• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam berkomunikasi lisan, penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara, maka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dalam berkomunikasi lisan, penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara, maka"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA SIMAK

MAHASISWA DI JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FPBS UPI BANDUNG

Oleh: Denny Iskandar

Abstract

The implementation of Indonesian language teaching in schools, listening skills received less concern, both from the school, teachers, and students. Such lack of attention, among athers, are less avaibility of listening comprehension equipments and sources, less optimum of learning it, and lack of knowledge in students about its theory. Through this approaches the researchers want to optimize Action Research (PTK) for learn listening skills, so that students' listening skills can be improved. Through the application of model integrative approaches was able to optimize the listening comprehension of students in learning with very satisfactory results.

Kata kunci: pengembangan model pendekatan integratif, pembelajaran menyimak, meningkatkan daya simak

A. Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga baik antara anak dan orang tua maupun antara anak-anak sendiri, aktivitas menyimak terjadi. Keluar dari rumah, terjadi dialog atau percakapan dengan teman sepermainan, rekan kerja sekantor, teman sekelas, atau sejurusan di fakultas. Mungkin juga dialog terjadi di pasar sewaktu berbelanja. Dalam semua peristiwa itu pun aktivitas menyimak terjadi. Demikian juga halnya dalam mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SMP, SMA, maupun di perguruan tinggi kegiatan menyimak sangat sering dan harus dilakukan oleh siswa atau mahasiswa. Kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya di bidang komunikasi menyebabkan arus informasi melalui radio, telepon, televisi, rekaman, dan film semakin tinggi. Dengan demikian, keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

(2)

2

Dalam berkomunikasi lisan, penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara, maka ia akan dapat memberikan reaksi, respons, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang disimak, penyimak berubah menjadi pembicara, sedangkan pembicara pertama beralih fungsi sebagai penyimak. Bila penyimak kedua itu benar-benar menyimak pembicaraan teman bicaranya, maka ia akan dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan demikian, terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.

Uraian tersebut di atas, menggambarkan secara umum betapa fungsionalnya menyimak bagi kehidupan manusia. Bila dirinci, peran menyimak tersebut adalah sebagai berikut: a) landasan belajar berbahasa; b) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis; c) pelancar komunikasi, dan d) penambah informasi.

Kekurangpahaman teori keterampilan menyimak menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap hakikat menyimak. Pada gilirannya sukar pula merumuskan tentang apa dan bagaimana siswa harus memahami bahasa lisan. Kenyataan itulah yang terjadi di sekolah-sekolah. Padahal menyimak bukanlah keterampilan yang otomatis dikuasai, melainkan haruslah dipelajari dan dilatih secara berencana.

Perlu kita ketahui dan sadari bahwa pada abad modern sekarang ini keterampilan berbahasa bukan sekedar alat untuk berkomunikasi antar individu saja, tetapi merupakan suatu alat untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang bersifat lisan maupun tulisan.

Salah satu keterampilan yang paling banyak dilakukan oleh manusia pada umumnya adalah keterampilan menyimak. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Paul T. Rankin yang menyatakan, bahwa manusia mempergunakan waktu berkomunikasi: 9% untuk menulis, 16% untuk membaca, 30% untuk berbicara, dan 45% untuk menyimak (Paul T. Rankin dalam Tarigan, 1994: vii).

Menyimak merupakan keterampilan yang memungkinkan para pemakai bahasa untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan. Kemampuan menyimak sangat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa. Tanpa kemampuan

(3)

3

menyimak yang baik, akan terjadi banyak kesalahpahaman dalam berkomunikasi antara sesama pemakai bahasa, sehingga dapat menimbulkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugas serta kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keterampilan menyimak harus mendapat perhatian dalam proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah.

