• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KECANDUAN INTERNET MAHASISWA (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Angkatan 2017

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya Terhadap Topik-Topik Bimbingan Pribadi)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Dewi Sekar Tanjung 151114038

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

TINGKAT KECANDUAN INTERNET MAHASISWA (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya

Terhadap Topik-Topik Bimbingan Pribadi)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Dewi Sekar Tanjung 151114038

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO

Tuhan tidak akan merubah kehidupan seseorang, jika orang tersebut tidak mau berusaha untuk merubahnya

(Peneliti)

Hiduplah dengan kejujuran dan kasih sayang, karena hal itu akan membawamu kedalam kehidupan yang lebih baik.

(Peneliti)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” ( Surat Al-Insyirah ayat 5)

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan hasil tulisan ini untuk:

ALLAH SWT yang selalu memberikanku kekuatan, dan pertolongan dari setiap kesulitan yang saya hadapi. Pertolongan - pertolongan yang tidak terduga lewat

orang-orang terdekat saya.

Kedua ibu Almh Titi Haryani yang memberikanku kekuatan luar biasa walaupun beliau sudah tidak bersama denganku lagi

Ketiga kepada Bapak Sumardiyono dan Ibu Emi Tumiarni yang tiada hentinya memberikan dukungan dan doa yang tulus kepadaku. Kakak-kakaku yang selalu

memberikan semangat dan dukunganya.

Bapak Donal Sinaga, M.Pd. yang selalu siap sedia, sabar dan setia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu dan membimbing saya dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

Sahabat dan teman-teman baikku yang selalu mendoakan, mendukung, menemani, memberi saran yang sangat berdampak pada peneliti dalam proses penyelesaian

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT KECANDUAN INTERNET MAHASISWA

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbigan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya Terhadap

Topik - Topik Bimbingan Pribadi) Dewi Sekar Tanjung

Universitas Sanata Dharma 2020

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat kecanduan internet mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma dan (2) mengidentifikasi butir-butir pengukuran penyusunan internet mana yang capaian skornya teridentifikasi tinggi sebagai dasar usulan topik-topik bimbingan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Subyek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 92 mahasiswa. Pengumpulan data pada penelitian ini mengadopsi Skala Tingkat Kecanduan Internet yang di kembangkan Widyanto & McMurren (Yong, 2017) yang berjumlah 20 item. Skala disusun berdasarkan aspek kecanduan internet menurut Widyanto & McMurren, yaitu (1) Salience (ketertarikan), (2) Excerssive Use, (3) Nglect of work, (4)

Antisipation, (5) Lack of control, (6) Lack of social life. Nilai koefisien realibilitas instrumen menggunakan pendekatan Alpha Chornback (⍺) sebesar 0,724. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa Program Atudi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma memiliki tingkat kecanduan internet sebagai berikut: 1) terdapat 16 mahasiswa (17,40%) yang masuk dalam kategori sangat tinggi, 2) terdapat 17 mahasiswa (18,47%) yang masuk dalam kategori tinggi, 3) terdapat 23 mahasiswa (25%) yang masuk dalam kategori sedang, 4) terdapat 30 mahasiswa (32,61%) yang termasuk dalam kategori rendah, 5) terdapat 6 mahasiswa (6,52%) yang termasuk dalam kategori sangat rendah. Hasil analisis item menunjukan 1 item yang memiliki perolehan skor tinggi sebagai dasar menyusun usulan topik bimbingan. Adapun usulan topik bimbingan adalah: Kuhadapi masalah tanpa menjadikan internet tempat pelarian.

(10)

ix ABSTRACT

THE INTERNET ADDICTION LEVEL OF STUDENTS

(Descriptive Study of Class 2017 of Guidance and Counseling Students of Sanata Dharma University and Their Implications for Personal Guidance

Topics) Dewi Sekar Tanjung Sanata Dharma University

2020

This study was aimed to: (1) describe the level of internet addiction of the Class 2017 Guidance and Counseling students of Sanata Dharma University and (2) identify the measurement points of internet preparation that the scores were identified high as the basis for the proposed guidance topics. The type of this research was a quantitative descriptive research. The subjects of the study were 92 class 2017 students of the Guidance and Counseling Study Program of Sanata Dharma University. The data collection in this study adopted the Internet Addiction Level Scale developed by Widyanto & McMurren (Young, 2017), with 20 items of scale. The scale was arranged based on internet addiction aspects according to Widyanto & McMurren, namely (1) Salience (interest), (2) Excessive Use, (3) Elective work, (4) Anticipation, (5) Lack of control, (6) Lack of social life. The reliability coefficient of the instrument used the Alpha Chronbach () approach of 0.724. The data analysis technique used was descriptive statistics with very high, high, medium, low and very low categorization. The results of this study indicate that the class 2017 students of Guidance and Counseling Study Program of Sanata Dharma University had the following internet addiction levels: 1) 16 students (17.40%) were in the very high category. 2) 17 students (18.47%) were in the high category, 3) 23 students (25%) were in the medium category, 4.) 30 students (32.61%) were in the low category, 5) 6 students (6.52%) were in the very low category. The results of item analysis showed that 1 item (5%) had high score and became the basis for compiling proposed guidance topics. The proposed guidance topic is: I face problems without making the internet a place of escape

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya yang sangat luar biasa, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Begitu banyak hal yang telah dilalui oleh peneliti dalam proses penulisan tugas akhir ini yang tentu tidak dapat terselesaikan dengan baik apabila tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendampingi, membimbing sekaligus mendukung peneliti baik secara verbal maupun non verbal. Oleh karena itu, secara khusu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Y. Heri Widodo, M.Psi selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan waktu, tenaga, motivasi, saran, dan pendampingan yang luar biasa kepada peneliti sehingga dapat berproses dalam penulisan skripsi ini. 4. Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna bagi peneliti.

5. Stefanus Priyatmoko atas segala dedikasi dan kesabarannya dalam membantu melayani proses administrasi peneliti selama studi di Program Bimbingan dan Konseling.

6. Ibuku Almh Titi Haryani yang selalu memberikanku kekuatan, dan cintanya yang kuat.

7. Kedua orangtua yang sangat kukasihi dan kusayangi atas doa, dukungan, perhatian, kesabaran dan kepercayaan sehinga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ketiga kakak laki-lakiku yang telah memberikan dukungan, perhatian dan doanya sehingga peneliti dapat menyelsaikan skripsi ini.

9. Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2017 kelas A dan B yang berkenan memberikan waktu untuk membantu proses penelitian

10. Ibu Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd,. M.A. dan Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah konseling ekspresif yang telah memberikan waktu kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian

11. Teman yang seperti saudara Nurul Safitri “Jum” dan Agustin Andhika Putri yang selalu menemani, memberikan motivasi, perhatian dan dorongannya dalam banyak hal, bukan hanya dalam penulisan skripsi ini tapi dalam segala keadaan.

