemasaran Pariwisata

Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.

Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini. Definisi yang diberikan sering berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan para ahli tersebut dalam memandang dan meninjau pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan kegiatan pemasaran, seseorang berusaha menawarkan sejumlah barang atau jasa dengan sejumlah nilai ke berbagai macam kelompok sosial untuk memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands).

Dalam kegiatan pemasaran, dikenal konsep 4P. Konsep tersebut antara lain, Product (menentukan produk / jasa yang akan ditawarkan ke pasar

(13)

umumnya menjadi langkah paling awal), Price (cara yang umum digunakan untuk mematok hitungan biaya produk dari awal disiapkan hingga siap jual),

Placement (dimana produk yang akan ditawarkan tersebut mudah ditemukan

oleh target pasar yang dituju), Promotion (Bagaimana suatu produk akan dikenalkan ke pasar agar pelanggan tergerak untuk membelinya).

g. Tourism Marketing 3.0

Menurut Hermawan Kertajaya, Tourism Marketing 3.0 yaitu suatu pemasaran yang didorong oleh nilai-nilai (values driven). Tidak hanya memperlakukan tiap individu sebagai konsumen, marketer mendekati mereka sebagai manusia utuh yang memiliki pikiran, perasaan, dan jiwa (mind, heart,

and spirit).

Marketing 3.0 bertujuan untuk memuaskan konsumen yang dapat

berperan dalam memperbaiki masalah dunia. Marketing 3.0 percaya bahwa konsumen adalah manusia utuh yang kebutuhan dan harapannya tidak boleh diabaikan. Sehingga marketing 3.0 sebenarnya melengkapi emotional

marketing dengan human spirit marketing.

Tourism 3.0 berfokus pada pemenuhan akan human spirit setiap

wisatawan. Ciri utama tourism ini adalah adanya ketertarikan khusus dari setiap pribadi terhadap hal-hal yang mampu menjawab kekhawatiran dan hasrat (anxiety and desire), sehingga tourism dalam level ini sangat bersifat personal. Tourism 3.0 merupakan special interest tourism, dimana

(14)

ketertarikan setiap pribadi untuk mengaktualisasikan diri serta mampu terlibat secara langsung (engage) dalam pencarian nilai-nilai jati diri merupakan fokus utama dari diadakannya tourism ini. Dan hal terpenting dari tourism ini adalah wisatawan akan senantiasa meng-advocate orang-orang di sekitarnya, bahkan para manusia di belahan dunia lainnya untuk mengunjungi obyek destinasi yang sangat berkesan.

F. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dari Obyek Wisata Telaga Madirda terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun tugas akhir, untuk data yang diperlukan kebenaran maka disini peneliti mengumpulkan data dengan beberapa metode pengumpulan data, diantaranya:

a. Observasi

Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Teknik observasi langsung adalah teknik pengumpulan data dimana penulis mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki. Observasi lapangan ini dilakukan di Obyek Wisata Telaga Madirda.

(15)

b. Studi Dokumen

Metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan data yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pengunjung dan data perkembangan pengelolaan Obyek Wisata Telaga Madirda.

c. Wawancara

Wawancara yaitu mengadakan dialog atau wawancara secara langsung kepada Soenarto, Sriyanto, Wisnu, Sulardi, Wiro Diharjo, Mariman dan Wiji Lestari mengenai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan dan memasarkan Obyek Wisata Telaga Madirda untuk mengumpulkan data dalam menentukan strategi pengembangan dan pemasaran Obyek Wisata Telaga Madirda.

d. Studi Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini selain menggunakan cara wawancara dan observasi, dilakukan pula studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengkaji buku-buku literature, makalah-makalah, brosur-brosur, yaitu mengutip bagian-bagian yang kiranya mempunyai kaitan langsung dengan judul masalah.

3. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan menggunakan teknik analisis data diskriptif kualitatif karena data-data yang didapat berupa data yang diskriptif yaitu data yang menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek pada saat sekarang.

(16)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan.

Bab II. Profil dan Potensi Obyek Wisata Telaga Madirda

Bab ini berisi tentang sejarah dan potensi yang dimiliki Obyek Wisata Telaga Madirda yang terkait dengan dunia pariwisata.

Bab III. Strategi Pengembangan dan Pemasaran Obyek Wisata Telaga Madirda

Dalam bab ini membahas tentang semua hasil yang diperoleh selama kegiatan penelitian, diantaranya adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Karanganyar dan pengelola obyek wisata dalam mengembangkan, memasarkan Obyek Wisata Telaga Madirda dan juga kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengembangan dan pemasaran obyek wisata tersebut serta cara mendapatkan solusinya.

Bab IV. Penutup

Dalam bab ini membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan masalah dan saran-saran dari Obyek Wisata Telaga Madirda.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan data yang sudah di olah menggunakan algoritma C4.5 diharapkan dapat mempermudah pihak Bandara maupun Maskapai Penerbangan dalam mengambil keputusan

Uraian di atas memperlihatkan bahwa basis hukum berada dalam masyarakat itu sendiri, sehingga untuk memaharni hukum dalam masyarakat secara utuh maka hukum harus

Suatu sistem adalah seperangkat komponen, elemen, unsure atau sub sistem dengan segala atributnya yang satu sama lain saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi dan saling

Undang-undang berlaku bagi orang yang ada, baik di dalam suatu wilayah negara maupun di luar negaranya (asas personalitas, misalnya dalam Pasal 5 KUHP apabila di negara

Jika hukum diartikan sebagai instrumen kebudayaan yang berfungsi untuk menjaga keteraturan sosial (social order), atau sebagai sarana pengendalian sosial (social control),

Kedua hal itu, yaitu suhu minimum dan suhu maksimum serta depresi suhu bola basah, pada gilirannnya dijadikan dasar yang berguna untuk menyusun skedul suhu dan

dalam angka 11 huruf f) di atas, maka biaya administrasi tersebut wajib segera disetorkan ke rekening KPEI selambat-lambatnya 4 (empat) Hari Bursa sejak biaya administrasi

Menengah Kejuruan di Kota Bandung dalam mewujudkan iklim sekolah yang kondusif, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja mengajar guru secara optimal, (2)