Kenyataan tersebut di atas, diperkuat oleh pernyataan Djago Tarigan dan H.G. Tarigan dalam bukunya ”Pengajaran Keterampilan Berbahasa”, sebagai berikut: 1) pelajaran menyimak relatif baru dinyatakan secara eksplisit dalam kurikulum

sekolah,

2) teori menyimak belum banyak diungkapkan,

3) apa dan bagaimana menyimak itu belum dipahami benar, 4) buku teks mengenai menyimak masih langka,

5) bahan pengajaran menyimak sangat kurang,

6) guru belum terampil menyusun bahan pengajaran menyimak,

7) alat bantu pengajaran menyimak belum merata ada pada setiap sekolah, dan

8) jumlah siswa sangat besar (Djago Tarigan dan H.G. Tarigan, 1986: 50-51). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu hambatan pembelajaran menyimak disebabkan teori menyimak belum banyak diungkapkan. Di samping itu, buku teks dan bahan pembelajaran menyimak masih kurang.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih banyak menyoroti masalah kondisi nyata pelaksanaan pembelajaran menyimak di sekolah, meliputi kajian teori, bahan pembelajaran, pendekatan, metode pembelajaran menyimak serta alat bantu yang masih kurang. Penelitian mengenai keterampilan menyimak dalam kehidupan maupun dalam kurikulum sekolah dapat dikatakan masih sangat langka. Hal ini diperkuat oleh Paul T Rankin (dalam Tarigan. 1994: 129-130) yang menyatakan bahwa pada umumnya kita menggunakan waktu untuk menyimak hampir tiga kali sebanyak waktu untuk membaca tetapi sedikit sekali perhatian diberikan untuk melatih orang menyimak. Pada sekolah-sekolah di Detroit, Rankin menemukan bahwa dalam penekanannya di kelas membaca memperoleh 52% sedangkan menyimak hanya 8%.

(4)

4

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, wajar saja kalau para siswa kurang memahami maksud dan tujuan dari pembelajaran menyimak. Umumnya mereka menganggap bahwa keterampilan menyimak tidak begitu penting untuk dipelajari serta menganggap pembelajaran keterampilan menyimak tidak menarik dan membosankan.

Oleh karena itu, peneliti akan mencoba menggunakan Model Pendekatan Integratif dalam upaya menarik minat serta meningkatkan kemampuan menyimak para mahasiswa di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester 1 FPBS UPI Bandung. Melalui pendekatan tersebut, mahasiswa diharapkan mengalami proses pembelajaran yang lebih bermakna dan tentu saja mengalami peningkatan minat serta kemampuan dalam menyimak.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa masalah yang akan dibahas. Adapun masalah tersebut adalah sebagai berikut.

a. Rendahnya motivasi mahasiswa dalam pembelajaran menyimak. b. Rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menyimak.

c. Kurangnya pemahaman mahasiswa akan teori-teori menyimak. d. Kurangnya latihan menyimak.

e. Kurangnya pemanfaatan media, pendekatan, metode dan teknik dalam pembelajaran menyimak.

Sehubungan dengan masalah dan faktor penyebab yang dirasakan oleh para siswa selama mereka belajar di SMA, khususnya dalam pembelajaran menyimak, peneliti akan menerapkan Model Pendekatan Integratif dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak. Dengan harapan para mahasiswa termotivasi untuk melatih keterampilan menyimak, sehingga mampu meningkatkan kemampuan menyimak dalam kehidupan sehari-hari. Di samping menggunakan media lab bahasa, para mahasiswa akan dibekali dengan teori-teori menyimak terlebih dahulu, agar mereka memahami betul hakekat dari keterampilan menyimak. Dengan perkataan lain, diharapkan mereka akan menerapkan teori dan praktek menyimak.

(5)

5

Terdapat beberapa alasan yang menjadi dasar dari pentingnya membekali para mahasiswa dengan berbagai teori menyimak sebelum mereka praktek mengajarkan menyimak, antara lain: (1) para mahasiswa banyak yang belum memahami betul pengertian, tujuan, serta fungsi dari keterampilan menyimak, dan (2) aneka pendekatan pembelajaran menyimak, dalam hal ini Pendekatan Integratif merupakan salah satu pendekatan yang paling baik dan tepat digunakan dalam melatih keterampilan menyimak. Oleh karena itu, peneliti akan mencoba menerapkan teori dan praktek menyimak sebagai upaya menarik minat serta meningkatkan kemampuan menyimak para mahasiswa.

