• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tradisionalnya. Tidak jarang tradisi serta kebudayaan dan kesenian yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tradisionalnya. Tidak jarang tradisi serta kebudayaan dan kesenian yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun internasional, hal tersebut didukung dengan kebudayaan, tradisi, dan juga kesenian yang dimiliki oleh masyarakat tradisionalnya. Tidak jarang tradisi serta kebudayaan dan kesenian yang dimiliki, akhirnya dijadikan sebuah kompetisi yang melibatkan masyarakatnya sendiri, seperti layang-layang contohnya. Disebabkan oleh keunikan serta cirri khas yang dimiliki oleh layang-layang Bali yang tidak ada didaerah lainnya, seperti dalam bentuk ukuran, bahan dan warna yang digunakan, dan lain sebagainya.

Layang-layang mulai diperlombakan di Bali sejak tahun 1979 oleh Pelangi Bali sebagai organisasi dan penyelenggara, tepatnya pada tanggal 30 Juni 1979 yang berlokasi di Tanjung Bungkak Sanur Denpasar. Melihat bahwa masyarakat Bali sudah akrab dengan layang-layang, serta ingin melestarikan keberadaan layang-layang sebagai sebuah budaya yang dimiliki. Perlombaan layang-layang tidak jarang juga diselenggarakan oleh kabupaten atau desa dan wilayah yang ada di Bali seperti Gianyar, Denpasar, Biaung, Unggasan, Sanur, Penatih, Tanjung-Sanur, Tabanan, Belega-Tabanan, Bekul, Legu Jering, dan Kukuh-Marga (Lampiran-PelangiBali). Tujuan penyelenggaraan yang beragam, seperti penggalian dana untuk

(2)

pembangunan pura atau tempat suci, mendukung akomodasi pembuatan ogoh-ogoh, bazzar, membeli kado saat ada anggota yang menikah dan memberikan bantuan pada anggota yang terkena musibah, dan lain sebagainya.

Walaupun setiap tahunnya terdapat perlombaan rutin layang-layang Bali, yang diselenggarakan dalam skala besar dan masuk dalam agenda rutin pemerintah Bali yaitu lomba layang-layang Bali oleh Pelangi Bali. Hal tersebut membuat perhatian nasional bahkan juga internasional tertuju pada perlombaan layang-layang, dan banyaknya nilai serta unsur-unsur agama serta budaya masyarakat Bali. Fenomena tersebut yang membedakan perlombaan layang-layang di Bali dengan daerah dan negara lain, juga melibatkan peserta yang berasal dari luar daerah maupun luar negeri. Pelayang Bali terkadang juga diundang untuk terlibat dalam perlombaan layang-layang yang ada di daerah lain maupun di luar negeri, seperti ke Jawa, Sumatra, Prancis, Jepang, Newzealand, Amerika, dan lain sebagainya. Melihat perlombaan layang-layang yang melibatkan ratusan dan bahkan ribuan peserta, yang berasal dari berbagai sekaa layangan, hal tersebut dimanfaatkan oleh aktor-aktor yang memiliki kepentingan tertentu. Aktor-aktor tersebut mulai terlibat dalam penyelenggaraan perlombaan layang-layang, dengan melihat bahwa fenomena tersebut dapat menguntungan aktor-aktor yang bersangkutan. Aktor tersebut muncul dari berbagai kalangan, yang memiliki kekuasaan tentunya, kekuasaan akan memunculkan relasi yang terus bergerak, dan disebarkan melalui jaringan-jaringan tersendiri. Sampai akhirnya mampu mewujudkan suatu keuntungan bagi aktor tersebut.

(3)

Dalam perlombaan layang-layang terdapat Pelangi sebagai organisasi dan juga penyelenggara ingin meningkatkan kreatifitas generasi muda Bali agar berkecimpung dalam kegiatan yang positif dan juga melestarikan budaya. Pelangi memberikan ruang berupa organisasi, yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat berdiskusi, berkumpul, perlawanan, perdebatan, dan sebagainya (Halim,2014:79). Terdapat sekaa layangan yang muncul sebagai pelaku utama, yaitu sebagai peserta perlombaan layang-layang. Kepentingan sekaa layangan selain ingin nama sekaa layangan lebih dikenal secara luas dan tentu saja ingin memperoleh kemenangan dan hadiah berupa piala, tropi, dan uang tunai.