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HASIL PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ASBTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHALUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8 C. Pembatasan Masalah ... 8 D. Rumusan Masalah ... 8 E. Tujuan Penelitian ... 9 F. Manfaat Penelitian ... 9 G. Batasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Hakikat Kecanduan ... 13

1. Pengertian Kecanduan ... 13

2. Karakteristik Kecanduan ... 14

3. Pengertian Internet ... 14

(14)

xiii

1. Pengertian Kecanduan Interent ... 15

2. Faktor-faktor Kecanduan Internet ... 17

3. Aspek-aspek Kecanduan Internet ... 18

4. Dampak Kecanduan Internet ... 20

C. Hakikat Mahasiswa ... 20

1. Pengertian Mahasiswa ... 20

2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa ... 21

D. Layanan Bimbingan ... 23

1. Pengertian Bimbingan ... 23

2. Pengertian Bimbingan Pribadi ... 24

3. Tujuan Bimbingan Pribadi ... 25

E. Kajian Yang Relevan ... 26

F. Kerangka Pikir... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelirian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subyek Penelitian ... 30

D. Variabel Penelitian ... 31

E. Teknik dan Instrumen Penelitian Data ... 32

1. Teknik Pengumpulan Data ... 32

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 35

1. Validitas Instrumen ... 35

2. Reliabilitas Instrumen ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 39

1. Skoring ... 40

2. Tabulasi Data ... 40

3. Menghitung Uji Koefisien Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40

(15)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45 B. Pembahasan ... 53 BAB V PENUTUP ... 57 A. Simpulan ... 57 B. Keterbatasan Penelitian ... 57 C. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN ... 64

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Subjek Penelitian ... 30

Tabel 3.2 Norma Skoring Skala Kecanduan Internet... 34

Tabel 3.3 Kisi-kisi Skala Tingkat Kecanduan Internet Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 35

Tabel 3.4 Reliabilitas Skala Kecanduan Internet ... 38

Tabel 3.5 Kriteria Guilford ... 39

Tabel 3.6 Norma Kategorisasi Kecanduan Internet ... 41

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Tingkat Kecanduan Internet Mahasiswa Angkatan 2017 Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 42

Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Skor Item Kecanduan Internet Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma ... 43

Tabel 4.1 Jumlah Gadget yang Dimiliki Masing-Masing Mahasiswa ... 45

Tabel 4.2 Jumlah Kuota Internet per Bulan yang Digunakan Mahasiswa ... 46

Tabel 4.3 Jumlah Waktu per Hari yang Digunakan Mahasiswa Untuk Online ... 47

Tabel 4.4 Kategorisasi Tingkat Kecanduan Internet Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 49

(17)

xvi

Tabel 4.5 Distribusi Perolehan Skor Item Tingkat Kecanduan Internet Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma ... 51 Tabel 4.6 Item- Item Skala Kecanduan Internet pada Mahasiswa

Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma ... 52 Tabel 4.7 Usulan Topik- topik Bimbingan Pribadi ... 56

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 28

Grafik 4.1 Jumlah Gadget yang Dimiliki Masing-masing Mahasiswa ... 46

Grafik 4.2 Jumlah Kuota per Bulan yang Digunakan Mahasiswa ... 47

Grafik 4.3 Jumlah Waktu yang Digunakan Mahasiswa untuk Online ... 48

Grafik 4.4 Kategorisasi Kecanduan Intermet Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma ... 49

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 64

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 65

Lampiran 3 Hasil Komputasi Uji Validitas Instrumen ... 70

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa adalah individu yang sedang dalam masa studi di perguruan tinggi (KBBI, 2012-2018). Menurut Syamsu (2012) mahasiswa termasuk remaja akhir dengan renta usia 18-25 tahun. Ketika diperguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk menjadi manusia yang cerdas, kritis dan humanis. Dalam proses belajarnya mahasiswa tidak hanya memperoleh ilmu melalui proses belajar di kelas namun diperlukan sumber lain yang lebih luas jangkauannya, seperti melalui internet.

Internet adalah interkoneksi antar jaringan komputer, namun secara umum internet perlu dipandang sebagai sumber daya informasi, karena isi dari internet itu sebagianya adalah informasi. Internet dapat dibayangkan sebagai suatu database atau perpustakaan multimedia yang sangat besar, bahkan internet dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (maya) karena hampir seluruh aspek kehidupan di dunia nyata ada didalam internet, seperti: bisnis, hiburan, olah raga, politik dan lain sebagainya (Sidharta, 1996).

Melalui internet banyak informasi yang dapat kita peroleh, contohnya bahan ajar atau materi pelajaran yang tidak terbatas jumlahnya, sehingga mahasiswa dapat belajar kapan saja. Internet juga bukan hanya sebagai sarana

(21)

kita dalam berkomunikasi dan belajar, akan tetapi internet sekarang dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mengakses banyak media sosial sebagai sarana untuk membangun relasi. Hal tersebut justru menjadikan mereka tahan berlama-lama di depan gadget atau komputer. Prasetiya (2014) mengatakan bahwa pengguna internet bisa mengakses banyak informasi di dalam perangkat lunak tersebut terkait pekerjaan, hobi, bisnis, pendidikan dan bahkan situs yang di kategorikan sebagai yang di anggap negatif. Seperti misalnya, cybercrime (hacking, craking, dan carding, internet gambling dan

cybersex). Namun sebagian dari mereka mengakses internet untuk melakukan pengiriman surat (email), mengakses sosial media, bermain game dan membuat chanel youtube.

Menurut data statistik Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (Kompas, 2016) pengguna aktif internet di Indonesia mencapai 132,7 juta orang. Hal ini mengindikasikan kenaikan 51,8 persen dibandingkan jumlah pengguna internet pada 2014 yang hanya ada 88 juta pengguna internet. Selain itu menurut (LPJII), Pada tahun 2018 pengguna internet di Indonesia mengalami kenaikan yaitu berjumlah 171,17 juta jiwa itu berarti 64,8% dari total penduduk Indonesia adalah pengguna internet. Dari kenaikan pengguna internet ada banyak diantaranya adalah orang yang mengalami kecanduan.

(22)

Kecanduan terjadi bukan tanpa sebab yang jelas, ada beberapa hal yang menjadi faktor kecanduan, faktor tersebut adalah

a. Faktor keluarga yang difungsional

Ketidaksesuaian fungsi keluarga yang sesungguhnya dengan kenyataan. Ketidaksesuaian yang membuat individu mengalami perasaan kesepian, kehilangan kenyamanan dan perhatian. Karena fungsi utama dari keluarga menurut Sri, Tamtomo & Suparno (2018) adalah sebagai tempat individu merasa dikasihi, mendapat perhatian dan merasa hangat.

b. Faktor Self-esteem rendah

Self-estem rendah adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami perasaan tidak percaya diri. Perasaan ini biasanya tumbuh ketika seseorang berada didalam dunia sosialnya.

c. Kurangnya kontrol diri

Kontrol diri sangat di perlukan bagi setiap individu agar bisa mengatur banyak hal, salah satunya adalah penggunaan internet. ketika kontrol diri rendah maka seseorang tersebut akan menggnakan waktu bermain internet (membuka sosial media) lebih dari 20 jam per minggu.

Dari ketiga faktor tersebut biasanya ada salah satu yang mempengaruh terjadinya kecanduan internet yang terjadi pada seorang individu, seperti contoh berita yang di kutip dari Shangsaiist (Kompas, 2015) seorang wanita yang sedang hamil tua tengah berselencara di dunia maya di sebuah cafe

(23)

internet di Nanchang, provinsi Jianxi, China. Setelah beberapa lama bermain internet, perempuan tersebut pergi ke toilet wanita. Di sana ia melahirkan bayinya, kemudian perempuan tersebut kembali ke mejanya untuk melanjutkan aktivitasnya menggunakan internet, seperti seolah tidak terjadi apa-apa terhadap dirinya. Kasus ini memiliki kaitan yang cukup kuat dengan faktor kurangnya kontrol diri, sehingga individu ini tidak mamp mengontrol diri ketika menggunakan internet.