Tujuan yang diharapkan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:

1) Mendeskripsikan persiapan pembelajaran menyimak dengan menggunakan Model Pendekatan Integratif pada mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013.

2) Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran menyimak dengan menggunakan Model Pendekatan Integratif pada mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013.

3) Mendeskripsikan hasil pelaksanaan pembelajaran menyimak dengan menggunakan Model Pendekatan Integratif pada mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013.

Sebagai titik tolak dari tujuan dan lingkup penelitian di atas, peneliti merumuskan hipotesis tindakan ini dalam bentuk pernyataan berikut.

”Dengan menggunakan Model Pendekatan Integratif, keterampilan menyimak mahasiswa akan meningkat”.

B. Bahan Pembelajaran Menyimak

Untuk memilih materi pelajaran, perlu diingat beberapa kriteria pemilihan materi. Pada umumnya materi ini sudah tercantum di dalam kurikulum, tetapi masih perlu dikembangkan lagi oleh para pengajar. Audrey dan Howard Nichols dalam Hidayat memberikan kriteria pemilihan materi sebagai berikut.

1) Isi pelajaran hendaknya cukup valid, artinya kebenaran materi tidak disangsikan lagi dan dapat dipahami untuk mencapai tujuan.

(6)

6

2) Bahan yang diberikan haruslah cukup berarti atau bermanfaat. Hal ini berhubungan dengan keluasan dan kedalaman bahan.

3) Bahan hendaknya menarik.

4) Bahan hendaknya berada dalam batas-batas kemampuan anak untuk mempelajarinya (Hidayat, Kosadi. 1990: 68).

Sementara itu, Tarigan memberikan beberapa butir pokok yang ada kaitannya dengan upaya membuat bahan simakan yang akan disajikan untuk menarik perhatian para penyimak, antara lain sebagai berikut.

1) Tema harus mutakhir. 2) Tema terarah dan sederhana.

3) Tema yang dapat menambah pengalaman dan pemahaman. 4) Tema bersifat sugestif.

5) Tema bersifat motivatif.

6) Pembicaraan bersifat menghibur.

7) Bahasa sederhana dan mudah dimengerti.

8) Komunikasi dua arah (Tarigan, H.G. 1994: 190-192).

C. Pendekatan Integratif dalam Pembelajaran Menyimak 1. Pengertian Pendekatan Integratif

Dalam pembelajan bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menyimak dilandasi oleh pemikiran bahwa aspek-aspek bahasa selalu digunakan secara terpadu, tidak pernah bahasa digunakan secara terpisah, aspek demi aspek. Pembelajaran terpadu (Integratif) adalah pembelajaran yang menghubungkan aktivitas siswa berinteraksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya. Aspek-aspek tersebut antara lain: Menyimak dan Berbicara, Menyimak dan Membaca, serta Menyimak dan Menulis.

2. Menyimak dan Berbicara

Dosen memutar rekaman yang sudah disiapkan, para mahasiswa menyimak rekaman tersebut. Setelah itu, para mahasiswa diberi waktu sejenak, kemudian dosen meminta salah seorang mahasiswa menceritakan kembali isi rekaman tersebut dengan bahasanya sendiri. Setelah itu mahasiswa lainnya diminta

(7)

7

untuk memberikan komentar apakah temannya tadi mampu menceritakan isi rekaman tersebut dengan baik dan benar, dan seterusnya.

3. Menyimak dan Membaca

Mahasiswa diberi tugas membacakan suatu wacana, mahasiswa lainnya menyimak. Setelah itu, mahasiswa diberi waktu untuk berpikir, dan tugas selanjutnya mahasiswa diminta untuk menceritakan isi yang disimak secara lisan atau mungkin tertulis. Dalam hal ini,agar yang mendapat giliran membaca tidak sedikit, naskah yang dibaca sebaiknya naskah-naskah yang pendek, seperti informasi singkat, pengumuman, perintah, dsb. Dengan cara-cara tersebut, dosen memadukan keterampilan membaca dengan menyimak. 4. Menyimak dan Menulis

Dosen memutar rekaman sebuah cerpen misalnya, Mahasiswa menyimak rekaman itu dengan seksama. Setelah selesai, mahasiswa tersebut diberi waktu untuk menanyakan hal-hal yang tidak mereka mengerti. Sesudah itu mereka diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang isi cerpen tersebut, atau mereka diminta menuliskan kembali isi cerpen tersebutsecara ringkas dengan kalimat mereka sendiri.