Keterlibatan aktor politik khususnya calon anggota legislatif tahun 2014 di Denpasar contohnya bukanlah tanpa suatu alasan, melainkan dengan kepentingan-kepentingan, seperti untuk kampanye, bersosialisasi, melakukan pendekatan terhadap sekaa layangan. Dengan tujuan dapat menarik simpati dari anggota sekaa layangan, agar mereka semakin dikenal yang akhirnya mampu mempengaruhi popularitas dari caleg tersebut. Sehingga mampu meraih dukungan suara untuk dapat menjadi anggota legislatif.

Keterlibatan aktor politik dalam perlombaan layang-layang, dikarenakan adanya sebuah peluang dan kesempatan, aktor politik merasa akan mendapatkan suatu keuntungan. Mereka dapat dengan leluasa terlibat langsung, dengan mendekati salah satu pihak seperti sekaa layangan, dan kepentingan dari desa pekraman dikarenakan lokasi perlombaan, yaitu di pantai Padang Galak termasuk ke dalam wilayah desa Pekraman Kesiman. Pihak bendesa adat akhirnya meminta kepada Pelangi Bali, agar kontribusi

(4)

parkir dikelola oleh petugas keamanan atau pecalang desa yang merupakan bagian dari budaya siaga (Nordholt,2010:xxii).

Keberadaan aktor-aktor tersebut, tidak terlepas dari dibukanya desentralisasi di setiap-setiap daerah pasca Orde Baru yang memungkinkan aktor-aktor tersebut semakin terlihat lebih menonjol di daerahnya sendiri/local strongmen (Agustino,2014:98). Untuk mampu terlihat lebih menonjol tersebutlah, mereka terus berusaha untuk memperjuangkan kepentingannya. Desentralisasi menjadi salah satu jalan keluar agar dapat mendistribusikan bentuk-bentuk kekuasaan. Pada masa Orde Baru kekuasaan tersebut hanya terpusat hanya disatu titik saja (Agustino,2014:97). Kini setelah adanya desentralisasi, setiap daerah akan mampu menjangkau dan mengendalikan persoalan yang ada. Termasuk dalam perlombaan layang-layang setiap aktor memiliki peranan tersendiri untuk mencapai kepentingan mereka. Melalui ajang perlombaan layang-layang inilah kemunculan masing-masing aktor akan terlihat, sejauh mana mereka memainkan serta menggunakan kekuasaan mereka, untuk menjalin sebuah relasi.

Mengingat banyaknya perlombaan layang-layang yang diadakan di setiap kabupaten yang ada di Bali, maka dalam penelitian ini difokuskan hanya kepada perlombaan layang-layang yang diselenggarakan oleh Pelangi Bali pada tahun 2014 di Denpasar saja. Karena perlombaan tersebut melibatkan banyak peserta, yang tidak hanya berasal dari Denpasar tetapi juga melibatkan kabupaten-kabupaten lain. Tercatat ada sebanyak 1.332 peserta yang mengikuti perlombaan layang-layang (KoranRenon,2014:2). Dalam kajian ini penulis melihat adanya suatu bentuk relasi antara aktor

(5)

antara Pelangi Bali. Sebagai pihak penyelenggara dan juga organisasi, yang bersikap sebagai penengah dan juga penyeimbang diantara aktor-aktor tersebut.

Serta bagaimana pengaruh relasi aktor antara sekaa layangan dengan calon anggota legislatif, pada saat diadakannya Pemilu Legislatif tahun 2014. Apakah ada pengaruhnya terhadap perlombaan layang-layang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mengingat perlombaan layang-layang tahun 2014 juga bertepatan dengan diselenggarakannya Pemilu Legislatif pada April 2014.