Selain itu, ternyata kasus kecanduan juga terjadi pada mahasiswa, seperti berita yang ditulis (Antaranews, 2010) Surya menyampaikan bahwa mahasiswa di Amerika Tengah mengalami kecanduan dengan ponsel, media sosial dan internet dengan gejala mirip kecanduan narkoba dan alkohol. Para peneliti Universitas Maryland telah meminta 200 mahasiswa menghentikan akses ke semua media selama 1 hari penuh dan setelah 24 jam muncul banyak tanda-tanda penolakan, kecemasan, disertai ketidak mampuan berfungsi dengan baik tanpa akses media dan jejaring sosial. Susan Moeler direktur proyek penelitian di Universitas itu mengatakan, banyak siswa menulis bagaimana mereka membenci terputusnya koneksi, mereka mengatakan bahwa mereka sangat kesepian.

Kasus kecanduan internet ternyata tidak berhenti disitu saja, terdapat kasus kecanduan penggunaan smartphone terkoneksi internet juga terjadi pada 2 remaja di Bondowoso mengalami gangguan jiwa, diberitakan oleh (Liputan6, 2018) Garmabrata melaporkan bahwa remaja tersebut berinisial A (17 tahun) dan remaja H (15 tahun) sudah hampir sebulan berada di poli jiwa

(24)

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Koesnadi, Bondowoso, Jawa Timur. Hasil diagnosa kejiwaan, kedua pelajar SMP dan SMA itu mengalami kecanduan gawai tingkat akut. Keduanya bisa marah besar bila tak bisa mengakses gawai. Mulai dari membanting-banting benda di sekitarnya, murung bahkan menyakiti diri sendiri.

Internet bisa menjadi sarana yang edukasi yang baik bagi penggunanya akan tetapi internet juga dapat membawa penggunanya ke keadaan yang tampaknya memenuhi definisi gangguan mental Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) American Psychiatric Association

(Young, 2017). Masalah ini dikarenakan penggunaan internet yang berlebihan dan sudah tidak sesuai dengan fungsi sesungguhnya. Dimana pada kenyataannya sekarang, pengguna internet lebih banyak menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain internet, seperti yang dikatakan oleh Ko dkk (Young, 2017) seseorang pecandu internet dapat menghabiskan lebih dari 20 jam per minggu untuk online.

Dalam Liputan6, Damar melaporkan bahwa 55,39% dari total responden yang setiap hari mengakses internet lebih dari 6 jam. Sementara responden lain lebih bervariasi, mulai dari 2 sampai 6 jam perhari. Dalam Liputan6 disebutkan, sebagian yang lain responden bisa menghabiskan waktu hingga tiga kali atau lebih setiap jam untuk mengakses internet. Ada sekitar 76,67% responden yang menggunakan internet secara berlebihan, dan sisanya hanya sekali dalam beberapa jam. Dilihat dari data tersebut sangatlah

(25)

mengejutkan sekali karena dari seluruh jumlah pengguna internet, lebih dari setengahnya menggunakan internet secara berlebih.

Internet juga dapat membuat seseorang menjadi kecanduan dan masalah bagi dirinya yang mengakibatkan sakit secara psikologis, seperti kasus yang terjadi pada pasien dari Dr. Kimberly Young dalam bukunya yang berjudul “Kecanduan Internet/Internet Addiction” (2017), beliau

mengungkapkan bahwa ada seorang pasiennya yang mengalami kecanduan internet seperti kecanduan alkohol. Dia adalah seorang ibu rumah tangga berusia 43 tahun yang tidak memiliki orietasi teknologi. Ia memiliki kehidupan keluarga yang menyenangkan dan tidak memiliki riwayat kecanduan apapun sebelum ia menemukan chatroom, dimana ia kemudian menghabiskan 60 jam dalam satu minggu untuk berada didalam jejaring internet. Ia merasa sangat bergairah ketika berada di depan komputer yang terhubung dengan internet dan merasa sangat stres dan mudah tersinggung harus mengakhiri penggunaan internet. Hal tersebut menggambarkan bahwa dirinya mengalami kecanduan internet seperti kecanduan alkohol. Kecanduan internet atau Internet addiction semakin lama semakin mengkhawatirkan. Kasus yang terjadi akibat kecanduanpun semakin lama semakin beragam.

Salah satu tanda kecanduan ternyata juga terjadi pada beberapa mahasiswa Universitas Sanata Dharma Program Studi Bimbingan dan Konseling, berdasarkan hasil observasi secara langsung oleh peneliti pada 26 April 2018 dimana dari 5 orang yang sedang duduk bersama 3 diantaranya

(26)

lebih fokus dengan smartphone-nya yang terhubung dengan internet. Dalam waktu 1 jam pengamatan, 3 orang ini selalu memegang smartphone-nya.

Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan salah seorang mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma, dalam wawancara tersebut peneliti menanyakan beberapa pertanyaan, seperti waktu penggunaan internet, apa saja yang diakses di dalam internet dan apakah responden merasa stres jika tidak memiliki kuota internet dalam jangka waktu tertentu. Ternyata jawabnnya sungguh mengejutkan, responden mengakses internet 8 jam dalam satu hari, responden mengakses internet lebih banyak untuk membuka media sosial dari pada mencari materi akademik, dan responden akan stres apabila tidak ada kuota dalam jangka waktu tertentu, krena menurutnya kuota adalah hal yang sangat penting bagi diri responden.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan masalah-masalah yang sudah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang mengalami kecanduan akan kehilangan kenyamanan dan mereka akan merasa sangat gelisah/stres ketika mereka tidak terhubung dengan koneksi internet dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, hal ini menjadi perhatian penting bagi peneliti untuk meneliti tentang “Tingkat Kecanduan Internet Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma”

(27)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diketahui beberapa masalah yang teridentifikasi sebagi berikut:

1. Beberapa mahasiswa mengakses internet lebih dari 20 jam per minggu. 2. Beberapa mahasiswa lebih banyak mengakses internet hanya untuk

membuka media sosial atau konten-konten yang menarik bagi mahasiswa. 3. Beberapa mahasiswa merasa gelisah ketika tidak memilki koneksi

internet.

4. Beberapa mahasiswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengakses media sosial.

C. Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang teridentifikasi diatas peneliti memfokuskan masalah pada butir 1 yaitu “Beberapa mahasiswa mengakses internetlebih dari 20 jam per minggu ”. Masalah tersebut akan diteliti dengan mengangkat tema Tingkat Kecanduan Internet Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dari masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagi berikut :

1. Seberapa tinggi tingkat kecanduaan internet pada mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma?

(28)

2. Butir pengukuran kecanduan internet mana yang capaian skornya terindentifikasi tinggi sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan? E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah dia atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat kecanduan internet pada mahasiswa Angkatan

2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Mengidentifikasi butir-butir pengukuran tingkat kecanduan internet yang capaian skornya tinggi sebagai dasar penyusunan ususlan-usulan topik-topik bimbingan pribadi.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan khusunya dalam bidang pengetahuan bimbingan dan konseling, sehingga dapat dijadikan sabagai rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama akan tetapi dengan ruang lingkup yang berbeda.

2. Manfaat praktis a. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi refleksi yang mendalam bagi mahasiswa agar dapat lebih bijak dalam menggunakan fasilitas internet yang akan terus berkembang.

(29)

b. Bagi peneliti

1) Peneliti memperoleh ilmu dan pemahan yang lebih mendalam tentang pentingnya berperilaku bijak dalam penggunaan internet di era teknologi.

2) Peneliti dapat mengembangkan ilmu dan keterampilannya dalam menggali mengenai kecanduan internet di era teknologi saat ini.