Itulah beberapa contoh pemaduan (integratif) dalam pembelajaran menyimak yang bisa kita terapkan dengan keterampilan lainnya (berbicara, membaca, dan menulis). Dengan demikian, diharapkan dapat menarik perhatian dan meningkatkan daya simak mahasiswa.

D. Penggunaan Media Rekaman dalam Pengembangan Model Pendekatan Integratif

Media rekaman atau media audio ialah media yang berkenaan dengan indera pendengaran, seperti kaset dan radio. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa dalam Pengembangan Model Pendekatan Integratif lebih baik bila digunakan media rekaman sebagai alat bantu audio. Penggunaan Model Pendekatan Integratif ini dimaksudkan untuk:

1) Membuat pembelajaran lebih produktif.

(8)

8

3) Membuat pembelajaran lebih seimbang dan merata (azies dan alwasilah, 1996:86).

Oleh karena itu, penggunaan media rekaman atau media audio ini sangat dianjurkan dalam pembelajaran menyimak. Namun, untuk meraih keberhasilan dalam penggunaan media ini perlu diketahui beberapa hal, seperti kedudukan penyimak, sifat media, langkah dalam penulisan naskah, dan komponen dalam program audio.

Di dalam komunikasi, penyimak itu mempunyai kedudukan yang penting. Komunikasi akan dikatakan efektif jika para penyimak itu mempunyai kedudukan yang penting. Komunikasi akan dikatakan efektif jika para penyimak terpikat perhatiannya,dapat memahami isi pesan yang disampaikan, dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat oleh penyusun program.

Untuk memproduksi program perlu diperhatikan sifat-sifat media yang digunakan. Media audio itu bersifat auditif. Isi program yang disampaikan di telinga penyimak itu hanya sepintas lalu saja. Penyimak yang tidak berkonsentrasi tentu tidak dapat menangkap pesan yang disampaikan. Bila penyusun ingin mendapatkan hasil yang baik, program media ini harus bersifat akrab dengan penyimak.

Penulis naskah audio harus memperhatikan kemampuan berpikir penyimaknya. Jenis penyimak itu sangat menentukan isi pesan dan bahasa yang di pergunakan dalam penulisan naskah. Naskah audio yang disajikan untuk pelajar harus mempergunakan kata-kata dan kalimat yang diketahui oleh pelajar.

Beberapa langkah dalam penulisan naskah di antaranya: 1) Menentukan topik.

2) Melakukan penelitian mengenai pokok masalah. 3) Membuat garis besar.

4) Menentukan format. 5) Menentukan konsep. 6) Mengecek konsep. 7) Menulis naskah.

(9)

9

Pada akhirnya, dapat penulis simpulkan pengguaan media rekaman atau media audio dalam pembelajaran menyimak dengan Model Pendekatan Integratif sangat penting dan dapat menunjang keberhasilan dalam kegiatan menyimak.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu suatu action research yang dilakukan di dalam kelas. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh deskripsi mengenai hasil tes kemampuan menyimak mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI Bandung. Ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Sudjana (2002: 197), yaitu (1) penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (2) sifatnya deskriptif analitik, (3) tekanan penelitian terletak pada proses bukan hasil, (4) bersifat induktif, (5) mengutamakan makna.

Penelitian tindakan adalah satu strategi pemacahan masalah yang memfokuskan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicobakan sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Sedangkan penelitian tindakan kelas dapat diartikan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

F. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Setelah data terkumpul, maka akan tampaklah hasil penelitian ini, antara lain data primer dan sekunder. Data primer dari penelitian ini adalah kemampuan menyimak dalam bentuk tulisan. Hasil kemampuan menyimak ini perlu dibahas dan dianalisis, sehingga memenuhi tujuan penelitian ini. Pembahasan yang peneliti lakukan tersusun sebagai berikut:

1) mendeskripsikan hasil tes kemampuan menyimak mahasiswa, baik pada siklus 1 dan 2;

(10)

10

2) membuat tabel distribusi frekuensi nilai tes kemampuan menyimak, baik pada siklus 1dan 2.