Perlombaan layang-layang merupakan salah satu bentuk dari pelestarian budaya yang mulai dilihat keberadaannya oleh aktor-aktor politik, terlebih saat penyelenggaraan pemilu legislatif khususnya. Fenomena tersebut kemudian mengarah kepada perilaku politik masyarakat, khususnya sekaa layangan. Perilaku tersebut ditandai dengan adanya respon emosional yang berbentuk kepada dukungan maupun empati kepada individu atau kandidat, kelompok dan pemerintah dalam situasi politik. Nantinya akan terlihat lebih mengarah kepada bentuk tipe-tipe budaya politik yang mana.

Sebab relasi antar aktor tidak menutup kemungkinan dilaksanakan melalui wadah atau organisasi seperti ini, terlebih penyelenggarakan perlombaan layang-layang yang melibatkan ribuan peserta, maka pada saat diselenggarakannya Pemilu Legislatif tahun 2014, terutama jika caleg berasal dari salah satu banjar tertentu yang ada di Kota Denpasar. Adakah pengaruh politik di dalamnya. Karena sebelumnya jika kita mengamati pada saat

(6)

masa-masa diselenggarakan pesta demokrasi, yang bertepatan dengan kegiatan perlombaan seperti layang-layang dan lain sebagainya.

Maka momentum tersebut dirasa tepat bagi sebagian pihak terkait, terutama bagi calon anggota legislatif yang akan bertarung dalam pemilihan anggota DPRD. Sehingga moment ini digunakan sebagai tempat melakukan sosialisasi dan kampanye secara tidak langsung, serta memberikan bantuan. Untuk diketahui bagaimana relasi antar aktor dalam kompetisi layang-layang di Denpasar, khususnya tahun 2014. Oleh karena itu fokus penelitian ini, adalah lebih menekankan pada relasi antar aktor dalam perlombaan layang-layang yang diselenggarakan pada tahun 2014 di Kota Denpasar bertepatan dengan penyelenggaraan pemilu legislatif tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Jika diakumulasikan ke dalam pertanyaan, adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tentang, bagaimana relasi antar aktor yang terlibat dalam kompetisi layang-layang di Denpasar pada tahun 2014? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui relasi antar aktor dalam perlombaan layang-layang di

Denpasar pada tahun 2014.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis:

 Menjawab fenomena sosial politik yang ada dalam penyelenggaraan perlombaan layang-layang dan mengetahui proses politik dalam perlombaan layang-layang di Denpasar.  Menunjukkan secara ilmiah pengaruh politik dalam

penyelenggaraan perlombaan layang-layang.

 Memperkaya kajian Ilmu Politik untuk perkembangan keilmuan, khususnya kontemporer.

2. Manfaat Praktis :

 Memberikan bahan rujukan kepada masyarakat dalam memahami politik secara realitas dalam politik layang-layang.  Memberi informasi kepada praktisi politik memahami realitas

politik layang-layang.

 Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran kepada, (1) Kepada Kepala Sekolah Dasar Laboratorium UM, hendaknya lebih perhatian dalam melakukan pengawasan

Jadi dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa special event merupakan suatu peristiwa atau kegiatan khusus di luar kebiasaan sehari hari yang dalam perencanaannya

Tambahkan Tombol untuk menghapus data, caranya: Pada toolbox klik Command Button lalu letakkan pada Form, pada Form akan muncul jendela Command Buttom Wizards, Pada Categories

ƒ Diagenesis ketiga terjadi dalam lingkungan fresh water phreatic, yang ditandai oleh pelarutan butiran, matriks dan semen yang membentuk porositas vuggy dan moldic; pelarutan

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa skor persepsi media pembelajaran berbasis IT pada bagi guru Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi

aat ini, aya edang mengadakan penelitian yang be j d l “Efek Berkumur dengan Metode Oil Pulling Menggunakan Minyak Kelapa Terhadap Kondisi Gingiva pada Mahasiswa FKG

Dalam penelitian ini digunakan metode Fuzzy Sliding Mode, dimana error dan delta error sebagai masukan pada kontrol Sliding Mode dan sekaligus sebagai masukan

Sehubungan dengan belum diaturnya kedua jenis obyek pajak yaitu Pajak Sarang Burung Walet dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam Peraturan Daerah