3) Peneliti dapat mengembangkan keterampilannya dalam bidang bimbingan dan konseling, berkaitan dengan suatu layanan bimbingan di sekolah.

c. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai refrensi dan inspirasi dalam mengembangkan penelitian dengan topik tingkat kecanduan internet.

G. Batasan Istilah

Untuk menyamakan presepsi terkait judul penelitian ini beberapa istilah, diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kecanduan

Kecanduan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang dan membuat individu melupakan hal-hal pokok lainnya serta menimbulkan kenyamanan. Kecanduan dapat mengakibatkan seseorang merasa ketergantungan dalam satu hal yang dilakukannya, sehingga individu tidak dapat terlepas dari aktivitas yang membuatnya

(30)

kecanduan. Kecanduan juga menjadi penyebab seseorang mengalami ganguan mental.

2. Internet

Internet adalah suatu jaringan antar komputer yang dapat memberikan informasi yang sangat lengkap. Internet juga bisa dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain, karena seluruh aspek kehidupan hampir semuanya ada di dalam internet. Internet dapat menghubungkan banyak aspek yang ada di kehidupan ini, serta jangkauanya juga sangat luas, sehingga tidak ada satu orangpun, satu organisasi, atau satu negarapun yang dapat menanganinya.

3. Kecanduan Internet

Kecdanduan Internet adalah aktivitas penggunaan internet yang berlebihan secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang serta menimbulkan perasaan nyaman ketika menggunakannya dan merasa tidak nyaman ketika harus mengurangi atau menghentikan penggunaan internet. individu yang mengalami kecanduan internet juga akan mengalami persoalan yang terjadi pada diri sendiri, seperti kesulitan mengontrol waktu penggunaan internet dan persoalan yang berada diluar dirinya, seperti: keluhan dari lingkungan keluarga, pekerjaan yang menjadi sering terbengkalai dan nilai akademik yang mungkin menurun. 4. Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi adalah bimbingan yang diberikan kepada siswa sebagai suatu usaha untuk membantu memberikan pandangan yang lebih

(31)

luas dalam mengambil keputusan dari permasalahan yang sedang dihadapi

5. Topik-Topik Bimbingan

Topik bimbingan adalah tema besar yang diberikan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhan mereka, untuk membantu mereka mendapat gambaran penyelesaian dari masalah yang sedang mereka hadapi.

(32)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan teori yang mendasari hakikat kecanduan internet, hakikat mahasiswa, kajian yang relevan, dan kerangka pikir.

A. Hakikat Kecanduan 1. Pengertian Kecanduan

Kecanduan merupakan suatu aktivitas yang kita lakukan secara berulang-ulang dan menimbulkan perasaan nyaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2012 - 2018.) kejangkitan suatu kegemaran tentang suatu hal yang membuat kita melupakan hal-hal lainnya. Dikutip dari liputan6 (2018) Kecanduan adalah suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang, mengonsumsi zat tertentu atau terlibat dalam suatu kegiatan yang dapat menyenangkan dan menimbukan efek yang negatif. Selain itu kecanduan juga dapat diartikan sebagai tindakan seseorang yang memiliki reaksi berlebihan terhadap suatu hal, sehingga memiliki kecenderungan untuk mengulangi hal tersebut.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecanduan merupakan aktivitas yang disukai oleh seorang individu yang dilakukan secara berulang-ulang,yang mengakibatkan seorang individu melupakan hal-hal lainnya,serta membawa dampat negatif bagi diri individu.

(33)

2. Karakteristik Kecanduan

Kompas (2012) Wahyudi menjelaskan ada beberapa karakteristik individu yang mengalami kecanduan internet yang pertamakali ditemukan oleh ahli jiwa bernama Ivan Goldberg yaitu :

a. Sering lupa waktu atau mengabaikan hal-hal yang mendasarkan saat mengakses internet terlalu lama.

b. Gejala menarik diri atau merasa marah, tegang, atau depresi ketika internet tidak dapat diakses.

c. Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan.

d. Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki dan menimbulkan kepuasan yang sama.

e. Sering berkomentar, berbohong, rendah prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan. Ini merupakan dampak negatif dari penggunaan intenet yang berkepanjangan.

3. Pengertian Internet

Menurut Sidharta (1996) Internet adalah sumber daya informasi yang menjangkau seluruh dunia. Sumber daya informasi tersebut sangat luas dan sangat besar sehingga tidak ada satu orang, satu organisasi, atau satu negara yang dapat menanganinya.Sidharta (1996) juga mengatakan bahwa internet lebih dari sekedar jaringan komputer atau pelayanan informasi. Internet adalah gambaran dinamis bahwa manusia yang mampu

(34)

bekomunikasi secara bebas akan memlih untuk bersikap sosial dan tidak mementingkan diri sendiri.

Menurut Sidharta (1996) walaupun secara fisik Internet adalah interkoneksi antar jaringan komputer namun secara umum Internet harus dipandang sebagai sumber daya informasi. Isi Internet adalah informasi, dapat dibayangkan sebagai suatu database atau perpustakaan multimedia yang sangat besar dan lengkap, bahkan internet dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (maya) karena hampir seluruh aspek kehidupan di dunia nyata ada diInternet seperti bisnis, hiburan, olahraga, politik dan lain sebagainya

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, internet merupakan salah satu komponen jaringan pada komputer yang dapat dijadikan sebagai sarana pencarian informasi dan juga dapat dijadikan sebagai saranan komunikasi individu satu dengan individu yang lainnya dengan cakupan jaringan yang sangat luas, sehingga tidak ada satu orangpun,satu organisasi,atau satu negarapun yang dapat menanganinya. B. Hakikat Kecanduan Internet

1. Pengertian Kecanduan Internet

Young (Balando, 2018) mengatakan bahwa kecanduan internet merupakan sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Young (Balando, 2018) membagi pengguna internet menjadi 2 kelompok yaitu:

(35)

a. Non dependent: seorang yang menjadi pengguna internet namun masih dalam batas normal. Dimana mereka biasanya menggunakan internet untuk mencari informasi. Pada kelompok ini biasanya mereka menggunakan internet 4-5 jam per minggu.

b. Dependent: seorang pengguna internet adiktif atau tidak normal. Kelompok ini biasanya menggunakan internet untuk komunikasi dua arah untuk bertemu, bersosialisasi dan bertukar ide dengan orang-orang yang baru dikenal melalui internet. Pada kelompok

dependent biasanya mereka menggunakan internet antara 20-80 jam per minggu. Maka pecandu internet menurut Young masuk kedalam kelompok dependent.

Selain itu dalam buku DSM-5 dikatakan bahwa penggunaan internet yang dilakukan terus menerus dan berulang-ulang dapat mengakibatkan penurunan atau tekanan signifikan klinis. Ada sembilan ciri-ciri seseorang dikatakan mengalami kecanduan internet, yaitu :

a. Selalu merasa asyik dengan setiap permainan intenet dan individu selalu memikirkan setiap aktifitasnya ketika bermain internet.

b. Ketika mengurangi waktu bermain atau kehilangan waktu bermain internet, individu akan merasa cemas, sedih tanpa sebab (moodswing), dan marah

c. Toleransi atau kebutuhan menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain internet

(36)

d. Selalu gagal setiap kali mengurangi atau mengontrol waktu bermain internet

e. Kehilangan minat atau hobi yang sebelumnya dimiliki karena individu tersebut lebih tertarik untuk melakukan segala hal yang ada di dalam internet

f. Tetap berlebihan dalam bermain internet meski individu mengetahui tentang masalah psikososial yang ditimbulkan

g. Sering berbohong kepada teman, keluarga atau lainnya tentang jumlah waktu yang digunakan untuk bermain internet

h. Individu akan mengalihkan masalah dalam kehidupan nyatanya dengan menambah waktu untuk bermain intenet

i. Penurunan kinerja dan produktifitas sehingga sering mengalami kesulitan dalam hubumgan, pekerjaan atau pendidikan

Dari sembilan ciri-ciri diatas, jika individu tersebut memiliki minimal 5 ciri maka dipastikan bahwa individu tersebut mengalami kecanduan internet dan bersifat klinis.