Sedangkan data sekunder dari penelitian ini adalah hasil observasi, wawancara dan angket.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada siklus 1, aktivitas mahasiswa pada umumnya sangat antusias untuk mengikuti perkuliahan menyimak. Hal ini menunjukkan bahwa materi pembelajaran menyimak, khususnya yang berkenaan dengan teori ternyata mampu menarik minat dan perhatian para mahasiswa. Menurut para mahasiswa, selama di SMP maupun di SMA mereka tidak pernah mendapatkan teori menyimak dari para guru bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL 2

HASIL OBSERVASI KEGIATAN MAHASISWA SIKLUS 1

No Aspek yang Diamati Kurang Cukup Banyak

1. Keseriusan mahasiswa ketika dosen menyampaikan pengetahuan tentang menyimak.

V

2. Antusiasme dalam belajar. V

3. Antusiasme dalam bertanya. V

4. Antusiasme dalam mengemukakan pendapat.

V

5. Keseriusan mengikuti pembelajaran sampai akhir.

V

Aktivitas mahasiswa pada pra-siklus ini menunjukkan, bahwa keseriusan mahasiswa ketika mengikuti pembelajaran menyimak sudah sangat baik. Seluruh mahasiswa tampak memperhatikan penjelasan peneliti dengan serius selama KBM berlangsung. Mereka umumnya terlihat antusias untuk mengikuti pembelajaran menyimak. Hal ini ditunjang dengan proses tanya jawab yang berlangsung sangat antusias dari para mahasiswa, sehingga membuat PBM terasa hidup dan bermakna.

(11)

11

Berdasarkan hasil pelaksanaan praktikum pada siklus 1, peneliti melihat nilai mereka minimal 32 dan maksimal 74. Hal ini tentu saja belum sesuai dengan keinginan dan harapan peneliti. Oleh karena itu, peneliti perlu membekali mereka dengan teori-teori menyimak sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman para mahasiswa dalam praktek menyimak di laboratorium bahasa. Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi nilai tes menyimak dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 3

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI TES KEMAMPUAN MENYIMAK PRA-SIKLUS

KELAS INTERVAL TALLY F

70 --- 80 IIII 4 60 --- 69 IIIII-IIIII 10 50 --- 59 IIIII-III 8 40 --- 49 III 3 30 --- 39 I 1 JUMLAH 26

Dengan demikian, penulis merasa perlu untuk merencanakan tindakan berikutnya, yaitu praktikum menyimak dengan Model Pendekatan Integratif. Tindakan ke-1 ini merupakan aplikasi para mahasiswa setelah sebelumnya dibekali dengan berbagai macam teori menyimak. Hal ini penulis lakukan untuk membuktikan apakah Pendekatan Integratif mampu meningkatkan minat para mahasiswa dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak.

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus ke-1, peneliti melihat keseriusan dan kesungguhan para mahasiswa dalam melaksanakan praktikum menyimak dengan Model Pendekatan Integratif. Hal ini tentu saja sesuai dengan keinginan dan harapan peneliti dalam upaya meningkatkan kemampuan menyimak para mahasiswa. Dengan demikian, selain mendapatkan teori yang memadai mengenai keterampilan menyimak, mereka pun mencoba untuk praktik

(12)

12

menyimak dengan menerapkan Model Pendekatan Integratif dalam proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan hasil tes yang mereka peroleh selama praktikum pada siklus ke-1 ini masih ada beberapa mahasiswa yang hasilnya belum memuaskan. Tetapi secara keseluruhan nilai mereka minimal 60 dan maksimal 80. Setelah peneliti tanyakan pada mereka, ternyata diakibatkan oleh kesalahan mereka sendiri, yakni belum terbiasa pada saat menyimak menggunakan model pendekatan tersebut, sehingga kurang bisa bekerja sama. Hal itu bisa peneliti maklumi, mungkin ada yang baru pertama kali menggunakan model pendekatan tersebut, sehingga muncul perasaan takut salah karena tidak biasa.