2. Faktor-Faktor Kecanduan Internet

Ko (Young, 2017) mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan resiko potensi kecanduan internet, yakni :

a. Keluarga yang disfungsional.

Ketidak sesuaian fungsi keluarga yang sesungguhnya dengan kenyataan. Ketidak sesuaian yang membuat individu mengalami perasaan kesepian, kehilangan kenyamanan dan perhatian. Karena

(37)

fungsi utama dari keluarga menurut Sri, Tamtomo & Suparno (2018) adalah sebagai tempat individu merasa dikasihi, mendapat perhatian dan merasa hangat

a. Self-esteem rendah.

Self-esteem adalah keparcayaan diri yang dimiliki oleh seorang individu. Rendahnya kepercayaan diri yang rendah akan memicu individu mencari sesuatu yang membuatnya nyaman dan memiliki kepercayaan diri. Internet bisa menjadi sesuatu yang menarik untuk individu yang memiliki harga diri rendah untuk dapat survive. b. Pengendalian diri yang kurang sehingga mampu menghabiskan

waktu lebih dari 20 jam per minggu untuk online, dan bermain games online.

3. Aspek- asepek Kecanduan Internet

Widyanto & McMurren (Young.2017) mengatakan bahwa ada beberapa daftar komponen karakteristik seorang individu yang mengalami kecanduan internet, yakni :

a. Salience (ketertarikan)

Merasa bahwa aktifitas ketika menggunakan internet adalah aktifitas yang paling pennting dan menarik dalam kehidupan individu, selalu merasa sangat membutuhkan internet, tingkah laku sosial mengalami kemunduran karena pikirannya hanya terpokus pada kebutuhannya menggunakan intenet walaupun sedang tidak menggunakan internet.

(38)

b. Excerssive Use

Berlebihan dalam menggunakan waktu untuk bermain internet dan kerap membuat aktivitas lain menjadi terganggu/ terhambat.

c. Neglect of work

Kegiatan penggunaan internet yang dilakukan oleh seorang individu secara berlebihan, sehingga membuat individu sangat sering mengabaikan pekerjaan yang dimilikinya.

d. Anticipation

Perasaan negatif yang dirasakan oleh individu apabila kegiatan bermain internet harus dikurangi atau seketika dihentikan.

e. Lack of control

Biasanya konflik dengan lingkungan sosial terdekat, keluarga,dan pasangan yang disebakan oleh kegiatan penggunaan internet yang berlebihan. Konflik ini sering disertai dengan kemunduran di sekolah, kampus seperti nilai akademik yang mengalami penurunan, hasil pekerjaan yang menjadi tidak maksimal, meninggalkan hobi sebelumnya. Terjadi juga konflik didalam dirinya akibat tidak mampu mengontrol diri karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet.

f. Neglect of social life

Penggunaan dan perhatian terhadap intenet yang dilakukan oleh individu secara berlebihan sehingga membuat individu tersebut sering kali mengabaikan kehidupan sosialnya.

(39)

4. Dampak Kecanduan Internet

Penyalahgunaan internet memiliki kolerasi dengan gangguan psikologis. Kemudian dampak dari kecanduan yang akan dialami oleh individu adalah sebagai berikut : menarik diri dari lingkungan sosial, hubungan dengan lawan jenis sedikit terganggu, hilangnya produktivitas pekerjaan/pendidikan, dan hubungan lain terhadap dirinya sendiri mulai tidak baik Velezmoro, Lacevield & Roberti (Greenfield, 2000).

Selain itu menurut Hakim & Raj (2017) kecanduan internet dapat mengakibatkan beberapa efek samping terhadap penggunanya, yaitu : Kecemasan yang berlebihan, Depresi, Penurunan fisik dan kesehatan mental, Penurunan hubungan interpersonal, Penurunan kinerja kerja. Selain itu Young & Rodgers (Noviana dan Stefanus, 2016) mengatakan bahwa dampak negatif dari kecanduan internet yaitu membuat seseorang menjadi malas untuk berkomunikasi di dunia nyata karena merasa lebih menyenangkan untuk berkomunikasi dengan teman online sehingga mengakibatkan kurangnya rasa empati terhadap lingkungan sekitar.

C. Hakikat Mahasiswa Sebagai Remaja Akhir 1. Pengertian Mahasiswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kemendikbud (2012-2018) Mahasiswa adalah seorang individu yang sedang belajar di perguruan tinggi, akademi, atau institut. Menurut Siswoyo (Nuraini, 2014) mahasiswa dapat di definisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta ataupun

(40)

lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intlektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang paling melengkapi.

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18-25 tahun tahap ini digolongkan pada remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ialah memantapkan pendirian hidup (Yusuf, 2012) Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa mahasiswa adalah individu yang masih dalam kategori remaja akhir dan mulai masuk pada kategori dewasa awal, dimana mahasiswa sudah harus mulai memantapkan pendirian hidupnya, sehingga tidak lagi melakukan atau memikirkan hal main-main saja.

2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa

Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula trasisi dari sekolah menengah atas menuju universitas. Dalam banyak hal, terdapat perubahan yang sama dalam dua transisi itu. Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya dari daerah lebih beragam dan meningkatkan perhatian pada prestasi dan penilaiannya Santrock (Nuraini, 2014).

(41)

Perguruan tinggi dapat menjadi masa penentu intlektual dan pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti mahasiswa lain yang berbeda soal pandangan dan nilai, terhadap kulur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya, dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang menggebu atau awal dari karir masa depan Papalia dkk (Nuraini, 2014).

Ciri-ciri perkembangan remaja akhir (usia 18 tahun -21 tahun) dapat dilihat sebagai berikut (Sarwono, 2002):

a. Konsep diri semakin matang, artinya remaja sudah mampu memahami dan mendang secara realistik keadaan dirinya. Remaja akhir juga sudah mulai memiliki prinsip hidup yang dapat ia mengerti dan ia ungkapkan kepada orang lain.

b. Remaja juga memiliki perkembangan integensi yang semakin baik, dimana mereka sudah mampu berpikir dan bertindak secara terarah serta mengelola dan menguasai lingkungan secara efektif . Pada tahap ini remaja juga sudah memiliki pandangan hidup dan cita-cita masa depan yang lebih realistik.

c. Perkembangan sosial remaja akhir sudah lebih matang dari pada remaja awal. Pada masa ini mereka sudah jauh lebih matang, mereka sudah dapat menentukan dan menempatkan dirinya dengan baik di dalam masyarakat, serta pada masa ini juga remaja akhir

(42)

sudah tidak lagi merasa canggung ketika bertemu dengan orang lain.

d. Emosional remaja akhir pada umumnya sudah lebih matang dari remaja awal, akan tetapi mereka masih sering sekali mereka menunjukan perasaan kecewa mereka dan perasaan sedih mereka walaupun tidak sesering ketika dalam masa remaja awal.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, mahasiswa adalah individu yang masih tergolong dalam fase remaja akhir, mereka rata-rata berada di rentang usia 18-25 tahun. Pada masa ini, individu sudah menunjukan kematangan secara psikis maupun fisiknya. Akan tetapi dalam fase ini mahasiswa masih dapat menunjukan karateristik seperti remaja awal, dimana mereka masih mungkin menunjukan kemarahan, perasaan kesedihan, dan kekecewaan, sehingga control dirinya masih belum begitu baik.