TABEL 4

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI TES KEMAMPUAN MENYIMAK SIKLUS 1

KELAS INTERVAL TALLY F

80 --- 85 IIIII-III 8

70 --- 79 IIIII-III 8 60 --- 69 IIIII-IIIII 10

JUMLAH 26

Pada siklus 2 ini para mahasiswa tampak berusaha memperoleh nilai yang lebih baik dari sebelumnnya. Hal itu telah dibuktikan seperti tertera pada tabel 5 di bawah. Secara keseluruhan para mahasiswa mendapat nilai di atas 76, bahkan ada yang mendapat nilai 100. Dengan demikian, penulis merasa puas akan hasil yang diperoleh mereka pada siklus ke-2 ini.

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus 2, peneliti melihat adanya kemajuan yang menggembirakan dari hasil tes. Di antara para mahasiswa ada 15 orang yang memperoleh skor antara 90-100, dan skor terendah antara 76-80 ada 4 orang. Dengan demikian, ada peningkatan hasil tes dari siklus sebelumnya.

(13)

13

TABEL 5

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI TES KEMAMPUAN MENYIMAK SIKLUS 2

KELAS INTERVAL TALLY F

90 --- 100 IIIII-IIIII-IIIII 15 81 --- 89 IIIII-II 7 76 --- 80 IIII 4 JUMLAH 26 G. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan Model Pendekatan Integratif dapat meningkatkan minat dan motivasi mahasiswa dalam proses pembelajaran menyimak.

Pada penelitian pendahuluan, setelah dilakukan wawancara dengan para mahasiswa diketahui bahwa pada umumnya para guru bahasa Indonesia baik di SMP maupun SMA tidak pernah menyampaikan teori-teori yang berkenaan dengan keterampilan menyimak. Selain dari itu, para guru juga tidak pernah menggunakan laboratorium bahasa ketika para siswa praktikum menyimak.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti berpendapat bahwa umumnya para guru bahasa Indonesia, baik di SMP maupun SMA menganggap teori keterampilan menyimak adalah sesuatu yang tidak perlu dipelajari secara khusus, karena pada dasarnya setiap siswa sudah mempunyai dasar keterampilan menyimak, sehingga banyak guru di sekolah yang tidak pernah membekali para siswanya dengan teori-teori menyimak. Selain dari itu, juga kesadaran para guru akan pentingnya penggunaan media pembelajaran menyimak, yakni laboratorium bahasa masih rendah. Hal itu terbukti dari kurangnya pemanfaatan media pembelajaran menyimak di sekolah-sekolah. Ada beberapa sekolah yang sama sekali tidak mempunyai media laboratorium bahasa, dan ada juga sekolah yang memiliki laboratorium bahasa, namun tidak pernah dimanfaatkan oleh para guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran keterampilan

(14)

14

menyimak. Mereka umumnya berpendapat, bahwa laboratorium bahasa hanya digunakan untuk pembelajaran bahasa Inggris.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut. 1) Penyampaian teori menyimak sebelum para mahasiswa praktik menyimak

dirasakan sangat membantu mereka di dalam memahami pembelajaran menyimak. Hal itu terbukti pada saat mereka melakukan siklus 1 sudah dibekali dengan teori-teori menyimak terlebih dahulu, sehingga mereka tahu mana yang harus dilakukan pada saat menyimak dan mana yang tidak. Dengan demikian, penulis melihat hasil yang mereka peroleh pada pra-siklus 1, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 74 dan nilai terendah 32. Bandingkan dengan nilai pada siklus 1, nilai tertinggi adalah 80 dan terendah 60. Apalagi pada siklus 2, nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 76.

Berdasarkan bukti tersebut, jelas menunjukkan adanya peningkatan setelah para mahasiswa dibekali dengan teori-teori menyimak sebelum mereka melaksanakan praktek. Oleh karena itu, penulis berharap para guru bahasa Indonesia di sekolah memberikan teori yang memadai tentang menyimak sebelum melaksanakan praktek, sehingga para siswa akan memperoleh hasil yang maksimal.