D. Layanan Bimbingan 1. Pengertian Bimbingan

Menurut Crow & Crow (Prayitno, 2004) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memenuhi dan terlatih dengan baik kepada individu–individu setiap usia unruk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri

(43)

. Selain itu Syamsu (2009) mengatakan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan (Prosess of helping) konselor kepada inividu secara berkesinambungan agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan diri secara poitif serta konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (bahagia), baik secara personal maupun sosial.

2. Pengertian Bimbingan Pribadi

Winkel (2006) mengatakan bahwa bimbingan pribadi adalah suatu bimbingan yang diberikan dalam menghadapi pergumulan batin, dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafkah seksual dan sebagainya. Selain itu menurut Ahmadi (1991) mengatakan bahwa bimbingan pribadi adalah seperangkat usaha bantuan kepada siswa agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan kegiatan rekreatif yang benilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan sendiri masalah-masalah pribadi, reaksi sosial yang dialami.

Hal ini sejalan dengan pengertian bimbingan pribadi yang dikemukakan oleh Sukardi (1993) bimbingan pribadi merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi, seperti penyesuaian diri, dalam menghadapi konflik dan pergaulan.

(44)

3. Tujuan Bimbingan Pribadi

Tujuan dari dilaksanakannya bimbingan pribadi untuk siswa iyalah untuk membantu siswa memperoleh gambaran dari penyelesaian masalah yang mereka hadapi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Syamsu & Juntika (2006) tujuan dari bimbingan pribadi adalah sebagai berikut:

a. Memiliki komitemen yang kuat dalam mengamalakan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang mahas esa, baik pada kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan teman sebaya, sekolah, tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi kepada umat beragama lain dengan saling menghormati dan memelihara hal dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya dengan positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut

d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara obyektif dan konstruktif, baik yang tekait keunggulan maupun kelemahan, baik secara fisik maupun psikis.

e. Memiliki sikap positif dan respek baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

(45)

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati dan menghargai orang lain, tidak memecahkan martabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibanya.

i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi sesama manusia

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik bersifat internal maupun dengan orang lain.

k. Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara efisien E. Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aliffatullah (2017) teori Kecanduan Internet yang digunakan salah satunya dikutip menurut pengertian Young & Abreu (2017). Subjek penelitain yang aliffatul gunakan adalah remaja yang berada di lingkungan kost. Tujuan dari penelitian Aliffatul adalah untuk memahami dan mendeskripsikan dampak perilaku remaja yang mengalami kecanduan internet terhadapa interaksi sosial di lingkungan kost. Subjek yang digunakan oleh Aliffatul adalah remaja akhir yang berusia 18-21 tahun. Dapat disimpulkan bahwa relevansi pada penelitian di atas dengan penelitian ini adalah teori yang di gunakan dalam pengertian kecanduan internet salah satunya menggunakan teori Young & Abreu (2017). Selain itu subjek yang digunakan dalam penelitian ini dengan penelitian di atas sama-sama menggunakan mahaiswa (remaja dengan rentang usia 18-21 tahun).

(46)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Afifah (2017) didapatkan hasil bahwa jenis metode penelitian yang dipakai adalah kuantitatif. Selain itu dalam penelitian Afifah pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua skala yaitu; skala kecanduan internet dan skala kemampuan bersosialisasi, yang dibagikan kepada mhasiswa fakultas psikologi Universitas Muhammadiah Surakarta yang masuk dalam kriteria pemilihan sampel. Khusus untuk skala kecanduan internet yang kemukakan oleh stephen juan dan diadopsi dari peneliti sebelumnya yitu Putri (2016). Dapat disimpulkan relevansi pada penelitian di atas dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dengan subjek mahasiswa. Kemudian skala kencaduan internet yang digunakan Afifah adalah adospsi dari peneliti sebelumnya yaitu Putri, sama halnya dengan penelitian di atas, dalam penelitian ini skala kecanduan internet diperoleh dari peneliti sebelumnya yang diadopsi dan dikembangkan oleh Widyanto & McMurren (Young, 2017).

F. Kerangka Pikir

Pada dibagian ini dipaparkan mengenai kerangka pikir peneli. Kecanduan Internet menurut Widyanto & McMurren (Young, 2017) memiliki enam aspek. Agar mudah untuk dipahami, kerangka pikir penelitian dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut ini

(47)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pikiran Tingat Kecanduan Internet Mahasiswa BK 2017 Tinggi

Faktor-Faktor Kecanduan 1. Keluarga yang disfungsional

2. Self-esteem rendah

3. Kurang kontrol diri sehingga mampu menghabiskan waktu lebih dari 20 jam per minggu untuk online, dan bermain games online.

Subjek penelitian: Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2017

Usulan Topik Bimbingan Pribadi untuk membantu mengurangi Tingkat

Kecanduan Internet Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling universitas Sanata Dharma Angkatan 2017 Asumsi Awal

Aspek-Aspek Kecanduan Internet Widyanto & McMurren (Young,

2017) 1. Salience 2. Excerssive Use 3. Neglect of work 4. Anticipation 5. Lack of control 6. Neglect of social life

(48)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan jenis atau desain penelitian, tempat dan waktu penelitain, subjek atau populasi, definisi oprasional variabel penelitian, teknik dan intrumen pengmpulan data, instrumen pengumpulan data, validitas dan realibilitas.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan satu variabel, yaitu tingkat kecanduan internet pada mahasiswa. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran lebih detail mengenai suatu gejala berdasarkan data yang ada, menyajikan data, menganalisis dan mengintepretasikan (Narbuco & Achmadi, 2003).

Metode penelitian yang akan digunakan adalah survey, yaitu dengan memberikan kuesioner skala pengukuran kepada responden dalam setting pendidikan dan menganalisis hasilnya melalui skor dari jawaban yang sudah di berikan oleh responden. Jadi data kuantitaf diperoleh melalui analisis skor pada jawaban subjek pada Skala Tingkat Kecanduan Internet dan diperoleh gambaran tentang Tingkat Kecanduan Internet pada Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti mulai menyusun proposal pada bulan Agustus 2018. Pada bulan September sampai Oktober 2019, peneliti menyusun instrumen penelitian. Kemudian pengumpulan data dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma

10. Anticipation 11. Lack of control 12. Neglect of social life

(49)

yaitu di lokasi kampus III tepatnya di kelas A dan B. Kemudian waktu pengumpulan data yang dilaksanakan pada tanggal 5 dan 7 November 2019. C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Alasannya adalah untuk mengenahui seberapa tinggi tingkat kecanduan internet pada mahasiswa angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini termasuk penelitian dengan menggunakan populasi. Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa populasi penelitian adalah wilayah objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. populasi penelitian mencakup 2 kelas besar pada angkatan 2017 yaitu kelas A dan kelas B.