2) Pelaksanaan pembelajaran menyimak dengan Model Pendekatan Integratif dapat membantu para mahasiswa dalam upaya meningkatkan kemampuan serta memotivasi dalam proses pembelajaran menyimak. Kenyataan tersebut dapat kita lihat pada pra-siklus , di mana para mahasiswa praktik menyimak tanpa menggunakan Model Pendekatan Integratif di dalam kelas, hasilnya tidak sebaik pada siklus 1 dan siklus 2. Hal itu disebabkan pada saat pembelajaran banyak siswa tidak menyimak secara serius, ada yang ngobrol, melihat ke kiri dan ke kanan, dsb. Suara yang terdengar kadang-kadang terganggu oleh suara lain, baik dari dalam kelas maupun dari luar, sehingga cukup mengganggu proses menyimak para mahasiswa di dalam kelas. Dengan demikian, tentu saja berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh.

(15)

15

3) Hasil evaluasi para mahasiswa praktik menggunakan Model Pendekatan Integratif sangat memuaskan..Hasil yang diperoleh oleh masing-masing kelompok itu dapat dilihat dari data siklus 1, dan 2, juga berdasarkan hasil angket yang diberikan pada mahasiswa setelah siklus 2 berakhir. Mereka umumnya menyambut baik penggunaan Model Pendekatan Integratif dalam pembelajaran menyimak. Dengan teknik tersebut, membuat mereka merasa nyaman, serius, serta berusaha untuk menyimak sebaik mungkin tanpa adanya gangguan-gangguan lain baik di dalam maupun di luar kelas. Apalagi ditunjang dengan teori-teori yang memadai, sehingga para mahasiswa dapat mempraktekkan menyimak sesuai dengan teori yang telah mereka dapatkan.

(16)

16

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar dan Furqanul Azies. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: PGSM.

Hamied, Fuad Abdul. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.

Halim, Amran. 1984. Politik Bahasa Nasional 1. Jakarta: Balai Pustaka.

Hidayat, Kosadi, dan Iim Rahmina. 1990. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Binacipta.

Hidayat, Kosadi, dkk. 1990. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Binacipta.

Hughes, Artur. 1989. Testing for Language Teachers. Australia: Cambrige University Press.

Larsen, Diane and Freeman. 1986. Techniques and Principles in Language Teaching. Londom: Oxford University Press.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurgiantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Rost, Michael. 1991. Listening In Action. Britain: Prentice Hall International.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1997. Media Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru.

Suhendar dan Pien Supinah. 1997. MKDU Bahasa Indonesia, Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara. Bandung: Pionir Jaya.

(17)

17

Tarigan. H. G. dan Djago, Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan H. G. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.

Tarigan, H. G. 1993. Menyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Berita yang terkait dengan garis atau area ditampilkan dalam bentuk chartlet untuk membantu pelaut mengetahui posisi suatu objek, Contoh : Peletakan kabel laut

Buton Utara surat izin belajar/pernyataan mengikuti studi lanjut 365 15201002710242 DARWIS SDN 5 Wakorumba Utara Kab... Peserta Nama Peserta

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka di dapat rumusan masalah yaitu, “Bagaimana menerapkan aplikasi data mining penjualan motor

Wanita dan pria (ibu dan bapak) sebenarnya memainkan peranan yang sangat penting, keduanya memiliki peran clan tanggung jawab yang sama dalam kehidupan keluarga dan masyarakat..

Hasil pengembangan karya profesi yang berwwujud karya ilmiah baik laporan penelitian maupun artikel ilmiah yang dilhasilkan oleh kelompok ibi-ibu sebagai hasil dari

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa rasio Modal Kerja dibandingkan dengan Total Akiva bahwa rata-rata perusahaan yang diteliti mempunyai rasio yang rendah

Pada penelitian ini, gejala keracunan yang cepat terjadi pada perlakuan H3D2 pencampuran Glifosat 5 ml dengan 5 ml Paraquat dan 1 liter air, dimana pada 1 HSA dapat