Table 3.1

Jumlah Subjek Penelitian

Angkatan Jumlah

2017 A 41 Mahasiswa 2017 B 51 Mahasiswa Total 92 Mahasiswa

(50)

D. Variabel Penelitian

Istilah variabel penelitian menurut Sugiyono (2015) dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang akan diukur dari penelitian ini adalah Kecanduan Internet. Kecanduan internet menurut Young (2017) didefinisikan sebagai aktivitas penggunaan internet yang berlebihan secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang serta menimbulkan perasaan nyaman ketika menggunakannya dan merasa tidak nyaman ketika harus mengurangi atau menghentikan penggunaan internet. individu yang mengalami kecanduan internet juga akan mengalami persoalan yang terjadi pada diri sendiri, seperti kesulitan mengontrol waktu penggunaan internet dan persoalan yang berada diluar dirinya, seperti: keluhan dari lingkungan keluarga, pekerjaan yang menjadi sering terbengkalai dan nilai akademik yang mungkin menurun.

Peneliti menggunakan konsep kecanduan dari Dr. Kimberly Young. Beliau adalah seorang pakar di bidang kecanduan internet dan perilaku online, yang telah dikenal secara Internal. Didiriikan pada 1995, beliau menjabat sebagai direktur klinis pada Center for Internet Addiction Recovery. Konsep kecanduan internet ini diperoleh melalui penelitian Dr. Kimberly dari banyak pasien dan orang-orang yang dia temui dari banyak negara.

(51)

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data 1. Teknik Pengumpulan data

Pengambilan data dari penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2016) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Sugiyono juga menyebutkan ada 3 prinsip penulisan angket, yaitu: isi dan tujuan penelitian harus jelas, bahasa yang digunakan harus mudah dipahami oleh responden, tipe dan bentuk pernyataan dapat menggunakan pernyataan yang tertutup ataupun terbuka, serta dapat menggunakan kalimat positif maupun negatif.

2. Intrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data mengenai tingkat kecanduan internet pada mahasiwa, peneliti menggunakan instumen Tingkat Kecanduan Internet pada Mahasiwa Universitas Sanata Dharma Angkatan 2017. Instrumen yang peneliti gunakan instrumen yang di adopsi dari buku Kimberly Young tentang Kedanduan internet. Alat ini merupakan alat pengumpulan data yang dikembangkan oleh Kimberly Young dari American Psychiatry Association dan kemudian dikembangkan kembali oleh widyanto & McMurren, alat ini berbahasa inggris dari buku Internet Addiction: A Handbook and guide to evolution and treatment, kemudian diterjemahkan oleh Kimberly Young dan Christiano Narbuco de Abreu dalam bahasa inggris dan diterbitkan oleh Wiley and Son. Buku ini kemudian diterjemahkan kembali oleh Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M.A dan Dra.

(52)

Sri Mulyantini Soetjiptto dalam bahasa Indonesia. Alat ini bersifat klinis dengan kelemahan bahasa yang digunakan sedikit terkesan mengintimidasi oleh karena itu ada beberapa subyek penyalahgunaan internet oleh mahasiswa yang enggan berterus terang tentang kondisi diri mereka, kemudian kelebihannya adalah mampu mengungkap masalah kecanduan dengan akurat. Dalam instrumen yang digunakan peneliti diperoleh berdasarkan karakteristik menurut Widyanto & McMurren (Young, 2017) terdiri dari Salience (ketertarikan), Excessive use, Neglect of work,

Anticipation, Lack of control, Neglect of social life. Pernyataan yang termasuk kedalam skala ini terdiri dari pernyataan unfavorabel. Pernyataan unfavorabel merupakan pernyataan ideal (negatif) untuk skala ini, sebanyak 20 item karena skala yang digunakan adalah skala adopsi dari peneliti sebelunya. Semakin tinggi skore yang dihasilkan maka semakin tinggi nilainya. Instrumen peneliti dapat dilihat dari lampiran.

Jenis skala yang di gunakan dalam penelitian ini adalah skala linkert, digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan kebiasaan seseorang tentang kebiasaan dalam menggunakan internet (Sugiyono,2015). Bagian pertama angket berisikan tentang jenis kelamin, tanggal pengisian, jumlah gawai yang dimiliki, jumlah kuota internet yang biasa dihabiskan dalam waktu satu bulan dan jumlah waktu yang digunakan untuk bermain internet dalam satu hari. Bagian ke dua berisikan kata pengantar peneliti yang berharap kerelaan dan kesediaan mahasiswa untuk mengisi skala. Bagian ke tiga adalah petunjuk pengisian skala dengan memberikan ceklis

(53)

(√) pada kolom alternatif jawaban yang telah disediakan. Yang keempat berisikan pernyataan tentang pengungkapan diri dalam kebiasaan menggunakan internet. Jumlah keseluruhan pernyataan dalam angket disediakan 6 alternatif jawaban, yaitu : S (Selalu), SR (Sangat Sering), S (Sering), KK (Kadang-Kadang), J (Jarang), TD (Tidak Pernah). Pemberian skor masing-masing item pernyataan dalam skala ini seperti disajikan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Skor Skala Kecanduan Internet Alternatif Jawaban Skor Unfavorable (-)

Tidak Pernah (TP) 0 Jarang (J) 1 Kadang-kadang (KK) 2 Sering (S) 3 Sangat Sering (SR) 4 Selalu (S) 5

Jumlah skor didapatkan dengan menjumlahkan skor dari masing-masing item yang dipilih oleh responden, sehingga dapat di ketahui seberapa tinggi tingkat kecanduan internet pada mahasiswa.

(54)

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Skala Tingkat Kecanduan Internet

Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Aspek Indikator Nomor

item

Jumlah Subtotal 1.Salience Tergantung untuk terus

menerus terkoneksi internet 1,2,3,4 4 4 2.Excessive use Aktifitas / kegiatan yang tidak berjalan dengan baik karena ketergantungan internet 5,6,7,8 4 4 3.Neglect of work Lebih tertarik menggunakan internet daripada aktifitas utama 9 1 1 4.Anticipati on Terus mengantisipasi diri anda untuk teruk melakukan kegiatan online 10,11 2 2 5. Lack of control Tidak bisa mengendalikan diri untuk terus menerus menggunakan internet 12,13,14, 15 4 4 6.Neglect of social life

Lebih tertarik untuk bermain internet dari

pada bersosialisasi

16,17,18, 19,20

5 5

Total 20 Item 20 item 20 item

F. Validitas dan Realibilitas 1. Validitas

Menurut Azwar (2009) validitas berasal dari kata validity yang berarti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Item kuestioner dalam penelitian ini disusun berdasarkan enam

(55)

karakteristik kecanduan internet yaitu, Salience (ketertarikan), Excessive use, Neglect of work, Anticipation, Lack of control, Neglect of social life. Validitas uji sudah dikonsultasikan melalui profesional judgement. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validasi konstrak, validasi konstrak membuktikan apakah hasil pengukuran yang diperoleh melalui item-item tes berkorelasi tinggi dengan konstrak teoritik yang mendasari penyusunan tes tersebut. apakah skor yang diperoleh mendukung konsep teoritik yang digunakan oleh tujuan pengukuran semula (Azwar, 2012). Menurut Cronback & Meehl (1995) dalam Azwar (2012) mengatakan bahwa menguji validitas konstrak melibatkan paling tidak tiga langkah, yaitu a) mengartikulasikan serangkaian konsep teoritik dan interelasinya, b) mengembangkan cara untuk mengukur kontrak hipotetik yang diteoritikan, dan c) menguji secara empirik hubungan hipotetik di antara konstrak tersebut dan manifestasinya yang nampak.

Kemudian dalam penelitian ini terdapat Profesional judgement yang dilaksanakan oleh Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku dosen pembimbing penulisan skripsi. Validitas ini digunakan untuk melihat sejauhmana tingkat kecanduan yang dialami Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Univesitas Sanata Dharma .

Perhitungan uji validitas penelitian dilakukan dengan cara mengitung kolerasi antara masing-masing skor pernyataan. Rumus yang digunakan adalah rumus kolerasi Pearson Product Moment dengan menggunakan

(56)

program IBM SPSS Statistics 20. Rumus kolerasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:

∑ (∑ )(∑ )

( ∑( ) (∑ ) ) ( ∑( ) (∑ ) ) Keterangan:

r : Korelasi Moment XY: Hasil penelitian antara

X : Nilai butir skor X dan Y

Y: Nilai dari jumlah butir N : Jumlah Subyek Penelitian

Kriteria dari uji validitas pada instrumen penelitian ini adalah 0.3. Jika koefisien kolerasinya ≥ 0.3 maka item yang bersangkutan dinyatakan valid. Sedangkan, jika koefisien korelasinya ≤ 0.3, maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid. Hasil uji validitas pada seluruh item pernyataan skala tingkat kecanduan internet adalah valid, terdapat 20 item pernyataan yang valid dari 20 total item yang pada skala kecanduan internet

2. Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2012) realibiltas berkenaan dengan derajat konsisten data atau temua. Hal ini didukung oleh Azwar (2009) yang mengatakan bahwa reliabilitas adalah pengukuran yang menggunakan intrumen penelitian dikatakan memiliki nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam pengukurannya. Pengujian reliabiltas pada penelitian ini menggunakan

(57)

internal consistensy, yaitu pengujian dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh di analis (Sugiyono, 2015).

Untuk mengukur taraf realibiltas instrumen penelitian ini, penelitian menggunakan teknik analisis Alpha cronback, dengan rumus koefisien realibilitas sebagai berikut :

* ( ) +

Keterangan :

Sᵧ₁² dan Sᵧ₂² = varian skor belahan 1 dan belahan 2 Sᵪ² = Varians skor tes

Dalam penelitian ini uji realibilitas instrumen penelitian dilakukan menggunakan program IBM SPSS Statistics Version 20. Dari hasil penelitian diperoleh skor yang ditampilkan tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4

Reliabilitas Skala Kecanduan Internet

Hasil perhitungan indeks realibilitas kemudian dikonsultasikan ke dalam kategorisasi kriteria Guilford. Kritreria kualifikasi realibilitas tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.

Cronbach's Alpha

N of Items

(58)

Tabel 3.5 Kriteria Guilford No Koefisien Kolerasi Kualifikasi 1 0,91 - 1,00 Sangat Tinggi 2 0,71 - 0,91 Tinggi 3 0,41 - 0,70 Cukup 4 0,21 - 0,40 Rendah 5 < 0,20 Sangat Rendah

Hasil kategorisasi menunjukan bahwa koefisien reliabiltas terhadap 20 item pernyataan yang valid memperoleh nilai koefisien 0,724. Artinya bahwa instrumen penelitian ini termasuk dalam kriteria tinggi. dengan kata lain intrumen ini memiliki consistensy yang tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis subyek penelitian, mentabulasi data, dan menyajikannya secara teliti (Sugiyono, 2015). Dikarenakan penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitaf deskripstif, maka teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik. Jenis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini.

Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data, yaitu:

(59)

1. Skoring

Peneliti melakukan skoring pada item skala Tingkat Kecanduan Internet dengan cara memberikan nilai dari angka 5 sampai 0 berdasarkan norma skoring yang berlaku. Proses ini dilakukan dengan melihat jenis item pernyataan unfavorable.

2. Tabulasi Data

Penelitian kemudian membuat tabulasi data dan menghitung skor masing-masing subyek penelitian serta jumlah skor item dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010.

3. Menghitung Uji Koefisien Validitas dan Reliabilitas Instrumen Peneliti dalam menghitung uji validitas menggunakan program IBM SPSS Statistics version 20 dengan rumus Pearson Product Moment. Kemudian untuk menghitung uji reliabilitas menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach melalui program IBM SPSS Statisctics Version 20.

4. Kategorisasi

Peneliti menyusun kategori tingkat kecanduan internet pada mahasiswa berdasarkan model distribusi normal. Adapun norma kategorisasi adalah sebagai berikut.

(60)

Tabel 3.6

Norma Kategorisasi Kecanduan Internet

Norma Kategorisasi µ + 1,5 σ < x Sangat Tinggi µ + 0,5 σ < x ≤ µ + 1,5 σ Tinggi µ - 0,5 σ < x ≤ µ + 0,5 σ Sedang µ - 1,5 σ < x ≤ µ - 0,5 σ Rendah S X ≤ µ - 1,5 σ Sangat Rendah Keterangan:

X maximum : Nilai tertinggi X minimum : Nilai rendah

Standar deviasi (σ) : Luas jarak rentangan yang dinahi 6 Satuan deviasi sebaran

Mean (µ) : Rata-rata dari skor maksimum dan minimum

Peneliti menggunakan kategori di atas sebagai patokan dalam pengelompokan tingkat kecanduan internet pada Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma . Pengelompokan dilakukan berdasarkan jumlah item valid sebanyak 20 item. Kategori subyek penelitian diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut.

(61)

Skor minimum teoretik : 20 x 0 = 0 Luas Jarak : 100 – 0 = 100 Standar deviasi (σ) : 100 ÷ 6 = 16,6

Mean teoretik (µ) : (100 + 0) ÷ 2 = 50

Berdasarkan data penelitian mengenai tingkat kecanduan internet pada mahasiswa dianalisis dengan teknik kategorisasi model distribusi normal, tingkat kecanduan internet pada mahasiswa angkatan 2017 program studi bimbingan dan konseling universitas sanata dharma adalah sebagai berikut

Tabel 3.7

Norma Kategorisasi Kecanduan Internet Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Setelah mengelompokkan tingkat kecanduan internet, peneliti mengelompokkan skor item pernyataan yang telah diisi oleh subyek penelitian. Peneliti hendak menyusun kategorisasi perolehan skor pada item pengukuran dengan menggunakan norma yang sama. Hal ini dilakukan guna mengetahui item pernyataan mana saja yang menunjukan item yang sangat tinggi sampai item mana yang menunjukan item yang sangat rendah.

Rentang Skor Kategorisasi 74,9 < x Sangat Tinggi 58,3 < x ≤ 74,9 Tinggi

41,7< x ≤ 58,3 Sedang 25,1 < x ≤ 41,7 Rendah

Gambar

Tabel 4.5 Distribusi Perolehan Skor Item Tingkat Kecanduan  Internet Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Tabel 3.5  Kriteria Guilford  No  Koefisien  Kolerasi  Kualifikasi  1  0,91 - 1,00  Sangat Tinggi  2  0,71 - 0,91  Tinggi  3  0,41 - 0,70  Cukup  4  0,21 - 0,40  Rendah  5  &lt; 0,20  Sangat Rendah

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Seluruh guru BK SMA di Sleman sudah sepakat menggunakan Panduan Operasional Pelaksanaan BK (POP BK) sebagai arah penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di

1) Siswa tersebut memilih karier atas bakat, minat, cita-cita, kekuatan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Siswa yang mengetahui kemampuan/ potensinya, mengetahui

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan loyalitas pada teman sebaya akan sangat berperan penting jika tidak seimbang dengan kontrol diri yang baik maka dari itu untuk

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dapat memberi pendekatan dan ruang yang lebih kepada mahasiswa untuk menjaga serta

Efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam konteks belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMP kelas IX dan yang

Pernyataan “Dalam berkomunikasi, saya termasuk orang yang sulit dalam merangkai kata” menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Bimbingan dan